You are on page 1of 136

PT.

KARTIKA SISTIM INDAG


KSI Services Provided Workshop for Electro Mechanical Equipment

Office& Workshop:
Jl. Pegangsaan Dua, KM 3.5 Komplek Metrik, Kelapa Gading Jakarta 14250
Tel: (62-21) 4604304 Fax: (62-21) 4604309, e-mail: kartikasi@indo.net.id
PT. KARTIKA SISTIM INDAG
KSI Services Provided Workshop for Electro Mechanical Equipment

DAFTAR ISI

Bagian 1 – TEORI DASAR, OPERASI DAN APLIKASI

1 Grup Mesin Listrik 3


2 Electric circuit dan Single phase motor 4
2.1 Konsep dasar single phase motor 4
2.2 Sistem starting 4
2.3 Rangkaian listrik 6
2.4 Power dan power factor 8
3 Winding Machine 9
3.1 Wire dan Insulation 9
3.2 Winding 13
4 Syncronous Generator 16
4.1 Konsep dasar 16
4.2 Sistem exsitasi pada generator 16
4.3 Inspeksi sebelum start-up 17
4.4 Running generator 18
4.5 Menghitung kebutuhan daya generator 22
4.6 Unbalance voltage 24
4.7 Pengelompokan AC Generator 26
5 Polyphase Induction Motor 30
5.1 Prinsip kerja 30
5.2 Standard design 31
5.3 Squirrel cage motor 32
5.4 Starting Induction motor 34
5.5 Starting dan running motor indusksi dengan power supply generator 40
5.6 Power factor correction 41
6 DC Motor 49
6.1 Kontruksi mesin DC 49
6.2 Karakteristik kontruksi winding 50

Bagian 2 – INSPEKSI, TROUBLESHOOTING dan KOREKSI

7 Inspeksi 56
7.1 Measurement Inspection 56
7.2 Visual Inspection 74
8 Vibrasi 84
8.1 Prinsip vibrasi 84
8.2 Prinsip unbalance 86
8.3 Analisis vibrasi 90
8.4 Vibration chart table 98
9 Troubleshooting dan Koreksi 102
9.1 Generator 102
9.2 Motor 107
9.3 Koreksi Unbalance 115
9.4 Koreksi Winding 123

Page: i of ii
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Doc. No. KSI-EL 001


Revision Status 01
Date of Revision 12 Desember 2003
Revision by Siswanto

Page: ii of ii
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

1 Group Mesin listrik

Ellectrical Salient
Machinery’s Pole Rotor

3 Phase Self
Excitation
Generator

External
Excitation
Rot. AC
Machine
Cyl. Pole

Motor Slipring
Motor
Single phase Asynchronous
Maintenance

Squirrel
Winding Cage
Synchronous

LV

MV/HV

Motor Series/
Traction
Rot. DC
Machine
Generator Compound

Power

Transformer Distribution

Instrument

Page: 1 of 135
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

2 Electric Circuit dan Single phase Motor

2.1 Konsep dasar single phase motor


Putaran motor induksi timbul karena adanya medan magnit yang berputar didalam
stator winding, yang hanya dapat terjadi apabila pada kawat winding stator dialiri arus
listrik bolak-balik. Pada winding 1 (satu) phase atau single phase, tidak terdapat beda
phase dengan demikian flux yang dibangkitkan didalam winding stator equvalen
dengan flux pada rotor, akibatnya rotor tidak dapat berputar. Untuk membuat motor
single phase berputar, harus ditambahkan auxiliary winding

2.2 Sistem Starting


Untuk membuat agar motor single phase bisa berputar, ditambahkan “auxiliary
winding “yang ditempatkan secara terpisah dari main winding dengan beda sudut 90°
mekanik.

Gambar 2.1
Single phase motor

Auxiliary winding mempunyai tahanan lebih tinggi dibanding dengan main winding,
dan arus yang mengalir pada masing-masing winding saling membentuk sudut (besar
sudut tergantung pada impedansi winding). Arus aux-winding (Ia) akan leading
terhadap main winding (Im), dengan demikian medan magnit yang akan timbul
didalam stator untuk pertama kali akan mencapai maximum, sesuai dengan arus (Ia)
pada auxiliary winding.
Arus main-winding (Im) akan lagging terhadap auxiliary winding (Ia), dengan
demikian medan magnit yang akan timbul didalam stator untuk yang kedua akan
mencapai maximum, sesuai dengan arus (Im) pada main-winding.

Gambar 2.2
Starting with
Aux winding

Page(s): 2 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Winding current yang terjadi pada stator merupakan penjumlahan secara vektor dari
(Ia) dan (Im), arus ini akan menimbulkan berputarnya medan magnit di dalam stator.
Perputaran medan magnit akan menyebabkan rotor berputar.
Setelah rotor berputar maka switch akan diputus, biasanya switch ini menggunakan
centrifugal switch yang akan membuka pada putaran +/- 75% dari putaran nominal.
Karena auxiliary winding hanya digunakan sebagai alat start, dimana untuk
mendapatkan resistansi yang tinggi digunakan kawat yang lebih kecil dari main
winding dan untuk mendapatkan reaktansi rendah di letakkan di slot bagian atas.
Motor jenis ini disebut sebagai motor “Split-phase”, dan memiliki karakteristik starting
torque yang cukup baik dengan arus start yang cukup kecil.
Motor jenis banyak diaplikasikan untuk:
• Fan
• Blower
• Centrifugal pump
• Peralatan rumah tangga
Motor ini memiliki kapasitas antara 40 s/d 400 watt

Running correction

Salah satu cara untuk memperbaiki kinerja (running dan starting) motor single phase
split phase motor adalah dengan cara menambah capacitor (lihat skema dibawah),
motor type ini disebut “capacitor motor”.
Capacitor disini digunakan untuk memperbaiki pergeseran phase waktu antara arus
main winding dengan auxiliary winding. Arus starting capacitor akan mempunyai beda
sudut 90° dengan arus main winding.
Motor jenis capacitor motor banyak diaplikasikan untuk:
• Refrigerator
• Pompa
• Compressor

Gambar 2.3
Running capacitor

Supaya rotor pada single phase asynchronous motor dapat berputar, selain digunakan
auxiliary winding juga dilakukan beberapa cara lain, yaitu:
• Shaded pole
• Reluctance
• Hysteresis

2.2.1 Shaded pole motor

Shaded pole motor biasanya memiliki salient pole stator pada sebagian pole dari
setiap pole di hubung singkat dengan menggunakan belitan kawat.
Arus yang diinduksikan kedalam shading coil menyebabkan flux dari bagian yang tidak
dishort akan menjadi lagging terhadap bagian lainnya, akhirnya akan terbentuk
medan putar yang terjadi pada pole yang tidak di short dengan pole yang di short dan
akan menyebabkan rotor berputar dengan torsi kecil.

Page(s): 3 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Motor ini memiliki effisiensi rendah dan harganya mahal, kapasitasnya sampai dengan
40 watt

Gambar 2.4
Shaded pole

2.2.2 Reluctance Motor

Motor jenis ini sangat jarang dijumpai, prinsip kerjanya seperti pada motor induksi
biasa dengan rotor squirrel cage.
Sebetulnya konstruksi motor ini tidak berbeda jauh dengan capacitor start motor,
kalau pada capacitor start motor menggunakan “sq type rotor” maka pada motor ini
menggunakan rotor cylindris tanpa teeth dan bar penghantar seperti pada “sq” rotor.

Gambar 2.5
Reluctance motor

2.2.3 Hysteresis motor

Yaitu dengan cara membuat asimetris air gap, cara kerjanya bisa dianalogikan seperti
motor squirrel cage yang pada sebagian teeth dan bar rotor dilepas, rotor akan
berputar karena adanya perbedaan sudut phase di dalam air gap.

2.3 Rangkaian Listrik

Resistance
(ρ L)
R =
q

R : Resistance (Ω)
ρ : tahanan jenis (Ω mm2/m)

ρ Cu = 8.89 (Ω mm2/m
ρ Al = 2.709 (Ω mm2/m)

L : Panjang hantaran (m)


q : Luas hantaran (mm2)

Page(s): 4 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Pengaruh suhu terhadap Resistance

Rt2 = R t1 [1 + αt1 (t2 – t1)]

Rt2 : R pengukuran yang dikoreksi terhadap t1 = 20 °C


R t1 : Nilai R hasil pengukuran pada sembarang temp.
αt1 : Coofisien suhu pada 20 °C, Cu=0.00393, Al =0.00403
T2 : Suhu pengukuran
T1 : Suhu standard 20 °C

Gambar 2.6
Rangkaian listrik

Page(s): 5 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

2.4 Power dan Power Factor


Apparent Power (S) =VxI (VA)
Real Power (P) = V x I cos φ (Watt)
Reactive Power (Q) = V x I sin φ (Var)

Gambar 2.7
Power dan
power factor

V = VR + VC + VL
= IR + jlXL - jlXC
= I(R + j(XL - XC)
V
= R + j(XL − XC)
l
J = −1
Z = R + j (XL - XC)

= R 2 + (XL - XC)2

Rangkaian 3 phase

Gambar 2.8
Rangkaian 3 phase

VR = VS = VT = Vph
VRT = VT Cos 30 + VR Cos 30
= 2 Cos 30 Vph
1
= 2x 3 Vph
2
= Vph − ph
= 3 Vph

Page(s): 6 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

3 Winding Machine

Karena sifat sistim isolasi terhadap tegangan mesin listrik maka winding
dikelompokkan atas tegangan kerja mesin:
• Winding tegangan rendah ≤ 1000 volt
• Winding tegangan menengah 1000 < V < 4400 Volt
• Winding tegangan ≥ 4400 volt
Konstruksi winding tegangan menengah dengan tegangan rendah tidak ada perbedaan
yang signifikan kecuali pada kawat windingnya.
Pada mesin tegangan menengah memilki rapat flux jauh lebih besar dibanding LV
mesin, karena keterbatasan konstruksi slot stator jumlah turn winding pada MV/HV
mesin tidak mungkin dibuat banyak, oleh karenanya winding pada MV/HV mesin
dibuat dari kawat berpenampang besar normalnya dari kawat persegi.
Lain halnya pada mesin LV, karena mesin LV memiliki rapat flux rendah, maka turn
winding dapat dibuat banyak, dan pada umumnya winding mesin LV dibuat dari kawat
bulat (“round wire “).
Walaupun demikian pada mesin LV ada juga yang menggunakan winding kawat
persegi (“square wire”).

Klasifikasi isolasi mesin listrik selain di kelompokkan atas tegangan kerja juga
diklasifikasikan atas temperatur kerja:
• Class A Suhu max yang diizinkan = 105 ºC
• Class E Suhu max yang diizinkan = 120 ºC
• Class B Suhu max. yang diizinkan = 130 ºC
• Class C Tidak dispesifikasikan secara khusus, umumnya lebih dari 200 ºC
• Class F Suhu max. yang diizinkan = 155 ºC
• Class H Suhu max. yang diizinkan = 180 ºC

3.1. Wire dan Insulation


Klasifikasi “round wire” berdasarkan thermal class

Tabel 3.1 Name Type Class Thermal (ºC)


Klasifikasi round
Polyvinyl Formal PVF E 120 ºC
wire thermal class Polyester PEW B 130 ºC
Polyesterimide EIW H 180 ºC
Polyurethane UEW E 120 ºC
Self bonding
SBUEW E 120 ºC
Polyurethane

Aplikasi enameled round wire pada mesin listrik


Ref: Supreme enameled wire

Tabel 3.2 Wire type


Aplikasi round wire Machine type
PVF PEW EIW UEW SBUW
mesin listrik Generator 9 9 9 - -
(Supreme)
Motor standard 9 9 9 - -

Page(s): 7 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Wire type
Machine type
PVF PEW EIW UEW SBUW
Dry type transformer 9 9 9 - -
Oil immersed
9 - 9 - -
Transformer
Measuring Instrument 9 9 9 9 9
Coil for communication
9 9 - 9 9
HF Coil
Solenoid magnetic
9 9 9 - -
switch

Aplikasi enameled round wire pada mesin listrik


Ref: Von roll Isola

Tabel 3.3
Type Enamel Base Class Application
Aplikasi round
wire mesin listrik Duroflex
Modified polyvinyl
E
Oil immersed
(Von roll isola) acetal Transformer
Soldex 155 Modified polyurethane F Solder able
Modified
Thermex 180 H Transf. Motors
polyesterimede
Modified Nuclear
Thermex 220 C
polyamideimide application
High thermal
Thermex 240 Polymide C
stress winding

Aplikasi enameled round wire pada mesin listrik


Ref: ESSEX

Tabel 3.4
Type Enamel Base Class Application
Aplikasi round
wire mesin listrik Bicosol Polyurethane B Motor, Generator
(ESSEX) Biconester Polyesterimide H Transformer
Bicotherm Modified polyester C Transf. Motors
Oil Immersed
Biconex Polyvinyl Acetal B
Transformer
Polyesterimide
Bicobond 180 H Transformer
modified

Rectangular Conductor
Ref: Essex

Tabel 3.5
Type Enamel Base Class Application
Rectangular
conductor Bicotherm Modified Polyester C
High overload,
(ESSEX) chemical resist.
Good chemical
Biconex Polyvinyl Acetal B
resist

Page(s): 8 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Rectangular Conductor
Ref: Von roll Isola

Tabel 3.6
Type Enamel Base Class Application
Rertangular
conductor Modified polyvinyl Oil immersed
Duroflex E
(Von roll isola) acetal Transformer
Modified
Motors,
Thermex 180 polyesterimede + F
Generator
varnished
Modified
Winding at high
Thermex 220 polyamideimide + H
temperature
varnished
High thermal
Thermex 240 Polymide C
stress winding

Covered insulation rectangular wire

Tabel 3.7
Enamel Base +
Covered Type Class Application
Insulation
insulation
rectangular Salient pole
Polyester fused to
wire Single Dacron Winding, Magnet
the conductor and F
Glass coil, DC field,
varnished
armature
Salient pole
Polyester fused to
Double Dacron Winding, Magnet
the conductor and F
Glass coil, DC field,
varnished
armature
Single Fiber Varnished Fiber
F DC field winding
Glass glass filament
Double Fiber Varnished Fiber
F DC field winding
Glass glass filament
NOMEX ® 0.005” (0.127mm) Transformer,
H
(Aramid paper) bonded to conductor Magnet coil
Dry type
Nomex paper
0.013” (.33mm) Transformer,
single dacron H
bonded to conductor Magnet coil,
glass
Armature
Kapton® 0.006” (0.15mm) Traction motor
C
(Polymide Film) bonded to conductor (stator, rotor)
Polyester film 0.013” (0.33mm) For 3.3 & 6.6 kV
B
Single dacron bonded to conductor winding
(0.1 – 0.15)mm
Heavy Polyester AC coil 3.3 / 6.6
Enamel (HPAM) H
Amide Imede coted kV, Field coil
to conductor
(0.25-0.3mm)Sngle
AC Coil 3.3 / 6.6
Dacron glass / (0.3-0.35mm)
H kV, Rotor
over HPAM double Dacron over
winding, Field coil
HPAM
Kraft paper bonded Oil immersed
Kraft paper B
to conductor transformer
0.35mm Mica paper
A.C Coil 6.6 /
MICA and Polyester Film F
11kV
bonded to conductor
DUPONT® Ref: Westral Insulated Products PTY LTD

Page(s): 9 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Insulation Paper

Tabel 3.8
Insulation Name Thermal Electrical Strength
Insulation
paper Kraft Paper 900C Average
0
NOMEX 180 C Good
MICA 2000C Good
0
Polyester (Myosam, Myoflex) 105 C Average
0
Kapton 200 C Good

Jenis insulation tape

Gambar 3.1
Jenis insulation
material

Dacron Felt, Thermal class H. Glass O Flex, Thermal class F,


digunakan untuk coil separation digunakan untuk melapisi isolasi
(blocking coil) conductor coil

Glass Tape, Thermal class F, Kapton Tape, Thermal class H,


digunakan untuk melapisi isolasi digunakan untuk melapisi isolasi
conductor coil conductor coil

MICA Tape, Thermal class H, Poly Glass Banding (Banding


digunakan untuk melapisi isolasi tape), Thermal Class H,
conductor coil digunakan untuk banding rotor

Page(s): 10 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Jenis insulation
material

Resi Glass Rope, Thermal Class


H, digunakan untuk end ring
winding pada mesin MV/HV.

3.2 Winding
3.2.1 Low Voltage winding < 1000 V

Gambar 3.2
Low voltage
winding

3.2.2 High Voltage winding ≥ 4000 V

Gambar 3.3
High voltage
winding

Partial discharge

Page(s): 11 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Perbedaan MV/LV Coil dengan HV Coil terletak pada lapisan anti partial discharge pada
wall insulation coil.

Partial Discharge

Partial discharge sering disebut sebagai corona merupakan pembentukan ionisasi gas
yang diakibatkan oleh medan listrik yang tinggi.

Corona pada mesin listrik berputar. merupakan perpindahan pelepasan muatan listrik
pada winding dan slot, dengan kecepatan 40 KHz s/d 100 MHz. Fenomena terjadinya
“corona” pada mesin listrik hanya terjadi pada mesin dengan tegangan > 4 kV

Corona pada mesin listrik

End winding Corona


Merupakan pembentukan ion gas pada daerah “end–winding” dari mesin listrik
dengan tegangan ribuan volt.
Pada umumnya corona akan dijumpai pada mesin listrik yang memiliki tegangan
diatas 4KV.

Corona akan terkonsentrasi pada winding yang berlainan pasa dan saling
berdekatan, perubahan pisik pada winding akibat terjadinya corona biasanya
pada area tsb, akan terbentuk zat yang serupa “bedak” yang berwarna
kecoklatan.

Partial Discharge
Partial Discharge biasanya terjadi di dalam isolasi mesin yang disebabkan oleh
adanya rongga2 udara, juga pada lapisan2 isolasi yang tidak terikat dengan baik
yang menyebabkan timbulnya ruang diantara isolasi tersebut dan ruang yang
terbentuk akan terisi oleh udara. Partial Discharge lama kelamaan akan
menyebabkan sobeknya isolasi akibat timbulnya pergesekan dan reaksi kimia
yang dihasilkan oleh pelepasan muatan listrik didalam gas.

Slot Discharge
Merupakan pelepasan muatan listrik yang terjadi antara lapisan isolasi coil
dengan dinding slot. Pada sistim mesin listrik arus bolak-balik, konduktor coil
dan permukaan slot saling bereaksi membentuk suatu lapisan seperti pada
sebuah kapasitor, dan akan bereaksi (charging dan discharge) pada frekwensi
jaringan.

Pada umumnya coil yang berdekatan dengan sumber tegangan terminal memiliki
slot discharge lebih tinggi disbanding dengan coil yang berdekatan dengan titik
netral mesin.
Slot discharge sangat sulit dideteksi dengan cara visual, sebagai indikasi tak
langsung dari akibat slot discharge adalah kendornya wedges, coil mengalami
pergesaran posisi.
Untuk mengatasi timbulnya slot discharge adalah dengan melapisi permukaan
isolasi coil dengan bahan semiconductor.
Fungsi dari lapisan isolasi semi konduktor tersebut adalah sebagai media
discharge dari dalam coil ke dinding slot.

Surface Discharge
Merupakan pelepasan muatan listrik yang terjadi secara tidak beraturan dan ter
putus putus, discharge disebabkan oleh pengaruh medan listrik yang sangat

Page(s): 12 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

kuat, kerusakan yang ditimbulkannya tidak terlalu signifikan dibandingkan


dengan discharge type lain.
Discharge type ini biasanya terjadi pada daerah “overhang

Corona yang timbul pada winding akan merusak sistim isolasi, akibat pelepasan
muatan listrik dan pembentukan ionisasi gas didalam winding. Corona yang
timbul akan mengikis permukaan isolasi dan jika disertai dengan vibrasi winding
akibat dari aliran arus pada winding, maka proses abrasi pada isolasi akan
menjadi bertambah kuat yang pada akhirnya akan menyebabkan umur isolasi
akan menjadi pendek

Page(s): 13 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

4 Synchronous Generator

4.1 Konsep dasar


Magnetic circuit generator terdiri dari:
3phase Exciter yang terdiri dari stationary dc field (exc. Stator) dan 3 phase
rotating armature yang digunakan sebagai power supply ke main rotor field
melalui rotating rectifier.
3phase bridge rotating rectifier atau external rectifier
3phase main a.c. stator winding (armature), sebagai keluaran generator

Gambar 4.1
Generator Basic Circuit

Pada brushless generator rangkaian 3 phase Rectifier dihubungkan ke main rotor


generator secara mekanikal. Pada umumnya generator yang tidak dilengkapi dengan
pilot exciter, selalu dilengkapi dengan auxiliary winding yang dipasang menjadi satu
dengan main winding stator dan diletakkan didasar slot.

4.2 Sistem exsitasi pada generator


Generator yang tidak dilengkapi dengan pilot exciter, pada stator exciter selalu
dipasang permanen magnit 2 buah dengan polaritas U dan S dan auxiliary winding.

Pada saat generator diputar mencapai putaran 80 – 90 % dari putaran nominalnya


stator exciter akan menginduksikan tegangan rotor exciter, keluaran tegangan rotor
exciter (tegangan a.c. 3 phase) disearahkan oleh rectifier 3 phase yang terpasang
dalam satu shaft dengan main rotor.

Setelah main rotor winding mendapat power supply d.c dari exciter, maka winding
rotor akan menginduksikan tegangan pada main stator winding. Jika rangkaian
kontrol tegangan (AVR) tidak dihubungkan dengan rangkaian generator (AVR fully
disconnected), maka pada saat itu akan terukur tegangan pada terminal U-V-W,
generator sebesar 12% s/d 30% x Tegangan Nominal generator.
Tegangan ini disebut dengan “Residual voltage”

Page(s): 14 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Jika semua kabel kontrol pada AVR dihubungkan dengan rangkaian generator, dan
setelah generator diputar pada putaran nominalnya, residual voltage akan
dibangkitkan dan pada terminal U-V-W generator akan timbul tegangan karena
induksi.
Waktu yang digunakan untuk membangkitkan tegangan generator dari 0 volt s/d
tegangan kerja disebut “build-up time” pada kondisi normal biasanya berkisar
antara 2 s/d 6 detik, tergantung dari besaran residual voltage yang dibangkitkan

Gambar 4.2
Generator circuit

4.3 Inspeksi sebelum start-up


Hal-hal yang perlu dicek sebelum generator dijalankan:

Cable connection
Koneksi kabel tidak boleh saling tertukar dan cek terminal bolts-cable

Joint bolts dan lubricant


Semua baut joint harus diperiksa kekencangannya dan periksa sistim lubrikasi
bearing (grease atau oli) Berikut adalah daftar besaran pengukuran tahanan
isolasi untuk mesin listrik dari berbagai tegangan kerja mesin.

Sistim Isolasi
Cek tahanan isolasi winding Stator, rotor dan exciter, tahanan isolasi disetiap
winding harus memenuhi standard minimum atau harga minimum yang
direkomendasikan oleh pabrik, termasuk bearing insulation jika ada

Page(s): 15 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Tabel 4.1 MACHINE VOLTAGE TEST VOLTAGE


Tahanan isolasi
Mesin dengan tegangan kerja 240
500 Volt DC
– 2400 Volt
Mesin dengan Tegangan kerja
2500 Volt DC
3000 – 4800 Volt
Mesin dengan Tegangan kerja
2500 atau 5000 V DC
5200 – 13800 Volt
Semua mesin DC 500 Volt DC
Semua winding rotor dengan rated
500 Volt DC max. 1000 Vdc
tegangan > 100 Volt

Nilai minimum Tahanan Isolasi adalah: (Un + 1) MΩ


Ref: NEMA MG 1, Part: 20
Pada saat melakukan pengukuran tahanan isolasi, semua koneksi ke AVR, diode,
capacitor, dll., harus dilepas.

4.4 Running Generator


4.4.1 Singgle running tanpa beban

Jika semua persiapan untuk running telah dilakukan dan generator telah dinyatakan
layak untuk running, maka langkah berikut hendaknya tetap dilaksanakan, antara lain
Sediakan lembaran test running (catat, V,I, Cos ϕ, KVA/KW, F, suhu, dll)
Buka main Circuit breaker dari beban
Set voltage adjuster potentiometer pada maximum (putar kearah kiri maximum)
posisi tahanan reostat tertinggi
Saklar “deexcitation” di on kan

4.4.1.1 Start up

Jalankan generator dalam kondisi tanpa beban ini kurang lebih ½ jam, agar lapisan
winding menjadi hangat dan selama running ini amati sistim lubrikasi, getaran, noise,
satabilitas tegangan, frequency, cek arah phasenya (phase sequence) dan jika
memungkinkan (tergantung situasi lapangan), ukur tegangan eksitasi.

4.4.1.2 Excitation switch close.

“On” kan deexcitation swith, dalam waktu 2 sampai dengan 5 detik generator harus
sudah dapat mengeluarkan tegangan, waktu yang diperlukan generator untuk start-up
dari posisi tegangan 0 volt sampai dengan diperoleh tegangan nominal disebut
sebagai “build-up time”

4.4.1.3 Excitation switch open / de-excitation

Putar generator pada putaran nominalnya dan yakinkan bahwa generator tidak diputar
dengan arah terbalik, kemudian ukur tegangan remanansi “residual voltage” pada
terminal output generator, pada kondisi saklar deexcitation masih dalam posisi
terbuka, tegangan remanansi berkisar antara 12% sampai dengan 30% x tegangan
nominal generator, tegangan remanansi yang sangat rendah akan mengakibatkan
generator sulit start-up.

Page(s): 16 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Cek voltage adjuster dengan memutar potentiometer kekiri penuh dan kekanan
penuh, tegangan terminal generator harus naik dan turun kurang lebih 10% x Un,
atau 5% x Un, tergantung besaran tahanan potentiometer yang dipasang.
Potentiometer 250 Ω, voltage adjuster +/- 5%, Potentiometer 500 Ω, voltage adjuster
+/- 10%. Jika pada panel kontrol dilengkapi dengan switch Static transformer (droop
current transformer), maka jika switch ini di”close” kemudian di “open” tegangan
keluaran generator akan berubah kurang lebih 6% x Un.

