You are on page 1of 44

1

‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮح م‬ 


 
‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮح م‬ 
 
ً ‫ﺿ َﻮ‬
‫اﻧﺎ ِﺳﯿ َﻤﺎ ُﻫ ْﻢ‬ ْ ‫اﷲ َو ِر‬ ِ‫ﻼ ﱢﻣ َﻦ ﱠ‬ ً‫ﻀ‬ َ ‫ﻌﺎ ُﺳ ﱠﺠﺪاً ﯾَﺒْﺘَ ُﻐ‬
ْ َ‫ﻮن ﻓ‬ ً ‫ﯾﻦ َﻣ َﻌُﻪ أَ ِﺷ ﱠﺪاء َﻋﻠَﻰ اﻟْ ُﻜﱠﻔﺎر ُر َﺣ َﻤﺎء ﺑَﯿْﻨَ ُﻬ ْﻢ ﺗَ َﺮا ُﻫ ْﻢ ُر ﱠﻛ‬َ ‫اﷲ َواﻟﱠِﺬ‬
ِ‫ﻮل ﱠ‬ُ ‫ﱡﺤﻤٌﱠﺪ ﱠر ُﺳ‬
َ ‫ﻣ‬ 
ِ
‫ ِﻓﻲ ُو ُج‬i‫ﺎﺳﺘَ َﻮى‬ َ َ َ
ْ ‫ﺎﺳﺘَ ْﻐﻠﻆ ﻓ‬ َ َ َ ْ َ
َ ‫ﯿﻞ ﻛ َﺰ ْرع أ ْﺧ َﺮ َج َﺷﻄﺄُه ﻓ‬
ْ ‫ﺂز َرُه ﻓ‬ َ ْ ُ َ ‫ﱠ‬ َُ َ َ َ َ
‫و ِﻫ ِﻬﻢ ﱢﻣ ْﻦ أﺛ ِﺮ ﱡ‬ 
ٍ ِ ‫ﻧﺠ‬ ِ ‫اﻹ‬ ِ ‫ﻮد ذِﻟﻚ َﻣﺜﻠ ُﻬ ْﻢ ِﻓﻲ اﻟﺘ ْﻮ َرا ِة َو َﻣﺜﻠ ُﻬ ْﻢ ِﻓﻲ‬ ِ ‫اﻟﺴ ُﺠ‬
ً ‫ﺎت ِﻣﻨْ ُﻬﻢ ﱠﻣ ْﻐِﻔ َﺮةً َوأَ ْﺟﺮاً َﻋ ِﻈ‬
‫ﯿﻤﺎ‬ ‫ﯾﻦ آ َﻣُﻨﻮا َو َﻋ ِﻤُﻠﻮا ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺼﺎﻟِ َﺤ‬ َ ‫اﷲ اﻟﱠِﺬ‬ ُ‫ﺎر َو َﻋَﺪ ﱠ‬ َ ‫ﯿﻆ ِﺑ ِﻬُﻢ اﻟْ ُﻜﱠﻔ‬
َ ‫اع ﻟِﯿَ ِﻐ‬ ‫ﻋﻠَﻰ ُﺳﻮﻗِِﻪ ُﯾ ْﻌﺠ ُﺐ ﱡ‬ 
َ ‫اﻟﺰ ﱠر‬ َ
ِ
 
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap 
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari 
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. 
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman 
yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia 
dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam- penanamnya karena Allah 
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah 
menjanjikan kepada orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka 
ampunan dan pahala yang besar." (QS. AL-FATH ayat 29) 
 
​ 
 
​ 
 
Ada dua puluh sembilan huruf Hijaiyah. Awalnya adalah alif, kemudian ba, kemudian ta, dan akhirnya 
adalah ya. Huruf kedua, Ba, merangkum semua pengetahuan tentang wujud semesta. Ba adalah Bahr, 
Samudera. Setiap wujud sejatinya meng-ada di dalam “samudera” abadi ini. Renungkanlah perlahan 
sekali… 
 
Ba-Bahr Al Qudrah-Samudera Kehendak 
 
Tubuh kita dan segala benda-benda, air yang kita teguk dan udara yang kita hirup, segala yang kita 
lihat sentuh dan rasakan, padat cair dan gas, semuanya terbangun dari atom-atom. Kita semua sudah 
tahu itu. Meski atom bukanlah elemen terkecil dari benda-benda, sebagaimana telah ditunjukkan oleh 
para ahli fisika kuantum, mari kita batasi perjalanan kita hanya sampai di atom ini. Inti atom 
(nucleus) merupakan pusat atom. Seberapa besar inti atom ini? Jika kita perbesar ukuran sebiji atom 
menjadi sebesar bola berdiameter 200 meter, maka besarnya inti atom adalah sebesar sebutir debu di 
pusatnya. 
2

Hebatnya, sebutir debu ini membawa 99,95% massa atom seluruhnya yang dipadatkan oleh strong 
nuclear force ke dalam partikel proton. Sementara elektron-elektron sangatlah ringan dan bergerak 
mengelilingi proton pada jarak yang jauh sekali. Seberapa jauh? Jika kita perbesar ukuran elektron 
menjadi sebesar biji kelereng, maka jarak antara elektron ini ke inti atom adalah sejauh satu kilometer! 
Ada apa di antara elektron dengan proton? Tidak ada apa-apa. Hanya ruang kosong semata sepanjang 
jarak satu kilometer itu! 
 
 ​
 
Sebutir garam terdiri dari banyak sekali atom. Jika kita bisa menghitung satu milyar atom dalam 
sedetik, maka kita membutuhkan lebih dari lima ratus tahun untuk menghitung jumlah seluruh atom di 
dalam sebutir garam saja! Atom-atom itu secara rapi membangun wujud sebutir garam. Dan di 
dalamnya terbentang ruang kosong di antara atom-atomnya. Sebagaimana samudera. Sebutir garam 
mewujud di dalamnya. Ia “berenang” dan meng-ada di dalamnya. Juga kita dan semua benda-benda. 
Wujud kita sejatinya selalu berada di dalam samudera ruang kosong….di dalam samudera atomis 
gaya-gaya….di dalam samudera kehendakNya (Bahr al-Qudrah)… 
 
Dari Husein bin Ali bin Abi Thalib as. : 
Seorang Yahudi mendatangi Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib 
as bersama Nabi. 
Yahudi itu berkata kepada Nabi Muhammad SAW : "apa faedah dari huruf hijaiyah ?" 
Rasulullah SAW lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib as, “Jawablah”. 
Lalu Rasulullah SAW mendoakan Ali, “ya Allah, sukseskan Ali dan bungkam orang Yahudi itu”. 
Lalu Ali berkata : “Tidak ada satu huruf-pun kecuali semua bersumber pada nama-nama Allah swt”. 
 
Kemudian Ali berkata : 
“Adapun Alif artinya tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup dan Kokoh, 
Adapun Ba artinya tetap ada setelah musnah seluruh makhluk-Nya. 
Adapun Ta, artinya yang maha menerima taubat, menerima taubat dari semua hamba-Nya, 
adapun Tsa artinya adalah yang mengokohkan semua makhluk “Dialah yang mengokohkan orang-orang 
beriman dengan perkataan yang kokoh dalam kehidupan dunia” 
Adapun Jim maksudnya adalah keluhuran sebutan dan pujian-Nya serta suci seluruh nama-nama-Nya. 
Adapun Ha adalah Al Haq, Maha hidup dan penyayang. 
Kha maksudnya adalah maha mengetahui akan seluruh perbuatan hamba-hamba-Nya. 
Dal artinya pemberi balasan pada hari kiamat, 
Dzal artinya pemilik segala keagungan dan kemuliaan. 
3

Ra artinya lemah lembut terhadap hamba-hamba-Nya. 


Zay artinya hiasan penghambaan. 
Sin artinya Maha mendengar dan melihat. 
Syin artinya yang disyukuri oleh hamba-Nya. 
Shad maksudnya adalah Maha benar dalam setiap janji-Nya. 
Dhad artinya adalah yang memberikan madharat dan manfaat. 
Tha artinya Yang suci dan mensucikan, 
Dzha artinya Yang maha nampak dan menampakan seluruh tanda-tanda. 
Ayn artinya Maha mengetahui hamba-hamba-Nya. 
 
Ghayn artinya tempat mengharap para pengharap dari semua ciptaan-Nya. 
Fa artinya yang menumbuhkan biji-bijian dan tumbuhan. 
Qaf artinya adalah Maha kuasa atas segala makhluk-Nya 
Kaf artinya yang Maha mencukupkan yang tidak ada satupun yang setara dengan-Nya, Dia tidak 
beranak dan tidak diperanakan. 
Adapun Lam maksudnya adalah maha lembut terhadap hamba-nya. 
Mim artinya pemilik semua kerajaan. 
Nun maksudnya adalah cahaya bagi langit yang bersumber pada cahaya arasynya. 
Adapun waw artinya adalah, satu, esa, tempat bergantung semua makhluk dan tidak beranak serta 
diperanakan. 
Ha artinya Memberi petunjuk bagi makhluk-Nya. 
 
Lam alif artinya tidak ada tuhan selain Allah, satu-satunya serta tidak ada sekutu bagi-Nya. 
Adapun ya artinya tangan Allah yang terbuka bagi seluruh makhluk-Nya”. 
Rasulullah lalu berkata “Inilah perkataan dari orang yang telah diridhai Allah dari semua 
makhluk-Nya”. 
 
Mendengar penjelasan itu maka yahudi itu masuk Islam. 
Dari Ibrahim bin Khuttab, dari Ahmad bin Khalid, dari Salamah bin Al Fadl, dari Abdullah bin 
Najiyah, dari Ahmad bin Badil Al Ayyamy, dari Amr bin Hamid hakim kota ad Dainur, dari Farat bin as 
Saib dari Maimun bin Mahran, dari Ibnu Abbas dan sanadnya Rosulullah SAW, ia berkata: “Segala 
sesuatu ada penjelasan (tafsir)nya yang diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui 
oleh orang yang tidak mengetahuinya”. 
Kandungan empat unsur alam semesta dalam huruf hijaiyah, yaitu: 
Unsur api : alif, haa’, tha’, shad, mim, fa’, syin. 
Unsur udara : ba’, wawu, ya’, nun, shat, ta’, dha’. 
4

Unsur air : jim, za’, kaf, sin, qaf, tsa’, zha’. 


