Professional Documents
Culture Documents
KSI - Total Maintenance Electric Machinery's
KSI - Total Maintenance Electric Machinery's
Office& Workshop:
Jl. Pegangsaan Dua, KM 3.5 Komplek Metrik, Kelapa Gading Jakarta 14250
Tel: (62-21) 4604304 Fax: (62-21) 4604309, e-mail: kartikasi@indo.net.id
PT. KARTIKA SISTIM INDAG
KSI Services Provided Workshop for Electro Mechanical Equipment
DAFTAR ISI
7 Inspeksi 56
7.1 Measurement Inspection 56
7.2 Visual Inspection 74
8 Vibrasi 84
8.1 Prinsip vibrasi 84
8.2 Prinsip unbalance 86
8.3 Analisis vibrasi 90
8.4 Vibration chart table 98
9 Troubleshooting dan Koreksi 102
9.1 Generator 102
9.2 Motor 107
9.3 Koreksi Unbalance 115
9.4 Koreksi Winding 123
Page: i of ii
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Page: ii of ii
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Ellectrical Salient
Machinery’s Pole Rotor
3 Phase Self
Excitation
Generator
External
Excitation
Rot. AC
Machine
Cyl. Pole
Motor Slipring
Motor
Single phase Asynchronous
Maintenance
Squirrel
Winding Cage
Synchronous
LV
MV/HV
Motor Series/
Traction
Rot. DC
Machine
Generator Compound
Power
Transformer Distribution
Instrument
Page: 1 of 135
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Gambar 2.1
Single phase motor
Auxiliary winding mempunyai tahanan lebih tinggi dibanding dengan main winding,
dan arus yang mengalir pada masing-masing winding saling membentuk sudut (besar
sudut tergantung pada impedansi winding). Arus aux-winding (Ia) akan leading
terhadap main winding (Im), dengan demikian medan magnit yang akan timbul
didalam stator untuk pertama kali akan mencapai maximum, sesuai dengan arus (Ia)
pada auxiliary winding.
Arus main-winding (Im) akan lagging terhadap auxiliary winding (Ia), dengan
demikian medan magnit yang akan timbul didalam stator untuk yang kedua akan
mencapai maximum, sesuai dengan arus (Im) pada main-winding.
Gambar 2.2
Starting with
Aux winding
Page(s): 2 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Winding current yang terjadi pada stator merupakan penjumlahan secara vektor dari
(Ia) dan (Im), arus ini akan menimbulkan berputarnya medan magnit di dalam stator.
Perputaran medan magnit akan menyebabkan rotor berputar.
Setelah rotor berputar maka switch akan diputus, biasanya switch ini menggunakan
centrifugal switch yang akan membuka pada putaran +/- 75% dari putaran nominal.
Karena auxiliary winding hanya digunakan sebagai alat start, dimana untuk
mendapatkan resistansi yang tinggi digunakan kawat yang lebih kecil dari main
winding dan untuk mendapatkan reaktansi rendah di letakkan di slot bagian atas.
Motor jenis ini disebut sebagai motor “Split-phase”, dan memiliki karakteristik starting
torque yang cukup baik dengan arus start yang cukup kecil.
Motor jenis banyak diaplikasikan untuk:
• Fan
• Blower
• Centrifugal pump
• Peralatan rumah tangga
Motor ini memiliki kapasitas antara 40 s/d 400 watt
Running correction
Salah satu cara untuk memperbaiki kinerja (running dan starting) motor single phase
split phase motor adalah dengan cara menambah capacitor (lihat skema dibawah),
motor type ini disebut “capacitor motor”.
Capacitor disini digunakan untuk memperbaiki pergeseran phase waktu antara arus
main winding dengan auxiliary winding. Arus starting capacitor akan mempunyai beda
sudut 90° dengan arus main winding.
Motor jenis capacitor motor banyak diaplikasikan untuk:
• Refrigerator
• Pompa
• Compressor
Gambar 2.3
Running capacitor
Supaya rotor pada single phase asynchronous motor dapat berputar, selain digunakan
auxiliary winding juga dilakukan beberapa cara lain, yaitu:
• Shaded pole
• Reluctance
• Hysteresis
Shaded pole motor biasanya memiliki salient pole stator pada sebagian pole dari
setiap pole di hubung singkat dengan menggunakan belitan kawat.
Arus yang diinduksikan kedalam shading coil menyebabkan flux dari bagian yang tidak
dishort akan menjadi lagging terhadap bagian lainnya, akhirnya akan terbentuk
medan putar yang terjadi pada pole yang tidak di short dengan pole yang di short dan
akan menyebabkan rotor berputar dengan torsi kecil.
Page(s): 3 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Motor ini memiliki effisiensi rendah dan harganya mahal, kapasitasnya sampai dengan
40 watt
Gambar 2.4
Shaded pole
Motor jenis ini sangat jarang dijumpai, prinsip kerjanya seperti pada motor induksi
biasa dengan rotor squirrel cage.
Sebetulnya konstruksi motor ini tidak berbeda jauh dengan capacitor start motor,
kalau pada capacitor start motor menggunakan “sq type rotor” maka pada motor ini
menggunakan rotor cylindris tanpa teeth dan bar penghantar seperti pada “sq” rotor.
Gambar 2.5
Reluctance motor
Yaitu dengan cara membuat asimetris air gap, cara kerjanya bisa dianalogikan seperti
motor squirrel cage yang pada sebagian teeth dan bar rotor dilepas, rotor akan
berputar karena adanya perbedaan sudut phase di dalam air gap.
Resistance
(ρ L)
R =
q
R : Resistance (Ω)
ρ : tahanan jenis (Ω mm2/m)
ρ Cu = 8.89 (Ω mm2/m
ρ Al = 2.709 (Ω mm2/m)
Page(s): 4 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Gambar 2.6
Rangkaian listrik
Page(s): 5 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Gambar 2.7
Power dan
power factor
V = VR + VC + VL
= IR + jlXL - jlXC
= I(R + j(XL - XC)
V
= R + j(XL − XC)
l
J = −1
Z = R + j (XL - XC)
= R 2 + (XL - XC)2
Rangkaian 3 phase
Gambar 2.8
Rangkaian 3 phase
VR = VS = VT = Vph
VRT = VT Cos 30 + VR Cos 30
= 2 Cos 30 Vph
1
= 2x 3 Vph
2
= Vph − ph
= 3 Vph
Page(s): 6 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
3 Winding Machine
Karena sifat sistim isolasi terhadap tegangan mesin listrik maka winding
dikelompokkan atas tegangan kerja mesin:
• Winding tegangan rendah ≤ 1000 volt
• Winding tegangan menengah 1000 < V < 4400 Volt
• Winding tegangan ≥ 4400 volt
Konstruksi winding tegangan menengah dengan tegangan rendah tidak ada perbedaan
yang signifikan kecuali pada kawat windingnya.
Pada mesin tegangan menengah memilki rapat flux jauh lebih besar dibanding LV
mesin, karena keterbatasan konstruksi slot stator jumlah turn winding pada MV/HV
mesin tidak mungkin dibuat banyak, oleh karenanya winding pada MV/HV mesin
dibuat dari kawat berpenampang besar normalnya dari kawat persegi.
Lain halnya pada mesin LV, karena mesin LV memiliki rapat flux rendah, maka turn
winding dapat dibuat banyak, dan pada umumnya winding mesin LV dibuat dari kawat
bulat (“round wire “).
Walaupun demikian pada mesin LV ada juga yang menggunakan winding kawat
persegi (“square wire”).
Klasifikasi isolasi mesin listrik selain di kelompokkan atas tegangan kerja juga
diklasifikasikan atas temperatur kerja:
• Class A Suhu max yang diizinkan = 105 ºC
• Class E Suhu max yang diizinkan = 120 ºC
• Class B Suhu max. yang diizinkan = 130 ºC
• Class C Tidak dispesifikasikan secara khusus, umumnya lebih dari 200 ºC
• Class F Suhu max. yang diizinkan = 155 ºC
• Class H Suhu max. yang diizinkan = 180 ºC
Page(s): 7 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Wire type
Machine type
PVF PEW EIW UEW SBUW
Dry type transformer 9 9 9 - -
Oil immersed
9 - 9 - -
Transformer
Measuring Instrument 9 9 9 9 9
Coil for communication
9 9 - 9 9
HF Coil
Solenoid magnetic
9 9 9 - -
switch
Tabel 3.3
Type Enamel Base Class Application
Aplikasi round
wire mesin listrik Duroflex
Modified polyvinyl
E
Oil immersed
(Von roll isola) acetal Transformer
Soldex 155 Modified polyurethane F Solder able
Modified
Thermex 180 H Transf. Motors
polyesterimede
Modified Nuclear
Thermex 220 C
polyamideimide application
High thermal
Thermex 240 Polymide C
stress winding
Tabel 3.4
Type Enamel Base Class Application
Aplikasi round
wire mesin listrik Bicosol Polyurethane B Motor, Generator
(ESSEX) Biconester Polyesterimide H Transformer
Bicotherm Modified polyester C Transf. Motors
Oil Immersed
Biconex Polyvinyl Acetal B
Transformer
Polyesterimide
Bicobond 180 H Transformer
modified
Rectangular Conductor
Ref: Essex
Tabel 3.5
Type Enamel Base Class Application
Rectangular
conductor Bicotherm Modified Polyester C
High overload,
(ESSEX) chemical resist.
Good chemical
Biconex Polyvinyl Acetal B
resist
Page(s): 8 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Rectangular Conductor
Ref: Von roll Isola
Tabel 3.6
Type Enamel Base Class Application
Rertangular
conductor Modified polyvinyl Oil immersed
Duroflex E
(Von roll isola) acetal Transformer
Modified
Motors,
Thermex 180 polyesterimede + F
Generator
varnished
Modified
Winding at high
Thermex 220 polyamideimide + H
temperature
varnished
High thermal
Thermex 240 Polymide C
stress winding
Tabel 3.7
Enamel Base +
Covered Type Class Application
Insulation
insulation
rectangular Salient pole
Polyester fused to
wire Single Dacron Winding, Magnet
the conductor and F
Glass coil, DC field,
varnished
armature
Salient pole
Polyester fused to
Double Dacron Winding, Magnet
the conductor and F
Glass coil, DC field,
varnished
armature
Single Fiber Varnished Fiber
F DC field winding
Glass glass filament
Double Fiber Varnished Fiber
F DC field winding
Glass glass filament
NOMEX ® 0.005” (0.127mm) Transformer,
H
(Aramid paper) bonded to conductor Magnet coil
Dry type
Nomex paper
0.013” (.33mm) Transformer,
single dacron H
bonded to conductor Magnet coil,
glass
Armature
Kapton® 0.006” (0.15mm) Traction motor
C
(Polymide Film) bonded to conductor (stator, rotor)
Polyester film 0.013” (0.33mm) For 3.3 & 6.6 kV
B
Single dacron bonded to conductor winding
(0.1 – 0.15)mm
Heavy Polyester AC coil 3.3 / 6.6
Enamel (HPAM) H
Amide Imede coted kV, Field coil
to conductor
(0.25-0.3mm)Sngle
AC Coil 3.3 / 6.6
Dacron glass / (0.3-0.35mm)
H kV, Rotor
over HPAM double Dacron over
winding, Field coil
HPAM
Kraft paper bonded Oil immersed
Kraft paper B
to conductor transformer
0.35mm Mica paper
A.C Coil 6.6 /
MICA and Polyester Film F
11kV
bonded to conductor
DUPONT® Ref: Westral Insulated Products PTY LTD
Page(s): 9 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Insulation Paper
Tabel 3.8
Insulation Name Thermal Electrical Strength
Insulation
paper Kraft Paper 900C Average
0
NOMEX 180 C Good
MICA 2000C Good
0
Polyester (Myosam, Myoflex) 105 C Average
0
Kapton 200 C Good
Gambar 3.1
Jenis insulation
material
Page(s): 10 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Jenis insulation
material
3.2 Winding
3.2.1 Low Voltage winding < 1000 V
Gambar 3.2
Low voltage
winding
Gambar 3.3
High voltage
winding
Partial discharge
Page(s): 11 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Perbedaan MV/LV Coil dengan HV Coil terletak pada lapisan anti partial discharge pada
wall insulation coil.
Partial Discharge
Partial discharge sering disebut sebagai corona merupakan pembentukan ionisasi gas
yang diakibatkan oleh medan listrik yang tinggi.
Corona pada mesin listrik berputar. merupakan perpindahan pelepasan muatan listrik
pada winding dan slot, dengan kecepatan 40 KHz s/d 100 MHz. Fenomena terjadinya
“corona” pada mesin listrik hanya terjadi pada mesin dengan tegangan > 4 kV
Corona akan terkonsentrasi pada winding yang berlainan pasa dan saling
berdekatan, perubahan pisik pada winding akibat terjadinya corona biasanya
pada area tsb, akan terbentuk zat yang serupa “bedak” yang berwarna
kecoklatan.
Partial Discharge
Partial Discharge biasanya terjadi di dalam isolasi mesin yang disebabkan oleh
adanya rongga2 udara, juga pada lapisan2 isolasi yang tidak terikat dengan baik
yang menyebabkan timbulnya ruang diantara isolasi tersebut dan ruang yang
terbentuk akan terisi oleh udara. Partial Discharge lama kelamaan akan
menyebabkan sobeknya isolasi akibat timbulnya pergesekan dan reaksi kimia
yang dihasilkan oleh pelepasan muatan listrik didalam gas.
Slot Discharge
Merupakan pelepasan muatan listrik yang terjadi antara lapisan isolasi coil
dengan dinding slot. Pada sistim mesin listrik arus bolak-balik, konduktor coil
dan permukaan slot saling bereaksi membentuk suatu lapisan seperti pada
sebuah kapasitor, dan akan bereaksi (charging dan discharge) pada frekwensi
jaringan.
Pada umumnya coil yang berdekatan dengan sumber tegangan terminal memiliki
slot discharge lebih tinggi disbanding dengan coil yang berdekatan dengan titik
netral mesin.
Slot discharge sangat sulit dideteksi dengan cara visual, sebagai indikasi tak
langsung dari akibat slot discharge adalah kendornya wedges, coil mengalami
pergesaran posisi.
Untuk mengatasi timbulnya slot discharge adalah dengan melapisi permukaan
isolasi coil dengan bahan semiconductor.
Fungsi dari lapisan isolasi semi konduktor tersebut adalah sebagai media
discharge dari dalam coil ke dinding slot.
Surface Discharge
Merupakan pelepasan muatan listrik yang terjadi secara tidak beraturan dan ter
putus putus, discharge disebabkan oleh pengaruh medan listrik yang sangat
Page(s): 12 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Corona yang timbul pada winding akan merusak sistim isolasi, akibat pelepasan
muatan listrik dan pembentukan ionisasi gas didalam winding. Corona yang
timbul akan mengikis permukaan isolasi dan jika disertai dengan vibrasi winding
akibat dari aliran arus pada winding, maka proses abrasi pada isolasi akan
menjadi bertambah kuat yang pada akhirnya akan menyebabkan umur isolasi
akan menjadi pendek
Page(s): 13 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
4 Synchronous Generator
Gambar 4.1
Generator Basic Circuit
Setelah main rotor winding mendapat power supply d.c dari exciter, maka winding
rotor akan menginduksikan tegangan pada main stator winding. Jika rangkaian
kontrol tegangan (AVR) tidak dihubungkan dengan rangkaian generator (AVR fully
disconnected), maka pada saat itu akan terukur tegangan pada terminal U-V-W,
generator sebesar 12% s/d 30% x Tegangan Nominal generator.