Pada operasi individual saklar ini selalu close (pada terminal AVR dipasang “jumper”).
Lihat contoh diagram diatas. Jika switch ini di buka (“open position”) tegangan harus
turun +/- 6%, dan jika sebaliknya berarti koneksi kabel “k-l” dari CT ke AVR terbalik
Pada umumnya generator dilindungi terhadap under speed, pengaturan ini di set
didalam AVR, dan pada umumnya pabrik generator telah menset-up proteksi under
speed pada 95% dari nominal speed atau 47 Hz untuk generator yang bekerja pada
freq. 50 Hz.

4.4.2 Running generator dengan beban.

Jika generator telah siap untuk dijalankan dengan beban, sebaiknya diusakan dengan
beban yang seimbang dan power factor sesuai dengan generator.
Beban induktif dengan power factor kecil akan menyebabkan generator bekerja tidak
effisien dan beban capasitif akan menyebabkan generator overexcitation dan
menimbulkan kenaikan tegangan terminal.
Naikkan beban generator setahap demi setahap sampai dengan beban penuh. Setiap
tahap penambahan beban amati perubahan frequency, pf, arus dan tegangan, dan
tegangan harus tetap stabil (tidak hunting), jika tegangan turun, naikan dengan
memutar potentiometer sampai diperoleh tegangan yang diperlukan, amati vibrasi,
temperature inlet / outlet, temperature bearing, noise dll.
Jika generator pada saat dibebani terjadi fluktuasi tegangan yang sangat besar, maka
segera turunkan beban karena kemungkinan terjadi kerusakan pada sistim.
Jika tegangan berfluktuasi (hunting) hanya terjadi pada beban-beban tertentu, misal
25% keatas atau 50% keatas, sedang pada beban dibawahnya tegangan tetap stabil,
kemungkinan terjadi kerusakan pada rotating diode atau winding rotor.

4.4.3 Parallel operation

Pada setiap generator selalu dilengkapi dengan “static transformer” yang biasanya
dipasang pada phase “V”.
Jika generator akan dioperasikan secara individu droop transformer selalu di short,
dan jika generator akan dioperasikan paralel maka koneksi sisi sekunder droop
transformer yang ke AVR harus dibuka.
Beban induktif dengan power factor kecil akan menyebabkan generator bekerja tidak
effisien dan beban capasitif akan menyebabkan generator overexcitation dan
menimbulkan kenaikan tegangan terminal

Pada kerja paralel dengan generator lain, maka distribusi real power (KW) dan
reactive power (kVAR) dari semua generator yang diparalel harus sesuai dengan
rating dari setiap generator. Sehingga generator yang satu tidak membebani
generator yang lainnya.

Pada saat timbulnya reactive lagging load (generator overexcetited) maka tegangan
generator akan naik, maka pada saat itu regulator harus secara responsive
menurunkan tegangan eksitasi generator, dan sebaliknya pada saat timbul reactive
leading load tegangan generator akan turun dan regulator harus segera dapat
menaikkan tegangan eksitasi.

Page(s): 17 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Gambar 4.3
Rasio tegangan
generator arus
reactive generator

Pada umumnya kontrol conpensating voltage droop di AVR telah diset oleh pabrik
sebesar 3%, tetapi setting tersebut dapat dirubah sesuai dengan kebutuhan sampai
dengan 6%, dengan cara mengatur salah satu variable resistor pada AVR.

4.4.3.1 Persyaratan kerja paralel.

Sebelum generator dikerjakan paralel, maka kondisi seperti dibawah ini harus
dipenuhi:
• Urutan phase dari setiap generator harus sama
• Besar tegangan dari setaip generator harus sama
• Jumlha phase sama
• Frequency dari setiap generator harus sama, toleransi ≤ 3%

Sinkronisasi yang tidak tepat akan menimbulkan arus kejut pada terminal generator
sebesar +/- 1.8 x In, dan akan menimbulkan torsi kejuat sebesar +/- 20 x torsi
nominal hal ini sangat membahyakan mesin.

4.4.3.2 Metode Parallel

• Dark methode synchronising


• Zero volt meter
• Hybrid

Dark methode

Menggunakan 3 buah lampu dipasang pada phase yang sama dari setiap generator,
lampu akan menyala (berkedip) sesuai dengan irama perbedaan frequency dari
generator yang akan diparalel, jika semua lampu telah padam berarti freq dan
tegangan generator yang akan diparalel telah sesuai dengan jala-jala, maka breaker
generator dapat di on kan (Lihat diagram dibawah)

Page(s): 18 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Gambar 4.4
Dark method

Zero volt methode

Seperti pada bulbs methode, tetapi hanya satu buah volt meter dipasang pada salah
satu phase, volt meter akan terbaca sesuai dengan besar selisih tegangan generator
dengan jala-jala dan berubah-rubah sessuai dengan selisih frequency yang terjadi.
Jika volt meter telah stationer pada angka “0” volt, artinya tegangan dan freq.
Generator telah sama dengan jala-jala, dan generator bisa diparalel.

Gambar 4.5
Zero Volt method

Hybrid circuit

Pada rangkaian ini satu buah lampu di wiring pada satu phase, dan 2 buah lampu di
hubungkan antar phase dari phase yang tersisa, putaran medan generator
mengakibatkan lampu menyala (berkedip).
Arah putaran lampu yang menyala menunjukkan proses sinkronisasi generator, lampu
akan menyala berkedip bergantian dengan pelan atau cepat tergantung dari beda
potensial dan freq. yang terjadi antara generator yang disinkron dengan jala-jala.

Page(s): 19 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Jika lampu 1 telah padam, dan 2 lampu lainnya hidup, menunjukkan bahwa generator
telah match dengan jala-jala, dan generator telah siap untuk diparalel.

Gambar 4.6
Hybrid
synchronizing
methode

4.5 Menghitung Kebutuhan daya Generator


Nominal power rating generator yang akan dipakai ditentukan oleh total beban.
Biasanya besar daya generator yang akan dipakai harus dihitung dengan factor safety.

Nominal power generator yang akan dipilih harus dipilih sesaui dengan besar “S start”
beban dan diperhitungkan terhadap voltage dip generator (Voltage dip generator
berkisar antara 16 %.)

S geno ≥ 1.1 x S start motor

Beban motor induksi sq type dengan p.f = 0.8, pada saat motor start p.f +/- 0.35.

4.5.1 Menghitung konsumsi motor induksi

PN (KW)
SMotor (KVA) =
ηmotor x Cos ϕ

Starting motor induksi SQ type (squirrel cage)

Direct connection
∆S = (5 …. 6) x S motor cos φ 0.3 – 0.5

Star – Delta connection


∆S = (1.7 …. 2) x S motor cos φ 0.3 – 0.5

Starting motor induksi Slipring type

∆S starting = (1.3 …. 1.6) x S motor cos φ 0.75 – 0.85


∆S = S starting motor

Page(s): 20 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

4.5.2 Voltage DIP Generator

Cara menghitung voltage dip.

Contoh
∆S : 1670 kVA pada cos φ 0.35
S generator : 1500 kVA
Rasio ∆S terhadap S generator : 1670 / 1500 = 1.11
Î lihat grafik dibawah

Untuk rasio ∆S / S gen : 1.11


Voltage dip ∆U’ : 16.8 %

Voltage dip generator ,dikoreksi dengan factor “k” yang nilainya di sesuaikan dengan
Cos φ pada saat beban start.

Untuk SQ type motor pada saat start cos φ kira-kira 0.35 “k” untuk beban cos φ
0.35 adalah 1.16. Dengan demikian voltages dip generator menjadi:

∆ U’ ≈ 16.8 % x 1.16 = 19.5 %

Voltage dip graph & correction factor “k”

Gambar 4.7
Voltage dip

Page(s): 21 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Gambar 4.8
Voltage Dip Correction

4.6 Ubalance Voltage


Ref: NEMA GM-1987 Part 20, GM 20.56.2

Unbalance voltage max. 5 %. Cara menentukan unbalance voltage dalam %

Deviasi max. voltage dari voltage rata - rata


% Voltage unbalance = 100% ×
Voltage rata - rata

Contoh

Voltage Ph U : 2300 Volt


Ph V : 2220 Volt
Ph W : 2185 Volt
Tegangan rata-rata : 2235 Volt
Deviasi tegangan maximum rata-rata : 65 volt.

65
% Voltage unbalance = 100 % ×
2235
= 2,9%

Page(s): 22 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

4.6.1 Proteksi terhadap Neutral conductor current

Jika karakteristik generator yang akan diparalel tidak sama, arus yang mengalir dari
setiap generator akan saling memperkuat dan akan mengalir kembali melalui titik
netral generator dan akan menimbulkan gelombang harmonic pada winding generator.
Dengan demikian untuk mengurangi pengaruh gelombang harmonic yang disebabkan
oleh aliran arus yang membalik melalui titik netral, arus balik ini akan menyebabkan
panas yang berlebihan pada winding generator, maka pada titik netral harus dipasang
reactor. Jika hanya 2 buah generator diparalel cukup hanya menggunakan 1 buah
reactor.

Gambar 4.9
Neutral Protection

Efek beban “unbalance” pada Generator

Contoh:
Sistim 3 phase, hubungan Star (Υ) tegangan 380 Volt, mempunyai beban pada setiap
phase nya adalah:
Phase U = 25 A, Phase V = 15 A, Phase W = 20 A

Gambar 4.10
Beban unbalance
pada generator

Page(s): 23 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Besar Komponen “X” Besar komponen “Y”


Komp X (V) = 15 Cos 30° = 13,4 A Komp Y (V) = 15 Sin 30° = 6,8 A
Komp X (W) = 20 Cos 30° = 17,8 A Komp Y (W) = 15 Sin 30° = 9,1 A
Resultan X (W-U) = 4,46 A Resultan Y (W+U) = 15,9 A

Resultan Y (U-V-W) = Yu – (Yvw)


= 25 A – 15,9 A
= 9,1 A

Arus yang mengalir pada titiknetral N

In = (X) 2 + (Y) 2

= (4,46) 2 + (9,1) 2
= 10,13 A

4.7 Pengelompokan AC Generators

4.7.1 Konstruksi Rotor

Berdasarkan konstruksi rotor, generator dapat di bedakan atas :


• Salient pole
• Cylindris

Salient pole rotor biasanya di applikasikan untuk generator speed yang rendah dengan
kapasitas yang bervariasi mulai dari satuan “KvA s/d MVA, Perbedaan yang sangat
menyolok pada salient pole terhadap cylindrical rotor selain dari bentuk dari polenya
juga terletak pada space winding (slot winding”), Winding space pada salient rotor
berupa celah antara dua pole yang berdekatan dan dapat menampung ratusan turn
winding, sedang pada cylindrical rotor berupa slot seperti layaknya pada stator.

Persamaan antar keduanya adalah, keduanya merupkan lapisan inti besi yang terbuat
dari baja silikon dengan ketebalan +/- 0.3 mm yang disusun dan di pasang di shaft.

Konstruksi Salient pole ada beberapa macam, a.l:


• Fix type pole
• Bolted type
• Dove tail
• T Head

4.7.1.1 Konstruksi rotor salient pole

Gambar 4.11
Rotor core

Page(s): 24 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Fixed type pole rotor pada umumnya diterapkan untuk generator kapasitas kecil s/d
menengah, sedang untuk type lainnya biasanya diterapkan untuk generator dengan
kapasitas besar
3 Phase rotating diode

Gambar 4.12
Fixed rotor type
dan 3 phase
rotating diode

Gambar 4.13
Bolted type
salient pole
7.5 MVA, 8 pole

4.7.1.2 Konstruksi Cylindrical rotor

Putaran Generator untuk cylindrical pole rotor pada umumnya adalah 1500 atau 3000
RPM jika freq: 50 Hz. Dan jika frequency nya 60 Hz, putarannya adalah 1800 dan
3600 RPM, pada generator putaran tinggi dipilih rotor cylindris karena rotor type ini
lebih tahan terhadap gaya centrifugal yang ditimbulkan oleh winding dibanding
dengan salient pole.
Cylindrical rotor berbentuk bulat dan memiliki slot seperti rotor pada motor slip ring,
lihat gambar dibawah.

Page(s): 25 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Gambar 4.14
Cylindrical rotor

4.7.2 Sistim Eksitasi

Sistim eksitasi generator dapat di kwalifikasikan menjadi, 2 (dua) yaitu:


• Internal eksitasi
• Ekternal eksitasi

4.7.2.1 Internal Eksitasi


Sistim internal eksitasi hanya terjadi pada generator type brushless generator, prinsip
kerja internal eksitasi lihat 4.B

4.7.2.2 Ekternal Eksitasi


Disebut ekternal eksitasi karena sistim eksitasinya berada diluar sistim generator,
tegangan eksitasi dibangkitkan oleh sistim eksitasi yang berasal dari luar dengan
menggunakan ekternal transformer, lalu disearahkan oleh rectifier 3 phase, kemudian
tegangan yang sudah disearahkan oleh rectifier tsb, di gunakan untuk mensuplai
tegangan ke main rotor melalui 2 buah slip ring, lihat skema berikut.

Gambar 4.15
External Excitation

Page(s): 26 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Pada awal pembangkitan tegangan (residual voltage) berasal dari main winding rotor,
pada saat generator diputar s/d 80 – 90 % x N sinkron, tegangan residual akan
dinaikan oleh isolasting transformer kemudaian di searahkan dan digunakan untuk
mensuplai tegangan pada AVR, yang selanjutnya tegangan akan diatur oleh AVR
sesuai dengan kebutuhan winding stator untuk merespon terhadap perubahan beban.

Page(s): 27 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

5 Polyphase Induction Motor

Terjadinya putaran pada motor induksi 3 phase disebabkan adanya medan magnit
yang berputar pada stator.
Medan putar akan timbul jika pada stator diberikan tegangan bolak-balik 3 phase (3
phase alternating current). Listrik bolak-bolik 3 phase selalu memiliki beda sudut antar
phase 120° listrik satu sama lain.
Perlu diketahui bahwa sudut listrik tidak sama dengan sudut radian, lihat ilutrasi
berikut:
Diumpamakan motor memiliki 4 buah kutub, yaitu, “U – S”, “U – S”, Jarak antara
kutub “U dengan “S” dalam sudut listrik adlah 180° Dan jarak antara sudut “U-U”
adalah 360° electric. Sedang dalam radian jarak antara kutub “U-S” adalah 90° dan
antara kutub “U – U” adalah 180°

Gambar 5.1
Kutub motor

5.1 Prinsip kerja


Jika sumber tegangan listrik bolak balik 3 phase di hubungkan dengan winding stator,
akan timbul medan putar didalam stator winding dengan kecepatan:

f
Ns = 120
P

Ns : putaran sinkron
f : frequency
P : jumlah pole

Medan putar stator akan menembus celah udara yang ada yaitu antara stator dengan
rotor, kemudian memotong penghantar yang ada didalam rotor. Akibatnya pada rotor
akan timbul tegangan induksi perfase sebesar:

E2a = 4.44 x f1 x T2 x kw2 x Φm

Karena rangkaian rotor merupakan rangkaian tertutup, maka didalamnya akan


mengalir arus sebesar (I) dan aliran arus pada penghantar rotor akan menimbulkan
gaya sebesar (F), gaya yang dibangkitkan pada rotor akan tertinggal terhadap putaran
medan stator.
Selisih putaran medan stator terhadap putaran rotor di sebut dengan slip, besarnya
slip tergantung pada impedansi rotor dan frequency, normalnya berkisar antara 3 –
6 % dari putaran medan.
N = Ns (1-s)

Page(s): 28 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

N : putaran rotor
Ns : putaran medan
S : slip

Locked – rotor current.

Yang dimaksud dengan Locked rotor current adalah arus yang timbul pada saat rotor
dalam kondisi steady state pada tegangan dan frekwensi kerja nominal, yaitu terjadi
pada saat rotor motor akan berputar.

Locked rotor disebut juga Inrush current atau arus start.

Locked - rotor KVA x 1000


Locked - rotor current =
Motor Volt x 3

Untuk estimasi daya start yang digunakan pada motor induksi dengan jenis squirrel
cage kurang lebih 5.3 kVA per HP motor

5.2 Standard design


Motor parameter design berdasarkan standard NEMA

Design motor induksi berdasarkan operating dan starting dikategorikan menjadi 4


group, pemilihan kriteria design ditentukan oleh manufacture sesuai dengan
penggunaannya.

NEMA A
Motor dengan design ini mempunyai karekteristik: arus start antara (6–10)x IFL,
mempunyai efficiency tinggi, slip rendah torsi start besar berkisar antara 120 %
torsi full load.

NEMA B
Motor dengan design ini mempunyai “reactance” lebih besar dari design “NEMA
A”, memilki arus start yang lebih kecil (+/- 6 x IFL) dengan efficiency, slip dan
torsi start hampir sama dengan design NEMA A, tetapi torsi pada beban penuh
dan cos φ lebih kecil

NEMA C
Motor dengan design ini mempunyai karekteristik design NEMA A dan NEMA B,
slot rotor dibuat rangkap yang disebut dengan “double cage” rotor, tujuannya
adalah untuk menurunkan arus start tetapi memilki torsi start tinggi, rotor dari
motor ini memilki 2 tingkat bar rotor, bar (1) dengan resistance rendah
diletakkan di slot bagian dalam dan bar (2) dengan resistance besar ditempatkan
di bagian luar. reactance Bar (1) » bar (2), sehingga bar (2) lebih dominan
terhadap arus start.

Motor dengan design ini mempunyai arus start +/- 1/3 x I start pada design B,
tarting torque +/- 2xTFLdesign B, tetapi torsi full load lebih kecil dari NEMA B

NEMA D
Motor dengan design ini mempunyai karekteristik “high resistance cage rotor”
untuk memperoleh “starting torque” besar s/d 3xTFL dengan arus start rendah,
tetapi mempunyai slip tinggi dan effieciency rendah.

Page(s): 29 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

5.3 Squirrel cage Motor


5.3.1 Konstruksi Squirrel cage Rotor

Rotor pada squirrel cage rotor tidak mempunyai winding seperti pada rotor slip ring
atau pada generator, tetapi menggunakan bar yang terbuat dari bahan aluminium
atau tembaga yang di tanam pada slot dan diujung-ujungnya dihubung-singkat satu
sama lainnya dengan menggunakan end ring.
Arus yang yang akan mengalir pada end ring adalah sebesar jumlah arus yang terjadi
pada bar rotor, berkisar antara 8 – 12 x In motor.

Bar dan end ring rotor dapat dibuat dari bahan Alumunium atau dari tembaga dan
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan

Bahan alumunium lebih sering digunakan, karena memiliki beberapa kelebihan


dibandingkan dengan tembaga. antara lain :
• lebih murah
• lebih ringan dan lebih mudah pengerjaannya
• memiliki impedansi rendah sehingga arus short circuitnya lebih kecil

Kekurangannya bahan alumunium dibandingkan dengan tembaga :


• Riskan terhadap terhadap mechanical stress
• Rugi-ruginya lebih besar dibanding dengan tembaga

Kelebihan bahan tembaga dibandingkan dengan alumunium


• Impedansi rendah sehingga rugi2 nya lebih kecil
• Mechanical strength tinggi

Kekurangannya bahan tembaga dibanding alumunium :


• Berat dan aahal
• Arus short circuit besar
• Pengerjaannya lebih sulit

Gambar 5.2
SQ Motor

End ring

Rotor Bar

Page(s): 30 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Strukur core

Core lamination pada stator dan rotor dibuat dengan bahan baja silikon dengan
ketebalan anatara 0.3 – 0.5 mm.
Pada setiap jenis material magnetisasi terdapat rugi-rugi yang disebut dengan rugi-
rugi hysterisis dan rugi-rugi arus pusar (eddy current).
Rugi rugi ini disebut dengan rugi-rugi inti, rugi-rugi inti sangat penting digunakan
untuk menentukan temperature rise dan efficiency.

Rugi – Rugi arus pusar (eddy current).

⎛ d2 ⎞
Pa = ⎜ ⎟ × f × Bm 2 watt/m 3
⎜ ρ ⎟
⎝ ⎠

d : tebal core laminitaion mm


ρ : tahanan jenis material

Rugi-rugi Hysterisis (ph)

ph = kh × f × Bm watt/m 3

kh : konstanta material inti besi


f : Frekwensi
Bm : Maximum flux density nilainya bervariasi anatara 1.5 s/d 2.5 tergantung dari
jenis material yang digunakan, nilai yang sering dipakai untuk design biasanya
1.6.

5.3.2 Konstruksi Slipring Motor

Motor slipring (wound rotor induction motor) memiliki keistimewaan dibanding motor
induksi dari jenis squirrel cage. Slipring motor memiliki karakteristik “high starting
torque” dengan arus start yang dapat diatur.
Motor ini sangat sesuai digunakan untuk mengerakkan beban yang membutuhkan
moment start tinggi, akselerasi yang lama. Slipring motor juga dapat digunakan untuk
menggerakkan beban yang memerlukan pengaturan kecepatan yang tidak presisi.

Perbedaan konstruksi rotor squirrel cage dengan slipring


Seperti yang disudah dijelaskan sebelumnya, bahwa yang membedakan antar kedua
type motor tersebut adalah konstruksi rotornya.
Pada squirrel cage winding rotor berupa bar / batangan tembaga atau alumunium
kemudian pada ujung bar dihubungkan dengan “end ring” , sedang pada slipring
berupa winding kemudian ujung winding pahse (U-V-W) dihubungkan ke 3 buah
slipring.

Page(s): 31 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Gambar 5.3
Slipring rotor

Slipring 3 pcs Winding rotor

5.4 Starting Induction Motor


5.4.1 Starting Squirrel Cage Induction Motor
Arus start pada motor induksi (direct on line) berkisar antara 6 s/d 10 x in, tergantung
pada putaran, efficency dan cos φ.

Cara start motor induksi Squirrel cage


• Full Voltage Direct on Line
• Start delta
• Auto Transformer
• Primary resistance
• Solid state soft starter

Cara start pada item 2 – 5 adalah cara Untuk mengurangi arus start (“inrush current”)
pada sequirrel cage.

5.4.1.1 Full Voltage Direct On Line

Yang dimaksud dengan full voltage direct starter adalah dengan cara menghubungkan
langsung motor induksi dengan jala-jala dan kemudian motor di start pada posisi
tegangan penuh.

Pada start dengan cara ini arus start (inrush current) motor sangat tinggi yaitu antara
6 – 10 x Arus nominal berlangsung antara 8 s/d 12 detik tergantung dari daya,
putaran dan Cos φ motor.

Keistimewaan start dengan cara ini adalah, moment start nya tinggi dan biayanya
murah, karena tidak perlu menambah biaya untuk membeli alat start, tetapi start

Page(s): 32 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

dengan cara ini sangat membahayakan motor, normalnya motor yang di start dengan
cara ini mempunyai daya kecil.

Skema - FVDOL

Gambar 5.4
Full Voltage
Direct Starter

5.4.1.2 Start – Delta

Salah satu cara yang paling polpuler untuk mengurangi arus start pada saat strat
motor induksi adalah menggunakan start – delta starter, alat ini sangat effisien karena
murah dan perawatannya relative sangat ringan.

Gambar 5.5
Star - delta
starter

Page(s): 33 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Cara kerja Star – Delta starter

Pertama – tama motor distart dengan hubungan star (Υ), pada posisi ini kontaktor
yang berkerja adalah (C1 & C2), kemudian setelah motor running pada putaran
nominal koneksi motor di ubah menjadi hubungan delta, biasanya waktu pemindahan
dari star-delta di atur dengan menggunakan “timer” (normal nya timer di set antara 6
s/d 12 detik) tergantung dari karakteristik motor.

Pada saat motor terhubung delta, kontaktor yang bekerja adalah (C1 & C3), karena
besar arus yang timbul pada saat start dengan hubungan STAR (Υ) arusnya cukup
kecil, maka kontaktor C2 dapat menggunakan kontaktor yang kapasitas arusnya lebih
kecil.

Besarnya arus dan torsi yang terjadi pada saat start (hubungan STAR) hanya sebesar
1/3 arus delta, arus transient (perpindahan dari star ke delta) akan kira-kira sebesar
60 % x Arus start Delta. Î Lihat kurva diatas.

Walaupun sistim starting dengan star-delta cukup baik dan ekonomis, sistim ini
memilki kelemahan yaitu, moment startnya menjadi kecil, oleh karenanya sistim ini
tidak dapat dipakai untuk motor-motor yang digunakan untuk menggerakkan beban
statis yang besar, dan sistim ini tidak bisa digunkan untuk motor yang di design
dengan design NEMA C (double cage motor), karena pada saat motor di switch ke
delta motor akan running dengan arus yang masing sangat tinggi dan se-olah-olah
motor di koneksi DOL.

Normalnya sistim ini hanya di aplikasikan untuk motor – motor dengan kapasitas kecil
s/d menengah.

5.4.1.3. Auto Transformer

Motor dihubungkan dengan sebuah auto-tranformer 3 phase yang memiliki banyak


tapping, untuk memindahkan tapping auto transformer digunakan “starting
contactor”. Waktu perpindahnya diatur dengan menggunakan timer.
Arus start dan torsi nya akan turun sebanding dengan penurunan tegangan pada saat
start.

Cara kerja Auto Transformer Starter

Motor dihubungkan dengan contactor 1 yang disebut dengan “running cantactor”,


contactor ini akan “close” jika waktu startingnya sudah selesai. Dan motor juga
dihubungkan dengan bebarapa bh contactor lain + 1 bh auto transformer 3 ph, yang
digunakan untuk start.
Pada saat start, contactor 1 (running contactor open), starting contactor (A & B) close.
Dengan bantuan timer secara otomatis tapping pada auto transformer akan dipindah
sesuai tegangan yang diperlukan untuk start. Jika motor telah berputar pada putaran
penuh, starting contactor akan membuka dan secara bersamaan “running contactor
akan menutup” dengan demikian motor akan di supply dengan tegangan penuh. Î
lihat skema

Auto transformer starting biasanya hanya digunakan untuk motor dengan operasi
start-stop yang sedikit, alat ini tidak ekonomis untuk motor yang besar-besar, dan
biasanya hanya digunakan untuk motor dengan kapasitas sedang.
Beban yang terpasang pada motor dengan starting auto trafo normalnya berupa
beban yang tidak memerlukan moment start besar, misal: “fan, pompa”.

