You are on page 1of 9

JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESULITAN


MAKAN ANAK PRASEKOLAH

Aristiana Kesuma1, Riri Novayelinda2, Febriana Sabrian3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: Aristiana.kesuma@ymail.com

Abstract

The aim of this study was to determine the factors which was related to the eating problem in preschool children in
PAUD Terpadu Pertiwi Dharma Wanita Persatuan (DWP) Setda Pekanbaru. The design of this study was descriptive
correlation with cross sectional approach. This study used stratified random sampling, involving 79 parents of children
who attended PAUD Terpadu Pertiwi Dharma Wanita Persatuan (DWP) Setda Pekanbaru. The data was collected by
distributing questionnaires to the parents. The result of this study showed that child involvement (p= 0,021), parental
behaviour during meal time (p=0,000),) and meal time control (p=0,036) has correlation with preschool children
eating problem while the food presentation(p=0,265) has no correlation with children eating problem. Based of this
results, it is recommended to parents, to concern more about children eating problem.

Keywords: Eating problem, preschool children.

PENDAHULUAN mengalami kesulitan makan jika tidak segera


Anak prasekolah adalah anak yang diatasi (Soetjiningsih, 2004).
berusia tiga sampai lima tahun. Anak Prevalensi masalah kesulitan makan
prasekolah mengalami pertumbuhan dan menurut klinik perkembanganan anak dari
perkembangan biologis, psikososial, kognitif Affiliated program for children development
dan spiritual yang signifikan. Pertumbuhan di University George Town mengatakan 6
dan perkembangan anak usia prasekolah jenis kesulitan makan pada anak yaitu hanya
dipengaruhi oleh nutrisi, masalah tidur, mau makan makanan cair atau lumat: 27,3%,
kesehatan gigi, pencegahan cedera serta cara kesulitan menghisap, mengunyah atau
orang tua dalam merawat anak yang sakit menelan: 24,1%, kebiasaan makan yang aneh
(Wong, Marilyn, David, Marilyn L, & dan ganjil: 23,4%, tidak menyukai variasi
Patricia, 2008). banyak makanan: 11,1%, keterlambatan
Usia prasekolah, anak mengalami makan sendiri: 8,0%, mealing time tantrum:
perkembangan psikis menjadi lebih mandiri, 6,1% (Judarwanto, 2011).
autonom, dapat berinteraksi dengan Angka kejadian masalah kesulitan
lingkungannya, serta lebih mengekspresikan makan di beberapa negara cukup tinggi.
emosinya. Bentuk luapan emosi yang biasa Sebuah penelitian oleh The Gateshead
terjadi adalah menangis atau menjerit saat Millenium Baby Study pada tahun 2006 di
anak tidak merasa nyaman. Sifat Inggris menyebutkan 20% orangtua
perkembangan yang terbentuk ini dapat mengatakan anaknya mengalami masalah
mempengaruhi pola makan anak. Hal tersebut makan, dengan prevalensi tertinggi anak
menyebabkan anak terkadang bersikap terlalu hanya mau makan makanan tertentu. Survei
pemilih, misalnya cenderung menyukai lain di Amerika Serikat tahun 2004
makanan ringan sehingga menjadi kenyang menyebutkan 19-50% orang tua mengeluhkan
dan menolak makan saat waktu jam makan. anaknya sangat pemilih dalam makan
Anak juga sering rewel dan memilih bermain sehingga terjadi defisiensi zat gizi tertentu
saat orangtua menyuapi makanan. Anak akan (Waugh, 2006).

