You are on page 1of 12

Jurnal Anestesiologi Indonesia

PENELITIAN
Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat Dibandingkan Nacl 0,9% Terhadap
Keseimbangan Asam-Basa Pada Pasien Sectio Caesaria Dengan Anestesi Regional
M Mukhlis Rudi P*, Hariyo Satoto**, Uripno Budiono**
* Bagian Anestesiologi FK Unsoed/ RSUD Margono Soekardjo, Purwokerto
**Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang

ABSTRACT
Back ground : Administration of crystalloid solution in patients prone for surgery,
especially sectio caesarian rarely completed with blood electrolyte examination previously
so could cause electrolyte imbalance and worse metabolic and healing process. Because of
fluid intervention during surgery, post operative electrolyte examination are important to
control electrolyte level and acid base balance.
Method : An experimental study with double blind randomize control trial method which
purposed to find the better solution, RL or NaCl 0,9% for SID acid base balance on Stewart
method. Patients prepared for sectio caesarian as require for regional anesthesia and
prevent nausea and vomit. At the operation theatre an intravenous line inserted while at the
same time blood venous sample was taken. Before inducing anesthesia patient received pre
medication and fluid “loading” to prevent regional anesthesia induce hypotension. During
surgery patient received crystalloid solution. At the end of surgery venous blood are
examined. The noted data for statistic count in this study is electrolyte level. Statistical t-test
are used in this study.
Result : Pre operative SID of RL (38,58 ± 2,28) show alkalosis state, while SID of NaCl
(37,42 ± 1,18) show acidosis. Post operative mean of RL SID (37,79 ± 1,18) more stable
than alkalosis NaCl SID (39,67 ± 3,10).
Conclusion : Administration of RL solution in caesarean section patients is more benefit
than sodium chloride (NaCl) 0,9% because of it lack effect on SID acid-base balance
shifting.

Keywords : Crystalloid solution, Stewart Acid base balance, caesarian section, regional
anesthesia.

ABSTRAK
Latar belakang: Pemberian cairan pada pasien yang akan operasi, khususnya sectio
caesaria (SC), sebelumnya jarang dilakukan pemeriksaan elektrolit, sehingga dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit yang akan memperberat proses metabolik
dan penyembuhannya. Pemeriksaan elektrolit setelah operasi sangat penting, karena
intervensi cairan selama operasi, dengan alasan untuk mengontrol elektrolit dan
keseimbangan asam-basa.
Metode: Penelitian ini termasuk eksperimental berupa uji klinik tahap 2 yang dilakukan
secara acak tersamar ganda dengan tujuan untuk mengetahui cairan mana yang lebih
baik, RL ataupun NaCl 0,9% terhadap strong ion difference (SID) keseimbangan asam-
basa yang didasarkan pada metode Stewart.

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 17


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Pasien yang dipersiapkan untuk Hasil: Rerata sebelum operasi SID RL


menjalani operasi SC, sebagai salah satu (38,58±2,28) menunjukkan alkalosis,
persyaratan untuk menjalani tindakan sedangkan SID NaCl (37,42±4,35)
pembiusan dan mencegah mual muntah. menunjukkan asidosis. Rerata setelah
Kemudian dilakukan pemasangan jalur operasi SID RL (37,79±1,18)
intravena serta pengambilan darah vena menunjukkan kestabilan dibandingkan
di ruang bedah sentral dan diberikan rerata SID NaCl (39,67±3,10) yang
premedikasi serta “loading” cairan alkalosis.
sebelum dibius dengan tujuan untuk Kesimpulan: Pemberian RL pada pasien
mencegah terjadinya hipotensi akibat sectio caesaria lebih menguntungkan
obat regional anestesinya. Setelah itu, dibandingkan NaCl, karena NaCl sangat
selama operasi pasien diberikan cairan mempengaruhi pergeseran SID
kristaloid. Setelah operasi selesai, keseimbangan asam-basa Stewart.
dilakukan pemeriksaan darah vena.
Data-data yang dicatat untuk Kata kunci: Cairan kristaloid,
perhitungan statistik yang termasuk keseimbangan asam-basa Stewart,
dalam tujuan penelitian ini adalah kadar caesarian section, anestesi regional.
elektrolit. Uji statistik dengan
menggunakan t-test.
_________________________________________________________________________