Tegangan ini disebut dengan “Residual voltage”
Page(s): 14 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Jika semua kabel kontrol pada AVR dihubungkan dengan rangkaian generator, dan
setelah generator diputar pada putaran nominalnya, residual voltage akan
dibangkitkan dan pada terminal U-V-W generator akan timbul tegangan karena
induksi.
Waktu yang digunakan untuk membangkitkan tegangan generator dari 0 volt s/d
tegangan kerja disebut “build-up time” pada kondisi normal biasanya berkisar
antara 2 s/d 6 detik, tergantung dari besaran residual voltage yang dibangkitkan
Gambar 4.2
Generator circuit
Cable connection
Koneksi kabel tidak boleh saling tertukar dan cek terminal bolts-cable
Sistim Isolasi
Cek tahanan isolasi winding Stator, rotor dan exciter, tahanan isolasi disetiap
winding harus memenuhi standard minimum atau harga minimum yang
direkomendasikan oleh pabrik, termasuk bearing insulation jika ada
Page(s): 15 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Jika semua persiapan untuk running telah dilakukan dan generator telah dinyatakan
layak untuk running, maka langkah berikut hendaknya tetap dilaksanakan, antara lain
Sediakan lembaran test running (catat, V,I, Cos ϕ, KVA/KW, F, suhu, dll)
Buka main Circuit breaker dari beban
Set voltage adjuster potentiometer pada maximum (putar kearah kiri maximum)
posisi tahanan reostat tertinggi
Saklar “deexcitation” di on kan
4.4.1.1 Start up
Jalankan generator dalam kondisi tanpa beban ini kurang lebih ½ jam, agar lapisan
winding menjadi hangat dan selama running ini amati sistim lubrikasi, getaran, noise,
satabilitas tegangan, frequency, cek arah phasenya (phase sequence) dan jika
memungkinkan (tergantung situasi lapangan), ukur tegangan eksitasi.
“On” kan deexcitation swith, dalam waktu 2 sampai dengan 5 detik generator harus
sudah dapat mengeluarkan tegangan, waktu yang diperlukan generator untuk start-up
dari posisi tegangan 0 volt sampai dengan diperoleh tegangan nominal disebut
sebagai “build-up time”
Putar generator pada putaran nominalnya dan yakinkan bahwa generator tidak diputar
dengan arah terbalik, kemudian ukur tegangan remanansi “residual voltage” pada
terminal output generator, pada kondisi saklar deexcitation masih dalam posisi
terbuka, tegangan remanansi berkisar antara 12% sampai dengan 30% x tegangan
nominal generator, tegangan remanansi yang sangat rendah akan mengakibatkan
generator sulit start-up.
Page(s): 16 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Cek voltage adjuster dengan memutar potentiometer kekiri penuh dan kekanan
penuh, tegangan terminal generator harus naik dan turun kurang lebih 10% x Un,
atau 5% x Un, tergantung besaran tahanan potentiometer yang dipasang.
Potentiometer 250 Ω, voltage adjuster +/- 5%, Potentiometer 500 Ω, voltage adjuster
+/- 10%. Jika pada panel kontrol dilengkapi dengan switch Static transformer (droop
current transformer), maka jika switch ini di”close” kemudian di “open” tegangan
keluaran generator akan berubah kurang lebih 6% x Un.
Pada operasi individual saklar ini selalu close (pada terminal AVR dipasang “jumper”).
Lihat contoh diagram diatas. Jika switch ini di buka (“open position”) tegangan harus
turun +/- 6%, dan jika sebaliknya berarti koneksi kabel “k-l” dari CT ke AVR terbalik
Pada umumnya generator dilindungi terhadap under speed, pengaturan ini di set
didalam AVR, dan pada umumnya pabrik generator telah menset-up proteksi under
speed pada 95% dari nominal speed atau 47 Hz untuk generator yang bekerja pada
freq. 50 Hz.
Jika generator telah siap untuk dijalankan dengan beban, sebaiknya diusakan dengan
beban yang seimbang dan power factor sesuai dengan generator.
Beban induktif dengan power factor kecil akan menyebabkan generator bekerja tidak
effisien dan beban capasitif akan menyebabkan generator overexcitation dan
menimbulkan kenaikan tegangan terminal.
Naikkan beban generator setahap demi setahap sampai dengan beban penuh. Setiap
tahap penambahan beban amati perubahan frequency, pf, arus dan tegangan, dan
tegangan harus tetap stabil (tidak hunting), jika tegangan turun, naikan dengan
memutar potentiometer sampai diperoleh tegangan yang diperlukan, amati vibrasi,
temperature inlet / outlet, temperature bearing, noise dll.
Jika generator pada saat dibebani terjadi fluktuasi tegangan yang sangat besar, maka
segera turunkan beban karena kemungkinan terjadi kerusakan pada sistim.
Jika tegangan berfluktuasi (hunting) hanya terjadi pada beban-beban tertentu, misal
25% keatas atau 50% keatas, sedang pada beban dibawahnya tegangan tetap stabil,
kemungkinan terjadi kerusakan pada rotating diode atau winding rotor.
Pada setiap generator selalu dilengkapi dengan “static transformer” yang biasanya
dipasang pada phase “V”.
Jika generator akan dioperasikan secara individu droop transformer selalu di short,
dan jika generator akan dioperasikan paralel maka koneksi sisi sekunder droop
transformer yang ke AVR harus dibuka.
Beban induktif dengan power factor kecil akan menyebabkan generator bekerja tidak
effisien dan beban capasitif akan menyebabkan generator overexcitation dan
menimbulkan kenaikan tegangan terminal
Pada kerja paralel dengan generator lain, maka distribusi real power (KW) dan
reactive power (kVAR) dari semua generator yang diparalel harus sesuai dengan
rating dari setiap generator. Sehingga generator yang satu tidak membebani
generator yang lainnya.
Pada saat timbulnya reactive lagging load (generator overexcetited) maka tegangan
generator akan naik, maka pada saat itu regulator harus secara responsive
menurunkan tegangan eksitasi generator, dan sebaliknya pada saat timbul reactive
leading load tegangan generator akan turun dan regulator harus segera dapat
menaikkan tegangan eksitasi.
Page(s): 17 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Gambar 4.3
Rasio tegangan
generator arus
reactive generator
Pada umumnya kontrol conpensating voltage droop di AVR telah diset oleh pabrik
sebesar 3%, tetapi setting tersebut dapat dirubah sesuai dengan kebutuhan sampai
dengan 6%, dengan cara mengatur salah satu variable resistor pada AVR.
Sebelum generator dikerjakan paralel, maka kondisi seperti dibawah ini harus
dipenuhi:
• Urutan phase dari setiap generator harus sama
• Besar tegangan dari setaip generator harus sama
• Jumlha phase sama
• Frequency dari setiap generator harus sama, toleransi ≤ 3%
Sinkronisasi yang tidak tepat akan menimbulkan arus kejut pada terminal generator
sebesar +/- 1.8 x In, dan akan menimbulkan torsi kejuat sebesar +/- 20 x torsi
nominal hal ini sangat membahyakan mesin.
Dark methode
Menggunakan 3 buah lampu dipasang pada phase yang sama dari setiap generator,
lampu akan menyala (berkedip) sesuai dengan irama perbedaan frequency dari
generator yang akan diparalel, jika semua lampu telah padam berarti freq dan
tegangan generator yang akan diparalel telah sesuai dengan jala-jala, maka breaker
generator dapat di on kan (Lihat diagram dibawah)
Page(s): 18 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Gambar 4.4
Dark method
Seperti pada bulbs methode, tetapi hanya satu buah volt meter dipasang pada salah
satu phase, volt meter akan terbaca sesuai dengan besar selisih tegangan generator
dengan jala-jala dan berubah-rubah sessuai dengan selisih frequency yang terjadi.
Jika volt meter telah stationer pada angka “0” volt, artinya tegangan dan freq.
Generator telah sama dengan jala-jala, dan generator bisa diparalel.
Gambar 4.5
Zero Volt method
Hybrid circuit
Pada rangkaian ini satu buah lampu di wiring pada satu phase, dan 2 buah lampu di
hubungkan antar phase dari phase yang tersisa, putaran medan generator
mengakibatkan lampu menyala (berkedip).
Arah putaran lampu yang menyala menunjukkan proses sinkronisasi generator, lampu
akan menyala berkedip bergantian dengan pelan atau cepat tergantung dari beda
potensial dan freq. yang terjadi antara generator yang disinkron dengan jala-jala.
Page(s): 19 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Jika lampu 1 telah padam, dan 2 lampu lainnya hidup, menunjukkan bahwa generator
telah match dengan jala-jala, dan generator telah siap untuk diparalel.
Gambar 4.6
Hybrid
synchronizing
methode
Nominal power generator yang akan dipilih harus dipilih sesaui dengan besar “S start”
beban dan diperhitungkan terhadap voltage dip generator (Voltage dip generator
berkisar antara 16 %.)
Beban motor induksi sq type dengan p.f = 0.8, pada saat motor start p.f +/- 0.35.
PN (KW)
SMotor (KVA) =
ηmotor x Cos ϕ
Direct connection
∆S = (5 …. 6) x S motor cos φ 0.3 – 0.5
Page(s): 20 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Contoh
∆S : 1670 kVA pada cos φ 0.35
S generator : 1500 kVA
Rasio ∆S terhadap S generator : 1670 / 1500 = 1.11
Î lihat grafik dibawah
Voltage dip generator ,dikoreksi dengan factor “k” yang nilainya di sesuaikan dengan
Cos φ pada saat beban start.
Untuk SQ type motor pada saat start cos φ kira-kira 0.35 “k” untuk beban cos φ
0.35 adalah 1.16. Dengan demikian voltages dip generator menjadi:
Gambar 4.7
Voltage dip
Page(s): 21 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Gambar 4.8
Voltage Dip Correction
Contoh
65
% Voltage unbalance = 100 % ×
2235
= 2,9%
Page(s): 22 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Jika karakteristik generator yang akan diparalel tidak sama, arus yang mengalir dari
setiap generator akan saling memperkuat dan akan mengalir kembali melalui titik
netral generator dan akan menimbulkan gelombang harmonic pada winding generator.
Dengan demikian untuk mengurangi pengaruh gelombang harmonic yang disebabkan
oleh aliran arus yang membalik melalui titik netral, arus balik ini akan menyebabkan
panas yang berlebihan pada winding generator, maka pada titik netral harus dipasang
reactor. Jika hanya 2 buah generator diparalel cukup hanya menggunakan 1 buah
reactor.
Gambar 4.9
Neutral Protection
Contoh:
Sistim 3 phase, hubungan Star (Υ) tegangan 380 Volt, mempunyai beban pada setiap
phase nya adalah:
Phase U = 25 A, Phase V = 15 A, Phase W = 20 A
Gambar 4.10
Beban unbalance
pada generator
Page(s): 23 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
In = (X) 2 + (Y) 2
= (4,46) 2 + (9,1) 2
= 10,13 A
Salient pole rotor biasanya di applikasikan untuk generator speed yang rendah dengan
kapasitas yang bervariasi mulai dari satuan “KvA s/d MVA, Perbedaan yang sangat
menyolok pada salient pole terhadap cylindrical rotor selain dari bentuk dari polenya
juga terletak pada space winding (slot winding”), Winding space pada salient rotor
berupa celah antara dua pole yang berdekatan dan dapat menampung ratusan turn
winding, sedang pada cylindrical rotor berupa slot seperti layaknya pada stator.
Persamaan antar keduanya adalah, keduanya merupkan lapisan inti besi yang terbuat
dari baja silikon dengan ketebalan +/- 0.3 mm yang disusun dan di pasang di shaft.
Gambar 4.11
Rotor core
Page(s): 24 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Fixed type pole rotor pada umumnya diterapkan untuk generator kapasitas kecil s/d
menengah, sedang untuk type lainnya biasanya diterapkan untuk generator dengan
kapasitas besar
3 Phase rotating diode
Gambar 4.12
Fixed rotor type
dan 3 phase
rotating diode
Gambar 4.13
Bolted type
salient pole
7.5 MVA, 8 pole
Putaran Generator untuk cylindrical pole rotor pada umumnya adalah 1500 atau 3000
RPM jika freq: 50 Hz. Dan jika frequency nya 60 Hz, putarannya adalah 1800 dan
3600 RPM, pada generator putaran tinggi dipilih rotor cylindris karena rotor type ini
lebih tahan terhadap gaya centrifugal yang ditimbulkan oleh winding dibanding
dengan salient pole.
Cylindrical rotor berbentuk bulat dan memiliki slot seperti rotor pada motor slip ring,
lihat gambar dibawah.
Page(s): 25 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Gambar 4.14
Cylindrical rotor
Gambar 4.15
External Excitation
Page(s): 26 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Pada awal pembangkitan tegangan (residual voltage) berasal dari main winding rotor,
pada saat generator diputar s/d 80 – 90 % x N sinkron, tegangan residual akan
dinaikan oleh isolasting transformer kemudaian di searahkan dan digunakan untuk
mensuplai tegangan pada AVR, yang selanjutnya tegangan akan diatur oleh AVR
sesuai dengan kebutuhan winding stator untuk merespon terhadap perubahan beban.
Page(s): 27 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Terjadinya putaran pada motor induksi 3 phase disebabkan adanya medan magnit
yang berputar pada stator.
Medan putar akan timbul jika pada stator diberikan tegangan bolak-balik 3 phase (3
phase alternating current). Listrik bolak-bolik 3 phase selalu memiliki beda sudut antar
phase 120° listrik satu sama lain.
Perlu diketahui bahwa sudut listrik tidak sama dengan sudut radian, lihat ilutrasi
berikut:
Diumpamakan motor memiliki 4 buah kutub, yaitu, “U – S”, “U – S”, Jarak antara
kutub “U dengan “S” dalam sudut listrik adlah 180° Dan jarak antara sudut “U-U”
adalah 360° electric. Sedang dalam radian jarak antara kutub “U-S” adalah 90° dan
antara kutub “U – U” adalah 180°
Gambar 5.1
Kutub motor
f
Ns = 120
P
Ns : putaran sinkron
f : frequency
P : jumlah pole
Medan putar stator akan menembus celah udara yang ada yaitu antara stator dengan
rotor, kemudian memotong penghantar yang ada didalam rotor. Akibatnya pada rotor
akan timbul tegangan induksi perfase sebesar:
Page(s): 28 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
N : putaran rotor
Ns : putaran medan
S : slip
Yang dimaksud dengan Locked rotor current adalah arus yang timbul pada saat rotor
dalam kondisi steady state pada tegangan dan frekwensi kerja nominal, yaitu terjadi
pada saat rotor motor akan berputar.
Untuk estimasi daya start yang digunakan pada motor induksi dengan jenis squirrel
cage kurang lebih 5.3 kVA per HP motor
NEMA A
Motor dengan design ini mempunyai karekteristik: arus start antara (6–10)x IFL,
mempunyai efficiency tinggi, slip rendah torsi start besar berkisar antara 120 %
torsi full load.
NEMA B
Motor dengan design ini mempunyai “reactance” lebih besar dari design “NEMA
A”, memilki arus start yang lebih kecil (+/- 6 x IFL) dengan efficiency, slip dan
torsi start hampir sama dengan design NEMA A, tetapi torsi pada beban penuh
dan cos φ lebih kecil
NEMA C
Motor dengan design ini mempunyai karekteristik design NEMA A dan NEMA B,
slot rotor dibuat rangkap yang disebut dengan “double cage” rotor, tujuannya
adalah untuk menurunkan arus start tetapi memilki torsi start tinggi, rotor dari
motor ini memilki 2 tingkat bar rotor, bar (1) dengan resistance rendah
diletakkan di slot bagian dalam dan bar (2) dengan resistance besar ditempatkan
di bagian luar. reactance Bar (1) » bar (2), sehingga bar (2) lebih dominan
terhadap arus start.