953
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Penelitian di Indonesia yang dilakukan makan (24,8%) dan anak rewel, merasa tidak
di Jakarta terhadap anak prasekolah. senang atau marah (22,9%), hanya menyukai
Didapatkan hasil prevalensi kesulitan makan satu jenis makanan (7,3%) hanya mau minum
sebesar 33,6%, 44,5% diantaranya menderita susu (18,3%), memerlukan waktu > 1 jam
malnutrisi ringan sampai sedang dan 79,2 % untuk makan (19,3%) dan mengemut
dari subjek penelitian telah mengalami (15,6%). Keluhan 72 % telah dialami lebih
kesulitan makan lebih dari 3 bulan dari 6 bulan, 50% memiliki keluhan gangguan
(Judarwanto, 2011). kenaikan berat badan, 22% rewel, 12% nyeri
Penelitian Fitriani, Fatmalina & Rini epigastrium, 10% back arching, dan 6% nyeri
(2009), pada anak prasekolah usia 3-5 tahun menelan serta sering muntah.
di perumahan Top Amin Mulya Jakabaring Hasil survei pendahuluan yang
Palembang. Didapatkan hasil penelitian yaitu dilakukan di PAUD Terpadu Pertiwi DWP
59,3 % anak yang mengalami kesulitan Setda kota Pekanbaru didapatkan jumlah
makan. Cara pemberian makan dengan cara murid berjumlah 118 anak, jumlah murid
dipaksa yaitu disuapi (100%), suasana makan laki-laki yaitu 49 orang dan perempuan 69
sambil bermain (87%), variasi makanan baik orang. Peneliti melakukan wawancara dengan
(78%), waktu makan tidak teratur (63,6%), 6 orang ibu yang sedang menunggu anaknya
frekuensi makan buruk (78,1%), dan jenis pulang sekolah, dari 6 orang ibu mengatakan
makanan sesuai dengan usia anak (100%). anak mereka susah makan, dimana harus
Menurut sensus yang dilakukan World dipaksa, jika bermain lama tidak ingat makan,
Health Organization (WHO) (2012, dalam dan suka meminta jajan sehingga tidak mau
Rohmasari, 2013). diketahui bahwa 42 % dari makan. Berdasarkan hal tersebut maka
15,7 juta kematian anak dibawah 5 tahun peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terjadi di negara berkembang. Dari data yang berjudul “Faktor-Faktor yang
tersebut sebanyak 84% kasus kekurangan Berhubungan Dengan Perilaku Kesulitan
gizi anak usia dibawah lima tahun (balita) Makan Anak Prasekolah”.
terjadi di Asia dan Afrika. Sedangkan di
Indonesia tahun 2012 terdapat sekitar 53% TUJUAN PENELITIAN
anak di bawah usia 5 tahun menderita gizi Tujuan penelitian ini adalah untuk
buruk disebabkan oleh kurangnya makanan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
untuk mencukupi kebutuhan gizi sehari-hari dengan perilaku kesulitan makan pada anak
(Depkes, 2012). Di Propinsi Jawa Timur prasekolah.
tahun 2010 diketahui terdapat 2,4 juta balita
dan 15 % diantaranya mengalami masalah MANFAAT PENELITIAN
sulit makan. Di Kabupaten Ponorogo tahun Hasil penelitian ini nantinya akan
2010 terdapat 1300 balita kurang gizi yang menjadi salah satu sumber bahan pengetahuan
tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Dari bagi para orang tua. Orang tua diharapkan
total tersebut sebesar 700 balita mengalami semakin memahami permasalahan makan
sulit makan. Di wilayah Ponorogo kota pada anak, khususnya anak yang mengalami
terdapat 146 balita mengalami sulit makan kesulitan makan.
(Aisyah, 2011).
Hasil penelitian Sudibyo & Mulyani METODOLOGI PENELITIAN
(2009), kelompok usia terbanyak mengalami Penelitian ini menggunakan desain
kesulitan makan adalah usia 1 sampai 5 tahun penelitian deskriptif korelasi. Penelitian
(58%), dengan jenis kelamin terbanyak laki- dilakukan di PAUD Terpadu Pertiwi DWP
laki (54%). (43%) subjek memiliki status gizi
Setda Provinsi Riau dengan jumlah sampel
kurang. Kesulitan makan sebanyak 50 orang
dari 109 orang subjek (45,9%). Gejala klinis sebanyak 79 responden. Pengambilan sampel
esofagitis refluks ditemukan dalam jumlah menggunakan stratified random sampling
yang sama (45,9%). Menghabiskan makanan sesuai dengan kriteria inklusi, bersedia
kurang dari sepertiga porsi (27,5%), menolak menjadi responden,umur anak 3-6 tahun,