PENDAHULUAN dalam tubuh, antara lain keseimbangan


antar elektrolit.
Pasien yang menjalani pembedahan
terbagi dalam beberapa klasifikasi Kasus-kasus dengan perdarahan kurang
berdasarkan pada beberapa hal yaitu dari 15% EBV banyak ditemukan pada
hemodinamik dan perkiraan volume operasi sectio caesaria, laparotomi tanpa
darah (estimated blood volume/ EBV). reseksi usus, bedah urologi, pasien
Selama ini volume perdarahan yang trauma ortopedi tertutup, trauma kepala
terjadi diganti berdasarkan jumlah yang (EDH), dan operasi-operasi lain dengan
keluar tanpa memperhatikan perdarahan yang dikendalikan. Selama
keseimbangan asam-basa dengan ini, penggantian cairan pada pasien
menggunakan cairan ringer laktat (RL) operasi dengan perdarahan kurang dari
ataupun NaCl 0,9%. Dengan 15% EBV lebih banyak menggunakan
memperhatikan keseimbangan asam- cairan kristaloid Ringer Laktat (RL) atau
basa, akan sangat membantu dalam NaCl 0,9% dibandingkan koloid hydroxy
mengelola pasien pasca operasi. ethyl starch (HES), sementara pasien
dengan regional anestesi lebih banyak
Penelitian ini khusus dilakukan pada menggunakan koloid.
pasien yang menjalani operasi dengan
perkiraan perdarahan kurang dari 15% Pada 25 kasus penelitian pendahuluan,
EBV, karena dievaluasi berkaitan dengan pasien dengan sectio caesaria dengan
penggantian volume perdarahan. Pada status fisik ASA (American Society of
operasi dengan perdarahan lebih dari Anesthesiologist) 1 – 2 dan menggunakan
15% EBV, dianjurkan penggantian cairan teknik anestesi regional di RSUP Dr
dengan darah. Selama penggantian cairan Kariadi dan pemeriksaan BGA (blood
tersebut terjadi perubahan metabolik gas analysis) pre-operatif dan post-
operatif pada tahun 2006 selama bulan

18 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Februari – Mei 2006, sebanyak 76% (19 kristaloid, RL ataupun NaCl, pada pasien
kasus) mengalami asidosis, sedangkan operatif memerlukan penggantian cairan
sisanya mengalami alkalosis. yang cepat, dengan harapan dapat
mempertahankan kadar oksigen dalam
Setelah pemberian cairan kristaloid, tidak jaringan secara adekuat. Pemberian
dilakukan pengecekan ulang BGA, kristaloid harus tetap memperhatikan
elektrolit dan albumin. Pengecekan ulang kebutuhannya, karena bila berlebih dapat
tersebut merupakan hal yang penting menimbulkan edema yang berat serta
karena berkaitan dengan perbaikan atau dapat mempengaruhi keseimbangan
kesembuhan luka. elektrolit tubuh yang berakibat gangguan
keseimbangan asam-basa.1
Keseimbangan asam basa merupakan
keseimbangan antar komponen elektrolit Penilaian keseimbangan asam-basa
cairan tubuh yang dinilai dengan dengan metode Stewart memiliki
menggunakan persamaan dari Stewart. kelebihan dibandingkan metode
Penilaian didasarkan pada hasil Hendersen-Hasselbalch, dimana
pemeriksaan laboratorium BGA, kelebihan Stewart terletak pada
albumin, dan elektrolit (Na, K, Cl, Mg, konsistensi penilaian pada faktor
PO ) preoperatif dan postoperatif. kompensasi tubuh dalam
4
mempertahankan keseimbangan asam-
Berdasarkan gambaran awal dari kasus basa. Faktor kompensasi yang tidak
yang terjadi pada pasien yang menjalani didapatkan pada Hendersen-Hasselbalch
operasi sectio caesaria dengan regional adalah faktor yang menilai proses
anestesi, maka kejadian yang hampir pertukaran cairan tubuh yang dipengaruhi
sama mungkin akan terjadi pada pasien oleh tekanan onkotik. Penentu tekanan
operatif lain yang menggunakan regional onkotik tersebut adalah albumin.
anestesi dengan perdarahan yang tidak
lebih dari 15% EBV, sehingga pasien- Pemilihan keseimbangan asam-basa
pasien tersebut tidak memburuk Stewart didasarkan pada kenyataan yang
keseimbangan asam-basa dan akan terjadi di ICU (intensive care unit) RSUP
mempermudah perbaikan metabolik yang Dr. Kariadi, bahwa terapi cairan yang
terganggu selama tindakan operasi, didasarkan pada Handersson-Hasselbalch
ataupun pasca operasi. Setelah operasi tidak lebih baik daripada Stewart. Bukti
selesai, sebaiknya pasien dilakukan dari keseimbangan tersebut dinilai dari
pemeriksaan elektrolit, albumin, dan hasil pemeriksaan laboratorium blood gas
BGA ulang, dengan maksud agar dapat analysis (BGA), elektrolit, albumin, dan
mengetahui pengaruh pemberian cairan kondisi obyektif dari pasien. Berdasarkan
tersebut terhadap keseimbangan elektrolit kenyataan di ICU RSUP Dr. Kariadi
dan asam-basa tubuh. tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
yang membandingkan antara cairan dasar
Penelitian yang dilakukan selama ini (RL dengan NaCl 0,9%), karena kedua
hanya berkisar pada masalah cairan tersebut selain murah juga mudah
perbandingan antar cairan kristaloid didapat di daerah. Pemeriksaan yang
terhadap keseimbangan asam-basa akan dilakukan adalah penghitungan
Hendersen-Hasselbalch, akan tetapi strong ion difference (SID) yang
belum dilakukan penelitian yang lebih bersumber dari hasil pemeriksaan
spesifik dengan menggunakan metode elektrolit, sedangkan albumin dan pCO
2
Stewart. Padahal pemberian cairan tidak diperiksa dikarenakan SID (strong

