You are on page 1of 12

Petrology studies of dacite and peridotite in the collision zone of Barru

ophiolite complex, South Sulawesi

1Kaharuddin, 1Musri Ma’waleda, 2Emmy Suparka, 1Adi Maulana, 1Asri Jaya

1
Department of Geology, Hasanuddin University, Makassar 90245,Indonesia,
email : kaharuddin_geounhas@yahoo.com
2
Department of Geology, Institute of Technology Bandung (ITB), Bandung 40116, Indonesia

Abstract : The purpose of this studies to determine the characteristics and rocks types, tectonic
deformation and result of post-collisional magmatism in the Barru ophiolite complex. The
research method involve of field observation, petrographic and geochemical analysis. The
results studies known are two types of dacite in this area that has been deformed indicated by
augen texture are Pre-Tertiary in age, and porphyry dacite as Late Tertiary intrusive rocks.
Geochemical data of "dacite deformed" shown calc-alkaline affinity formed at active continental
margin and active continental margin tholeiite. While dacite porphyry calc-alkaline affinity
formed in calc-alkaline arc zone. Peridotite included in ophiolite series, has undergone
deformation as a seafloor metamorphism, composed of harzburgite, serpentinite and silicified.
Based on the plotting result ratio of Al2O3 and TiO2, then Barru Ophiolite Complex included in
this type as a supra-subduction zone. Dacite deformed which in this study called as "Dacite
Augen" interpreted as a block of the continental of calc-alkaline-tholeiite series formed from the
subduction zone at the active continental margin during Cretaceous. While Porphyry Dacite is a
post-collisional intrusive rock in the Mio-Pliocene and giving effect of metasomatism to dacite
augen and peridotite, product of hydrothermal alteration. Peridotite emplacement are obducted
above the Barru Continental Block in the Oligocene, showing tectonite texture which developed
into mélange and olistostrome.

Keywords : Peridotite, Dacite, Deformation, Ophiolite, Melange, Olisostrome, Barru, South


Sulawesi.

kolisi antara lempeng oseanik dengan


1. Pendahuluan lempeng kontinen, ditemukan di sepanjang
sungai Barru dimana kontak antara dasit
Daerah Barru terletak sekitar 105 km augen terdeformasi dengan peridotit
sebelah utara kota Makassar (gambar 1). terdeformasi dan kehadiran mélange
Zona kolisi terletak di bagian timur kota ofiolitik dan olistostrome pada bagian suture
Barru memanjang ke timur hingga Bulu diantara kedua lempeng.
Palakka. Tersusun oleh batuan dasit augen, Dasit yang terbentur oleh ofiolit
sekis, batugamping Tonasa sebagai foot wall terdeformasi dengan tekstur tektonit dan
dan peridotit ofiolit berupa hanging wall, ubahan komposisi mineral, dan peridotit
sert batuan – batuan intrusi post – kolisi, ofiolit terdeformasi, struktur boudin, flaser
dasit, diorit – andesit. Indikasi atau jejak dan serpentinisasi serta tersilikatkan.

1
Alterasi terjadi pada kedua blok batuan ini identifikasi dan perhitungan jumlah
dari aktivitas magma Neogen berupa intrusi persentase setiap jenis mineral. Analisis
dasit porfiri dan diorit. ini dilakukan di Laboratorium Petrografi
Jurusan Teknik Geologi Universitas
Hasanuddin
- Analisis geokimia yang bertujuan untuk
mengetahui komposisi kimia berupa
major element dan trace element/HFSE
(immobile) dengan menggunakan metode
XRF (X-ray Fluorescence Spectrometry),
metode ini mencampur sampel kering
dengan menggunakan lithium metaborate
untuk mengetahui unsur – unsur oksida
dalam magma (major element) dan ICP –
OES (Inductively Coupled Plasma
Optical Emission Spectrometry) untuk
mengetahui unsur – unsur lain yang
disebut unsur jejak (trace element).
Analisis ini dilakukan di Laboratorium
PT. Intertek Utama Service Jakarta.