954
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

orangtua dari murid PAUD Terpadu Pertiwi Data N %


Penyediaan makanan
DWP Setda, orangtua mampu membaca dan Tidak baik 56 70,9
berkomunikasi dengan baik, anak sehat tidak Baik 23 29,1
Jumlah 79 100
ada gangguan atau kelainan fisik seperti Kontrol makanan
gangguan pencernaan, infeksi akut, infeksi Negatif 37 46,8
Positif 42 53,2
kronis dan TBC. Hasil penelitian pada tabel 2
Analisa data yang digunakan yaitu menunjukan yang lebih banyak orangtua
analisa univariat menggunakan frekuensi dan melibatkan anaknya sebanyak 50,6% dan
analisa bivariat menggunakan uji chi square. yang tidak dilibatkan 49,4%. Faktor perilaku
makan orangtua menujukan bahwa perilaku
HASIL PENELITIAN makan orangtua yang baik sebanyak 45,6%
Penelitian yang telah dilakukan pada sedangkan yang melakukan perilaku makan
mulai bulan Mei 2015, didapatkan hasil tidak baik lebih banyak yaitu 54,4%. Hasil
sebagai berikut: penelitian untuk penyediaan makanan yang
sudah dilakukan orangtua baik yaitu sebanyak
A. Analisa Univariat 29,1% dan orangtua yang belum melakukan
Analisa univariat digunakan untuk penyediaan makanan dengan baik yaitu
mendapatkan data frekuensi dan persentase 70,9%. Faktor kontrol makanan dengan hasil
dari data demografi anak yaitu: umur,jenis penelitian menunjukan bahwa mayoritas
kelamin, serta faktor terkait kesulitan makan orangtua melakukan kontrol makanan dengan
keterlibatan anak, perilaku makan orangtua, negatif yaitu 68,4% dan yang positif 31,6%.
penyediaan makanan dan kontrol makanan.
Tabel 3
Tabel 1 Distribusi perilaku kesulitan makan anak
Data demografi anak prasekolah
No Perilaku N %
Data N % kesulitan
Jenis Kelamin makan
Laki-laki 32 40,5 1. Sulit makan 28 35,4
Perempuan 47 59,5 2. Mau makan 51 64,4
Jumlah 79 100 Jumlah 79 100
Usia Hasil penelitian pada table 3
3-4 tahun 14 17,7 menunjukan (35,4%) anak mengalami
5-6 tahun 65 82,3
perilaku kesulitan makan.
Jumlah 79 100
Pada tabel 1 diatas menunjukkan B. Analisa Bivariat
bahwa jenis kelamin terbanyak yaitu
perempuan (59,5%) dan mayoritas umur anak Tabel 4
adalah 5-6 tahun (82,3%). Hubungan keterlibatan anak dengan
perilaku kesulitan makan anak prasekolah
Tabel 2 Perilaku kesulitan
Distribusi terkait faktor perilaku kesulitan makan
Keterlibata Sulit Mau Total
makan anak prasekolah makan makan P value
Data N % anak
Keterlibatan anak n % n % N %
Tidak dilibatkan 39 49,4
Dilibatkan 40 50,6 Tidak 18 49 19 51 37 100
dilibatkan
Jumlah 79 100 0,021
Dilibatkan 10 24 32 76 42 100
Perilaku makan Jumlah 28 51 79
orangtua
Tidak baik 43 45,6
Baik 36 54,4
Jumlah 79 100
955
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Tabel 4 menunjukan orangtua yang tidak