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 19


Jurnal Anestesiologi Indonesia

ion difference) lebih mewakili status semua penderita yang dipersiapkan untuk
keseimbangan asam-basa Stewart. Tujuan operasi elektif, usia 20 – 35 tahun, ASA
penelitian ini adalah untuk membuktikan I-II, posisi terlentang, di mana semua
bahwa cairan RL lebih baik dibanding penderita yang memenuhi kriteria
NaCl 0,9% dalam mempertahankan dimasukkan dalam sampel sampai jumlah
keseimbangan asam-basa Stewart dalam yang diperlukan terpenuhi, bersedia
tindakan operasi. menjadi sukarelawan. Berdasarkan
jumlah sampel, maka penderita
METODE dikelompokkan ke dalam 2 kelompok
penelitian, yaitu :
Jenis penelitian ini termasuk
eksperimental berupa uji klinik tahap 2 1. Kelompok A (perlakuan 1) : penderita
yang dilakukan secara acak tersamar dengan diberikan infus RL
ganda dengan tujuan untuk mengetahui 2. Kelompok B (perlakuan 2) : penderita
efektivitas pemberian infus RL dan infus dengan diberikan infus NaCl
NaCL terhadap keseimbangan asam-basa
yang didasarkan pada metode Stewart. Data-data yang dicatat untuk perhitungan
Subyek penelitian ini adalah Semua statistik yang termasuk dalam tujuan
pasien RSUP Dr. Kariadi dengan operasi penelitian ini adalah kadar elektrolit (Na,
elektif ataupun cito sectio caesaria usia K, Cl). Data yang diperoleh dicatat dalam
20-35 tahun dengan status fisik ASA I-II, suatu lembar penelitian khusus yang telah
berat badan 50-70 kg, tinggi badan 150- disediakan satu lembar untuk setiap
170 cm, tidak ada indikasi kontra untuk penderita. Data diolah dan dianalisis
tindakan regional anestesi. Lama operasi dengan komputer menggunakan program
antara 60-120 menit. Penelitian dilakukan SPSS 13.0 dan dinyatakan dalam nilai
di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. rerata ± simpang baku. Uji statistik
Kariadi Semarang menggunakan t-test dan derajat
kemaknaan p < 0,05. Penyajian data
Kriteria inklusi : dalam bentuk tabel.
 Umur antara 20 – 35 tahun
 Status fisiknya ASA I – II HASIL
 Diberikan cairan kristaloid (RL/
NaCl) Penelitian ini menganalisa pengaruh
 Pembiusan dengan anestesi pemberian cairan kristaloid RL dan NaCl
regional 0,9% terhadap keseimbangan asam-basa
menurut metode Stewart. Analisa yang
Kriteria eksklusi : dilakukan pada karakteristik penderita
 Terdapat permasalahan yang berdasarkan umur dan lama operasi,
timbul yang akibat oleh anestesi distribusi SID kedua kelompok sebelum
regional, seperti alergi, spinal dan sesudah operasi, rerata SID kedua
tinggi ataupun total spinal. kelompok sebelum dan sesudah operasi,
 Adanya perdarahan masif serta rerata masing-masing kelompok
sebelum dan sesudah operasi. Penelitian
 Dilakukan tindakan anestesi
dilakukan terhadap 48 pasien yang
umum karena anestesi regional
terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu 24
gagal
orang diberikan RL dan 24 orang
diberikan NaCl 0,9%.
Cara pemilihan sampel dilakukan dengan
cara Consecutive Sampling terhadap

