You are on page 1of 18

1

Ophiolitic Melange Of Barru Complex,


South Sulawesi
Asri Jaya1* , Kaharuddin1, Emmy Suparka2, Musri Ma’waleda1
1
Geology Engineering Department, Faculty of Engineering, Hasanuddin University, Makassar 90245,Indonesia
2
Geology Engineering Department, Faculty of Earth Science and Technology, Bandung Technology Institute, Bandung 40116,
Indonesia

*Corresponding Address: asri_jaya@geologist.com

The research aims to determine the presences of the ophiolitic mélange as one part of Barru Nappe complexes.Tectonic
activity in the Oligocene-Miocene was emplaced of the oceanic plate on to Barru Continent accompanied by tectonic
deformation, it have been caused shearing and crushing of the ophiolite body and the rock units in its path. The occurrence of
mixing blocks under deformation pressure will produce mélange and olistostrome as submarine sediment sliding.
Ophiolitic mélange was identified in Barru area, it characterized by various sizes of ophiolite blocks, slightly incorporated
with a dacite augen, sandstones of Mallawa and limestones of Tonasa Fomations, intruded by Pliocene of dacite porphyry.
Their physical appearance is very clear and shows deformation textures such as rock blocks with boudinage, flacer structure,
pseudofoliation, serpentinization and chloritization and fracturing of rock blocks. The orientation of the rocks body of various
places appear chaotic due to effect of the deformation of the regional tectonism.
Invention of ophiolitic mélange and olistostrome in this study will provide a new data and phenomenon which can reveal
tectonic of Barru Complex as part of a Bantimala Complex.

Keywords: Ophiolitic mélange, Olistostrome, Deformation, Barru

1. Pendahuluan
Daerah Barru terletak di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, berjarak ± 105 km sebelah utara
kota Makassar. Ophiolitic mélange merupakan batuan deformasi tektonik dari pada ophiolite,
pembentukannya melalui satu proses pengalih tempatan tektonik dari kerak oseanik naik
secara obduksi keatas kontinen Barru membentuk ophiolitic mélange.
Kehadiran batuan ophiolitic mélange di daerah kompleks kolisi Barru sangat menarik untuk
dikaji karena kaya akan fenomena geologi seperti adanya kontak antara kerak oseanik dan
kontinen, pembentukan batuan intrusi yang menyertai emplacement yaitu dasit porfiri, diorite,
trakit dan basal, beserta mineralisasi di zona kolisi. Hal tersebut diatas merupakan data baru
yang belum pernah dipublikasikan pada penelitian sebelumnya.
Pembentukan ophiolitic mélange Barru didasari pada teori Festa dkk (2009), Hall, (1976) dan
William dan Talkington, (1977), yang membahas emplaced ophiolitic mélange yang
berhubungan dengan kolisi dan obduksi atau overthrust.
Kenampakan ophiolitic mélange Barru ditunjukkan oleh hancuran berupa blok – blok ofiolit,
breksiasi, kataklastik, polibreksiasi dan tectonite, sedangkan pada blok footwall
memperlihatkan blok – blok dasit augen, batupasir dan batugamping, kedudukan (chaotic).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik ophiolitic mélange dan batuan ikutannya
2

pada zona kolisi obduksi di daerah Barru dengan metode


investigasi lapangan dan analisis petrografi.
2. Kerangka Geologi dan Tektonik Daerah Lasitae, Barru