Gambar 1. Peta tunjuk lokasi penelitian 3. Geologi dan Tektonik Daerah Lasitae,
Barru
Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui karakteristik dan jenis – jenis Batuan tertua yang berumur pra Tersier
batuan deformasi tektonik dan magmatisme berupa batuan metamorf sekis kristalin dan
post – kolisi di daerah kompleks ofiolit serpentinit tersingkap di sungai Dengenge
Barru, dengan metode investigasi lapangan, bagian Barat Bangabangae, Selatan Lasitae
analisis Laboratorium yaitu petrografi dan dan bagian Timur kota Barru, menampakkan
kimiawi batuan. struktur foliasi dengan baik dan sebagian
telah remuk oleh proses pensesaran
2. Metode Penelitian (Sukamto, 1982). Peta geologi terlampir.
Kemudian secara tidak selaras di atas kedua
Pengumpulan data dilakukan melalui : batuan ini berkembang batuan flysch serpih
a. Penelitian Lapangan menjemari dengan batu rijang. Kedua batuan
Meliputi pengamatan dan pengambilan ini mengalami metamorfisme dislokasi
sampel batuan, pengukuran aspek – aspek membentuk filit yang selanjutnya
struktur dan stratigrafi serta pengambilan lingkungan menjadi darat dan intrusi
foto dan sketsa singkapan. granodiorit/dasit/plagiogranit.
b. Analisis Laboratorium Batuan dasit tersingkap di Bulu Tinre
Analisis laboratorium dilakukan dengan dua sebelah Utara Bulu Palakka, umurnya belum
cara yaitu : diketahui secara pasti namun setelah
- Analisis petrografis yang bertujuan untuk korelasi dan analisis stratigrafi menunjukkan
mengetahui jenis dan tekstur mineral – umur paling tidak Kala Paleosen. Pada
mineral penyusun lainnya pada sayatan zaman Tersier Awal lingkungan berubah
tipis yang kemudian dilakukan menjadi laut dangkal hingga transisi disusul

2
dengan pembentukan batupasir Mallawa dari peridotit, dan dasit porfiri dan diorit yang
hasil rombakan granit dan granodiorit/dasit terbentuk setelah kolisi.
di daerah Kalimantan pada zaman tersebut
(Kaharuddin, 2010). Pembentukan batuan 3.1 Batuan Deformasi
ini disertai dengan transgresi, sehingga
terbentuklah batubara seperti yang terlihat di a. Dasit Augen
daerah Padang Lampe dan Bangabangae.
Transgresi masih berjalan terus hingga Dasit augen tersingkap baik di daerah Bulu
terjadi pembentukan batuan karbonat Tinre, Sabangnaeri dan Salomoni.
Formasi Tonasa yang banyak mengandung Kenampakan lapangan berwarna abu – abu
fosil moluska dan foraminifera berumur keputihan, tingkat pelapukan tinggi, telah
Eosen – Miosen Awal. terdeformasi berupa kekar – kekar,
Sebelum berakhirnya pembentukan Formasi
hancuran, tersesarkan dan teralterasi.
Tonasa, terjadi benturan tektonik Pasifik di
tepian Asia dan obduksi ofiolit Lasitae yang Kenampakan fisik memperlihatkan tekstur
menyebabkan deformasi terhadap dasit porfiroafanitik, plagioklas sebagai fenokris,
augen, batupasir dan batugamping sehingga oleh pengaruh deformasi pada umumnya
sebagian hancur, terombakkan dan dalam bentuk augen dan struktur foliasi
terendapkan berupa endapan gravity sliding lemah. Oleh pengaruh sesar naik, kekar –
olistostrome dengan aneka komponen. kekar membentuk blok – blok imbrikasi
Pembentukan batugamping dan olistostrome
di daerah ini mengakhiri masa terbentuknya miring searah dengan dip sesar naik (gambar
Formasi Tonasa yang pada zaman tersebut 2.) Blok dasit augen merupakan komponen
terjadi pula pengangkatan sehingga merubah penyusun batuan olistostrome bersama blok
lingkungan menjadi darat. Kemudian pada peridotit dan batugamping di daerah
Kala Miosen Tengah – Pliosen, lingkungan Sabangnaeri dan Sungai Barru, Camming.
pengendapan di daerah tersebut berubah
menjadi laut, akibat aktivitas tektonik
Pasifik yang masih berlangsung dan
menghasilkan gunungapi Camba dan intrusi
batuan beku intermediet.
Struktur geologi yang berkembang di daerah
Lasitae terbagi dua jenis yaitu sesar naik
Bulu Tinre, sesar naik Lasitae, sesar naik
Palakka, sesar naik Biru-biru dan sesar naik
Bontolai, sedang sesar geser yaitu sesar
geser Sabangnaeri dan sesar geser Sungai
Umpung.

