You are on page 1of 15

MANAJEMEN RISIKO

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PADA PROSES PENCUCIAN MOBIL DI FJM JAKARTA
TAHUN 2012

Fatdriati Junita* L. Meily Kurniawidjaja**

Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat

ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan membahas mengenai proses manajemen risiko yang ada pada tempat
cuci mobil FJM mulai dari tahapan identifikasi hazard dan risiko, analisis dan evaluasi risiko,
penilaian risiko, upaya pengendalian, komunikasi dan konsultasi hingga pemantauan dan telaah
ulang. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode semi kuantitatif yang mengacu pada
standar AS/NZS 4360:2004. Pada tahap identifikasi hazard dan risiko menggunakan tabel Job
Hazard Analysis (JHA) yang mengacu pada OSHA 3071 Revised (2002). Kemudian untuk proses
analisis risiko mengacu pada tabel ukuran semi-kuantitatif berdasarkan kriteria Fine. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ditemukan level of risk pada masing-masing tahapan proses
pencucian mobil dari level of risk very high, priority 1, substantial, priority 3 hingga acceptable.
Oleh karena itu dibutuhkan upaya pengendalian yang bersifat engineering, administrative, serta
penggunaaan alat pelindung diri (APD).

ABSTRACT

This research was conducted in order to examine the process of risk management that happened
at FJM Car Wash process, started from the hazard and risk identification stages, analysis and the
evaluation of risk, risk assessment, risk controlling, communication and consultation up to
monitoring and review. This research was done by using semi-quantitative risks analysis that
refers to the AS/NZS 4360:2004 standards. Hazard and risk identification stage was done by
using the table of Job Hazard Analysis (JHA) refers to the OSHA 3071 Revised (2002). For the
process of risks analysis, it refers to the table of semi-quantitative measure based on fine criteria.
The result of this research showed that the level of risk has been found on each stage in the car
wash process ranging from the very high level, priority 1, substantial, priority 3 up to
acceptable. Therefore, the necessary control efforts are including the engineering, administrative
and also the use of personal protective equipment (PPE).

Keywords:
AS/NZS 4360:2004; risk management; car wash; level of risk.

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


PENDAHULUAN

Indonesia sebagai Negara berkembang telah memiliki perhatian terhadap masalah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini dapat di lihat sejak dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Sayangnya, hingga
saat ini implementasi terhadap program K3 masih belum terlaksana secara konsisten. Pandangan
tersebut muncul berdasarkan data dari PT Jamsostek (Persero) pada tahun 2009 yang
menunjukkan terjadi 96.697 kasus kecelakaan dan sedikitnya 35 orang per 100.000 pekerja
meninggal karena kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Kurniawidjaja, 2010).

Dari data profil masalah kesehatan kerja tahun 2006, Direktorat Bina Kesehatan Kerja
Departemen Kesehatan RI menyatakan 3 Penyakit Akibat Kerja (PAK) terbesar menurut sektor
formal dan informal, diantaranya penyakit muskuloskeletal yang menempati persentase terbesar
yaitu 13,8 (formal) dan 18,9 (informal), penyakit kardiovaskuler dengan persentase sebesar 7,6
(formal) dan 8,2 (informal) dan gangguan syaraf dengan persentase sebesar 6,2 (formal) dan 6,3
(informal). Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada sektor formal persentase PAK
lebih rendah dibandingkan dengan sektor informal.

Industri informal di bidang jasa yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh pengelola usaha salah
satu diantaranya adalah usaha cuci mobil. Usaha ini dipilih karena di Jakarta semakin banyak
jumlah pengguna kendaraan bermotor, selain itu untuk membuat usaha cuci mobil tidak
memerlukan peralatan yang rumit dan pekerja dengan keahlian khusus. Namun, meskipun
demikian hazard dan risiko pasti akan ada pada usaha cuci mobil, ditambah lagi dengan kondisi
dan perilaku tidak aman dari lingkungan kerja dan pekerja itu sendiri. Sehingga tidak dipungkiri
masalah K3 akan muncul pada usaha cuci mobil tersebut.