Unsur tanah : ha’, lam, ‘ain, ra’, kha’, ghain. 
30 kunci huruf hijaiyah yang berada di tubuh manusia yaitu: 
1. alif = hidung 
2. ba" = mata 
3. ta" = tempat mata(lubang tempat mata) 
4. tsa" = bahu kanan 
5. jim = bahu kiri 
6. ha = tangan kanan 
7. kha = tangan kiri 
8. dal = telapak tangan kanan dan kiri 
9. dzal = kepala dan rambut 
10. ro" = rusuk kanan 
11. zai = rusuk kiri 
12. sin = dada kanan 
13. syin = dada kiri 
14. shod = pantat kanan 
15. dhod = pantat kiri 
16. tho" = hati 
17. zho" = gigi 
18. ain = paha kanan 
19. ghoin = paha kiri 
20. fa" = betis kanan 
21. kof = betis kiri 
22. kaf = kulit 
23. lam = daging 
24. mim = otak 
25. nun = nur/cahaya 
26. wau = telapak kaki kanan dan kiri 
27. HA" = sungsum tulam 
28. lam alif = manusia utuh 
29. hamzah = memenuhi segala 
30. ya" = mulut/manusia 
Affirmasi: 
 
Ya ALLAH saya minta kunci dengan ................... 
5

contoh: 
Ya ALLAH saya minta kunci dengan ALIF 
contoh: 
Ya ALLAH saya minta kunci dengan Hamzah 
30 kunci dipakai untuk membersihkan bagian bagian tubuh dari hal -hal yang negatif.sehingga tubuh 
dapat berfungsi normal.dan tentunya meningkatkan tingkat kita dalam hal dunia dan spiritual.. 
Nb. 
Artikel ini sekedar sebagai referensi bahan kajian untuk seluruh praktisi QUANTUM TRANCEFORMASI 
NAQS DNA. Dan sebenarnya masih banyak lagi kajian mengenai ilmu huruf ini, yaitu diantaranya 
mengenai ilmu khodam huruf dan lain sebagainya Yang mana kajian itu tidak saya tampilkan di sini 
karena sudah terlalu jauh dari prinsip dasar NAQS DNA. 
Huruf hijaiyah itu adalah Intisari Asma-asma Allah Ta’ala. Hanya Allah swt, saja yang Maha 
Mengetahui rahasianya. Bila ada seorang Ulama Sufi dibukakan rahasia huruf, itu pun masih sebagian 
kecil sekali, dibanding samudera rahasia huruf itu sendiri. 
Allah swt, tidak memerintahkan kita agar menyelidiki rahasia-rahasia ghaib yang tersembunyi dibalik 
huruf-huruf hijaiyah. Kecuali jika Allah swt, menghendaki hambaNya untuk mengetahuinya, Allah swt 
membukakan hijab huruf itu. Dan itu pun hanya kurang dari setetes samuderaNya hakikat huruf yang 
tiada hingga. Oleh karena itu, janganlah kita membatasi diri terhadap rahasia & karunia ilmu dari 
Allah swt. 
INILAH BEBERAPA PRINSIP DASAR METHODE NAQS DNA : 
 
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian dan penyembuh 
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang 
beriman.” (Yunus: 57) 
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an sesuatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang 
yang beriman.” (Al-Isra`: 82) 
“Katakanlah: ‘(Al-Qur`an) itu adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman’.” 
(Fushshilat: 44) 
“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur`an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya 
tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat 
untuk manusia supaya mereka berfikir.” (Al-Hasyr: 21) 
 
Dari Syifa` bintu Abdullah radhiallahu ‘anha: 
‫ ﻓََﺄﺗَﯿُْﺘُﻪ‬.‫اﷲ َﻋﻠَﯿِْﻪ َو َﺳﻠﱠَﻢ‬
ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬ ْ ْ ‫ ﻻَ أَ ْرﻗﻲ َﺣﺘﱠﻰ‬:‫ ﻗَﺎﻟَ ْﺖ‬،‫ﻼُم‬ َ ‫ ﻓَﻠَﻤﱠﺎ َﺟﺎ َء اْﻹ ْﺳ‬،‫أَﻧﱠ َﻬﺎ َﻛﺎﻧَ ْﺖ ُﺗ ْﺮ ِﻗﻲ ِﻓﻲ اﻟْ َﺠﺎ ِﻫِﻠﯿِﱠﺔ‬ 
َ ‫ﷲ‬ِ ‫اﺳﺘَﺄَذ َن َر ُﺳ ْﻮ َل ا‬ ِ ِ
‫ارﻗِﻲ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ ﯾ َُﻜ ْﻦ ﻓِﯿ َْﻬﺎ ِﺷ ْﺮ ٌك‬ ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬
ْ :‫اﷲ َﻋﻠَﯿِْﻪ َو َﺳﻠﱠَﻢ‬ َ ‫ ﻓََﻘ‬.‫ﺎﺳﺘَْﺄَذﻧُْﺘُﻪ‬
ِ ‫ﺎل َﻋﻨْ َﻬﺎ َر ُﺳ ْﻮ ُل ا‬
َ ‫ﷲ‬ ْ َ‫ﻓ‬ 
“Dahulu dia meruqyah di masa jahiliyyah. Setelah kedatangan Islam, maka dia berkata: ‘Aku tidak 
6

meruqyah hingga aku meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Lalu dia pun pergi 
menemui dan meminta izin kepada beliau. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya: 
‘Silahkan engkau meruqyah selama tidak mengandung perbuatan syirik’.” (HR. Al-Hakim, Ibnu Hibban, 
dan yang lainnya. Al-Huwaini berkata: “Sanadnya muqarib.” Ibid, hal. 220). 
 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 
 
"Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah maka dia mendapat satu kebaikan dan satu kebaikan 
dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, akan tetapi 
alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf." (HR. At-Tirmidziy 5/175, lihat Shahiih Sunan 
At-Tirmidziy 3/9 serta Shahiihul Jaami' Ash-Shaghiir 5/340) 
 
QS. Sad 
‫ﺎب‬ ُ ‫ﻦ ﺑَ ْﻌِﺪ ْيۚ ِاﻧﱠ َﻚ اَﻧْ َﺖ اﻟْ َﻮ ﱠﻫ‬ ْۢ ‫اﻏِﻔ ْﺮ ِﻟ ْﻲ َو َﻫ ْﺐ ِﻟ ْﻲ ُﻣﻠْ ًﻜﺎ ﱠﻻ ﯾ‬
َ ِ ‫َﻦﺑَ ِﻐ ْﻲ‬
ْۢ ‫ﻻ َﺣٍﺪ ﱢﻣ‬ َ َ‫ﻗ‬ 
ْ ‫ﺎل َر ﱢب‬
qoola robbighfir lii wa hab lii mulkal laa yambaghii li'ahadim mim ba'dii, innaka antalwahhaap 
"Dia berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki 
oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi" 
‫ﺎب‬ َ ‫ﺻ‬ َ َ‫ْﺚ ا‬ُ ‫ْﺢ ﺗَ ْﺠﺮ ْي ﺑَﺎﻣْﺮه ُر َﺧﺂ ًء َﺣﯿ‬ ‫َ ﱠ َُ ﱢ‬
ِ ِ ِ َ ‫ﻓ َﺴﺨ ْﺮﻧَﺎ ﻟﻪ اﻟﺮﯾ‬ 
faskhkhornaa lahur-riiha tajrii bi'amrihii rukhooo'an haisu ashoo 
"Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke 
mana saja yang dikehendakinya," 
 
‫اﻟﺸﻲ ِ ُ ﱠ‬ ‫و ﱠ‬ 
‫اص‬ ٍ ‫ٰﻃﯿ َْﻦ ﻛﻞ ﺑَﻨﱠﺂ ٍء ﱠو َﻏ ﱠﻮ‬ َ
wasy-syayaathiina kulla bannaaa'iw wa ghowwaash 
"dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam," 
 
‫ﺻَﻔ ِﺎد‬ْ َ‫ٰﺧ ِﺮﯾ َْﻦ ُﻣَﻘ ﱠﺮﻧِﯿ َْﻦ ﻓِ ْﻲ ْاﻻ‬َ ‫ ﱠوا‬ 
wa aakhoriina muqorroniina fil-ashfaad 
"dan (setan) yang lain yang terikat dalam belenggu." 
 
qoola robbighfir lii wa hab lii mulkal laa yambaghii li'ahadim mim ba'dii, innaka antalwahhaap 
faskhkhornaa lahur-riiha tajrii bi'amrihii rukhooo'an haisu ashoo 
faskhkhornaa lahur-riiha tajrii bi'amrihii rukhooo'an haisu ashoo 
wasy-syayaathiina kulla bannaaa'iw wa ghowwaash 
wa aakhoriina muqorroniina fil-ashfaad 
 
7

Al-Fatihah 
Keagungan Surat Al-Fatihah 
Setiap muslim atau muslimah hampir dipastikan kenal bahkan hafal Surat Al-Fatihah. Anak-anak 
terdidik dari keluarga muslim dari kecil – ketika belajar bicara – biasanya sudah dilatih menghafal 
Al-Fatihah. Alhasil inilah surat yang paling sering dibaca dan dihafalkan seluruh manusia di muka Bumi 
sejak turunnya hingga saat ini, bahkan sampai Hari Kiamat nanti. 
Al-Fatihah artinya “pembuka” berasal dari kata fatiha-yaftahu yang artinya “membuka sesuatu untuk 
mencapai kejayaan atau kemenangan”. Sesuai namanya, surat ini merupakan pembukaan dari Kitabullah 
Alquran yang terdiri dari 30 Juz dan 114 Surat itu. Al-fatihah hanya terdiri dari 7 (tujuh) ayat yang 
kandungannya merupakan intisari seluruh Alquran. Karena itu dinamakan juga Ummul Quran (induk 
Alquran) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab). Surat Al-Fatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah 
adalah surat yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap diantara surat-surat yang ada dalam 
Alquran dan termasuk golongan surat Makkiyyah. 
 