Gambar 2. Kenampakan lapangan dasit


3. Studi Petrologi augen struktur ibrikasi pengaruh sesar naik
di daerah Sungai Jampue.
Studi petrologi batuan yang berhubungan
dengan deformasi tektonik dan magmatisme
Analisis petrografi pada sayatan no
post-kolisi meliputi pada batuan dasit dan
A12/DST dan A20/DSMN menunjukkan
tekstur khusus mortar dan milonitik

3
(Gambar 3), ukuran mineral antara <0.02 – Batuan peridotit tersingkap luas di daerah
6.2 mm, tersusun oleh mineral – mineral pegunungan Lasitae, Bulu Palakka dan
labradorit (25 – 30%), ortoklas (5 – 10%), Sabangnaeri. Kenampakan lapangan
berwarna hitam – hitam kehijauan, tingkat
kuarsa (12 – 17%), hornblende (10 – 15%),
pelapukan rendah – sedang, telah
sebagian terubah menjadi klorit, serisit (5 – terdeformasi kuat, kekar – kekar, breksiasi,
10%), dan massa dasar kristalit (15 – 20%), tekstur tektonit dan silisifikasi.
nama batuan Dasit Porfiri (Travis, 1955). Kenampakan fisik memperlihatkan tekstur
Kehadiran mineral – mineral ubahan seperti tektonit berupa kesan deformasi, kekar –
serisit, klorit dan kaolin menunjukkan kekar, pelicinan (pseudofoliasi),
batuan dasit telah mengalami alterasi. penggerusan/breksiasi, struktur flaser, bodin,
kloritisasi, serpentinisasi, silisifikasi dan
Berdasarkan kenampakan mineral- mineral
mineralisasi sulfida. Pada sekitar kontak
yang telah mengalami alterasi dan kontak intrusi dasit porfiri terjadi ubahan kuat dan
lapangan yang ditandai dengan xenolith pengisian urat – urat kuarsa pada retakan –
sekis dalam dasit augen, maka disimpulkan retakan batuan. Batuan peridotit termasuk
bahwa dasit augen merupakan batuan intrusi dalam kompleks batuan mélange ofiolitik
terhadap sekis. Dan diperkirakan seumur dan provenance dari pada batuan
dengan peridotit yaitu Kapur Bawah olistostrome di daerah ini.
Silisified dari hasil silisifikasi sesar dan
(Sukamto, 1982).
intrusi tersingkap baik secara spot – spot di
sepanjang zona sesar naik Tinre seperti di
daerah Camming, Kaerange, Sabangnaeri
dan sepanjang sungai Barru – Camming.
Arah penjajaran fragmen struktur flaser dan
Pl
Chl boudin pada batuan peridotit di daerah
Sabangnaeri sekitar utara – selatan (N12oE),
Qtz ± 35o arah gaya pembentukannya (47oE)
(gambar 4 dan 5). Sedang di daerah Palakka
sekitar 60oE sekitar baratdaya – timurlaut.

Pl

Gambar 3. Foto sayatan tipis struktur mortar


dan milonitik pada dasit augen di Sungai
Barutung (Pl = plagioklas, Qtz = quartz, Chl
= chlorite).

Berdasarkan analisis kimia, batuan ini


diinterpretasikan terbentuk pada tepian
kerak benua, dan tersingkap di permukaan
melalui proses sesar naik dan erosi.
Gambar 4. Struktur flaser pada batuan
b. Peridotit peridotit di daerah Sabangnaeri.

4
Sampel A03/UMF tersusun oleh mineral
piroksin (25%), olivin (30%), serpentin
(20%), klorit (12%), magnesit (8%) dan
spinel (5%). Nama batuan peridotit (Travis,
1955) (gambar 7).