FJM merupakan salah satu tempat cuci mobil di Jakarta Selatan. Berdasarkan pengamatan awal
yang dilakukan, pekerja cuci mobil FJM melakukan tiga tahapan proses pekerjaan, yaitu tahap
pembersihan karpet, proses pembilasan dan proses finishing. Dari tahapan proses pekerjaan yang
dilakukan, masing-masing memiliki hazard dan risiko tersendiri bagi pekerja. Oleh karena itu,
perlu dilakukannya upaya manajemen risiko pada proses pencucian mobil di FJM guna

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


mengetahui seberapa besar tingkat risiko yang ada di FJM, sehingga nantinya dapat dilakukan
upaya perbaikan untuk meminimalkan risiko yang ada. Selain itu, dengan adanya upaya
manajemen risiko di FJM diharapkan terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas,
sehingga nantinya para pekerja dapat mempertahankan derajat kesehatannya baik secara fisik
maupun mental dan juga tercapainya produktivitas kerja yang tinggi.

TINJAUAN TEORITIS

Risk management is the process of evaluating and, if necessary, controlling sources of exposure
and risk. Dari pengertian manajemen risiko menurut Kolluru, dapat artikan bahwa manajemen
risiko adalah suatu proses evaluasi dan pengendalian dari sumber pajanan dan risiko.

Sementara menurut AS/NZS 4360:2004, manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari manajemen proses kegiatan di dalam organisasi dan pelaksanaannya terdiri dari multidisiplin
keilmuan dan latar belakang. Manajemen risiko merupakan proses yang terus berjalan dengan
tujuan untuk memperbesar kesempatan dan meminimalkan kerugian. Dalam mencapai tujuan
tersebut, dibentuklah ruang lingkup dari manajemen risiko berdasarkan AS/NZS 4360,
diantaranya :
1. Penentuan konteks
Penentuan konteks bertujuan untuk menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang
lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan. Penentuan konteks yang akan dikembangkan
misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, higiene, industri, dan lainnya
(Ramli, 2010).
2. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko dapat didefinisikan sebagai upaya sistematis untuk mengetahui adanya
bahaya dalam aktivitas organisasi. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui di mana, kapan,
kenapa dan bagaimana suatu kejadian dapat terjadi (Ramli, 2010).
Teknik proaktif merupakan teknik terbaik untuk mengidentifikasi bahaya, karena bahaya di
dapat sebelum menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Salah satu teknik proaktif
adalah Job Hazard Analysis (JHA) yang merupakan metode identifikasi risiko dengan

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


menghubungkan antara bahaya dan risiko dengan beragam pekerjaan, langkah kerja dan
pekerjaan yang rinci yang dilakukan oleh pekerja (Ramli, 2010).
3. Analisis risiko
Tujuan dari analisis risiko menurut AS/NZS 4360:2004, yaitu untuk membedakan risiko
minor yang dapat diterima dari risiko mayor, dan untuk menyediakan data dalam membantu
evaluasi dan penanganan risiko. Metode analisis risiko terbagi menjadi 3, yaitu metode
analisis kualitatif, metode analisis semi kuantitatif dan metode analisis kuantitatif (AS/NZS
4360).
Analisis semi kuantitatif merupakan metode yang telah memberikan skala secara numerik,
dalam melakukan perhitungan pada analisis semi kuantitatif, mengacu pada kriteria
perhitungan matematik dari W.T Fine (1971). Kriteria perhitungan tersebut terbagi menjadi 3
(tiga), yaitu consequences, likelihood dan exposure. Hasil dari perkalian ketiganya
memberikan gambaran berupa tingkat risiko (level of risk) pada masing-masing hazard.
4. Evaluasi risiko
Menurut Kurniawidjaja (2010), evaluasi risiko berguna untuk menilai seberapa besar peluang
risiko yang ditimbulkan oleh pajanan bahaya. Hasil dari evaluasi risiko biasanya berupa
gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada, prioritas risiko yang perlu ditanggulangi,
kerugian yang mungkin terjadi dan masukan informasi untuk pertimbangan tahapan
pengendalian.
5. Pengendalian risiko
Menurut OHSAS 18001 dalam Ramli (2010) upaya pengendalian risiko harus
mempertimbangkan hirarki pengendalian mulai dari yang paling efektif sampai yang paling
lemah keberhasilannya yaitu eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, administratif dan yang
terakhir penyediaan alat pelindung diri (APD).
6. Komunikasi dan konsultasi
Hasil manajemen risiko yang telah di dapat harus dikomunikasikan dan diketahui oleh semua
pihak yang memiliki kepentingan sehingga akan ada manfaat dan keuntungan yang di
dapatkan (Ramli, 2010).
7. Pemantauan dan telaah ulang
Pada prinsipnya pemantauan dan telaah ulang perlu dilakukan untuk menjamin terlaksananya
seluruh proses manajemen risiko dengan optimal (AS/NZS 4360:2004).