Batuan tertua yang berumur pra Tersier berupa batuan metamorf


sekis kristalin dan serpentinit tersingkap di sungai Dengenge
bagian Barat Bangabangae, Selatan Lasitae dan bagian Timur
kota Barru, menampakkan struktur foliasi dengan baik dan
sebagian telah remuk oleh proses pensesaran (Sukamto, 1982). Peta geologi terlampir.
Kemudian secara tidak selaras di atas kedua batuan ini berkembang batuan flysch serpih
menjemari dengan batu rijang. Kedua batuan ini mengalami metamorfisme dislokasi
membentuk filit yang selanjutnya lingkungan menjadi darat dan intrusi granodiorit – dasit.
Batuan dasit tersingkap di Bulu Tinre sebelah Utara Bulu Palakka, umurnya belum diketahui
secara pasti namun setelah korelasi dan analisis stratigrafi menunjukkan umur paling tidak
Kala Paleosen. Pada zaman Tersier Awal lingkungan berubah menjadi laut dangkal hingga
transisi disusul dengan pembentukan batupasir Mallawa dari hasil rombakan granit dan
granodiorit/dasit di daerah Kalimantan pada zaman tersebut (Kaharuddin, 2010). Pembentukan
batuan ini disertai dengan transgresi, sehingga terbentuklah batubara seperti yang terlihat di
daerah Padang Lampe dan Bangabangae. Transgresi masih berjalan terus hingga terjadi
pembentukan batuan karbonat Formasi Tonasa yang banyak mengandung fosil moluska dan
foraminifera berumur Eosen – Miosen Awal.
Sebelum berakhirnya pembentukan Formasi Tonasa, terjadi benturan tektonik Pasifik di tepian
Asia dan obduksi ofiolit Lasitae yang menyebabkan deformasi terhadap dasit augen, batupasir
dan batugamping sehingga sebagian hancur, terombakkan dan terendapkan berupa endapan
gravity sliding olistostrome dengan aneka komponen.
Pembentukan batugamping dan olistostrome di daerah ini mengakhiri masa terbentuknya
Formasi Tonasa yang pada zaman tersebut terjadi pula pengangkatan sehingga merubah
lingkungan menjadi darat. Kemudian pada Kala Miosen Tengah – Pliosen, lingkungan
pengendapan di daerah tersebut berubah menjadi laut, akibat aktivitas tektonik Pasifik yang
masih berlangsung dan menghasilkan gunungapi Camba dan intrusi batuan beku intermediet.
Struktur geologi yang berkembang di daerah Lasitae terbagi dua jenis yaitu sesar naik Bulu
Tinre, sesar naik Lasitae, sesar naik Palakka, sesar naik Biru-biru dan sesar naik Bontolai,
sedang sesar geser yaitu sesar geser Sabangnaeri dan sesar geser Sungai Umpung.

3. Studi Petrologi
Studi petrologi batuan yang berhubungan dengan deformasi tektonik dan magmatisme post-
kolisi pada kompleks ophiolitic melange meliputi pada batuan dasit dan peridotit, dan dasit
porfiri dan diorit yang terbentuk setelah emplacement.
3.1 Batuan Deformasi
a. Dasit Augen
Dasit augen tersingkap baik di daerah Bulu Tinre, Sabangnaeri dan Salomoni. Kenampakan
fisik memperlihatkan tekstur porfiroafanitik, plagioklas sebagai fenokris, oleh pengaruh
deformasi pada umumnya dalam bentuk augen dan struktur foliasi lemah. Oleh pengaruh sesar
naik, kekar – kekar membentuk blok – blok imbrikasi miring searah dengan dip sesar naik
(gambar 1 dan 2.)
3

Gambar 1. Kenampakan lapangan dasit augen struktur imbrikasi pengaruh sesar naik di daerah
Sungai Jampue.
Analisis petrografi pada sayatan no A12/DST dan A20/DSMN menunjukkan tekstur khusus
mortar dan milonitik (Gambar 3), ukuran mineral antara <0.02 – 6.2 mm, tersusun oleh
mineral – mineral labradorit (25 – 30%), ortoklas (5 – 10%), kuarsa (12 – 17%), hornblende
(10 – 15%), sebagian terubah menjadi klorit, serisit (5 – 10%), dan massa dasar kristalit (15 –
20%), nama batuan Dasit Porfiri (Travis, 1955). Berdasarkan kenampakan mineral- mineral
yang telah mengalami alterasi dan kontak lapangan yang ditandai dengan xenolith sekis dalam
dasit augen, maka disimpulkan bahwa dasit augen merupakan batuan intrusi terhadap sekis.
Dan diperkirakan seumur dengan peridotit yaitu Kapur Bawah (Sukamto, 1982).

