You are on page 1of 17

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393

Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

KREDIBILITAS BANK SENTRAL DAN PERSISTENSI INFLASI DI INDONESIA

Rachman Hakim
hakim_rachman@ymail.com
Universitas Madura
Munawar Ismail
Arif Hoetoro
Universitas Brawijaya Malang

ABSTRACT

The relationship between the credibility of the central bank and the persistence of inflation is still ambigous as this
information is crucial in setting the appropriate policy for combating an inflation problem. The objective of this
paper is to measure the rate of inflation persistence and to examine the importance of the credibility of the bank
central on the persistence of inflation in Indonesia by using the New Keynesian Phillips Curve Hybrid. It is found
that the persistence of inflation in the period of full - fledged Inflation Targeting (2006:1-2012:3) lower when
compared with the period of Inflation Targeting Lite (2000:1-2005:4). Meanwhile, the credibility of the central
bank is significantly influencing the persistence of inflation only when Indonesia was implementing the Full-
Fledged Inflation Targeting. When Indonesia was applying the Inflation Targeting Lite, the impact of bank central
credibility on persitence inflation was not significant. These findings indicate that the behavior of inflation in
Indonesia was backward looking during the periode of Inflation Targeting Lite and becoming forwardlooking after
adopting the Full-Fledged Inflation Targeting Policy. This change is related to the increased credibility of the
central bank in the full - fledged Inflation Targeting period.

Keywords: credibility, persistence ofinflation

ABSTRAK

Hubungan kredibilitas bank sentral dan persistensi inflasi masih menjadi kontroversi, padahal
kepastian hubungan ini sangat penting untuk merumuskan kebijakan anti inflasi yang tepat. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat persistensi inflasi dan menguji dampak kredibilitas bank
sentral terhadap persistensi inflasi di Indonesia sejak penerapan inflation targeting framework dengan
menggunakan model New Keynesian Phillips Curve Hybrid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persistensi inflasi pada periode Full-Fledged Inflation Targeting (2006:1-2012:3) lebih rendah jika
dibandingkan dengan periode Inflation Targeting Lite (2000:1-2005:4). Sementara itu, kredibilitas bank
sentral berpengaruh secara signifikan terhadap persistensi inflasi pada saat Indonesia menerapkan Full-
Fledged Inflation Targeting, sedangkan pada saat Indonesia masih menerapkan Inflation Targeting Lite,
kredibilitas bank sentral tidak berpengaruh terhadap persistensi inflasi. Ini menunjukkan bahwa
perilaku inflasi di Indonesia masih bersifat backward looking pada masa penerapan Inflation Targeting Lite
dan berubah menjadi forward looking setelah mengadopsi Full-Fledged Inflation Targeting. Perubahan ini
ada kaitannya dengan meningkatnya kredibilitas bank sentral pada periode Full-Fledged Inflation
Targeting.

Kata Kunci: Kredibilitas, persistensi inflasi

PENDAHULUAN pendapat yang mengatakan bahwa salah


Krisis moneter yang melanda Indonesia satu penyebab krisis adalah ketidak-
tahun 1997/1998 menuntut Bank Indonesia mampuan Bank Indonesia untuk bertindak
untuk mengubah tatanan kelembagaan secara objektif karena selama periode pra-
menjadi bank sentral yang lebih independen. krisis kebijakan Bank Indonesia selalu
Perubahan ini didasari munculnya banyak dianggap terkait dengan kepentingan politik

155
156 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

pemerintah. Perubahan tatanan ini di- Indonesia dari penerapan inflation targeting
wujudkan dengan mengganti Undang- lite menuju full-fledged inflation targeting.
Undang No. 13 Tahun 1968 dengan Undang- Artinya, dengan dikeluarkannya Undang-
Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Undang No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, maka
Indonesia (Pohan, 2008). Bank Indonesia bisa dibilang menganut
Dengan diterapkannya Undang-Undang Inflation Targeting Framework secara penuh
No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia me- (Harmanta et al., 2011).
masuki sebuah era baru dalam sejarah Dalam kerangka ITF, Bank Indonesia
moneter di Indonesia selain menjadi mengumumkan sasaran inflasi ke depan
lembaga yang independen, Bank Indonesia pada periode tertentu. Setiap periode Bank
juga mempunyai tujuan yaitu mencapai dan Indonesia mengevaluasi apakah proyeksi
memelihara kestabilan nilai rupiah. inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran
Stabilitas nilai rupiah bisa dilihat dari yang ditetapkan. Proyeksi ini dilakukan
dua sudut pandang, yaitu nilai rupiah dengan sejumlah model dan sejumlah in-
terhadap mata uang negara lain (kurs) dan formasi yang dapat menggambarkan kondisi
nilai rupiah terhadap barang (inflasi), tetapi inflasi ke depan. Jika proyeksi inflasi sudah
dengan menganut sistem nilai tukar tidak kompatibel dengan sasaran, Bank
mengambang, menunjukkan secara implisit Indonesia melakukan respon dengan meng-
bahwa tujuan kebijakan moneter di Indo- gunakan instrumen yang dimiliki. Misalnya
nesia adalah menjaga kestabilan harga jika proyeksi inflasi telah melampaui sasa-
(inflasi). ran, maka Bank Indonesia akan cenderung
Sebagai implementasi dari undang- melakukan pengetatan moneter. Akan te-
undang baru tersebut, pada awal tahun 2000 tapi, masalahnya proyeksi inflasi bank
Bank Indonesia mulai mengumumkan target sentral seringkali berbeda dengan ekspektasi
inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan inflasi para pelaku ekonomi.
moneter. Sejak saat itu, target inflasi menjadi Erceg dan Levin (2003) beranggapan
elemen penting dalam kebijakan moneter, bahwa pelaku ekonomi akan membentuk
utamanya karena target tersebut diumum- ekspektasi inflasi sendiri yang dapat berbeda
kan secara eksplisit kepada publik. Dengan dari yang diinginkan oleh bank sentral
demikian, penetapan sasaran inflasi menjadi ketika para pelaku ekonomi hanya memiliki
sesuatu yang mengikat dalam setiap pe- informasi yang terbatas baik mengenai tar-
rumusan kebijakan moneter Bank Indonesia. get inflasi (jangka panjang) maupun komit-
Penetapan inflasi sebagai satu-satunya men bank sentral dalam stabilisasi inflasi.
sasaran akhir dalam sebuah kebijakan Sebaliknya, dapat pula terjadi ketika bank
moneter seringkali disebut dengan Inflation sentral menghadapi ketidakpastian bagai-
Targeting Framework (ITF), tetapi kerangka mana proses pembentukan ekspektasi para
kebijakan moneter yang dipraktekkan Bank pelaku ekonomi maka menurut Aoki dan
Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. Kimura (2006) langkah stabilisasi bank
23 Tahun 1999 masih dikategorikan sebagai sentral juga akan cenderung tidak sistematis
Inflation Targeting Lite karena masih ter- (unsystematic monetary policy).
campur dengan komitmen untuk mencapai Dalam perjalannya ITF tidaklah menuai
tujuan kebijakan yang lain (Pohan, 2008). hasil seperti yang diharapkan. Target inflasi
Setelah beberapa tahun menggunakan yang sudah ditetapkan seringkali tidak se-
Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 sebagai suai dengan inflasi aktual (Bank Indonesia,
dasar kebijakan moneter, akhirnya diumum- 2012). Bank Indonesia terlihat masih me-
kan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Pasal nemui banyak kendala untuk mengontrol
7 sebagai sebuah landasan baru dalam laju inflasi. Hal ini tentu harus diperbaiki
membuat kebijakan moneter. Hal ini bisa oleh Bank Indonesia untuk memperbaiki
dikatakan sebagai batu loncatan bagi Bank kredibilitas mereka di mata masyarakat
Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 157