Page(s): 34 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Gambar 5.6
Auto Transformator
starter

5.4.1.4 Primary Resistance

Metode ini menggunakan “Resistor” yang dipasang seri pada setiap phase motor dan
di paralel dengan main-contact running contactor. Besarnya resitor yang dipasang
tergantung pada impedansi motor. Pada saat start tegangan yang masuk ke stator
motor akan dibatasi oleh “resistor” yang terpasang sebesar “I x R” volt.
Arus start yang akan timbul akan sebanding dengan rasio “impedans motor terhadap
impedans motor + resistor”, Selama start resistor akan dilairi arus besar sehingga
resistor akan mudah panas, untuk mengurangi rugi-rugi daya yang hilang menjadi
panas maka resistor memerlukan pendinginan tambahan, dapat berupa cairan (oli)
atau udara paksa.
Karena keterbatasan kemampuan resistor tersebut, maka normalnya metode ini
hanya digunakan pada motor-motor sedang dengan beban yang tidak memerlukan
starting moment tinggi.

Gambar 5.7
Primary Resistance
Starter

Page(s): 35 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

5.4.1.5 Solid State Soft Starter

Solid state soft starter adalah salah satu metode yang digunakan untuk starting
motor, dengan cara mengatur tegangan supply ke stator yang dilakukan oleh A.C
switch yang dipasang seri dengan setiap phase stator.

A.C. switch dapat berupa sebuah “triac” atau dua bh SCR atau gabungan SCR dan
diode yang dipasang paralel dengan polaritas terbalik satu sama lain.
Solid state akan mengontrol tegangan power supply dan besarnya arus yang masuk
ke-stator, cara kerja ac switch adalah layaknya saklar “on – off – on – off”, dan sudut
gelombang tegangan yang akan dipotong dapat diatur dengan mengatur waktu triger
pada gate SCR atau triac.

Gambar 5.8
Solid State
Starter

5.4.2 Starting Slip ring Motor

Cara starting motor slipring agak berbeda dengan squirrel cage motor, pada slipring
motor winding rotor dihubungkan dengan “3 phase external variable resistance” untuk
menurunkan arus start.
Pada awal start “tapping resistor” dibuat maximum, setahap demi setahap tahanan
resistor diturunkan, jika putaran motor telah mencapai putaran penuh resistor
dihubung singkat.

Cara kerja starting slip ring

Analogi starting slipring terhadap Squirrel cage motor:


Jika external resistor di hubung-singkat (tahanan external resistance = 0), mesin akan
bekerja seperti pada motor squirrel cage, karena tahanan rotor menjadi sangat kecil
motor akan berputar dengan slip rendah dan akan menghasilkan torsi besar.

Page(s): 36 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Jika external resistor ditambahkan pada winding rotor, maka putaran dan torsi motor
akan berubah sebanding dengan perubahan impedansi winding + tahanan external,
arus yang mengalir ke rotor akan dibatasi oleh penjumlahan Impedansi rotor +
external resistor, dengan demikian arus induksi pada stator akan turun sebanding
dengan penurunan arus pada rotor.

Karakteristik motor Slip ring:


• Low starting current
• High starting torque
• High acceleration

Karena sifat-sifat mesin tersebut, maka motor ini sangat sesuai digunakan untuk
beban dengan moment diam yang besar, contoh:
• Hoist
• Conveyor
• Elevator

Berikut adalah skema starting motor slip ring

Gambar 5.9
Starting Slipring
Motor

External resistor di short jika motor telah mencapai


putaran penuh

Gambar 5.10
Slipring Motor

Page(s): 37 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

5.5 Starting dan running motor induksi dengan power


supply generator
Starting Motor yang dioperasikan dengan power suplai dari sebuah engine-generator
harus dilakukan pemilihan secara teliti untuk menjamin life time dari genrator sebagai
power supply dan motor itu sendiri.
Pada saat start up, motor induksi memiliki arus start yang tinggi samapai 6 s/d 10 kali
arus beban penuhnya (tergantung pada daya dan putaran motor).

Apabila dikehendaki dilakukan starting motor induksi dengan jumlah banyak,dan


kapasitas generator yang terbatas maka sebaiknya dilakukan start secara berurutan
yaitu dimulai dengan motor yang berdaya besar, lalu diikuti dengan motor yang lebih
kecil.
Jatuh tegangan pada saat start motor yang masih diizinkan untuk generator sampai
dengan 30%, lebih dari itu tidak diizinkan, karena magnetic contactor untuk rangkaian
kontrol dan meter mungkin sudah tidak dapat bekerja bila tegangan kerja dibawah
70% dari tegangan nominalnya.
Dan sangat penting untuk diperhatikan bahwa dip yang terlalu sering terjadi akan
sangat membahayakan pada equipment yang sensitive.

Pada umumunya untuk menghindari atau mengurangi voltage dip yang disebabkan
oleh starting motor induksi, maka dipilih rating power dari generator adalah minimum
sebesar 110% kVA dari inrush yang akan terjadi.

Pada saat motor induksi di start, maka tegangan out put generator akan terjadi dip
sampai putaran motor mencapai nominalnya, terjadinya voltage dip generator
tergantung pada preload dan kapasitas generatornya.

Jika terdapat masalah pada saat dilakukan starting motor, salah satu diantara pilihan
dibawah ini mungkin dapat membantu:
• Lakukan perbaikan power factor pada motor, hal ini akan menambah daya
reactive (kVA) dari generator.
• Pergunakan “reduced voltage starter” hal ini akan megurangi kVA start dari
motor, hanya perlu diperhatikan bahwa alat ini akan megurangi torsi start dari
motor.Bila beban menghendaki torsi awal yang tinggi maka alat ini tidak dapat
dipergunakan.
• Pergunakan motor dengan jenis Slip-ring (wound rotor), motor ini memliki arus
start yang kecil, hanya saja harga motor slip ring jauh lebih mahal dibanding
dengan motor squirrel cage.
• Pergunakan coupling pada sisi beban motor, sehingga memungkinkan motor
untuk distart tanpa beban

Efek umum karakteristik motor induksi terhadap perubahan Tegangan dan


Frekwensi

Tabel 5.1
Efek motor induksi

Alternating Current (induction) Motor


Voltage Frequency
Characteristic
110% 90% 105% 95%
Torque:
Starting & Max. Increase 21% Decrease 19% Decrease 10% Increase 11%
running

Page(s): 38 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Alternating Current (induction) Motor


Characteristic Voltage Frequency
Speed
Synchronous No change No change Increase 5% Decrease 5%
Full load Increase 1% Decrease 1.5% Increase 5% Decrease 5%
Per cent slip Decrease 17% Increase 23% Little change Little change
Efficiency
Full load Increase 0.5-1 point Decrease 2 point Slight increase Slight decrease
¾ load Little change Little change Slight increase Slight decrease
½ load Decrease 1-2 point Increase 1-2 point Slight increase Slight decrease
Power Factor
Full load Decrease 3 point Increase 1 point Slight increase Slight decrease
¾ load Decrease 3 point Increase 2-3 point Slight increase Slight decrease
½ load Decrease 5-6 point Increase 4-5 point Slight increase Slight decrease
Current
Starting Increase 10-12 % Decrease 10-12 % Decrease 5-6% Increase 5-6%
Full load Decrease 7 % Increase 11 % Slight decrease Slight increase
Temp. Rise Decrease 3-4o C Increase 6-70C Slight decrease Slight increase
Max.OL. Cap Increase 21% Decrease 19% Slight decrease Slight increase
Magnetic Noise Slight increase Slight decrease Slight decrease Slight increase

5.6 Power Factor Correction


Mesin induksi selalu menimbulkan masalah peningkatan daya reactive, salah satu cara
untuk mengatasi daya reactive tang ditimbulkan metor induksi adalah dengan cara
memasang capacitor, tujuannya adalah menurunkan sudut φ yang dibentuk oleh arus
dan tegangan.

Penambahan capacitor tidak dapat dilakukan sembarangan, kapasitas capacitor harus


dihitung sesuai dengan kebutuhan agar nantinya setelah dipasang capacitor sudut φ
tidak leading, yang nantinya akan menyebabkan kenaikan tegangan pada sistim.

Yang paling penting dalam melakukan correction power factor adalah:

Equipment cost harus secara signifikan lebih kecil dari cost yang akan ditanggung
yang disebabkan oleh rugi-rugi daya reactive

Pada umumnya daya reactive ditimbulkan oleh:


• Rotating electric machine
• Discharge lamps
• Thyristor drive

Equipment cost & Maintenance cost capacitor


Biaya yang akan ditimbulkan untuk procurement hendaknya dibandingkan terhadap
biaya yang ditimbulkan oleh rugi-rugi reactive power dalam 1 tahun:

K=axH

K = annual cost
a = cost factor thd interest dan deprisiasi
H = Procurement & installation cost

Interest rate = 7 – 10 %, depresiasi capacitor antara 15-20 tahun . Annual expenses


untuk maintenance dan repair biasanya (1-2)% x purchase price

Page(s): 39 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Metode kompensasi power factor dapat dilakukan dengan :


• Individual power correction
• Group compensation
• Centralized compensation

5.6.1 Individual Power Factor Correction

Yang dimaksud dengan individual power factor correction adalah, perbaikan p.f. yang
hanya ditujuakan kepada salah satu equipment dan normalnya capacitor dipasang
didekat equipment yang p.f. nya di perbaiki. Besar kapasitas capacitor yang terpasang
hanya disesuaikan dengan equipment yang diperbaiki.

Kelemahan dari sistim ini adalah:


Jika equipment yang akan di perbaiki p.f. nya jumlahnya banyak maka capacitor yang
akan digunakan juga banyak, dan kemungkinan capacitor akan menjadi tidak effisien
karena jam kerjanya tergantung pada equipment itu sendiri.

Kalkulasi kapasitas capacitor untuk individual correction

Reactive power pada motor induksi tak serempak (asynchronous induction motor)
berkisar antara 0.5 – 1 kVAR per kW daya motor, tergantung pada speed, size dan
load. Capacitor untuk individual correction dapat di tempatkan di dekat terminal motor
dan di pasang paralel dengan motor.

Besarnya daya capacitor yang akan dipasang harus mempertimbangkan adanya “over
voltage” akibat dari internal excitation capacitor pada saat motor di switch off, maka
koreksi p.f.(cosφ) biasanya dibatasi pada level ≤ 0.98
Kenaikan tegangan yang disebabkan oleh faktor internal excitation capacitor, terjadi
ketika motor “re-connected” secara cepat setelah motor switch – off.
Kebutuhan capacitor secara umum dapat dihitung dengan menggunakan formula sbb:

P
Qc = × (tan ϕ1 − tan ϕ2)
η

QC : Power capacitor
P : Rated power motor
η : Efficiency motor
φ1 : Phase angle before PFC
φ2 : Phase angle after PFC

Qc = 0,9 × INL × U × 3

Menghitung daya capacitor dengan memeprtimbangkan adanya over voltage, daya


kompensasi capacitor dibatasi pada
INL : No Load current motor
QC : Capacitor power
U : Main voltage
Karena alasan-alasan tersebut diatas maka tidak semua motor induksi boleh dipasang
capacitor dengan metode “individual compensation”, terutama motor yang dapat
dijalankan melebihi kecepatan nominalnya (over speed), contoh, motor crane.
Kabel yang digunakan untuk koneksi ke capacitor harus memiliki kemampuan hantar
arus = kemampuan kabel motor.

Page(s): 40 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Setting over current relay pada motor harus di set sesuai dengan besar arus setelah
dipasang capacitor, karena arus yang akan terjadi pada motor akan menjadi lebih
kecil.

Capacitor di hubungkan delta dan di paralel dengan jaringan motor. Individual pf.
correction dapat dipasang pada motor yang memilki starting:
• FVDOL (full voltage direct on line)
• Reduce current starting

Gambar 5.11
P.F. Correction
in FVDOL connection

Gambar 5.12
P.F. Correction in
Star-Delta connection

5.6.2 Group compensation


P.F. Correction dapat pula dilakukan pada group beban, terutama untuk beban
“discharge lamp”, dapat juga untuk beban motor induksi dengan catatan motor harus
di operasikan dengan simultan

Page(s): 41 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Kompensasi untuk Group motor


Kompensasi dengan beban group motor akan jauh lebih menguntungkan dibandingkan
dengan individual compensation, dengan catatan harus ditempatkan motor buffer
untuk mengantisipasi beban (motor) jika salah satu motor sedang off atau shut down.

Gambar 5.13
Pf. Correction
group motor

5.6.3 Centralized p.f. compensation

Capacitor yang dipasang secara permanent dengan jala-jala akan secara terus
menerus menghasilkan reactive power, walaupun pada saat beban rendah atau tanpa
beban sama sekali, dengan demikian reactive power yang dihasilkan oleh capacitor
akan ditransfer ke jala-jala.

Reactive power yang berasal dari trafo distribusi berkisar antara 1-2 % pada kondisi
no load dan berkisar antara 4-6% pada full load dari rated power transformer. Untuk
mencegah over compensation, total power dari capacitor yang dipasang secara
permanen harus dibatasi max. 10-15% x rated power transformer.

Untuk automatic capacitor bank reactive power regulator control akan mengatur
switching “on-off” capacitor step by step sesuai dengan perubahan reactive power
yang ada. Limit capacitive dan induktive di set pada regulator dengan batasan seperti
diatas, dengan demikian masalah over compensation tidak akan muncul. Jika terdapat
“computer” yang dihubungkan dengan jala-jala step capacitor harus < 100 kVAR.

Kerugian pemakaian pf. correction


Fixed capacitor dapat menyebabkan kenaikan tegangan pada saat jaringan berbeban
rendah atau tanpa beban, kenaikan tegangan akibat pemakaian correction p.f. pada
transformer yang tidak terbebani, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sbb:
QC
∆U (%) = × ZK (%)
SN

∆U : Prosentasi kenaikan tegangan


SN : Rated power transformer
QC : Rated power capacitor

Page(s): 42 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Zk : Impedance voltage transformer


Biasanya tegangan transformer pada kondisi tanpa beban akan naik 1-2 %

Pengaruh faktor harmonic Capacitor pada sistim

Pemasangan capacitor pada sistim akan menyebabkan penurunan impedansi dan akan
menimbulkan harmonic pada frequency tinggi. Effect harmonic terhadap tegangan
sistim dapat dikalkulasi dengan menggunakan persamaan berikut.

I
UC = ∑ n × 2 × πCN× f1 × C
UC : Phase voltage capacitor
n : order harmonic
ICN : “n” harmonic current capacitor
f1 : basic frequency (e.g. 50 HZ)
C : capacitance capacitor per phase

Pada saat mendesign p.f. correction harmonic yang akan mengalir melalui capacitor
harus diperhitungkan, harmonic “n” dari sebuah capacitor dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:

IN IN
USN = =
XC Sk
1-
n2 × XL n2 × QC

ICN : Current harmonic “n” didlam capacitor


In : Current harmonic “n” yang dibangkitkan disisi load
n : Order harmonic
XC : Capacitive reactance dari capacitor bank pada basis freq
XL : Induktive short circuit reactance dari jaringan pada basic freq.
QC : Reactive power capacitor
Sk : Inductive shirt circuit power dari jaringan

XC SK
n= =
XL SC

Ketika mendesign p.f. correction factor harmonic harus diperhitungkan


Contoh 1

Gambar 5.14
Circuit I

Page(s): 43 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Hitung nominal short current pada sisi Trafo T1


SNT1 30 MVA
SKT1 = = = 250 MVA
ZKT1 0.12
Hitung Short circuit di bus bar 20 KV

Sk1 × SKT1 400 × 250


SK2 = = = 235 MVA
SK1 + SKT1 400 + 250

Hitung nominal short current pada Trafo T2

S NT2 0.8 MVA


S KT2 = = = 16 MVA
Z KT2 0.05

Hitung short circuit di bus bar 400 V


S K2 × S KT2 235 × 16
S K3 = = = 15 MVA
S K2 + S KT2 235 + 16
Hitung rating capacitor yang akan menimbulkan resonansi pada sistim busbar 400 V

SK3 × SKT2
QC =
n2
n=3 QC3 = 15 / (3)2 MVAR = 1.7 MVAR
n=5 QC5 = 15 / (5)2 MVAR = 0.6 MVAR
n=7 QC7 = 15 / (7)2 MVAR = 0.3 MVAR

Kenaikan arus yang disebabkan oleh harmonic di dalam capacitor di hitung


berdasarkan arus effective pada basis frequency.

I TC = I 2 .... + I 2
CI + IC22 + CN

ITC : Total current capacitor


IC1, IC2 : current in capacitor pada basic freq
ICN : harmonic current “n” di capacitor

Contoh 2

Gambar 5.15
Circuit 2

Jika, pf = 0.7 theristor dan


faktor diversitas motor = 0.8
η motor = 0.95

Page(s): 44 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

1 Pmotor
IT = ×
3 U × η × Cos ϕ

Arus Harmonic yang dibangkitkan oleh thyristor drive,

n5th = 30% x In
n7th = 12%x In
n11th = 6% x In
13rd = 5% x In

3 × 0,8 × 100000 W
IT = = 550 Ampere
3 × 380 × 0,95 × 0,7

Jika capacitor yang diguanakn adalah 200 kVAR maka besarnya arus harmonic yang
akan terjadi pada capacitor bank adalah:

Arus n5th = 30 % x I = 0.3 x 550 A = 165 A


Arus n7th = 12 % x I = 0.12 x 550 A = 66 A
Arus n11th = 6%xI = 0.06 x 550 A = 33 A
Arus n13rd = 5%xI = 0.05 x 550 A = 28 A
IN5 165
I C5 = = = 82 kVAR
Sk 15
1− 1−
n2 × Q c 52 × 0.2

IN7 66
IC7 = = = 124 kVAR
Sk 15
1− 1−
n2 × Q c 72 × 0.2

IN13 33
IC13 = = = 50 kVAR
Sk 15
1− 1−
n2 × Q c 132 × 0.2
IN11 28
I C11 = = = 87 kVAR
Sk 15
1− 1−
n2 × Q c 112 × 0.2

QC 200
IC = = = 289 Ampere
3 ×U 3 × 0.4

I TC = (I +I + .....I )
C12 C 22 Cn 2

= (289 2 + 82 2 + 124 2 + 87 2 + 50 2 )
= 340 A

Besar capacitor bank

QC 200000 KVAR
IC = = = 3,98 × 10 − 3 F
2 2
U × 2 πf 400 × 314

Page(s): 45 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Tegangan harmonic pada capacitor

82
U 5th = = 13 V
5 × 2 × 3,14 × 50 × 3,98 × 10 - 3

124
U 7th = = 14 V
7 × 2 × 3,14 × 50 × 3,98 × 10 - 3

87
U11th = =6 V
11 × 2 × 3,14 × 50 × 3,98 × 10 - 3

50
U13th = =3V
13 × 2 × 3,14 × 50 × 3,98 × 10 - 3

Total voltage:

U = U1 + 3 × U5 th + 3 × U7 th + 3 × U11 th + 3 × U13 th
= 400 + 3 × 13 + 3 × 14 + 3 +6× 3 +3
= 462 Volt

Page(s): 46 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

6 DC Motor

Direct current motor sangat luas digunakan di industri, karena speed dan torque pada
motor dc. dapat dengan mudah di atur dengan sangat halus
Pada putaran rendah motor d.c. masih dapat mentransfer torque secara penuh, hal ini
tidak mungkin dilakukan oleh motor a.c. selain itu putaran motor d.c. dapat di balik
secara mudah.

6.1 Konstruksi mesin dc


Armature core: terbuat dari baja silikon dengan ketebalan 0.4 – 0.6 mm dengan
lapisan isolasi di satu sisi dan sisi lainnya tanpa isolasi.
Stator pole core: sperti pada rotor, hanya saja pole stator lebih tebal dari core
rotor, berkisar antara 1.5 – 3.2 mm
Frame yoke: terbuat dari rolled mild steel plate
Commutator: terbuat dari “hard-copper” dari setiap lembar tembaga dipisahkan
dengan lembaran isolasi yang terbuat dari “mica” dengan ketebalan 0.5 – 1.3
mm tergantung dari size generator dan tegangan kerja max. antar bar. Isolasi
mica dan bar tembaga di klem bersama dengan menggunakan V ring dari metal
dan di isolasi dengan mica yang berbentuk kubah (“cone”)

Commutator

Gambar 6.1
Commutator

Gambar 6.2
DC Rotor
commutator &
V Cone,
Commutator
Insulation

Page(s): 47 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Rotor

Gambar 6.3
Rotor DC Motor

Stator

Gambar 6.4
Stator
Copound dc motor
Stator Series dc
Generator

6.2 Karakteristik konstruksi winding


Konstruksi winding d.c dapat dikategarikan menjadi 2, yaitu:
• Permanent magnet motor
• Wound field motor

Permanent magnet motor

Permanent magnet motor, biasanya didesain untuk motor d.c dengan kapasitas kecil
(fractional power motor)

Page(s): 48 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Permanent magnit motor: field nya berupa permanent magnit yang memilki pole dari
2 atau lebih, Magnetic flux akan membangkitkan arus pada winding armature yang
menyebabkan motor akan berputar. Flux yang dibangkitkan oleh permanent magnet
akan konstan pada semua speed sehingga speed – torque dan current - torque motor
memiliki kurva linier.
Permanent magnet memilki beberapa keuntungan dibandingkan dengan wound field
winding.
• Excitation power supply tidak memerlukan pengkabelan
• Reliability nya lebih tinggi sepanjang tidak ada kerusakan winding rotor.
• Tidak akan pernah terjadi over-speed, karena tidak akan pernah ada gangguan
field.
• Karakteristik Torque vs arus mendekati linier

Temperature effect pada PM (permanent magnet) sangat tergantung pada material


permanent magnet yang membentuknya.
ALNICO PM memiliki temperature lebih rendah dari bahan “ceramic” karena
karakteristik flux yang dibangkitnya Alnico lebih konstan

Wound field d.c motor:

Shunt motor
Field winding motor di hubungkan paralel dengan armature

Series motor
Field winding dihubungkan seri dengan armature

Compound motor
Motor yang memilki field seri dan shunt

Aplikasi wound field dc motor

Motor shunt
Digunakan untuk menggerakkan beban yang membutuhkan putaran yang
relative konstan, seperti: untuk menggerakkan generator d.c pada dc motor
generator set, Shunt motor memiliki karakteristik current – torque akan naik
mendekati linier dengan adanya kanaikan beban dan speed nya akan sedikit
turun dengan adanya kenaikan beban.

Gambar 6.5
Eq. Circuit DC Shunt

Page(s): 49 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Series motor
Digunakan untuk menggerakkan beban yang membutuhkan starting torque
besar, seperti: motor traksi (penggerak kereta listrik), crane.
Memiliki karakteristik torsi start yang sangat tinggi, sehingga motor ini tidak
dibenarkan untuk dijalankan tanpa beban, speednya akan turun secara cepat
jika ada pertambahan beban, tetapi torsi akan naik.

Gambar 6.6
Eq. Circuit
DC Series

Gambar 6.7
Contoh aplikasi
dc motor traksi

Compound motor
Digunakan untuk menggerakkan beban yang membutuhkan speed - torque yang
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
Memiliki karakteristik antara mesin seri dan shunt, torsi startnya bagus, cocok
digunakan untuk menggerakkan mesin mesin mil dan press.

Page(s): 50 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Gambar 6.8
Eq.Circuit DC
Compound

Torque dan Speed dc Motor

Φ ×n×Z P
Ea = ×
60 A

Ea : Induced emf (Volt)


Φ : flux / pole (Wb)
N : rotation (RPM)
P : Pole
A : Parallel path
Z : No of conductor

Φ = B av × σ p × l
2 πr
σ p = pole pitch =
P
Bav : flux density over one pole pitch in (Wb / m2)
r : mean air gap radius
l : pole length

Torsi
1 P
T = 2
π × Φ × Ia × Z ×
A
1 P
2
π×Z× = Cons tant a = K a
A
T = Ka × Φ × I a (Nm )

Gambar 6.9
Speed

Page(s): 51 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi

Speed
Φ ×N×Z P
Eb = ×
60 A
Eb = E a − (I a − R m ) Vlt
E a − (I a × R m ) A
N = 60 × × (RPM )
Z×Φ P

Aplikasi di industri, yang paling banyak digunakan adalah motor compound, karena
sifat-sifatnya yaitu:
Speed dan torque nya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, namun demikian motor
traksi (dc seri) juga banyak digunakan untuk industri terutama untuk beban-beban
yang memerlukan “starting-torque” tinggi, misal:
• Hoist
• Forklift
• Kereta api

Metode pengaturan putaran

Speed pada motor d.c di kontrol oleh variatif tegangan yang masuk ke armature, field
winding atau kedua-duanya. Kombinasi seri – paralel adalah salah satu cara yang
paling efektif untuk mengatur tegangan dan putaran, metode ini biasa dipakai pada
“cam – controlled traction motor”, dua buah motor yang identik dihubungkan paralel
atau seri.

Jika dihubungjan paralel, tegangan “full voltage” di salurkan pada setiap motor dan
motor akan berputar pada nominal speednya.
Jika dihubungkan seri, untuk mendapatkan “base-speed” dengan torsi yang sama
pada full speed, setiap motor akan berputar ½ dari putaran nominal

Gambar 6.10
Series Rotor
DC Motor

Page(s): 52 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Doc. No. KSI-EL 001


Revision Status 01
Date of Revision 12 Desember 2003
Revision by Siswanto

Page: 53 of 135
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

7 INSPEKSI

Karena kerusakan Isolasi winding biasanya disebabkan oleh:


• Thermal Stresses
• Mechanical Stresses
• Environmental Stresses
Maka dalam inspeksi pada mesin listrik harus ditekankan pada hal-hal tersebut diatas.

Thermal Stresses
Overheating yang terjadi pada winding dan berlangsung lama, menyebabkan
stress pada winding & isolasi kawat menjadi rapuh, dan lama kelamaan isolasi
akan retak. Jika gejala ini disertai dengan timbulnya PD (Partial discharge),
penomena ini hanya dijumpai pada motor / generator yang mempunyai
tegangan diatas 4000 volt ac, maka proses penuaan isolasi akan semakin cepat.

Mechanical Stresses
Winding yang tidak divarnish dengan baik, connection point, blocking coil, adalah
merupakan titik paling lemah terhadap pengaruh luar, seperti:
• mechanical vibration
• magnetic vibration

Environmental Stresses
Kontaminasi: udara lembab, debu, karbon, minyak atau bahan kimia lain, yang
terkumpul dipermukaan isolasi, adalah merupakan partikel konduktive yang
dapat menghantar listrik.
Karena adanya beda potensial antara winding dengan ground, maka partikekel
tsb, akan berfyngsi sebagai media hantaran untuk menghantar arus listrik dari
winding ke ground, karena sifat kotoran yang demikian maka pada tempat2
penumpukan kotoran akan terbentuk jalur hantaran listrik electrical tracking.