Gambar 2. Foto sayatan tipis struktur mortar dan milonitik pada dasit augen di Sungai
Barutung (Pl = plagioklas, Qtz = quartz, Chl = chlorite).

b. Peridotit
Batuan peridotit tersingkap luas di daerah pegunungan Lasitae, Bulu Palakka dan Sabangnaeri.
Kenampakan fisik memperlihatkan tekstur tektonit berupa kesan deformasi, kekar – kekar,
pelicinan (pseudofoliasi), penggerusan/breksiasi, struktur flaser, bodin, kloritisasi,
serpentinisasi, silisifikasi dan mineralisasi sulfida. Pada sekitar kontak intrusi dasit porfiri
terjadi ubahan kuat dan pengisian urat – urat kuarsa pada retakan – retakan batuan. Batuan
peridotit termasuk dalam kompleks batuan mélange ofiolitik dan provenance dari pada batuan
olistostrome di daerah ini.
4

Pl Arah penjajaran fragmen struktur flaser dan


Chl boudin pada batuan peridotit di daerah
Sabangnaeri sekitar utara – selatan (N12oE), ±
Qtz 35o arah gaya pembentukannya (47oE).
Sedang di daerah Palakka sekitar 60oE sekitar
baratdaya – timurlaut.

Pengamatan petrografi pada sayatan tipis menunjukkan tekstur asal sulit dikenali karena
sebagian besar telah terserpentinisasi atau teralterasi oleh pengaruh tektonik dan intrusi batuan
beku. Sayatan no A02/UMC dan ST 06/SPLK tersusun oleh mineral – mineral piroksin (10 –
15%), serpentin (50 – 70%), klorit (10 – 30%), kalsit (5 – 6%) dan spinel (4 – 7%). Nama
batuan Peridotite terserpentinisasi (Travis, 1955) (gambar 3).

Spl

Srp Hb

Gambar 3. Foto sayatan tipis peridotit terserpentinisasi di daerah Bulu Palakka (Srp =
serpentinite, Hb = hornblende, Spl = spinel).

Sampel A03/UMF tersusun oleh mineral piroksin (25%), olivin (30%), serpentin (20%), klorit
(12%), magnesit (8%) dan spinel (5%). Nama batuan peridotit (Travis, 1955) (gambar 4).

Olv
Px

Mg

Gambar 4. Foto sayatan tipis peridotit di daerah Bulu Palakka (Olv = olivin, Px = piroksin, Mg
= magnesit).
5

3.2 Batuan Post – collision


Batuan post – collision terdiri dari dasit porfiri, trakit dan diorite
Srp
a. Dasit porfiri dan granodiorit
Dasit porfiri tersingkap di lapangan dalam bentuk intrusi – intrusi kecil berupa dike pada
batuan peridotit seperti yang terdapat di daerah Bontolai dan lereng sebelah utara Bulu
Palakka (gambar 5).

Gambar 5. Kenampakan kontak batuan dasit porfiri (a) dengan peridotit (b) di dusun Bottolai.
Dasit porfiri dalam bentuk intrusi dike memperlihatkan gejala alterasi, backing effect, urat –
urat kuarsa pada batuan peridotit. Arah penyebaran dike dasit porfiri dari tenggara – baratlaut
(N 138oE).
Di daerah sungai Jampue tersingkap dike dasit porfiri dengan dimensi panjang sekitar 6 meter
dan tebal 2 meter memotong batuan peridotit (gambar 6).
Analisis petrografi pada sayatan A04/DSD dan A01/PLK, menunjukkan tekstur khusus pada
fenokris plagioklas memperlihatkan peretakan atau tekstur mortar akibat gaya kompressi.
Komposisi mineral terdiri dari labradorit (10 – 15%), andesine (15 – 20%), hornblende (15 –
20%), kuarsa (15 – 20%), mineral opak (3 – 5%) dan mikrolit (10 – 15%). Nama batuan dasit
porfiri (Travis, 1955). (gambar 7).