20 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 1. Karakteristik Pasien Kelompok RL dan NaCl 0,9%

Karakteristik Kelompok SID RL Kelompok SID NaCl P

(n=24) (n=24)

1.Umur 26,54±2,963 26,58±3,55 0,965

2. Lama operasi 84,79±13,947 84,79±12,022 1

Nilai pada tiap kelompok dalam rata-rata


± simpangan baku, karakteristik penderita
oparasi untuk nilai SID dari kelompok
SID RL tidak berbeda bermakna dengan
kelompok SID NaCl, karena p > 0,05.

Distribusi kelompok RL pra operasi


didapatkan pasien yang mengalami
asidosis sebanyak 33,33% dan yang
mengalami alkalosis hipernatremik
sebanyak 58,33% dan yang normal
sebanyak 8,33%. Kelompok NaCl 0,9%
didapatkan asidosis sebesar 58%,
sedangkan yang mengalami alkalosis
sebesar 42%.
Hasil dari grafik boxplot (grafik 51), SID
Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov- praoperasi menunjukkan bahwa nilai
Smirnov diperoleh nilai p = 0,017 atau median kelompok SID RL pra operasi
p<0,05, dengan demikian data dari nilai lebih tinggi dibandingkan kelompok SID
SID RL pra operasi adalah tidak normal. NaCl pra operasi.
Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-
Smirnov SID NaCl diperoleh probabilitas Distribusi SID kelompok RL pasca
0,733 atau p>0,05, dengan demikian data operasi menunjukkan bahwa pasien yang
nilai dari SID NaCl pra operasi adalah mengalami asidosis sebanyak 25% (6
normal. orang) dan yang mengalami alkalosis
sebanyak 29,16% (7 orang), sedangkan
Nilai SID untuk kelompok SID RL dan sisanya 45, 83% (11 orang) normal.
SID NaCl dengan mengunakan uji t (p = Distribusi SID kelompok NaCl pasca
0,253) dan Mann Whitney (p = 0,264), operasi menunjukkan bahwa pasien yang
karena p > 0,05 ini berarti nilai SID dari mengalami asidosis sebanyak 54 % (13
kelompok SID RL dan SID NaCl orang), sedangkan sisanya 46% (11
sebelum operasi tidak berbeda. orang) mengalami alkalosis.

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 21


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov- Nilai SID untuk kelompok SID RL dan
Smirnov diperoleh probabilitas 0,063 SID NaCl dengan mengunakan uji t (p =
atau p > 0,05. Dengan demikian data nilai 0,01) dan Mann-Whitney (p = 0,043),
dari SID RL pasca operasi adalah normal, karena p < 0,05 ini berarti nilai SID dari
sedangkan hasil uji normalitas SID NaCl kelompok SID RL dan SID NaCl setelah
dengan Kolmogorov-Smirnov diperoleh operasi berbeda secara bermakna.
probabilitas 0,455 atau p > 0,05, dengan
demikian data nilai dari SID NaCl pasca
operasi adalah normal.

Median dari SID kelompok SID NaCl NaCl pasca operasi menunjukan
pasca operasi lebih tinggi dibadingkan distribusi agak miring ke kanan, ini
dengan kelompok SID RL pasca operasi berarti kelompok SID RL dan SID NaCl
(grafik 2). Kelompok SID RL dan SID pasca operasi berdistribusi tidak normal.