Motor dengan design ini mempunyai arus start +/- 1/3 x I start pada design B,
tarting torque +/- 2xTFLdesign B, tetapi torsi full load lebih kecil dari NEMA B
NEMA D
Motor dengan design ini mempunyai karekteristik “high resistance cage rotor”
untuk memperoleh “starting torque” besar s/d 3xTFL dengan arus start rendah,
tetapi mempunyai slip tinggi dan effieciency rendah.
Page(s): 29 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Rotor pada squirrel cage rotor tidak mempunyai winding seperti pada rotor slip ring
atau pada generator, tetapi menggunakan bar yang terbuat dari bahan aluminium
atau tembaga yang di tanam pada slot dan diujung-ujungnya dihubung-singkat satu
sama lainnya dengan menggunakan end ring.
Arus yang yang akan mengalir pada end ring adalah sebesar jumlah arus yang terjadi
pada bar rotor, berkisar antara 8 – 12 x In motor.
Bar dan end ring rotor dapat dibuat dari bahan Alumunium atau dari tembaga dan
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan
Gambar 5.2
SQ Motor
End ring
Rotor Bar
Page(s): 30 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Strukur core
Core lamination pada stator dan rotor dibuat dengan bahan baja silikon dengan
ketebalan anatara 0.3 – 0.5 mm.
Pada setiap jenis material magnetisasi terdapat rugi-rugi yang disebut dengan rugi-
rugi hysterisis dan rugi-rugi arus pusar (eddy current).
Rugi rugi ini disebut dengan rugi-rugi inti, rugi-rugi inti sangat penting digunakan
untuk menentukan temperature rise dan efficiency.
⎛ d2 ⎞
Pa = ⎜ ⎟ × f × Bm 2 watt/m 3
⎜ ρ ⎟
⎝ ⎠
ph = kh × f × Bm watt/m 3
Motor slipring (wound rotor induction motor) memiliki keistimewaan dibanding motor
induksi dari jenis squirrel cage. Slipring motor memiliki karakteristik “high starting
torque” dengan arus start yang dapat diatur.
Motor ini sangat sesuai digunakan untuk mengerakkan beban yang membutuhkan
moment start tinggi, akselerasi yang lama. Slipring motor juga dapat digunakan untuk
menggerakkan beban yang memerlukan pengaturan kecepatan yang tidak presisi.
Page(s): 31 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Gambar 5.3
Slipring rotor
Cara start pada item 2 – 5 adalah cara Untuk mengurangi arus start (“inrush current”)
pada sequirrel cage.
Yang dimaksud dengan full voltage direct starter adalah dengan cara menghubungkan
langsung motor induksi dengan jala-jala dan kemudian motor di start pada posisi
tegangan penuh.
Pada start dengan cara ini arus start (inrush current) motor sangat tinggi yaitu antara
6 – 10 x Arus nominal berlangsung antara 8 s/d 12 detik tergantung dari daya,
putaran dan Cos φ motor.
Keistimewaan start dengan cara ini adalah, moment start nya tinggi dan biayanya
murah, karena tidak perlu menambah biaya untuk membeli alat start, tetapi start
Page(s): 32 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
dengan cara ini sangat membahayakan motor, normalnya motor yang di start dengan
cara ini mempunyai daya kecil.
Skema - FVDOL
Gambar 5.4
Full Voltage
Direct Starter
Salah satu cara yang paling polpuler untuk mengurangi arus start pada saat strat
motor induksi adalah menggunakan start – delta starter, alat ini sangat effisien karena
murah dan perawatannya relative sangat ringan.
Gambar 5.5
Star - delta
starter
Page(s): 33 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Pertama – tama motor distart dengan hubungan star (Υ), pada posisi ini kontaktor
yang berkerja adalah (C1 & C2), kemudian setelah motor running pada putaran
nominal koneksi motor di ubah menjadi hubungan delta, biasanya waktu pemindahan
dari star-delta di atur dengan menggunakan “timer” (normal nya timer di set antara 6
s/d 12 detik) tergantung dari karakteristik motor.
Pada saat motor terhubung delta, kontaktor yang bekerja adalah (C1 & C3), karena
besar arus yang timbul pada saat start dengan hubungan STAR (Υ) arusnya cukup
kecil, maka kontaktor C2 dapat menggunakan kontaktor yang kapasitas arusnya lebih
kecil.
Besarnya arus dan torsi yang terjadi pada saat start (hubungan STAR) hanya sebesar
1/3 arus delta, arus transient (perpindahan dari star ke delta) akan kira-kira sebesar
60 % x Arus start Delta. Î Lihat kurva diatas.
Walaupun sistim starting dengan star-delta cukup baik dan ekonomis, sistim ini
memilki kelemahan yaitu, moment startnya menjadi kecil, oleh karenanya sistim ini
tidak dapat dipakai untuk motor-motor yang digunakan untuk menggerakkan beban
statis yang besar, dan sistim ini tidak bisa digunkan untuk motor yang di design
dengan design NEMA C (double cage motor), karena pada saat motor di switch ke
delta motor akan running dengan arus yang masing sangat tinggi dan se-olah-olah
motor di koneksi DOL.
Normalnya sistim ini hanya di aplikasikan untuk motor – motor dengan kapasitas kecil
s/d menengah.
Auto transformer starting biasanya hanya digunakan untuk motor dengan operasi
start-stop yang sedikit, alat ini tidak ekonomis untuk motor yang besar-besar, dan
biasanya hanya digunakan untuk motor dengan kapasitas sedang.
Beban yang terpasang pada motor dengan starting auto trafo normalnya berupa
beban yang tidak memerlukan moment start besar, misal: “fan, pompa”.
Page(s): 34 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Gambar 5.6
Auto Transformator
starter
Metode ini menggunakan “Resistor” yang dipasang seri pada setiap phase motor dan
di paralel dengan main-contact running contactor. Besarnya resitor yang dipasang
tergantung pada impedansi motor. Pada saat start tegangan yang masuk ke stator
motor akan dibatasi oleh “resistor” yang terpasang sebesar “I x R” volt.
Arus start yang akan timbul akan sebanding dengan rasio “impedans motor terhadap
impedans motor + resistor”, Selama start resistor akan dilairi arus besar sehingga
resistor akan mudah panas, untuk mengurangi rugi-rugi daya yang hilang menjadi
panas maka resistor memerlukan pendinginan tambahan, dapat berupa cairan (oli)
atau udara paksa.
Karena keterbatasan kemampuan resistor tersebut, maka normalnya metode ini
hanya digunakan pada motor-motor sedang dengan beban yang tidak memerlukan
starting moment tinggi.
Gambar 5.7
Primary Resistance
Starter
Page(s): 35 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Solid state soft starter adalah salah satu metode yang digunakan untuk starting
motor, dengan cara mengatur tegangan supply ke stator yang dilakukan oleh A.C
switch yang dipasang seri dengan setiap phase stator.
A.C. switch dapat berupa sebuah “triac” atau dua bh SCR atau gabungan SCR dan
diode yang dipasang paralel dengan polaritas terbalik satu sama lain.
Solid state akan mengontrol tegangan power supply dan besarnya arus yang masuk
ke-stator, cara kerja ac switch adalah layaknya saklar “on – off – on – off”, dan sudut
gelombang tegangan yang akan dipotong dapat diatur dengan mengatur waktu triger
pada gate SCR atau triac.
Gambar 5.8
Solid State
Starter
Cara starting motor slipring agak berbeda dengan squirrel cage motor, pada slipring
motor winding rotor dihubungkan dengan “3 phase external variable resistance” untuk
menurunkan arus start.
Pada awal start “tapping resistor” dibuat maximum, setahap demi setahap tahanan
resistor diturunkan, jika putaran motor telah mencapai putaran penuh resistor
dihubung singkat.
Page(s): 36 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Jika external resistor ditambahkan pada winding rotor, maka putaran dan torsi motor
akan berubah sebanding dengan perubahan impedansi winding + tahanan external,
arus yang mengalir ke rotor akan dibatasi oleh penjumlahan Impedansi rotor +
external resistor, dengan demikian arus induksi pada stator akan turun sebanding
dengan penurunan arus pada rotor.
Karena sifat-sifat mesin tersebut, maka motor ini sangat sesuai digunakan untuk
beban dengan moment diam yang besar, contoh:
• Hoist
• Conveyor
• Elevator
Gambar 5.9
Starting Slipring
Motor
Gambar 5.10
Slipring Motor
Page(s): 37 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Pada umumunya untuk menghindari atau mengurangi voltage dip yang disebabkan
oleh starting motor induksi, maka dipilih rating power dari generator adalah minimum
sebesar 110% kVA dari inrush yang akan terjadi.
Pada saat motor induksi di start, maka tegangan out put generator akan terjadi dip
sampai putaran motor mencapai nominalnya, terjadinya voltage dip generator
tergantung pada preload dan kapasitas generatornya.
Jika terdapat masalah pada saat dilakukan starting motor, salah satu diantara pilihan
dibawah ini mungkin dapat membantu:
• Lakukan perbaikan power factor pada motor, hal ini akan menambah daya
reactive (kVA) dari generator.
• Pergunakan “reduced voltage starter” hal ini akan megurangi kVA start dari
motor, hanya perlu diperhatikan bahwa alat ini akan megurangi torsi start dari
motor.Bila beban menghendaki torsi awal yang tinggi maka alat ini tidak dapat
dipergunakan.
• Pergunakan motor dengan jenis Slip-ring (wound rotor), motor ini memliki arus
start yang kecil, hanya saja harga motor slip ring jauh lebih mahal dibanding
dengan motor squirrel cage.
• Pergunakan coupling pada sisi beban motor, sehingga memungkinkan motor
untuk distart tanpa beban
Tabel 5.1
Efek motor induksi
Page(s): 38 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Equipment cost harus secara signifikan lebih kecil dari cost yang akan ditanggung
yang disebabkan oleh rugi-rugi daya reactive
K=axH
K = annual cost
a = cost factor thd interest dan deprisiasi
H = Procurement & installation cost
Page(s): 39 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Yang dimaksud dengan individual power factor correction adalah, perbaikan p.f. yang
hanya ditujuakan kepada salah satu equipment dan normalnya capacitor dipasang
didekat equipment yang p.f. nya di perbaiki. Besar kapasitas capacitor yang terpasang
hanya disesuaikan dengan equipment yang diperbaiki.
Reactive power pada motor induksi tak serempak (asynchronous induction motor)
berkisar antara 0.5 – 1 kVAR per kW daya motor, tergantung pada speed, size dan
load. Capacitor untuk individual correction dapat di tempatkan di dekat terminal motor
dan di pasang paralel dengan motor.
Besarnya daya capacitor yang akan dipasang harus mempertimbangkan adanya “over
voltage” akibat dari internal excitation capacitor pada saat motor di switch off, maka
koreksi p.f.(cosφ) biasanya dibatasi pada level ≤ 0.98
Kenaikan tegangan yang disebabkan oleh faktor internal excitation capacitor, terjadi
ketika motor “re-connected” secara cepat setelah motor switch – off.
Kebutuhan capacitor secara umum dapat dihitung dengan menggunakan formula sbb:
P
Qc = × (tan ϕ1 − tan ϕ2)
η
QC : Power capacitor
P : Rated power motor
η : Efficiency motor
φ1 : Phase angle before PFC
φ2 : Phase angle after PFC
Qc = 0,9 × INL × U × 3
Page(s): 40 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Setting over current relay pada motor harus di set sesuai dengan besar arus setelah
dipasang capacitor, karena arus yang akan terjadi pada motor akan menjadi lebih
kecil.
Capacitor di hubungkan delta dan di paralel dengan jaringan motor. Individual pf.
correction dapat dipasang pada motor yang memilki starting:
• FVDOL (full voltage direct on line)
• Reduce current starting
Gambar 5.11
P.F. Correction
in FVDOL connection
Gambar 5.12
P.F. Correction in
Star-Delta connection
Page(s): 41 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Gambar 5.13
Pf. Correction
group motor
Capacitor yang dipasang secara permanent dengan jala-jala akan secara terus
menerus menghasilkan reactive power, walaupun pada saat beban rendah atau tanpa
beban sama sekali, dengan demikian reactive power yang dihasilkan oleh capacitor
akan ditransfer ke jala-jala.
Reactive power yang berasal dari trafo distribusi berkisar antara 1-2 % pada kondisi
no load dan berkisar antara 4-6% pada full load dari rated power transformer. Untuk
mencegah over compensation, total power dari capacitor yang dipasang secara
permanen harus dibatasi max. 10-15% x rated power transformer.
Untuk automatic capacitor bank reactive power regulator control akan mengatur
switching “on-off” capacitor step by step sesuai dengan perubahan reactive power
yang ada. Limit capacitive dan induktive di set pada regulator dengan batasan seperti
diatas, dengan demikian masalah over compensation tidak akan muncul. Jika terdapat
“computer” yang dihubungkan dengan jala-jala step capacitor harus < 100 kVAR.
Page(s): 42 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Pemasangan capacitor pada sistim akan menyebabkan penurunan impedansi dan akan
menimbulkan harmonic pada frequency tinggi. Effect harmonic terhadap tegangan
sistim dapat dikalkulasi dengan menggunakan persamaan berikut.
I
UC = ∑ n × 2 × πCN× f1 × C
UC : Phase voltage capacitor
n : order harmonic
ICN : “n” harmonic current capacitor
f1 : basic frequency (e.g. 50 HZ)
C : capacitance capacitor per phase
Pada saat mendesign p.f. correction harmonic yang akan mengalir melalui capacitor
harus diperhitungkan, harmonic “n” dari sebuah capacitor dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
IN IN
USN = =
XC Sk
1-
n2 × XL n2 × QC
XC SK
n= =
XL SC
Gambar 5.14
Circuit I
Page(s): 43 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
SK3 × SKT2
QC =
n2
n=3 QC3 = 15 / (3)2 MVAR = 1.7 MVAR
n=5 QC5 = 15 / (5)2 MVAR = 0.6 MVAR
n=7 QC7 = 15 / (7)2 MVAR = 0.3 MVAR
I TC = I 2 .... + I 2
CI + IC22 + CN
Contoh 2
Gambar 5.15
Circuit 2
Page(s): 44 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
1 Pmotor
IT = ×
3 U × η × Cos ϕ
n5th = 30% x In
n7th = 12%x In
n11th = 6% x In
13rd = 5% x In
3 × 0,8 × 100000 W
IT = = 550 Ampere
3 × 380 × 0,95 × 0,7
Jika capacitor yang diguanakn adalah 200 kVAR maka besarnya arus harmonic yang
akan terjadi pada capacitor bank adalah:
IN7 66
IC7 = = = 124 kVAR
Sk 15
1− 1−
n2 × Q c 72 × 0.2
IN13 33
IC13 = = = 50 kVAR
Sk 15
1− 1−
n2 × Q c 132 × 0.2
IN11 28
I C11 = = = 87 kVAR
Sk 15
1− 1−
n2 × Q c 112 × 0.2
QC 200
IC = = = 289 Ampere
3 ×U 3 × 0.4
I TC = (I +I + .....I )
C12 C 22 Cn 2
= (289 2 + 82 2 + 124 2 + 87 2 + 50 2 )
= 340 A
QC 200000 KVAR
IC = = = 3,98 × 10 − 3 F
2 2
U × 2 πf 400 × 314
Page(s): 45 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
82
U 5th = = 13 V
5 × 2 × 3,14 × 50 × 3,98 × 10 - 3
124
U 7th = = 14 V
7 × 2 × 3,14 × 50 × 3,98 × 10 - 3
87
U11th = =6 V
11 × 2 × 3,14 × 50 × 3,98 × 10 - 3
50
U13th = =3V
13 × 2 × 3,14 × 50 × 3,98 × 10 - 3
Total voltage:
U = U1 + 3 × U5 th + 3 × U7 th + 3 × U11 th + 3 × U13 th
= 400 + 3 × 13 + 3 × 14 + 3 +6× 3 +3
= 462 Volt
Page(s): 46 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
6 DC Motor
Direct current motor sangat luas digunakan di industri, karena speed dan torque pada
motor dc. dapat dengan mudah di atur dengan sangat halus
Pada putaran rendah motor d.c. masih dapat mentransfer torque secara penuh, hal ini
tidak mungkin dilakukan oleh motor a.c. selain itu putaran motor d.c. dapat di balik
secara mudah.