Gambar 6. Kenampakan lapangan dike dasit porfiri (X) memotong peridotit (Y) di Sungai
Jampue.
6

Gambar 7. Foto sayatan tipis dasit porfiri di daerah Bottolai, plagioklas dan hornblende
sebagai fenokris (Plag = plagioklas, Hb = hornblende).
b. Diorit
Diorit tersingkap di daerah Bulu Maraung, sebelah utara Bulu Tinre. Kenampakan
memperlihatkan warna hitam keabu – abuan, tekstur faneritik, banyak mengalami kekar –
kekar, pelapukan sedang.
Pengamatan petrografi tersusun oleh mineral piroksin (10 – 15%), hornblende (20 – 25%),
biotit (5 – 10%), plagioklas (10 – 15%) dan massa dasar (20 – 25%). Nama batuan diorit
(Travis, 1955).

4. Mélange Ofiolitik
Mélange ofiolitik kompleks Barru terbentuk oleh tectonically emplaced auto continents dalam
bentuk obduksi lempeng kerak oseanik dengan karakter khusus mempuyai zona aerole
metamorphism pada lapisan ofiolit.
a. Karakteristik Litologi
Ofiolit yang terbentuk oleh emplaced tektonik mengalami deformasi, penghancuran dan
breksiasi, boudin pada tekanan dan temperature diatas normal, mengalami metamorfisme
rendah – sedang yang pada akhirnya membentuk batuan deformasi tektonik yang disebut
mélange ofiolitik yang komponen – komponen olistolitnya berupa hasil hancuran batuan
ofiolit sedikit bercampur dengan batuan lain dari blok kontinen.
Kenampakan yang dimiliki menunjukkan kesan tekstur tektonit dan metamorfisme yaitu :
- Hancuran batuan ofiolit
Ofiolit hancur dalam bentuk bongkah – bongkah berbagai macam ukuran (0,5 – 500
cm), namun dibeberapa tempat terdapat lempengan/blok berukuran besar berdiameter
15 m seperti di daerah pinggiran sebelah timur kota Barru. Untuk bongkah batuan ini
umumnya bentuk menyudut tajam, sedikit membulat terfoliasi, tersingkap berupa
akumulasi material lepas. Gejala ini hampir seluruh di seluruh daerah terutama di
daerah pegunungan Palakka dan Lasitae (Gambar 8)
7

Gambar 8 Hancuran batuan ofiolit di daerah Bulu Palakka

- Breksiasi
Kenampakannya menunjukkan hancuran batuan yang insitu, blok batuan tidak terlepas
dalam sistem kekar terbuka dan pada bidang – bidang kekar tampak terfoliasi oleh
mineral – mineral klorit, serpentin dan asbestos (Gambar 9)

Gambar 9 Blok ofiolit terkekarkan di Bulu Palakka

- Kataklastik
Satuan kataklastik terdiri dari : breksi, flaser, dan milonit. Breksi menampakkan ukuran
lebih besra dari pada flasr, namun kurang menunjukkan orientasi fragmen, kecuali
pada fragmen boudin sedikit tampak orientasi (Gambar 10 dan 11).
8

Gambar 10 Breksi Monomik Sabangnairi

Gambar 11 Fragmen boudinage daerah Bontolai

Flaser struktur menunjukkan ukuran fragmen lebih kecil dari pada breksi dan
memperlihatkan adanya orientasi fragmen dan biasanya diselimuti oleh foliasi mineral
klorit dan serpentin (Gambar 12). Milonit seperti halnya struktur flaser, sangat
berhubungan dengan pengaruh struktur yang berkaitan dengan penempatan ofiolit
secara obduksi diatas kontinen Barru. Milonit masih menampakkan fragmen – fragmen
kasar, yang mengindikasikan pembentukannya pada zona dangkal atau dekat dengan
permukaan (Gbr 13).
9