Tabel 2. Rerata SID pada kelompok RL, NaCl Pra dan Pasca Operasi

Waktu Operasi Kelompok SID Kelompok SID NaCl P


RL

Sebelum Operasi (Pra) 38,58±2,28 37,42±4,35 0,253

Setelah Operasi (Pasca) 37,79±1,18 39,67±3,10 0,01*

*Significant<0,05 (independent t test)

SID RL sebelum operasi rata-ratanya SID RL setelah operasi rata-ratanya


adalah 38,58 dengan standar deviasi adalah 37,79 dengan standar deviasi
(simpangan baku) 2,28 ini berarti secara (simpangan baku) 1,18 ini berarti secara
garis besar alkalosis, sedangkan untuk garis besar asidosis, sedangkan untuk
SID NaCl sebelum operasi rata-ratanya SID NaCl setelah operasi rata-ratanya
adalah 37,42 dengan standar deviasi adalah 39,67 dengan standar deviasi
(simpangan baku) 4,35 ini berarti secara (simpangan baku) 3,10 ini berarti secara
garis besar asidosis. garis besar alkalosis.

22 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 3. Rerata SID pada kelompok NaCl Pra dan Pasca Operasi

Waktu Operasi Kelompok SID RL Kelompok SID NaCl P

Sebelum dan Sesudah 37,42 ± 4,35 37,92 ± 4,14 0,218


Operasi

Untuk rata-rata SID NaCl sebelum operasi juga tidak beda jauh yaitu 37,92
operasi adalah 37,42 dengan standar dengan standar deviasi 4,14 ini berarti
deviasi 4,35 ini berarti bersifat asidosis bersifat asidosis (<38).
(<38), sedangkan untuk SID NaCl setelah

Nilai median dari SID kelompok SID tebal median agak kebawah, ini
NaCl pra sama dengan kelompok SID menunjukan distribusi miring ke kanan.
NaCl pasca operasi (gambar 3). Maka dapat dikatakan kelompok SID
Kelompok SID NaCl pra dan SID NaCl NaCl pra dan SID NaCl pasca
pasca operasi mempunyai garis hitam berdistribusi tidak normal.

Tabel 4. Rerata SID pada kelompok RL pra dan pasca operasi

Waktu operasi Kelompok SID RL Pra Kelompok SID RL Pasca P

Sebelum dan sesudah 38,58 ± 2,28 37,96 ± 0.91 0,074


operasi

Untuk rata-rata SID RL sebelum operasi turun menjadi 37,96 dengan standar
adalah 38,58 dengan standar deviasi 2,28 deviasi 0,91 ini berarti bersifat netral
ini berarti bersifat alkalosis (>38), (=38).
sedangkan untuk SID RL setelah operasi

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 23


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Nilai median dari SID kelompok SID RL atau bahkan alkalosis yang lebih berat,
pasca operasi lebih rendah dibandingkan dikarenakan keseimbangan kadar natrium
kelompok SID RL pra operasi. Kelompok dan kloridanya dalam cairan tersebut.
SID RL pasca menunjukkan garis hitam Namun, bila diberikan larutan RL,
median agak kebawah, berarti distribusi pergeseran keseimbangan asam-basanya
miring ke kanan, sedangkan untuk tidaklah terlalu besar, dikarenakan
kelompok SID RL pra, garis hitam kandungan natrium dan kloridanya
median paling atas ini menunjukan tidaklah sama, selain itu juga adanya
distribusi miring ke kiri, ini berarti tambahan laktat, yang nantinya akan
kelompok SID RL pasca operasi dimetabolisme melalui siklus Kreb yang
berdistribusi tidak normal. kemudian akan di buffer oleh bikarbonat
menjadi asam bikarbonat dan akhirnya
akan dilepaskan melalui paru-paru 1,2,
PEMBAHASAN sehingga tidak sampai menggeser
timbangan asam-basa secara berlebihan
Pemberian cairan pengganti selama ke salah satu sisi.
tindakan operatif, selama ini memang
menjadi suatu hal yang kontroversial Hasil SID untuk kelompok RL dan SID
dalam menentukan mana yang lebih NaCl dengan mengunakan uji t (p=0,253)
efektif dan efisien dalam penggantian dan Mann Whitney (P=0,264), karena p >
cairan. Keduanya dianggap merupakan 0,05 ini berarti nilai SID dari kelompok
cairan dasar yang paling baik yang SID RL dan SID NaCl sebelum operasi
didasarkan pada kandungannya. tidak berbeda bermakna, hal ini mungkin
terjadi, karena intervensi cairan yang
Hasil penelitian yang telah dilakukan, diberikan hanyalah 500 cc dan berfungsi
menunjukkan bahwa infus NaCl 0,9% sebagai ”loading” yang bertujuan untuk
akan berpengaruh pada pergeseran mengatasi kemungkinan terjadinya
keseimbangan asam-basa Stewart, karena hipotensi yang diakibatkan oleh anestesi
apabila pasien dengan SID < 38, regional. Untuk menimbulkan perubahan
kemudian diberikan larutan NaCl 0,9% yang nyata pada SID, paling tidak
dalam jumlah yang disesuaikan dibutuhkan intervensi hingga 3 kali
kebutuhannya, kemungkinan yang timbul perdarahan yang hilang. Kondisi
adalah menjadi asidosis yang lebih berat elektrolit pasien sebelum operasi juga