Inspection pada mesin listrik dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:


• Off line inspection
• On line Inspection

7.1 Measurements Inspection


Off line Inspection adalah cara inspeksi mesin listrik yang normal dilakukan,
Parameter pengukuran antara lain adalah:
• Insulation Resistance Test
• PI (Polarization Index) test
• DC Resistance Test
• Surge Comparison Test
• Dissipation power factor Test
• Ring flux test
• Visual Inspection

Pengukuran winding yang dijelaskan dibawah ini berlaku untuk inspeksi winding baik
“stator, rotor, maupun exciter” pada semua mesin listik kecuali rotor sq. motor

Page(s): 54 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

7.1.1 Insulation Resistance Test


Insulation Resistance biasa disebut sebagai test Megger
Pengukuran Insulation resistance menurut Standard IEEE dan NEMA – MG 1, PART: 20

Tabel 7.1 TEGANGAN KERJA MESIN YANG


TEGANGAN TEST
Tabel tahanan DIUKUR
isolasi Mesin dengan tegangan kerja
500 Volt DC
240 – 2400 Volt
Mesin dengan Tegangan kerja
2500 Volt DC
3000 – 4800 Volt
Mesin dengan Tegangan kerja 2500 atau 5000
5200 – 13800 Volt Volt DC
Semua mesin DC 500 Volt DC
Semua winding rotor dengan rated
500 Volt DC
tegangan > 100 Volt

Nilai minimum Tahanan Isolasi adalah: (Un + 1) MΩ

7.1.2 PI (Polarization Index)


PI adalah salah cara yang digunakan untuk mengetahui quality winding akibat
pengaruh lingkungan, seperti penyerapan air, pengotoran debu, dll
PI adalah merupakan perbandingan pengukuran Arus Bocor pada pengukuran dalam
10 menit terhadap 1 menit, atau pengukuran 1 menit di bagi ½ menit.

Standarisasi:
pengukuran PI yang di sarankan berdasarkan standard IEEE transaction No. 43

Pengukuran 10 menit di bagi dengan pengukuran 1 menit


Lower than 1.0 : Dangerous
1.0 to 1.4 : Poor
1.5 to 1.9 : Questionable
2.0 to 2.9 : Fair
3.0 to 4.0 : Good
Over than 4.0 : Excellent

Pengukuran 1 menit di bagi dengan pengukuran ½ menit


Kurang dari 1.1 : Poor
1.1 to 1.24 : questionable
1.25 to 1.3 : Fair
1.4 to 1.5 : Good
>1.5 : Excellent

Jika PI kurang dari 2.0 pada pengukuran 10 menit atau PI < 1.25 pada pengukuran
1 : ½ menit, menunjukkan bahwa isolasi winding terlalu banyak menyerap uap air
atau terdapat penumpukan kotoran konduktive.

PI s/d 1.5 pada pengukuran 10:1 menit atau 1.1 pada pengukuran 1:1/2 menit,
dapat dikategorikan aman jika:

RIS > (1000 + 1 MΩ)

Page(s): 55 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 7.1
Polarizaton Index

Cara Pengukuran PI

Ukur R Isolasi pada 1 menit, catat hasilnya kemudian lepas muatannya (groundkan
lead cable) yang diukur, lalu ukur R isolasi pada 10 menit.
Ukur lead cable phase terhadap ground, semua lead cable phase (UVW – xyz) di
hubung singkat.

7.1.3 DC Resistance Test

Pengukuran Rdc diterapkan untuk semua winding, baik stator maupun rotor. Besar
penyimpangan (deviasi) antar phase yang masih di izinkan adalah sebesar ± 2%,
pengukuran R winding harus mungkin harus dikoreksi terhadap suhu “ta” yaitu pada
0oC.

Rekalkulasi Rdc dapat menggunakan formula sbb:

(ta × k)
Rb = Rt × Ω
(tt × k)

Rb : resistance yang dikoreksi pada ta = 0oC


Rt : resistance yang diukur pada t ruang
ta : koreksi temperature pada 0oC
tt : temperature winding pada saat diukur
k cu : 234.5 untuk “pure copper”
k al : 225 untuk Aluminium

Ref : IEEE Std: 115 – 1988

7.1.4 Surge Comparison Test

Dengan menggunakan “surge tester” semua sistim isolasi winding dapat di test,
seperti:
• Ground wall
• Turn to turn
• phase to phase
• coil to coil

Page(s): 56 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

• Short circuit, open


• Open connection, wrong turn, dll

Jika 2 buah coil ditest dalam waktu yang bersamaan dan jika kedua coil tersebut
memiliki impedansi yang sama, maka resultan gelombang yang dibangkitkan harus
identik, dengan kata lain “surge test” adalah membandingkan 2 buah coil secara
magnetic. Jika coil yang ditest terdapat gangguan seperti, “shorted winding,
misingturn, dll” maka surge comparison tester akan memperlihatkan dua buah bentuk
gelombang yang berbeda, karena pada kedua coil tersebut mendapat induksi
tegangan yang berbeda.

Surge Comparison Wave Form

Gambar 7.2
Surge
comparison
wave form

Gambar 7.3
Surge test

Page(s): 57 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

7.1.5 Dissipation Power Factor

Sistim isolasi mesin listrik secara alamiah akan mengalami penurunan sesuai dengan
usianya, namun demikian percepatan penurunannya sangat dipengaruhi oleh berbagai
factor, a.l: gesekan, thermal stresses, mechanical stresses, kantong udara didalam
isolasi, kwalitas lapisan semi conductive pada isolasi, dll.

Salah satu kriteria yang paling penting untuk mengetahui kwalitas dalam sistim isolasi
mesin listrik adalah hubungan sebab akibat dari factor disipasi power factor dengan
tegangan kerja. Dissipation power factor di test pada tegangan 0.2 Un s/d 1.0 Un
dengan interval tegangan sebesar 0.2 Un.
untuk setiap increment 0,2 Un

Tan δ 0,6 - Tan 0,2


Tan δ 0,2 =
2
= Max2,5 × 10 − 3
∆Tan δ 0,2 = Max = 5,0 × 10 − 3

Kenaikan Tan δ pada setiap increment 0.2 Un, adalah : max. 2.5 x10-3.
Kenaikan ∆Tan δ pada setiap increment 0.2 Un, adalah : max. 5 x10-3.

Kenaikan “power factor” menunjukkan adanya kenaikan jumlah kantong2 udara


(voids) yang ada di dalam isolasi dan atau menunjukkan adanya kenaikan tahanan
pada lapisan semiconductor, kenaikan tahanan tersebut dapat disebabkan oleh:
Loose contacts ke dinding slot
Adanya kerusakan semiconductor

Gambar 7.4
Disspation
power factor

Gambar 7.5
Power factor
in the void
winding

Page(s): 58 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Kenaikan hasil pengukuran Tan ∆ menunjukan adanya kenaikan kantong udara,


penyerapan uap air, aktivitas partial discharge, dll.

Kantong2 udara yang terbentuk didalam lapisan isolasi akan menjadi tempat
penimbunan uap air dan merupakan tempat terbentuknya “PD” , aktivitas PD akan
mengikis permukaan isolasi, lama-kelamaan isolasi akan menjadi terbuka. Jika
ditemukan hasil uji Tan ∆ sudah tinggi, sebaikanya cepat-cepat dilakukan perbaikan
isolasi winding.

Gambar 7.6

Gambar 7.7
C dan δ Test
Instrument
Tettex 12 KV

Page(s): 59 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

HV Coil test

Type test
No.of
Type Test Test Parameter
Coil
High potential Test Slot Insulation to Minimum Breakdown at:
1
Breakdown VT = [2 ( 2Un + 1 )] [kV]
Must Pass:
High Potential Test End Windings 1
VT = 2 UN [kV]

Routine Test and Check


No.of
Routine test or Check Test Parameter
Coil
Insulation of Conductor Laminations Test between all strands at:
100%
(Strand to Strand Test) VT = 250 V a.c. for 3 seconds
Impulse Test at:
Turn to turn test VT = (4 UN + 5) / 2 [V peak] for 100%
5 pulse
Surface Resistivity of Corona Must between :
100%
Supression Layer 1.0 – 20 kΩ / Square
Slot section Dimensions and Measure slot section dimensions,
100%
Uniformity of shape verify shape in replica stator fixture

VT = a.c. Test Voltage [kV],


Un = Voltage rating mchine

Gambar 7.8
HV Coil test

7.1.6 Ring Flux Test

Test ini lazim digunakan untuk melakukan evaluasi secara keseluruhan isolasi dari
laminasi core-iron mesin listrik.

Cara pengujiannya adalah dengan meng-induksikan flux ke dalam core, rapat flux
yang terjadi pada saat test akan terbentuk seperti pada saat mesin beroperasi.
Flux dihasilkan oleh kabel yang dililitkan disekeliling core yang diberi tegangan dengan
besar tegangan tertentu tergantung dari power supply yg tersedia dan atau dimensi
core.

Page(s): 60 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Pengujian flux, sebagai parameternya suhu harus mencapai pada titik equilibrium,
biasanya dilakukan selama 30 – 60 menit, tetapi jika dalam waktu tsb suhu
menunjukkan / mengindikasikan terus naik, maka waktu pengujian harus terus
dilakukan sehingga didapat titik “equilibrium”.

Suhu core maximum yang masih diizinkan sesuai dengan standard yang ada (VDE
0530, lihat tabel dibawah) .
Perbedaan suhu sebesar 10 °C s/d 15 °C atau lebih antara laminasi yang berdekatan
menunjukkan adanya Hot-Spot.

Gambar 7.9
Ring flux test

Tabel 7.2
PART OF MACHINE A E B F H
Ring flux test
A.C. Winding of turbine type generator
60 70 80 100 125
with rated output of 5000 kVA or more
A.C. Winding of salient pole and induction
machine with rated out put of 5000 kVA or
60 70 80 100 125
more, or having core length of 1 M or
more
If by way of an exception the embedded
temperature detector method be used on
machines under 5000 kVA, the limit of 60 70 80 100 125
temperature rise given in this item shall
apply
A.C. Winding of machine with rated output
smaller than in item 1. Field winding of
a.c. and d.c. machine with d.c. excitation
60 75 80 100 125
exception machine in items 3 and 4.
Winding of armature of a.c. and d.c.
machine with commutator
Field winding of cylindrical rotor with d.c.
65 80 90 110 125
excitation
Multi layer field winding of low resistance
60 75 80 100 125
and compensating winding
Single layer winding with exposed bare
65 80 90 110 125
surfaces
Permanently short-circuited insulated
60 75 80 100 125
windings

Page(s): 61 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

PART OF MACHINE A E B F H
Permanently short-circuited uninsolation
windings
Iron core and other parts not in contact with
the windings
Iron core and other parts in contact
60 75 80 100 125
with the windings 4)
Commutator and Slipring, open or enclosed
60 70 80 80 80
5)
Journal bearing and rolling bearings 50 50 50 50 50
Rolling bearings using special grease 60 60 60 60 60

1. A correction is necessary for a.c. winding for rated voltage above 11 kV


2. The temperature rise of parts of machines rated at 5 MVA and above or having core
length of 1 M or more, which are insulated with class F or class H materials, shall not
exceed the limit of temperature rise for class B materials
3. Where the thermometer method is used, the limit of the temperature rise is that given
for the resistance methd less 10 deg.C in the case of classes A, E. B. 15 deg.C with
class F and 20 deg.C with class H materials
4. The limit of temperature rise is detrmined by the class of the insulating material of the
embedded winding
5. If no marked thermal interaction between the commutator, or the sliprings, and the
winding connected thereto is to expected, the limit of temperature rise applicable to
these parts are those assigned to their respective insulation classes
6. In the case of commutator and slipring the limit of temperature rise may be exceeded
by 10 degC with class F, and by 20 deg.C class H materials.

Ref: VDE 0530

Temperature Rise

Batas kenaikan suhu tertinggi yang masih diizinkan pada titik terpanas dari mesin,
menurut standard VDE 0530

Tabel 7.3 Limit


Insulation Max Temp.
Temperatur rise Temp.
Class in oC
Rise in oC
Y 90 50
A 105 65
E 120 80
B 130 90
F 155 110
H 180 135

Cara pengukuran
1. Metode “Embedded temperature detector” : metode ini hendaknya dipakai,
kecuali untuk mesin dengan kapasitas lebih atau sama dengan 5000 KVA, atau
mesin dengan panjang core lebih dari 1 Meter. Jika stator winding berupa
winding single layer (satu coil menempati satu slot), maka pengukurannya harus
menggunakan metode resistance.

Page(s): 62 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

2. Metode “Thermometer”: bulb thermometer atau non embedded temperature


detector, hendaknya di pakai jika tidak tersedia embedded temperature detector
atau resistance

Penggunaan metode Thermometer diizinkan jika:


• Pengukuran dengan metode resistance akan menyebabkan komplikasi
pengukuran pada sistim komutasi dan kompensasi winding yang memiliki
tahanan sangat rendah
• Winding yang akan diukur berupa “winding single-layer”

Mengapa Core Inspection menjadi Sangat Penting ?


Core lamination adalah baian yang sering mengalami kerusakan yang disebabkan oleh
faktor luar. antara lain:
• gesekan dengan rotor
• overheating

Jika kerusakan inter lamination tidak diperbaiki, pada saat mesin dioperasikan pada
area tsb akan menjadi panas, panas yang berlebihan akan membahayakan sistim
isolasi winding.

Cara perbaikan core:


Pisahkan permukaan yang short sehingga satu lamination dng yang lain tidak saling
menempel, kemudian semprotkan varnish pada bagian tsb, jika kerusakan terjadi
pada bagian dasar slot, bersihkan dengan cara grinding, pergunakan mata gerinda
ulir.

T = (E x 105) / (4.44 x f x Qt)


Qt = BC x Ace
Bc = 8 x 104
Ace = Le He
Le = .93 [L – (n x wd)]
DM = ID + 2S + He
Lm = π x Dm
Wl = 1.6 watt / lb
Wb = Ace x LM x 0.2764
AT = 12 x LM
IM = AT / T
Iw = ( we x wb )/ 50

Dimana:
Le : Effective L core
Ace : Effective area of space duct
Lm : Magnetic Length of core
Qt : Total Flux
Bc : Flux Density
Wb : Bore weight
He : Slot height
ID : Inner diameter of core
AT : Amper turn
IM : magnetizing current
Iw : Web current
n : no of space duct
wd : Width of space duct
S : Width of slot

Page(s): 63 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Dia. cable = 500 x Im (circ.mills)


1 Mill = 1/ 1000 inch

500 × Im
= × 25,4 mm
1000
Pengukuran Kenaikan temperature dapat menggunakan electronic thermometer, agar
semua titik pengukuran dapat di deteksi dengan teliti dalam waktu yang bersamaan
sebaiknya menggunakan thermal paper:

Gambar 7.10
Ring flux test

Project Reference

Recondition of Stator Core Lamination for 7.5 MVA, 13.8 kV, 12 Poles Slaient Pole
Generator, PRJ: PT. BRANTA MULIA CITEUREUP, BOGOR

Main Problems:
Broken Rotor shaft D ≈ 60 cm, Damaged of Core Lamination at the Stator surface

Before recondition:
Ring Flux Test result:
T = 125 °C for 1.5 minutes

After recondition:
Ring Flux Test result:
T = 80 °C for 45 minutes

Gambar 7.11
Ring flux test
Generator 7,5 MVA
PT. Branta Mulia

Page(s): 64 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

7.1.7 Hi-Pot

Reference to VDE 0530 part 1.

Rule:
Hi-pot test hendaknya diaplikasikan antara winding dengan ground mesin, dan
winding yang tidak di test harus di ground kan
Hi-pot test dilakukan untuk new winding
Hi-pot test hendaknya dilakukan dengan tegangan a.c dengan gelombang sinus
dengan frequency antara 40 s/d 60 cycle per second
Besar tegangan uji dimulai dengan tegangan tidak lebih dari ½ dari full voltage
test, Waktu yang diperlukan untuk menaikan tegangan dari tegangan awal s/d
tegangan full +/- 10 detik
Mesin polyphase dengan rated lebih dari 1 kVA, jika dimungkinkan setiap phase
winding hendaknya di test terhadap ground
Jika dimungkinkan “Acceptance” test tidak dianjurkan untuk diulang, jika
dikehendaki maka pengulangan test untuk test kedua dan seterusnya tegangan
test hanya 80% dari tegangan test penuh.
Hi-pot test untuk mesin yang diperbaiki.
• Mesin yang di rewinding total di test seperti mesin baru dengan tegangan
uji 100%
• Rewinding partial di test dengan tegangan uji sebesar 80% dari tegangan
test penuh
• Sebelum dilakukan test hendaknya semua part dicuci dan di keringkan
dengan baik
• Untuk mesin yang di overhaul, Hi-pot test dapat dilakukan jika ada
persetujuan antara pihak user dengan workshop

Besar tegangan uji mesin yang di overhaul menurut VDE 0530

UT = 500 V test applied for UN < 100 V


UT = 1.5 U, with minimum 1000 V, for UN ≥ 100 V
UT = test voltage
UN = Voltage rated of machine

Hi-pot test dilakukan selama 60 second dan selama dilakukan test tidak boleh terjadi
flash-over atau break down.

Tabel 7.4 No Machine or machine part Test Voltage


HIPOT
ref VDE 0530 Rotating machines of rated output
1 less than 1 KW or 1 KVA or with rated 500 V ± 2U
voltage < 100 volts
Rotating machine of rated output less 2U + 1000 V
2
then 10 000 KW or 10 000 KVA Min. 1500 V
Rotating machines of rated output of 10000 KW or 10000
3
kVA or more:
U < 2000 V 2U + 1000 V

2000 V < U < 6000 V 2.5 U

6000 V < U < 17000 V 2 U + 3000 V

Page(s): 65 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

No Machine or machine part Test Voltage


Subject to
U > 17 000 V special
agreement
2U + 1000V,
Separately-excited field winding of min. 1500 V
4
d.c machine U = max. field
voltage
Field winding of synchronous generator, motor.
5
Condenser
10U. Min. 1500V
Not intended for self starting
Max. 3500 V
10U. Min. 1500V
Intended for self starting
Max. 3500 V
1000 V +2U
Self starting with resistance
starting voltage

HIPOT Ref NEMA

INDUCTION MOTOR

Ref. NEMA MG-1 PART 20: Large Induction Motor


Ref. NEMA MG-1 PART 12 : AC Small and Medium Motor
• Voltage rating from : 115 V to 13200 Volt, 60 Hz
• HP Rating from : ½ HP to 100 000 HP
• Speed from : 225 RPM to 3600 RPM
NEMA 20.48.2
Test Voltage – Primary Winding
• Test voltage harus dilaksanakan dengan menggunakan tegangan AC
(alternating current)
UT = (2 Un + 1000 ) Volt
Un : rated voltage of machine

• Jika digunakan test voltage DC, maka nilai tegangan test


VDC = 1.7 x Test voltage AC
NEMA 20.48.3
Test Voltage – Secondary Winding of Wound Rotor
Test voltage harus dilaksanakan dengan menggunakan tegangan AC
(alternating current)
UT = (2 Un + 1000 ) Volt
Un: maximum voltage pada terminal antar slipring rotor, saat open circuit
dengan tegangan penuh pada sisi primernya.

GENERATOR

NEMA MG1 Part 16Î Synchronous Generator General Purpose


• Voltage rating from : 208 V to 4160 Volt , 60 Hz
• KVA Rating from : 9.25 kVA to 500 kVA
• Speed from : 900 RPM to 3600 RPM

Page(s): 66 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Test Voltage Armature Winding.


UT = 2 UN + 1000 V, Un = rated voltage

Field Winding Gen. with Slip Rings


UT = 10 Uex, Uex = excitation voltage
Min = 1500 V

Assembled Brushless Gen. Field & Exciter


Uex < 350 Vdc . UT = 10 Uex,. UT min = 1500 V
Uex > 350 Vdc . UT = 2800 V + 2Uex

Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex

Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter dan field
winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.

NEMA MG1 Part 21 Î Synchronous Motors


• Voltage rating from : 460 V to 13200 Volt, 60 Hz
• HP Rating from : 20HP to 100 000 HP
• Speed from : 80 RPM to 3600 RPM

Test Voltage Armature Winding.


UT = 2 UN + 1000 V,
Un = rated voltage

Field Winding Motor with Slip Rings

Motor distart dng. Cara circuit field winding


UT = 10 Uex, Uex = excitation voltage
Min = 2500 V, Max = 5000 V

Motor di start dng. Resistor


UT = 2 x (IR drop resistor), Min = 2500 V

Assembled Brushless Motor Field & Exciter


Uex < 350 Vdc . UT = 10 Uex,. UT min = 1500 V
Uex > 350 Vdc . UT = 2800 V + 2Uex

Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex

Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter dan field
winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.

NEMA MG1 Part 22 Î Large Machine Synchronous Generator

• Voltage rating from : 208 V to 13800 Volt, 60 Hz


• KVA Rating from : 1.25 to 75 000 KVA
• Speed from : 138 RPM to 3600 RPM

Test Voltage Armature Winding.


UT = 2 UN + 1000 V, Un = rated voltage
Field Winding Gen. with Slip Rings
Uex < 500 Vdc . UT = 10 Uex,. UT min = 1500 V

Page(s): 67 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Uex > 500 Vdc . UT = 4000 V + 2Uex

Assembled Brushless Gen. Field & Exciter


Uex < 350 Vdc . UT = 10 Uex,. UT min = 1500 V
Uex > 350 Vdc . UT = 2800 V + 2Uex

Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex

Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter dan field
winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.

Rule:

Test voltage AC 50 atau 60 Hz,


Jika menggunakan DC voltage, VDC = 1.7 x VAC
Winding yang sedang di test harus dalam kondisi “completely assembled”, test
voltage harus dilaksanakan jika:
Winding machine dalam kondisi baik
Insulation resistance harus memenuhi standarisasi IEEE Std. 43
Winding dalam kondisi kering tidak lembab
Test voltage dilaksanakan selama 1 menit kontinyu, untuk menghindari tekanan
yang berlebihan pada insulation akibat test voltage, maka pengulangan HI-POT
test tidak diizinkan.
Jika mesin segera di assembling dengan equipment lain setelah manufacture,
Pengulangan Test voltage hanya diizinkan sebesar 85% x Original Test
Jika mesin akan di test ulang setelah di instalasi, Test voltage hanya diizinkan
sebesar 75% x Original Test
Selama dilakukan test tidak boleh terjaddi “flash over, breakdown”
Test winding dilakukan antara phase – ground, dan circuit yang sedang tidak di
uji harus di short dan tidak digroundkan, missal: surge capacitor, arrester, CT’s,
dll yang terhubung dengan terminal machine harus di lepas dari koneksinya.

7.1.8. Short Circuit Field Turn Test

Tujuan dilakukan test ini adalah untuk mendeteksi jika terdapat gangguan winding
field (rotor AC Generator teutama dari jenis “salient-pole”) yang disebabkan
oleh adanya short circuit turn, kesalahan jumlah turn, karena short circuit turn pada
rotor tidak hanya terjadi pada saat rotor “standstiil” tetapi juga dapat terjadi jika rotor
tersebut diputar dan pada kondisi ini biasanya rotor winding jika diukur dengan Rdc
akan menunjukan baik. Test ini adalah salah satu cara yang dapat dilakukan
disamping pengukuran “surge – test”.
Kondisi ini disebut sebagai “flying short circuit winding”.

Metode yang biasa digunakan untuk salient pole type rotor, adalah:

Voltage Drop Direct Current

Test ini dilakukan dengan memberikan tegangan dc konstan pada winding rotor,
jatuh tegangan diukur pada setiap pole winding rotor atau pada sepasang pole
rotor, dan jatuh tegangan diukur dengan voltmeter.
Jika terjadi penyimpangan sebesar +/- 2% dari rata-rata pole winding yang
diukur, maka kemungkinan disebabkan oleh: short circuit antar turn atau
kemungkinan jumlah turn untuk masing-masing pole tidak sama.

Page(s): 68 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Voltage Drop Alternating Current

Test ini lebih sensitif dibandingkan dengan test dengan “constant direct current”
diatas, caranya sama seperti pada test point (a), hanya tegangan nya
menggunakan tegangan a.c. Winding yang mengalami gangguan (short-circuit)
akan secara subtansial lebih kecil dari pada winding yang sehat.

Tegangan pole winding yang berdekatan dengan pole winding yang short akan
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tegangan di pole winding yang sehat
lainnya, ini disebabkan karena flux yang pada pole yang berdekatan dengan
gangguan akan terbebani oleh winding yang rusak tersebut.

Jatuh tegangan pada pole winding yang mengalami gangguan akan berkisar
antara [(m-1)/m] x tegangan dari winding yang sehat , dimana “m”
adalah jumlah pole winding.
Test ini digunakan terutama untuk mendeteksi adanya gangguan “flying short
circuit”

Gambar 7.12
Voltage drop test

Gambar 7.13
Skema Voltage
drop test

Page(s): 69 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

7.1.9 Voltage drop test untuk rotor dc


Î Lihat Bab 8. Trouble shooting untuk motor DC

Voltage drop adalah salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi gangguan
pada winding rotor dc, caranya agak sedikit berbeda dengan drop test pada generator
tetapi prinsipnya sama, yaotu membandingkan tahanan dari setiap coil rotor, diukur di
setiap segment commutator.

Cara pengukuran

Sediakan power supply dc yang dapat diatur tegangannya


Sediakan mili-volt meter dan amper meter
Catat jumlah segment commutator,
Suntikkan tegangan dengan tegangan yang dapat diatur, perhatikan arus power
supply dan jaga arusnya agar tidak merusak permukaan commutator.
Perhatikan polaritas dari masing-masing segment commutator, karena koneksi
winding ke commutator bersifat tertutup, polaritas antar segment akan memiliki
arah yang berlawanan dan memilki formasi teratur. (+,+, ,-,-, atau +,+ ,+, -,-
,-, dst… tergantung dari coil pitch pada segment.
Penyimpangan jatuh tegangan antar segment sebesar +/- 2%, dapat
disimpulkan adanya gangguan winding, (kemungkinan disebabkan oleh:
• Short antar segment
• Short antar turn
• Poor connection antara winding dengan raiser commutator

Berikut adalah ilustrasi cara pengukuran voltage drop.