Gambar 12 Struktur Flaser di daerah Sabangnairi

Gambar 13 Milonit matriks mélange di daerah Bontolai

- Kekar, boudin dan foliasi


Melange terbentuk dibawah tekanan dan temperatur akan memperlihatkan blok – blok
batuan yang terkekarkan, boudin dan foliasi serta orientasi fragmen. Hal ini terbentuk
pada saat pra – silisifikasi tektonik (Gambar 16).
- Polibreksiasi
Polibreksiasi tampak fragmen breksi dalam breksi yang sifatnya monomik, satu asal
komponen olistolit dan bentuknya boudin. Fragmen boudin terbentuk selama
pergerakan lempeng ofiolt (Gambar 17). Poli breksi atau breksiasi berulang,
memberikan interpretasi bahwa pergerakan lempeng oseanik pembentuk ofiolit
bergerak secara bertahap naik ke atas kontinen.
10

Gambar 14 Kekar boudin dan foliasi melange di daerah Sabangnairi

Gambar 15 Poli Breksi di daerah Batu Bessi


- Exotic blocks
Blok – blok eksotik ditemukan pada zona (suture) batas lempeng ofiolit dengan batuan
kontinen, seperti blok dasit augen, sekis, batupasir, batugamping dan silisified.
Tersebar hanya berupa spot pada zona sesar naik (thrust) di samping lereng Bulu
Palakka, Sungai Barru dan Sabangnaeri. Selain blok – blok eksotik tersebut diatas juga
ditemukan blok plagiogranit di daerah lereng utara Bulu Sabangneari. Plagiogranit ini
telah mengalami metamorfisme rendah dan teralterasi, tekstur kasar, kristal ± 3 cm,
berwarna putih abu – abu kebiruan.
- Olistostrome
Batuan olistostrome terbentuk pada fase setelah penempatan mélange ofiolit dan
merupakan batuan hasil rombakan batuan deformasi benturan obduksi ofiolit pada
busur kepulauan (Gambar 16). Komponennya berbagai ukuran (1 – 300 cm) terdiri
dari blok peridotit, dasit augen, batupasir, batugamping dan silisified, menujukkan
tekstur tektonit. Olistostrome tersebar luas dibagian utara Bulu Palakka dan Bulu
Lasitae sungai Barru, diinterpretasikan berumur Oligosen.
11

Gambar 16. Olistostrome dengan tekstur tektonit (kekar dan terlicinkan, dan bentuk
lensis) pada olistolit ofiolit (x), dasit (y), dan batugamping (z) dasar Sungai Barru,
Sabangnairi.

b. Emplacement dan Tipe Melange Ofioltik


- Emplacement Ophiolitic Melange
Mengawali rifting Selat Makassar pada kala Oligosen – Miosen menyusul
pembentukan mendesak Sulawesi Barat atau busur blok Barru (Kaharuddin, 1995,
2010), menyebabkan terjadinya thrust kerak oseanik terdorong naik keatas kontinen
Barru. Proses deformasi menyertai aktivitas tektonik obduksi, sehingga ofiolit menjadi
remuk dan termetamorfisme rendah membentuk batuan mélange yang disebut mélange
ofiolitik (Gambar 17)
12

Ciri khas dari pada ophiolitic mélange berupa tekstur tektonit dan gejala ubahan seperti
kloritisasi, serpentinisasi dan silifikasi. Hal ini tampak sangat jelas di daerah Lasitae –
Barru. Selain itu batuannya banyak mengalami fracture dalam bentuk struktur flaser
dan milonitisasi pada zona gerusan di bagian depan obduksi. Berdasarkan atas
hancuran deformasi, derajat ubahan batuan dan lokasi penyebaran endapan
olistostrome serta penyebaran intrusi – intrusi yang menyertainya, yang membentang
di sebelah utara melingkar ke timur terus ke selatan, sehingga diinterpretasikan arah
atau penempatan ofiolit dari baratdaya ke timurlaut (Kaharuddin, 2014). Tampak blok
ofiolit Lasitae kontak sesar naik dengan dasit augen di daerah antara Bulu Palakka
dengan Bulu Tinre (Gambar 18).
13

Gambar 18. Kontak thrust ofiolit (x) terhadap dasit augen (y) di anak Sungai Barru
terletak antara Bulu Palakka dan Bulu Tinre.