Gambar 5. Struktur boudin pada peridotit di


daerah Sabangnaeri.
Olv
Pengamatan petrografi pada sayatan tipis Px
menunjukkan tekstur asal sulit dikenali
karena sebagian besar telah terserpentinisasi
atau teralterasi oleh pengaruh tektonik dan
intrusi batuan beku. Sayatan no A02/UMC
dan ST 06/SPLK tersusun oleh mineral –
mineral piroksin (10 – 15%), serpentin (50 – Mg
70%), klorit (10 – 30%), kalsit (5 – 6%) dan
spinel (4 – 7%). Nama batuan Peridotite
terserpentinisasi (Travis, 1955) (gambar 6).
Gambar 7. Foto sayatan tipis peridotit di
daerah Bulu Palakka (Olv = olivin, Px =
piroksin, Mg = magnesit).

Spl
3.2 Batuan Post – collision

Batuan post – collision terdiri dari dasit


Srp porfiri, trakit dan diorite
Hb
a. Dasit porfiri dan granodiorit

Dasit porfiri tersingkap di lapangan dalam


bentuk intrusi – intrusi kecil berupa dike
Gambar 6. Foto sayatan tipis peridotit pada batuan peridotit seperti yang terdapat
terserpentinisasi di daerah Bulu Palakka di daerah Bontolai dan lereng sebelah utara
(Srp = serpentinite, Hb = hornblende, Spl =
Bulu Palakka (gambar 8).
spinel).

5
Y
X

Gambar 9. Kenampakan lapangan dike dasit


Gambar 8. Kenampakan kontak batuan dasit
porfiri (X) memotong peridotit (Y) di
porfiri (a) dengan peridotit (b) di dusun
Sungai Jampue.
Bottolai.

Kenampakan lapangan memperlihatkan


warna abu – abu kehitaman hingga
kehijauan, terkekarkan dan sebagian
teralterasi. Dasit porfiri dalam bentuk intrusi
dike memperlihatkan gejala alterasi, backing
effect, urat – urat kuarsa pada batuan
peridotit. Arah penyebaran dike dasit porfiri
dari tenggara – baratlaut (N 138oE).
Kenampakan fisik memperlihatkan tekstur
porfiro afanitik, plagioklas sebagai fenokris,
tingkatpelapukan rendah – sedang. Kekar –
kekar yang terjadi pada dasit porfiri,
umumnya kekar gerus menyebabkantubuh Gambar 10. Foto sayatan tipis dasit porfiri di
batuan hancur dalam bentuk fragmen – daerah Bottolai, plagioklas dan hornblende
fragmen berbagai ukuran. Di daerah sebagai fenokris (Plag = plagioklas, Hb =
sungai Jampue tersingkap dike dasit porfiri
hornblende).
dengan dimensi panjang sekitar 6 meter dan
tebal 2 meter memotong batuan peridotit b. Diorit
(gambar 9).
Analisis petrografi pada sayatan A04/DSD Diorit tersingkap di daerah Bulu Maraung,
dan A01/PLK, menunjukkan tekstur khusus sebelah utara Bulu Tinre. Kenampakan
pada fenokris plagioklas memperlihatkan memperlihatkan warna hitam keabu – abuan,
peretakan atau tekstur mortar akibat gaya tekstur faneritik, banyak mengalami kekar –
kompressi. Komposisi mineral terdiri dari kekar, pelapukan sedang.
Pengamatan petrografi tersusun oleh mineral
labradorit (10 – 15%), andesine (15 – 20%),
piroksin (10 – 15%), hornblende (20 –
hornblende (15 – 20%), kuarsa (15 – 20%),
25%), biotit (5 – 10%), plagioklas (10 –
mineral opak (3 – 5%) dan mikrolit (10 –
15%) dan massa dasar (20 – 25%). Nama
15%). Nama batuan dasit porfiri (Travis,
batuan diorit (Travis, 1955).
1955). (gambar 10).

6
4. Discussion di daerah active continental margin yang
Implikasi Petrotektonik tipis (Wilson, 1989).