Commutator
Gambar 6.1
Commutator
Gambar 6.2
DC Rotor
commutator &
V Cone,
Commutator
Insulation
Page(s): 47 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Rotor
Gambar 6.3
Rotor DC Motor
Stator
Gambar 6.4
Stator
Copound dc motor
Stator Series dc
Generator
Permanent magnet motor, biasanya didesain untuk motor d.c dengan kapasitas kecil
(fractional power motor)
Page(s): 48 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Permanent magnit motor: field nya berupa permanent magnit yang memilki pole dari
2 atau lebih, Magnetic flux akan membangkitkan arus pada winding armature yang
menyebabkan motor akan berputar. Flux yang dibangkitkan oleh permanent magnet
akan konstan pada semua speed sehingga speed – torque dan current - torque motor
memiliki kurva linier.
Permanent magnet memilki beberapa keuntungan dibandingkan dengan wound field
winding.
• Excitation power supply tidak memerlukan pengkabelan
• Reliability nya lebih tinggi sepanjang tidak ada kerusakan winding rotor.
• Tidak akan pernah terjadi over-speed, karena tidak akan pernah ada gangguan
field.
• Karakteristik Torque vs arus mendekati linier
Shunt motor
Field winding motor di hubungkan paralel dengan armature
Series motor
Field winding dihubungkan seri dengan armature
Compound motor
Motor yang memilki field seri dan shunt
Motor shunt
Digunakan untuk menggerakkan beban yang membutuhkan putaran yang
relative konstan, seperti: untuk menggerakkan generator d.c pada dc motor
generator set, Shunt motor memiliki karakteristik current – torque akan naik
mendekati linier dengan adanya kanaikan beban dan speed nya akan sedikit
turun dengan adanya kenaikan beban.
Gambar 6.5
Eq. Circuit DC Shunt
Page(s): 49 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Series motor
Digunakan untuk menggerakkan beban yang membutuhkan starting torque
besar, seperti: motor traksi (penggerak kereta listrik), crane.
Memiliki karakteristik torsi start yang sangat tinggi, sehingga motor ini tidak
dibenarkan untuk dijalankan tanpa beban, speednya akan turun secara cepat
jika ada pertambahan beban, tetapi torsi akan naik.
Gambar 6.6
Eq. Circuit
DC Series
Gambar 6.7
Contoh aplikasi
dc motor traksi
Compound motor
Digunakan untuk menggerakkan beban yang membutuhkan speed - torque yang
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
Memiliki karakteristik antara mesin seri dan shunt, torsi startnya bagus, cocok
digunakan untuk menggerakkan mesin mesin mil dan press.
Page(s): 50 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Gambar 6.8
Eq.Circuit DC
Compound
Φ ×n×Z P
Ea = ×
60 A
Φ = B av × σ p × l
2 πr
σ p = pole pitch =
P
Bav : flux density over one pole pitch in (Wb / m2)
r : mean air gap radius
l : pole length
Torsi
1 P
T = 2
π × Φ × Ia × Z ×
A
1 P
2
π×Z× = Cons tant a = K a
A
T = Ka × Φ × I a (Nm )
Gambar 6.9
Speed
Page(s): 51 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 1 – Pengantar teori, operasi dan aplikasi
Speed
Φ ×N×Z P
Eb = ×
60 A
Eb = E a − (I a − R m ) Vlt
E a − (I a × R m ) A
N = 60 × × (RPM )
Z×Φ P
Aplikasi di industri, yang paling banyak digunakan adalah motor compound, karena
sifat-sifatnya yaitu:
Speed dan torque nya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, namun demikian motor
traksi (dc seri) juga banyak digunakan untuk industri terutama untuk beban-beban
yang memerlukan “starting-torque” tinggi, misal:
• Hoist
• Forklift
• Kereta api
Speed pada motor d.c di kontrol oleh variatif tegangan yang masuk ke armature, field
winding atau kedua-duanya. Kombinasi seri – paralel adalah salah satu cara yang
paling efektif untuk mengatur tegangan dan putaran, metode ini biasa dipakai pada
“cam – controlled traction motor”, dua buah motor yang identik dihubungkan paralel
atau seri.
Jika dihubungjan paralel, tegangan “full voltage” di salurkan pada setiap motor dan
motor akan berputar pada nominal speednya.
Jika dihubungkan seri, untuk mendapatkan “base-speed” dengan torsi yang sama
pada full speed, setiap motor akan berputar ½ dari putaran nominal
Gambar 6.10
Series Rotor
DC Motor
Page(s): 52 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Page: 53 of 135
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
7 INSPEKSI
Thermal Stresses
Overheating yang terjadi pada winding dan berlangsung lama, menyebabkan
stress pada winding & isolasi kawat menjadi rapuh, dan lama kelamaan isolasi
akan retak. Jika gejala ini disertai dengan timbulnya PD (Partial discharge),
penomena ini hanya dijumpai pada motor / generator yang mempunyai
tegangan diatas 4000 volt ac, maka proses penuaan isolasi akan semakin cepat.
Mechanical Stresses
Winding yang tidak divarnish dengan baik, connection point, blocking coil, adalah
merupakan titik paling lemah terhadap pengaruh luar, seperti:
• mechanical vibration
• magnetic vibration
Environmental Stresses
Kontaminasi: udara lembab, debu, karbon, minyak atau bahan kimia lain, yang
terkumpul dipermukaan isolasi, adalah merupakan partikel konduktive yang
dapat menghantar listrik.
Karena adanya beda potensial antara winding dengan ground, maka partikekel
tsb, akan berfyngsi sebagai media hantaran untuk menghantar arus listrik dari
winding ke ground, karena sifat kotoran yang demikian maka pada tempat2
penumpukan kotoran akan terbentuk jalur hantaran listrik electrical tracking.
Pengukuran winding yang dijelaskan dibawah ini berlaku untuk inspeksi winding baik
“stator, rotor, maupun exciter” pada semua mesin listik kecuali rotor sq. motor
Page(s): 54 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Standarisasi:
pengukuran PI yang di sarankan berdasarkan standard IEEE transaction No. 43
Jika PI kurang dari 2.0 pada pengukuran 10 menit atau PI < 1.25 pada pengukuran
1 : ½ menit, menunjukkan bahwa isolasi winding terlalu banyak menyerap uap air
atau terdapat penumpukan kotoran konduktive.
PI s/d 1.5 pada pengukuran 10:1 menit atau 1.1 pada pengukuran 1:1/2 menit,
dapat dikategorikan aman jika:
Page(s): 55 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Gambar 7.1
Polarizaton Index
Cara Pengukuran PI
Ukur R Isolasi pada 1 menit, catat hasilnya kemudian lepas muatannya (groundkan
lead cable) yang diukur, lalu ukur R isolasi pada 10 menit.
Ukur lead cable phase terhadap ground, semua lead cable phase (UVW – xyz) di
hubung singkat.
Pengukuran Rdc diterapkan untuk semua winding, baik stator maupun rotor. Besar
penyimpangan (deviasi) antar phase yang masih di izinkan adalah sebesar ± 2%,
pengukuran R winding harus mungkin harus dikoreksi terhadap suhu “ta” yaitu pada
0oC.
(ta × k)
Rb = Rt × Ω
(tt × k)
Dengan menggunakan “surge tester” semua sistim isolasi winding dapat di test,
seperti:
• Ground wall
• Turn to turn
• phase to phase
• coil to coil
Page(s): 56 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Jika 2 buah coil ditest dalam waktu yang bersamaan dan jika kedua coil tersebut
memiliki impedansi yang sama, maka resultan gelombang yang dibangkitkan harus
identik, dengan kata lain “surge test” adalah membandingkan 2 buah coil secara
magnetic. Jika coil yang ditest terdapat gangguan seperti, “shorted winding,
misingturn, dll” maka surge comparison tester akan memperlihatkan dua buah bentuk
gelombang yang berbeda, karena pada kedua coil tersebut mendapat induksi
tegangan yang berbeda.
Gambar 7.2
Surge
comparison
wave form
Gambar 7.3
Surge test
Page(s): 57 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Sistim isolasi mesin listrik secara alamiah akan mengalami penurunan sesuai dengan
usianya, namun demikian percepatan penurunannya sangat dipengaruhi oleh berbagai
factor, a.l: gesekan, thermal stresses, mechanical stresses, kantong udara didalam
isolasi, kwalitas lapisan semi conductive pada isolasi, dll.
Salah satu kriteria yang paling penting untuk mengetahui kwalitas dalam sistim isolasi
mesin listrik adalah hubungan sebab akibat dari factor disipasi power factor dengan
tegangan kerja. Dissipation power factor di test pada tegangan 0.2 Un s/d 1.0 Un
dengan interval tegangan sebesar 0.2 Un.
untuk setiap increment 0,2 Un
Kenaikan Tan δ pada setiap increment 0.2 Un, adalah : max. 2.5 x10-3.
Kenaikan ∆Tan δ pada setiap increment 0.2 Un, adalah : max. 5 x10-3.
Gambar 7.4
Disspation
power factor
Gambar 7.5
Power factor
in the void
winding
Page(s): 58 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Kantong2 udara yang terbentuk didalam lapisan isolasi akan menjadi tempat
penimbunan uap air dan merupakan tempat terbentuknya “PD” , aktivitas PD akan
mengikis permukaan isolasi, lama-kelamaan isolasi akan menjadi terbuka. Jika
ditemukan hasil uji Tan ∆ sudah tinggi, sebaikanya cepat-cepat dilakukan perbaikan
isolasi winding.
Gambar 7.6
Gambar 7.7
C dan δ Test
Instrument
Tettex 12 KV
Page(s): 59 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
HV Coil test
Type test
No.of
Type Test Test Parameter
Coil
High potential Test Slot Insulation to Minimum Breakdown at:
1
Breakdown VT = [2 ( 2Un + 1 )] [kV]
Must Pass:
High Potential Test End Windings 1
VT = 2 UN [kV]
Gambar 7.8
HV Coil test
Test ini lazim digunakan untuk melakukan evaluasi secara keseluruhan isolasi dari
laminasi core-iron mesin listrik.
Cara pengujiannya adalah dengan meng-induksikan flux ke dalam core, rapat flux
yang terjadi pada saat test akan terbentuk seperti pada saat mesin beroperasi.
Flux dihasilkan oleh kabel yang dililitkan disekeliling core yang diberi tegangan dengan
besar tegangan tertentu tergantung dari power supply yg tersedia dan atau dimensi
core.
Page(s): 60 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Pengujian flux, sebagai parameternya suhu harus mencapai pada titik equilibrium,
biasanya dilakukan selama 30 – 60 menit, tetapi jika dalam waktu tsb suhu
menunjukkan / mengindikasikan terus naik, maka waktu pengujian harus terus
dilakukan sehingga didapat titik “equilibrium”.
Suhu core maximum yang masih diizinkan sesuai dengan standard yang ada (VDE
0530, lihat tabel dibawah) .
Perbedaan suhu sebesar 10 °C s/d 15 °C atau lebih antara laminasi yang berdekatan
menunjukkan adanya Hot-Spot.
Gambar 7.9
Ring flux test
Tabel 7.2
PART OF MACHINE A E B F H
Ring flux test
A.C. Winding of turbine type generator
60 70 80 100 125
with rated output of 5000 kVA or more
A.C. Winding of salient pole and induction
machine with rated out put of 5000 kVA or
60 70 80 100 125
more, or having core length of 1 M or
more
If by way of an exception the embedded
temperature detector method be used on
machines under 5000 kVA, the limit of 60 70 80 100 125
temperature rise given in this item shall
apply
A.C. Winding of machine with rated output
smaller than in item 1. Field winding of
a.c. and d.c. machine with d.c. excitation
60 75 80 100 125
exception machine in items 3 and 4.
Winding of armature of a.c. and d.c.
machine with commutator
Field winding of cylindrical rotor with d.c.
65 80 90 110 125
excitation
Multi layer field winding of low resistance
60 75 80 100 125
and compensating winding
Single layer winding with exposed bare
65 80 90 110 125
surfaces
Permanently short-circuited insulated
60 75 80 100 125
windings
Page(s): 61 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
PART OF MACHINE A E B F H
Permanently short-circuited uninsolation
windings
Iron core and other parts not in contact with
the windings
Iron core and other parts in contact
60 75 80 100 125
with the windings 4)
Commutator and Slipring, open or enclosed
60 70 80 80 80
5)
Journal bearing and rolling bearings 50 50 50 50 50
Rolling bearings using special grease 60 60 60 60 60
Temperature Rise
Batas kenaikan suhu tertinggi yang masih diizinkan pada titik terpanas dari mesin,
menurut standard VDE 0530
Cara pengukuran
1. Metode “Embedded temperature detector” : metode ini hendaknya dipakai,
kecuali untuk mesin dengan kapasitas lebih atau sama dengan 5000 KVA, atau
mesin dengan panjang core lebih dari 1 Meter. Jika stator winding berupa
winding single layer (satu coil menempati satu slot), maka pengukurannya harus
menggunakan metode resistance.
Page(s): 62 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Jika kerusakan inter lamination tidak diperbaiki, pada saat mesin dioperasikan pada
area tsb akan menjadi panas, panas yang berlebihan akan membahayakan sistim
isolasi winding.
Dimana:
Le : Effective L core
Ace : Effective area of space duct
Lm : Magnetic Length of core
Qt : Total Flux
Bc : Flux Density
Wb : Bore weight
He : Slot height
ID : Inner diameter of core
AT : Amper turn
IM : magnetizing current
Iw : Web current
n : no of space duct
wd : Width of space duct
S : Width of slot
Page(s): 63 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
500 × Im
= × 25,4 mm
1000
Pengukuran Kenaikan temperature dapat menggunakan electronic thermometer, agar
semua titik pengukuran dapat di deteksi dengan teliti dalam waktu yang bersamaan
sebaiknya menggunakan thermal paper:
Gambar 7.10
Ring flux test
Project Reference
Recondition of Stator Core Lamination for 7.5 MVA, 13.8 kV, 12 Poles Slaient Pole
Generator, PRJ: PT. BRANTA MULIA CITEUREUP, BOGOR
Main Problems:
Broken Rotor shaft D ≈ 60 cm, Damaged of Core Lamination at the Stator surface
Before recondition:
Ring Flux Test result:
T = 125 °C for 1.5 minutes
After recondition:
Ring Flux Test result:
T = 80 °C for 45 minutes
Gambar 7.11
Ring flux test
Generator 7,5 MVA
PT. Branta Mulia
Page(s): 64 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
7.1.7 Hi-Pot
Rule:
Hi-pot test hendaknya diaplikasikan antara winding dengan ground mesin, dan
winding yang tidak di test harus di ground kan
Hi-pot test dilakukan untuk new winding
Hi-pot test hendaknya dilakukan dengan tegangan a.c dengan gelombang sinus
dengan frequency antara 40 s/d 60 cycle per second
Besar tegangan uji dimulai dengan tegangan tidak lebih dari ½ dari full voltage
test, Waktu yang diperlukan untuk menaikan tegangan dari tegangan awal s/d
tegangan full +/- 10 detik
Mesin polyphase dengan rated lebih dari 1 kVA, jika dimungkinkan setiap phase
winding hendaknya di test terhadap ground
Jika dimungkinkan “Acceptance” test tidak dianjurkan untuk diulang, jika
dikehendaki maka pengulangan test untuk test kedua dan seterusnya tegangan
test hanya 80% dari tegangan test penuh.