Keistimewaan Tujuh Ayat yang Dibaca Berulang-ulang 
Meskipun hampir semua muslim sering membaca dan hafal Surat Al-Fatihah namun sayangnya 
ternyata masih banyak Ummat Islam yang tidak paham arti dan kandungan Surat Al-Fatihah yang 
pendek (riangkas) namun agung dan mulia ini. Padahal dengan memahami kandungannya berbarti juga 
memahami garis besar ajaran Alquran. Sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak paham arti Surat 
Al-Fatihah karena terjemahan Alquran mudah Kita dapati, demikian juga buku-buku yang membahas 
surat ini banyak Kita jumpai. Inilah terjemahan Surat Al-Fatihah: 
 
 ​
 
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, 
Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. 
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. 
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada 
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Al-Fatihah: 
1-7) 
Karena Surat Al-fatihah merupakan induk dari semua isi Alquran, setiap muslim diwajibkan 
membacanya pada tiap-tiap roka’at shalat. Karenanya dinamakan pula As Sab’ul matsaany (tujuh yang 
berulang-ulang) karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam setiap shalat Kita, baik yang 
fardhu lima waktu maupun yang sunnah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatakan tentang hal ini, 
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Alquran 
yang agung. (Al-hijr: 87) 
8

Tentang hubungan Surat Al-Fatihah dengan shalat, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam 
Shollallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca pembuka Al-Kitab 
(Surat Al-Fatihah) (HR. Bukhari dan Muslim). 
Selanjutnya di dalam Sahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi 
wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa mengerjakan shalat yang tidak membaca Ummul Qur’an di 
dalamnya maka shalatnya pincang -tiga kali- yaitu tidak sempurna.” Maka ditanyakan kepada Abu 
Hurairah, “Kalau kami sedang berada di belakang imam, bagaimana?” Beliau menjawab, “Bacalah untuk 
diri kalian sendiri, karena sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda, 
 
“Allah ta’ala berfirman : ‘Aku membagi shalat (Al-Fatihah) antara Aku dengan hamba-Ku menjadi dua 
bagian. Dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dia minta.’ Kalau hamba itu membaca, 
‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin’, maka Allah ta’ala menjawab, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku’. Kalau dia 
membaca, ‘Ar Rahmanirrahim’ maka Allah ta’ala menjawab, ‘Hamba-Ku menyanjung-Ku’. Kalau ia 
membaca, ‘Maliki yaumid din’ maka Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengagungkan Aku’. Kemudian Allah 
mengatakan, ‘Hamba-Ku telah pasrah kepada-Ku’. Kalau ia membaca, ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka 
nasta’in’ maka Allah menjawab, ‘Inilah bagian untuk-Ku dan bagian untuk hamba-Ku. Dan hamba-Ku 
pasti akan mendapatkan permintaannya.’. dan kalau dia membaca, ‘Ihdinash shirathal mustaqim, 
shirathalladziina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim wa ladh dhaalliin” maka Allah berfirman, 
‘Inilah hak hamba-Ku dan dia akan mendapatkan apa yang dimintanya.’.” 
 
Surat Al-Fatihah juga dinamakan dengan “Asy Syifa” yang artinya Penyembuh. Seorang sahabat 
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam pernah mengobati orang yang sakit tersengat racun dengan 
Surat ini. Alhamdulillah dengan idzin Allah sembuh. Diriwayatkan dai Abu Said Al-Hudri r.a.: 
Sesungguhnya beberapa orang dari sahabat Nabi datang pada suatu desa orang Arab dan penduduk 
desa tersebut tidak menyambutnya, semua mereka sama, ketika itu kepala desa mereka tersengat 
binatang beracun, mereka bertanya: “Apakah kalian bisa mengobati?” Sahabat menjawab: “Karena 
kalian tidak menjamu kami, kami bisa mengobati kalian asal ada upahnya”. Maka mereka menjanjikan 
imbalan kambing. Kemudian sahabat tersebut membacakan Ummul Qur’an (Al-Fatihah), dan ia 
mengumpulkan ludahnya dan meludahi (luka yang tersengat). Maka pimpinan desa itu sembuh dan 
memberikan kambing. Para sahabat itu mengatakan: “Kami tidak mengambilnya sebelum bertanya pada 
Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam”. Maka kami bertanya pada Nabi dan beliau tertawa. Dan Nabi 
bersabda: “Kok engkau tahu surah Al-Fatihah bisa untuk penyembuhan, ambilah imbalannya dan 
berilah aku bagian”. 
Ringkasan Kandungan Surat Al-Fatihah 
Ayat pertama disebut dengan basmallah, yaitu Bismillahirrahmaanirrahiim (Dengan menyebut nama 
9

Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah ini 
dengan menyebut nama Allah yang bersifat Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Setiap pekerjaan 
yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut nama Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan 
dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan 
sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar 
Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan 
karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa 
Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada 
makhluk-Nya. 
 
Alhamdu lillahi robbil ‘aalamin (segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam). Memuji orang adalah karena 
perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berarti: 
menyanjung-Nya karena perbuatanNya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui 
keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah 
ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji. 
Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafal rabb tidak 
dapat dipakai selain untuk Allah, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 
‘Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, 
seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah 
pencipta semua alam-alam itu. 
“Hai umat manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian serta orang-orang sebelum 
kalian agar kalian bertakwa. Dia lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit 
menjadi atap, dan Dia lah yang menurunkan air hujan dari langit kemudian berkat air itu Allah 
menumbuhkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian, maka janganlah kalian menjadikan 
sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 21-22) 
 
 ​
 
‘Ar-Rahman Ar-Rahim’ (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) merupakan dua buah nama Allah 
yang menunjukkan salah satu sifat Allah yaitu rahmah (kasih sayang). Ar Rahman termasuk kategori 
nama Allah yang hanya boleh dipakai untuk menyebut Allah. Sedangkan nama Ar Rahim telah 
disebutkan di dalam al-Qur’an pemakaiannya boleh untuk menyebut selain-Nya sesuai keterangan 
Alquran tentang sifat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, 
 
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian, terasa berat olehnya apa 
yang menyulitkan kalian, dan dia sangat bersemangat untuk memberikan kebaikan bagi kalian, dan dia 
10

sangat lembut dan menyayangi orang-orang yang beriman.” (QS. At Taubah: 128) 
 
Ibnu Katsir mengungkapkan tatkala menjelaskan tafsir basmalah di awal surat Al-Fatihah, 
“Kesimpulan yang dapat dipetik adalah sebagian nama Allah ta’ala ada yang bisa dipakai untuk 
menamai selain-Nya, dan ada yang hanya boleh dipakai untuk menamai diri-Nya -seperti nama Allah, Ar 
Rahman, Al Khaliq, Ar Raziq dan sebagainya- .” 
‘Maliki yaumid din’ (Raja yang Menguasai Hari Pembalasan) menunjukkan kewajiban beriman pada 
tauhid mulkiyah. Allah subhanahu wa ta’ala adalah rabb segala sesuatu dan Penguasa atau Rajanya. 
Seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa pun yang berada di antara keduanya adalah milik-Nya. Dia 
lah Raja yang menguasai dunia dan akhirat. Allah ‘azza wa jalla berfirman, 
“Milik Allah kerajaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di dalamnya, dan Dia Maha 
menguasai segala sesuatu.” (Al Ma’idah: 120). 
“Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Mulk: 
1). 
“Katakanlah; Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu, Dia yang melindungi 
dan tiada yang dapat terlindungi dari siksa-Nya, jika kalian benar-benar mengetahui? Maka mereka 
akan menjawab, ‘Allah’. Katakanlah; Lantas dari sisi manakah kalian tertipu.” (QS. Al Mu’minun: 
88-89) 
Beriman kepada Tauhidullah (keesaan Allah) terdapat dalam empat ayat Al-Fatihah, dimana 
dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena 
Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Diantara nikmat itu 
ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb dalam kalimat 
Rabbul-‘aalamiin tidak hanya berarti Pencipta Alam semesta, tetapi juga mengandung arti tarbiyah 
yaitu mendidik, mengatur, menata dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang 
dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena 
Dia-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan penumbuhan oleh Allah di alam ini 
haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber 
pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan 
kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat. 
Al-fatihah mengokohkan kepercayaan pada hari Akhirat, hari pembalasan di saat manusia 
mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya. Yang dimaksud dengan Raja Yang Menguasai Hari 
Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya 
sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung arti janji untuk memberi 
pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. 
Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka didalam surat Al-Fatihah 
tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : 
11

Iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’iin (hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya kepada 
Engkau-lah kami mohon pertolongan). Inilah tawhidul Ibadat yaitu penghambaan, pengabdian, dan 
ketundukan yang semata-mata ditujukan kepada Allah. Na’budu diambil dari kata abida-ya’budu ibadah 
yaitu kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan olehketundukan hati dan perasaan terhadap 
kebesaran Allah, sebagai Ilah yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan 
yang mutlak terhadapnya. Nasta’iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti’aanah: mengharapkan 
bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga 
sendiri. 
Surat yang agung ini juga mendidik Kita untuk berdoa kepada Allah. Berdoa wajib dimulai dengan 
menyanjung Allah dengan segala sifat kemuliaannya, mengagungkan Nama-nama-Nya kemudian 
menyatakan kesiapan untuk bertawhid dalam ibadah dan mengakui Allah sebagai tempat meminta. 
Sebaik-baik doa adalah memohon petunjuk bimbingan Allah kepada jalan yang lurus yaitu Jalan 
kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan 
akhirat. Maksud “Hidayah” disini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, 
kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang mengenai kepercayaan maupun akhlak, hukum-hukum dan 
pelajaran lain dari ilmu Allah yang terdapat di dalam Alquran. Allah berfirman, 
Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar 
gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang 
besar. (Al Israa: 17) 
 