Berdasarkan aspek tektonik petrogenesis a.2 Peridotit


batuan pada zona kolisi, dibagi dalam dua Kenampakan lapangan batuan peridotit
kategori yaitu : memperlihatkan struktur kumulasi (layer) di
a. Petrogenesis pra – Kolisi daerah Batubessi dan terdapat lava bantal
a.1 Dasit augen peridotit di daerah Sabangnaeri (gambar 11)
- Afinitas magma berdasarkan kandungan dapat dinterpretaskan lempung peridotit
K2O vs SiO2 menurut Peccerillo dan yang volkanis yang mengalami rifting (intra
Taylor, 1976 dalam Rollinson, 1993, yaitu oceanic island arc). Di beberapa tempat
sampel A12/DST dan A20/DSMN, masing ditemukan tersingkap batuan intrusi andesit
– masing : – trakit, basalt dan dasit yang menunjukkan
SiO2 = 68,19 dan 68, 59% kejadian lempeng oseanik tingkat maturity.
K2O = 1.11 dan 2,02% Dari diagram Al2O3 spinel – TiO2 spinel
Hasilnya menunjkkan sampel A20/DSMN menurut Kamenetsky et al (2001), the
termasuk didalam seri calc – alkaline relatively Mg – rich spinel from harzburgite
(Medium K) dan sampel A12/DST masuk and chromite plot in the supra – subduction
seri thoeliite (Low K) zone (SSZ) and arc field (Maulana, 2015).
- Dari hasil analisis kimia batuan
berdasarkan diagram Th – Hf – Ta
menurut Schandall dan Gorton, 2002
dalam Jonausek, et al 2006 dengan
kandungan trace element/HFSE
(immobile) dalam sampel A12/DST dan
A20/DSMN dasit Camming masing –
masing :
Th = 0,95 dan 1,16 ppm
Hf = 0,4 dan 1,0 ppm
Ta = 0,1 dan 0,08 ppm
Hasil ini menunjukkan lingkungan tektonik Gambar 11. Kenampakan lapangan lava
pembentukan batuan dasit tersebut adalah
bantal harzburgit pada peridotit telah
pada zona “ active continental margin calc – tergeruskan di daerah Sabangnaeri.
alkaline dan active continental margin
thoeliite. b. Petrogenesis post collision
Kondisi kedua sampel pada batuan yang
sama yaitu dasit Camming dengan seri calc
b.1 Dasit porfiri/granodiorit
– alkaline dan seri tholeiite dapat Dasit porfiri merupakan batuan intrusi
diinterpretasikan adanya pengaruh peleburan Neogen yang menerobos batuan ultrabasa
batuan alas (host rock) yang kaya potassik, peridotit, diinterpretasikan sebagai batuan
sehingga pada sampel A20/DSMN hasil differensiasi magma dalam kerak
kandungan K2O meningkat menjadi 2,02%, oseanik membentuk batuan plagiogranit,
yang pada dasarnya kedua sampel dasit yang terdiri dari dasit dan granodiorit.
augen ini afinitas kimianya sama yaitu seri Afinitas magma berdasarkan diagram K2O
thoeliite yang terbentuk pada awal subduksi dan SiO2 menurut menurut Peccerillo dan
Taylor, 1976 dalam Rollinson, 1993 yaitu