Hi-pot test untuk mesin yang diperbaiki.
• Mesin yang di rewinding total di test seperti mesin baru dengan tegangan
uji 100%
• Rewinding partial di test dengan tegangan uji sebesar 80% dari tegangan
test penuh
• Sebelum dilakukan test hendaknya semua part dicuci dan di keringkan
dengan baik
• Untuk mesin yang di overhaul, Hi-pot test dapat dilakukan jika ada
persetujuan antara pihak user dengan workshop
Hi-pot test dilakukan selama 60 second dan selama dilakukan test tidak boleh terjadi
flash-over atau break down.
Page(s): 65 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
INDUCTION MOTOR
GENERATOR
Page(s): 66 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex
Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter dan field
winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.
Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex
Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter dan field
winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.
Page(s): 67 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex
Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter dan field
winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.
Rule:
Tujuan dilakukan test ini adalah untuk mendeteksi jika terdapat gangguan winding
field (rotor AC Generator teutama dari jenis “salient-pole”) yang disebabkan
oleh adanya short circuit turn, kesalahan jumlah turn, karena short circuit turn pada
rotor tidak hanya terjadi pada saat rotor “standstiil” tetapi juga dapat terjadi jika rotor
tersebut diputar dan pada kondisi ini biasanya rotor winding jika diukur dengan Rdc
akan menunjukan baik. Test ini adalah salah satu cara yang dapat dilakukan
disamping pengukuran “surge – test”.
Kondisi ini disebut sebagai “flying short circuit winding”.
Metode yang biasa digunakan untuk salient pole type rotor, adalah:
Test ini dilakukan dengan memberikan tegangan dc konstan pada winding rotor,
jatuh tegangan diukur pada setiap pole winding rotor atau pada sepasang pole
rotor, dan jatuh tegangan diukur dengan voltmeter.
Jika terjadi penyimpangan sebesar +/- 2% dari rata-rata pole winding yang
diukur, maka kemungkinan disebabkan oleh: short circuit antar turn atau
kemungkinan jumlah turn untuk masing-masing pole tidak sama.
Page(s): 68 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Test ini lebih sensitif dibandingkan dengan test dengan “constant direct current”
diatas, caranya sama seperti pada test point (a), hanya tegangan nya
menggunakan tegangan a.c. Winding yang mengalami gangguan (short-circuit)
akan secara subtansial lebih kecil dari pada winding yang sehat.
Tegangan pole winding yang berdekatan dengan pole winding yang short akan
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tegangan di pole winding yang sehat
lainnya, ini disebabkan karena flux yang pada pole yang berdekatan dengan
gangguan akan terbebani oleh winding yang rusak tersebut.
Jatuh tegangan pada pole winding yang mengalami gangguan akan berkisar
antara [(m-1)/m] x tegangan dari winding yang sehat , dimana “m”
adalah jumlah pole winding.
Test ini digunakan terutama untuk mendeteksi adanya gangguan “flying short
circuit”
Gambar 7.12
Voltage drop test
Gambar 7.13
Skema Voltage
drop test
Page(s): 69 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Voltage drop adalah salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi gangguan
pada winding rotor dc, caranya agak sedikit berbeda dengan drop test pada generator
tetapi prinsipnya sama, yaotu membandingkan tahanan dari setiap coil rotor, diukur di
setiap segment commutator.
Cara pengukuran
Gambar 7.14
DC Constant
Voltage
Kasus yang paling sering timbul dalam mesin dc adalah sparking yang terjadi pada
permukaan carbon brush dan commutator.
Sparking dapat ditimbulkan oleh banyak sebab, a.l:
Page(s): 70 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
• Unbalance winding
• Short winding
• Uneven air gap
• Shifting magnetic center
• Mis carbon grade
• Shifting direct axis
Unbalance winding dan short winding (turn to turn, turn to ground dll) dapat diuji
dengan metode diatas (surge test, dc resistance, Megger, dc drop test dll).
Uneven airgap dapat diukur dengan menggunakan “filler-gauge” dan magnetic center
dapat di cek dan mengukur pada saat bearing sheld dipasang pada satu sisi dan dapat
dikoreksi dengan memperbaiki “depth bearing shield”. Dan varbon grade dapat
dikembalikan pada grade aslinya.
Shifting direct axis, hanya bisa dilakukan penyetelan ulang dudukan sudut carbon
brush terhadap titik pusat magnetic stator, yaitu dengan menggunakan alat “brush –
rocker” , jika alat ini tidak tersedia maka dapat dilakukan pnyetelan dengan mengukur
jatuh tegangan antar kutub “U – S” dengan memberikan catu tegangan dc pada field
winding kemudian ukur beda potensial pada kutub U – S.
Beda potensial antar keduanya harus mendekati “nol” volt, yatitu dengan mengatur
posisi brush holder, berikut adalah ilustrasi pengukuran Zero Adjustment.
Gambar 7.15
Zero Adjusment
Diode / thyrestor digunakan sebagai alat penyearah dari keluaran exciter rotor untuk
mensuplay main field generator.
Kadang-kadang jika generator terlalu lama tidak dioperasikan (mungkin sedang ada
perbaikan atau overhaul), generator sangat sulit start-up karena residual magnet
menjadi sangat lemah.
Cara mengatasinya adalah dengan jalan injeksi sesaat pada field exciter stator, jika
external supply dilepas kemudian tegangannya menghilang kemungkinan disebabkan
oleh putusnya fuse yang dipasang seri dengan jalur power supply di AVR atau
mungkin disebabkan oleh kerusakan rectifier.
Pengukuran diode
Page(s): 71 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Pengukuran thyristor
Disconnect salah satu sisi theristor dan ukur dengan menggunakan AVO meter, seting
AVO pada posisi Ohm meter
Ukur tahanan maju theristor, tahanan harus kurang dari 30 KΩ
Ukur tahanan mundur theristor, tahanan harus lebih dari 30 KΩ
Connect theristor seperti pada gambar, dan perhatikan polaritasnya jangan sampai
tertukar, arus yang mengalir pada ampermeter berkisar antara “mVolt s/d 1 Ampere”
Gambar 7.16
Pengujian Thiristor
Pemeriksaan secara visual sangat diperlukan terutama pada mesin berkapasitas besar
harus dilakukan lebih teliti.
Pemeriksaan frame:
Periksa apakah terjadi perubahan warna yang extreme pada cat frame,
perubahan extreme menunjukkan adanya overheating yang dapat disebabkan
oleh:
• overloading
• aliran pendinginan yang tidak baik
Jika partikel metal yg terjadi cukup banyak, maka pemeriksaan core harus
dilakukan lebih teliti, karena core adalah bagian yang paling tinggi mendapat
tekanan mekanis selama mesin beroperasi (elongation, vibration) yg besarnya 2
x freq.
Page(s): 72 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Jika partikel tsb, berasal dari wedges, berarti ada wedges yang kendor atau
terangakat dari slot sehingga terjadi gesekan dengan rotor, fenomena ini
menandakan adanya “loose winding”.
Seluruh komponen listrik pada mesin listrik baik motor, generator, transformer,
akan selalu mengalami , vibrasi, perubahan suhu, mechanical stress terus
menerus yang disebabkan oleh terbentuknya medan listrik didalam core dan
gaya mekanis, tekanan akan menjadi sangat besar jika jika terjadi:
• perubahan beban yang besar dan mendadak, seperti hilang beban yang
mendadak
• short circuit, dll
Gambar 7.17
Pemeriksaan
Stator core
Loose Wedges
Visual inspection on Turbo Generator 45 MVA 13.8 kV (upper left Gambar loose
wedge and upper right partial discharge phenomena’s on generatr bus bar termination
Î found light white powder n the bus surface).
• Compression Bolts
periksa jika terdapat grease, debu, minyak, dll, yang disebabkan oleh gesekan
dari dua komponen mesin yang diakibatkan oleh adnya vibrasi, periksa
kekencangan bolts
• Finger Plate
Periksa jika ada keretakan dan pembengkokan
• Winding Connection
Periksa jika keretakan dan pengelupasan isolasi
• Termination
Periksa jika ada keretakan, kontaminasi, jamur / korosi dan kekencangan cable
lug
• Space Heater
Periksa Rdc dan connection ke termination
Page(s): 73 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Gambar 7.18
Pemeriksaan
stator core
Gambar 7.19
Pemeriksaan coil Check blocking coil,
pengikat, end winding
support thd, kelelahan
material, keretakan, dll.
Wedges Inspection
Wedges adalah salah satu subject yang penting untuk di inspeksi, karena
wedges adalah salah satu elemen untuk menjaga agar COIL WINDING TIDAK
BERGERAK didalam Slot.
Page(s): 74 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Dengan demikian kerusakan Lapisan Anti Corona (pada mesin tegangan tinggi)
atau lapisan kertas Isolasi (LV/MV) yang disebabkan oleh pengikisan karena
pergesekan dengan dinding slot dapat dihindari.
Namun demikian systim Varnishing untuk Non Partial Discharge winding juga
sangat berperan.
Ketukkan hammer kecil pada salah satu ujung Wedges, dan dengarkan / rasakan
pada ujung yang lain jika ada pergerakan atau terdengar suara seperti ada
ruang didalamnya, maka menunjukkan bahwa wedges tersebut kendor atau
berongga (hollow). Kondisi yang paling rawan mendapat tekanan mekanis
adalah wedges yang terletak pada bagian ujung winidng.
Jika ditemui gajala yang demikian, coil harus diperiksa dengan lebih teliti,
kemungkinan hal ini menunjukkan bahwa coil tidak duduk dengan kencang
didalam slot (bergerak kearah radial), tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa
ini disebabkan oleh adanya kontraksi coil akibat adanya thermal stress didalam
coil.
Bottom Coil
Yang sering dilupakan untuk diinspeksi adalah posisi coil paling bawah, coil harus
dicek apakah posisi coil masih tetap pada posisinya, coil harus menempel
dengan baik didasar slot periksa coil bagian bawah dengan menggunakan
cermin.
Jika coil tidak duduk dengan baik didasar slot, menunjukkan bahwa coil sudah
longgar, perbaiki dengan menggunakan epoxy.
7.2.2 Rotor
Berdasarkan bentuk winding rotor, mesin listrik berputar dapat berupa wound rotor
atau squirrel cage.
Page(s): 75 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Inspeksi dengan pengukuran untuk rotor dapat dilakukan seperti pada stator antara
lain:
• Insulation Resistance (Ris)
• Polarization Index (PI)
• Surge comparison
• ac / dc Injection untuk rotor generator
• grawler (Magnetic induction) untuk squirrel cage rotor
Winding Rotor
Periksa winding rotor jika terdapat:
• Kotoran yang berupa tepung tembaga., ini menunjukkan adanya excitasi
dc yang berlebihan atau adanya short turn to turn atau turn to ground
• Kotoran bubuk metal lain, yang mungkin disebabkan oleh rusaknya
retaining ring (pada turbo generator), connection,
Pada slipring rotor periksa winding dan wedges seperti pada stator, juga periksa
isolator dan permukaan slipring apakah ada keretakan, penumpukan kototoran
pada isolatornya.
Pada rotor dc, periksa winding dan slot seperti pada Stator ac, dan juga periksa
kotoran pada segment commutator, bending winding, dan permukaan
commutator, periksa apakah terdapat penumpukan kotoran pada isolator
commutator, periksa kondisi connection pada raiser.
Retaining Ring
Retaining ring merupakan komponen kritis yang selalu mengalami tekanan
mekanis sehingga bagian ini sering rusak. Retaining ring dapat diperiksa
dengan:
• Eddy current, die penetrant
• Acoustics, hardness test
Rotor Fan
Journal Bearing
• Periksa journal bearing baik dimensi maupun kondisi pisik apakah ada
bekas-bekas gesekan (scratching)
• Periksa secara pisik pada bearing, jika sleeve bearing periksa kondisi
babbit, oil baffle labyrinth, ukur clearance oil seal dan bearing clearance
• Periksa jika terdapat kotoran (debu, partikel metal, dll) pad permukaan
babbit
• Periksa tahanan Isolasi pada bearing insulation dan grounding brushes jika
ada.
Page(s): 76 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Bearing
Bearing Insulation
Magnetic circuit yang terjadi pada rotor winding akan menyebabkan terbentuknya
eddy current yang mengalir melalui ujung – ujung shaft rotor, eddy current tersebut
akan menyebabkan terjadinya aliran arus yang melalui ujung shaft yang satu,
bearing, bearing support, frame, kemudian keujung shaft yang satunya dan kembali
ke ujung shaft yang satunya.
Aliran arus ini akan menyebabkan panas pada bearing dan sistim lubrikasinya, untuk
mencegah timbulnya eddy current , untuk menghindari kerusakan pada rotating part
(bearing, blade pada turbine, dll) akibat tegangan induksi, maka tegangan tsb harus
dieliminir dengan baik, yaitu dengan menambahkan sistim isolasi pada bearing
housing (bearing support) dilapisi dengan bahan isolasi, terutama pada bearing yang
menggunakan sleeve bearing dan juga pada mesin listrik untuk tegangan tinggi.
Bahan Isolasi bearing harus tahan dari: tekanan mekanis, air, minyak, biasanya
dibuat dari bahan fiberglass, polyester, epoxy.
Bearing insulation harus selalu dicheck terhadap kebocoran isolasi yang disebablan
oleh:
• Keretakan
• Kontaminasi dari oli, debu, karbon, dll
Setiap inspeksi rutin hendaknya bearing insulation juga diukur, dengan menggunakan
megger 500 Vdc, tidak ada kepastian standarisasi tentang hal ini, tetapi GE
mensyaratkan nilai minimum bearing insulation adalah 100,000 Ohm atau 100 KΩ,
pada 500 Vdc megger.
Page(s): 77 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Gambar 7.20
Bearing clearance
V- Block digunakan sebagai penahan rotor winding pada generator dari gaya
centrifugal pada saat rotor diputar, V-Block kadang-kadang dibuat dari bahan Isolasi
pejal, atau Aluminium kemudian pada bagian alasnya di beri bantalan isolasi.
Setelah mesin dioperasikan cukup lama kadang-kadang V-Block dapat retak atau
patah atau terlepas akibat tekanan mekanis.
Setiap melakukan inspeksi rotor, kondisi semua baut, dan isolator harus dilihat
apakah ada perubahan, kendur atau bergeser dari posisinya.
Gambar 7.21
Pemeriksaan
pole dan V block
Page(s): 78 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Field Winding
Permasalahan utama winding rotor pada “Salient pole generator” adalah pada bagian
tersebut selalu mendapat tekanan gaya centrifugal yang besar dan berjalan terus
menerus selama mesin dioperasikan.
Gaya centrifugal yang disertai dengan vibrasi akibat adanya aliran arus yang tinggi
pada winding menyebabkan timbulnya gesekan antar turn winding, dan winding
dengan core.
Selama melakukan inspeksi visual, hendaknya diperiksa secara teliti apakah terdapat
deformasi coil, pergeseran antar layer, insulation cracking, ikatan winding apakah ada
yang terlepas atau kendor, dll. Termasuk didalamnya sistim koneksi ke rotating diode
atau collector ring dan periksa kekencangan baut koneksinya.