Indonesia. Bank Indonesia harus bisa me- dalam penelitian- nya Davis (2012) serta
nentukan instrumen kebijakan yang tepat Gonzalez dan Hamann (2011). Turunnya
agar inflasi aktual berada pada kisaran yang persistensi inflasi di masa full-fledged inflation
diharapkan atau sesuai dengan target inflasi. targeting harusnya menunjukkan bahwa
Inflasi aktual yang seringkali tidak kredibilitas bank sentral mengalami per-
sesuai dengan target inflasi bisa jadi akan baikan pada periode tersebut, pada kenyata-
mengurangi keyakinan para pelaku ekonomi annya tidaklah demikian. Kredibilitas bank
tentang kredibilitas sasaran inflasi dan sentral pada masa full-fledged inflation
kerangka kerja kebijakan moneter yang targeting tidaklah lebih baik jika di-
ditempuh bank sentral. Akhirnya perilaku bandingkan dengan masa inflation targeting
pelaku ekonomi menjadi backward looking lite, hanya satu kali bank sentral mampu
dan inflasi cenderung menjadi lebih sulit mencapai target inflasi yaitu tahun 2007.
untuk dikontrol dan tidak mudah di- Fenomena mengenai persistensi memang
pengaruhi oleh kebijakan moneter secara menarik untuk diteliti, begitu pula dengan
cepat. Hal inilah yang nantinya akan me- studi tentang kredibilitas otoritas moneter di
nimbulkan sebuah fenomena yang kita kenal suatu negara.
sebagai persistensi inflasi. Dalam konteks Indonesia yang baru
Secara lebih spesifik, untuk dapat me- tahun 2005 mencoba melaksanakan ITF
rancang strategi kebijakan moneter yang secara konsisten, berbagai perkembangan
tepat dalam lingkungan inflasi yang per- dan pandangan yang ada pada dasarnya
sisten diperlukan pemahaman yang men- menunjukkan bahwa upaya meningkatkan
dalam mulai dari gejala persistensi inflasi itu kredibilitas kebijakan moneter akan men-
sendiri, pengetahuan tentang mekanisme dapatkan tantangan yang tidak ringan.
dan faktor-faktor yang mendorong muncul- Kredibilitas sendiri bisa jadi memiliki
nya fenomena persistensi inflasi, perilaku pengaruh yang krusial terhadap tingkat
mikro yang mendominasi persistensi inflasi, persistensi inflasi.
pengaruh trade-off antara kestabilan harga Dari paparan sebelumnya sepertinya
dan promosi pertumbuhan terhadap persis- sudah menjadi pandangan umum bahwa
tensi inflasi, hingga pengaruh ketidak- kredibilitas Bank Indonesia sedikit diragu-
pastian terhadap strategi kebijakan moneter. kan sehingga berakibat pada sulitnya
Penelitian mengenai persistensi inflasi mengendalikan inflasi. Kurangnya kredibili-
pernah beberapa kali dilakukan di Indo- tas Bank Indonesia bisa berakibat pada
nesia. Alamsyah (2008) mengemukakan me- cenderung persistennya inflasi di Indonesia
ngenai adanya persistensi inflasi yang tinggi sehingga Bank Indonesia kesulitan untuk
di Indonesia, dimana persistensi inflasi mengontrol laju inflasi (Harmanta et al.,
disaggregat untuk kategori makanan dan 2011). Davis (2012) meneliti apakah peruba-
jasa masing-masing 0,8 dan 0,9, tetapi ter- han tingkat inflasi dan ekspektasi inflasi di
dapat kecenderungan bahwa ada kecenderu- Amerika Serikat sangat dipengaruhi oleh
ngan derajat persistensi inflasi mulai me- kredibilitas bank sentral. Hasil akhirnya
nurun dalam periode pasca krisis. menunjukkan bahwa perubahan level kredi-
Penelitian Harmanta, Bathaluddin dan bilitas bank sentral sangat menentukan
Waluyo (2011) menunjukkan bahwa persis- tingkat persistensi inflasi di Amerika Serikat.
tensi inflasi di Indonesia cenderung meng- Sargent (1999) berpendapat bahwa
alami penurunan pada full-fledged inflation penurunan persistensi inflasi AS selama
targeting jika di- bandingkan dengan persis- tahun 1990-an sangat terkait dengan
tensi inflasi pada masa inflation targeting lite. peningkatan kredibilitas kebijakan moneter.
Persistensi inflasi sendiri diperkirakan me- Hal ini menjadi dasar bagi Gonzalez dan
miliki keterkaitan dengan kredibilitas bank Hamann (2011) untuk berhipotesis bahwa
sentral. Hal ini seperti yang diungkapkan
158 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

kurangnya kredibilitas kebijakan moneter TINJAUAN TEORETIS


adalah sumber persistensi inflasi. Kredibilitas Bank Sentral
Gonzalez dan Hamann (2011) meng- Giavazzi dan Pagano (1988) men-
ukur persistensi inflasi di Kolombia untuk definisikan kredibilitas sebagai ukuran
periode 1990-2010. Mereka juga meneliti mengenai bagaimana pembuat kebijakan
apakah kredibilitas memiliki keterkaitan bisa mempengaruhi kejadian-kejadian di
dengan persistensi inflasi. Hasilnya cukup masa mendatang dengan memberikan
mengejut kan dimana kredibilitas memang pengumuman mengenai kebijakan yang
berpengaruh terhadap persistensi inflasi akan dilakukan saat ini.
tetapi pengaruhnya tidaklah terlalu besar. Bank sentral yang bisa mempengaruhi
Pada periode penelitian, bank sentral be- ekspektasi inflasi akan mendapat kebijakan
berapa kali mengalami penurunan kredibili- moneter yang efektif karena kebijakan
tas, tetapi tingkat persistensi inflasi di moneternya bisa dipercaya. Beberapa pe-
Kolombia tetaplah konstan. nelitian mengindikasikan bahwa masalah
Berbeda dengan pendapat Davis (2012) kredibilitas kebijakan moneter bisa muncul
serta Gonzalez dan Hamann (2011) me- karena pelaku ekonomi dihadapkan pada
ngenai pengaruh kredibilitas, Garcia (2000) ketidakpastian mengenai pilihan kebijakan
dan Ghezzi (2001) terlihat masih ragu apa- dari otoritas moneter.
kah kredibilitas memiliki pengaruh ter- Blinder mendefinisikan kredibilitas se-
hadap persistensi inflasi. Sebenarnya bagai 'perbuatan yang sesuai dengan per-
masalahnya lebih pada ukuran kredibilitas kataan (Harmanta et al., 2011). Kompati-
itu sendiri. Tidak ada aturan baku dalam bilitas antara kata dan tindakan adalah apa
pengukuran kredibilitas. yang sebenarnya menjadi inti dari kredibi-
Artinya agak susah untuk mengukur litas. Sebuah bank sentral dianggap kredibel
kredibilitas sehingga pengaruhnya terhadap jika mereka benar-benar menjalankan ke-
persistensi inflasi juga sulit ditentukan. bijakan moneter untuk mencapai sasaran
Perbedaan hasil dari beberapa penelitian ini yang telah ditetapkan. Definisi yang hampir
menunjukkan bahwa sebenarnya pendapat mirip dengan Svensson (1999) yang me-
bahwa kredibilitas bank sentral berpengaruh nunjukkan bahwa kebijakan moneter yang
terhadap persistensi inflasi masih menjadi kredibel tercermin dalam hubungan dekat
sebuah kontroversi. Artinya, pendapat ini antara target inflasi dengan ekspektasi
bisa benar dan bisa pula tidak. Hal inilah pelaku ekonomi.
yang membuat penelitian mengenai pe- Agenor dan Taylor (1993) pernah me-
ngaruh kredibilitas terhadap persistensi lakukan penelitian mengenai efek kredibi-
inflasi masih menarik untuk diteliti. litas dalam konteks kebijakan stabilisasi di
Berdasarkan uraian di atas maka rumu- negara-negara yang tinggi tingkat inflasinya.
san masalah dari penelitian ini adalah Sebuah prosedur alternatif dengan me-
seberapa besar tingkat persistensi inflasi di masukkan variabel kredibilitas secara eks-
Indonesia dan apakah kredibilitas bank plisit dalam model regresi. Agenor dan
sentral memiliki pengaruh terhadap persis- Taylor menyatakan bahwa penelitian yang
tensi inflasi di Indonesia. hampir serupa pernah dilakukan Christen-
Tujuan penelitian ini adalah untuk sen dimana dia menggunakan variabel nilai
melihat besarnya tingkat atau derajat persis- tukar yang dianggap mampu mewakili
tensi inflasi di Indonesia. Selanjutnya, akan variabel kredibilitas. Penelitian tersebut
diteliti apakah kredibilitas bank sentral menunjukkan bahwa kredibilitas bank sental
memiliki pengaruh terhadap persistensi bisa dinilai berdasarkan banyak hal, tetapi
inflasi di Indonesia. seringkali kredibilitas dilihat dari apa yang
ditetapkan oleh bank sentral sebagai target
moneternya baik itu nilai tukar, tingkat
Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 159