24 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

akan sangat mempengaruhi SID pasca sedangkan 8,33% (SID = 38) terdapat
intervensi.3 pada pemberian infus RL. Kemudian
alkalosis banyak terjadi pada pasien
SID cairan RL dan NaCL 0,9% untuk dengan pemberian RL sebelum operasi
kelompok RL dan NaCl dengan sebesar 58,33%, sedangkan pada NaCl
mengunakan uji t (p=0,01) dan Mann- hanya 16,66%. Berarti kedua kelompok
Whitney (p=0,043), karena p < 0,05 ini tersebut tidak berbeda. Distribusi data
berarti nilai SID dari kelompok SID RL SID pasca operasi, menunjukkan bahwa
dan SID NaCl setelah operasi berbeda asidosis yang berat (SID < 35) terjadi
secara bermakna. Pemberian cairan yang pada pemberian NaCl (25%), alkalosis
disesuaikan dengan perdarahannya, akan juga lebih banyak terjadi pada pemberian
mengakibatkan perubahan pada NaCl (25%).
keseimbangan elektrolit, karena setiap
perdarahan atau keluarnya cairan tubuh Rerata SID kelompok NaCl pra operasi
akan disertai dengan perubahan sebesar 37,42±4,35 dan pasca operasi
keseimbangan elektrolit tubuh.4,5,6 37,92±4,14 menunjukkan bahwa NaCl
bersifat asidosis (<38). Sedangkan pada
Selain itu, bila dilihat tonisitas cairannya, RL rata-rata SID sebelum operasi adalah
NaCl 0,9% lebih hipertonis bila 38,58 dengan standar deviasi 2,28 ini
dibandingkan dengan RL, karena berarti bersifat alkalosis (>38),
mengandung Na+ (154 mmol/L) yang sedangkan SID setelah operasi turun
tinggi, serta Cl- yang tinggi (154 menjadi 37,96 dengan standar deviasi
mmol/L). Padahal kandungan Na+ 0,19 ini berarti bersifat netral (=38).
plasma hanya berkisar antara 135-147 Berdasarkan analisa data yang dilakukan,
mmol/L, sedangkan Cl- plasma sebesar menunjukkan bahwa RL ataupun NaCl
94-111 mmol/L. Pemberian infus NaCl secara statistik berbeda tidak bermakna,
0,9% dalam jumlah yang besar akan akan tetapi perbedaan sebesar 1,00 secara
berakibat pada asidosis.2 klinis sangatlah bermakna.

Selama dilakukan penelitian, tidak Pemberian cairan kristaloid (RL / NaCl


ditemukan gangguan-gangguan akibat 0,9%) pada kedua kelompok pasien yang
pemberian cairan, seperti alergi dan mual menjalani SC sangatlah bervariasi,
muntah. Sehingga, pemberian cairan disesuaikan dengan perdarahan yang
pengganti selama dan setelah tindakan keluar selama tindakan operasi. Sehingga
operasi, bila sesuai dengan kebutuhannya perbedaan secara klinis SID kedua cairan
tidak akan menimbulkan efek tersebut. sangatlah penting, karena pergeseran
Rasa mual yang timbul, biasanya lebih sedikit saja dari keseimbangan akan
sering disebabkan oleh manipulasi berakibat fatal terhadap kondisi pasien.
operator selama operasi. Menurut Magner Berdasarkan distribusi SID pemberian
dkk (2004), bahwa pemberian oksigenasi cairan kristaloid pasca operasi,
selama operasi akan berperan dalam menunjukkan bahwa SID 24 pasien yang
menurunkan kejadian mual-muntah pasca diberikan RL berkisar antara 35-41.
operasi (PONV)7. Sedangkan yang diberikan NaCl < 35 dan
> 41 tanpa SID yang normal, yang berarti
Distribusi data SID pada kelompok RL memperberat kondisi asidosis ataupun
dan NaCl sebelum operasi menunjukkan alkalosis.
bahwa 33,33% (SID < 35) terjadi pada
pasien dengan pemberian NaCl awal,