Obduksi ofiolit Lasitae terhadap dasit deformasi Bulu Tinre membentuk blok Nappe
terhadap batuan Tersier, disebut mengawali pembentukan ophiolitic mélange Barru.
- Tipe Melange Ofiolitik
Pembentukan mélange ofiolitik Barru pada zona kolisi melalui emplacement ofiolit
keatas kontinen Barru dikala Oligo – Miosen, maka tipe mélange ofiolitik termasuk
tipe 5, mélange disebut Related to collision “ Festa, 2003).

Diskusi
1. Ophiolitic mélange Barru baru pertama kali dipublikasikan, data yang diperoleh masih
dalam bentuk data makro didominasi pengamatan lapangan, namun identifikasi dan
klasifikasinya telah didasari pada literature text book dan jurnal terkemuka, sehingga
penamaannya sudah diyakini benar adanya.
2. Ada dua jenis dasit yang terdapat di daerah kompleks Barru yaitu dasit augen terdeformasi
dan teralterasi. Ciri – ciri yang dimilikinya menunjukkan umur tua (Kapur), dan dasit
porfiri dengan sifat yang fresh dan menerobos batuan kompleks mélange ofilolitik bersama
batuan lainnya seperti diorite, trakit dan basal, masih menyisakan problematika terutama
umur dan asal usul magmanya.
3. Interpretasi mengenai arah pergerakan emplacement ophiolitic mélange didasari pada letak
kehadiran endapan olistostrome di bagian utara dan timurlaut kompleks Barru, tingkat
deformasi, kedudukan batuan sedimen miring mengelilingi tubuh mélange serta
penyebaran intrusi – intrusi melingkar di daerah bagian utara dan timur, sehingga
ditentukan arah emplacement yaitu dari baratdaya ke timurlaut.
Kesimpulan
1. Kondisi geologi kompleks obduksi Barru sangat variatif yang tersusun oleh Alohton
ophiolitic mélange dan Autohton metamorfik, dasit augen, batupasir dan batugamping
serta batuan intrusi dasit porfiri, diorite, trakit dan basal.
2. Batuan mélange yang terdapat di daerah Barru termasuk ophiolitic mélange dan tipe kolisi
obduksi yang menunjukkan gejala deformasi kuat dengan tekstur tektonit.
3. Kehadiran blok eksotik plagiogranit di daerah Sabangnaeri dalam ophiolitic mélange
berlapis (layer), mengindikasikan batuan ofiolit sebagai protolit mélange pembentukannya
melalui proses deformasi dan pembekuan yang bertahap, tipe ofiolit kumulasi.
14