harga, pertumbuhan atau variabel yang lain. Rozalia (2008) menawarkan metode
Ketika mampu memenuhi targetnya maka pengukuran kredibilitas kebijakan moneter
bank sentral akan disebut kredibel. Sebalik- sebagai berikut:
nya ketika targetnya tidak tercapai maka 1−
|π − π |
, if|π − π |<π
ICI = f(x) = π
bank sentral akan dinilai tidak kredibel. 0, if|π − π |>π
Mengingat sifat tidak teramati, tingkat
kredibilitas umumnya berkisar antara 0 Dengan πe adalah ekspektasi inflasi
(tidak kredibel) sampai 1 (kredibel sem- pelaku ekonomi (sektor swasta) dan πtar
purna). Cecchetti dan Krause (2002) me- adalah target inflasi bank sentral. Untuk
rumuskan pengukuran kredibilitas sebagai ilustrasi, ketika ekspektasi inflasi sempurna
berikut: sesuai target (πe = πtar), maka indeks akan
mendapatkan kredibilitas 1 (atau kredibilitas
1 ifπ ≤ π yang sempurna). Sebaliknya, jika ekspektasi
1
IC = 1 − (π − π ) ifπ < π < 20% inflasi dua kali target inflasi atau lebih, maka
0,2 − π
0 ifπ ≥ 20% indeks kredibilitas akan bernilai nol atau
tidak kredibel.
Dengan πe adalah ekspektasi inflasi Cara penghitungan kredibilitas bank
pelaku ekonomi (sektor swasta) dan πtarget sentral di atas kurang sesuai dengan pe-
adalah target inflasi bank sentral. Mengacu ngertian kredibilitas seperti yang diungkap-
pada rumus di atas, ketika ekspektasi inflasi kan oleh Blinder, yaitu 'perbuatan yang
sama atau melebihi batas atas 20%, maka sesuai dengan perkataan'. Untuk menyesuai-
indeks kredibilitas akan menjadi 0 (tidak kan dengan pengertian tersebut maka
kredibel). Tidak seperti langkah-langkah pengukuran kredibilitas akan di- lakukan
sebelumnya, Cecchetti dan Krause tidak dengan cara sebagai berikut:
| − |
memberlakukan hukuman simetris dan di 1− , | − |<
= ( )=
mana saja ekspektasi inflasi yang lebih 0, | − |>
rendah dari target, maka otoritas moneter
dianggap sempurna kredibel. Perbedaan persamaan tersebut jika
Neuenkirch dan Tillman (2012) me- dibandingkan dengan persamaan sebelum-
nyatakan bahwa ekspektasi inflasi di masa nya hanya pada perubahan ekspektasi inflasi
depan ditentukan dengan melihat target ( ) menjadi inflasit-1 ( ). Perubahan ini
inflasi dan rata-rata tingkat inflasi di masa sesuai dengan pernyataan Mankiw (2007)
lalu. mengenai ekspektasi adaptif. Asumsi ini
Eπ = γ π∗ + (1 − γ )π beranggapan bahwa orang-orang meng-
harapkan harga meningkat tahun ini pada
Dimana π adalah rata-rata inflasi di tingkat yang sama sebagaimana tahun lalu,
masa lalu dan γ adalah bobot relatif artinya = , sehingga nantinya kredibi-
terhadap target inflasi. Semakin tinggi γ , litas akan diukur dengan membandingkan
maka semakin tinggi tingkat kredibilitas antara target inflasi dan inflasi aktual di
bank sentral. periode sebelumnya (inflasit-1)
γ = 1 − α|π − π∗ |
Persistensi Inflasi
Kredibilitas (γ ) itu sendiri mencermin- Dalam literatur, ditemui ada beberapa
kan kinerja inflasi masa lalu dan dimodelkan pengertian mengenai persistensi inflasi.
sebagai fungsi dari deviasi absolut dari rata- Willis (2003), mendefinisikan persistensi
rata inflasi masa lalu terhadap target inflasi. inflasi sebagai “kecepatan kembalinya inflasi
Sebagai alternatif pengukuran dari ke garis dasar atau basisnya setelah terjadi
kredibilitas kebijakan moneter, Valentin dan shock”. Kalau diperhatikan pengertian dari
160 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

Willis bisa diartikan bahwa persistensi dua pendekatan yang berbeda. Satu men-
inflasi itu adalah berapa lama kecepatan definisikan dan mengevaluasi persistensi
yang diperlukan oleh inflasi untuk kembali inflasi dalam konteks representasi univariat
ke kondisi semula setelah terjadinya kejutan time-series sederhana sementara yang lain
atau shock. Jika kecepatannya rendah bisa menggunakan model ekonometrik struktu-
dikatakan bahwa inflasinya sangat persisten, ral yang bertujuan untuk menjelaskan peri-
akan tetapi jika kecepatannya tinggi, kita laku inflasi. Untuk memudahkan kita bisa
bisa mengatakan bahwa inflasinya tidak menyebut pendekatan yang pertama sebagai
persisten. Dengan kata lain, tingkat kecepa- pendekatan "univariat" dan kedua sebagai
tan yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat pendekatan "multivariat". Persistensi biasa-
persistensi inflasi rendah dan sebaliknya nya dilihat mengacu pada durasi guncangan
tingkat persistensi inflasi yang tinggi di- memukul inflasi. Berdasarkan pendekatan
tunjukkan oleh lamanya tingkat inflasi univariat model autoregressive sederhana
kembali ke level ekuilibriumnya. untuk inflasi biasanya diasumsikan dan
Gadzinski dan Orlandi (2004) meng- guncangan diukur dalam komponen white
artikan persistensi inflasi sebagai lambatnya noise dari proses autoregressive.
inflasi untuk kembali pada nilai sasaran Marilah kita secara singkat meninjau
yang telah ditetapkan bank sentral ketika langkah-langkah yang paling umum diguna-
terjadi perubahan dalam pencapaian sasaran kan dalam mengukur persistensi inflasi.
tersebut atau karena adanya goncangan lain. Berdasarkan pendekatan univariate, persis-
Menurut Batini (2002), terdapat tiga jenis tensi diselidiki dengan melihat representasi
persistensi inflasi yaitu: Pertama, serial deret waktu univariat inflasi. Alamsyah
correlation positif pada inflasi. Kedua, adanya (2008) mengukur persistensi inflasi dengan
jeda waktu antara tindakan kebijakan mengaplikasikan persamaan univariat
moneter sistematis dan pengaruhnya ter- model AR (1) dengan bentuk persamaan
hadap inflasi. Serta kelambanan respon dari sebagai berikut:
inflasi terhadap kebijakan moneter tidak π = μ + απ +ε
sistematis.
Secara harfiah, persistensi inflasi dapat dimana πt adalah tingkat inflasi pada
diartikan sebagai keberlangsungan, atau periode t, α adalah koefisien otoregresif, dan
kecenderungan untuk menguat, atau dengan εt merupakan error term. Inflasi tahun ke-t
istilah statistik dapat didefinisikan sebagai bergantung pada inflasi periode sebelumnya
serial korelasi posistif. Dengan demikian, (Ajija et al., 2011). Koefisien parameter α
persistensi inflasi tidak hanya dapat terjadi diinterpretasikan sebagai derajat persistensi
kenaikan tetapi juga penurunan dari nilai inflasi. Cara penjumlahan koefisien tersebut
alamiahnya. Jika posisi persistensi inflasi merupakan cara pengukuran skalar persis-
berada pada nilai alamiahnya, maka nilai tensi terbaik menurut Andrews dan Chen
persistensi inflasi akan bertanda positif, (1994). Persistensi inflasi dikatakan tinggi
sedangkan jika posisi persistensi berada di apabila tingkat inflasi saat ini sangat di-
bawah nilai alamiahnya, maka nilai persis- pengaruhi oleh nilai lagnya, sehingga koefi-
tensi akan bertanda negatif. Pada berbagai siennya mendekati 1. Dalam hal ini, inflasi
literatur yang ada, pembahasan persistensi dikatakan mendekati unit root process.
inflasi kebanyakan lebih fokus pada kenai-
kan saja, dimana studi-studi tersebut ber- Pengaruh Kredibilitas terhadap Persistensi
tujuan untuk mengetahui cepat atau lambat- Inflasi
nya penurunan inflasi untuk dapat kembali Untuk meneliti pengaruh kredibilitas
ke nilai alamiahnya. bank sentral terhadap persistensi inflasi, kita
Marques (2004) menyatakan bahwa tidak bisa menggunakan pendekatan uni-
persistensi inflasi biasanya dibahas dalam variat seperti dalam penjelasan sebelumnya.
Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 161