melibatkan anak dalam penyiapan makanan Tabel 6
memiliki anak yang mengalami kesulitan Hubungan penyediaan makanan dengan
makan yaitu sebanyak 18 orang (49%) kesulitan makan anak prasekolah
dibandingkan dengan anak yang ikut Perilaku kesulitan
dilibatkan. Hasil uji chi square menunjukkan makan
adanya hubungan bermakna antara keterlibatan Penyedia Sulit Mau Total
an makan makan P value
anak dengan perilaku kesulitan makan karena p makanan
value < α (α: 0,05). Secara statistik dapat n % n % N %
dianalisis bahwa orangtua yang tidak Tidak 22 39 19 61 56 100
melibatkan anak dalam penyiapan makanan baik
0,265
berpeluang 4,211 kali untuk memiliki anak Baik 6 26 17 74 23 100
yang mengalami kesulitan makan dibandingkan Jumlah 28 51 79
dengan orangtua yang melibatkan anak. Tabel 6 menunjukkan orangtua yang
tidak melakukan penyediaan makanan dengan
Tabel 5 baik memiliki anak kesulitan makan yaitu
Hubungan perilaku makan orangtua dengan sebanyak 22 orang (39%) sedangkan yang
perilaku kesulitan makan anak prasekolah melakukan penyediaan makan tidak baik
memiliki anak tidak sulit makan sebanyak 34
Perilaku kesulitan
makan orang (61%), sehingga hasilnya tidak sesuai.
Kontrol Sulit Mau Total Hasil uji chi square menunjukkan tidak adanya
makan makan P value
makanan hubungan bermakna antara penyediaan
n % n % N % makanan dengan kesulitan makan karena p
value > α (α: 0,05). Secara statistik dapat
Negatif 15 28 39 72 54 100
Positif 13 52 12 48 25 100 0,000
dianalisis bahwa orangtua yang tidak
Jumlah 28 51 72 100 melakukan penyediaan makanan dengan baik
Tabel 5 menunjukan perilaku makan berpeluang 1,833 kali untuk memiliki anak
orangtua yang tidak baik bagi anaknya yang mengalami kesulitan makan dibandingkan
memiliki anak yang mengalami kesulitan dengan orangtua yang melakukan penyediaan
makan lebih besar yaitu sebanyak 24 anak makanan dengan baik.
(56%) orangtua yang tidak melakukan
perilaku makan dengan baik. Hasil uji chi Tabel 7
square menunjukkan adanya hubungan Hubungan kontrol makanan dengan perilaku
bermakna antara perilaku makan orangtua kesulitan makan anak prasekolah
dengan kesulitan makan karena p value < α (α: Perilaku kesulitan
0,05). Secara statistik dapat dianalisis bahwa makan
Perilaku Total
Sulit Mau
orangtua yang tidak baik perilaku makannya makan P value
makan makan
orangtua
berpeluang 10,105 kali untuk memiliki anak n % n % N %
yang mengalami kesulitan makan dibandingkan
Tidak 24 56 19 44 43 100
dengan orangtua yang melakukan perilaku baik
makan yang baik. 0,036
Baik 4 28 32 89 36 100
Jumlah 28 51 79
Tabel 7 menunjukkan orangtua yang
melakukan kontrol makanan memiliki anak
yang mengalami kesulitan makan sebanyak 15
orang (28%) dibandingkan dengan orangtua
yang sudah ada melakukan kontrol makanan
terhadap anaknya 13 orang (52%). Hasil uji chi
square menunjukkan ada hubungan bermakna
antara kontrol makanan dengan perilaku
kesulitan makan karena p value < α (α: 0,05).