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan mengetahui seberapa besar
tingkat risiko K3 pada proses pencucian mobil di FJM. Pada penelitian yang akan dilakukan,
objek yang diteliti adalah hazard dan risiko K3 pada proses pencucian mobil yang dilakukan oleh
pekerja cuci mobil di FJM.

Pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan sekunder. Untuk data primer
didapatkan dari hasil observasi area kerja dan tahapan kerja serta melakukan wawancara dengan
pengelola dan pekerja cuci mobil. Sedangkan untuk data sekunder didapatkan dari data yang ada
di FJM berupa nama dan jumlah pekerja cuci mobil, data rekapan cuci mobil per harinya serta
beberapa literatur.

Pengolahan data dalam penelitian ini mengacu pada AS/NZS 4360:2004. Pada proses identifikasi
hazard dan risiko menggunakan Job Hazard Analysis (JHA) yang mengacu pada OSHA 3071
Revised (2002). Kemudian untuk proses analisis risiko menggunakan metode analisis semi
kuantitatif yang mengacu pada tabel ukuran semi kuantitatif berdasarkan kriteria fine dengan
menentukan nilai consequences, exposure, dan likelihood. Dari perkalian ketiganya didapatkan
nilai risiko yang nantinya dibandingkan dengan standar yang ada untuk melihat apakah nilai
tersebut masih bisa diterima atau tidak.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, didapatkan tahapan proses pencucian mobil di FJM.
Tahapan terbagi menjadi 3, yaitu proses pembersihan karpet, proses pembilasan, dan proses
finishing.

Dari hasil identifikasi hazard dan risiko pada proses pencucian mobil di FJM yang menggunakan
tabel JHA, ditemukan hazard keselamatan dan kesehatan kerja pada masing-masing tahapan
proses pencucian mobil. Hazard yang ditemukan berupa hazard lingkungan (mekanik, fisik,

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


kimia, biologi), hazard elektrik, hazard kesehatan, hazard ergonomik, hazard perilaku serta
hazard pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja.

Untuk hazard perilaku serta hazard pengorganisasian pekerja dan budaya kerja identifikasi
dilakukan secara terpisah, karena sumber pada dua hazard tersebut tidak terdapat di proses kerja
namun mendukung untuk terjadinya kecelakaan maupun penurunan kesehatan pada pekerja cuci
mobil.

Tabel 1. Hasil Identifikasi Hazard dan Risiko


Pada Proses Pencucian Mobil di FJM Tahun 2012
Hazard Dampak
Hazard lingkungan kerja
Lantai licin Terikilir, jaringan robek, pendarahan pada tangan dan
kepala hingga patah tulang

Selang air yang berantakan berpotensi pekerja Luka lecet, jaringan robek, dan patah tulang
tersandung

Turun tangga dengan terburu-buru yang berpotensi Terkilir, memar, patah tulang dan luka serius
pekerja terpeleset

Jari tangan terputar jari-jari mesin kompresor Luka berat, jaringan robek, dan patah pada jari tangan

Menjangkau bagian atas mobil menggunakan bangku Terkilir, luka lecet, memar, patah tulang, dan luka serius
dapat berpotensi terjatuh