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alquran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu 
tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi 
Kami menjadikan Alquran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di 
antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar- benar memberi petunjuk 
kepada jalan yang lurus. (As-syuraa:52) 
Kalimat, “Ihdinash shirathal musataqiim” (Tunjukilah Kami ke jalan yang lurus) menjadi permintaan 
utama setiap muslim kepada Rabbnya. Permintaan yang tidak egois karena bukan untuk diri sendiri 
tetapi untuk jamatul muslimiin yaitu Ummat Islam secara keseluruhan. Memohon yang terbaik dalam 
kehidupan adalah memohon ni’mat hidayah yang nilainya jauh melebihi kebutuhan dan keinginan 
lainnya di muka Bumi.. Tidak ada yang lebih nutama dari petunjuk hidup, sebagaimana yang dinyatakan 
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam kepada sahabat Ali bin Abi Tholib, “Dan seandainya Allah 
memberi hidayah kepada seseorang dengan sebab engkau, maka itu lebih baik bagimmu daripada Dunia 
dan segala isinya” (HR. Muslim) 
Alquran menjelaskan yang dimaksud Shirotol Mustaqim dengan ayat berikutnya yaitu 
“Shirathalladzinaa an’aamta alayhim” (yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas 
mereka). Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para 
12

shiddieqiin (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa’ (orang-orang yang mati syahid), 
shaalihiin (orang-orang yang saleh) sebagaimana disebutkan di dalam Alquran 
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan 
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang 
mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (An Nisaa:69) 
Kemudian ditegaskan pula bahwa jalan tersebut “groiril maghduubi alayhim waladh-dhooliiin”. (Bukan 
jalan orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat). Maksudnya ialah bukan golongan 
mereka yang tidak memperoleh cahaya petunjuk dan berjalan dalam kebodohan terhadap kebenaran 
Allah, Rasul, dan ajaran Islam. Siapa saja mereka yang sesat dan rang-orang yang dimurkai Allah 
disebutkan oleh Alquran secdara jelas. Di dalam tafsir Ibnu Abbas disebutkan bahwa Nabi Muhammad 
Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Al yahuudu maghduubun ‘alayhim wan nashoro dhooluun” 
(Orang-orang yahudi dimurkai Allah kelakuannya sedangkan orang-orang Nasrani tersesat) 
 
 ​
 
Yahudi dengan perilakunya adalah contoh mereka yang dilaknati dan dimurkai Allah sepanjang sejarah 
manusia.. disebabkan kejahatan mereka terhadap dakwah sejak zaman Nabi Musa Alaihis Salaam 
hingga zaman Kita sekarang ini… Sedangkan kaum Nasrani sering membuat-buat kedustaan terhadap 
Allah, akibatnya keimanan mereka kepada Allah kacau balau dan campur aduk dengan kebatilan… 
Alquran berulangkali menceritakan kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu lainnya yang 
menentang Allah. Mereka ada yang sesat dan ada pula yang dimurkai Allah… Kisah-kisah itu 
dimaksudkan sebagai pelajaran yang penting bagi Kaum Muslimin dan menjadi pedoman mereka 
sepanjang hayat. 
Karena menjadi induk Alquran maka kandungan Surat Al-Fatihah sangat luas bagaikan samudra yang 
tidak bertepi. Apa yang Kita ringkas ini hanyalah setetes saja dari keluasan ilmu Allah di dalam Surat 
yang agung ini. Wallahu a’lam (usb/dakwatuna)Al-Fatihah 
 
d\J}\ jyjty OLJ^I h\jJt 
 
Tafsir Al Qur f an 
Hidayatul Insan 
Jilid 1 
(Dari surah Al Fatihah s.d surah Al An'aam) 
Disusun oleh: 
Abu Yahya Marwan bin Musa 
(semoga Allah mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan kaum 
13

muslimin semua, Allahumma amin) 


Abu Yahya Marwan bin Musa 
 

www. tafsir, web.id 
 
Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1 
 
Tafsir Isti'adzah 
Sebelum membaca Al Qur'an, kita diperintahkan membaca isti'adzah, yaitu ucapan: 
*-Z>rJ\ jUaljJl ^j» Aillj 3>jPl 
 
Artinya: Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. 
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman: 
(d&^-^.pl j'U^a.H 1^ aJoL Juxl.li o\7jd\ olj» lili 
"Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari 
setan yang terkutuk " (An Nahl: 98) 
Maksudnya apabila kamu hendak membaca Al Qur'an. Hal ini seperti pada ayat "Idzaa qumtum 
ilash shalaah...dst. (Al Maa'idah: 6), maksudnya apabila kamu hendak mendirikan shalat. Adapun 
dalil dalam hadits yang menunjukkan demikian salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh 
Imam Ahmad dari Abu Sa'id Al Khudriy ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila 
bangun malam, memulai shalatnya dan bertakbir, lalu mengucapkan: 
 
ii^Ip iJl Lij i}!*- *lL» 
 
"Mahasuci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Mahasuci nama-Mu, Mahatinggi 
keagungan-Mu, dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. " 
 
Selanjutnya Beliau mengucapkan, "Laailaahaillallah." Sebanyak tiga kali. Lalu mengucapkan: 
o o ' ' & ° fij * "* fl c 
 
"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang 
terkutuk; dari cekiknya, kesombongan, dan syairnya." (Diriwayatkan pula oleh pemilik kitab sunan 
yang empat. Tirmidzi berkata, "Ia merupakan hadits paling masyhur dalam bab ini.") 
 
Al Hamz dalam hadits tersebut adalah mautah, yakni cekiknya, nafkh adalah kesombongannya, 
14

sedangkan nafts adalah syairnya. 


 
Jumhur ulama berpendapat bahwa isti'adzah hukumnya sunat; tidak wajib. Ar Raaziy menukilkan 
dari 'Athaa' bin Abi Rabaah bahwa isti'adzah wajib dibaca dalam shalat dan di luar shalat setiap 
hendak membaca Al Qur'an. Ar Raaziy berhujjah untuk 'Atha' dengan zhahir ayat, "Fasta'idz, " 
dimana ia merupakan perintah yang zhahirnya adalah wajib, dan lagi karena Nabi shallallahu 'alaihi 
wa sallam selalu merutinkannya, ia juga dapat menolak kejahatan setan, sedangkan suatu kewajiban 
jika tidak sempurna kecuali dengannya, maka sesuatu yang menyempurnakan itu menjadi wajib. Di 
samping itu, membaca isti'adzah itu lebih hati-hati. 
 
Ucapan, "A 'uudzu billahi minasy syaithaanir rajiim," dianggap cukup dalam beristi'adzah. 
 
Abu Yahya Marwan bin Musa 
 

www. tafsir, web.id 
 
Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1 
 
Di antara rahasia isti'adzah adalah membersihkan mulut yang sebelumnya dipenuhi laghw (ucapan 
sia-sia) dan rafts (ucapan kotor), membuat mulut menjadi baik untuk membaca firman Allah. 
Isti'adzah juga merupakan permintaan pertolongan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, mengakui 
kekuasaan-Nya dan menyadari keadaan dirinya yang lemah untuk melawan musuh yang nyata yaitu 
setan, dimana untuk menghadapinya hanya dengan pertolongan Allah Subhaanahu wa Ta'aala saja. 
 
Makna "A'udzu billahi minasy syaithaanir rajiim" adalah aku berlindung kepada Allah dari setan 
yang terkutuk agar dia (setan) tidak membahayakanku baik pada agamaku, duniaku atau 
menghalangiku dari mengerjakan perkara yang diperintahkan kepadaku, demikian pula agar dia 
tidak mendorongku untuk mengerjakan perkara yang dilarang. 
 
Setan dalam bahasa Arab berasal dari kata "syathana" yang artinya jauh, sehingga setan itu artinya 
jauh dengan tabiatnya dari tabiat wajar manusia dan jauh dengan kefasikannya dari setiap kebaikan. 
Ada pula yang berpendapat, bahwa ia berasal dari kata syaatha (terbakar), karena ia dicipta dari api. 
Ada yang berpendapat, bahwa keduanya benar, namun pendapat pertama lebih shahih. 
 
Sibawaih berkata, "Orang-orang Arab mengatakan, "Tasyaithana fulaan" apabila orang tersebut 
15

melakukan perbuatan setan. Kalau setan berasal dari kata syaatha, tentu mereka mengatakan 
"Tasyayyatha." 
 
Dengan demikian setan menurut pendapat yang shahih berasal dari kata syathana yang berarti jauh. 
Oleh karena itulah, mereka menyebut setiap yang durhaka dari kalangan jin, manusia maupun 
hewan dengan sebutan "setan." 
 
 ​
 
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman: 
 
J^aJl iJ*J>-j (j^«-> (JJ * $¥* >» > (j-jJ O^'j U^V *1? 'j*" 'j-^ Isi J^S Ld*>- liiJ'JSj 
 
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia 
dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan 
yang indah-indah untuk menipu (manusia). " (Al An'aam: 112) 
 
Adapun hewan bisa disebut setan adalah seperti pada sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 
"Akan memuluskan shalat, yaitu wanita, keledai dan anjing hitam." Maka Abu Dzar berkata, 
"Wahai Rasulullah. Mengapa anjing hitam tidak (anjing) merah atau kuning?" Beliau menjawab, 
"Anjing hitam adalah setan." (HR. Muslim) 
 
Adapun "Rajiim" artinya marjuum, yaitu yang dirajam dan diusir dari kebaikan. Keadaannya yang 
dirajam adalah seperti diterangkan dalam surat Ash Shaaffaat ayat 8: 
 
"Setan-setan itu tidak dapat mendengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari 
dari segala penjuru. " 
 
Ada pula yang berpendapat, bahwa rajini artinya raajim (yang melempar), karena ia melemparkan 
was-was dan tipuan kepada manusia, namun pendapat pertama lebih masyhur dan lebih shahih. 
 
Abu Yahya Marwan bin Musa 
 

www. tafsir, web.id 
 
16

Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1 


 
Juz 1 
Surat Al Fatihah (pembuka) 1 
 
Surah ke-I. Terdiri dari 7 ayat. Makkiyyah 
 
1-7: Surah ini mencakup semua makna/kandungan dalam Al Qur'an dan mengandung 
 
maksud-maksud Al Qur'an yang asasi (dasar) secara garis besar. Oleh karena itulah 
 
dinamakan Ummul Kitab yang artinya induk Al Qur'an 
 
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang 2 . 
 