Pada rotor Slipring, kondisi semua wedges, bending dan connection cable ke slipring
(collector ring) hendaknya di periksa secara teliti.
Collector ring
Akibat pemakain sikat arang (carbon brush), maka pada permukaan collector ring
adalah merupakan subject yang akan mendapat tekanan mekanis dan thermal stress
yang tinggi dan berjalan secara terus menerus.
Hal-hal berikut ini akan sangat mempengaruhi kondisi collector ring, a.l:
• Kontaminasi dari debu, karbon, minyak atau partikel kimia dan metal.
• Current density
• Sistim pendinginan pada collector ring
• Penggantian brush yang tidak sesuai dengan Grade
• Tekanan spring brush yang tidak sesuai dengan aslinya
• Dudukan brush yang tidak benar
• Sistim koneksi rotor yang tidak baik
Sistim komutasi yang buruk akan menimbulkan gelombang harmonics pada winding,
gelombang ini akan mempercepat terkikisnya collector ring dan brushes.
Vibrasi pada mesin juga mempercepat terkikisnya brushes dan collector ring
Pada umumnya collector ring di polishing ulang agar permukaannya kembali rata dan
tetap bulat, pada saat re-polishing agar diperhatikan “minimum thickness” , ketebalan
minimum collector ring tergantung pada jenis metal yang dipakai, putaran mesin dan
diameter collector ring
Putaran mesin s/d 3600 RPM = 1 s/d 2 mills, untuk putaran yang lebih
rendah defleksinya lebih besar, tetapi nilai yang direkomendasikan = 2 mills
Brush spring
Page(s): 79 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Pada rotor motor DC, commutator adalah suatu subject yang selalu mengalami
thermal stress yang tinggi dan kontaminasi (debu, karbon, minyak atau partikel kimia
dan partikel metal. Visual inspection dan insulation resistance harus dilakukan pada
setiap inspeksi. Untuk mengetahui balance winding selain dilakukan pengukuran
dengan dc Resistance dan Surge test sebaiknya dilakukan “voltage-drop test “. Lihat
Bab sebelumnya dan Bab 8. Trouble shooting tentang motor DC
Gambar 7.22 Tempatkan plat tipis dan ringan diatas setiap bar rotor, pada saat
Pemeriksaan grawler diberikan power supply ac, jika bar rotor dalam kondisi baik
(tidak putus) plat akan menempel (vibrasi) pada permukaan rotor, jika
Rotor squirrel
plat tidak bergetar mungkin bar rotor sudah putus, dan perhatiakn
cage kemampuan dari grawler, jika rotor nya terlampau besar mungkin
grawler tidak mampu menginduksi kan medan listrik pada rotor, jika
kasunya demikian tempatkan plat tersebut dibawah celah grawler
terhadap rotor
Power supply
AC 1 phase
Page(s): 80 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Untuk selanjutnya silahkan lihat pada BAB 8. Trouble shooting tentang rotor squirrel
cage motor
Geawler
Gambar 7.23
Geawler test
Page(s): 81 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
8 Vibration
Salah satu penyebab yang paling dominan merusak winding insulation adalah “vibrasi”
Vibrasi dapat ditimbulkan oleh banyak hal, a.l:
• Electric
• Mechanic
Karakteristik Vibrasi
Gangguan mesin yang disebabkan oleh masalah vibrasi dapat ditentukan dan di
analisa dengan metode karakteristik vibrasi:
• Frequency
• Displacement
• Velocity
• Acceleration
• Phase
• Spike energy
8.1.1 Frequency
Lamanya waktu tempuh untuk mencapai 1 cycle “yaitu pergerakan naik sampai titik
mati atas kemudian turun sampai titik mati bawah seperti pada pergerakan “spring +
beban” disebut sebagai 1 periode.
1 frequency = 1/periode
Periode frequency sering digunakan sebagai dasar acuan untuk analisa vibrasi.
Frequency vibrasi biasanya di ekpresikan dengan jumlah cycle yang terjadi pada 1
menit, dari sini diperoleh satuan frequency vibrasi yaitu CPM = circle per minute.
Apabila akan dibuat dalam satuan Hertz (Hz) maka:
1 CPm = Hertz x 60 Î karena 1 Hz = 1 getaran per detik.
8.1.2 Displacement
Total jarak yang ditempuh dari benda yang bergetar dari satu titik max ke titik
minimum disebut sebagai “peak-to peak displacement”
Contoh Analogi
Pergerakan bolak-balik dari sebuah per (“spring”) yang digantung dan diberi sebuah
beban, pada saat beban tidak dikenai gaya maka beban berhenti pada suatu tempat
tertentu Î posisi tersebut disebut sebagai posisi netral benda + spring.
Page(s): 82 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Apabila benda diberi gaya dengan tarikan tertentu lalu dilepas maka benda akan
bergerak naik turun dengan melewati titik netral, sampai batas tertentu.
Gambar 8.1
Displacement
8.1.3 Velocity
Dapat dianalogikan sebagai pada pergerakan Spring, dan pergerakan tersebut
memiliki kecepatan gerak, yaitu kecepatan bergerak dari titik mati atas menuju titik
mati bawah, kecepatan terbesar terjadi pada saat beban melewati titik netral.
Kecepatan tertinggi dari vibrasi ini yang diukur oleh instrument vibration analyzer.
Satuan dari vibrasi velocity dinyatakan dengan mm/sec atau inches / sec.
8.1.4 Acceleration
Acceleration mempunyai korelasi terhadap besaran gaya yang timbul, acceleration
maximum terjadi pada saat velocity mencapai minimum. Vibrasi yang terjadi pada
frequency tinggi (60.000 CPM atau lebih) acceleration adalah merupakan indicator
terbaik untuk melakukan pengukuran vibrasi.
Spike Energy adalah vibrasi yang sangat abstrak dan tidak ada sangkut pautnya
dengan berat benda dari sumber vibrasi.
Spike Energy terjadi sangat singkat, frequency yang terjadi seperti pulsa, spike
energy biasanya ditimbulkan oleh:
• Permukaan didalam element roll bearing atau gear
• Kontak antar metal yang berputar
• Tekanan tinggi pada steam atau kebocoran dengan tekanan tinggi
• Turbulance di dalam benda cair
Spike Energy digunakan untuk dasar analisa kerusakan pada bearing atau gear.
Page(s): 83 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Gambar 8.2
Spike Energy
“Distribusi berat dari benda berputar yang tidak merata terhadap centerline –nya”,
dengan kata lain bahwa shaft axis dan central principal axis rotor tidak simetris.
Yang disebut dengan central principal axis: adalah garis pendistribution berat
rotor
Pada koreksi balancing yang baik : apabila antara central principal axis dan shaft axis
terletak pada 1 sumbu dan apabila kedua axis tersebut tidak terletak dalam satu
sumbu maka akan timbul unbalance.
Sumbu putar terletak pada titik tengah shaft, dan titik berat rotor terletak di tengah
rotor
Page(s): 84 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Gambar 8.4
Original Center
Rotor unbalane of mass New Center of mass
Center of
Rotation
Type unbalance dapat diklasifikasikan sesuai dengan letak central principal axis
dengan axis shaft.
• Static unbalance
• Couple unbalance
• Quasi-static unbalance
• Dynamic unbalance
Static unbalance adalah kondisi dimana central principal axis terletak sejajar dengan
shaft axis, static unbalance disebut juga sebagai kinetic unbalance.
Static unbalance dapat diidentifikasi dengan menempatkan suatu benda kerja secara
paralel dengan shaft dan gravitasi bumi tidak menyebabkan berputarnya rotor
kebawah
Gambar 8.5
Static unbalance
Mass Distribution
Axis
Rotational Axis
Couple unbalance adalah kondisi dimana central principal axis berpotongan dengan
shaft axis pada center gravity rotor.
Couple unbalance tidak dapat diidentifikasi seperti pada static unbalance, couple
unbalance akan tampak pada saat rotor diputar dan akan menunjukan beda phase
1800 antara kedua ujung rotornya.
Page(s): 85 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Gambar 8.6
Couple unbalances Rotational Axis
Mass
Distribution Axis
Central
principal Axis
Hanya sedikit rotor yang betul-betul memiliki kasus unbalance seperti disebut diatas
(static dan couple), normalnya rotor memiliki unbalance gabungan dari static dan
couple, gabungan tersebut disebut dengan Quasi-Static unbalance.
Central principal axis berpotongan dengan shaft axis tetapi tidak pada center gravity
rotor.
Quasi-Static unbalance akan terlihat pada saat rotor diputar dan diidentifikasikan
dengan amplitudo vibrasi dengan beda phase yang tetap, amplitudo vibrasi akan
tampak sangat signifikan antara ujung rotor yang satu dengan yang lainnya dengan
beda phase mendekati 1800.
Hampir semua kasus vibrasi dari benda berputar yang disebabkan oleh unbalance
memilki karakteristik Dynamic unbalance.
Dynamic unbalance didifinisikan sebagai central principal axisnya tidak berpotongan
dengan shaft axis dan hampir mendekati paralel.
Dynamic unbalance mempunyai beda phase yang hampir sama dan atau mempunyai
beda phase yang mendekati 1800.
Gambar 8.7
Dynamic
unbalance
Mass Rotaional
Distribution Axis
Overhung unbalance terjadi jika rotor ditopang pada ujung shaftnya. Pada kondisi
normal vibrasi axial pada bearing sebelah atas akan berbeda phase dengan bearing
yang terletak dibawahnya. Gaya yang ditimbulkan oleh unbalance akan menyebabkan
bearing bergerak didalam rumahnya.
Page(s): 86 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Seperti terlihat pada ilustrasi dibawah ini, pada saat rotor mendorong bearing no.1
kearah atas, maka bearing yang no.2 akan terdorong kebalikannya, dengan demikian
kedua bearing akan memiliki beda phase sebesar 180 derajat.
Gambar 8.8
Overhung unbalance
Bearing 1
Bearing 2
Definisi
Natural Frequency
Semua komponen termasuk didalamnya rotor, bearing, shaft, frame dll,
mempunyai “natural frequency”, Natural frequency adalah frequency yang
dibangkitkan oleh setiap material.
Resonance
Adalah gabungan dari dua atau lebih dari frequency natural , ditimbulkan oleh
pengaruh gaya dari luar dengan frequency yang sama besar
Rotor dapat diklasifikasikan sebagai rotor rigid atau flexible tergantung pada
karekteristik dan hubungan nya dengan putaran rotor dengan natural frequencynya.
Kondisi dimana natural frequency dari part berputar equivalen dengan putarannya dan
jika kondisi tersebut menimbulkan vibrasi , maka kondisi ini disebut sebagai
“resonance”.
Putaran yang menimbulkan kondisi “resonance” disebut sebagai “critical speed”
Critical speed dapat diidentifikasi pada saat benda diputar, mulai pada putaran
tertentu akan terjadi vibrasi dengan amplitudo dengan tendensi naik, dan pada
putaran tertentu amplitudonya mencapai max, kemudian bila putaran mesin dinaikan
amplitudo vibrasinya akan menurun dan menuju steady.
Kondisi dimana diperoleh amplitudo vibrasi max, disebut “critical speed”.
Rigid Rotor
Rigid rotor adalah kondisi dimana timbul nya resonansi (critical speed) pertama
pada benda berputar yang dapat menimbulkan vibrasi pada benda tersebut.
Page(s): 87 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Flexible rotor
Untuk menghindari kerusakan pada rotating parts, biasanya benda diputar antara
30% diatas rigid rotor dan 30% dibawah flexible rotor.
Semua mesin berputar tidak boleh diputar pada area rigid dan flexible rotor.
Gambar 8.8
Critical speed
Rigid
Flexible
OPRT 2
1 2
Gambar 8.9 1
Ilustrasi Critical
speed
First Critical Speed
Page(s): 88 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Gambar 8.10
Vibration Charackteristic
Gambar 8.11
Arah pengukuran
Arah pengukuran
Benda berputar yang tidak balance selalu menimbulkan vibrasi, vibrasi yang
disebabkan oleh unbalance dari benda berputar dapat diketahui pada saat melakukan
pengukuran dengan Vibration Analyzer.
Page(s): 89 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Terdapat celah atau lubang pada material yang disebabkan pada proses casting.
Eccentricity: terdapat eccentricity pada rotor dan shaft dimana centerline rotor
tidak satu titik dengan centerline shaft.
Distortion
Banyak hal yang dapat menimbulkan distorsi pada shaft dan rotor, salah satunya
adalah karena overheating atau terjadinya over forced.
Clearance
Akumulasi tolerance clearance dari dua benda yang di-assembling akan
menimbulkan vibrasi, misalnya: Diameter dalam dari pulley lebih besar dari
outer diameter shaft, dan jika digunakan key shaft atau set screw sebagai alat
pengunci, clearance pada pulley pada saat diputar dapat mengakibatkan
bergesernya titik berat terhadap centerline shaft.
Polusi
Penyerapan terhadap kontaminasi debu dan kotoran lain yang tidak sama dan
merata dapat pula menimbulkan vibrasi.
Gambar 8.12
Penyebab
unbalance
yang Potensial
Page(s): 90 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Gambar 8.13
Penyebab
unbalance pada
keyway
Misalignment yang terjadi pada dua shaft dan bearing selalu menimbulkan vibrasi.
Type misalignment antara lain:
Misalignment angular, misalignment offset dan mislaignment kombinasi antara
angular dan offset
Page(s): 91 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Eccentricity dapat pula menimbulkan vibrasi, eccentricity disini yang dimaksud bukan
eccentricity dari “run-out”, tetapi adalah “centre-line dari shaft tidak satu titik dengan
rotornya”.
Eccentricity pada shaft dan rotor biasanya diatasi dengan Dynamic balancing, tetapi
bila terjadi eccentricity antara dua pully ytang digerakkan dengan V-belt, maka hal
tersebut tidak dapat dikoreksi dengan Dynamic balancing.
Vibrasi yang disebabkan oleh eccentricity terjadi pada frequency 1 x RPM.
V-Belt type paling populer digunakan sebagai power transmission sebab memliki
kapasitas penyerapan thd vibrasi paling tinggi dan paling ekonomis. Walaupun
demikian V-belt masih dapat menimbulkan vibrasi.
Karena pergerakan V-belt di atas Pulley dapat dengan mudah dilihat dan paling mudah
diganti, maka bila penyebabnya adalah V-belt maka v-belt dapat segera diganti .
Tetapi apabila penyebab vibrasi bukan berasal dari V-belt itu sendiri maka tidak akan
mungkin menghilangkan vibrasi dengan jalan mengganti V-belt.
Page(s): 92 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Untuk multi belt penting untuk diperhatikan bahwa, semua belt harus memiliki tarikan
yang sama besar, jika salah satu dari belt mempunyai tarikan yang berbeda maka belt
tersebut akan menyebabkan timbulnya vibrasi.
Vibrasi yang ditimbulkan oleh gear adalah vibrasi yang paling mudah ditentukan,
sebab pada umumnya vibrasi gear timbul pada frequency jumlah gigi gear x RPM.
Mesin yang digerakkan atau untuk menggerak udara, air, oli dan gas akan selalu
timbul masalah vibrasi yang disebabkan oleh aerodynamic.
Vibrasi ini dapat diidentifikasi dengan mengukur frequency vibrasi, frequency yang
akan terjadi akan sama dengan perkalian dari jumlah blade dengan RPM shaft
Jika vibrasi aerodynamic atau hydroulic nya besar dan tidak disebabkan oleh
frequency resonansi maka mungkin disebabkan oleh design mesin yang jelek, atau
disebabkan oleh piping atau ductingnya terjadi turbulance.