Pajanan uap panas dari mesin Muka terasa panas dan perih pada mata

Pajanan sinar UV Pusing, dehidrasi, heat stroke, heat rush, konjungtivitis


foto elektrika, katarak mata dan kanker kulit

Pajanan udara malam Mudah terinfeksi dan common cold

Butiran pasir dan debu Batuk, mata perih,


sesak nafas, penurunan fungsi paru dan gangguan
pernafasan

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


Hazard Dampak
Kontak dengan sabun krim dan shampoo Panas dan gatal pada kulit dan mata serta kulit merah
dan kering

Bakteri, jamur, cacing dan jentik nyamuk Infeksi cacing, gatal-gatal, dan jamuran pada kaki hingga
kutu air

Hazard Elektrik
Menyambung steker vacuum cleaner ke colokan listrik Tersengat listrik

Hazard Kesehatan
Percikan air Common cold dan gejala paru-paru basah

Hazard Ergonomik Sakit pinggang, sakit leher, gejala Cummulative Trauma


Disorder (CTD), dan gejala Low Back Pain (LBP)

Tabel 2. Hasil Identifikasi Hazard dan Risiko


Untuk Hazard Perilaku, Pengorganisasian dan Budaya Kerja di FJM Tahun 2012
Hazard Dampak
Hazard Perilaku
Merokok Penurunan fungsi paru, kanker paru, dan kebakaran

Pola makan tidak teratur dan asupan makanan yang Mudah lelah, kekurangan darah, maag dan gangguan
mengandung lemak jenuh pencernaan

Pola tidur yang tidak teratur Mengalami gangguan tidur

Hazard Pengorganisasian Pekerjaan&Budaya Kerja Fatigue dan stres kerja

Proses analisis dan evaluasi risiko dibagi menjadi 3 jenis, yaitu basic risk, existing risk, dan
predictive risk. Basic Risk (BR) merupakan penilaian risiko utama yang ada di FJM tanpa melihat
pengendalian yang telah dilakukan. Existing Risk (ER) merupakan penilaian risiko dengan
melihat existing program (program pengendalian) yang telah dilakukan di FJM. Sedangkan untuk
Predictive Risk (PR) merupakan penilaian risiko dengan melihat rekomendasi pengendalian yang
diusulkan di FJM.

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


Tabel 3. Hasil Analisis dan Evaluasi Risiko
Pada Proses Pencucian Mobil di FJM Tahun 2012
Hazard BR ER PR
Hazard lingkungan kerja
Lantai licin 300 150 30

Selang air yang berantakan berpotensi pekerja tersandung 300 300 30

Turun tangga dengan terburu-buru yang berpotensi pekerja 300 300 30


terpeleset

Jari tangan terputar jari-jari mesin kompresor 750 750 150

Menjangkau bagian atas mobil menggunakan bangku dapat 300 300 30


berpotensi terjatuh

Uap panas 100 100 30

Pajanan sinar UV 1500 300 30

Pajanan udara malam 500 500 30

Butiran pasir dan debu 300 300 10

Kontak dengan sabun krim dan shampoo 100 100 10

Bakteri, jamur, cacing dan jentik nyamuk 500 300 30

Hazard Elektrik
Menyambung steker vacuum cleaner ke colokan listrik 900 300 60

Hazard Kesehatan
Percikan air 500 500 10

Hazard Ergonomik 500 500 30

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


Tabel 4. Hasil Analisis dan Evaluasi
Untuk Hazard Perilaku, Pengorganisasian dan Budaya Kerja di FJM Tahun 2012
Hazard BR ER PR
Hazard Perilaku
Merokok 900 900 150

Pola makan tidak teratur dan asupan makanan yang mengandung 60 30 10


lemak jenuh

Pola tidur yang tidak teratur 100 100 10

Hazard Pengorganisasian Pekerjaan&Budaya Kerja 500 500 30

PEMBAHASAN

Hazard lingkungan kerja lantai licin terdapat pada seluruh proses pekerjaan dan dapat
berpotensi pekerja terpeleset. Pengendalian dari FJM dengan membuat lantai agak kasar dan
bergerigi.