1 Surat Al Faatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat ini adalah surat 
yang 
pertama diturunkan secara lengkap di antara surat-surat yang ada dalam Al Quran, ia termasuk 
golongan 
surat Makkiyyah. Surat ini disebut Al Faatihah (Pembukaan), karena dengan surat inilah dibuka dan 
dimulainya Al Quran. Allah subhaanahu wa Ta'ala memulai kitab-Nya dengan surat ini, karena surat ini 
menghimpun tujuan dan maksud Al Qur'an. Oleh karena itu, surat ini dinamakan Ummul Quran (induk Al 
Quran) atau Ummul Kitaab (induk Al Kitab) karena dia merupakan induk dari semua isi Al Quran. Oleh 
karena itu, diwajibkan membacanya pada setiap shalat. Al Hasan Al Basri berkata, "Sesungguhnya 
Allah 
menyimpan ilmu-ilmu yang ada dalam kitab-kitab terdahulu di dalam Al Qur'an, kemudian Dia menyimpan 
ilmu-ilmu yang ada dalam Al Qur'an di dalam surat Al Mufashshal (surat-surat yang agak pendek), dan 
Dia 
menyimpan ilmu-ilmu yang ada dalam surat Al Mufashshal di dalam surat Al Fatihah. Oleh karena itu, 
barang siapa yang mengetahui tafsirnya, maka ia seperti mengetahui tafsir semua kitab-kitab yang 
diturunkan. " (Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu'abul Iman). Mencakupnya isi surat Al Fatihah 
terhadap 
semua ilmu yang ada di dalam Al Qur'an ditunjukkan oleh Az Zamakhsyari, yaitu karena di dalam Al 
Fatihah terdapat pujian bagi Allah yang sesuai, terdapat peribadatan kepada-Nya, terdapat perintah 
dan 
larangan serta terdapat janji dan ancaman, sedangkan ayat-ayat Al Qur'an tidak lepas dari semua ini. 
17

Dengan 
demikian, semua isi Al Qur'an merupakan penjelasan lebih rinci terhadap masalah yang yang disebutkan 
secara garis besar dalam surat Al Fatihah. 
 
Surat ini dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang) karena ayatnya ada tujuh 
dan 
dibaca berulang-ulang dalam shalat. Tentang keutamaan surat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa 
sallam 
bersabda: 
 
{ ijdUJl <_Jj <& -uJ-I j J'j^ 1 ^ \jy jtf'-H ^J^ ^ "Maukah aku beritahukan kepadamu surat yang terbaik 
dalam Al Qur'an? Yaitu Al Hamdulillahi rabbil 'aalamin." (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani dalam 
Shahihul Jami' no. 2592) 2 Maksudnya adalah "Saya memulai membaca surat Al-Fatihah ini dengan 
menyebut nama Allah sambil memohon pertolongan kepada-Nya agar dapat membaca firman-Nya, 
memahami maknanya dan dapat mengambilnya sebagai petunjuk." Setiap pekerjaan yang baik, 
hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan, menaiki 
kendaraan, membaca Al Qur'an di awal surat, masuk dan keluar masjid, mengunci pintu, masuk dan 
keluar rumah, menulis surat, hendak berwudhu' dan sebagainya. Allah ialah nama Zat Yang Mahasuci, 
yang satu-satunya berhak disembah dengan sebenarnya disertai rasa cinta, takut dan berharap 
kepada-Nya, Zat yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tetapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar 
Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah memiliki 
rahmat (kasih-sayang) yang luas mengena kepada semua makhluk-Nya, sedangkan Ar Rahiim artinya 
Allah Maha Penyayang kepada orang-orang mukmin. Kepada orang-orang mukmin itu diberikan-Nya 
rahmat yang mutlak, selain mereka hanya memperperoleh sebagian daripadanya. Ar Rahmaan dan Ar 
Rahiim merupakan nama Allah yang menetapkan adanya sifat rahmah (sayang) bagi Allah Ta'ala 
sesuai dengan kebesaran-Nya. Abu Yahya Marwan bin Musa 4 www. tafsir, web.id Tafsir Hidayatul 
Insan Jilid 1 jS * ■* * y 2. Segala puji 3 bagi Allah, Tuhan semesta alam 4 . 3. Maha Pemurah lagi 
Maha Penyayang/ 4. Yang menguasai 6 hari Pembalasan 7 . Alhamdu artinya segala puji. Memuji 
dilakukan karena perbuatannya yang baik. Maka memuji Allah berati menyanjung-Nya karena 
perbuatan-Nya yang baik seperti melimpahkan karunia dan berbuat adil, karena sifat-sifat-Nya yang 
sempurna dan karena nikmat-nikmat-Nya yang begitu banyak yang dilimpahkan-Nya kepada kita baik 
nikmat yang berkaitan dengan agama maupun dunia. Syaikh Ibnu 'Utsaimin berkata, "Al Hamdu adalah 
menyifati yang dipuji dengan kesempurnaan disertai rasa cinta dan pengagungan; baik kesempurnaan 
dzaat, sifat maupun perbuatan-Nya." Dengan demikian dalam memuji Allah Ta'ala harus disertai rasa 
cinta dan pengagungan serta ketundukan, karena jika tidak seperti ini bukan merupakan pujian yang 
sempurna. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena dari Allah sumber segala kebaikan 
18

yang kita peroleh. Di dalam ayat ini mengandung perintah kepada semua hamba agar memuji Allah 
Ta'ala. Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah Ta'ala berhak mendapatkan pujian sempurna dari segala 
sisi, oleh karena itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mendapatkan hal yang menyenangkan 
mengucapkan "Al Hamdulillahilladziy bini'matihi tatimmush shaalihaat" (segala puji bagi Allah yang 
dengan nikmat-Nya amal shalih menjadi sempurna), dan ketika Beliau memperoleh selain itu, Beliau 
tetap mengucapkan "Al Hamdulillah 'alaa kulli haal" (segala puji bagi Allah dalam semua keadaan) 
sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah (3803). Rabb (tuhan) berarti Tuhan yang ditaati yang 
Memiliki, Mendidik, Mengurus dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Allah, 
kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). Alamiin (semesta alam) adalah 
semua yang diciptakan Allah yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam 
hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam 
itu, Dia-lah yang menciptakan semua makhluk, yang mengurus urusan mereka, mengurus semua 
makhluk-Nya dengan nikmat-nikmat-Nya dan mengurus para wali-Nya dengan iman dan amal yang 
shalih. Dengan demikian, pemeliharaan Allah Ta'ala kepada alam semesta itu ada yang umum dan ada 
yang khusus. Yang umum adalah diciptakan-Nya mereka, diberi-Nya rezeki, diberi-Nya mereka petunjuk 
kepada hal-hal yang bermaslahat bagi mereka agar mereka dapat hidup di muka bumi, sedangkan yang 
khusus adalah dengan dididik-Nya para wali-Nya dengan iman dan amal shalih atau diberi-Nya taufiq 
kepada setiap kebaikan dan dihindarkan dari semua keburukan. Mungkin inilah rahasia mengapa do'a 
yang diucapkan para nabi kebanyakan menggunakan lafaz Rabb (seperti Rabbi atau Rabbanaa). Ayat 
ini menunjukkan bahwa hanya Allah-lah Rabbul 'aalamin; yang menciptakan, mengatur, memberi rezeki, 
menguasai dan memiliki alam semesta; tidak ada Rabb selain-Nya. Tentang makna Ar Rahmaan dan Ar 
Rahiim sudah diterangkan sebelumnya. Disebutkannya ayat ini setelah "Al Hamdu lillahi Rabbil 
'aalamiin" untuk memberitahukan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengurus alam semesta ini tidak 
dengan menyiksa dan memaksa, bahkan atas dasar kasih-sayang-Nya. 6 Maalik (yang menguasai) 
dengan memanjangkan mim, berarti: pemilik, dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan 
mim), artinya: Raja. Dihubungkannya kepemilikan hari pembalasan kepada-Nya meskipun milik-Nya 
dunia dan akhirat, karena pada hari itu kelihatan dengan jelas kekuasaan dan kepemilikan-Nya. Pada 
hari itu antara raja-raja di dunia dengan rakyat sama tidak ada perbedaan, mereka tunduk kepada 
keagungan-Nya, menunggu pembalasan-Nya, mengharapkan pahala-Nya dan takut terhadap siksa-Nya. 
Abu Yahya Marwan bin Musa Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1 5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah 8 , 
dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan 9 . C- ^■apJbJLoJl Js>jvaJl bjUhl 
 
6. Tunjukkanlah kami 10 jalan yang lurus, 
 
7 Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang di waktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan 
amalannya baik atau buruk. Yaumiddin disebut juga yaumul qiyaamah, yaumul hisaab, yaumul jazaa' dan 
19

sebagainya. Dibacanya ayat ini oleh seorang muslim dalam setiap shalat untuk mengingatkannya kepada 
hari 
akhir; hari di mana amalan diberikan balasan. Demikian juga mendorong seorang muslim untuk beramal 
shalih dan menghindari kemaksiatan. 
 
8 Na'budu diambil dari kata 'ibaadah yang artinya kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh 
perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena keyakinan bahwa Allah 
mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya disertai rasa cinta dan berharap kepada-Nya. 
Ditambahkan 
rasa cinta, karena landasan yang harus ada pada seseorang ketika beribadah itu ada tiga: rasa cinta 
kepada 
Allah Ta'ala, rasa takut dan tunduk kepada Allah Ta'ala dan rasa berharap. Oleh karena itu, kecintaan 
saja 
yang tidak disertai dengan rasa takut dan kepatuhan, seperti cinta terhadap makanan dan harta, 
tidaklah 
termasuk ibadah. Demikian pula rasa takut saja tanpa disertai dengan cinta, seperti takut kepada 
binatang 
buas, maka itu tidak termasuk ibadah. Tetapi jika suatu perbuatan di dalamnya menyatu rasa takut dan 
cinta 
maka itulah ibadah. Dan tidaklah ibadah itu ditujukan kecuali kepada Allah Ta'ala semata. 
 
Dalam ayat ini terdapat dalil tidak bolehnya mengarahkan satu pun ibadah (seperti berdo'a, ruku', 
sujud, 
thawaf, istighatsah/meminta pertolongan), berkurban dan bertawakkal) kepada selain Allah Ta'ala. 
 
9 Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat 
menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. Dalam ayat ini 
terdapat 
obat terhadap penyakit ketergantungan kepada selain Allah Ta'ala, demikian juga obat terhadap 
penyakit 
riya', 'ujub (bangga diri) dan sombong. Disebutkannya isti'anah kepada Allah Ta'ala setelah ibadah 
memberikan pengertian bahwa seseorang tidak dapat menjalankan ibadah secara sempurna kecuali 
dengan 
pertolongan Allah Ta'ala dan menyerahkan diri kepada-Nya. Ayat ini menunjukkan lemahnya manusia 
mengurus dirinya sendiri sehingga diperintahkannya untuk meminta pertolongan kepada-Nya 
Berdasarkan 
20

ayat ini juga bahwa beribadah dan meminta pertolongan kepada-Nya merupakan sarana memperoleh 
kebahagiaan yang kekal dan terhindar dari keburukan. Perbuatan dikatakan ibadah jika diambil dari 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan diniatkan ikhlas karena Allah Ta'ala. 
 