956
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Secara statistik dapat dianalisis bahwa orangtua 2. Faktor faktor yang berhubungan dengan
yang tidak melakukan kontrol makanan dengan perilaku kesulitan makan anak prasekolah.
baik berpeluang 3,870 kali memiliki anak yang a. Perilaku kesulitan makan anak
mengalami kesulitan makan dibandingkan prasekolah
dengan orangtua yang melakukan kontrol Hasil analisis dalam penelitian ini
makanan dengan baik. Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa anak yang mengalami
penelitian dari 4 faktor terdapat 3 faktor yang perilaku kesulitan makan sebanyak (35,4%).
berhubungan (keterlibatan anak, perilaku Hasil penelitian ini terdapat (67,1%) anak
makan orangtua, kontrol makanan) dan 1 faktor menghabiskan makanan dalam waktu lama
(penyediaan makanan) yang tidak (lebih dari 30 menit), (49,4%) tidak tertarik
berhubungan. Penyediaan makanan tidak mencoba makanan baru, (48,1%) menyukai
berhubungan karena dari faktor pertannyaan makanan tertentu saja, (34,2%) anak
yang ada di kuesioner lebih banyak pernyataan menggelengkan kepala saat diberikan
negatif seperti memberikan makanan instan, makanan, (21,5%) anak menutup mulut rapat-
makanan manis, penyedap rasa. rapat saat diberikan makanan, (15,2%) anak
membuang makanan yang diberikan.
Menurut Judarwanto (2004), kesulitan
PEMBAHASAN makan ditandai dengan perilaku
1.Data demografi anak memuntahkan makanan yang ada didalam
a. Umur mulut anak, makan dalam waktu lama, tidak
Hasil analisis univariat menunjukan mau memasukkan makanan kedalam mulut,
usia anak adalah 5-6 tahun sebesar (82,3%). membuang makanan dan menepis suapan dan
Kesulitan makan banyak terjadi pada usia (30,4%) anak mengatakan tidak mau saat
prasekolah, berdasarkan beberapa penelitian diberikan makanan. Anak usia prasekolah
menunjukkan bahwa kesulitan makan banyak dapat menyadari bahwa dirinya tidak
terjadi pada anak prasekolah. Penelitian sepenuhnya bergantung pada lingkungan
tersebut antara lain dilakukan oleh Beautris sekitarnya, anak menuntut otonomi bagi
(2007), terdapat 24% responden di New dirinya seperti menolak waktu diberikan
Zealand yang mengatakan anaknya makanan.
mengalami kesulitan makan di usia 2 tahun Anak prasekolah memiliki rasa ingin
dan 18% diantaranya berlanjut hingga usia 4 tahu yang tinggi dan mereka tertarik untuk
tahun. memenuhi banyak hal dengan rasa ingin
tahunnya. Usia prasekolah juga sibuk
b. Jenis kelamin mengeksplorasi dunia disekitarnya. Menurut
Hasil analisis univariat menunjukan Wardlaw dan Hampl (2007), karena
responden anak laki-laki (40,5 %) dan kesibukan mengeksplorasi lingkungannya
perempuan (59,5%). Laki-laki dan terkadang mengalihkan anak dari
perempuan dibedakan berdasarkan ciri-ciri makanannya. Selain itu anak juga memiliki
biologisnya. Hasil penelitian Powell, Farrow rasa curiga jika disediakan makanan yang
dan Meyer (2011), menyatakan bahwa anak baru dikenalnya karena memiliki indra
laki-laki lebih banyak mengalami masalah pengecap (papila) yang lebih sensitif
kesulitan makan daripada perempuan. Hal dibandingkan dengan orang dewasa akibatnya
tersebut kemungkinan dapat disebabkan hanya menyukai makanan tertentu yang
karena anak laki-laki lebih tantrum daripada berganti-ganti selama waktu tertentu
anak perempuan (Mascola, Bryson & Agras, (Sutardjo, 2011).
2010). Berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ostberg dan Hagelin (2010) b. Hubungan keterlibatan anak dengan
mengatakan bahwa anak perempuan lebih perilaku kesulitan makan anak prasekolah
banyak mengalami masalah kesulitan makan Hasil analisis univariat diketahui bahwa
dibanding anak laki-laki. orangtua melibatkan anak dalam penyiapan
makanan (50,6%) dan yang tidak melibatkan
957
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