Hazard lingkungan kerja selang air yang berantakan dapat menimbulkan kecelakaan ketika
pekerja melewati selang air, kemungkinan untuk terjadinya potensi pekerja tersandung dan
terjatuh sebesar 50%-50%.

Hazard lingkungan kerja turun tangga terdapat pada aktivitas pembilasan di kolong mobil.
Apabila pekerja turun dengan terburu-buru potensi pekerja untuk terpeleset yaitu sebesar 50%-
50%.

Hazard lingkungan kerja jari-jari mesin kompresor terdapat pada aktivitas pembilasan ketika
pekerja menyalakan kompresor. Intensitas pekerja untuk dekat dengan jari-jari mesin kompresor
yang berputar cukup sering sehingga dimungkinkan kejadian kecelakaan dapat terjadi.

Hazard lingkungan kerja penggunaan bangku terdapat pada aktivitas pembilasan terutama
ketika pekerja ingin menjangkau bagian atas mobil. Bangku yang digunakan terbuat dari plastik
yang dapat berpotensi pekerja terjatuh.

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


Hazard lingkungan kerja uap panas akan memajan ketika pekerja berada di bawah kolong dan
mesin mobil pada proses pembilasan.

Hazard lingkungan kerja pajanan sinar UV akan memajan pekerja secara terus menerus
karena pekerjaan yang dilakukan berada di luar ruangan dengan intensitas yang cukup sering di
siang hari. Pengendalian dari FJM yaitu dengan membuat atap pada area cuci mobil.

Hazard lingkungan kerja pajanan udara malam akan memajan pekerja karena aktivitas
pencucian mobil dilakukan selama 24 jam.

Hazard lingkungan kerja butiran pasir dan debu dapat memajan pekerja ketika sedang
mengambil karpet di dalam mobil, menyemprot bagian kolong dan mesin mobil serta ketika
sedang melakukan pengecekan vacuum cleaner.

Hazard lingkungan kerja kontak dengan sabun krim dan shampoo terdapat pada proses
pencucian karpet dan pembilasan. Dampak dari pajanan sabun krim dan shampoo sering dialami
oleh pekerja, seperti gatal-gatal dan merah pada kulit.

Hazard lingkungan kerja bakteri, jamur, cacing dan jentik nyamuk dapat memajan pekerja
selama melakukan aktivitasnya terutama dikolong mobil. Pengendalian dari FJM dengan
membuat jadwal piket untuk pembersihan area cuci mobil.

Hazard elektrik menyambung steker vacuum cleaner terdapat pada proses finishing, pekerja
biasanya menyambungkan steker dalam kondisi tangan yang basah sehingga kesempatan untuk
terjadi kecelakaan yaitu 50%-50%. Pengendalian dari FJM dengan memberikan pelindung pada
colokan listrik dari air hujan dan panas.

Hazard kesehatan percikan air dapat memajan pekerja secara terus menerus selama aktivitas
pencucian dilakukan.

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


Hazard ergonomik dapat memajan karena pekerja melakukan pencucian secara manual dan
terus menerus dalam posisi yang membungkuk, tidak nyaman, statis dan berulang.

Hazard perilaku merokok muncul karena pekerja sering merokok baik pada saat bekerja
maupun tidak bekerja.

Hazard perilaku pola makan tidak teratur dan asupan makanan yang banyak mengandung
lemak jenuh didapatkan karena sistem kerja 24 jam tanpa adanya pengaturan waktu kerja
mengakibatkan
tkan jadwal makan pekerja tidak teratur.

Hazard perilaku pola tidur yang tidak teratur didapatkan karena sistem kerja 24 jam pekerja
melakukan kegiatannya tanpa ada sistem shift, sehingga pola tidur pekerja pun tidak teratur setiap
harinya.

Hazard pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja didapatkan karena fatigue sering sekali
dialami pekerja.