Perlu diketahui bahwa isti'anah (meminta pertolongan) terbagi dua: 
 
- Isti'anah tafwidh, meminta pertolongan dengan menampakkan kehinaan, pasrah dan sikap harap, ini 
hanya boleh kepada Allah saja, syirk hukumnya bila mengarahkan kepada selain Allah. 
 
- Isti'anah musyarakah, meminta pertolongan dalam arti meminta keikut-sertaan orang lain untuk 
turut 
membantu, maka tidak mengapa kepada makhluk, namun dengan syarat dalam hal yang mereka mampu 
membantunya. 
 
10 Ihdina (tunjukkanlah kami), dari kata hidayaat yang artinya memberi petunjuk ke suatu jalan yang 
lurus 
(irsyad). Yang dimaksud di ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja (yakni tidak hanya hidayah 
irsyad), 
tetapi juga meminta diberi taufik (dibantu menempuh jalan yang lurus). Oleh karenanya kata ihdinaa 
langsung dilanjutkan dengan shiraathal mustaqiim, tidak dipisah dengan kata "ilaa" (ke) yang berarti 
 
"tunjukkanlah kami ke " karena ia meminta dua hidayah (irsyad dan taufiq). Oleh karena itu, arti ayat 
ini 
 
adalah "Tunjukkanlah kami jalan yang lurus dan bantulah kami menempuh jalan itu serta teguhkanlah 
kami 
di atasnya sampai kami berjumpa dengan-Mu" . Jalan yang lurus itu adalah Islam; sebagai jalan yang 
dapat 
mengarah kepada keridhaan Allah dan surga-Nya, jalan yang telah diterangkan oleh Rasul -Nya 
Muhammad 
shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga seseorang tidak dapat bahagia kecuali dengan istiqamah di 
atasnya. 
Dengan demikian, di ayat ini kita juga meminta kepada Allah Ta'ala agar dapat istiqamah di atas jalan 
yang 
lurus itu sampai akhir hayat mengingat hati yang lemah mudah berbalik dan karena hidup di dunia 
penuh 
21

 
Abu Yahya Marwan bin Musa 
 

www. tafsir, web.id 
 
Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1 
 
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) 
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. 11 
 
dengan liku-liku, penuh dengan gelombang cobaan dan fitnah yang begitu dahsyat yang dapat 
menghanyutkan seorang mukmin. Sungguh berbahagialah orang yang tetap mendirikan shalat karena 
do'a 
yang dipanjatkannya ini, berbeda dengan orang yang meninggalkan shalat; yang tidak lagi 
memanjatkan do'a 
ini sehingga mudah sekali ia terbawa oleh arus fitnah itu yang membuat dirinya binasa -wal 'iyaadz 
billah-. 
 
11 Orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah adalah para nabi, para shiddiqin, para syuhada dan 
orang- 
orang shalih berdasarkan surat An Nisaa': 69, jalan merekalah yang kita minta. Merekalah ahlul 
hidayah wal 
istiqamah (orang-orang yang memperoleh hidayah dan dapat beristiqamah), ciri jalan mereka adalah 
setelah 
mengetahui yang hak (benar), mereka mengamalkannya (belajar dan beramal). 
 
Adapun orang-orang yang dimurkai (baik oleh Allah maupun oleh kaum mukminin) adalah orang-orang 
yahudi dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka. Ciri jalan mereka adalah setelah mengetahui yang 
hak, mereka tidak mau mengamalkan sehingga mereka dimurkai (belajar dan tidak beramal). 
 
Sedangkan orang-orang yang sesat adalah orang-orang Nasrani dan orang-orang yang mengikuti jalan 
mereka. Ciri jalan mereka adalah tidak mengenal yang hak sehingga mereka tersesat (beramal tanpa 
belajar). 
 
Di dalam ayat ini terdapat obat penyakit juhud (membangkang), jahl (kebodohan) dan dhalaal 
22

(tersesat). 
 
Dianjurkan setelah membaca ayat ini di dalam shalat mengucapkan "aamiiiiiin" yang artinya "Ya Allah, 
kabulkanlah", ia tidaklah termasuk ayat dari surat Al Fatihah berdasarkan kesepakatan para ulama, 
oleh 
karena itu mereka tidak menuliskannya di dalam mushaf-mushaf. 
 
Kandungan surat Al Fatihah 
 
Surat Al Fatihah meskipun singkat, namun mengandung banyak pengetahuan. Di dalamnya terdapat 
tiga 
tauhid yang diperintahkan; tauhid rububiyyah (dari ayat "rabbil 'aalmiin"), tauhid uluhiyyah (dari ayat 
"iyyaaka na'budu") dan tauhid asmaa' wash shifat dengan menetapkan semua sifat sempurna bagi Allah 
yang 
telah ditetapkan oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana 
ditunjukkan 
oleh ayat "Al Hamdulillah", karena nama-nama dan sifat-sifat Allah semuanya terpuji dan merupakan 
pujian 
bagi Allah Ta'ala. 
 
Demikian juga menetapkan kenabian dan kerasulan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang 
diambil 
dari ayat "Ihdinash shiraathal mustaqiim", karena jalan yang lurus tersebut adalah jalan yang 
diterangkan 
oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Surat ini juga menetapkan adanya jazaa' 
(pembalasan 
amal) dan bahwa hal itu dilakukan dengan adil berdasarkan ayat "Maaliki yaumiddiin". Surat ini juga 
menguatkan Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah tentang masalah qadar, yakni bahwa semua terjadi 
dengan 
qadar Allah dan qadhaa'-Nya, dan bahwa seorang hamba melakukan perbuatannya secara hakikat; 
tidak 
dipaksa dalam berbuat. Hal ini dapat diketahui dari ayat "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin". Surat 
ini 
juga menerangkan pokok kebaikan, yaitu ikhlas, sebagaimana diambil dari ayat " Iyyaaka na'budu wa 
iyyaaka nasta'iin". 
 
23

Karena surat ini begitu agung dan mulia, Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya membacanya di setiap 
rak'at 
dalam shalat mereka baik shalat fardhu maupun sunat. Di surat tersebut Allah mengajarkan kepada 
hamba- 
hamba-Nya bagaimana mereka memuji dan menyanjung-Nya, lalu mereka meminta kepada Tuhan mereka 
segala yang mereka butuhkan. Di surat ini pun terdapat bukti butuhnya mereka kepada Tuhan mereka, 
baik 
butuhnya hati mereka dipenuhi rasa cinta dan pengenalan kepada-Nya dan butuhnya mereka agar 
dibantu 
dalam menyelesaikan urusan mereka serta diberi taufiq agar dapat mengabdi kepada-Nya. 
 
Contoh ayat-ayat yang menerangkan lebih lanjut surat Al Fatihah 
 
Sebagaimana diterangkan bahwa semua isi Al Qur'an merupakan penjelasan lebih rinci terhadap 
masalah 
yang yang disebutkan secara garis besar dalam surat Al Fatihah. Berikut ini contohnya: 
 
Firman Allah, "Al hamdulillahi. " diterangkan oleh surat Al Baqarah: 186 dan 286. 
Abu Yahya Marwan bin Musa 
 

www. tafsir, web.id 
 
Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1 
 
Surat Al Baqarah (Sapi Betina) 12 
 
Surah ke-2. Terdiri dari 286 ayat. Madaniyyah 
 
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 
 
H>-jfi<^ifi &\j^> 
 
Ayat 1-5: Golongan mukmin, membicarakan tentang sifat orang-orang yang bertakwa, 
hakikat iman dan bagaimana Al Qur'an menjadi petunjuk bagi mereka 
 
24

Firman Allah, "Rabbil 'aalamiin" diterangkan oleh surat Al Baqarah: 21-22 dan 29. 
 
Firman Allah, "Ar Rahmaanir rahiim" diterangkan oleh surat Al Baqarah: 37 dan 126 
 
Firman Allah, "Maaliki yaumiddin." diterangkan oleh surat Al Baqarah: 284. 
 
Firman Allah, "Iyyaaka na'budu." diterangkan oleh surat Al Baqarah secara lebih rinci, di mana di sana 
diterangkan masalah bersuci, shalat lima waktu, shalat jama'ah, shalat khauf, shalat Ied, zakat, 
puasa, I'tikaf, 
sedekah, umrah dan haji, mu'amalah secara Islam, warisan, wasiat, berbagai masalah pernikahan, 
penyusuan 
anak, nafkah, tentang hukum qishas, diyat, memerangi pemberontak dan orang yang murtad, tentang 
bjihad, 
tentang makanan, sembelihan, sumpah, nadzar, peradilan (qadhaa'), persaksian, memerdekakan budak 
dsb. 
semua ini merupakan bab-bab syari'at yang diterangkan dalam surat Al Baqarah. 
 
Firman Allah, "Wa iyyaka nasta'iin" mewakili ilmu tentang akhlak. 
 
Firman Allah, "Ihdinash shiraathal mustaqiim" diterangkan dalam surat-surat setelannya yang 
menyebutkan 
jalannya para nabi dan jalan orang-orang yang menyelisihinya. wal hamdulillahi rabbil 'aalamiin. 
 