Gambar 7.14
DC Constant
Voltage

7.1.11 Zero Adjustment (brush rocker adjustment)


Î Lihat BAB 8 Trouble shooting untuk Motor DC

Kasus yang paling sering timbul dalam mesin dc adalah sparking yang terjadi pada
permukaan carbon brush dan commutator.
Sparking dapat ditimbulkan oleh banyak sebab, a.l:

Page(s): 70 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

• Unbalance winding
• Short winding
• Uneven air gap
• Shifting magnetic center
• Mis carbon grade
• Shifting direct axis

Unbalance winding dan short winding (turn to turn, turn to ground dll) dapat diuji
dengan metode diatas (surge test, dc resistance, Megger, dc drop test dll).
Uneven airgap dapat diukur dengan menggunakan “filler-gauge” dan magnetic center
dapat di cek dan mengukur pada saat bearing sheld dipasang pada satu sisi dan dapat
dikoreksi dengan memperbaiki “depth bearing shield”. Dan varbon grade dapat
dikembalikan pada grade aslinya.

Shifting direct axis, hanya bisa dilakukan penyetelan ulang dudukan sudut carbon
brush terhadap titik pusat magnetic stator, yaitu dengan menggunakan alat “brush –
rocker” , jika alat ini tidak tersedia maka dapat dilakukan pnyetelan dengan mengukur
jatuh tegangan antar kutub “U – S” dengan memberikan catu tegangan dc pada field
winding kemudian ukur beda potensial pada kutub U – S.

Beda potensial antar keduanya harus mendekati “nol” volt, yatitu dengan mengatur
posisi brush holder, berikut adalah ilustrasi pengukuran Zero Adjustment.

Gambar 7.15
Zero Adjusment

7.1.12 Rotating diode / Thyristor

Diode / thyrestor digunakan sebagai alat penyearah dari keluaran exciter rotor untuk
mensuplay main field generator.
Kadang-kadang jika generator terlalu lama tidak dioperasikan (mungkin sedang ada
perbaikan atau overhaul), generator sangat sulit start-up karena residual magnet
menjadi sangat lemah.
Cara mengatasinya adalah dengan jalan injeksi sesaat pada field exciter stator, jika
external supply dilepas kemudian tegangannya menghilang kemungkinan disebabkan
oleh putusnya fuse yang dipasang seri dengan jalur power supply di AVR atau
mungkin disebabkan oleh kerusakan rectifier.

Pengukuran diode

Pergunakan AVO meter atau digital multimeter, ukur:


tahanan maju diode dengan AVO, diode harus memiliki tahanan maju berkisar
antara 500 – 2000 Ohm

Page(s): 71 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

ukur tahanan mundur (reverse), diode harus mempunyai tahanan minimum 15


kΩ

Pengukuran thyristor

Disconnect salah satu sisi theristor dan ukur dengan menggunakan AVO meter, seting
AVO pada posisi Ohm meter
Ukur tahanan maju theristor, tahanan harus kurang dari 30 KΩ
Ukur tahanan mundur theristor, tahanan harus lebih dari 30 KΩ

Connect theristor seperti pada gambar, dan perhatikan polaritasnya jangan sampai
tertukar, arus yang mengalir pada ampermeter berkisar antara “mVolt s/d 1 Ampere”

Gambar 7.16
Pengujian Thiristor

7.2 Visual Inspection


7.2.1 Stator

Pemeriksaan secara visual sangat diperlukan terutama pada mesin berkapasitas besar
harus dilakukan lebih teliti.

Pemeriksaan frame:
Periksa apakah terjadi perubahan warna yang extreme pada cat frame,
perubahan extreme menunjukkan adanya overheating yang dapat disebabkan
oleh:
• overloading
• aliran pendinginan yang tidak baik

Pemeriksaan pada Stator core:


Periksa apakah pada cooling duct terdapat kotoran / partikel metal oxida
(tampak seperti tepung berwarna kemerahan), jika terdapat kotoran yang
demikian maka hal ini menunjukkan adanya kerusakan core dan wedges,
penumpukan kotoran ini biasanya berada pada bagian yang berdekatan dengan
cooling duct, periksa dengan permanen magnet apakah kotoran tsb,
mengandung metal atau tidak.

Jika partikel metal yg terjadi cukup banyak, maka pemeriksaan core harus
dilakukan lebih teliti, karena core adalah bagian yang paling tinggi mendapat
tekanan mekanis selama mesin beroperasi (elongation, vibration) yg besarnya 2
x freq.

Page(s): 72 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Jika partikel tsb, berasal dari wedges, berarti ada wedges yang kendor atau
terangakat dari slot sehingga terjadi gesekan dengan rotor, fenomena ini
menandakan adanya “loose winding”.

Seluruh komponen listrik pada mesin listrik baik motor, generator, transformer,
akan selalu mengalami , vibrasi, perubahan suhu, mechanical stress terus
menerus yang disebabkan oleh terbentuknya medan listrik didalam core dan
gaya mekanis, tekanan akan menjadi sangat besar jika jika terjadi:
• perubahan beban yang besar dan mendadak, seperti hilang beban yang
mendadak
• short circuit, dll

Gambar 7.17
Pemeriksaan
Stator core

Partial discharge phenomena’s


on Generator bus bar

Loose Wedges

Visual inspection on Turbo Generator 45 MVA 13.8 kV (upper left Gambar loose
wedge and upper right partial discharge phenomena’s on generatr bus bar termination
Î found light white powder n the bus surface).

Komponen pada mesin listrik yang peka terhadap mechanical stress

• Compression Bolts
periksa jika terdapat grease, debu, minyak, dll, yang disebabkan oleh gesekan
dari dua komponen mesin yang diakibatkan oleh adnya vibrasi, periksa
kekencangan bolts

• Surge Ring Support


Periksa jika ada keretakan dan kekencangan tali pengikatnya

• Finger Plate
Periksa jika ada keretakan dan pembengkokan

• Winding Connection
Periksa jika keretakan dan pengelupasan isolasi

• Termination
Periksa jika ada keretakan, kontaminasi, jamur / korosi dan kekencangan cable
lug

• Space Heater
Periksa Rdc dan connection ke termination

Page(s): 73 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 7.18
Pemeriksaan
stator core

Check connection dan


pengikatnya, terhadap
kelelahan material

Check Surge rung dan


pengikatnya, thd kelelahan
material

Coil dan Support


Hampir semua mesin listrik mengalami pengotoran pada coilnya, kontaminasi
dapat disebabkan oleh degradasi ioslasi akibat dari arus yang tinggi pada
permukaan isolasi coil, pengotoran ini akan menimbulkan “Electric Tracking”
sehingga akan menurunkan daya tahan isolasi. Pengotoran ini dapat dibersihkan
dengan cleaning, bahan yang digunakan harus dipilih dari bahan yang tidak
merusak.
Normalnya pada sisi end winding dan antara end winding dengan connection
dipasang separator yang berfungsi untuk memisahkan antar winding dan untuk
menjaga jarak antar winding agar tidak berubah, selama mesin dioperasikan
winding akan saling bergesekan satu sama lain sebanyak 2x Frequency kerja
mesin. Pada saat start, atau pelepasan beban yang tiba-tiba atau adanya
external short circuit (pada generator) akan menimbulkan gaya mekanis yang
besar pada end – winding

Gambar 7.19
Pemeriksaan coil Check blocking coil,
pengikat, end winding
support thd, kelelahan
material, keretakan, dll.

Wedges Inspection
Wedges adalah salah satu subject yang penting untuk di inspeksi, karena
wedges adalah salah satu elemen untuk menjaga agar COIL WINDING TIDAK
BERGERAK didalam Slot.

Page(s): 74 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Dengan demikian kerusakan Lapisan Anti Corona (pada mesin tegangan tinggi)
atau lapisan kertas Isolasi (LV/MV) yang disebabkan oleh pengikisan karena
pergesekan dengan dinding slot dapat dihindari.
Namun demikian systim Varnishing untuk Non Partial Discharge winding juga
sangat berperan.

Periksa wedges terhadap kondisi sbb


• Wedges Tight
• Wedges Looseness
• Wedges Hollow

Ketukkan hammer kecil pada salah satu ujung Wedges, dan dengarkan / rasakan
pada ujung yang lain jika ada pergerakan atau terdengar suara seperti ada
ruang didalamnya, maka menunjukkan bahwa wedges tersebut kendor atau
berongga (hollow). Kondisi yang paling rawan mendapat tekanan mekanis
adalah wedges yang terletak pada bagian ujung winidng.

Adanya rongga didasar wedges menunjukkan adanya pergerakan pergerakan


Coil didalam slot kearah radial. Jika ditemukan hoolow wedges segera perbaiki
dengan cara melapiasi dengan epoxy atau RTV.

Winding Slot Filler


Indikasi lain jika terjadi pergerakan coil kearah radial didalam Slot adalah
keluarnya winding slot filler, penomena ini tidak akan dijumpai pada winding
yang sistim varnishingnya menggunakan VPI.
Umumnya filler yang keluar dimasukkan kembali kedalam slot (jika mungkin)
atau dipotong diujung slot kemudian di epoxy atau resin.

Jika ditemui gajala yang demikian, coil harus diperiksa dengan lebih teliti,
kemungkinan hal ini menunjukkan bahwa coil tidak duduk dengan kencang
didalam slot (bergerak kearah radial), tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa
ini disebabkan oleh adanya kontraksi coil akibat adanya thermal stress didalam
coil.

Bottom Coil
Yang sering dilupakan untuk diinspeksi adalah posisi coil paling bawah, coil harus
dicek apakah posisi coil masih tetap pada posisinya, coil harus menempel
dengan baik didasar slot periksa coil bagian bawah dengan menggunakan
cermin.

Jika coil tidak duduk dengan baik didasar slot, menunjukkan bahwa coil sudah
longgar, perbaiki dengan menggunakan epoxy.

7.2.2 Rotor

Berdasarkan bentuk winding rotor, mesin listrik berputar dapat berupa wound rotor
atau squirrel cage.

Wound Rotor terdapat pada:


• Generator
• Motor Induksi Slipring
• Motor / Generator DC

Page(s): 75 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Inspeksi dengan pengukuran untuk rotor dapat dilakukan seperti pada stator antara
lain:
• Insulation Resistance (Ris)
• Polarization Index (PI)
• Surge comparison
• ac / dc Injection untuk rotor generator
• grawler (Magnetic induction) untuk squirrel cage rotor

7.2.2.1 Pemeriksaan Visual Rotor (Generator & Slipring)

Winding Rotor
Periksa winding rotor jika terdapat:
• Kotoran yang berupa tepung tembaga., ini menunjukkan adanya excitasi
dc yang berlebihan atau adanya short turn to turn atau turn to ground
• Kotoran bubuk metal lain, yang mungkin disebabkan oleh rusaknya
retaining ring (pada turbo generator), connection,

Pada slipring rotor periksa winding dan wedges seperti pada stator, juga periksa
isolator dan permukaan slipring apakah ada keretakan, penumpukan kototoran
pada isolatornya.
Pada rotor dc, periksa winding dan slot seperti pada Stator ac, dan juga periksa
kotoran pada segment commutator, bending winding, dan permukaan
commutator, periksa apakah terdapat penumpukan kotoran pada isolator
commutator, periksa kondisi connection pada raiser.

Retaining Ring
Retaining ring merupakan komponen kritis yang selalu mengalami tekanan
mekanis sehingga bagian ini sering rusak. Retaining ring dapat diperiksa
dengan:
• Eddy current, die penetrant
• Acoustics, hardness test

Rotor Fan

• Periksa apakah terdapat pergeseran posisi antara dudukan fan-blade


dengan srink-fit, jika terdapat pergesekan menunjukan adanya overheating
dan tekanan gaya mekanis yang berlebihan, dan periksa apakah ada
keretakan.
• Periksa apakah kondisi lock-nut masih bagus
• Periksa bila ada keretakan pada arah axial

Journal Bearing

• Periksa journal bearing baik dimensi maupun kondisi pisik apakah ada
bekas-bekas gesekan (scratching)
• Periksa secara pisik pada bearing, jika sleeve bearing periksa kondisi
babbit, oil baffle labyrinth, ukur clearance oil seal dan bearing clearance
• Periksa jika terdapat kotoran (debu, partikel metal, dll) pad permukaan
babbit
• Periksa tahanan Isolasi pada bearing insulation dan grounding brushes jika
ada.

Page(s): 76 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Bearing

Sleeve bearing memerlukan pelumasan oli secara kontinyu, oleh karenanya


pelumasan oli tidak boleh terputus atau terganggu walaupun sesaat, gangguan
supply oli pelumas akan merusak lapisan oli film dan bearing.
Tidak seperti pada ball atau roll bearing ,pada sleeve bearing tidak terdapat
moving part kecuali oil ring, oleh karenanya antara rotating shaft dengan sleeve
bearing harus selalu dilapisi oleh film oil. Permukaan bearing dibuat lebih lunak
dari rotating shaft biasanya terbuat dari “soft cast material” yang kemudian
dikenal dengan “babbit”.
Prinsip dasar cara pelumasan pada shaft adalah,. Diantara shaft dikalungkan 2
buah oil ring yang diameter jauh lebih besar dari shaft, putaran shaft akan
membangkitakan riak didalam resevoir oli yang akan menyebabkan oil ring
berputar dan perputaran oil ring akan menyebabkan permukaan oil didalam
reservoir akan naik dan melumasi shaft.
Oli yang diputar oleh oil ring kemudian akan dilewatkan kedalam oil pressure
relief groove, sepanjang jumlah oli yang dialirkan dan yang dipompakan ke shaft
cukup maka tidak akan timbul masalah.
Tetapi jika oli yang dipompakan oleh oil-ring tidak cukup maka akan timbul
masalah dan bearing akan rusak.

Check kondisi bearing journal dan rotor run out

Defleksi maximum rotor shaft, menurut NEMA-MG-1-1987 PART: 4


Diameter shaft = 0.1875 to 1.625” Î Max. 0.002” (0.051 mm)
Diameter shaft = 1.625 to 16.50” Î Max. 0.003” (0.076 mm)

Bearing insulation & Clearance

Bearing Insulation

Magnetic circuit yang terjadi pada rotor winding akan menyebabkan terbentuknya
eddy current yang mengalir melalui ujung – ujung shaft rotor, eddy current tersebut
akan menyebabkan terjadinya aliran arus yang melalui ujung shaft yang satu,
bearing, bearing support, frame, kemudian keujung shaft yang satunya dan kembali
ke ujung shaft yang satunya.

Aliran arus ini akan menyebabkan panas pada bearing dan sistim lubrikasinya, untuk
mencegah timbulnya eddy current , untuk menghindari kerusakan pada rotating part
(bearing, blade pada turbine, dll) akibat tegangan induksi, maka tegangan tsb harus
dieliminir dengan baik, yaitu dengan menambahkan sistim isolasi pada bearing
housing (bearing support) dilapisi dengan bahan isolasi, terutama pada bearing yang
menggunakan sleeve bearing dan juga pada mesin listrik untuk tegangan tinggi.
Bahan Isolasi bearing harus tahan dari: tekanan mekanis, air, minyak, biasanya
dibuat dari bahan fiberglass, polyester, epoxy.

Bearing insulation harus selalu dicheck terhadap kebocoran isolasi yang disebablan
oleh:
• Keretakan
• Kontaminasi dari oli, debu, karbon, dll

Setiap inspeksi rutin hendaknya bearing insulation juga diukur, dengan menggunakan
megger 500 Vdc, tidak ada kepastian standarisasi tentang hal ini, tetapi GE
mensyaratkan nilai minimum bearing insulation adalah 100,000 Ohm atau 100 KΩ,
pada 500 Vdc megger.

Page(s): 77 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Sleeve Bearing Clearance

Gambar 7.20
Bearing clearance

Field Pole dan V-Block

V- Block digunakan sebagai penahan rotor winding pada generator dari gaya
centrifugal pada saat rotor diputar, V-Block kadang-kadang dibuat dari bahan Isolasi
pejal, atau Aluminium kemudian pada bagian alasnya di beri bantalan isolasi.
Setelah mesin dioperasikan cukup lama kadang-kadang V-Block dapat retak atau
patah atau terlepas akibat tekanan mekanis.
Setiap melakukan inspeksi rotor, kondisi semua baut, dan isolator harus dilihat
apakah ada perubahan, kendur atau bergeser dari posisinya.

Gambar 7.21
Pemeriksaan
pole dan V block

Check kekencangan V-Blok,


keretakan dan kelelahan material

Page(s): 78 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Field Winding

Permasalahan utama winding rotor pada “Salient pole generator” adalah pada bagian
tersebut selalu mendapat tekanan gaya centrifugal yang besar dan berjalan terus
menerus selama mesin dioperasikan.

Gaya centrifugal yang disertai dengan vibrasi akibat adanya aliran arus yang tinggi
pada winding menyebabkan timbulnya gesekan antar turn winding, dan winding
dengan core.
Selama melakukan inspeksi visual, hendaknya diperiksa secara teliti apakah terdapat
deformasi coil, pergeseran antar layer, insulation cracking, ikatan winding apakah ada
yang terlepas atau kendor, dll. Termasuk didalamnya sistim koneksi ke rotating diode
atau collector ring dan periksa kekencangan baut koneksinya.

Pada rotor Slipring, kondisi semua wedges, bending dan connection cable ke slipring
(collector ring) hendaknya di periksa secara teliti.

Collector ring

Akibat pemakain sikat arang (carbon brush), maka pada permukaan collector ring
adalah merupakan subject yang akan mendapat tekanan mekanis dan thermal stress
yang tinggi dan berjalan secara terus menerus.

Hal-hal berikut ini akan sangat mempengaruhi kondisi collector ring, a.l:
• Kontaminasi dari debu, karbon, minyak atau partikel kimia dan metal.
• Current density
• Sistim pendinginan pada collector ring
• Penggantian brush yang tidak sesuai dengan Grade
• Tekanan spring brush yang tidak sesuai dengan aslinya
• Dudukan brush yang tidak benar
• Sistim koneksi rotor yang tidak baik

Sistim komutasi yang buruk akan menimbulkan gelombang harmonics pada winding,
gelombang ini akan mempercepat terkikisnya collector ring dan brushes.
Vibrasi pada mesin juga mempercepat terkikisnya brushes dan collector ring

Kondisi lainyang dapat mempercepat ausnya collector ring dan brushes.


• Carbon brush misalignment
• Pergeseran Magnetic Center

Pada umumnya collector ring di polishing ulang agar permukaannya kembali rata dan
tetap bulat, pada saat re-polishing agar diperhatikan “minimum thickness” , ketebalan
minimum collector ring tergantung pada jenis metal yang dipakai, putaran mesin dan
diameter collector ring

Defleksi maximum collector ring tergantung dari putaran mesin.

Putaran mesin s/d 3600 RPM = 1 s/d 2 mills, untuk putaran yang lebih
rendah defleksinya lebih besar, tetapi nilai yang direkomendasikan = 2 mills

Brush spring

Jika terdapat perubahan warna yang menyolok, menunjukkan adanya overheating,


tekanan pada brush spring normalnya 1.75 s/d 2.25 psi per luasan brush, actual
pressure hendaknya mengacu pada rekomendasi pabrik

Page(s): 79 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

7.2.2.2 Pemeriksaan Visual Rotor DC Rotor

Pada rotor motor DC, commutator adalah suatu subject yang selalu mengalami
thermal stress yang tinggi dan kontaminasi (debu, karbon, minyak atau partikel kimia
dan partikel metal. Visual inspection dan insulation resistance harus dilakukan pada
setiap inspeksi. Untuk mengetahui balance winding selain dilakukan pengukuran
dengan dc Resistance dan Surge test sebaiknya dilakukan “voltage-drop test “. Lihat
Bab sebelumnya dan Bab 8. Trouble shooting tentang motor DC

Motor dc sangat peka terhadap perubahan commutation yang disebabkan oleh:


• Perubahan posisi center axis
• Unbalance resistance
• Kontaminasi pada segment slot commutator, karena pengotoran pada sisi ini
dapat menyebabkan short antar segment commutator dan segment thd, ground.
• Carbon brushes grade
Perhatikan permukaan commutator, warna kebiru-biruan pada permukaan
commutator disebabkan oleh overheating yang mungkin ditimbulkan oleh,:
• unbalance winding
• winding short
• short inter segment commutator
• brush grade terlampau besar (keras), dll
sedang permukaan commutator yang banyak terdapat carbon (sisa carbon) mungkin
disebabkan oleh grade carbon yang terlampau rendah, dll
Periksa alur segment (segment slot), slot segment terlampau dangkal dan kemiringan
slot sudah berkurang, lakukan perbaikan alur kedalamana minimum +/- 2 mm
(tergantung dimensi commutator) dengan kemiringan slot 450.

7.2.2.3 Rotor squirrel cage


Rotor sq dapat di inspeksi secara visual dengan melakukan cek connection pada bar
rotor terhadap end ring, perisa welding jika terdapat keretakan atau bahkan putus,
secara visual dapat dicek dengan menggunakan:
• cek color
• cek dengan x-ray
• cek dengan ultra sonic
• cek dengan “grawler” yaitu dengan menginduksikan magnetik ke rotor bar

Gambar 7.22 Tempatkan plat tipis dan ringan diatas setiap bar rotor, pada saat
Pemeriksaan grawler diberikan power supply ac, jika bar rotor dalam kondisi baik
(tidak putus) plat akan menempel (vibrasi) pada permukaan rotor, jika
Rotor squirrel
plat tidak bergetar mungkin bar rotor sudah putus, dan perhatiakn
cage kemampuan dari grawler, jika rotor nya terlampau besar mungkin
grawler tidak mampu menginduksi kan medan listrik pada rotor, jika
kasunya demikian tempatkan plat tersebut dibawah celah grawler
terhadap rotor

Power supply
AC 1 phase

Page(s): 80 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Untuk selanjutnya silahkan lihat pada BAB 8. Trouble shooting tentang rotor squirrel
cage motor

Geawler

Gambar 7.23
Geawler test

Page(s): 81 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

8 Vibration

Salah satu penyebab yang paling dominan merusak winding insulation adalah “vibrasi”
Vibrasi dapat ditimbulkan oleh banyak hal, a.l:
• Electric
• Mechanic

8.1 Prinsip Vibrasi


Definisi:
Vibrasi adalah pergerakan dari mesin atau part mesin berputar yang keluar dari titik
netralnya.

Karakteristik Vibrasi
Gangguan mesin yang disebabkan oleh masalah vibrasi dapat ditentukan dan di
analisa dengan metode karakteristik vibrasi:
• Frequency
• Displacement
• Velocity
• Acceleration
• Phase
• Spike energy

8.1.1 Frequency
Lamanya waktu tempuh untuk mencapai 1 cycle “yaitu pergerakan naik sampai titik
mati atas kemudian turun sampai titik mati bawah seperti pada pergerakan “spring +
beban” disebut sebagai 1 periode.

1 frequency = 1/periode

Periode frequency sering digunakan sebagai dasar acuan untuk analisa vibrasi.
Frequency vibrasi biasanya di ekpresikan dengan jumlah cycle yang terjadi pada 1
menit, dari sini diperoleh satuan frequency vibrasi yaitu CPM = circle per minute.
Apabila akan dibuat dalam satuan Hertz (Hz) maka:
1 CPm = Hertz x 60 Î karena 1 Hz = 1 getaran per detik.

8.1.2 Displacement
Total jarak yang ditempuh dari benda yang bergetar dari satu titik max ke titik
minimum disebut sebagai “peak-to peak displacement”

Peak to peak vibration displacement biasanya ditunjukan dengan satuan mils.


1 mil = 0.001”, dan 1” = 25.4 mm.
Jadi 1 mils = 0.001 x 25.4 mm = 0.0254 mm

Contoh Analogi
Pergerakan bolak-balik dari sebuah per (“spring”) yang digantung dan diberi sebuah
beban, pada saat beban tidak dikenai gaya maka beban berhenti pada suatu tempat
tertentu Î posisi tersebut disebut sebagai posisi netral benda + spring.

Page(s): 82 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Apabila benda diberi gaya dengan tarikan tertentu lalu dilepas maka benda akan
bergerak naik turun dengan melewati titik netral, sampai batas tertentu.

Gambar 8.1
Displacement

8.1.3 Velocity
Dapat dianalogikan sebagai pada pergerakan Spring, dan pergerakan tersebut
memiliki kecepatan gerak, yaitu kecepatan bergerak dari titik mati atas menuju titik
mati bawah, kecepatan terbesar terjadi pada saat beban melewati titik netral.
Kecepatan tertinggi dari vibrasi ini yang diukur oleh instrument vibration analyzer.
Satuan dari vibrasi velocity dinyatakan dengan mm/sec atau inches / sec.

8.1.4 Acceleration
Acceleration mempunyai korelasi terhadap besaran gaya yang timbul, acceleration
maximum terjadi pada saat velocity mencapai minimum. Vibrasi yang terjadi pada
frequency tinggi (60.000 CPM atau lebih) acceleration adalah merupakan indicator
terbaik untuk melakukan pengukuran vibrasi.

8.1.5 Spike Energy


Pergerakan seperti yang telah diterangkan sebelumnya, akselerasi max yang terjadi
adalah pada saat beban bergerak dari titik mati atas atau bawah menuju titik netral,
dan akselerasi yang terendah terjadi pada saat beban melewati titik netral.
Vibrasi akselerasi biasanya dinyatakan dengan “g’s”peak, “g” adalah gravitasi bumi
yaitu sebesar 9.80665 m/sec atau 980,665 mm/sec.

Spike Energy adalah vibrasi yang sangat abstrak dan tidak ada sangkut pautnya
dengan berat benda dari sumber vibrasi.
Spike Energy terjadi sangat singkat, frequency yang terjadi seperti pulsa, spike
energy biasanya ditimbulkan oleh:
• Permukaan didalam element roll bearing atau gear
• Kontak antar metal yang berputar
• Tekanan tinggi pada steam atau kebocoran dengan tekanan tinggi
• Turbulance di dalam benda cair
Spike Energy digunakan untuk dasar analisa kerusakan pada bearing atau gear.

Page(s): 83 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 8.2
Spike Energy

Pada mesin berputar yang dapat menimbulkan vibrasi, antara lain:


• Unbalance pada bagian-bagian yang berputar
• Misalignment pada coupling dan bearing
• Bent shaft
• Keausan pada gear
• Kerusakan belt atau rantai penggerak
• Aerodynamic
• Looseness
• Resonansi
• Electromagnetic force, dll

8.2 Prinsip Unbalance


Amplitudo tertinggi vibrasi selalu terjadi didaerah dimana terdapat sumber vibrasi.