7
sampel A04/DSD dengan kandungan elemen atasnya, merupakan bukti adanya
: proses obduksi dan kolisi di daerah
K2O = 1,26% dan SiO2 = 67,14% berat Barru yang diawali subduksi kerak
termasuk seri batuan calc – alkaline. oseanik terhadap kerak
Hasil analisis kimia batuan berdasarkan kontinen/busur
diagram Th – Hf – Ta menurut Schandall - Zona kolisi merupakan daerah
dan Gorton, 2002 dalam Jonausek, et al pertemuan (suture) lempeng oseanik
2006 dengan kandungan trace element dan kontinen/busur yang paling
/HFSE (immobile) dalam sampel A04/DSD tampak adanya deformasi dan
yaitu : alterasi atau metamorfisme lemah,
Th = 2,6 Hf = 0,8 Ta = 0,42 ppm membentuk tekstur augen pada dasit
Berdasarkan hasil tersebut diatas, maka dasit dan struktur flaser dan serpentinisasi
porfiri di daerah Bontolai (A04/DSD) pada batuan peridotit
terbentuk pada lingkungan tektonik within - Dasit augen, berdasarkan analisis
plat volcanic zones calc – alkaline pada kimia batuan pada diagram K2O vs
kerak oceanic island SiO2 dan Th – Hf – Ta
menunjukkan lingkungan tektonik
b.2 Diorit andesit batuan seri active continental margin
Selain dasit porfiri juga terdapat diorit dan thoeliite, sedang blok peridotit
andesit terbentuk post – kolisi, yang secara berdasarkan atas diagram Al2O3
genetiknya diinterpretasikan sebagai hasil spinel – TiO2 spinel dan kehadiran
differensiasi dari magma basa menjadi lava bantal (rifting plate), termasuk
magma intermediate menghasilkan dasit tipe supra subduction zones.
porfiri kaya kuarsa dan diorit – andesit. - Dasit porfiri dari hasil differensiasi
Kelompok batuan inilah yang memberikan magma basa pada kerak oseanik
pengaruh ubahan metasomatisme terhadap mengintrusi blok peridotit (ofiolit)
batuan dasit augen dan peridotit di daerah diintrpretasikan sebagai sebagai dike
Barru. plagiogranit yang memberikan
Batuan peridotit sebagai batuan ofiolit Barru pengaruh metasomatisme pada
teralih tempatkan (emplacement) secara batuan dasit augen dan peridotit
obduksi diatas kontinen Barru pada kala terserpentinisasi
Oligosen, terdeformasi menjadi mélange
ofiolitik yang sebagian hancur dan
terendapkan menjadi ofiolit di bagian utara Daftar Pustaka
daerah ini (Kaharuddin, 2014). Batuan
olistostrome ini menyebar di bagian utara Grimes, C.B., Ushikubo, T., Kozdon, R.,
dan timurlaut daerah penelitian yang Valley, J.W., 2013, Perspective on the
memberikan indikasi arah emplacement dari Origin of Plagiogranite in Ophiolites
baratdaya ke timurlaut. From Oxygen Isotopes in Zircon,
Science Direct, Elsevier, ISSN 0024-
Kesimpulan 49375
Janousek, V., Farrow, C.M., and erban, V.,
- Kontak antara blok dasit dan augen 2006, Interpretation of Whole-rock
di bawah sebagai blok Geochemical Data in Igneous
kontinen/busur dengan peridotit Geochemistry : Introducing
terserpentinisasi (ofiolit) pada bagian Geochemical Data Toolkit (GCDKit),

8
Czech Geological Survey, Czech Travis, R.B., 1955, Classification of Rocks,
Republic. The Colorado School of Mines, Golden
Kaharuddin, M., 2010, Perkembangan Colorado, USA, p. 1 – 12
Tektonik dan Stratigrafi Kompleks Wilson, M., 1989, Igneous Pterogenesis, A
Bantimala, Sulawesi Selatan, Prosiding Global Tectonic Approach, Department
Hasil Penelitian Fakultas Teknik Unhas, of Earth Science, University of Leeds,
vol.4,hal.TG 5-1-TG5-9. Netherland.
Kaharuddin, Tonggiroh, A.,Sirajuddin, H.,
2014, Olistostrome Dan Obduksi Ofiolit
Lasitae Kabupaten BarruProvinsi Sulawesi
Selatan, Proceedings PIT IAGI Ke-43,
Jakarta The 43st Iagi Annual Convention
And Exhibition

Maulana, A., Christy, A.G., Ellis, D.J.,


Kaharuddin, M., Tonggiroh, A., 2009,
Petrology, Geochemistry and Tectonic
Significance of the South Sulawesi
Ultramafic, Indonesia, Proceedings PIT
IAGI 38th, Semarang, 13-14 Oktober
2009.
Maulana, A., Christy, A.G., Ellis, D.J.,
2015, Petrology, Geochemistry, and
Tectonic Significance of Serpentinized
ultramafic Rocks From the South Arm
of Sulawesi, Indonesia, Chemie der
Erde, Geochemistry. Interdisciplinary
Journal for Chemical Topics of the
Geoscience, Elsevier, ISSN 0009-2819.
Rao, D.R., Rai, H., Kumar, J.S., 2004,
Origin of Oceanic Plagiogranite in the
Nidar Ophiolitic Sequence of Eastern
Ladakh, India, Current Science, Vol.
87, 10 Oktober 2004
Rollinson, H.R., 1993, Using Geotechnical
Data : Evaluation, Presentation,
Interpretation, J. Willey & Sons Inc.,
New York, USA.
Shervais, J.W., 2001, Birth, Death and
Resurrection : The Life Cycle of
Suprasubduction Zone Ophioltes,
Geochemistry, Geophysics, Geosystem,
an Electronic Journal of the Earth
Sciences, Volume 2, ISSN 1525-2027

9
Lampiran I : Peta Geologi

10
Lampiran II : Kolom Stratigrafi

11
12

You might also like