4 31
36

50

Proses Pembersihan Karpet


Proses Pembilasan
Proses Finishing
Hazard Perilaku dan Pengorganisasian

Gambar 1. Total Hazard Pada Setiap Proses Pencucian Mobil, Hazard Perilaku,
Pengorganisasian dan Budaya Kerja di FJM

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


Dari proses penilaian risiko yang telah dilakukan di FJM, didapatkan 31 hazard pada proses
pembersihan karpet, 50 hazard pada proses pembilasan, 36 hazard pada proses finishing dan 4
hazard yang di dapat dari hazard perilaku, pengorganisasian dan budaya kerja. Apabila keempat
hazard tersebut dijumlahkan, didapatkanlah 121 hazard yang ada di FJM pada proses pencucian
mobil.

Pada masing-masing hazard tersebut, hazard tertinggi berada pada proses pembilasan. Hal
demikian
an terjadi karena pada proses pembilasan pekerja melakukan kegiatan lebih kompleks
yaitu pada saat pembilasan kolong. Pada pembilasan kolong pekerja harus masuk ke area bawah
tempat mencuci mobil di mana pada area bawah tempat cuci mobil tersebut banyak terdapat
te
hazard yang dapat menimbulkan dampak yang cukup signifikan. Sehingga dibutuhkan perhatian
khusus pada proses pembilasan agar dampak yang diterima pekerja dapat diminimalkan.

1600
1400
1200
1000
800 Basic Risk
600 Existing Risk
400 Predictive Risk
200
0
Sinar UV Steker vacuum Jari-jari mesin Ergonomik Merokok
cleaner kompresor dan pajanan
udara malam

Gambar 2. Level of Risk Tertinggi Dari Proses Pencucian Mobil dan Hazard Perilaku,
Pengorganisasian dan Budaya Kerja

Gambar 2 menunjukkan 5 level of risk tertinggi yang terdapat di FJM yaitu hazard lingkungan
kerja sinar UV, hazard elektrik steker vacuum cleaner, hazard lingkungan
gan kerja jari-jari mesin
kompresor,, hazard ergonomik dan hazard perilaku merokok
merokok.. Kelima hazard tersebut memiliki BR
dengan kategori very high.. Untuk mengurangi risiko yang diterima FJM baru melakukan

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


pengendalian risiko pada hazard lingkungan kerja sinar UV dan hazard elektrik steker vacuum
cleaner dengan kontrol teknik (engineering control), sedangkan untuk hazard yang lain belum
ada pengendalian yang dilakukan oleh pihak FJM. Sehingga dibutuhkan teknik pengendalian lain
guna menurunkan nilai BR dengan kategori very high menjadi kategori yang dapat diterima.

Setelah didapatkan hasil penelitian diharapkan adanya tindak lanjut dari otoritas terkait di ranah
publik dalam hal komunikasi dan konsultasi serta monitoring dan tinjauan ulang. Komunikasi dan
konsultasi sebaiknya dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) atau Puskesmas yang
berada di wilayah terdekat FJM. Proses komunikasi dan konsultasi yang dilakukan disesuaikan
dengan tugas pokok dan fungsi dari instansi tersebut. Proses komunikasi dan konsultasi yang
dilakukan dapat berupa pemberian informasi terkait hazard dan risiko yang ada, hazard yang
memiliki nilai risiko paling tinggi dan rekomendasi yang terbaik untuk dapat mengurangi risiko.

Sedangkan untuk monitoring dan tinjauan ulang sebaiknya dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi (Disnakertrans). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui perubahan
apa yang dapat terjadi setelah adanya rekomendasi pengendalian, apakah rekomendasi yang
diajukan telah sesuai, dijalankan dan dapat digunakan secara efektif di FJM. Apabila
rekomendasi yang diajukan belum dapat memberikan hasil yang optimal pada pekerja, maka
perlu dilakukan telaah ulang untuk selanjutnya diusulkan upaya perbaikan.

