Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The aim of this study was to determine the factors which was related to the eating problem in preschool children in
PAUD Terpadu Pertiwi Dharma Wanita Persatuan (DWP) Setda Pekanbaru. The design of this study was descriptive
correlation with cross sectional approach. This study used stratified random sampling, involving 79 parents of children
who attended PAUD Terpadu Pertiwi Dharma Wanita Persatuan (DWP) Setda Pekanbaru. The data was collected by
distributing questionnaires to the parents. The result of this study showed that child involvement (p= 0,021), parental
behaviour during meal time (p=0,000),) and meal time control (p=0,036) has correlation with preschool children
eating problem while the food presentation(p=0,265) has no correlation with children eating problem. Based of this
results, it is recommended to parents, to concern more about children eating problem.
953
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
Penelitian di Indonesia yang dilakukan makan (24,8%) dan anak rewel, merasa tidak
di Jakarta terhadap anak prasekolah. senang atau marah (22,9%), hanya menyukai
Didapatkan hasil prevalensi kesulitan makan satu jenis makanan (7,3%) hanya mau minum
sebesar 33,6%, 44,5% diantaranya menderita susu (18,3%), memerlukan waktu > 1 jam
malnutrisi ringan sampai sedang dan 79,2 % untuk makan (19,3%) dan mengemut
dari subjek penelitian telah mengalami (15,6%). Keluhan 72 % telah dialami lebih
kesulitan makan lebih dari 3 bulan dari 6 bulan, 50% memiliki keluhan gangguan
(Judarwanto, 2011). kenaikan berat badan, 22% rewel, 12% nyeri
Penelitian Fitriani, Fatmalina & Rini epigastrium, 10% back arching, dan 6% nyeri
(2009), pada anak prasekolah usia 3-5 tahun menelan serta sering muntah.
di perumahan Top Amin Mulya Jakabaring Hasil survei pendahuluan yang
Palembang. Didapatkan hasil penelitian yaitu dilakukan di PAUD Terpadu Pertiwi DWP
59,3 % anak yang mengalami kesulitan Setda kota Pekanbaru didapatkan jumlah
makan. Cara pemberian makan dengan cara murid berjumlah 118 anak, jumlah murid
dipaksa yaitu disuapi (100%), suasana makan laki-laki yaitu 49 orang dan perempuan 69
sambil bermain (87%), variasi makanan baik orang. Peneliti melakukan wawancara dengan
(78%), waktu makan tidak teratur (63,6%), 6 orang ibu yang sedang menunggu anaknya
frekuensi makan buruk (78,1%), dan jenis pulang sekolah, dari 6 orang ibu mengatakan
makanan sesuai dengan usia anak (100%). anak mereka susah makan, dimana harus
Menurut sensus yang dilakukan World dipaksa, jika bermain lama tidak ingat makan,
Health Organization (WHO) (2012, dalam dan suka meminta jajan sehingga tidak mau
Rohmasari, 2013). diketahui bahwa 42 % dari makan. Berdasarkan hal tersebut maka
15,7 juta kematian anak dibawah 5 tahun peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terjadi di negara berkembang. Dari data yang berjudul “Faktor-Faktor yang
tersebut sebanyak 84% kasus kekurangan Berhubungan Dengan Perilaku Kesulitan
gizi anak usia dibawah lima tahun (balita) Makan Anak Prasekolah”.
terjadi di Asia dan Afrika. Sedangkan di
Indonesia tahun 2012 terdapat sekitar 53% TUJUAN PENELITIAN
anak di bawah usia 5 tahun menderita gizi Tujuan penelitian ini adalah untuk
buruk disebabkan oleh kurangnya makanan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
untuk mencukupi kebutuhan gizi sehari-hari dengan perilaku kesulitan makan pada anak
(Depkes, 2012). Di Propinsi Jawa Timur prasekolah.
tahun 2010 diketahui terdapat 2,4 juta balita
dan 15 % diantaranya mengalami masalah MANFAAT PENELITIAN
sulit makan. Di Kabupaten Ponorogo tahun Hasil penelitian ini nantinya akan
2010 terdapat 1300 balita kurang gizi yang menjadi salah satu sumber bahan pengetahuan
tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Dari bagi para orang tua. Orang tua diharapkan
total tersebut sebesar 700 balita mengalami semakin memahami permasalahan makan
sulit makan. Di wilayah Ponorogo kota pada anak, khususnya anak yang mengalami
terdapat 146 balita mengalami sulit makan kesulitan makan.
(Aisyah, 2011).