8.2.1 Difinisi Unbalance

Unbalance secara umum didifinisikan sebagai

“Distribusi berat dari benda berputar yang tidak merata terhadap centerline –nya”,
dengan kata lain bahwa shaft axis dan central principal axis rotor tidak simetris.

Yang disebut dengan central principal axis: adalah garis pendistribution berat
rotor
Pada koreksi balancing yang baik : apabila antara central principal axis dan shaft axis
terletak pada 1 sumbu dan apabila kedua axis tersebut tidak terletak dalam satu
sumbu maka akan timbul unbalance.

Sumbu putar terletak pada titik tengah shaft, dan titik berat rotor terletak di tengah
rotor

Gambar 8.3 Center of rotation Center of mass


Rotor Balance

Page(s): 84 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 8.4
Original Center
Rotor unbalane of mass New Center of mass
Center of
Rotation

8.2.2 Type unbalance

Type unbalance dapat diklasifikasikan sesuai dengan letak central principal axis
dengan axis shaft.
• Static unbalance
• Couple unbalance
• Quasi-static unbalance
• Dynamic unbalance

8.2.2.1 Static unbalance

Static unbalance adalah kondisi dimana central principal axis terletak sejajar dengan
shaft axis, static unbalance disebut juga sebagai kinetic unbalance.
Static unbalance dapat diidentifikasi dengan menempatkan suatu benda kerja secara
paralel dengan shaft dan gravitasi bumi tidak menyebabkan berputarnya rotor
kebawah

Gambar 8.5
Static unbalance

Mass Distribution
Axis

Rotational Axis

8.2.2.2 Couple unbalance

Couple unbalance adalah kondisi dimana central principal axis berpotongan dengan
shaft axis pada center gravity rotor.
Couple unbalance tidak dapat diidentifikasi seperti pada static unbalance, couple
unbalance akan tampak pada saat rotor diputar dan akan menunjukan beda phase
1800 antara kedua ujung rotornya.

Page(s): 85 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 8.6
Couple unbalances Rotational Axis

Mass
Distribution Axis

Central
principal Axis

8.2.2.3 Quasi-Static unbalance

Hanya sedikit rotor yang betul-betul memiliki kasus unbalance seperti disebut diatas
(static dan couple), normalnya rotor memiliki unbalance gabungan dari static dan
couple, gabungan tersebut disebut dengan Quasi-Static unbalance.
Central principal axis berpotongan dengan shaft axis tetapi tidak pada center gravity
rotor.
Quasi-Static unbalance akan terlihat pada saat rotor diputar dan diidentifikasikan
dengan amplitudo vibrasi dengan beda phase yang tetap, amplitudo vibrasi akan
tampak sangat signifikan antara ujung rotor yang satu dengan yang lainnya dengan
beda phase mendekati 1800.

8.2.2.4 Dynamic unbalance

Hampir semua kasus vibrasi dari benda berputar yang disebabkan oleh unbalance
memilki karakteristik Dynamic unbalance.
Dynamic unbalance didifinisikan sebagai central principal axisnya tidak berpotongan
dengan shaft axis dan hampir mendekati paralel.
Dynamic unbalance mempunyai beda phase yang hampir sama dan atau mempunyai
beda phase yang mendekati 1800.

Gambar 8.7
Dynamic
unbalance

Mass Rotaional
Distribution Axis

8.2.2.5 Overhung unbalance

Overhung unbalance terjadi jika rotor ditopang pada ujung shaftnya. Pada kondisi
normal vibrasi axial pada bearing sebelah atas akan berbeda phase dengan bearing
yang terletak dibawahnya. Gaya yang ditimbulkan oleh unbalance akan menyebabkan
bearing bergerak didalam rumahnya.

Page(s): 86 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Seperti terlihat pada ilustrasi dibawah ini, pada saat rotor mendorong bearing no.1
kearah atas, maka bearing yang no.2 akan terdorong kebalikannya, dengan demikian
kedua bearing akan memiliki beda phase sebesar 180 derajat.

Gambar 8.8
Overhung unbalance
Bearing 1

Bearing 2

8.2.2.6 Rotor Rigid dan Rotor Flexible.

Definisi

Natural Frequency
Semua komponen termasuk didalamnya rotor, bearing, shaft, frame dll,
mempunyai “natural frequency”, Natural frequency adalah frequency yang
dibangkitkan oleh setiap material.

Resonance
Adalah gabungan dari dua atau lebih dari frequency natural , ditimbulkan oleh
pengaruh gaya dari luar dengan frequency yang sama besar

Rotor dapat diklasifikasikan sebagai rotor rigid atau flexible tergantung pada
karekteristik dan hubungan nya dengan putaran rotor dengan natural frequencynya.
Kondisi dimana natural frequency dari part berputar equivalen dengan putarannya dan
jika kondisi tersebut menimbulkan vibrasi , maka kondisi ini disebut sebagai
“resonance”.
Putaran yang menimbulkan kondisi “resonance” disebut sebagai “critical speed”
Critical speed dapat diidentifikasi pada saat benda diputar, mulai pada putaran
tertentu akan terjadi vibrasi dengan amplitudo dengan tendensi naik, dan pada
putaran tertentu amplitudonya mencapai max, kemudian bila putaran mesin dinaikan
amplitudo vibrasinya akan menurun dan menuju steady.
Kondisi dimana diperoleh amplitudo vibrasi max, disebut “critical speed”.

Critical speed dapat dibedakan atas:


1. Rigid rotor
2. Flexible rotor

Rigid Rotor

Rigid rotor adalah kondisi dimana timbul nya resonansi (critical speed) pertama
pada benda berputar yang dapat menimbulkan vibrasi pada benda tersebut.

Page(s): 87 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Flexible rotor

Adalah kondisi dimana dijumpai timbulnya resonsnsi (critical) kedua yang


menimbulkan vibrasi pada benda tersebut.

Untuk menghindari kerusakan pada rotating parts, biasanya benda diputar antara
30% diatas rigid rotor dan 30% dibawah flexible rotor.
Semua mesin berputar tidak boleh diputar pada area rigid dan flexible rotor.

Gambar 8.8
Critical speed
Rigid
Flexible
OPRT 2

1 2

Gambar Flexible Rotor akibat critical speed

Gambar 8.9 1
Ilustrasi Critical
speed
First Critical Speed

Second Critical Speed

Third Critical Speed

8.3 Analisis Vibrasi


8.3.1 Vibration Unit

Vibrasi dapat diukur dalam:

unit displacement (peak to peak dengan satuan mils atau mm)


unit velocity (zero to peak dalam satuan inches per second atau mm / sec)
unit acceleration (g’s)
acceleration digunakan untuk mengukur dengan frequency tinggi,
displacement untuk low frequency, dan velocity untuk seluruh frequency

Page(s): 88 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 8.10
Vibration Charackteristic

Gambar 8.11
Arah pengukuran

Arah pengukuran

Pengukuran vibrasi hendaknya dilakukan pada 3 planes (vertical, horizontal, dan


axial) pada kedua sisi rumah bearing (bearing housing) lihat Gambar 8.10.

8.3.2 Vibrasi yang disebabkan oleh “Mechanical Unbalance”

Benda berputar yang tidak balance selalu menimbulkan vibrasi, vibrasi yang
disebabkan oleh unbalance dari benda berputar dapat diketahui pada saat melakukan
pengukuran dengan Vibration Analyzer.

Ciri-ciri dari vibrasi yang disebabkan oleh “unbalance”


• Vibrasi dengan frequency = 1 CPM
• Amplitudonya berbanding langsung dengan berat unbalance
• Amplitudo vibrasi yang terjadi terbesar pada posisi “radial” yaitu Horizontal atau
vertical untuk shaft horizontal
• Terjadi pergeseran phase sebesar 900 pada saat probe pick-up digeser 900

Page(s): 89 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Penyebab terjadinya mechanical unbalance

Banyak hal yang dapat menimbulkan terjadinya unbalance pada rotor.

Terdapat celah atau lubang pada material yang disebabkan pada proses casting.

Eccentricity: terdapat eccentricity pada rotor dan shaft dimana centerline rotor
tidak satu titik dengan centerline shaft.

Adanya penambahan Keys dan perubahan Keyways


Sayangnya tidak ada standarisasi yang mengatur dalam penggunaan key, ada
sebagian pabrik yang memakai key secara penuh, ada yang hanya separuh, dan
bahkan ada yang tidak memakai key sama sekali.
Terjadinya perubahan dimensi pada key dapat mengakibatkan timbulnya vibrasi.

Distortion
Banyak hal yang dapat menimbulkan distorsi pada shaft dan rotor, salah satunya
adalah karena overheating atau terjadinya over forced.

Clearance
Akumulasi tolerance clearance dari dua benda yang di-assembling akan
menimbulkan vibrasi, misalnya: Diameter dalam dari pulley lebih besar dari
outer diameter shaft, dan jika digunakan key shaft atau set screw sebagai alat
pengunci, clearance pada pulley pada saat diputar dapat mengakibatkan
bergesernya titik berat terhadap centerline shaft.

Karat dan keausan


Banyak mesin yang dioperasikan pada lingkungan yang dapat menimbulkan
korosi dengan tingkat keasaman yang tinggi, vibrasi dapat timbul karena proses
korosi dan ke-ausan yang tidak merata.

Polusi
Penyerapan terhadap kontaminasi debu dan kotoran lain yang tidak sama dan
merata dapat pula menimbulkan vibrasi.

Gambar 8.12
Penyebab
unbalance
yang Potensial

Page(s): 90 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 8.13
Penyebab
unbalance pada
keyway

Key way yang tidak terpasang sesuai dengan standardnya akan


menyebabkan unbalance pada saat rotor diputar. Level vibrasi
yang disebabkan oleh unbalance akan naik sebanding dengan
kenaikan putaran.

8.3.2.1 Vibrasi yang disebabkan oleh Misalignment

Misalignment yang terjadi pada dua shaft dan bearing selalu menimbulkan vibrasi.
Type misalignment antara lain:
Misalignment angular, misalignment offset dan mislaignment kombinasi antara
angular dan offset

Kondisi yang dapat ditimbulkan oleh misalignment dapat diketahui berdasarkan:


Vibration frequency adalah 1 x RPM, 2 x RPM, 3 x RPM
Besar amplitudonya = besar misalignment
Amplitudo vibrasi pada sisi AXIAL dan Radialnya tinggi
Phase yang terjadi tidak stabil

Bahkan misalignment yang disebabkan oleh flexible coupling dapat menimbulkan


vibrasi radial dan axial.
Jika ditemui vibrasi AXIAL sebesar ± 1.5 x Vibrasi Radial maka kita dapat berasumsi
bahwa penyebab dari vibrasi adalah bent shaft.

Page(s): 91 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Berikut adalah gambaran vibrasi yang disebabkan oleh misalignment

Misalignment yang disebabkan oleh angular misalignment: indikasinya adalah


frequency vibrasi AXIAL nya equivalent dengan RPM shaft.
Misalignment yang disebabkan oleh offset misalignment: frequency vibrasi radial
akan sebesar 2 x RPM shaft.

Vibration yang disebabkan oleh misalignment tidak hanya ditimbulkan oleh


misalignment antar shaft tetapi juga dapat ditimbulakn oleh misalignment bearing
dangan shaft, hal tersebut terjadi bile pemsangan bearing pada shaft tidak betul
(miring).

8.3.2.2 Vibrasi yang disebabkan oleh Eccentricity

Eccentricity dapat pula menimbulkan vibrasi, eccentricity disini yang dimaksud bukan
eccentricity dari “run-out”, tetapi adalah “centre-line dari shaft tidak satu titik dengan
rotornya”.
Eccentricity pada shaft dan rotor biasanya diatasi dengan Dynamic balancing, tetapi
bila terjadi eccentricity antara dua pully ytang digerakkan dengan V-belt, maka hal
tersebut tidak dapat dikoreksi dengan Dynamic balancing.
Vibrasi yang disebabkan oleh eccentricity terjadi pada frequency 1 x RPM.

8.3.2.3 Vibrasi yang disebabkan oleh Mechanical Looseness

Mechanical looseness menimbulkan vibrasi dengan frequency 2 x RPM dan kelipatan


dari putaran shaft.

Vibrasi tersebut mungkin ditimbulkan karena adanya baut-baut mounting yang


kendor, bearing clearance yang terlampau besar, atau terjadi keretakan pada
structure atau pondasi.
Vibrasi yang ditimbulkan oleh mechanical looseness biasanya lebih kecil dibanding
dengan vibrasi yang disebabkan oleh unbalance atau misalignment.

8.3.2.4 Vibrasi yang disebabkan oleh V-Belt

V-Belt type paling populer digunakan sebagai power transmission sebab memliki
kapasitas penyerapan thd vibrasi paling tinggi dan paling ekonomis. Walaupun
demikian V-belt masih dapat menimbulkan vibrasi.

Vibrasi yang ditimbulkan oleh V-belt dapat diklasifikasikan menjadi:


• Reaksi belt terhadap gaya dari equipment lain
• Vibrasi yang betul-betul berasal dari V-belt

Karena pergerakan V-belt di atas Pulley dapat dengan mudah dilihat dan paling mudah
diganti, maka bila penyebabnya adalah V-belt maka v-belt dapat segera diganti .
Tetapi apabila penyebab vibrasi bukan berasal dari V-belt itu sendiri maka tidak akan
mungkin menghilangkan vibrasi dengan jalan mengganti V-belt.

Terjadinya unbalance, eccentricity pulley, misalignment dan mechanical looseness


dapat menyebabkan seolah-olah sumber vibrasi berasal dari V-belt.
Satu-satunya kunci pemecahan agar kita tidak tertipu dengan tampilan yang semu
apakah V-belt penyebab terjadinya vibrasi atau sumber lain, maka metode yang
paling tepat digunakan adalah dengan analisa vibrasi dan cari frequency vibrasinya.
Intstrument yang paling baik digunakan adalah yang menggunakan Strobe light,
karena dengan instrument ini kita dapat melihat kondisi belt seolah-olah tidak
berputar sama sekali, pada saat stasioner tersebut catat frequency yang terjadi.

Page(s): 92 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Untuk multi belt penting untuk diperhatikan bahwa, semua belt harus memiliki tarikan
yang sama besar, jika salah satu dari belt mempunyai tarikan yang berbeda maka belt
tersebut akan menyebabkan timbulnya vibrasi.

Cara menentukan frequency belt adalah:

Belt RPM = (3.14 x Dia pulley x RPM Pulley) / Panjang belt.

Penyebab vibrasi pada belt:


• Crack belt
• Hard spot
• Soft spot
• Lumps on the belt face
• Broken
• Slippage
• Improper belt tension
• Overload
• Etc.

8.3.2.5 Vibrasi yang disebabkan oleh Gear

Vibrasi yang ditimbulkan oleh gear adalah vibrasi yang paling mudah ditentukan,
sebab pada umumnya vibrasi gear timbul pada frequency jumlah gigi gear x RPM.

8.3.2.6 Vibrasi yang disebabkan oleh Aerodynamic dan gaya Hydroulic

Mesin yang digerakkan atau untuk menggerak udara, air, oli dan gas akan selalu
timbul masalah vibrasi yang disebabkan oleh aerodynamic.
Vibrasi ini dapat diidentifikasi dengan mengukur frequency vibrasi, frequency yang
akan terjadi akan sama dengan perkalian dari jumlah blade dengan RPM shaft
Jika vibrasi aerodynamic atau hydroulic nya besar dan tidak disebabkan oleh
frequency resonansi maka mungkin disebabkan oleh design mesin yang jelek, atau
disebabkan oleh piping atau ductingnya terjadi turbulance.

Recirculation pada pompa pada saat pompa beroperasi dengan kapasitas rendah atau
pada tekanan tinggi, dan pada saat terjadi aliran balik dari discharge ke impeller maka
menimbulkan vibrasi dan noise.

8.3.3 Electrical Vibration

Vibrasi yang disebabkan oleh gangguan electrical disebabkan oleh tidak balancenya
medan listrik yang terjadi pada stator dan atau rotor.

Penyebab vibrasi karena gangguan electrical a.l:


• Rotor tidak berputar dengan sempurna
• Eccentric armature journal
• Rotor dan Stator misaligned, air gap yang ada tidak sama rata
• Eliptical diameteer stator
• Adanya short antar belitan

Sepintas vibrasi karena gangguan electrical sama dengan unbalance, dengan


frequency 1 x RPM, tetapi vibrasi electrical dapat dideteksi dengan cara mematikan
power suplai, jika pada saat power suplai dimatikan dan vibrasi secara langsung hilang
maka vibrasi disebabkan oleh gangguan electrical.

Page(s): 93 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

8.3.3.1 Electrical unbalance

Power supply pada mesin listrik berputar akan menghasilkan gaya electromagnetic
antara stator dan rotor, gaya tsb akan mencapai maximum pada saat magnetizing
current pada stator mencapai maximum. Pada setiap cycle tegangan akan
menghasilkan “2 peak” gelombang gaya electromagnetic, dan akan menghasilkan
vibrasi sebesar 2 x frequency power supply .
Gaya electromagnetic yang dibangkitakan didalam stator sangat tergantung dari
perubahan beban mesin itu sendiri

Gambar 8.14
Electrical
unbalance

8.3.3.2 Efek “Eliptical Stator” yang ditimbulkan oleh Fundamental Flux

Seperti terlihat pada gambar berikut motor dengan 2 pole , akan menimbulkan gaya
electromechanical yang berbentuk elliptical pada stator, pada motor yang mepunyai
pole 4, jarak antar titik elliptical hanya sebesar 450 mekanik atau ½ dari motor 2
pole, dengan demikian motor 4 pole akan menghasilkan vibrasi dengan frequency
yang lebih rendah.

Gambar 8.15
Eliptical stator field

Page(s): 94 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

8.3.3.3 Non-symmetrical Air gap

Vibrasi pada level 2 x line frequency akan naik secara signifikan jika terdapat
unsymmetrical air gap antara stator dan rotor.
Pada kondisi tsb, gaya electro-mechanic terbesar akan terjadi pada sisi yang memiliki
air gap terkecil, dengan demikian gaya electromagnetic akan didorong pada sisi yang
memiliki air gap terkecil.

Besarnya gaya electromagnetic yang terjadi adalah:

F = B 2 / lg Î F : Gaya electromagnetic
B : Flux density didalam air gap
lg : length of air gap

Gambar 8.16
Uneven air gap

8.3.3.4 Eccentric rotor

Eccentric rotor adalah jika rotor core (Out side rotor core) tidak segaris dengan journal
bearing, akan menghasilkan unsymmetric air gap, dalam kondisi ini gaya
electromagnetic akan menjadi tidak balance dan gaya electromagnetic terbesar akan
terjadi pada air gap yang terkecil.
Unbalance yang terjadi akan berputar pada rotational frequency, dan akan
menimbulkan vibrasi pada 1 x line frequency. Flux yang akan menimbulkan gaya
electromagnetic adalah merupakan flux fundamental yang akan berputar disekeliling
stator pada synchronous speed.

Gambar 8.17
Eccentric rotor

Page(s): 95 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Unbalance tertinggi terjadi pada bagian yang memiliki air gap terkecil , berpotongan
dengan flux stator yang tertinggi maka akan menghasilkan gaya maximum, gaya
tersebut akan berkurang sejalan dengan makin lebarnya air gap.

Frequency unbalance dalam CPM akan sebanding dengan besarnya slip


putaran (rpm) motor x jumlah pole.

Contoh:

Motor dengan putaran synchron = 1500 RPM pada freq 50 Hz, dengan jumlah pole =
4, dan putaran nominal rotor 1475 RPM, maka besarnya slip = 1500 Rpm – 1475 Rpm
= 25 RPM, maka akan menghasilkan modulasi frequency sebesar : 4 x 25 = 100 RPM

8.3.3.5 Broken Rotor Bar

Jika rotor bar putus atau terbukanya connection bar dengan end ring pada motor
induksi SQ type, maka pada rotor bar tsb tidak akan dialiri arus listrik.
Pada kondisi demikian maka pada rotor bar tsb, tidak akan terbentuk medan magnit,
sehingga akan menimbulkan perbedaan medan magnit antar rotor bar yang sehat dng
yag rusak, karena terdapat beda medan magnit maka pada rotor bar akan timbul
“unbalance electromagnitic”.

Frequency unbalance yang timbul akan sebanding dengan frequency slip x jumlah
pole. Dan akan menimbulkan bising yang tinggi pada mesin.

Gambar 8.18
Broken rotor bar

8.4 Vibration Chart table

Tabel 8.1
Vibration chart

FREQUENCY AMPLITUDE
CAUSE PHASE ANGLE POWER CUT COMMENTS
OF VIBRATION RESPONSE

Misalignment: Primarily 2 x Phase angle can Steady Drops slowly 2 x can dominate
Bearing Some 1 x Radial be erratic. with speed. during coast-down.
High at DE and 2 x is more prevalent
Axial with higher
misalignment
Misalignment: Primarily 1 x Drive 180o out Steady Level drops Parallel causes radial
Coupling Some 2 x Phase with slowly with forces and angular
Radial High at DE NDE. speed. causes axial.
and Axial Load dependent

Page(s): 96 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

CAUSE FREQUENCY PHASE ANGLE AMPLITUDE POWER CUT COMMENTS


OF VIBRATION RESPONSE

Rub – Seal /or ¼x, 1/3x, ½x Erratic Erratic Disappears Full rubs tend to be
bearing or10-20x can be depending suddenly at 10 to20x higher
seen upon severity. some lower Bearing
Primarily 2 x speed. misalignment can
Some 1 x. Radial. give rub symptoms
Rotor ¼x, 1/3x, ½x, & Erratic High Severe pounding
1x with slip freq
side bands.
Radial
Looseness: 2 x, 3 x may be Steady. Fluctuates Disappear at Bearing seat
Bearing (non- seen Radial Some lower looseness Looseness
rotating) speed at bearing split.

Rotor 1-10x with 1, 2, Can exist Erratic, high Droop with End plate loose
Core(rotating) & 3 predominant relative to type speed Core ID loose
Radial of looseness Can disappear
General core suddenly
loose gives
erratic
symptom.
Pedestals (non-rotating) 1-10x with 2 & predominant Radial & Axial
3
External Fans 1&3x N/A Fluctuates Drops with
Radial & Axial – speed. Can
OE(fan end) disappear
suddenly
Unbalance 1x rotor speed. NDE & DE in Steady Level drops Rotor has unbalance
Rotor Radial phase. Couple slowly – can be due to
gives out of thermal problems
phase condition
Unbalance of 1X Radial high at Couple DE Steady Level drops
External Fan NDE (fan end). 180o out of slowly.
1X Axial with high phase with EO
at fan end.
Coupling 1 x Radial & Steady Level drops Unbalance due to
Unbalance higher on drive slowly coupling or key
end
Bent Shaft 2 x Primarily EO 180o out of Steady Level drops DE runout should
Extension 1 x may be seen phase with DE. slowly give higher 2x axial
Axial at that end. Normal
runout on core – 1-2
mil.
Eccentric Air Strong 120 Hz N/A Steady Immediately Difference between
Gap Radial drops min. max. And air gap
divided by ave.
Should be less than
10%.
Soft Foot 1x Primarily Unsteady Modulates in Immediately Eccentricity limit 1-2
Eccentric rotor Some 60 & 120 amplitude drops mil.
Hz Radial with slip -Slip beat changes
with speed/load
Loose stator 120 Hz. Frame & Steady Immediately -Look for relative
core Axial & radial bearing drops motion of core with
brackets in respect to housing
phase at120 Hz
Rotor bow 1x Primary Unsteady -Changes with Some drop -Heat related.
(Thermal Bow) Some 120 Hz temperature. but high level -Examine rotor stack
may be seen -Time or load would come for uneven stack
May have related. down with tightness or
Modulators on 1X -Varies at speed looseness.
& 2X vib Radial Freq. slip x -Shorted Rotor Iron
poles -Check bar looseness

Page(s): 97 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

CAUSE FREQUENCY PHASE ANGLE AMPLITUDE POWER CUT COMMENTS


OF VIBRATION RESPONSE

-Sparking in the air


Broken rotor 1x and modulates Dependent STRONG BEAT Immediately gap may be seen.
bars at slip x # poles upon where POSSIBLE drops -Long term variation
May have high broken bars are -Varies @ in stator slot
stator slot located Freq Slip x frequencies can be
frequencies poles indicator of bar
On slower speed -Amplitude problems.
Motors increased -Broken bars cause
with load holes in magnetic
field
-Large current
fluctuations.
-Current analysis
shows slip frequency
side bands.
Loose bars. -1 x Possible - 1 x vibration Steady -Stator slot Excessive looseness
balance effect will be freq. will can cause balance
with thermal steady immediately problems in high
sensitivity Radial -Stator slot disappear. speed motors
-Stator slot freq. freq. will -Imbalance
plus sidebands@ modulate effect can
-(# Poles*Slip) causing a suddenly
fluctuation in disappear at
phase angle on some lower
overall speed.
vibration
Interphase fault 60 & 120 Hz N/A Steady and Immediately
Radial possible beat. disappears.
Ground fault 60 Hz & 120 Hz N/A Steady and Immediately
slot freq. - Radial possible beat. disappears.
Unbalanced 120 Hz N/A Steady 120 Immediately
Line Voltages Radial Hz & Possible disappears.
beat.
Electrical Noise (RPM x # of Rotor Due to Steady Immediately Increases with
Vibration slots)/60 +/-120, modulation disappears increasing load.
240, etc. - Radial overall vibration
will fluctuate
System 1 x RPM or other Varies with load Varies Disappears Foundation may
Resonance forcing frequency and Speed rapidly. need stiffening- may
One plane – involve other factors
usually Horizontal
Strain 1 x RPM Steady Caused by casing or
foundation distortion
from attached
structure (piping).
Poorly shaped 2x Rotational Erratic May Steady
Journal Usual May disappear May act like a rub.
at lower
speed

Oil Film Approx. Unstable Steady


Instability (Oil (.43-
Whirl) .48)*rotational
Anti-Friction Various Unstable Steady. Four basic
Bearing Frequencies frequencies
Problems dependent on
bearing design
Resonant Parts At forcing N/A Steady Drops rapidly May be adjacent
Frequency or parts
Multiples
Top Cover Fit 120 Hz. N/A Steady. Disappears Magnification of 120
Radial immediately. Hz electrical
Top cover rests on
basic core support.