SIMPULAN

Dari hasil identifikasi, analisis dan evaluasi serta penilaian risiko yang ada di FJM didapatkan
simpulan sebagai berikut :
1. Proses pencucian mobil yang dilakukan di FJM terbagi menjadi tiga tahapan proses, yaitu
proses pembersihan karpet, proses pembilasan, dan proses finishing.
2. Pada proses pencucian mobil ditemukan 6 hazard yang ada di FJM, berupa hazard lingkungan
kerja, hazard elektrik, hazard kesehatan, hazard ergonomik, hazard perilaku, hazard
pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja.
3. Dari proses penilaian risiko yang telah dilakukan di FJM, didapatkan total hazard sebanyak
121 hazard pada proses pencucian mobil.

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


4. Dari tiga tahapan pencucian mobil, proses pembilasan mobil paling besar risikonya karena
kegiatan yang dilakukan lebih kompleks yaitu pada saat pembilasan kolong mobil.
5. Level of risk terbesar pada proses pencucian mobil yaitu hazard lingkungan kerja dari sinar
UV dengan nilai BR masuk dalam kategori very high.
6. Level of risk terbesar pada hazard perilaku, pengorganisasian dan budaya kerja yaitu hazard
merokok dengan kategori very high.
7. Program pengendalian yang telah dilakukan FJM adalah melindungi setiap area cuci mobil
menggunakan atap, mendesain lantai agak kasar dan bergerigi, membuat jadwal piket dan
memberikan pelindung pada colokan listrik dari air hujan dan panas.
8. Rekomendasi pengendalian yang diusulkan ke FJM untuk mengurangi risiko adalah dengan
engineering control, administrative contol, dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

SARAN

Melihat tingginya level of risk pada masing-masing proses pencucian mobil di FJM, berikut ini
adalah saran yang dapat dijadikan rekomendasi perbaikan bagi pihak FJM diantaranya :

Manajemen
Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang bekerja sama dengan otoritas yang bertanggung
jawab di ranah publik, melakukan housekeeping yang baik, menyediakan kotak pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) di area FJM, mengikut sertakan para pekerja dalam program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).

Kontrol Tehnik (Engineering Control)


 Hazard lingkungan kerja sinar UV, menambah atap pada area tengah tempat cuci mobil FJM.
 Hazard lingkungan kerja lantai licin, berlumut dan struktur lantai tidak rata, memberikan
pengaman atau penutup pada parit-parit kecil tempat aliran air.
 Hazard lingkungan kerja jari-jari kompresor, memberikan pengaman pada jari-jari kompresor
yang terbuka.
 Hazard lingkungan kerja penggunaan bangku, mengganti penggunaan bangku plastik dengan
tangga yang berfungsi untuk menjangkau bagian atas mobil.

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013


Kontrol Administratif (Administratif Control)
 Memasang safety sign atau poster-poster keselamatan dan kesehatan.
 Penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP).
 Melakukan penyuluhan pada pekerja
 Melakukan pengaturan shift kerja.
 Penyediaan air minum bagi pekerja agar kebutuhan air pekerja dalam 1 harinya dapat
terpenuhi.
 Memberikan makanan tambahan bagi pekerja yang bertugas di malam hari.

Alat Pelindung Diri (APD)


Penyediaan alat pelindung diri berupa sepatu boot, pelindung kepala dengan bahan anti air,
celemek, masker, google dan sarung tangan karet.

KEPUSTAKAAN
Australian Standard/New Zealand. 2004. Handbook Risk Management Guidelines Companion to
AS/NZS 4360:2004. Sydney and Wellington:Author

Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Kerja Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
2009

Fine, William T. 1971. “Matematical Evaluation For Controlling Hazard”. Journal Safety
Research (Central Quensland University) 3 December 1971: 157-166

Kolluru, Rao V et al. 1996. Risk Assessment and Management Handbook For Enviromental,
Health, and Safety Professionls. New York: McGraw-Hill, Inc

Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI-Press

OSHA 3071. 2002. Job Hazard Analysis. US Department of Labour

Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk
Mangement. Jakarta: Dian Rakyat

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001.
Jakarta: Dian Rakyat

Roughton, James E. 2008. Job Hazard Analysis A Guide For Voluntary Compliance And Beyond

Manajemen risiko..., Fatdriati Junita, FKM UI, 2013

You might also like