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 25


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Cairan pengganti yang diberikan Bagaimanapun juga, kelebihan akumulasi


didasarkan pada 5 aspek utama yang cairan, terutama sekali dalam jaringan
penting untuk dipertimbangkan, antara interstisial harus dihindari. Hipotesis
lain : 4 Starling menganalisa dan menjelaskan
1. jenis cairan yang harus diberikan perubahan cairan yang melintasi
2. jumlah cairan harus jelas membran biologis. Berdasarkan
3. kriteria petunjuk terapi cairan harus persamaan tersebut, tekanan onkotik
jelas koloid merupakan faktor yang penting
4. kemungkinan efek samping yang dalam menentukan aliran cairan yang
harus dipertimbangkan melintasi membran kapiler antara ruang
5. biaya intravaskuler dan interstisial. Jadi, adanya
manipulasi tekanan onkotik koloid
Hipovolemi berhubungan dengan menjadi jaminan sirkulasi volume
perubahan aliran yang tidak kuat untuk intravaskuler yang adekuat.3
memenuhi jalur nutrisi sirkulasi. Selama
hipovolemik yang berhubungan dengan Besar dan durasi efek volume tergantung
disfungsi hemodinamik, organisme pada :
mencoba untuk mengkompensasi defisit 1. Kapasitas substansi ikatan air yang
perfusi dengan meredistribusi aliran ke spesifik
organ vital (jantung dan otak) yang 2. Berapa banyak substansi yang
mengakibatkan kurangnya perfusi pada diinfuskan bertahan di rongga
organ lain seperti usus, ginjal, otot, dan intravaskuler
kulit.
Dikarenakan sifat fisikokimia yang
Aktivasi sistem saraf simpatis dan sistem berbagai macam, umumnya penggunaan
renin-angiotensin-aldosteron merupakan cairan untuk pengganti cairan dibedakan
mekanisme kompensatorik untuk secara luas dengan didasarkan pada
menjaga perfusi perifer. Banyaknya tekanan onkotik koloid, efek volume, dan
substansi vasoaktif yang beredar dan lamanya bertahan dalam intravaskuler.
mediator inflamasi merupakan kejadian
tambahan yang terjadi pada situasi Keseimbangan elektrolit dan asam-basa
tersebut. Bagaimanapun juga, harus dinilai dan apabila ada yang tidak
kompensasi aktivasi neurohumoral normal harus dikoreksi terlebih dahulu,
bermanfaat saat pertama kali, mekanisme karena pemberian cairan kristaloid (RL/
ini merusak dan mungkin mengakibatkan NaCl) akan sangat berpengaruh.
hasil yang buruk pada pasien sakit kritis. Kekurangan waktu paruh intravaskuler
Jadi, perbaikan yang adekuat volume dan hiponatremia, biasanya mengurangi
intravaskuler tetap merupakan tindakan penggunaaan cairan saline < 0,9% untuk
yang penting dalam pengaturan pasien cairan resusitasi dan pemeliharaan
bedah.4,5 intraoperatif. Penyebab utama pemilihan
NaCl dan RL atau larutan garam
Pemberian cairan mungkin bertahan berimbang yang lain adalah efeknya
dalam kompartemen intravaskuler atau terhadap rasio Na ekstraseluler dan
seimbang dengan kompartemen cairan keseimbangan asam-basa.
interstisial/ intraseluler. Tujuan utama
penatalaksanaan cairan adalah jaminan
hemodinamik yang stabil oleh perbaikan
sirkulasi volume plasma.