Pada dasarnya, pendekatan univariat ter- Agenor dan Taylor (1993) pernah menulis
sebut hanya untuk melihat derajat persis- persamaan sebagai berikut:
tensi inflasi saja, oleh karena itu diperlukan = +
metode lain untuk mengukur pengaruh
= + +
kredibilitas bank sentral terhadap persistensi
inflasi. Metode ini sering disebut dengan Dimana adalah persistensi inflasi dan
pendekatan multivariat. adalah variabel kredibilitas. Artinya
Selain bertujuan untuk melihat seberapa Agenor dan Taylor beranggapan bahwa
besar persistensi di Indonesia, fokus pe- persistensi inflasi dipengaruhi oleh kredibi-
nelitian ini juga ingin melihat bagaimana litas. Mereka melanjutkan bahwa harusnya
pengaruh kredibilitas bank sentral terhadap bernilai negatif, artinya semakin tinggi
persistensi inflasi itu sendiri. Penelitian ini kredibilitas maka efek inersia dari inflasi
akan menggunakan pendekatan multivariat atau persistensi inflasi akan semakin kecil.
sebagai salah satu alat analisisnya. Pen- Agenor dan Taylor memasukkan variabel
dekatan multivariat sendiri memiliki banyak kredibilitas ke dalam model karena ber-
metode yang bisa digunakan. pedoman pada prosedur yang pernah di-
New Keynesian Phillips Curve Hybrid lakukan oleh Christensen (1987 dan 1990).
(NKPC Hybrid) merupakan salah satu Christensen memasukkan variabel kredibi-
metode yang cukup populer untuk diguna- litas ke dalam model regresi. Variabel
kan dalam melihat besarnya persistensi kredibilitas tersebut diukur berdasarkan
inflasi serta faktor-faktor yang mempe- kondisi nilai tukar.
ngaruhinya. NKPC hybrid ini memasukkan Davis (2012), Napolitano dan Montaglio
unsur forward looking dan lagged inflation. (2001), serta Harmanta, Bathaluddin dan
Persamaannya dapat dituliskan sebagai Waluyo (2011) juga pernah menyatakan
berikut: bahwa kredibilitas bank sentral berkorelasi
π = γ E (π )+γ π + ky + e secara negatif dengan persistensi inflasi.
Untuk mempermudah penelitian ini maka
dimana yt adalah deviasi dari output gap atau variabel kredibilitas akan dimasukkan ke
biaya marjinal (marginal cost) aktual terhadap dalam model NKPC hybrid, sehingga model
kondisi optimal, et adalah unsur kejutan dari penelitian akan menjadi sebagai berikut:
sisi pasokan atau supply shock, γ adalah = ( ) + (1 − ) +
koefisien pada variabel inflasi dimana ter- + +
kadang direstriksi (γ +γ ) = 1. Untuk mem-
perjelas restriksi tersebut, persamaannya Penambahan variabel tambahan dalam
bisa dibuat seperti di bawah ini: model NKPC hybrid ini sepertinya tidak akan
= ( ) + (1 − ) + + menyalahi aturan karena penelitian-
penelitian terdahulu juga pernah melakukan
Ada dua metode yang bisa digunakan hal yang sama, contohnya penelitian yang
untuk melihat pengaruh kredibilitas ter- dilakukan oleh Alamsyah (2008). Artinya
hadap persistensi inflasi. Pertama dengan model NKPC hybrid ini bisa dibilang
membandingkan seberapa besar persistensi fleksibel dan tidak hanya terpaku pada tiga
inflasi dalam beberapa periode dengan variabel utama saja, yaitu inflasi periode
kredibilitas bank sentral juga dalam periode sebelumnya, ekspektasi inflasi, dan output
tersebut. Akan tetapi, ada metode lain yang gap.
cukup sering digunakan yaitu dengan cara Dalam model NKPC hybrid, variabel
memasukkan variabel kredibilitas ke dalam dependen yang digunakan adalah inflasi
model, misalnya model NKPC Hybrid. aktual. Hal ini bisa jadi menimbulkan sedikit
tanda tanya karena sebenarnya model
162 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

tersebut ingin melihat pengaruh variabel persistensi inflasi yang sebenarnya


independen dalam NKPC hybrid terhadap (Arimurti, 2011).
persistensi inflasi. Penjelasannya bisa kita
dapatkan dari kerangka fikir di atas. Pertama Teknik Analisis Data
akan dilihat nilai persistensi inflasi ber- a. Uji Stasioneritas Data
dasarkan nilai koefisien AR, kemudian Dalam ekonometrika, data yang akan
tentukan apakah koefisien tersebut signi- digunakan harus stasioner khususnya untuk
fikan atau tidak (berdasar nilai probabilitas). data time series. Secara statistik, sebuah data
Ketika nilai probabilitas menunjukkan nilai time series dikatakan stasioner jika rata-rata
yang signifikan maka artinya perubahan dan varians data tersebut konstan dari waktu
nilai inflasi aktual juga menandakan akan ke waktu dan nilai kovarian diantara dua
berubahnya nilai persistensi inflasi (koefi- periode bergantung hanya pada jarak atau
sien AR). Singkat kata, perubahan inflasi kelambanan antara dua periode waktu
aktual mencerminkan perubahan nilai tersebut, bukan tergantung pada waktu
persistensi inflasi, sehingga hal ini me- sesungguhnya saat dihitungnya kovarian.
mungkinkan kita untuk menggunakan Selain itu adanya data yang terlalu besar
inflasi aktual sebagai variabel dependen selama periode pengamatan dan mem-
dalam model NKPC hybrid. punyai kecenderungan untuk mendekati
nilai rata-ratanya (Engle dan Granger, 1987).
METODE PENELITIAN Dengan mendefinisikan random walks
Jenis Penelitian sebagai perilaku series yang bervariasi ter-
Penelitian ini disusun dengan pen- hadap perubahan waktu dan tidak mem-
dekatan positivis. Data yang digunakan punyai batas variance yang tetap, maka
berupa data sekunder yang berasal dari Bank pengujian random walks adalah pengujian
Indonesia. Data tersebut nantinya akan stationarity. Jika variabel terbukti non stasio-
diolah supaya nantinya bisa memberikan ner, maka dengan berjalannya waktu maka
jawaban terhadap rumusan masalah yang variabel tersebut cenderung untuk tidak
diangkat dalam penelitian ini. kembali pada suatu kecenderungan jangka
panjang yang sama (random walks). Se-
Jenis dan Sumber Data baliknya jika variabel ternyata stasioner,
Data yang akan digunakan dalam maka dengan berjalannya waktu variabel
penelitian ini berupa data sekunder yang tersebut akan cenderung kembali pada suatu
meliputi: Pertama, inflasi Triwulanan (year- kecenderungan jangka panjang yang tetap.
on-year) tahun 2000-2012. Sumber data Uji yang paling sering digunakan untuk
berasal dari Bank Indonesia. Kedua, target melihat stasioneritas data adalah Dickey
Inflasi dari tahun 2000-2012. Sumber data Fuller-Test (DF-Test) yang kemudian ber-
berasal dari Bank Indonesia. Ketiga, GDP kembangkan menjadi Augmented Dickey
triwulanan dari tahun 2000-2012. Sumber Fuller-Test (ADF-Test). Metode ini banyak
data berasal dari Bank Indonesia. Terakhir, mendapat kritikan karena penggunaannya
ekspektasi inflasi triwulanan tahun 2000- menuntut sampel data yang besar. Selain
2012. Sumber data berasal dari hasil survey itu, metode ini juga sangat sering menerima
yang dilakukan Bank Indonesia. hipotesa null bahwa data tidaklah stasioner
Latar belakang penggunaan data inflasi (Gujarati, 2003).
year-on-year berdasarkan beberapa alasan.
Penggunaan data inflasi month-on-month b. Chow Test
ataupun quarter-to-quarter sangat terkait Dalam mengestimasi model yang
dengan faktor seasonal sehingga dikhawatir- menggunakan data time series, dimungkin-
kan kurang dapat menggambarkan tingkat kan munculnya perubahan struktural
(structural break). Akan tetapi, ada juga yang
Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 163