Recirculation pada pompa pada saat pompa beroperasi dengan kapasitas rendah atau
pada tekanan tinggi, dan pada saat terjadi aliran balik dari discharge ke impeller maka
menimbulkan vibrasi dan noise.
Vibrasi yang disebabkan oleh gangguan electrical disebabkan oleh tidak balancenya
medan listrik yang terjadi pada stator dan atau rotor.
Page(s): 93 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Power supply pada mesin listrik berputar akan menghasilkan gaya electromagnetic
antara stator dan rotor, gaya tsb akan mencapai maximum pada saat magnetizing
current pada stator mencapai maximum. Pada setiap cycle tegangan akan
menghasilkan “2 peak” gelombang gaya electromagnetic, dan akan menghasilkan
vibrasi sebesar 2 x frequency power supply .
Gaya electromagnetic yang dibangkitakan didalam stator sangat tergantung dari
perubahan beban mesin itu sendiri
Gambar 8.14
Electrical
unbalance
Seperti terlihat pada gambar berikut motor dengan 2 pole , akan menimbulkan gaya
electromechanical yang berbentuk elliptical pada stator, pada motor yang mepunyai
pole 4, jarak antar titik elliptical hanya sebesar 450 mekanik atau ½ dari motor 2
pole, dengan demikian motor 4 pole akan menghasilkan vibrasi dengan frequency
yang lebih rendah.
Gambar 8.15
Eliptical stator field
Page(s): 94 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Vibrasi pada level 2 x line frequency akan naik secara signifikan jika terdapat
unsymmetrical air gap antara stator dan rotor.
Pada kondisi tsb, gaya electro-mechanic terbesar akan terjadi pada sisi yang memiliki
air gap terkecil, dengan demikian gaya electromagnetic akan didorong pada sisi yang
memiliki air gap terkecil.
F = B 2 / lg Î F : Gaya electromagnetic
B : Flux density didalam air gap
lg : length of air gap
Gambar 8.16
Uneven air gap
Eccentric rotor adalah jika rotor core (Out side rotor core) tidak segaris dengan journal
bearing, akan menghasilkan unsymmetric air gap, dalam kondisi ini gaya
electromagnetic akan menjadi tidak balance dan gaya electromagnetic terbesar akan
terjadi pada air gap yang terkecil.
Unbalance yang terjadi akan berputar pada rotational frequency, dan akan
menimbulkan vibrasi pada 1 x line frequency. Flux yang akan menimbulkan gaya
electromagnetic adalah merupakan flux fundamental yang akan berputar disekeliling
stator pada synchronous speed.
Gambar 8.17
Eccentric rotor
Page(s): 95 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Unbalance tertinggi terjadi pada bagian yang memiliki air gap terkecil , berpotongan
dengan flux stator yang tertinggi maka akan menghasilkan gaya maximum, gaya
tersebut akan berkurang sejalan dengan makin lebarnya air gap.
Contoh:
Motor dengan putaran synchron = 1500 RPM pada freq 50 Hz, dengan jumlah pole =
4, dan putaran nominal rotor 1475 RPM, maka besarnya slip = 1500 Rpm – 1475 Rpm
= 25 RPM, maka akan menghasilkan modulasi frequency sebesar : 4 x 25 = 100 RPM
Jika rotor bar putus atau terbukanya connection bar dengan end ring pada motor
induksi SQ type, maka pada rotor bar tsb tidak akan dialiri arus listrik.
Pada kondisi demikian maka pada rotor bar tsb, tidak akan terbentuk medan magnit,
sehingga akan menimbulkan perbedaan medan magnit antar rotor bar yang sehat dng
yag rusak, karena terdapat beda medan magnit maka pada rotor bar akan timbul
“unbalance electromagnitic”.
Frequency unbalance yang timbul akan sebanding dengan frequency slip x jumlah
pole. Dan akan menimbulkan bising yang tinggi pada mesin.
Gambar 8.18
Broken rotor bar
Tabel 8.1
Vibration chart
FREQUENCY AMPLITUDE
CAUSE PHASE ANGLE POWER CUT COMMENTS
OF VIBRATION RESPONSE
Misalignment: Primarily 2 x Phase angle can Steady Drops slowly 2 x can dominate
Bearing Some 1 x Radial be erratic. with speed. during coast-down.
High at DE and 2 x is more prevalent
Axial with higher
misalignment
Misalignment: Primarily 1 x Drive 180o out Steady Level drops Parallel causes radial
Coupling Some 2 x Phase with slowly with forces and angular
Radial High at DE NDE. speed. causes axial.
and Axial Load dependent
Page(s): 96 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Rub – Seal /or ¼x, 1/3x, ½x Erratic Erratic Disappears Full rubs tend to be
bearing or10-20x can be depending suddenly at 10 to20x higher
seen upon severity. some lower Bearing
Primarily 2 x speed. misalignment can
Some 1 x. Radial. give rub symptoms
Rotor ¼x, 1/3x, ½x, & Erratic High Severe pounding
1x with slip freq
side bands.
Radial
Looseness: 2 x, 3 x may be Steady. Fluctuates Disappear at Bearing seat
Bearing (non- seen Radial Some lower looseness Looseness
rotating) speed at bearing split.
Rotor 1-10x with 1, 2, Can exist Erratic, high Droop with End plate loose
Core(rotating) & 3 predominant relative to type speed Core ID loose
Radial of looseness Can disappear
General core suddenly
loose gives
erratic
symptom.
Pedestals (non-rotating) 1-10x with 2 & predominant Radial & Axial
3
External Fans 1&3x N/A Fluctuates Drops with
Radial & Axial – speed. Can
OE(fan end) disappear
suddenly
Unbalance 1x rotor speed. NDE & DE in Steady Level drops Rotor has unbalance
Rotor Radial phase. Couple slowly – can be due to
gives out of thermal problems
phase condition
Unbalance of 1X Radial high at Couple DE Steady Level drops
External Fan NDE (fan end). 180o out of slowly.
1X Axial with high phase with EO
at fan end.
Coupling 1 x Radial & Steady Level drops Unbalance due to
Unbalance higher on drive slowly coupling or key
end
Bent Shaft 2 x Primarily EO 180o out of Steady Level drops DE runout should
Extension 1 x may be seen phase with DE. slowly give higher 2x axial
Axial at that end. Normal
runout on core – 1-2
mil.
Eccentric Air Strong 120 Hz N/A Steady Immediately Difference between
Gap Radial drops min. max. And air gap
divided by ave.
Should be less than
10%.
Soft Foot 1x Primarily Unsteady Modulates in Immediately Eccentricity limit 1-2
Eccentric rotor Some 60 & 120 amplitude drops mil.
Hz Radial with slip -Slip beat changes
with speed/load
Loose stator 120 Hz. Frame & Steady Immediately -Look for relative
core Axial & radial bearing drops motion of core with
brackets in respect to housing
phase at120 Hz
Rotor bow 1x Primary Unsteady -Changes with Some drop -Heat related.
(Thermal Bow) Some 120 Hz temperature. but high level -Examine rotor stack
may be seen -Time or load would come for uneven stack
May have related. down with tightness or
Modulators on 1X -Varies at speed looseness.
& 2X vib Radial Freq. slip x -Shorted Rotor Iron
poles -Check bar looseness
Page(s): 97 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Page(s): 98 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
Tabel 8.2
Machinary Velcity Velocity
Condition (in./s peak) (V dB)
Page(s): 99 of 133
ELECTRIC ROTATING MACHINERY’S MAINTENANCE
KSI Bagian 2 – Inspeksi, Troubleshooting dan Koreksi
9.1 Generator
Beberapa langkah untuk mengatasi persoalan yang terjadi pada a.c. generator pada
saat di running.
9.1.1 Jika Tegangan generator tidak keluar setelah generator di putar pada
nominal speed.
Jika ditemui kasus seperti ini, yaitu tegengan generator keluar tetapi terlampau
rendah dan tidak dapat mencapai tegangan nominal walaupun sudah dinaikkan
dengan memutar rheostat, kemungkinan disebabkan oleh:
• Ada kesalahan wiring dari trafo sensing (Uh-Vh) ke AVR, sebaiknya wiring dari
exciter, trafo sensing dan main sensing U,V,W ke AVR di cek ulang
• Kemungkinan pada terminasi nya sudah karatan
• Adanya beban yang berlebihan
• Atau adanya kerusakan pada rotating rectifiernya,
9.1.8 Vibrasi
Lihat analisa vibrasi
9.1.10 Noise
Noise dapat disebabkan oleh:
• noise terjadi pada bearing, mungkin desebabkan oleh kwalitas pelumasan yang
jelek atau kondisi bearing yang memang sudah jelek
• center line couple, atau key shaft yang sudah tidak fit (longgar)
• unbalance rotor
• ada kerusakan laminasi pada core stator
• ada pergesekan centerline antara rotor dengan statator
• airgap yang tidak simetris
• ada short circuit pada field
Ada 2 (dua) cara yang dapat digunakan untuk Dry-out current circulation
generator, yaitu:
dc current circulating
Prinsip dari pemanasan ini adalah dengan melewatkan arus d.c kedalam winding
stator dengan menggunakan “variable extra power supply” yang mempunyai
tegangan rendah tetapi mempunyai kapasitas arus besar.
Cara dry-out untuk stator dengan 6 kabel keluaran, titik neutral dihubungkan
diterminal (lihat gambar dibawah):
• Disconnect semua control kabel ke AVR
• Hubungkan power cable stator secara seri, seperti pada gambar berikut
• Atur tegangan external power supply, amati arus yang mengalir pada
winding agar tidak melebihi arus nominal generator
• Putar rotor generator secara periodic agar tidak terjadi pemanasan lokal
pada rotor
• Amati suhu winding, dan suhu dijaga agar tidak melampaui nilai kelas
winding, lihat klasifikasi thermal winding
• Lakukan pengeringan dengan sistim ini sampai didapat resistansi isolasi
dicapai, kurang lebih akan memakan waktu 2 – 4 jam
• Dry out pada generator yang memiliki kabel keluaran 6 buah (titik netral
dihubungkan di terminal)
Gambar 9.1
Dry out dengan ac/dc
circulating pada Generator
6 kabel out going
Jika kabel keluaran hanya 4 buah (titik netral di koneksi didalam), semua kabel
keluaran stator (phase U, V, W) kecuali titik netral, dihubungkan parallel, lihat
gambar. Lakukan prosedur seperti diatas (pada generator 6 kabel keluaran)
Gambar 9.2
Dry out ac/dc circulating
pada Generator
4 buah kabel out going
ac current circulating
Prinsip dari pemanasan ini adalah dengan melewatkan arus a.c kedalam winding
stator dengan menggunakan “variable extra power supply” yang mempunyai
tegangan rendah tetapi mempunyai kapasitas arus besar. Cara dan prosedur
pemanasan seperti pada dc current circulating.
Jika pada ac current circulating akan digunakan maka rotor harus dikeluarkan
dari stator, agar pada saat stator diinjek dengan arus a.c rotor tidak berputar.
Beban Simulasi
Seperti pada langkah diatas, disconnect semua kabel control AVR dari stator dan
exciter, lihat gambar selanjutnya.
Kelemahan dari metode ini adalah: harus melakukan start – stop pengerak
generator, akan fleksible dilakukan jika penggeraknya menggunakan diesel,
tetapi akan mengalami kesulitan dan agak mustahil dilakukan jika penggeraknya
dengan turbine yang berkapasitas besar, karena akan menjadi sulit untuk start
stop turbine.
Jika dengan metode tersebut diatas (poin 1 – 3) tidak berhasil atau R isolasi
tidak ada perbaikan, hal itu menunjukkan adanya kerusakan winding.
Gambar 9.3
Simulasi beban
Untuk dry – out dengan beban simulasi, hubungkan semua kabel seperti pada gambar
diatas.
9.2 Motor
9.2.1 Squirrel cage motor
Î Lihat BAB 7.2.2.3
Mendeteksi kondisi bar rotor pada SQ-motor:
Tempatkan rotor diatas “grawler” lalu grawler di switch-on, tempatkan metal yang
cukup ringan dan tipis diatas setiap slot rotor sq-motor. Jika:
Plat menempel / vibrasi pada permukaan core diatas slot rotor maka, kondisi bar rotor
baik, tetapi sebaliknya jika plat tidak bergetar / tidak menempel maka kondisi bar
mungkin rusak, kerusakan pada bar rotor dapat berupa:
• kemungkinan retak atau putus ditengah
• putus pada sisi end ring
Masalah yang paling sering ditemui dalam mesin dc adalah: sparking yang timbul di
antara carbon brush dengan commutator.
9.2.2.1 Sparking
• Unbalance winding
Check winding armature, field winding, interpole dan series winding dengan
menggunakan metode seperti yang sudah diterangkan sebelumnya, lihat
inspection.
• Asymmetrical air-gap
Check air gap dengan menggunakan filler gauge, gangguan ini sering terjadi
pada mesin yang menggunakan single bearing
• Commutator oval
Akan menimbulkan tekanan pada carbon ke commuatator tidak sama dan
akibatnya contact carbon akan menjadi tidak sempurna, untuk mengatasinya
sebaiknya setiap overhaul atau secara reguler commutator di machining ulang
dan di skim
Defleksi maximum collector ring / commmutator tergantung dari putaran mesin.
Putaran mesin s/d 3600 RPM = 1 s/d 2 mills, untuk putaran yang lebih rendah
defleksinya lebih besar, tetapi nilai yang direkomendasikan = 2 mills
Gambar 9.15
Machining
commutator
Gambar 9.16
Skimming
commutator
Contoh operasi mesin dc yang baik, Permukaan “carbon brush” nampak licin dan
mengkilat, kondisi permukaan commutator silahkan lihat fig: 9.17
Gambar 9.17
Dense, shinig Slight
porous sliding face
Good commutator
Gambar 9.18
Hairlinining
dan grove
Disebabkan oleh
• Low current density of carbon brush (incorrect grade)
• Atmospheric contamination (dust, oil, grease)
• Wrong brush pressure
Gambar 9.19
Broken Edges
Disebabkan oleh:
• Commutator oval
• Fault armature winding
• Segment short circuit
• Vibration
Gambar 9.20
Trailing Edges
Disebabkan oleh:
• Poor commutation
• Shifting neautral Axis
• Fault Interpole Winding
• Short inter segment
• Incorrect spring pressure
Gambar 9.21
Copper Nest
Disebabkan oleh:
• Excessive friction
• Incorrect brush pressure
• Fault Interpole Winding
• Incorrect grade
• Softened bar commutator
Gambar 9.22
Eroded brush face
Gambar 9.23
Double facing
Disebabkan oleh:
• Posisi brush tidak stabil akibat rumah brush (brush holder)
longgar
Gambar 9.24
Even slot
bar marking
Disebabkan oleh:
• Fault winding
• Wrong carbon grade
Gambar 9.25
Starry Commutator
Disebabkan oleh
• Current density yang tidak stabil akibat dari brush spring
yang terlalu lemah
• Grade yang tidak cocok
Salah satu penyebab yang paling banyak dijumpai dilapangan dari sumber vibrasi
selain mis-alignment adalah, “unbalance rotor”.
Kasus unbalance rotor dapat ditimbulkan pula oleh pemanasan lebih pada benda putar
yang pemanasannya tidak merata.
Cara koreksi yang disebabkan oleh “unbalance rotor” adalah dengan cara melakukan
“dynamic balancing”.