Hasil penelitian Sudibyo & Mulyani METODOLOGI PENELITIAN
(2009), kelompok usia terbanyak mengalami Penelitian ini menggunakan desain
kesulitan makan adalah usia 1 sampai 5 tahun penelitian deskriptif korelasi. Penelitian
(58%), dengan jenis kelamin terbanyak laki- dilakukan di PAUD Terpadu Pertiwi DWP
laki (54%). (43%) subjek memiliki status gizi
Setda Provinsi Riau dengan jumlah sampel
kurang. Kesulitan makan sebanyak 50 orang
dari 109 orang subjek (45,9%). Gejala klinis sebanyak 79 responden. Pengambilan sampel
esofagitis refluks ditemukan dalam jumlah menggunakan stratified random sampling
yang sama (45,9%). Menghabiskan makanan sesuai dengan kriteria inklusi, bersedia
kurang dari sepertiga porsi (27,5%), menolak menjadi responden,umur anak 3-6 tahun,
954
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
956
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
Secara statistik dapat dianalisis bahwa orangtua 2. Faktor faktor yang berhubungan dengan
yang tidak melakukan kontrol makanan dengan perilaku kesulitan makan anak prasekolah.
baik berpeluang 3,870 kali memiliki anak yang a. Perilaku kesulitan makan anak
mengalami kesulitan makan dibandingkan prasekolah
dengan orangtua yang melakukan kontrol Hasil analisis dalam penelitian ini
makanan dengan baik. Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa anak yang mengalami
penelitian dari 4 faktor terdapat 3 faktor yang perilaku kesulitan makan sebanyak (35,4%).
berhubungan (keterlibatan anak, perilaku Hasil penelitian ini terdapat (67,1%) anak
makan orangtua, kontrol makanan) dan 1 faktor menghabiskan makanan dalam waktu lama
(penyediaan makanan) yang tidak (lebih dari 30 menit), (49,4%) tidak tertarik
berhubungan. Penyediaan makanan tidak mencoba makanan baru, (48,1%) menyukai
berhubungan karena dari faktor pertannyaan makanan tertentu saja, (34,2%) anak
yang ada di kuesioner lebih banyak pernyataan menggelengkan kepala saat diberikan
negatif seperti memberikan makanan instan, makanan, (21,5%) anak menutup mulut rapat-
makanan manis, penyedap rasa. rapat saat diberikan makanan, (15,2%) anak
membuang makanan yang diberikan.
Menurut Judarwanto (2004), kesulitan
PEMBAHASAN makan ditandai dengan perilaku
1.Data demografi anak memuntahkan makanan yang ada didalam
a. Umur mulut anak, makan dalam waktu lama, tidak
Hasil analisis univariat menunjukan mau memasukkan makanan kedalam mulut,
usia anak adalah 5-6 tahun sebesar (82,3%). membuang makanan dan menepis suapan dan
Kesulitan makan banyak terjadi pada usia (30,4%) anak mengatakan tidak mau saat
prasekolah, berdasarkan beberapa penelitian diberikan makanan. Anak usia prasekolah
menunjukkan bahwa kesulitan makan banyak dapat menyadari bahwa dirinya tidak
terjadi pada anak prasekolah. Penelitian sepenuhnya bergantung pada lingkungan
tersebut antara lain dilakukan oleh Beautris sekitarnya, anak menuntut otonomi bagi
(2007), terdapat 24% responden di New dirinya seperti menolak waktu diberikan
Zealand yang mengatakan anaknya makanan.
mengalami kesulitan makan di usia 2 tahun Anak prasekolah memiliki rasa ingin
dan 18% diantaranya berlanjut hingga usia 4 tahu yang tinggi dan mereka tertarik untuk
tahun. memenuhi banyak hal dengan rasa ingin
tahunnya. Usia prasekolah juga sibuk
b. Jenis kelamin mengeksplorasi dunia disekitarnya. Menurut
Hasil analisis univariat menunjukan Wardlaw dan Hampl (2007), karena
responden anak laki-laki (40,5 %) dan kesibukan mengeksplorasi lingkungannya
perempuan (59,5%). Laki-laki dan terkadang mengalihkan anak dari
perempuan dibedakan berdasarkan ciri-ciri makanannya. Selain itu anak juga memiliki
biologisnya. Hasil penelitian Powell, Farrow rasa curiga jika disediakan makanan yang
dan Meyer (2011), menyatakan bahwa anak baru dikenalnya karena memiliki indra
laki-laki lebih banyak mengalami masalah pengecap (papila) yang lebih sensitif
kesulitan makan daripada perempuan. Hal dibandingkan dengan orang dewasa akibatnya
tersebut kemungkinan dapat disebabkan hanya menyukai makanan tertentu yang
karena anak laki-laki lebih tantrum daripada berganti-ganti selama waktu tertentu
anak perempuan (Mascola, Bryson & Agras, (Sutardjo, 2011).