anak (49,4%). Hasil uji statistik menunjukkan tidak sehat dihadapan anak-anaknya maka
adanya hubungan antara keterlibatan anak akan mengurangi resiko anak dalam konsumsi
dengan perilaku kesulitan makan anak makanan yang tidak sehat (Kroller dan
prasekolah. Warchburger, 2009).
Keterlibatan anak merupakan hubungan Usia prasekolah merupakan masa-masa
interaksi antara orangtua dan anak yang penting dalam membentuk kebiasaan makan
memiliki peran protektif terhadap sehat pada anak (Wardlaw dan Hampl, 2004).
perkembangan emosi dan sikap serta Tahapan ini, anak mulai belajar untuk bisa
permasalahan kesehatan anak. Menyiapkan makan sendiri, sehingga diperlukan contoh
dan memilih makanan merupakan tanggung yang dapat menunjukan dan mengarahkan
jawab orangtua, namun anak seharusnya ikut perilaku makan yang baik bagi anak. Sebagai
belajar menyiapkan dan memilih makanan bagian dari perkembangan kehidupan sosial,
dengan melibatkannya (Friedman, Bowden anak mempelajari sesuatu dengan meniru
dan Jones, 2003). perilaku orang-orang disekitarnya termasuk
Anak yang tidak dilibatkan dalam perilaku makan (Brown, 2011).
penyiapan makanan tidak mengetahui
bagaimana membuat makanan dan aktivitas d. Hubungan penyediaan makanan dengan
makan yang setiap hari dijalankannya. perilaku kesulitan makan anak prasekolah
Sebaliknya, jika anak dilibatkan dalam Hasil analisis univariat menunjukan
penyiapan makanan akan membentuk bahwa sebagian responden sudah menyediakan
pemikiran anak bahwa penyiapan makanan makanan dengan baik sebesar (29,1%) dan
merupakan proses yang menyenangkan. yang tidak baik (70,9%). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan
c. Hubungan perilaku makan orangtua penyediaan makan dengan perilaku kesulitan
dengan perilaku kesulitan makan anak makan anak prasekolah.
prasekolah Penyediaan makanan sehat bagi anak
Hasil analisis univariat bahwa akan membentuk kebiasaan perilaku makan
orangtua menunjukkan perilaku makan yang sehat pada anak. anak yang sering diberi
orangtua yang baik pada anaknya (45,6%) dan makanan sehat akan terbiasa untuk
yang tidak baik (54,4%). Hasil uji statistik mengonsumsi makanan yang sehat. Menurut
menunjukkan adanya hubungan antara penelitian Sprruier, Margaray, Golley, Curnow
perilaku makan orangtua dengan perilaku & Sawner (2008), yang mengatakan bahwa
kesulitan makan anak prasekolah. Menurut ketersediaan makanan sehat di rumah seperti
penelitian Grodner, Long dan Walkingshaw buah dan sayuran berhubungan dengan
(2007), yang menyatakan bahwa perilaku peningkatan jumlah konsumsi makanan
anak dipengaruhi oleh contoh perilaku orang tersebut.
dewasa di sekitarnya. Peran orangtua untuk Orangtua yang memberikan makanan
selalu memberikan contoh yang baik bagi tidak sehat kepada anak seperti memberikan
anak sangat diperlukan untuk membentuk makanan mi instan dan orangtua
perilaku anak, termasuk perilaku makan. menambahkan garam pada makanan anak
Orangtua yang tidak pernah sampai terasa gurih serta menambahkan
mengkonsumsi makanan sehat dihadapan penyedap rasa dengan tujuan agar anak
anak-anaknya adalah orangtua yang tidak menyukai makanan tersebut. Selain makanan
mengajarkan anak untuk memiliki kebiasaan instan,orangtua sering menyediakan makan
makan makanan sehat. Menurut penelitian manis di rumah. Pemberian makanan manis
yang dilakukan oleh Mascola, Bryson dan mendekati waktu makan dapat menyebabkan
Agres (2010) bahwa anak meniru perilaku berkurangnya nafsu makan karena anak
orangtua yang sering memilih-milih makanan merasa sudah kenyang. Sering memberikan
berdasarkan selera atau kesukaan. Sebaliknya makanan manis menyebabkan kebutuhan
jika orangtua mengkonsumsi banyak sayur nutrisi anak tidak terpenuhi dengan baik dan
dan buah dan menhindari konsumsi makanan anak menjadi ketagihan dengan makanan
958
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