26 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 5. Pertimbangan kualitatif dalam pemilihan


terapi cairan intraoperatif Pemberian cairan RL sebaiknya diberikan
pada pasien-pasien yang akan menjalani
Pertimbangan
Kapasitas angkut oksigen operasi besar, dengan perdarahan kurang
Faktor koagulasi dari 15% dari EBV, karena dapat
Tekanan onkotik koloid mempertahankan keseimbangan asam-
Edema jaringan basa Stewart.
Keseimbangan elektrolit
Keseimbangan asam basa
Metabolisme glukosa/ nutrisi Sebaiknya perlu dilakukan penelitian
Abnormalitas serebral lanjutan untuk melakukan penilaian
terhadap parameter asam-basa Stewart
Aldosteron meningkat segera mengikuti yang lain, seperti penilain terhadap kadar
dan selama operasi, jadi meningkatkan albumin dan BGA (PCO2), karena untuk
absorbsi tubulus distal renal. Peningkatan menilai secara keseluruhan asam-basa
aviditas tubulus terhadap natrium, Stewart untuk kepentingan terapi, juga
memerlukan pendampingan absorbsi ion harus mempertimbangkan parameter
negatif Cl yang lain atau sekresi hidrogen yang lain.
atau ion K untuk menjaga netralitas
elektrik tubulus renal. Jadi, jumlah Cl Penelitian lain yang perlu dilakukan
berhubungan dengan peningkatan Na, adalah perbandingan antara cairan koloid
yang mungkin terjadi pada pemberian dengan pelarut yang berbeda-beda,
dalam NaCl 0,9% dalam jumlah besar, seperti koloid dengan pelarut RL
sekresi hidrogen dan K akan dibandingkan dengan koloid dalam
diminimalkan dengan akibat pelarut NaCl, kemudian dinilai status
hiperkloremik yang dipicu oleh asidosis keseimbangan asam basanya dengan
metabolik non-gap. Pemberian RL, menggunakan metode Stewart, karena
bagaimanapun juga akan lebih fisiologis saat ini perkembangan cairan untuk
(seimbang) antara Na dengan Cl dan tindakan operasi yang besar sudah
tidak akan mengakibatkan asidosis. menggunakan cairan koloid dengan
Pemberian RL dalam jumlah besar tujuan sebagai cairan resusitasi untuk
mungkin akan mengakibatkan alkalosis penggantian perdarahan diatas 15% EBV
metabolik pasca operasi yang berkaitan sebelum digantikan dengan darah.
dengan adanya peningkatan bikarbonat
dari metabolisme laktat.7,8,9,10
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN 1. Sunatrio S. Resusitasi Cairan. Media
Aesculapius. Jakarta. 2000.
Pemberian infus RL dan infus NaCl 2. Leksana E. SIRS, Sepsis, Keseimbangan
0,9%, yang mulai diberikan sebelum, Asam-Basa, Syok dan Terapi Cairan. CPD
selama, dan setelah operasi, kemudian IDSAI Jateng-Bagian Anestesi dan Terapi
Intensif FK Undip. Semarang. 2006
dilakukan penilaian terhadap SID (strong 3. Madyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S,
ion difference) menunjukkan hasil bahwa Ismael S, penyunting. Dasar-dasar
: Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara, 1995 : 187 – 212
1. Pemberian infus RL lebih baik 4. Boldt J. Intraoperative Fluid Therapy –
dibandingkan NaCl 0,9%. Crystalloid or Colloid Debate. Revista
2. NaCl 0,9% dapat menimbulkan Mexicana de Anesthesiologia. 2005; 28 : 23-
28
asidosis ataupun alkalosis lebih besar
pada pasien dibandingkan dengan RL.

Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012 27


Jurnal Anestesiologi Indonesia

5. Boldt J. New Light on Volume Therapy in 7. Norris MC. Handbook of Obstetric


The Critically Ill. Yearbook of Intensive Care Anesthesia. Lippincot. Philadelphia. 2000
and Emergency Medicine. Springer. Berlin. 8. Hood Vl, Tannen RL. Protection of Acid
2003. Base Balance by pH Regulation of Acid
6. Magner JJ, McCaul C, Carton E, Gardiner J, Production. NEJM. 1998; 12 : 819-825
Buggy D. Effect of Intraoperative 9. Cooper N. Acute Care : Volume
Intravenous Crystalloid Infusion on PONV Resuscitation. BMJ. 2004; 12 : 145-146
after Gynaecological Laparoscopy : 10. Singh G, Chaudry KI, Chaudry IH.
Comparison of 30 and 10 ml kg-1. BJA. 2004 Crystalloid is as Effective as Blood in the
; 93(3) : 381-385 Resuscitation of Hemorrhagic Shock. Journal
of Annual Surgery. 1992; 04 : 377-382

28 Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012

You might also like