Daftar Pustaka

Blake, M.C., Jones, D.L., 1974, Origin of Fransiscan Melanges in Northern California,
Sociecity of Economic Paleontologists and Mineralogists p. 345-357
Festa, A., Pini, G.A., Dilek, Y., Codegone, G., 2010, Melanges and Melange-forming
Processes : A Historical and New Concepts, International Geology Review, Vol. 52,
Nos. 10 – 12, October – December 2010, 1040 – 1105.
Ganser, A., 1974, The ophiolitic Melange, a World Wide Problem on Thetyan Examples,
Eclogae Geol Helvetiae 67:479-507.
Grimes, C.B., Ushikubo, T., Kozdon, R., Valley, J.W., 2013, Perspective on the Origin of
Plagiogranite in Ophiolites From Oxygen Isotopes in Zircon, Science Direct, Elsevier,
ISSN 0024-49375.
Hall, R., 1976, Ophiolite Emplacement and the Evolution of the Taurus Suture Zone, Suthern
Turkey, The Geological Society of America, Benchmark Paper in Geology/66, p. 275
– 285.
Janousek, V., Farrow, C.M., and Erban, V., 2006, Interpretation of Whole-rock Geochemical
Data in Igneous Geochemistry : Introducing Geochemical Data Toolkit (GCDKit), Czech
Geological Survey, Czech Republic.
Kaharuddin, M., 2010, Perkembangan Tektonik dan Stratigrafi Kompleks Bantimala, Sulawesi
Selatan, Prosiding Hasil Penelitian Fakultas Teknik Unhas, vol.4,hal.TG 5-1-TG5-9.
Kaharuddin, Tonggiroh, A.,Sirajuddin, H., 2014, Olistostrome Dan Obduksi Ofiolit Lasitae
Kabupaten BarruProvinsi Sulawesi Selatan, Proceedings PIT IAGI Ke-43, Jakarta The
43st Iagi Annual Convention And Exhibition.
Kusky, T.M., Bradley, D.C., 1999, Kinematic Analysis of Melange Fabrics : Examples and
Aplication from the Mchugh Complex, Kenai Pennisula, Alaska, Journal of Structural
Geology, 21 : 1773-1796.
Li, J., Kursky, T.M., Huang, X., 2002, Archean Podiform Chromitites and Mantle Tectonites in
Ophiolitic Melanges, North China Craton : A Record of Early Oceanic Mantle Processes,
GSA Today.
Maulana, A., Christy, A.G., Ellis, D.J., Kaharuddin, M., Tonggiroh, A., 2009, Petrology,
Geochemistry and Tectonic Significance of the South Sulawesi Ultramafic, Indonesia,
Proceedings PIT IAGI 38th, Semarang, 13-14 Oktober 2009.
Maulana, A., Christy, A.G., Ellis, D.J., 2015, Petrology, Geochemistry, and Tectonic
Significance of Serpentinized ultramafic Rocks From the South Arm of Sulawesi,
Indonesia, Chemie der Erde, Geochemistry. Interdisciplinary Journal for Chemical Topics
of the Geoscience, Elsevier, ISSN 0009-2819.
Rao, D.R., Rai, H., Kumar, J.S., 2004, Origin of Oceanic Plagiogranite in the Nidar
Ophiolitic Sequence of Eastern Ladakh, India, Current Science, Vol. 87, 10 Oktober 2004
Rollinson, H.R., 1993, Using Geotechnical Data : Evaluation, Presentation, Interpretation, J.
Willey & Sons Inc., New York, USA.
Shervais, J.W., 2001, Birth, Death and Resurrection : The Life Cycle of Suprasubduction Zone
Ophioltes, Geochemistry, Geophysics, Geosystem, an Electronic Journal of the Earth
Sciences, Volume 2, ISSN 1525-2027
Sukamto, R., 1982, Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, Sulawesi,
P3G, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung.
Travis, R.B., 1955, Classification of Rocks, The Colorado School of Mines, Golden Colorado,
15

USA, p. 1 – 12. Industries Bull, 95, p. 1-11.


William, H., Talkington, R.W., 1977, Distribution and Tectonic Setting of Ophiolites and
Ophiolitic Melanges in the Appalachian Orogen, North American Ophiolites, Oregon
Department Geology and Mineral
Wilson, M., 1989, Igneous Pterogenesis, A Global Tectonic Approach, Department of Earth
Science, University of Leeds, Netherland.
16
17

Appendix I : Geologic Map Barru Area


SRIWIJAYA INTERNATIONAL CONFERENCE ON ENGINEERING, SCIENCE AND TECHNOLOGY
Bangka Island, Indonesia, November 9-10, 2016

FACULTY OF ENGINEERING, SRIWIJAYA UNIVERSITY, PALEMBANG, INDONESIA


http://sicest.unsri.ac.id

You might also like