menyebutnya dengan structural shift atau melihat jumlah koefisien AR. Ini merupakan
jump (Ariefianto, 2012). Oleh karena peruba- cara pengukuran skalar persistensi terbaik
han struktural ini, maka bisa diartikan menurut Andrews dan Chen (1994).
bahwa nilai parameter dari model tidak
sama sepanjang periodenya (Gujarati dan d. Estimasi Model NKPC Hybrid
Porter, 2010). Perubahan struktural bisa Berdasarkan penjelasan-penjelasan se-
terjadi karena kekuatan eksternal, peruba- belumnya, model NKPC hybrid yang akan
han kebijakan, tindakan pemerintah, mau- diestimasi adalah sebagai berikut:
pun penyebab lainnya (Gujarati, 2003). Pola π = αE (π ) + (1 − α)π + βgap +
hubungan suatu variabel dengan variabel γCred + ε
lain sangat mungkin berbeda antara satu Dimana:
periode dengan periode lainnya. Untuk πt = tingkat inflasi pada waktu t
mengetahui stabilitas parameter dari suatu Et(πt+1) = ekspektasi inflasi
persamaan dalam satu seri data runtut πt-1 = inflasi periode sebelumnya
waktu dapat digunakan chow test. Uji ini gapt = output gap
pertama kali dikemukan oleh Chow (1960). Credt = kredibilitas bank sentral
Salah satu metode yang dapat diguna-
kan dalam chow test adalah chow’s breakpoint Model NKPC hybrid ini nantinya akan
test. Metode ini memiliki tujuan untuk diestimasi dengan menggunakan metode
mencocokkan persamaan secara terpisah Ordinary Least Square. Persisten atau tidak-
untuk setiap sub sampel dan melihat apakah nya inflasi di Indonesia bisa dilihat
terdapat perbedaan yang signifikan dalam penyebabnya dengan mengestimasi model
persamaan yang diestimasi (Anonim, 2004). NKPC hybrid tersebut.

c. Autoregressive (AR) ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Uji Stasioneritas dan Chow Breakpoint Test
ada beberapa metode yang dapat digunakan Dalam melakukan uji stasioneritas, kita
untuk mengukur derajat persistensi inflasi harus memperhatikan nilai probabilitas. Jika
pada pendekatan univariat. Dengan melihat nilai probabilitas berada di bawah α =1%, α=
kelebihan dan kekurangan masing-masing, 5%, ataupun α = 10%, maka tidak terjadi unit
penelitian ini akan menggunakan metode root. Sebaliknya, jika nilai probabilitas lebih
autoregressive (AR) sebagai berikut: besar dari α = 1%, α = 5%, ataupun α = 10%,
π = μ + απ +ε maka itu menandakan terjadinya unit root.
Selain itu, kita juga bisa membandingkan
Dari hasil estimasi persamaan tersebut, nilai t-statistik dan nilai kritis untuk
tingkat persistensi inflasi dihitung dengan menentukan apakah hipotesis null adanya
unit root dapat ditolak atau tidak.

Tabel 1
Uji Stasioneritas Data Inflasi
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.781404 0.0056
Test critical values: 1% level -3.571310
5% level -2.922449
10% level -2.599224
Sumber: Data diolah
164 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

Dari hasil uji stasioneritas di tabel 1 bisa Selanjutnya akan dilakukan chow test
kita lihat bahwa nilai probabilitas adalah untuk melihat kemungkinan terjadinya
0,0056 atau lebih kecil jika dibandingkan perubahan struktural (structural break). Uji
dengan α. Dimana artinya variabel inflasi ini bisa dilakukan dengan membandingkan
sudah stasioner pada α = 1%, α = 5%, atau- nilai F-statistik dan probabilitasnya. Ketika
pun α = 10%. Hasil perbandingan antara nilai nilai F-statistik lebih besar daripada nilai
t-statistik dan nilai kritis menunjukkan hal probabilitasnya maka itu sudah menunjuk-
serupa. Nilai t-statistik lebih kecil daripada kan adanya structural break dalam suatu
nilai kritis baik pada α = 1%, α = 5%, ataupun periode.
α = 10%. Artinya, hipotesis null adanya unit
root bisa ditolak.

Tabel 2
Chow Breakpoint Test

Chow Breakpoint Test: 2006:1


F-statistic 1.227840 robability 0.302550
Log likelihood ratio 2.603555 robability 0.272048
Sumber: Data diolah

Berdasarkan perkiraan awal, diprediksi 2000:1-2005:4 dan 2006:1-2012:3. Periode


bahwa akan terjadi structural break pada pertama (2000:1-2005:4) adalah periode
tahun 2005 tepatnya pada kuarter ketiga inflation targeting lite. Sedangkan periode
(2005:3). Alasannya karena pada saat itulah kedua (2006:1-2012:3) akan dinamakan
Bank Indonesia mulai menerapkan ITF periode full-fledged inflation targeting.
secara penuh, yaitu full-fledged inflation
targeting, setelah sebelumnya menerapkan Estimasi Model Autoregressive (AR)
inflation targeting. Ternyata perkiraan ter- Setelah diketahui ketepatan waktu
jadinya structural break pada tahun 2005 munculnya structural break yang diperoleh
kuarter ketiga tidak sepenuhnya benar. melalui hasil chow breakpoint test dan telah
Sebenarnya perkiraan tersebut juga tidak dipastikan pula bahwa variabel memang
sepenuhnya salah karena structural break stasioner, maka selanjutnya dapat dilakukan
masih terjadi pada periode di sekitar tahun estimasi model autoregressive. Karena esti-
2005 kuarter ketiga, yaitu pada tahun 2006 masi yang digunakan adalah model auto-
kuarter pertama (2006:1). Hal ini dikarena- regressive, maka ukuran persistensi inflasi
kan nilai F-statistik yang lebih tinggi adalah nilai dari koefisien autoregressive.
daripada nilai probabilitas pada periode Hasil estimasi model autoregressive
tersebut, yaitu 1.227840 berbanding pada periode inflation targeting lite me-
0.302550. Dari hasil chow test ini, nantinya nunjukkan bahwa persistensi inflasi adalah
data akan dibagi menjadi dua periode, yaitu sebesar 0.468957.