2010). Berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ostberg dan Hagelin (2010) b. Hubungan keterlibatan anak dengan
mengatakan bahwa anak perempuan lebih perilaku kesulitan makan anak prasekolah
banyak mengalami masalah kesulitan makan Hasil analisis univariat diketahui bahwa
dibanding anak laki-laki. orangtua melibatkan anak dalam penyiapan
makanan (50,6%) dan yang tidak melibatkan
957
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
anak (49,4%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak sehat dihadapan anak-anaknya maka
adanya hubungan antara keterlibatan anak akan mengurangi resiko anak dalam konsumsi
dengan perilaku kesulitan makan anak makanan yang tidak sehat (Kroller dan
prasekolah. Warchburger, 2009).
Keterlibatan anak merupakan hubungan Usia prasekolah merupakan masa-masa
interaksi antara orangtua dan anak yang penting dalam membentuk kebiasaan makan
memiliki peran protektif terhadap sehat pada anak (Wardlaw dan Hampl, 2004).
perkembangan emosi dan sikap serta Tahapan ini, anak mulai belajar untuk bisa
permasalahan kesehatan anak. Menyiapkan makan sendiri, sehingga diperlukan contoh
dan memilih makanan merupakan tanggung yang dapat menunjukan dan mengarahkan
jawab orangtua, namun anak seharusnya ikut perilaku makan yang baik bagi anak. Sebagai
belajar menyiapkan dan memilih makanan bagian dari perkembangan kehidupan sosial,
dengan melibatkannya (Friedman, Bowden anak mempelajari sesuatu dengan meniru
dan Jones, 2003). perilaku orang-orang disekitarnya termasuk
Anak yang tidak dilibatkan dalam perilaku makan (Brown, 2011).
penyiapan makanan tidak mengetahui
bagaimana membuat makanan dan aktivitas d. Hubungan penyediaan makanan dengan
makan yang setiap hari dijalankannya. perilaku kesulitan makan anak prasekolah
Sebaliknya, jika anak dilibatkan dalam Hasil analisis univariat menunjukan
penyiapan makanan akan membentuk bahwa sebagian responden sudah menyediakan
pemikiran anak bahwa penyiapan makanan makanan dengan baik sebesar (29,1%) dan
merupakan proses yang menyenangkan. yang tidak baik (70,9%). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan
c. Hubungan perilaku makan orangtua penyediaan makan dengan perilaku kesulitan
dengan perilaku kesulitan makan anak makan anak prasekolah.
prasekolah Penyediaan makanan sehat bagi anak
Hasil analisis univariat bahwa akan membentuk kebiasaan perilaku makan
orangtua menunjukkan perilaku makan yang sehat pada anak. anak yang sering diberi
orangtua yang baik pada anaknya (45,6%) dan makanan sehat akan terbiasa untuk
yang tidak baik (54,4%). Hasil uji statistik mengonsumsi makanan yang sehat. Menurut
menunjukkan adanya hubungan antara penelitian Sprruier, Margaray, Golley, Curnow
perilaku makan orangtua dengan perilaku & Sawner (2008), yang mengatakan bahwa
kesulitan makan anak prasekolah. Menurut ketersediaan makanan sehat di rumah seperti
penelitian Grodner, Long dan Walkingshaw buah dan sayuran berhubungan dengan
(2007), yang menyatakan bahwa perilaku peningkatan jumlah konsumsi makanan
anak dipengaruhi oleh contoh perilaku orang tersebut.
dewasa di sekitarnya. Peran orangtua untuk Orangtua yang memberikan makanan
selalu memberikan contoh yang baik bagi tidak sehat kepada anak seperti memberikan
anak sangat diperlukan untuk membentuk makanan mi instan dan orangtua
perilaku anak, termasuk perilaku makan. menambahkan garam pada makanan anak
Orangtua yang tidak pernah sampai terasa gurih serta menambahkan
mengkonsumsi makanan sehat dihadapan penyedap rasa dengan tujuan agar anak
anak-anaknya adalah orangtua yang tidak menyukai makanan tersebut. Selain makanan
mengajarkan anak untuk memiliki kebiasaan instan,orangtua sering menyediakan makan
makan makanan sehat. Menurut penelitian manis di rumah. Pemberian makanan manis
yang dilakukan oleh Mascola, Bryson dan mendekati waktu makan dapat menyebabkan
Agres (2010) bahwa anak meniru perilaku berkurangnya nafsu makan karena anak
orangtua yang sering memilih-milih makanan merasa sudah kenyang. Sering memberikan
berdasarkan selera atau kesukaan. Sebaliknya makanan manis menyebabkan kebutuhan
jika orangtua mengkonsumsi banyak sayur nutrisi anak tidak terpenuhi dengan baik dan
dan buah dan menhindari konsumsi makanan anak menjadi ketagihan dengan makanan
958
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
960
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
961