manis tersebut, sehingga lama kelamaaan akan PENUTUP


menjadi kebiasaan dan mengakibatkan anak Kesimpulan
mengalami kesulitan makan. Perilaku kesulitan makan merupakan
Anak prasekolah mempunyai nutrisi fase perilaku makan yang umum ditemui pada
yang adekuat untuk mempengaruhi kebutuhan anak. Faktor perilaku kesulitan makan dalam
fisiologis maupun kebutuhan pertumbuhan dan penelitian ini yaitu faktor keterlibatan anak,
perkembangan, orangtua khususnya ibu faktor perilaku makan orangtua, faktor
merupakan oarang yang berperan penting penyediaan makanan dan kontrol makanan.
dalam penyediaan makanan dilingkungan Hasil penelitian tentang faktor faktor yang
rumah. Penyediaan makan bagi anak harus berhubungan dengan perilaku kesulitan
memenuhi standar kesehatan dan disesuaikan makan anak prasekolah yang dilaksanakan
dengan kebutuhan zat gizi. pada bulan Mei dapat diambil kesimpulan
bahwa karakteristik anak prasekolah
e. Hubungan kontrol makanan dengan umumnya yang berusia 5-6 tahun (82,3%) dan
kesulitan makan anak prasekolah jenis kelamin yang terbanyak adalah
Hasil analisis univariat orangtua yang perempuan (59,5%). Anak yang mengalami
ada melakukan kontrol makanan dengan perilaku kesulitan makan sebesar (35,4%).
negatif pada anaknya (46,8%) dan yang positif Faktor keterlibatan anak, berdasarkan hasil uji
(53,2%). Hasil uji statistik menunjukkan statistik dengan derajat kemaknaan alpha
adanya hubungan antara kontrol makanan =0,05 diperoleh hasil p value 0,004 yang
dengan perilaku kesulitan makan anak berarti ada hubungan antara keterlibatan anak
prasekolah. Kontrol makanan merupakan dengan perilaku kesulitan makan anak
tindakan orangtua terhadap makanan yang prasekolah. Faktor perilaku makan orangtua
dikonsumsi anak, orangtua melakukan tekanan dengan hasil p value 0,000 yang berarti ada
pada anak untuk makan. hubungan antara perilaku makan orangtua
Menurut Kain, Uauy dan Albala (2002, dengan perilaku kesulitan makan anak
dalam Santos, 2009), tekanan untuk makan prasekolah. Faktor penyediaan makan
merupakan tindakan mendorong anak untuk berdasarkan uji statistik dengan hasil p value
makan. Bentuk tekanan pada anak dapat 0,265 yang artinya tidak ada hubungan antara
berupa memberikan hadiah atau reward pada penyediaan makan dengan perilaku kesulitan
anak jika anak berperilaku baik dan makan anak prasekolah. Faktor kontrol
menghabiskan makanannya. Bentuk lain dari makanan berdasarkan uji statistik diperoleh
tekanan yang sering dilakukan orangtua hasil p value 0,006 yang berarti adanya
adalah dengan membentak, berkata kasar, hubungan antara kontrol makanan dengan
memaksa anak untuk makan makanan yang perilaku kesulitan makan anak prasekolah.
disediakan.
Menurut Adiningsih (2010), tekanan Saran
yang dilakukan orangtua agar anak mau Bagi institusi keperawatan Mahasiswa
makan atau menghabiskan makanannya bisa keperawatan dapat melakukan praktek asuhan
mengganggu psikologis anak. anak akan keperawatan kepada orangtua dan anak yang
merasa bahwa aktivitas makan merupakan beresiko mengalami kesulitan makan atau
aktivitas yang tidak menyenangkan sehingga anak yang telah mengalami masalah kesulitan
anak akan kehilangan nafsu makan yang akan makan.
berdampak pada pertumbuhannya. Kesulitan Bagi orangtua untuk memperbaiki
yang dialami orangtua diakibatkan karena perilaku makan anak yang mengalami
tindakan pemaksaan orangtua pada anak kesulitan makan, orangtua dapat melakukan
untuk menghabiskan makannya (Adiningsih, beberapa hal misalnya meningkatkan variasi
2010). jenis makanan anak, makan bersama dengan
anak.
Bagi peneliti lain untuk peneliti lain
untuk lebih meneliti permasalahan perilaku
makan yang dialami anak, khususnya yang
959
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