Tabel 3
Hasil estimasi model Autoregressive (AR)
Periode Persistensi Inflasi
Inflation Targeting Lite 0.468957
Full-Fledged Inflation Targeting 0.378881
Sumber: Data diolah
Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 165

Koefisien ini tidak jauh berbeda dengan kenyataannya tidaklah demikian Persistensi
hasil estimasi full sample sehingga kembali inflasi di Indonesia relatif cukup rendah.
bisa disimpulkan bahwa selama periode Persistensi inflasi di Indonesia cenderung
2000:1-2005:4 inflasi tidaklah persisten. mengalami penurunan pada periode full-
Untuk periode full-fledged inflation fledged inflation targeting jika dibandingkan
targeting, hasil estimasi model autoregressive dengan periode inflation targeting lite.
menunjukkan persistensi inflasi sebesar
0.378881. Koefisien ini sedikit lebih rendah di Estimasi Model NKPC Hybrid
bandingkan dengan periode sebelumnya. a. Estimasi Model NKPC Hybrid Periode
Akan tetapi, selama periode 2006:1-2012:3 Inflation Targeting Lite
inflasi bisa dikatakan tidak persisten. Hasil estimasi untuk periode inflation
Hasil estimasi ini berbeda dari perkira- targeting lite (2000:2-2005:4) adalah sebagai
an sebelumnya dimana diperkirakan persis- berikut:
tensi inflasi di Indonesia masih relatif tinggi,

Tabel 4
Estimasi Model NKPC Hybrid Periode 2000:2-2005:4

Variabel Koefisien Probabilitas


Ekspektasi Inflasi 0.2599116 0.165
Inflasit-1 0.7400884 0.001
Output Gap 19.45755 0.032
Kredibilitas 0.5891048 0.794
Konstanta 0.0929179 0.959
Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4, kita bisa melihat b. Estimasi Model NKPC Hybrid Periode
bahwa variabel yang berpengaruh terhadap Full-FledgedInflation Targeting
persistensi inflasi yaitu Inflasit-1 dan Output Periode full-fledged inflation targeting
Gap Sementara itu, kredibilitas tidaklah adalah tahun 2006:1-2012:3. Hasil estimasi
demikian. untuk periode kedua tersebut adalah sebagai
berikut:

Tabel 5
Uji Multikolinearitas
Kredibilitas Ekspektasi Output Gap Inflasit-1
Inflasi
Kredibilitas 1.000000 -0.602701 -0.225128 -0.779655
Ekspektasi Inflasi -0.602701 1.000000 0.027800 0.878200
Output Gap -0.225128 0.027800 1.000000 0.084294
Inflasit-1 -0.779655 0.878200 0.084294 1.000000
Sumber : Data diolah

Dari hasil uji ternyata terjadi multi- kan beberapa pertimbangan, inflasit-1 akan
kolinearitas antara variabel ekspektasi inflasi dikeluarkan dari model. Artinya variabel
dan inflasit-1. Nilai koefisien korelasi ke- yang tersisa hanya ekspektasi inflasi, output
duanya adalah sebesar 0.878200. Berdasar- gap, dan kredibilitas.
166 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

Tabel 6
Estimasi Model NKPC Hybrid Periode 2006:1-2012:3

Variabel Koefisien Probabilitas


Ekspektasi Inflasi 1.749770 0.0001
Output Gap 14.66898 0.2512
Kredibilitas -2.562097 0.0462
Konstanta -4.260172 0.2056
Sumber : Data diolah

Untuk mempersingkat hasil-hasil esti- bawah ini. Dari tabel 6 kita bisa melihat nilai
masi model NKPC Hybrid untuk periode koefisien setiap variabel, nilai probabilitas,
inflation targeting lite dan full-fledged inflation dan apakah variabel berpengaruh atau tidak
targeting, kita bisa memperhatikan tabel di terhadap persistensi inflasi.

Tabel 7
Hasil Estimasi Model NKPC Hybrid
Inflation Targeting Lite Full-Fledged Inflation Targeting
Variabel
Koefisien Prob. Pengaruh Koefisien Prob. Pengaruh
Ekspektasi 0.2599116 0.165 Tidak 1.749770 0.0001 Ada
Inflasit-1 0.7400884 0.001 Ada - - -
Output Gap 19.45755 0.032 Ada 14.66898 0.2512 Tidak
Kredibilitas 0.5891048 0.794 Tidak -2.562097 0.0462 Ada
Kostanta 0.0929179 0.959 - -4.260172 0.2056 -
Sumber: Data diolah

Setiap variabel bisa ditentukan apakah targeting, hal sebaliknyalah yang terjadi. Hal
berpengaruh atau tidak terhadap persistensi ini merupakan pengaruh positif perubahan
inflasi, yaitu dengan membandingkan antara kerangka kebijakan bank Indonesia, inflation
nilai αdengan nilai probabilitas. Jika nilai targeting lite menjadi full-fledged inflation
probabilitas kurang dari α maka variabel targeting.
tersebut memiliki pengaruh terhadap persis-
tensi inflasi. Dari tabel 7 bisa dilihat bahwa Pembahasan
pada periode inflation targeting lite hanya a. Periode Inflation Targeting Lite
variabel inflasit-1 dan output gap yang mem- Secara garis besar, hasil penelitian
pengaruhi persistensi inflasi. Sementara menunjukkan bahwa persistensi inflasi di
pada periode full-fledged inflation targeting, Indonesia masih cukup rendah. Ini ber-
ekspektasi inflasi dan kredibilitas lebih tentangan dengan hasil penelitian Alamsyah
berpengaruh terhadap persistensi inflasi. (2008) yang menyatakan persistensi inflasi di
Hal ini bisa diartikan bahwa pelaku ekonomi Indonesia masih cukup tinggi. Selain itu,
di Indonesia ternyata lebih cenderung pelaku ekonomi di Indonesia ternyata lebih
berperilaku backward looking pada periode cenderung berperilaku backward looking. Hal
inflation targeting lite, sedangkan pada ini dikarenakan variabel inflasit-1 yang
periode full-fledged inflation targeting, pelaku pengaruhnya terlihat dominan sebagai
ekonomi di Indonesia mulai berperilaku sumber persistensi inflasi terutama pada
forward looking. Sementara itu, kredibilitas periode inflation targeting lite. Pendapat
ternyata tidak berpengaruh terhadap persis- bahwa pelaku ekonomi di Indonesia lebih
tensi inflasi selama periode inflation targeting cenderung berperilaku backward looking pada
lite, tetapi pada periode full-fledged inflation periode inflation targeting lite ini juga pernah
Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 167

diungkapkan oleh Alamsyah (2008). Selain sehingga pada akhirnya inflasi menjadi lebih
itu, diketahui pula bahwa ternyata kredibi- persisten.
litas bank sentral tidak berpengaruh Tingginya inflasi IHK tidak terlepas dari
terhadap persistensi inflasi. Hasil penelitian pengaruh ekspektasi inflasi produsen dan
ini tentunya bertentangan dengan hasil pedagang, serta konsumen. Berdasarkan
penelitian Harmanta et al (2011), Davis (2012) Survei Mekanisme Pembentukan Harga di
serta banyak penelitian lain yang menyata- Sektor Manufaktur dan Ritel (Bank Indo-
kan kredibilitas sangat menentukan tingkat nesia, 2001), diketahui bahwa dasar pem-
persistensi inflasi. bentukan ekspektasi inflasi pada produsen
Periode inflation targeting lite merupakan dan pedagang ritel lebih banyak bersumber
tahapan awal bank sentral untuk mulai dari perkembangan inflasi aktual dan inflasi
menggunakan kerangka kebijakan ITF. Se- tahun sebelumnya. Survei ini dilakukan
telah krisis tahun 1998 dan berbagai macam Bank Indonesia pada tahun 2001, kurang
hal yang menyertai, tentu tidak mudah bagi lebih pada awal periode inflation targeting
masyarakat untuk mempercayai bahwa lite. Hal ini sebenarnya bisa menjadi bukti
bank sentral mampu dan berkomitmen terhadap perilaku masyarakat yang backward
untuk mencapai target inflasi yang telah looking. Pelaku ekonomi yang kurang
ditetapkan. Artinya periode inflation mengacu pada target inflasi Bank Indonesia
targeting lite termasuk masa yang sulit bagi menunjukkan kurang kredibelnya Bank
bank sentral. Setiap kebijakan yang diambil Indonesia di mata mereka. Pelaku ekonomi
cenderung belum banyak mendapat respon tidak yakin sepenuhnya bahwa Bank Indo-
yang positif dari masyarakat, mengingat nesia mampu mencapai target tersebut,
kredibilitas bank sentral yang belum cukup sehingga pada akhirnya pelaku ekonomi
baik di mata masyarakat. Dengan kata lain, cenderung mengacu pada inflasi aktual pada
cukup masuk akal jika kredibilitas bank periode sebelumnya dalam pembentukan
sentral belum banyak memberi pengaruh ekspektasi inflasi.
dalam upaya mengontrol laju inflasi,