Secara teoritis balancing harus dapat mengembalikan “central principal axis (axis titik
berat benda berputar) terletak satu sumbu dengan sumbu putar, tetapi dalam
kenyataannya yang disebabkan oleh batas ketelitian mesin, penempatan counter
weight dan letak titik berat benda yang tidak diketahui menyebabkan koreksi yang
dilakukan dengan dynamic balancing tidak dapat membuat principal axis benar-benar
dalam satu sumbu dengan sumbu putarnya.
Jika suatu benda berputar (rotor) ditambahkan benda pada permukaan rotor dengan
berat (“x – gram”) dan diletakkan pada jarak (“R – mm”) dari sumbu putarnya, maka
pada saat rotor tersebut diputar, benda yang ditempatkan pada rotor itu akan
menimbulkan gaya centrifugal sebesar:
F = 0.01 X W X R X (RPM/1000)2
F : Kg
W : Unbalance weight in gram
R : radius in mm,
Residual Unbalance yang masih diizinkan pada benda berputar sangat tergantung
pada:
• Berat benda berputar (Kg)
• Actual speed (RPM)
• Diameter (mm)
Jika koreksi unbalance menggunakan standard ISO 1940, maka residual unbalance
per plane (journal) ditentukan dengan formula sbb:
Ub × W
R eU =
2R
Jika koreksi unbalance menggunakan standard API 616 atau 611, maka residual
unbalance per plane (journal) ditentukan dengan formula sbb:
U max =(4 x W )/ N
Jika berat statik aktual tidak diketahui disetiap journal maka, berat rotor keseluruhan
dibagi 2 plane dengan sama besar.
Perhitungan residual unbalance yang masih diizinkan pada setiap plane (journal)
benda berputar dengan menggunakan Standard ISO. 1940
Contoh:
Berat rotor = 100 Kg
Diameter rotor = 500 mm
Putaran actual rotor = 1500 RPM
Berapa residual unbalance yg diizinkan
Jika rotor dikategorikan sebagai mesin dengan grade 6.3 ISO 1940, Ub berdasarkan
ISO 1940 untuk putaran 1500 RPM, adalah = 31.5 gr-mm / kg (lihat grafik).
Residual unbalance yang masih di izinkan pada setiap plane (journal), untuk rotor
dengan berat 100 kg, diameter 500 mm, dan putaran 1500 RPM, sesuai dengan
standard ISO 1940. Grade 6.3, adalah: 6.3 gram
Gambar 9.26
Permisible residual
unbalance chart
Digunakan untuk “refinery services gas turbine”, salah satunya adalah untuk verifikasi
dan analisa vibrasi dan balancing.
• Shaft
• Piringan (disk)
• Drums
• Komponen “blade” yang terpasang pada shaft
• Rotor
Jika sebuah shaft akan dilakukan dynamic balancing secara individu, dan jika shaft
tersebut menggunakan “single key way” maka key shaft harus dipasang penuh sesuai
ukuran lubang key shaft (tidak boleh menonjol dan tidak boleh kurang).
Dan jika shaft memliki lebih dari 1 key shaft dan posisinya tidak berlawanan 180 0
maka seluruh key shaft harus dipasang dengan sempurna, lihat illustrasi pemasangan
key shaft berikut.
Gambar 9.27
Illustrasi Key shaft
9.3.2.2 Prosedure
Contoh
R = 200 mm
Graphic Analysis
Step 1 Buat plot dari data test pada polar chart yang sudah disediakan, buat
skala terbesar dan terkecil dari hasil test dihitung rata2 dari
pengurangan amplitude terbesar dng terkecil.
Amplitudo terbesar = 18
Amplitudo terkecil = 5
Amplitudo rata-rata = (18-5)/2 = 6.5
Buat sketsa data test kedalam lingkaran plot sesuai dengan besar
amplitude dan sudutnya.
Step 2 Sket lingkaran (lingkaran dibuat sebulat mungkin) pada polar chart,
dimulai dari “amplitude terbesar” menuju 5 titik amplitude yang lain.
Step 3 Ukur diameter lingkaran kedalam satuan skala yang diperoleh dari sket
lingkaran pada step 2 (tarik garis lurus kearah horizontal, dari amplitude
terbesar melalui titik pusat lingkaran plot menuju garis lingkaran yang
arahnya berlawanan dng. Titik amplitude terbesar)Î lihat sket
Gambar 9.28
API 616
Polar Charts
23 Unit skala
Amplitudo terbesar = 20
pada 270°
Gambar 9.29
Aplikasi
Balancing
ISO 1940
Gambar 9.30
Aplikasi
balancing
API 616
Langkah 1
Persiapan rewinding LV
Gambar 9.31
LV Winding
preparation
Langkah 2
Cleaning core
Jika ditemukan adanya kenaikan suhu pada saat di test dengan ring flux,
perbaiki core hingga tidak ada kenaikan suhu yang ektrim, standarisasi
suhu core lihat di BAB inspection (Standard VDE 0530, lihat hal 12)
Cuci core dengan steam water jet hingga semua kotoran bersih
Masukkan core ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 1000 C
Keluarkan core dari oven dan lapisi core dengan “insulation painting”
dengan cara spraying
Gambar 9.32
Core inspection
Langkah 3
Persiapan Rewinding
Buat lapisan isolasi kertas untuk slot, intermediate slot, fiiler, overhang
dan wedges
buat coil winding sesuai dengan data sebelumnya, yaitu: dimensi kawat,
jumlah turn per group, jumlah group
masukkan semua kertas isolasi untuk dasar slot
masukkan semua coil winding dan intermediat isolasi, filler dan wedges
test coil sebelum di koneksi antar coilnya, test pada phase ini meliputi:
• test isolasi
• test Rdc
• test surge
Gambar 9.33
Re-Winding
Langkah 4
Connection
Gabungkan semua coil yang akan dijoint dan ikat dengan kawat email
dengan baik, rapikan ujung-ujung coil
Koneksi coil dengan menggunakan silver welding
Jika welding connection sudah selesai, test hasil connection seperti test
sebelumnya, termasuk test polarity
Rapikan end connection welding dan bungkus dengan insulation tape a.l.
kapton, mica tape, dan glass tape
Langkah 5
Varnishing
Sistim ini sangat menentukan life time dari mesin disamping penggunaan
material isolasi nya, untuk varnish pergunakan varnish sesuai dengan thermal
class dari mesin, normalnya 1 tingkat lebih tinggi dari sistim thermal class dari
mesin
Metode yang digunakan untuk varnishing ada 2 macam, yaitu:
Metode double dipping (dua kali celup)
Metode Vacuum Pressure Impregnation (VPI)
• Masukkan winding kedalam oven dan set oven s/d 1000C selama 2
jam.
• Keluarkan winding dari oven diamkan sejenak +/- 10 menit.
• Masukkan ke dalam tangki varnish dengan posisi vertikal, celup
winding hingga semua winding terbenam didalam varnish.
• Biarkan beberapa saat sampai semua gelembung udara yang timbul
dari celah-celah winding hilang sama sekali.
• Angkat winding dari tangki dan biarkan agar varnish menetes hingga
tetesannya tidak banyak
• Masukkan kembali winding ke dalam oven, set suhu oven pada
1500C (jika winding memilki thermal class F) diamkan selama 4 jam.
• Keluarkan winding dan diamkan sejenak diluar oven dan kembali
lakukan varnishing seperti langkah sebelumnya (langkah 2-7)
• Kelurkan dari oven dan lapisi winding dengan Insulation painting
dengan cara spraying
• Bersihkan semua kotoran varnish yang menempel pada bagian-
bagian yang tidak perlu, misal: pada frame, pada permukaan slot
• Setelah winding dingin, lakukan test ulang seperti test sebelumnya
dan test Hi-Pot, (standarisasi test Hi-Pot lihat BAB 7.1.7)
• Stator winding siap untuk assembling
Lakukan pre heating seperti pada langkah awal pada double dipping
Persipkan VPI tank
Masukkan Stator winding pada VPI tank, pompa VPI sampai tekanan
+/- (-1 s/d -2 atm)
Biarkan kira-kira selama 20 menit
Angkat stator winding dari VPI dan panaskan dalam oven, set
temperature pada 1500C selam 8 jam
Kelurkan dari oven dan smprotkan lapisan insulation painting, setelah
dingin lakuakn test seperti pada double dipping, stator siap di
assembling
Langkah 6.
Perbaikan Rotor dan perlengkapan motor sebelum di Assembling
Jika rotor dari stator yang sedang diperbaiki adalah merupakan wound rotor,
sebaiknya rotor juga dilakukan perbaikan isolasi / “revarnishing” dan cleaning.
Revarnishing pada wound rotor dilakukan seperti pada stator, cukup dengan
double dipping varnishing, lakukan prosedure varnishing seperti sebelumnya
Jika hasil inspection menunjukkan adanya toleransi minus dari standarisasi yang
ada pada journal bearing (berlaku untuk semua tipe rotor), sebelum rotor di
assembling, sebaiknya journal diperbaiki agar bering dengan fit terpasang pada
journal.
Lapisi bagian yang berdekatan dengan bagian yang dipanasi dengan bahan
anti panas, agar panasnya tidak menjalar pada bagian tsb
Putar rotor dengan putaran konstan, lalu semprotkan metal cair (umumnya
menggunakan Molibdenium 60) pada bagian yang akan diperbaiki
Dinginkan rotor dengan tetap memutarnya
Machining dan Polish bagian yang diperbaiki hingga dicapai dimensi yang
dikehendaki
Gambar 9.36
Metal Spray
bearing journal
Dynamic balancing
Seperti apa yang telah diterangkan pada balancing concept (lihat pada BAB
sebelumnya tentang Vibration), semua benda berputar termasuk kompenen
yang menempel padanya harus di balancing.
Langkah 7
Assembly
Gambar 9.37
Assembly
Stator-Rotor
Gambar 9.38
Posisi end core
rotor tegak lurus
terhadap end
core stator
Pemasangan non sleeve bearing, pergunakan peralatan yang baik agar pada
waktu pemansan bearing, panas yang timbul dapat menyebar secara merata
diseluruh permukaan bearing, karena bearing adalah komponen yang sangat
peka terhadap thermal stress.
Pada waktu memasukkan bearing ke shaft jangan sekali-kali di pukul dengan
benda keras karena akan merusak bearing.
Gambar 9.39
Pemasangan
Bearing dengan
bearing heater
Langkah 8
Running Test
Prosedur terakir adalah running test, jika memungkinkan dilakukan lakukan test
running berbeban, pada test ini dapat digunakan untuk melihat performance
motor sesuai aslinya.
Gambar 9.40
Running Test
Untuk proses proquirement dan manufacture silahkan lihat “Data sheet rotor
winding annex. 2”
Prosedure rewinding sama dengan rewinding stator LV/MV, Berikut adalah langkah –
langkah rewinding Rotor Motor Slipring atau Motor DC:
Gambar 9.41
Rewinding Slipring
motor cylindrical
pole rotor generator
Gambar 9.42
dan DC Rotor
Gambar 9.43
Re bending
rotor winding
Gambar 9.44
Skimming
Commutator
Connection pada rotor generator selalu dihubungkan seri, langkah – langkah untuk
rewinding rotor:
Langkah 1
Melepas winding lama
Langkah 2
Cleaning core
Langkah 3
Persiapan rewinding
Langkah-4
Test winding sebelum varnishing
Test Rdc
Test Insulation Resistance
Test Surge
Test impedance
• dc voltage drop test
• ac voltage drop test
Langkah 5
Varnishing
Gambar 9.45
Fixed core Salient
Pole rotor Generator
Seperti pada fixed type rotor, lepas semua koneksi rotor, v-block dan data
semua winding rotor, untuk mempermudah rewinding rotor core type ini dapat
dilepas dari rotor yoke. Lakukan semua pendataan winding setelah rotor core
dilepas dari rotor yoke.
Bersihkan semua kotoran yang menempel pada rotor core hingga bersih,
kemudian masukkan oven dan setting oven seperti prosedure sebelumnya dan
lapisi core dengan insulation painting.
Buat lapisan kertas isolasi seperti pada fixed type core untuk dasar core dan
gunakan material sesuai dengan thermal class nya, jangan sekali-kali
menggunakan material yang memilki thermal class dibawah thermal class mesin.
Persiapkan kawat winding dan pole rotor pada mesin rewiniding, gunakan
tekanan kawat sesuai dengan dimensi kawat dan kecepatan putaran mesin
winding.
Gambar 9.46
Persiapan rewinding
rotor bolted type
core rotor
Tempatkan rotor pole dimeja rewinding dan ikat dengan baut kuat-kuat dan
tempatkan kawat winding dengan jarak yang cukup untuk movement orang,
clamp kawat dengan alat jepit yang dapat dimonitor tekanannya, jaga tekanan
kawat agar stabil disemua putaran mesin winding, pada contoh kasus ini besar
tekanan k/l 10 -15 kg.
Gambar 9.47
Proses Rewinding
rotor
Brand : Schenectady
Type : ISONEL 300 red
Composition : Modified polyester
Thinner : Xylol
Viscosity @ 250C : 135 - 145
Thermal class : -
Dielectric strength : Dry 1000 V
Volt / 25 micron Wet 350 V
Curing cycle : 1 - 8 hours air dry
Bond Strength :-
Oil proof finishing enamel good adhesion to insulating and metalic suitable for finising
Class H machine
Langkah terakhir sebelum rotor di Assembling, baik untuk rotor DC, AC motor maupun
Generator adalah dynamic balancing, (lihat pada bab sebelumnya untuk “dynamic
balancing correction”).
Coil HV agak sedikit berbeda dengan MV/LV coil, pada semua mesin HV pada
umumnya dilapisi dengan anti partial discharge insulation, yang berfungsi sebagai
discharge jika terjadi over voltage dan pelepasan elektron yang terjadi pada winding
coil ke ground. Fenomena partial discharge hanya terjadi pada mesin yang memilki
tegangan ≥ 4000 V
Gambar 9.49
HV Coil Winding
Kriteria HV Coil test silahkan lihat BAB 7. Prosedure rewinding tidak jauh berbeda
dengan LV atau MV winding, kecuali pada sistim varnishing, pada coil HV tidak
dibenarkan untuk divarnish, karena varnish akan melapisi / menutupi lapisan partial
discharge coil, dan akan mengakibatkan lapisan tersebut tidak akan bekerja.
Laksanakan prosedure rewinding pada LV/MV dari langkah 1 s/d langkah 4, yaitu:
Data winding
Remove winding lama
Cleaning
Persiapan rewinding dan testing
Assembly
Data yang diperlukan pada HV coil atau type coil lain baik MV/LV yang terbuat dari
square wire proses manufacture dan proquirement (lihat Annex 1. Stator Data Sheet)
Core dimension (Length, Inner diameter)
No of slot
Slot Dimension (W, H)
Slot direction skewing (R/H) or none
Winding connection data
Coil wire dimension (W x D)
No of turn
No of group
No coil per group
Coil pitch
Overhang dimension (DS/NDS)
Core stator untuk HV machine, tidak boleh dilapisi insulation painting kecuali hanya
pada permukaan core saja.
Untuk mengukur skewing pada slot gunakan mistar diletakkan diatas slot kemudian
ditarik garis lurus pada satu slot, kemudian ukur skewing slot, kearah kanan / kiri,
(besar skewing biasanya = 1 slot)
Pada saat memasukkan winding coil ke slot stator, agar di lakukan dengan hati-hati
agar partial discharge insulation tape tidak terkelupas atau lecet.
Gambar 9.50
Core preparation
Connection
Untuk connection winding yang menggunakan coil dari jenis “rectangular wire” (baik
untuk LV maupun HV winding) gunakan spot welding dengan perak sebagai media
welding. Langkah selanjutnya lakukan seperti pada rewinding prosedure pada LV dan
HV, tanpa varnishing process
Gambar 9.51
Welding connection