Page(s): 98 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Tabel 8.2
Machinary Velcity Velocity
Condition (in./s peak) (V dB)

Very Rough V > 0,628 VdB > 121


Rough 0,314 < V < 0,628 115 < VdB 121
Slighty Rough 0,157 < V < 0,314 109 < VdB 115
Fair 0,0785 < V < 0,157 103 < VdB 109
Good 0,0392 < V < 0,0785 97 < VdB 103
Very Good 0,0196 < V < 0,0392 91 < VdB 97
Smooth 0,0098 < V < 0,0196 85 < VdB 91
Very Smooth 0,0049 < V < 0,0098 179 < VdB 85
Extremly smooth V < 0,0049 VdB < 79

Page(s): 99 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

9 Trouble shooting & Correction

9.1 Generator
Beberapa langkah untuk mengatasi persoalan yang terjadi pada a.c. generator pada
saat di running.

9.1.1 Jika Tegangan generator tidak keluar setelah generator di putar pada
nominal speed.

Lakukan langkah berikut


Ukur residual voltage generator di terminal UVW, pada saat generator diputar pada
putaran nominalnya, tegangan remanansi setidak-tidaknya akan berkisar antara 12
s/d 30% dari tegangan nominal. Jika tegangan nominal generator 380 V, maka
residual voltage berkisar : 50 s/d 120 volt,

Jika residual voltage terlalu rendah, matikan generator lalu check:


• Cek polaritas terminal keluaran Exciter stator
• Cek kabel ke AVR (J1K1 atau F+,F-), apakah terbalik
• Cek 3 phase rectifier exciter

Jika semua bagus, maka lakukan langkah berikut:


Gunakan battery 9 volt, (perhatikan kabel (+) dan (-) dari batery hubungkan kutub
(+) batery pada terminal exciter (J1), dan kutub (-) pada terminal exciter (J2), dan
tahan beberapa detik. Jika dengan cara tersebut tegangan generator dapat keluar s/d
nominalnya, maka penyebab tegangan generator tidak build-up adalah karena
residual voltage terlampau rendah.
Jika generator build-up, dan battery dilepas kemudian tegangan menghilang kembali,
kemungkinan ada gangguan pada winding generator atau pada AVR.

Jika diasumsikan AVR ada kerusakan, maka lakukan langkah berikut


• Disconnect kabel control sensing U,V,W, J1K1 pada AVR dari terminal stator dan
exciter
• Sediakan variable voltage rectifier 1 phase, yg tegangannya dapat diataur dari 0
volt s/d kl. 100 vdc
• lakukan langkah seperti menggunakan battery 9 volt
• putar generator pada nominal speed
• Atur tegangan keluaran rectifier, jika dengan cara ini generator dapat
mengeluarkan tegangan dengan stabil, pertahankan tegangan rectifier pada
posisi ini, dan tahan kira-kira 15 menit.
• Jika keluaran generator tetap stabil, maka dapat disimpulkan bahawa AVRnya
rusak, jika tidak berarti ada gangguan winding
• Periksa winding dengan cara seperti pada Bab Inspection.

9.1.2 Tegangan keluaran generator rendah, setelah generator diputar pada


putaran nominalnya

Jika ditemui kasus seperti ini, yaitu tegengan generator keluar tetapi terlampau
rendah dan tidak dapat mencapai tegangan nominal walaupun sudah dinaikkan
dengan memutar rheostat, kemungkinan disebabkan oleh:

Page(s): 100 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

• Ada kesalahan wiring dari trafo sensing (Uh-Vh) ke AVR, sebaiknya wiring dari
exciter, trafo sensing dan main sensing U,V,W ke AVR di cek ulang
• Kemungkinan pada terminasi nya sudah karatan
• Adanya beban yang berlebihan
• Atau adanya kerusakan pada rotating rectifiernya,

Lakukan pemeriksaan seperti pada rectifier


Spesial pada kasus ini, jika tegangan keluaran generator terlampau tinggi pada
putaran nominal dan tidak dapat diatur dengan menggunakan rheostat, maka
kemungkinan gangguan disebabkan oleh:
• Rheostat rusak, maka cek rheostat dengan cara:
disconnect rheostat dari sistim wiring nya, lalu pergunakan Ohm meter, ukur
titik tengan rheostat dengan salah satu ujungnya, lalu putar rheostat kekiri habis
dan kekanan habis, ohm meter harus menunujukan harga variable dari 0 Ω –
500 atau 250 Ω.
• Jika rheostat bagus, kemungkinan sistim regulator pada AVR rusak.
Pada umumnya tegangan generator dapa diset pada +10% dan -10%, jika pada
external reostatnya dipasang dengan menggunakan rheostat 500 Ω, tetapi jika
dipasang 250 Ω, tegangan keluarannya hanya dapat diatur s/d +/- 5 % dari
tegangan nominalnya.

9.1.3 Tegangan keluaran hunting


Jika tegangan keluaran generator hunting , pada putaran nominal, kemungkinan
“voltage stability” setting pada AVR berubah, maka lakukan setting ulang pada
variable resistor yang digunakan untuk setting tsb, biasanya pada blok AVR diberi
tanda dengan tulisan “stability”, putar “r” tersebut kekanan atau kekiri sampai didapat
tegangan stabil.
Jika dengan cara itu tegangan masih tetap hunting, maka kemungkinan ada
kerusakan pada AVR.

9.1.4 Tegangan keluaran drop pada saat dibebani


Jika pada kondisi tanpa beban dan putaran nominal, tegangan generator baik atau
stabil, kemudian pada saat dibebani tegangan generator drop, kemungkinan
disebabkan oleh:
• Putaran engine atau turbine turun
• Adanya kerusakan pada rotating rectifier, lakukan pemeriksaan rectifier
• Kemungkinan magnetic centerline antara rotor dan stator ada pergeseran, cek
air gap dan posisi ujung core stator terhadap rotor
• Ada kerusakan pada winding rotor, cek winding seperti pada BAB Inspection

9.1.5 Tegangan keluaran hilang setelah build-up


Jika tegangan keluaran generator menghilang setelah build-up, lakukan pemeriksaan
seperti yang dilakukan pada kasus gangguan nomer (1), tegangan generator tidak
keluar.

9.1.6 Daya reactive (kVAR) tidak merata pada saat parallel


Jika beban reactive (kVAR) dari generator tidak terbagi sesuai dengan porsinya dari
masing-masing generator, pada saat generator dikerjakan parallel, kemungkinan
disebabkan oleh:
• Polaritas ( k – l ) dari static drop CT ke AVR terbalik
• Terminal (k – l) dari CT yang ada di AVR tertutup (closed), atau masih dijumper.
• Ada kerusakan pada winding CT

Page(s): 101 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

9.1.7 Temperature naik


Pengukuran suhu pada generator biasanya menggunakan ETD / PTC (embedded
thermo detector atau positive thermo detector), yang dikuatkan dengan menggunakan
tranducer.

Mungkin disebabkan oleh


• suhu ruang yang tinggi melebihi suhu yang direkomendasikan
• gril inlet dan outlet generator kotor, sehingga aliran udara menjadi terhambat
• ada overload, unequal airgap, short circuit windin reversed field coil, unbalance
load, over speed, dll

9.1.8 Vibrasi
Lihat analisa vibrasi

9.1.9 Vibrasi pada saat field current on


Kemungkinan penyebabnya adalah adanya kerusakan winding field atau stator atau
pergeseran center line magnetic

9.1.10 Noise
Noise dapat disebabkan oleh:
• noise terjadi pada bearing, mungkin desebabkan oleh kwalitas pelumasan yang
jelek atau kondisi bearing yang memang sudah jelek
• center line couple, atau key shaft yang sudah tidak fit (longgar)
• unbalance rotor
• ada kerusakan laminasi pada core stator
• ada pergesekan centerline antara rotor dengan statator
• airgap yang tidak simetris
• ada short circuit pada field

9.1.11 Tahanan Isolasi Rendah


Lingkungan yang memilki tingkat kontaminasi tinggi baik berupa kontaminasi karbon,
debu, maupun minyak dan udara lembab adalah merupakan faktor yang sangat
dominan merusak winding mesin listrik
Jika dijumpai kasus penurunan tahanan isolasi dan tidak tersedia cukup baking oven
yang memadai, maka langkah-langkah ini dapat digunakan untuk mengatasinya,
antara lain:
• Pemanasan winding dengan heater
• Dry –out dengan circulating current
• Beban Simulasi

Pemanasan winding dengan heater


Jika kondisi lapangan memungkinkan untuk melakukan pemanasan winding
dengan heater maka langkah berikut bisa dilaksanakan (lingkungan yang
memiliki bahaya ledakan tinggi biasanya pemanasan dengan cara ini tidak
diizinkan).
Pasang extra heater dengan jumlah dan daya sesuai kebutuhan didalam frame
generator, usahakan lokasi pemasangan heater ditempat yang jauh dari
komponen sensitive, seperti: AVR, rotating rectifier dan usahakan agar heater
tidak menyentuh permukaan winding dan pemasangan heater ditempatkan
secara merata (disekeliling winding).

Page(s): 102 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Nyalakan heater beberapa Jam (antara 6 – 8 jam), sambil dimonitor tahanan


isolasi dari winding setiap jam. Monitor suhu pemanasan jangan sampai suhunya
melebihi kemampuan kelas isolasinya.
Jika nilai Ris dan PI telah memenuhi (terutama untuk mesin bertegangan > 1000
volt. Pemansan dapat dihentikan, nilai tahanan isolasi dan PI lihat BAB
sebelumnya (inspeksi)

dry –out dengan circulating current


Cara pemanasan seperti ini sangat popular, karena sangat effisien dan biasanya
hasilnya sangat memuaskan, ada 2 (dua) cara untuk melakukan dry out
circulating current, a.l:

Ada 2 (dua) cara yang dapat digunakan untuk Dry-out current circulation
generator, yaitu:

dc current circulating
Prinsip dari pemanasan ini adalah dengan melewatkan arus d.c kedalam winding
stator dengan menggunakan “variable extra power supply” yang mempunyai
tegangan rendah tetapi mempunyai kapasitas arus besar.
Cara dry-out untuk stator dengan 6 kabel keluaran, titik neutral dihubungkan
diterminal (lihat gambar dibawah):
• Disconnect semua control kabel ke AVR
• Hubungkan power cable stator secara seri, seperti pada gambar berikut
• Atur tegangan external power supply, amati arus yang mengalir pada
winding agar tidak melebihi arus nominal generator
• Putar rotor generator secara periodic agar tidak terjadi pemanasan lokal
pada rotor
• Amati suhu winding, dan suhu dijaga agar tidak melampaui nilai kelas
winding, lihat klasifikasi thermal winding
• Lakukan pengeringan dengan sistim ini sampai didapat resistansi isolasi
dicapai, kurang lebih akan memakan waktu 2 – 4 jam
• Dry out pada generator yang memiliki kabel keluaran 6 buah (titik netral
dihubungkan di terminal)

Connect kabel seperti pada gambar dibawah

Gambar 9.1
Dry out dengan ac/dc
circulating pada Generator
6 kabel out going

Page(s): 103 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Jika kabel keluaran hanya 4 buah (titik netral di koneksi didalam), semua kabel
keluaran stator (phase U, V, W) kecuali titik netral, dihubungkan parallel, lihat
gambar. Lakukan prosedur seperti diatas (pada generator 6 kabel keluaran)

Gambar 9.2
Dry out ac/dc circulating
pada Generator
4 buah kabel out going

ac current circulating

Prinsip dari pemanasan ini adalah dengan melewatkan arus a.c kedalam winding
stator dengan menggunakan “variable extra power supply” yang mempunyai
tegangan rendah tetapi mempunyai kapasitas arus besar. Cara dan prosedur
pemanasan seperti pada dc current circulating.
Jika pada ac current circulating akan digunakan maka rotor harus dikeluarkan
dari stator, agar pada saat stator diinjek dengan arus a.c rotor tidak berputar.

Beban Simulasi

Seperti pada langkah diatas, disconnect semua kabel control AVR dari stator dan
exciter, lihat gambar selanjutnya.

Lakukan langkah berikut:


• short kabel keluaran generator (phase U, V, W) dengan menggunakan bus
bar atau kabel pada terminal generator
• gunakan short circuit bar sesuai dengan kapasitas arus nominal generator
• Gunakan “external variable rectifier” seperti pada poin 2 diatas.
• Hubungkan kutub (-) power supply dengan terminal J1 atau (F+) pada
exciter stator, dan kutub (-) dengan J2 atau (F-) pada exciter stator.
• pasang clamp ampere meter pada shorting bar (U, V, W) pada posisi a.c
• putar generator pada nominal speed
• atur tegangan external rectifier power supply, sampai didapat arus yang
mengalir pada winding generator mencapai nilai nominalnya
• tahan posisi external power supply, sampai +/- 2 s/d 4 jam
• turunkan external power supply sampai tidak ada excitasi dan matikan
generator
• Ukur R isolasi.

Page(s): 104 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Kelemahan dari metode ini adalah: harus melakukan start – stop pengerak
generator, akan fleksible dilakukan jika penggeraknya menggunakan diesel,
tetapi akan mengalami kesulitan dan agak mustahil dilakukan jika penggeraknya
dengan turbine yang berkapasitas besar, karena akan menjadi sulit untuk start
stop turbine.

Jika dengan metode tersebut diatas (poin 1 – 3) tidak berhasil atau R isolasi
tidak ada perbaikan, hal itu menunjukkan adanya kerusakan winding.

Gambar 9.3
Simulasi beban

Untuk dry – out dengan beban simulasi, hubungkan semua kabel seperti pada gambar
diatas.

9.2 Motor
9.2.1 Squirrel cage motor
Î Lihat BAB 7.2.2.3
Mendeteksi kondisi bar rotor pada SQ-motor:
Tempatkan rotor diatas “grawler” lalu grawler di switch-on, tempatkan metal yang
cukup ringan dan tipis diatas setiap slot rotor sq-motor. Jika:

Plat menempel / vibrasi pada permukaan core diatas slot rotor maka, kondisi bar rotor
baik, tetapi sebaliknya jika plat tidak bergetar / tidak menempel maka kondisi bar
mungkin rusak, kerusakan pada bar rotor dapat berupa:
• kemungkinan retak atau putus ditengah
• putus pada sisi end ring

Page(s): 105 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Berikut adalah beberapa analisa kerusakan pada stator winding.

Gambar 9.4 Dua phase winding terbakar total


Single phasing dan satu phase yang tersisa
Y connection terlihat baik, ini disebabkan oleh
kenaikan arus yang signifikan pada
kedua phase tersebut. Kenaikan
arus dapat disebabkan oleh:
• Short antar kedua phase
• Short antar coil yang berbeda
phase didalam 1 slot

Gambar 9.5 Satu phase terbakar total


Single phasing ∆ disebabkan oleh kenaikan arus
connection pada salah satu phase. Kenaikan
arus disebabkan oleh:
• Short phase to ground
• Short coil dalam satu phase

Gambar 9.6 Winding terbakar pada coil yang


Short phase to berdekatan dari coil yang berbeda
phase phase, umumnya disebabkan oleh:
• Turunnya mutu isolasi karena
umur
• Kontaminasi
• Vibrasi pada coil

Gambar 9.7 Winding terbakar pada turn coil,


Short turn to turn pada umumnya disebabkan oleh:
• Buruknya isolasi antar turn
• Turunnya mutu isolasi lapisan
isolasi kawat

Page(s): 106 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 9.8 Winding yang terbakar nampak


Partially shorted seperti pada gejala short satu
coil phase, hanya saja pada gangguan
ini coil yang mengalami kerusakan
terjadi pada 1 coil yang memiliki
phase yang sama, umumnya
disebabkan oleh:
• Winding yang tidak duduk
dengan baik di dalam slot
(longgar)
• Putusnya sekring 1 phase

Gambar 9.9 Pada umunya bagian yang


Earth fault at slot terbakar terletak pada bagian
edge ujung slot, disebabkan oleh :
Lemahnya kertas isolasi dan
longgarnya winding didalam slot,
sehingga menyebabkan kegagalan
isolasi akibat gesekan antara
winding dengan dinding slot

Gambar 9.10 Pada umunya bagian yang


Earth fault in slot terbakar terletak didalam slot,
disebabkan oleh :
Turunnya mutu kertas isolasi
biasanya disebabkan oleh
pengaruh luar (masuknya benda
asing, seperti:
Debu, minyak, grease, dll)

Gambar 9.11 Type gangguan biasanya terletak


Connection short di sisi connection, umumnya
circuit disebabkan oleh:
• Poor welding connection
• Pooer insulation at end winding
• Vibration (movement)

Page(s): 107 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 9.12 Kerusakannya mirip akibat


Asymmetry damage gangguan short circuit 1 phase,
umumnya disebabkan oleh:
• Unbalance voltage supply
• Single phase load
• High resistance yang
dikoneksikan kerangkaian
power supply

Gambar 9.13 Winding terbakar total umumnya


Overload damage disebabkan oleh:
• Overload
• Poor operation technique
• Inadequate overload
protection

Gambar 9.14 Kerusakannya mirip dengan


Locked Rotor overload, umumnya disebabkan
damaged oleh:
• Overheating yang timbul
karena kerusakan shorting
ring, sehingga menyebabkan
gagal start
• Kegagalan alat start
• Too high setting Overload
relay

9.2.2 DC. Motor

Î lihat BAB 7.2.2.2 dan 7.1.10, 7.1.11

Masalah yang paling sering ditemui dalam mesin dc adalah: sparking yang timbul di
antara carbon brush dengan commutator.

9.2.2.1 Sparking

Banyak hal yang dapat menimbulkan sparking. Antara lain:


• unbalance winding
• unsymmetrical air gap
• poor contact on the carbon brush surface
• un match carbon grade
• carbon mis alignment

Page(s): 108 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

• mis pressure carbon spring


• commutator oval
• mis direct axis field to armature

Berikut adalah cara mengatasi beberapa kasus untuk menghilangkan sparking

• Unbalance winding
Check winding armature, field winding, interpole dan series winding dengan
menggunakan metode seperti yang sudah diterangkan sebelumnya, lihat
inspection.

• Asymmetrical air-gap
Check air gap dengan menggunakan filler gauge, gangguan ini sering terjadi
pada mesin yang menggunakan single bearing

• Asymmetrical magnetic center


Check magnetic centre core stator thd. Rotor, jika terdapat selisih magnetic
center mungkin disebabkan dudukan bearing yang berubah, panjang core stator
– rotor harus sama dan end core rotor harus tepat berada pada end core rotor.

• Poor contact carbon brush to commutator


Kasus ini sering terjadi jika ada penggantian carbon brush dan permukaan
carbon tidak di bentuk sesuai dengan lingkaran commutator

• Wrong carbon grade


Kasus ini sering terjadi jika ada penggantian carbon brush, merek dan type
carbon yang digunakan tidak sama dengan asli.
Grade yang terlalu tinggi akan menyebabkan over heating pada commutator dan
grade yang terlalu rendah akan banyak menghasilkan sisa carbon pada
commutator

• Carbon brush mis alignment


Kesalahan sudut kemiringan brush akan menyebabkan pergeseran direct axis,
dapat mengakibatkan timbulnya beda potensial antar carbon

• Wrong pressure carbon spring


Efek atas kesalahan presure ini akan menyerupai kesalahan grade carbon brush.
Jika terdapat perubahan warna yang menyolok, menunjukkan adanya
overheating, tekanan pada brush spring normalnya 1.75 s/d 2.25 psi per luasan
brush, actual pressure hendaknya mengacu pada rekomendasi pabrik

• Commutator oval
Akan menimbulkan tekanan pada carbon ke commuatator tidak sama dan
akibatnya contact carbon akan menjadi tidak sempurna, untuk mengatasinya
sebaiknya setiap overhaul atau secara reguler commutator di machining ulang
dan di skim
Defleksi maximum collector ring / commmutator tergantung dari putaran mesin.
Putaran mesin s/d 3600 RPM = 1 s/d 2 mills, untuk putaran yang lebih rendah
defleksinya lebih besar, tetapi nilai yang direkomendasikan = 2 mills

• Direct axis bergeser


Jika direct axis antara field winding dan armature tidak dalam satu sumbu, maka
akan timbul beda potensial antar pole winding ini akan menyebabkan percikan
bunga api di carbon brush yang diakibatkan oleh flux density di permukaan pole
field ( kutub U-S) tidak identik.
Î lihat BAB 7.1.10 dan 7.1.11

Page(s): 109 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Pada umumnya commutator selalu dipolish ulang agar lingkaran commutator


tetap bulat dan slot segment commutator di skim ulang

Gambar 9.15
Machining
commutator

Gambar 9.16
Skimming
commutator

9.2.2.2 Carbon Brush Face Analysis

Contoh operasi mesin dc yang baik, Permukaan “carbon brush” nampak licin dan
mengkilat, kondisi permukaan commutator silahkan lihat fig: 9.17

Gambar 9.17
Dense, shinig Slight
porous sliding face

Good commutator

Page(s): 110 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 9.18
Hairlinining
dan grove

Disebabkan oleh
• Low current density of carbon brush (incorrect grade)
• Atmospheric contamination (dust, oil, grease)
• Wrong brush pressure

Gambar 9.19
Broken Edges

Disebabkan oleh:
• Commutator oval
• Fault armature winding
• Segment short circuit
• Vibration

Gambar 9.20
Trailing Edges

Disebabkan oleh:
• Poor commutation
• Shifting neautral Axis
• Fault Interpole Winding
• Short inter segment
• Incorrect spring pressure

Page(s): 111 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 9.21
Copper Nest

Disebabkan oleh:
• Excessive friction
• Incorrect brush pressure
• Fault Interpole Winding
• Incorrect grade
• Softened bar commutator

Gambar 9.22
Eroded brush face

Permukaan Carbon brush tampak terkikis tidak merata dan


permukaannya kasar, disebabkan oleh:
• Overload
• Poor brush contact
• Low spring pressure

Gambar 9.23
Double facing

Disebabkan oleh:
• Posisi brush tidak stabil akibat rumah brush (brush holder)
longgar

Gambar 9.24
Even slot
bar marking

Disebabkan oleh:
• Fault winding
• Wrong carbon grade

Page(s): 112 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 9.25
Starry Commutator

Disebabkan oleh
• Current density yang tidak stabil akibat dari brush spring
yang terlalu lemah
• Grade yang tidak cocok

9.2.2.3 Spring Pressure

Tabel 9.1 Spring Pressure


Spring pressure Application
On Commutator brushes Pounds /
Grams/cm2
Inch2
1 Industruial DC Motors
and generators:
• Surface speed below 25
220 - 300 3.0 – 4.0
M/s
• Surface speed ≥ 25 m/s 300 – 440 4.0 – 6.0

2 Fractional Horse Power 300 – 500 4.0 – 7.0

3 Traction Motors 430 – 720 6.0 – 10.0

4 AC Commutator motor 200 – 250 2.75 – 3.5

5 Slip ring brushes


• Induction wound rotor
180 – 250 2.5 – 3.5
motor
• Alternator excitation
220 – 250 3.0 – 3.5
rings
• Power generation (high
160 – 200 2.25 – 2.75
speed)

9.3 Unbalance correction


Seperti apa yang telah diterangkan sebelumnya pada BAB 8 Vibration, bahwa vibrasi
dapat disebabkan oleh factor mechanic dan electric.
Vibrasi hanya dapat dikoreksi dengan metode yang sesuai dengan sumber/
penyebabnya, misalnya: vibrasi yang disebabkan oleh factor electric tidak dapat
dilakukan dengan perbaikan mechanic seperti, perbaikan alignment, dynamic
balancing dll, demikian sebaliknya.

Unbalance secara umum didifiniskan sebagai:


Distribusi berat dari suatu benda berputar yang tidak merata terhadap “CENTER
LINE” atau dengan kata lain: Bahwa “SHAFT AXIS DAN CENTRAL PRINCIPAL
AXIS ROTOR” tidak simetris

Page(s): 113 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Salah satu penyebab yang paling banyak dijumpai dilapangan dari sumber vibrasi
selain mis-alignment adalah, “unbalance rotor”.

Ciri-ciri unbalance yang disebabkan oleh unbalance rotor, adalah:


• Vibrasi timbul pada frequency 1 x CPM
• Arah vibrasi radial
• Phase / sudut vibrasi pada sisi NDE dan DE searah (sephase)
• Amplutodo vibrasi stabil
• Jika power dimatikan maka vibrasi akan mengilang secara perlahan

Kasus unbalance rotor dapat ditimbulkan pula oleh pemanasan lebih pada benda putar
yang pemanasannya tidak merata.

Cara koreksi yang disebabkan oleh “unbalance rotor” adalah dengan cara melakukan
“dynamic balancing”.
Secara teoritis balancing harus dapat mengembalikan “central principal axis (axis titik
berat benda berputar) terletak satu sumbu dengan sumbu putar, tetapi dalam
kenyataannya yang disebabkan oleh batas ketelitian mesin, penempatan counter
weight dan letak titik berat benda yang tidak diketahui menyebabkan koreksi yang
dilakukan dengan dynamic balancing tidak dapat membuat principal axis benar-benar
dalam satu sumbu dengan sumbu putarnya.

Walaupun demikian koreksi dengan menggunakan dynamic balancing dapat


“meminimize” unbalance yang terjadi.

Standarisasi yang digunakan untuk melakukan dynamic balancing adalah:


1. ISO 1940
2. API 616 atau 611

Jika suatu benda berputar (rotor) ditambahkan benda pada permukaan rotor dengan
berat (“x – gram”) dan diletakkan pada jarak (“R – mm”) dari sumbu putarnya, maka
pada saat rotor tersebut diputar, benda yang ditempatkan pada rotor itu akan
menimbulkan gaya centrifugal sebesar:

F = 0.01 X W X R X (RPM/1000)2

F : Kg
W : Unbalance weight in gram
R : radius in mm,

Residual Unbalance yang masih diizinkan pada benda berputar sangat tergantung
pada:
• Berat benda berputar (Kg)
• Actual speed (RPM)
• Diameter (mm)

Jika koreksi unbalance menggunakan standard ISO 1940, maka residual unbalance
per plane (journal) ditentukan dengan formula sbb:

Ub × W
R eU =
2R

ReU : Final unbalance in grams


Ub : Residual unbalance in gr-mm/kg

Page(s): 114 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

R : Jari-jari benda berputar dalam mm


W : Berat rotor dalam kg

Jika koreksi unbalance menggunakan standard API 616 atau 611, maka residual
unbalance per plane (journal) ditentukan dengan formula sbb:

U max =(4 x W )/ N

U max : Residual unbalance max (once-inches or gram – mm)


W : Journal Static Weight Load (Lb or Kg)
N : Max Continuous Speed (RPM)

Jika berat statik aktual tidak diketahui disetiap journal maka, berat rotor keseluruhan
dibagi 2 plane dengan sama besar.