Proyeksi inflasi
lembaga swasta
14%

55% 31%

Perkembangan Target inflasi


inflasi aktual BI

Gambar 1
Acuan dalam Pembentukan Ekspektasi Inflasi Produsen (% Responden)
168 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

b. Periode Full-Fledged Inflation Targeting Fakta berpengaruhnya kredibilitas bank


Pada periode full-fledged inflation sentral terhadap persistensi inflasi selama
targeting, ternyata persistensi inflasi cende- periode full-fledged inflation targeting tentu
rung menurun dibandingkan dengan menarik untuk ditelusuri alasannya. Semua-
periode inflation targeting lite. Hasil estimasi nya tentu terkait dengan respon yang baik
NKPC hybrid menunjukkan hasil yang jauh dari bank sentral untuk mengatasi setiap
berbeda dengan periode inflation targeting masalah yang melanda selama menerapkan
lite. Ekspektasi inflasi dan kredibilitas sangat full-fledged inflation targeting. Banyak keputu-
berpengaruh terhadap persistensi inflasi. san penting yang diambil oleh bank sentral
Hal ini menunjukkan pelaku ekonomi di sehingga kredibilitas mereka cenderung
Indonesia mulai berperilaku forward looking. membaik dibandingkan dengan periode
Pendapat yang serupa bahwa pelaku ekono- inflation targeting lite.
mi di Indonesia lebih cenderung berperilaku Berbagai macam upaya positif yang
forward looking pada periode full-fledged telah dilakukan Bank Indonesia dalam
inflation targeting ini juga pernah diungkap- mengatasi setiap permasalahan yang me-
kan oleh Harmanta et al (2011) dan Hutabarat landa, sepertinya bisa menjadi alasan kuat
(2005). Perubahan perilaku ini bisa jadi ada dibalik meningkatnya kredibilitas mereka di
kaitannya dengan perubahan rezim dari mata masyarakat. Tentu tidak mengheran-
inflation targeting lite menjadi full-fledged kan ketika persistensi inflasi mengalami
inflation targeting. Artinya perubahan ke- penurunan sebagai akibat dari meningkat-
rangka kebijakan dari inflation targeting lite nya kredibilitas Bank Indonesia selama
menjadi full-fledged inflation targeting mem- periode full-fledged inflation targeting, se-
berikan pengaruh yang cukup baik dimana hingga pada akhirnya laju inflasi cenderung
pelaku ekonomi tidak berperilaku backward lebih mudah untuk dikontrol. Bank sentral
looking lagi dan lebih condong berperilaku mampu meyakinkan banyak pihak jika
forward looking. Perubahan perilaku tersebut mereka memang memiliki komitmen kuat
bisa dibilang baik karena berdasarkan untuk mongontrol laju inflasi agar sesuai
banyak penelitian diketahui perilaku forward dengan apa yang telah ditargetkan. Komit-
looking akan berakibat terkendalinya laju men yang kuat dalam mengontrol laju inflasi
inflasi atau inflasi menjadi tidak persisten. ini pada akhirnya akan membuat bank
Tentu juga menjadi bahasan yang sentral menjadi sangat kredibel di mata
cukup menarik bagaimana bank sentral bisa masyarakat, sehingga kredibilitas bank
membuat kredibilitas mereka mampu mem- sentral ini mampu membuat laju inflasi
pengaruhi persistensi inflasi selama periode menjadi tidak persisten.
full-fledged inflation targeting. Hasil penelitian Hal tersebut menunjukkan pentingnya
ini tentunya sangat mendukung hasil kredibilitas bagi sebuah bank sentral yang
penelitian Harmanta et al (2011) dan Davis menerapkan inflation targeting framework
(2012) yang menyatakan kredibilitas sangat (ITF). Menurut Pohan (2008), kerangka
menentukan tingkat persistensi inflasi. konstitusional adalah prasyarat penting
Padahal sebelum periode tersebut, tepatnya yang mutlak diperlukan oleh bank sentral
tahun 2005, kredibilitas bank sentral sempat dalam menerapkan ITF. Kerangka operasi-
jatuh. Hal ini dikarenakan naiknya harga onalnya pada umumnya antara lain terdiri
BBM sehingga harga-harga cenderung tidak atas beberapa hal berikut, yaitu mandat,
terkendali. Sementara itu, pada tahun 2008 independensi, transparansi dan akunta-
terjadi krisis global yang tentunya membuat bilitas. Hal-hal tersebut dirasa cukup krusial
bank sentral cukup kesulitan dalam me- perannya untuk menjaga kredibilitas bank
ngontrol laju inflasi selama periode full- sentral.
fledged inflation targeting. Karakteristik utama kerangka kebijakan
ITF adalah adanya suatu mandat yang
Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 169

menetapkan target inflasi sebagai tujuan kirakan persistensi inflasi di Indonesia masih
utama kebijakan moneter. Dengan kata lain, relatif tinggi. Ternyata pada kenyataannya
target seperti pertumbuhan atau tingkat tidaklah demikian, tetapi persistensi inflasi
pengangguran harus diletakkan sebagai di Indonesia cenderung mengalami penuru-
sasaran yang perioritasnya masih di bawah nan pada periode full-fledged inflation
pencapaian target inflasi. Mandat tersebut targeting jika dibandingkan dengan periode
merupakan karakteristik utama dalam mem- inflation targeting lite.
bedakan antara bank sentral yang me- Pada periode inflation targeting lite,
nerapkan ITF dengan bank yang hanya kredibilitas tidak berpengaruh terhadap
mengumumkan proyeksi inflasi. persistensi inflasi. Hal ini bisa jadi disebab-
Dalam penerapan ITF, penting bagi kan oleh perilaku para pelaku ekonomi di
bank sentral untuk memiliki target dan Indonesia yang ternyata lebih cenderung
instrumen yang sifatnya independen. Untuk berperilaku backward looking. Hal ini di-
dapat melaksanakan mandat kebijakan karenakan variabel inflasit-1 yang penga-
moneter yang efektif, bank sentral memerlu- ruhnya terlihat dominan sebagai sumber
kan independensi dalam pemilihan dan persistensi inflasi terutama pada masa
penggunaan instrumen moneter. Inde- inflation targeting lite. Sementara itu, pada
pendensi ini penting untuk menjaga kredibi- periode full-fledged inflation targeting, ter-
litas bank sentral. Sebisa mungkin akan lebih nyata hasil estimasi menunjukkan hasil yang
baik jika tidak ada campur tangan dari luar jauh berbeda dengan periode inflation
dalam pemilihan dan penggunaan instru- targeting lite. Kredibilitas sangat berpe-
men moneter tersebut. ngaruh terhadap persistensi inflasi. Hal ini
Selain diperlukan adanya pemilihan dan sebagai akibat dari pelaku ekonomi di
penggunaan instrumen secara independen, Indonesia yang mulai berperilaku forward
proses pengambilan kebijakan bank sentral looking.
harus bersifat transparan dan memiliki
akuntabilitas. Dalam penerapan ITF, bank Saran
sentral dituntut untuk bekerja secara trans- Hasil penelitian menunjukkan bahwa
paran mengingat akuntabilitas merupakan perubahan kerangka kebijakan dari inflation
kunci keberhasilan ITF. Sebagai implikasi targeting lite menjadi full-fledged inflation
dari pemberian mandat dan adanya inde- targeting memberikan pengaruh yang cukup
pendensi dalam mencapai tujuan ITF, maka baik dimana pelaku ekonomi tidak ber-
bank sentral dituntut untuk dapat mem- perilaku backward looking lagi dan lebih
pertanggungjawabkan kebijakan yang telah condong berperilaku forward looking. Selain
dilakukan dalam upaya pencapaian target itu, kredibilitas bank sentral juga ber-
inflasi (accountable). Penjelasan bank sentral pengaruh terhadap persistensi inflasi ter-
secara transparan tentang kebijakan mone- utama pada periode full-fledged inflation
ternya akan memberi insentif dalam pen- targeting. Tentunya saran yang akan diberi-
capaian target inflasi melalui peningkatan kan tidak jauh dari hasil penelitian tersebut.
kepercayaan publik. Bank sentral harus terus meningkatkan
kredibilitasnya atau setidaknya memper-
SIMPULAN DAN SARAN tahankan kredibilitas mereka di mata masya-
Simpulan rakat atau pun para pelaku ekonomi Indo-
Selama menerapkan Inflation Targeting nesia. Tujuannya agar mereka mau me-
Framework (ITF) persistensi inflasi di respon dengan baik setiap kebijakan yang
Indonesia tidak bisa dibilang tinggi. Artinya akan diambil oleh bank sentral. Ketika
inflasi cenderung tidak persisten. Hasil kredibilitas bank sentral cenderung me-
estimasi ini berbeda dari yang diperkirakan nurun secara drastis, tentu hal ini bisa
sebelumnya. Hipotesis penelitian memper- menjadi bumerang bagi bank sentral sendiri.
170 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 155 - 171