12 Surat Al Baqarah yang 286 ayat ini turun di Madinah, sebagian besar diturunkan pada permulaan 
tahun 
Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Haji wadaa' (haji Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi 
wa 
sallam yang terakhir). Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, sebagai 
surat 
yang terpanjang di antara surat-surat Al Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang 
(ayat 
282). Surat ini dinamai Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina 
yang 
diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), di sana dijelaskan watak 
orang-orang 
Yahudi pada umumnya. 
25

 
Al-‘Adad, al-Ma’dud 
 
‫ اﻫﻠﻚ ءاﻣﺲ�ﻻ ىﻮح ﯾﺬﻻ‬18 ‫ﻟﺠﻮ زع ﻫﻠﻼ ءاﻫﺐ ءاﺑﻼ‬. ‫ﻟﺠﻮ زع ﻫﻠﻼ ءاﻧﺲ ﻧﯿﺴﻼو‬. ‫ﻟﺠﻮ زع ﻫﻠﻼ دﺟﻢ ﻣﯿﻤﻼو‬ 
‫ﻫﻠﻼو‬: ‫« ﻣﻈﻊ�ﻻ ﻣﺲ�ﻻ وه‬ 
 
bā’ adalah [singkatan dari] bahā’ullāh ‘azza wa jalla (keindahan Allah Azza wa Jalla), sīn adalah 
[singkatan dari] sanā’ullāh ‘azza wa jalla (keagungan Allah Azza wa Jalla), mīm adalah [singkatan dari] 
majdullāh ‘azza wa jalla (kemuliaan Allah Azza wa Jalla), dan Allāh adalah al-ism al-a‘zhām (nama yang 
paling agung) yang terkandung dalam semua nama-Nya 
 
Ta’wi>l Terhadap Ayat Al-Qur’an Menurut Al-Tustari> 227 
‫ﯘﯗ ﯖ ﯕ ﯔﯓ ﮱ ﮰ ﮯ ﮮ ﮭﮬ ﮫ ﮪ ﮩ ﯦ ﯥ ﯤ ﯣ ﯢ ﯡ ﯠ ﯟ ﯞ ﯝ ﯜ ﯛ ﯚ ﯙ ﯸ ﯷﯶ ﯵ ﯴ ﯳ ﯲ ﯱﯰ ﯯ ﯮ ﯭﯬ ﯫ‬ 
‫ﯪ ﯩ ﯨ ﯧ ﰁ ﰀ ﯿ ﯾ ﯽ یﯻ ﯺ ﯹ‬ 
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah 
lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu 
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon 
yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di 
sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. 
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia 
kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui 
segala sesuatu.”19 
 
​ 
 
​ 
 
35 sebagaimana termuat dalam Tafsir al-Tustarī 
‫ﻣﻠﺴﻮ ﻫﯿﻠﻊ‬. ‫ىﻼﻋﺖ ﻫﻠﻮق ﻧﺴﺤﻼ ﻻق‬: ‫راون�ﻻب ﺿﺮ�ﻻو ﺗﺎواﻣﺴﻼ ﻧﯿﺰم ﯾﻨﻌﻲ ﺿﺮ�ﻻو ﺗﺎواﻣﺴﻼ رون ﻫﻠﻼ‬، ‫ﻟﺜﻢ‬ 
‫دﯾﺤﻮﺗﻼ‬، ‫ﻫﻠﻼ ىﻠﺺ دﻣﺤﻢ رون ﻟﺜﻢ ﯾﻨﻌﻲ ﺣﺎﺑﺼﻢ اﻫﯿﻒ ةاﻛﺸﻤﻚ ﻫﺮون ﻣﻬﯿﻠﻊ ﻫﻠﻼ ﺗﺎوﻟﺺ ءاﯾﺒﻦ�ﻻ ﺑﻮﻟﻖ ن�ل‬ 
‫راون�ﻻ ﻫﺬه ﻟﺜﻤﺐ ﻓﺼﻮت‬، ‫ﻻﻗﻮ‬: ‫ﺣﺎﺑﺼﻢ ﻧﺎرﻗﻼ رون ﻟﺜﻢ روﻧﻼ‬، ‫ﯾﺮﺻﺒﻼ ﺣﺎﺑﺼﻤﻼ‬: ‫ءاﯾﻀﻮ ﻧﻤﺆﻣﻼ ﺑﻠﻖ ﻛﻠﺬب ىﻨﻊ‬ 
‫ﻻﺻﺖ�ﻻ رون ﻫﺮوﻧﻮ ﺻﺎﻟﺦ�ﻻ ﻫﻨﻬﺪو ﺿﺌﺎرﻓﻼ ﻫﺘﻠﯿﺘﻔﻮ ةﻓﺮﻋﻤﻼ ﻫﺠﺎرس‬. ‫ﻧﺎ ﻧﻢ روﻧﺎ دادزا اﻣﻠﻜﻒ‬ 
19 Terjemahan ini, penulis kutip dari Al-Qur’an dan Terjemahnya terbitan Departemen Agama RI yang 
sudah berbentuk software dalam Al-Qur’an Digital. Disana terdapat catatan kaki yang menjelaskan 
arti “misykat” (lubang yang tidak tembus) ialah “suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus 
sampai ke sebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain”, dan kata 
26

“la> syarqiyyah wa la> gharbiyyah” (tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat) 
dengan arti “pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari 
terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan 
minyak yang baik 
‫ارون‬.20 ‫ءاﻓﺺ ﺻﺎﻟﺦ�ﻻ‬، ‫ءاﯾﺾ ﺣﺎﺑﺼﻤﻼ دادزا‬، ‫ﺣﺎﺑﺼﻤﻼ دادزا ةﻗﯿﻘﺢ ﺿﺌﺎرﻓﻼ دادزا اﻣﻠﻜﻮ‬ 
Perumpamaan cahaya al-Qur’an, kata al-Tustari>, adalah sebuah lampu (Mis}bāh), lampu yang 
menerangi pengetahuan, yang sumbunya adalah kewajiban agama, yang minyaknya adalah keikhlasan 
dan yang cahayanya adalah cahaya pencapaian (spiritual). Setiap kali keikhlasan itu bertambah dalam 
kemurnian, maka bertambahlah sinar cerah lampu itu, dan setiap kali kewajiban agama bertambah, 
maka pada hakikatnya lampu itu bertambah cahayanya. Tustari> menakwilkan kata “nūr” itu sebagai 
“Nu>r Muhammad saw”, yakni Allah swt menghiasi langit dan bumi dengan cahaya (nur), dan cahaya 
itu bagaikan cahaya (nur) Nabi Muhammad saw. Ayat cahaya tersebut yang dikaitkan dengan Nabi 
Muhammad SAW.,pertama kali dikenalkan oleh ahli teolog Muqatil pada abad ke enam masehi. Ayat 
diatas oleh Muqatil dihubungkan dengan Nabi Muhammad saw. Kata Mis}bāh (lampu) itu dianggap 
sebagai lambang yang tepat bagi Muhammad. Melalui Muhammad, cahaya Ilahi dapat menyinari dunia. 
Melalui Muhammad juga umat manusia dituntun menuju sumber cahaya itu. Kata “tidak dari timur dan 
dari barat” mengacu kepada tugas kerasulan Nabi Muhammad SAW.,yang memberikan kasih sayang 
untuk segenap alam (rahmatan lil-‘ālamīn). Sahl al-Tustari> mengambil ide Muqattil itu yang 
mengatakan adanya ”lajur cahaya”, yaitu sejenis timbunan yang terdiri dari segenap jiwa-jiwa yang suci. 
Berdasarkan teori Muqattil di atas, esensi Muhammad menurut Tustari>, disebut ‘amūd alnūr’ (tiang 
cahaya), yakni jasad halus dari keyakinan yang diemanasi dari Tuhan sendiri yang membungkuk 
kepada-Nya selama satu juta tahun sebelum diciptakan-Nya makhluk-makhluk. 20Ibid., 138; 
Al-Tustari>, Tafsi>r al-Tustari>, Muhaqqiq:Thaha Abdurrazzaq Sa’ad dan Sa’ad Hasan Muhammad 
‘Ali, 206; Al- Tustari>,Tafsi>r al-Tustari>, Muhaqiq: Muhammad Basil ‘Ayun al-Suud, 111 
 
Ta’wi>l Terhadap Ayat Al-Qur’an Menurut Al-Tustari> 229 Selanjutnya Tustari> mengatakan: “Allah 
dalam keesaanNya yang mutlak dan realitas transenden-Nya ditegaskan sebagai misteri yang tak 
tertembus dari cahaya illahi yang bagaimana pun juga, mengungkapkan dirinya sendiri dalam praktek 
perwujudan prakeabadian dari “persamaan cahaya-Nya”(matsalu nūrihī), yaitu persamaan cahaya 
Muhammad (Nur Muhammad) dalam prakeabadian dilukiskan seba gai suatu masa bercahaya dari 
pemuliaan primordial di haribaan Allah yang mengambil bentuk suatu tiang tembus cahaya, tiang 
cahaya Illahi dan membentuk Muhammad sebagai ciptaan utama Allah.” Dalam menjelaskan terminologi 
ayat cahaya tersebut, Tustari> mengatakan bahwa ketika Allah berkehendak menciptakan Muhammad, 
Dia memunculkan sebuah cahaya dari cahayaNya. Ketika ia mencapai selubung keagungan 
hi ābu -’aẓāma , Ia m n uk b uj ha n A ah. Al a m p a n i s n a  
sebuah tiang yang besar bagaikan kaca kristal dari cahaya yang dari luar maupun dalam yang dapat 
27

tembus pandang” Tustari> mengaitkan cahaya Muham mad yang ia ta’wi>l kan dari kata “nur” dalam 
Surat An-Nur ayat 35 dengan Surat An-’Najm ayat 13 yang berbunyi : “Walaqad ra’āhu nazlatan 
ukhrā” artinya: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada 
waktu yang lain” . Kata ”pada waktu yang lain” ditafsirkan Tustari> dengan ketika tiang cahaya 
Muhammad berdiri di hadapan Allah. Di dalam Hikayat Nur Muhammad diceritakan tentang Nur 
Muhammad disuruh bersujud selama lima puluh tahun di hadapan Allah. Dije laskan bahwa sebelum 
dimulai penciptaan selama sejuta tahun Nur Muhammad itu berdiri di hadapan-Nya untuk memujiNya 
dengan keteguhan iman dan (kepadanya) diungkapkan misteri oleh “misteri” itu sendiri di pohon 
Sidratil-Muntahā (QS, 53:14) yaitu tempat berakhirnya pengetahuan setiap orang .21 Pada awal 
penciptaan manusia, Allah menciptakan Adam dari cahaya Muhammad. Cahaya para nabi, cahaya 
kerajaan langit, cahaya malakut adalah dari cahayanya. Begitu juga cahaya dunia dan dunia yang 
akan datang berasal dari cahayanya 
Akhirnya, ketika kemunculan para nabi dalam alam raya spiritual di dalam prakeabadian telah 
sempurna, Muhammad dibentuk tubuhnya dalam bentuk temporal dan terestrial, dari lempung Adam, 
yang telah diambil dari tiang Nur Muhammad dalam prakeabadian. Dengan demikian, penciptaan 
cahaya prakeabadian telah disempurnakan. Manusia pertama dicetak dari cahaya Muhammad yang 
telah terkristal dan mengambil sosok pribadi Adam. Ide tentang Nur Muhammad tersebut selanjutnya 
ditangkap dan dikembangkan oleh Al Hallaj, dan konsep al Hallaj tentang Nur Muhammad selanjutnya 
diteruskan oleh Ibnu Araby dengan konsep wahdatul wujūd-nya dan dilanjutkan oleh Abdul Karim Al Jilli 
dalam Insānul kāmil 
 