9.3.1 Balance Quality ISO 1940

Balance Quality Menurut Standard ISO 1940


G100
Crankshaft fast diesel engine (piston velocity > 9 m/s) 6 or more cylinders
G40 Car wheels, crankshaft (car / truck / locomotive)
G 16
Propelller shaft, garden shaft, parts crushing machine, parts agricultural
machine, individual component of engine (gasline or diesel) for car, truck,
locomotive
G 6.3
Normal Electrical Armature (small, medium large electric armature), marine
main turbine gear, centrifuge drum, paper machinery rolls, print rolls, fan,
flywheel, pump impeller
G 2.5
Gas and steam turbine, incl. marine main turbine, rigid turbo generator rotor,
turbo compressor, machine tool drive, medium and large electric armature with
special requirement, turbo drive pump.
G 1.0
Precision Balancing Î Tape recorder and phonograph, grinding machine,
small electric armature with special requirment
G 0.4
High Precision Balancing Î Spindle, disk, armature of precision grinder,
Gyroscope

Perhitungan residual unbalance yang masih diizinkan pada setiap plane (journal)
benda berputar dengan menggunakan Standard ISO. 1940

Contoh:
Berat rotor = 100 Kg
Diameter rotor = 500 mm
Putaran actual rotor = 1500 RPM
Berapa residual unbalance yg diizinkan

Jika rotor dikategorikan sebagai mesin dengan grade 6.3 ISO 1940, Ub berdasarkan
ISO 1940 untuk putaran 1500 RPM, adalah = 31.5 gr-mm / kg (lihat grafik).

31.5(gr − mm/kg) × 100kg


R eU = = 6.3gr
500mm

Page(s): 115 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Residual unbalance yang masih di izinkan pada setiap plane (journal), untuk rotor
dengan berat 100 kg, diameter 500 mm, dan putaran 1500 RPM, sesuai dengan
standard ISO 1940. Grade 6.3, adalah: 6.3 gram

Maximum permissible residual unbalance ISO 1940 / 1 - 1986

Gambar 9.26
Permisible residual
unbalance chart

Page(s): 116 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

9.3.2 Balance Quality API 616

Ruang lingkup Standard API 616,

Digunakan untuk “refinery services gas turbine”, salah satunya adalah untuk verifikasi
dan analisa vibrasi dan balancing.

9.3.2.1 Aplikasi balancing dengan standard API 616

• Shaft
• Piringan (disk)
• Drums
• Komponen “blade” yang terpasang pada shaft
• Rotor

Jika sebuah shaft akan dilakukan dynamic balancing secara individu, dan jika shaft
tersebut menggunakan “single key way” maka key shaft harus dipasang penuh sesuai
ukuran lubang key shaft (tidak boleh menonjol dan tidak boleh kurang).
Dan jika shaft memliki lebih dari 1 key shaft dan posisinya tidak berlawanan 180 0
maka seluruh key shaft harus dipasang dengan sempurna, lihat illustrasi pemasangan
key shaft berikut.

Gambar 9.27
Illustrasi Key shaft

9.3.2.2 Prosedure

• Rotating part harus dibalancing pada multi plane


• Maximum residual unbalance per plane harus dikalkulasi dengan persamaan
seperti yang telah disebutkan sebelumnya (lihat bab. 9.3)
• Jika mesin balancing telah menunjukkan residual unbalance sesuai dengan
toleransinya, maka residual unbalance pada rotor harus dicek sebelum rotor
diturunkan dari mesin balancing
• Residual unbalance cek harus dilakukan pada setiap plane dengan menggunakan
“trial weight” seberat 1 atau 2 kali residual unbalance yang diizinkan
• Residual unbalance cek harus dilakukan pada 6 atau 12 posisi dari setiap plane
dengan radius sama besar dengan “correction plane”

Contoh

Berat rotor = 100 Kg


Diameter rotor = 500 mm
Putaran actual rotor = 1500 RPM
Berapa residual unbalance yg diizinkan menurut standard API 616

Di asumsikan balancing speed = 600 RPM


Maximum speed rotor (actual speed) = 1500 RPM

Page(s): 117 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Umax = Maximum Allowable Residual Unbalance


Umax = 4xW/N
= 4 x 100 / 1500
= 0.26 gram - mm

Jika “correction weight” akan ditempatkan pada 200 mm dari sumbu

R = 200 mm

Trial unbalance (2 x Umax )


= 2 x 0.26 gr-mm
= 0.52 gr - mm

Trial unbalance weight = Trial unbalance / R


= 0.52 gr-mm / 200 mm
= 0.0026 gram

Tabel 9.2 Position Amplitudo Phase angle


Test data 1 10 250
2 20 270
3 15 330
4 8 15
5 5 120
6 12 215

Graphic Analysis

Step 1 Buat plot dari data test pada polar chart yang sudah disediakan, buat
skala terbesar dan terkecil dari hasil test dihitung rata2 dari
pengurangan amplitude terbesar dng terkecil.
Amplitudo terbesar = 18
Amplitudo terkecil = 5
Amplitudo rata-rata = (18-5)/2 = 6.5
Buat sketsa data test kedalam lingkaran plot sesuai dengan besar
amplitude dan sudutnya.

Step 2 Sket lingkaran (lingkaran dibuat sebulat mungkin) pada polar chart,
dimulai dari “amplitude terbesar” menuju 5 titik amplitude yang lain.

Step 3 Ukur diameter lingkaran kedalam satuan skala yang diperoleh dari sket
lingkaran pada step 2 (tarik garis lurus kearah horizontal, dari amplitude
terbesar melalui titik pusat lingkaran plot menuju garis lingkaran yang
arahnya berlawanan dng. Titik amplitude terbesar)Î lihat sket

Step 4 Catat trial unbalance dari data diatas


Step 5 Trial unbalance pada step 4 kalikan 2
Step 6 Hasil pada step 5 di bagi hasil step 3

Page(s): 118 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 9.28
API 616
Polar Charts

23 Unit skala

Skala polar chart

Amplitudo terbesar = 20
pada 270°

Step 3 : Circle diameter = 23 unit skala


Step 4 : Trial unbalance (2xUmax) = 0.52 gr - mm
Step 5 : Trial unbalance x 2 = 1.4 gr – mm
Step 6 : Hasil 5 di bagi hasil step 3 = 0.061 Scale factor

Actual residual unbalance dihitung, dari hasil step 1 x hasil step 6

Actual residual = 6.5 x 0.061 = 0.397 gram

Page(s): 119 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

9.3.2.3 Applikasi dynamic balancing

Koreksi balancing dengan standard ISO 1940 G. 2.5 dan 6.3

Gambar 9.29
Aplikasi
Balancing
ISO 1940

Roll dan Impeller

Rotor compressor dan Electric rotor

Koreksi balancing dengan standard API 616

Gambar 9.30
Aplikasi
balancing
API 616

Rotor turbin dan Multi stage pump

Page(s): 120 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

9.4 Winding Correction


9.4.1 Rewinding Mesin LV / MV

9.4.1.1 Rewinding Stator

Langkah 1
Persiapan rewinding LV

Check connection winding dan gambar connection


Hitung jumlah group winding
Ukur dimensi over hang pada sisi DS / NDS dan panjang winding pada core
stator
Hitung pitch coil
Potong winding pada sisi end connection
Hitung jumlah turn per coil
Ukur dimensi (diameter) kawat yang digunakan jika kawat yang digunakan
dari jenis “round wire”, dan ukur P x L jika kawat yang digunakan kawat
persegi
Cabut semua coil lama
Timbang berat coil lama untuk memperhitungkan jumlah kawat yang akan
di pakai

Gambar 9.31
LV Winding
preparation

Pada mesin MV dan HV normalnya menggunakan coil dengan kawat persegi


(rectangular wire), ketepatan dimensi coil sangat (tebal, lebar, tinggi dan
panjang coil) diperlukan agar coil dengan mudah dimasukkan ke dalam slot dan
dapat duduk dengan pas dan kencang (tidak longgar).
Informasi yang sangat diperlukan dalam pembuatan coil untuk mesin MV dan HV
adalah:
Connection winding
Winding turn
Pitch coil
Slot dimension (W, H, D)
Overhang dimension
Wedges dimension
Untuk selanjutnya silahkan lihat Annex 1: “Stator Coil Data Sheet”

Langkah 2
Cleaning core

Bersihkan core dari bekas isolasi hingga bersih


Test core dengan “ring flux test”

Page(s): 121 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Jika ditemukan adanya kenaikan suhu pada saat di test dengan ring flux,
perbaiki core hingga tidak ada kenaikan suhu yang ektrim, standarisasi
suhu core lihat di BAB inspection (Standard VDE 0530, lihat hal 12)
Cuci core dengan steam water jet hingga semua kotoran bersih
Masukkan core ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 1000 C
Keluarkan core dari oven dan lapisi core dengan “insulation painting”
dengan cara spraying

Gambar 9.32
Core inspection

Langkah 3
Persiapan Rewinding

Buat lapisan isolasi kertas untuk slot, intermediate slot, fiiler, overhang
dan wedges
buat coil winding sesuai dengan data sebelumnya, yaitu: dimensi kawat,
jumlah turn per group, jumlah group
masukkan semua kertas isolasi untuk dasar slot
masukkan semua coil winding dan intermediat isolasi, filler dan wedges
test coil sebelum di koneksi antar coilnya, test pada phase ini meliputi:
• test isolasi
• test Rdc
• test surge

Gambar 9.33
Re-Winding

Langkah 4
Connection

Gabungkan semua coil yang akan dijoint dan ikat dengan kawat email
dengan baik, rapikan ujung-ujung coil
Koneksi coil dengan menggunakan silver welding
Jika welding connection sudah selesai, test hasil connection seperti test
sebelumnya, termasuk test polarity
Rapikan end connection welding dan bungkus dengan insulation tape a.l.
kapton, mica tape, dan glass tape

Page(s): 122 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Rapikan end winding connection dan ikat dengan menggunakan bending


rope pada overhang winding dan tambahkan blocking coil jika diperlukan,
lakukan juga pada sisi DS
Sekali lagi test Insulation resistance

Langkah 5
Varnishing

Sistim ini sangat menentukan life time dari mesin disamping penggunaan
material isolasi nya, untuk varnish pergunakan varnish sesuai dengan thermal
class dari mesin, normalnya 1 tingkat lebih tinggi dari sistim thermal class dari
mesin
Metode yang digunakan untuk varnishing ada 2 macam, yaitu:
Metode double dipping (dua kali celup)
Metode Vacuum Pressure Impregnation (VPI)

Varnishing double dipping

• Masukkan winding kedalam oven dan set oven s/d 1000C selama 2
jam.
• Keluarkan winding dari oven diamkan sejenak +/- 10 menit.
• Masukkan ke dalam tangki varnish dengan posisi vertikal, celup
winding hingga semua winding terbenam didalam varnish.
• Biarkan beberapa saat sampai semua gelembung udara yang timbul
dari celah-celah winding hilang sama sekali.
• Angkat winding dari tangki dan biarkan agar varnish menetes hingga
tetesannya tidak banyak
• Masukkan kembali winding ke dalam oven, set suhu oven pada
1500C (jika winding memilki thermal class F) diamkan selama 4 jam.
• Keluarkan winding dan diamkan sejenak diluar oven dan kembali
lakukan varnishing seperti langkah sebelumnya (langkah 2-7)
• Kelurkan dari oven dan lapisi winding dengan Insulation painting
dengan cara spraying
• Bersihkan semua kotoran varnish yang menempel pada bagian-
bagian yang tidak perlu, misal: pada frame, pada permukaan slot
• Setelah winding dingin, lakukan test ulang seperti test sebelumnya
dan test Hi-Pot, (standarisasi test Hi-Pot lihat BAB 7.1.7)
• Stator winding siap untuk assembling

Gambar 9.34 Dip - Varnish Specification


Double dipping
varnish Brand : Schenectady
Type : ISONEL 885
Composition : Modified polyester
Thinner : Xylol
Viscosity @ 250C : 250-375
Thermal class : H (1800C)
Dielectric strength : Dry 4700 V
Volt / 25 micron Wet 4118 V
Curing cycle : 1 - 4 hours
@105-1650C
Bond Strength : at 250C, 22.2 Kg
at 1500, 4.9 Kg

Page(s): 123 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Varnishing dengan metode VPI

Lakukan pre heating seperti pada langkah awal pada double dipping
Persipkan VPI tank
Masukkan Stator winding pada VPI tank, pompa VPI sampai tekanan
+/- (-1 s/d -2 atm)
Biarkan kira-kira selama 20 menit
Angkat stator winding dari VPI dan panaskan dalam oven, set
temperature pada 1500C selam 8 jam
Kelurkan dari oven dan smprotkan lapisan insulation painting, setelah
dingin lakuakn test seperti pada double dipping, stator siap di
assembling

Gambar 9.35 VPI - Varnish Specification


VPI
Brand : Schenectady
Type : ISONEL 772MA
Composition : unsaturated polyester
Thinner :N/A
Viscosity @ 250C : 50 – 70
Thermal class : H (1800C)
Dielectric strength : Dry 3190 V
Volt / 25 micron Wet 1930 V
Curing cycle : ¼ - ¾ hours
@105-1750C
Bond Strength : at 250C, 14 Kg
at 1500, 1.0 Kg

Langkah 6.
Perbaikan Rotor dan perlengkapan motor sebelum di Assembling

Jika rotor dari stator yang sedang diperbaiki adalah merupakan wound rotor,
sebaiknya rotor juga dilakukan perbaikan isolasi / “revarnishing” dan cleaning.
Revarnishing pada wound rotor dilakukan seperti pada stator, cukup dengan
double dipping varnishing, lakukan prosedure varnishing seperti sebelumnya

Resizing journal bearing

Jika hasil inspection menunjukkan adanya toleransi minus dari standarisasi yang
ada pada journal bearing (berlaku untuk semua tipe rotor), sebelum rotor di
assembling, sebaiknya journal diperbaiki agar bering dengan fit terpasang pada
journal.

Cara perbaikan journal dapat dilakukan dengan beberapa cara:


Metal spray (untuk bearing dengan type non sleeve)
Metal Powder coating
Cold welding dan roll welding untuk bearing type sleeve

Metode metal spray


Under cut bagian yang akan di spray dibentuk seperti ulir dengan
kedalaman kira-kira 1-2 mm
Panaskan bagian yang akan diperbaiki dengan acetylene cara memutarnya
diatas mesin bubut agar panas yang terjadi dapat merata

Page(s): 124 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Lapisi bagian yang berdekatan dengan bagian yang dipanasi dengan bahan
anti panas, agar panasnya tidak menjalar pada bagian tsb
Putar rotor dengan putaran konstan, lalu semprotkan metal cair (umumnya
menggunakan Molibdenium 60) pada bagian yang akan diperbaiki
Dinginkan rotor dengan tetap memutarnya
Machining dan Polish bagian yang diperbaiki hingga dicapai dimensi yang
dikehendaki

Gambar 9.36
Metal Spray
bearing journal

Resizing bearing housing

Jika bearing housing sudah out-tolerance, sebaiknya bearing housing di perbaiki


sebelum housing diassembling, agar bearing tidak bergerak didalam housing.
Metode yang paling umum dipakai adalah dengan cara re-bushing

Dynamic balancing

Idealnya jika pendistribusian berat di dalam komponen benda yang berputar


didistribusikan secara merata, maka kasus unbalance rotor tidak ada, tetapi
dalam kenyataan lapangan tidak lah demikian karena disebabkan oleh banyak
faktor, a.l:
Mutu casting pada metal
Penambahan baut di banyak tempat dengan berat dan sudut yang tidak
sama dan merata
Penambahan varnish dan benda lain pada rotor

Seperti apa yang telah diterangkan pada balancing concept (lihat pada BAB
sebelumnya tentang Vibration), semua benda berputar termasuk kompenen
yang menempel padanya harus di balancing.

Langkah 7
Assembly

Dalam melakukan assembly stator dan rotor berikut komponennya gunakan


peralatan yang sesuai. Pada saat memasukkan rotor ke dalam stator lakukan
dengan hati-hati agar rotor tidak menyentuh permukaan core / winding stator.
Dan perhatikan ujung magnetic core rotor agar duduk tepat dengan ujung
core stator

Page(s): 125 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 9.37
Assembly
Stator-Rotor

Gambar 9.38
Posisi end core
rotor tegak lurus
terhadap end
core stator

Pemasangan non sleeve bearing, pergunakan peralatan yang baik agar pada
waktu pemansan bearing, panas yang timbul dapat menyebar secara merata
diseluruh permukaan bearing, karena bearing adalah komponen yang sangat
peka terhadap thermal stress.
Pada waktu memasukkan bearing ke shaft jangan sekali-kali di pukul dengan
benda keras karena akan merusak bearing.

Gambar 9.39
Pemasangan
Bearing dengan
bearing heater

Langkah 8
Running Test

Prosedur terakir adalah running test, jika memungkinkan dilakukan lakukan test
running berbeban, pada test ini dapat digunakan untuk melihat performance
motor sesuai aslinya.

Page(s): 126 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 9.40
Running Test

9.4.1.2 Rewinding Wound Rotor

Wound rotor mesin listrik a.l


• Rotor Motor Slipring
• Rotor Generator (AC / DC)
• Rotor Motor DC

Untuk proses proquirement dan manufacture silahkan lihat “Data sheet rotor
winding annex. 2”

Prosedur Rewinding Wound Rotor

Prosedure rewinding sama dengan rewinding stator LV/MV, Berikut adalah langkah –
langkah rewinding Rotor Motor Slipring atau Motor DC:

Buka bending rotor


Lepas connection ke slipring
Lepas connection winding dan data connection
Cabut semua wedges, dan lepas winding dari slot, data winding seperti pada
prosedure sebelumnya.
Laukan prosedure selanjutnya sampai pada proses winding.
Ikat winding dengan baik dan pasang wedges
Lakukan koneksi winding dengan welding atau solder,
• Jika winding slipring menggunakan “round wire” koneksi winding bisa
menggunakan solder atau acetylene-silver welding
• Jika winding dc rotor menggunakan “round wire” koneksi winding ke
commutator dapat menggunakan solder-timah, perhatikan posisi rotor
diletakkan mendatar dengan posisi commutator lebih rendah dari sisi DS
• Jika winding pada rotor (slipring / dc), koneksi harus menggunakan silver
welding atau Spot welding
Lakukan preheating untuk proses re-bending (preheating dilakukan k.l 1 jam
pada suhu 75oC, kemudian bending pada kedua sisi end winding.
Lanjutkan dengan prosedure varnish dan oven
Finishing rotor dengan ISONNEL 300
Machining slipring dan commutator (khusus untuk slipring dan dc rotor)
Skimming commutator slot dengan kedalaman 2-6 mm (tergantung dimensi
commutator) dengan sudut slot 45o
Assembly semua rotational part pada rotor untuk dibalancing

Page(s): 127 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 9.41
Rewinding Slipring
motor cylindrical
pole rotor generator

Gambar 9.42
dan DC Rotor

Gambar 9.43
Re bending
rotor winding

Gambar 9.44
Skimming
Commutator

Page(s): 128 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Rewinding Salient Pole Rotor Generator

1. Fixed type rotor core

Connection pada rotor generator selalu dihubungkan seri, langkah – langkah untuk
rewinding rotor:

Langkah 1
Melepas winding lama

Potong semua koneksi


Lepas semua V-Block
Lepas winding dari rotor core
Data jumlah layer dan hitung jumlah turn dari setiap-layer winding
Catat dimensi kawat yang digunakan, pada umumnya winding rotor
menggunakan kawat persegi

Langkah 2
Cleaning core

Bersihkan core dari sisa – sisa winding insulation dan varnish


Cuci core hingga bersih
Masukkan oven dan setting suhu oven pada 1000C set waktunya untuk 1
jam
Keluarkan core rotor dari oven lalu lapisi core dengan insulation painting

Langkah 3
Persiapan rewinding

Buat lapisan isolasi kertas untuk dasar core winding


Tempatkan rotor pada meja winding dan pasang kawat winding pada roll
Tahan kawat winding dengan tekanan tertentu sesuai dengan dimensi
kawat dan kecepatan putaran meja winding
Rewind rotor sesuai dengan data rotor aslinya, ikat semua kawat winding
di setiap layer winding dengan bending rope
Test winding (Ris dan Rdc)
Lakukan untuk pole berikutnya

Langkah-4
Test winding sebelum varnishing

Test Rdc
Test Insulation Resistance
Test Surge
Test impedance
• dc voltage drop test
• ac voltage drop test

Prosedure test lihat Bab sebelumnya

Langkah 5
Varnishing

Untuk selanjutnya varnishing, oven dan assembly lihat prosedure sebelumnya

Page(s): 129 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 9.45
Fixed core Salient
Pole rotor Generator

2. Rewinding rotor generator salient pole type bolted atau T-head

Seperti pada fixed type rotor, lepas semua koneksi rotor, v-block dan data
semua winding rotor, untuk mempermudah rewinding rotor core type ini dapat
dilepas dari rotor yoke. Lakukan semua pendataan winding setelah rotor core
dilepas dari rotor yoke.

Bersihkan semua kotoran yang menempel pada rotor core hingga bersih,
kemudian masukkan oven dan setting oven seperti prosedure sebelumnya dan
lapisi core dengan insulation painting.
Buat lapisan kertas isolasi seperti pada fixed type core untuk dasar core dan
gunakan material sesuai dengan thermal class nya, jangan sekali-kali
menggunakan material yang memilki thermal class dibawah thermal class mesin.
Persiapkan kawat winding dan pole rotor pada mesin rewiniding, gunakan
tekanan kawat sesuai dengan dimensi kawat dan kecepatan putaran mesin
winding.

Gambar 9.46
Persiapan rewinding
rotor bolted type
core rotor

Tempatkan rotor pole dimeja rewinding dan ikat dengan baut kuat-kuat dan
tempatkan kawat winding dengan jarak yang cukup untuk movement orang,
clamp kawat dengan alat jepit yang dapat dimonitor tekanannya, jaga tekanan
kawat agar stabil disemua putaran mesin winding, pada contoh kasus ini besar
tekanan k/l 10 -15 kg.

Page(s): 130 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Gambar 9.47
Proses Rewinding
rotor

Langkah selanjutnya adalah, assembling ke rotor yoke, testing, varnishing dan


balancing.

Gambar 9.48 Rotor pole di assembling ke rotor


Rewinding process yoke, perhatikan moment baut
rotor, jika tidak ada data mengenai
moment dari manufacture,
pergunakan data moment pada
saat melepas sebelum rewinding

Setelah proses varnish dan oven


selesai sebagai langkah terakir dari
proses varnishing, lapisi winding
dengan insulation painting.

Testing hendaknya dilakukan


disetiap progress pekerjaan
rewinding agar jika ditemukan
masalah dapat diketahui secara dini
dan perbaikannya akan jauh lebih
mudah dan murah, prosedure test
lihat Bab sebelumnya.

Page(s): 131 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

Insulation Painting Specification

Brand : Schenectady
Type : ISONEL 300 red
Composition : Modified polyester
Thinner : Xylol
Viscosity @ 250C : 135 - 145
Thermal class : -
Dielectric strength : Dry 1000 V
Volt / 25 micron Wet 350 V
Curing cycle : 1 - 8 hours air dry
Bond Strength :-

Oil proof finishing enamel good adhesion to insulating and metalic suitable for finising
Class H machine

Langkah terakhir sebelum rotor di Assembling, baik untuk rotor DC, AC motor maupun
Generator adalah dynamic balancing, (lihat pada bab sebelumnya untuk “dynamic
balancing correction”).

9.4.2 Rewinding HV Stator (Voltage ≥ 4000 Volt

Coil HV agak sedikit berbeda dengan MV/LV coil, pada semua mesin HV pada
umumnya dilapisi dengan anti partial discharge insulation, yang berfungsi sebagai
discharge jika terjadi over voltage dan pelepasan elektron yang terjadi pada winding
coil ke ground. Fenomena partial discharge hanya terjadi pada mesin yang memilki
tegangan ≥ 4000 V

Gambar 9.49
HV Coil Winding

Kriteria HV Coil test silahkan lihat BAB 7. Prosedure rewinding tidak jauh berbeda
dengan LV atau MV winding, kecuali pada sistim varnishing, pada coil HV tidak
dibenarkan untuk divarnish, karena varnish akan melapisi / menutupi lapisan partial
discharge coil, dan akan mengakibatkan lapisan tersebut tidak akan bekerja.

Laksanakan prosedure rewinding pada LV/MV dari langkah 1 s/d langkah 4, yaitu:
Data winding
Remove winding lama
Cleaning
Persiapan rewinding dan testing
Assembly

Data yang diperlukan pada HV coil atau type coil lain baik MV/LV yang terbuat dari
square wire proses manufacture dan proquirement (lihat Annex 1. Stator Data Sheet)
Core dimension (Length, Inner diameter)

Page(s): 132 of 133


ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi

No of slot
Slot Dimension (W, H)
Slot direction skewing (R/H) or none
Winding connection data
Coil wire dimension (W x D)
No of turn
No of group
No coil per group
Coil pitch
Overhang dimension (DS/NDS)

Core stator untuk HV machine, tidak boleh dilapisi insulation painting kecuali hanya
pada permukaan core saja.

Untuk mengukur skewing pada slot gunakan mistar diletakkan diatas slot kemudian
ditarik garis lurus pada satu slot, kemudian ukur skewing slot, kearah kanan / kiri,
(besar skewing biasanya = 1 slot)

Pada saat memasukkan winding coil ke slot stator, agar di lakukan dengan hati-hati
agar partial discharge insulation tape tidak terkelupas atau lecet.

Gambar 9.50
Core preparation

Connection
Untuk connection winding yang menggunakan coil dari jenis “rectangular wire” (baik
untuk LV maupun HV winding) gunakan spot welding dengan perak sebagai media
welding. Langkah selanjutnya lakukan seperti pada rewinding prosedure pada LV dan
HV, tanpa varnishing process

Gambar 9.51
Welding connection

Page(s): 133 of 133

You might also like