Setiap kebijakan atau arahan yang dilakukan Aoki, K. dan T. Kimura. 2006. Learning
bank sentral tidak akan mendapat respon About Belief About Inflation Target and
dengan baik. Hal semacam ini bisa menjadi Stabilisation Policy. Prosiding London
persoalan yang pelik terutama ketika School of Economics: 1-27.
Indonesia sedang dilanda masalah dalam Ariefianto, M. D. 2012. Ekonometrika, Esensi
perekonomiannya. Masalah tersebut akan dan Aplikasi dengan Menggunakan Eviews.
menjadi berlarut-larut dan cenderung sulit Erlangga. Jakarta.
mencari solusi sebagai penyelesaian masa- Arimurti, T. dan B. Trisnanto.2011. Persis-
lah. Hal sebaliknya akan terjadi jika bank tensi Inflasi di Jakarta dan Implikasinya
sentral mampu menjaga kredibilitasnya. Terhadap Kebijakan Pengendalian
Pengaruh ekspektasi inflasi cukup besar Inflasi Daerah. Buletin Ekonomi Moneter
terhadap tingkat persistensi inflasi di Indo- dan Perbankan 14(1): 5-29.
nesia terutama pada periode full-fledged Bank Indonesia. 2012. Inflasi. www.bi.go.id.
inflation targeting. Hal ini tentu bisa dibilang Diakses tanggal 20 Oktober 2012.
pencapaian yang baik dari bank sental. Bank Batini, Nicoletta. 2002. Euro Area Inflation
sentral harus mampu mengarahkan ekpek- Persisten. Europan Central Bank Working
tasi masyarakat dan pelaku ekonomi agar Paper 201: 1-59.
bisa merespon setiap kebijakan yang diambil Cechetti, S. G. and S. Krause. 2002. Central
bank sentral. Sehingga nantinya ekpektasi Bank Structure, Policy Efficiency, and
inflasi masyarakat dan pelaku ekonomi bisa Macroeconomics Performance: Explo-
mendekati proyeksi atau target inflasi yang ring Empirical Relationships. Prosiding
telah ditetapkan bank sentral. Akibatnya The Federal Reserve Bank of St. Louis: 47-
tentu inflasi akan cenderung lebih tidak 60.
persisten dan pada akhirnya inflasi akan Chow, G. C. 1960. Test of Equality Between
lebih mudah untuk dikontrol perkemba- Sets of Coefficients in Two Linier
ngannya. Regressions. Econometrica 28(3): 591-605.
Davis, J. S. 2012. Central Bank Credibility
DAFTAR PUSTAKA and the Persistence of Inflation and
Agenor, Pierre-Richard and M. P. Taylor. Inflation Expectations. Federal Reserve
1993. Analysing Credibility in High- Bank of Dallas, Globalization and Monetary
Inflation Countries: A New Approach. Institute Working Paper 117: 1-42.
The Economic Journal 103: 329-336. Engle, Robert F. dan C. W. J. Granger. 1987.
Ajija, S.R., D. W. Sari., R. H. Setianto, dan M. Co-Integration and Error Correction:
R. Primanti. 2011. Cara Cerdas Menguasai Representation, Estimation and Testing.
Eviews. Salemba Empat. Jakarta. Econometrica 55(2): 251-276.
Alamsyah, Halim. 2008. Persistensi Inflasi Erceg, C. J., and A. T. Levin. 2003. Imperfect
dan Dampaknya Terhadap Pilihan dan Credibility and Inflation Persistence.
Respon Kebijakan Moneter di Indo- Journal of Monetary Economics 50: 915-
nesia. Disertasi. Program Pascasarjana 944.
Universitas Indonesia. Depok. Garcia, A. J. 2000. Essays in Credibility and
Andrews, D.W.K, dan H.Y. Chen. 1994. The Source of Persistence inflation.
Approximately Median-Unbiased Esti- Disertasi. Departement of Economics
mation of Autoregressive Models. University of Warwick.
Journal of Business & Economic Statistics Ghezzi, P. 2001. Backward-looking indexa-
12(2). tion, Credibility and Inflation Persis-
Anonim. 2004. Eviews 5 User’s Guide. Quanti- tence. Journal of International Economics
tative Micro Software, LLC, United 53: 127-147.
States of America. Giavazzi, F. and M. Pagano. 1988. The
Advantage of Tying One's Hands: EMS
Kredibilitas Bank Sentral dan Persistensi Inflasi di Indonesia..... – Hakim, Ismail, Hoetoro 171

Discipline and Central Bank Credibility. International Conference in Economics V


European Economic Review 32(5): 1055- Ankara: 1-19.
1075. Neuenkirch, M. and P. Tillmann. 2012.
Gonzalez G. Andre and F. Hamann. 2011. Inflation Targeting, Credibility, and
Lack of Credibility, Inflation Persistence Non-Linear Taylor Rules. Joint Discus-
and Disinflation in Colombia. Banco de la sion Paper Series in Economics 35: 1-15.
Republica, Colombia, Primer Semestre de Pohan, A. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter &
2011: 61-97. Implementasinya di Indonesia. PT. Raja
Gujarati, D. N. 2003. Basic Economterics. 4th Grafindo Persada. Jakarta.
Edition. McGraw-Hill. New York. Pohan, A. 2008. Potret Kebijakan Moneter
Gujarati, D. N dan D. Porter. 2010. Dasar- Indonesia Seberapa Jauh Kebijakan Moneter
dasar ekonometrika. Buku 1 Edisi 5. Mewarnai Perekonomian Indonesia. PT.
Salemba Empat. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Harmanta, M. B. Bathaludin, dan J. Waluyo. Sargent, T. (1999). The conquest of American
2011. Inflation Targeting Under Im- inflation. Princeton University press.
perfect Credibility: Lessons from Indo- Princeton.
nesian Experience. Bulletin of Monetary, Svensson, Lars E.O. 1999. Inflation Targeting
Economics and Banking 2011: 271-306. as a Monetary Policy Rule. Journal of
Hutabarat, A. R. 2005. Determinan Inflasi Monetary Economics: 43(3): 607-54.
Indonesia. Bank Indonesia Occasional Valentin, T and R.V. Rozalia. 2008. Evalua-
Paper 6: 1-39. tion Of National Bank Of Romania
Mankiw, N. G. 2007. Makroekonomi. Edisi Monetary Policy Credibility. Prosiding
Keenam. Erlangga. Jakarta. Babes-Bolyai University, Faculty of Busi-
Marques, C. R. 2004. Inflation Persistence, ness, Cluj Napoca: 497-502.
Facts or Artefacts?. European Central Willis, J. L. 2003. Implications of structural
Bank, Working Paper Series 371: 1-50. changes in the U.S. economy for pricing
Napolitano, O. and A. Montagnoli. 2001. behavior and inflation dynamics. Federal
Inflation Persistence and Credibility in Reserve Bank of Kansas City Economic
Turkey during The Nineties. Prosiding Review 88(1): 5-27.

You might also like