mengalami kesulitan makan. Peneliti Judarwanto, W. (2010). Sulit Makan dan


selanjutnya mungkin dapat melakukan Gangguan Perilaku. Diperoleh tanggal
penelitian ini menggunakan metode penelitian 4 Januari 2015 dari
kualitatif dan waktu pengisian kuesioner http://klinikanakonline.com
didampingi secara langsung oleh peneliti. Judarwanto, W. (2011). Mengatasi Kesulitan
Makan pada Anak. Jakarta: Puspa
UCAPAN TERIMA KASIH Swara.
Kroller, K., & Warchburger, P. ( 2009).
1
Aristiana Kesuma, Mahasiswa Program Maternal Feeding Strategies and
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Child,s Food intake; considering
Riau, Indonesia weight and demographic influences
2
Riri Novayelinda, Dosen Bidang using structural equation modeling.
Keilmuan Keperawatan anak Program International Journal of Behavioral
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Nutrition and Physical Activity. 6(78)
Riau, Indonesia Mascola., Bryson., & Agras. (2010). Picky
3
Febriana sabrian, Dosen Bidang eating during childhood: a longitudinal
Keilmuan Keperawatan komunitas study age to 11 years. Eating
Program Studi Ilmu Keperawatan Behaviours. 11, 253-257.
Universitas Riau, Indonesia Ostberg, M., & Hagelin, E. (2010). Feeding
and Sleeping problems in infancy a
DAFTAR PUSTAKA follow up at early school age.
Adiningsih (2010). Waspadai Gizi Balita Blackwell Publishing Ltd. 37,11-25
Anda: Tips Mengatasi Anak Sulit Rohmasari, A. (2013). Faktor-Faktor yang
Makan, Sulit Makan Sayur dan Mempengaruhi Sulit Makan pada
Minum Susu. Jakarta: PT Elex Media Balita.
Komputindo. Diperoleh tanggal 27 Maret 2015 dari
Aisyah, S. (2011). Perilaku ibu terhadap http:www
anak dengan masalah sulit makan lib.umpo.ac.id/gdl/download.php?
pada Puskesmas Ponorogo Selatan id=532
Kabupaten Ponorogo. Diperoleh Santos, E. (2009). Maternal antropometry and
tanggal 27 Maret 2015 dari feeding behaviour toward preeschool
http://www.akbidharapanmulya.ac.id/. children: association with childhood
Depkes RI. (2012). Kebutuhan Gizi Galita, body mass index in an observation
Dirjen PPM & PLP. study of chilean families.
Fitriani, F., Fatmalina, F., & Rini, M. (2009). International Journal of Behavioural
Gambaran Penyebab Kesulitan makan Nutrition and Physical Activity. 6, 93
pada anak prasekolah usia 3-5 tahun Sudibyo & Mulyani. (2009). Kesulitan Makan
di Perumahan Top Amin Mulya Pada Pasien= Survey di unit Pediatric
Jakabaring Palembang. Diperoleh Rawat Jalan. Jurnal Sari Pediatri.
tanggal 3 januari 2015 dari Diperoleh tanggal 10 Januari 2015
http://eprints.unsri.ac.id/58/3 abstrak dari
2.pdf http://saripediatri.or.id/abstrak.asp?q=
Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E. 598
G.(2003). Family Nursing: Research Sutaradjo. (2011). Gizi Seimbang Dalam
Theory & Practice. New Jersey: Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia
Person Education Inc. Pustaka Utama.
Grodner M., Long, S., & Walkingshaw, B.C. Soetjiningsih. (2004). Tumbuh kembang
(2007). Foundations and clinical Anak. Bali: EGC.
Applications of Nutrition: A Nursing Spurrier, N.S., Margaray, A.A., Golley, R.,
Approach. Fourth edition. St.Louis L., Curnow, F & Sawner., M.G.
Missouri: Mosby inc. (2008). Relationship Between thu

960
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

Home Environment and Physical Diperoleh tanggal 6 Januari 2015 dari


Actuality and Dietary Patterns Of http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
Preschool Children. International 200063374
Journal Of Behavioral Nutrition and Wardlaw, G.M., & Hampl, J.S. (2007).
Physical Activity 5,31. Diperoleh Perspectives in Nutrition ed. New
tanggal 6 Januari 2015 dari york: Mc Graw Hill.
http://www.ijbnpa.org/kontent/5/1/31 Wong, D.L., Marilyn,H.E., Wilson, David,
Waugh, RB., Markham L., Kreipe RE,, Walsh W., Marilyn, L.W., & Patricia, S.
BT. (2010). Feeding and eating (2008). Buku Ajar Keperawatan
disorder childhood. International Pediatric (Egi Komara Yudha, Esty
Journal of Eating Disorder.43 (2) , Wahyuningsih, Devi Yulianti, Nike
98-111. Budhi Subekti). Jakarta: EGC.38.

961

You might also like