D.2. Q.S. al-Baqarah ayat 22 Pemahaman makna batiniah oleh Sahl al-Tustari> terdapat dalam 
firman Allah Swt pada surat al-Baqarah ayat 22 tentang penafsiran atau pen ta’wi>l an kata : ‫ﯠ ﯟ ﯞ‬ 
‫“ ﯝ ﯜ ﯛ‬Maka itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” Sahl 
Al-Tustari> menta’wi>l kan kata andād (sekutu-sekutu) dengan ad}dād (lawan-lawan). Lawan terbesar 
adalah al-nafsu alammārah bi al-sū’ (nafsu yang selalu menyuruh pada kejahatan) yang selalu 
berambisi untuk mendapatkan kesenangannya tanpa petunjuk Allah Swt.22 Dalam hal ini, pendapat 
al-Tustari> ini menunjukkan bahwa nafsu ammârah termasuk sekutu, sehingga kalau diperinci ta’wi>l 
terhadap ayat tersebut adalah, “Maka janganlah menjadikan bagi Allah sekutu-sekutu, berhala, setan, 
nafsu, … (dan seterusnya).” Dari aspek lahiriah kata dalam ayat ini, mungkin merupakan satu kesulitan, 
karena konteks ayat itu dan indikasi-indikasi yang melingkupinya menunjukkan bahwa yang dimaksud 
sekutu-sekutu (andād) itu adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah, baik berupa berhala 
maupun sesuatu yang lain selain berhala. Sementara itu, nafsu tidak disembah oleh mereka dan tidak 
dikenal bahwa 
 
mereka menjadikannya tuhan-tuhan selain Allah. Namun, tafsir ini mungkin ada benarnya. Berikut ini 
28

adalah penjelasannya. Sahl Al-Tustari>, ketika berbicara tentang ayat itu, menyebutkan bahwa hal itu 
adalah tafsir ayat. Tetapi ia menyebutkan makna lain yang berarti sekutu dalam sudut pandang yang 
sesuai dengan syariat. Itu karena hakikat sekutu (nadd) adalah bahwa lawan sekutu adalah menurut 
lawannya. Nafsu ammārah termasuk dalam kategori ini, karena ia memerintahkan pemiliknya untuk 
memenuhi kesenangannya seraya lalai dalam memenuhi hak-hak Penciptanya. Inilah makna “sekutu” 
terhadap sekutunya, karena berhala diartikan oleh mereka dalam pengertian ini. Berdasarkan hal ini, 
tidak ada cela dalam ucapan al-Tustari> tentang ayat tersebut. Adapun ayat yang mendukung argumen 
ini adalah firman Allah Swt., “Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai 
tuhan selain Allah” (Q.S. al-Taubah [9]: 31). Jelas, mereka tidak menyembah rahib/pendeta selain Allah 
secara fisik. Namun, mereka menuruti segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Apa yang 
dia haramkan bagi mereka, mereka juga mengharamkannya, dan apa yang dia halalkan, mereka juga 
menghalalkannya, padahal mereka berkeyakinan bahwa yang berhak untuk menetapkan halal dan 
haram hanyalah Allah. Oleh karena itu, Allah Swt. berfirman, “mereka menjadikan orang-orang alim 
dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah”. Inilah keadaan orang yang mengikuti hawa 
nafsunya. Dalam penafsiran ini, al-Syathibi dalam al-Muwafaqāt-nya juga dapat menerimanya23, 
karena sudah sesuai dengan syarat-syarat penafsiran sufistik yang bisa diterima yaitu asal 
kemunculannya adalah dari Al-Qur’an dan diikuti oleh maujud-maujud yang lain. Sebab, pemahaman 
yang benar pada umumnya adalah jika cahaya pandangan batin membakar tabir segala entitas tanpa 
henti. Bukan sebaliknya, yang asal kemunculannya dari segala maujud, baik parsial maupun universal, 
dan diikuti pemahaman terhadap AlQur’an. Dan juga, memenuhi dua syarat: (1) memenuhi tuntutan 
kaidah-kaidah bahasa Arab sehingga berlaku menurut maksudmaksud yang dikehendaki dalam bahasa 
Arab, (2) didukung dengan 
 
suatu teks atau makna lahiriah di tempat lain yang menguatkan kebenarannya 
 
D.3. Q.S. al-A’raf ayat 148 
pada surat al-A’raf ayat 148. 
‫“ ﯔ ﯓ ﮱ ﮰ ﮯ ﮮ ﮭ ﮬ ﮫ‬ 
Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung T}ur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) 
mereka anak sapi yang bertubuh dan bersuara.” Dalam penafsirannya, al-Tustari> menta’wi>l kan 
“anak sapi” adalah apa saja yang memalingkan manusia dari Allah swt, mungkin sanak saudara 
ataupun anak, yang manusia tidak bisa lepas darinya kecuali setelah hilangnya keuntungan-keuntungan 
yang merupakan sebab terikatnya manusia kepada “anak sapi” tersebut. Sebagaimana umat nabi Musa 
tidak bisa melepaskan diri dari penyembahan terhadap anak sapi kecuali dengan membunuh diri mereka 
sendiri 
 
29

Sifat sejarah, menurut orang, 


Ibarat pentas bermain wayang 
Cheritera lampau dihurai dalang 
Pabila tammat segera diulang 
Al-‘Adad, al-Ma’dud 
 
HIKAYAT 
 
Aku Qur'an tujuh Masani, 
Aku Roh pusat Rohani, 
Hatiku kutitip kepada insani, 
Kepadanya kuberikan lidahku ini. 
 
Engkau tak dapat melihat tubuhku, 
Hanya merasa kan sebagai ni'mait ku, 
Jika kau selami lautan zatku, 
Keajaiban tampak serta berlaku. 
 
Rahasia \terbuka sesudah terlindung, 
Arwah ma'ani menjadi mendung, 
Siapa yang paham arti terkandung, 
Ta' takut pedang datang menyandung 
 
Laksana Hallaj Syamsul hakikat, 
Mahabbah mendalam serta melekat, 
Lahirlah "Ana al-haq" secara singkat, 
Tidak berubah zat dan sifat 
 
Zatku Satu Sipatku 
banyak, sujud kepadaku, 
jika engkau menghendaki asma, 
ketahuilah bahwa nama itu 
menunjukkan yang diberi asma, 
yaitu zat yang dinamakan kul padamu, 
sujud dengan apa yang dapat memadai, buang apa yang tidak perlu" 
 
30

(Kitabul isra', HaydrabadDeccan, 1948, hal. 8-9). Kemudian menyusul serangkaia 


 
rafiquh a'la 
syair, pemahaman wihdatul wujud. menceritra kan isra', 
bahwa salik itu tidak dapat melihat zat cuma sifatnya, ia tidur, 
datang kepadanya rasul taufiq yang akan menunjukkan dia thariq, 
ada buraq ikhlas, dibuka dadanya dengan pisau sakinah, 
dikeluarkan isinya dan diletakkan kedalam ember ridha, 
dibersihkan dari pada syaithan, düsi dengan tauhid, {man tafrid, kemudian dijahit kembali dengan 
kesehatan uns yang suci, 
dibungkus dengan kain mahabbah, diangkat keatas pelana buraqqurbah, lalu diisra'kan ke-qudsul janan, 
diikat buraq didepan pintu, sembahyang dekat mihrab, memilih minuman susu dari pada khamar, lalu 
mi'rajlah kelautan mutiara, lautan nafsul mutma'innah yang luas dengan sampai arifin, 
yang layarnya ditiupi angin ziK.r, digerakkan oleh gelombang ahwal, sampai yang bertiang alif, 
bertatahkan alat bismitahi majha dan wahyu pertama iqra', 
sampai kelautan mujahadah dengan pertolongan arwah inayah, 
terdampar kepantai musyahadah, dan dari sini berpisahlah dengan air dan bertemulah dengan langit. 
Kemudian ia lalu menceriterakan pula pengalamannya, 
pertama dalam langit wizarah dengan Adam dan segala hikmahnya, dalam langit kitabah dengan Isa 
dan segala akhlaknya, naik kelangit syahadah, dimana ia bertemu dengan Jusuf dan segala riwayat 
kesukarannya, 
lalu kelangit imarah, bertemu dengan Idris, kelangit syarthah, bertemu dengan Musa yang makin 
mendekat kepada hakikat tauhid, 
kelangit bhayah bertemu dengan Ibrahim, dan maqam wilayah yang dicari dari sini melayang ke sidratul 
muntaha, bertemu dengan nurwllah, dimana diberikan jawamïulkalam 
bermacam2 dalam keadaan yang tidak dapat dilukiskan, dari sini sampai ke-hadratul kursi dan mauqiful 
qudsi dengan segala keanehan dan rahasia, dari situ terbanglah ke dan sampailah dimedan rasul2 yang 
di-cita2kan. 
Maka disini dilakukan munajat, yang satu persatu oleh Ibn Arabi diperincikan dalam kupasan 
tasawwuf, dan pada akhirnya sampailah kepada mengupas yang dinamakan Isyarat Adamiyah, 
 
isyarat Musawiyah, isyarat Ibrahimiyah, isyarat Yusufiyah, dan akhirnya sampailah salik yg mencari 
itu kepada isyarat Muhammadiyah, yang tidak berbicara karena hawa nafsu, yang bertanya, 
siapa engkau dan menjawab siap aku sehingga akhirnya berhasillah kerajaan dengan tahmid, agar sah 
tauhid 
 
31

Siapa berupa rumah yang Haq, 


Yang Haq itu adalah rumdhnya, 
Inti wujud adalah Haq, 
Adalah inti segala alamnya 
 
Jika kami lahir ternyata, 
Dalam sesuatu yang buka kita, 
Tak kan ada segala semesta, 
Jika kami tidak mencipta. 
 
Engkau yang benar ' 
aïnul wujud, 
Tak ada yang lain dapat disebut, Karena itu aku ma'bud, 
Aku Tuhan ghaib terlïput. 
 
Hambaku jangan engkau katakan, 
Bahwa engkau aku seakan, 
Aku kenal/ dalam gerakan, 
Engkau fana berantdkan. 
 
Tiap saat, 
setiap masa, 
Kejadian baru senanttasa, 
Bersifat fana hancur binasa, 
Aku yang kekal maha Kuasa 
 
Dalam wujud tak ada selainnya, 
Fikirkanlah sebagai memïkirkannya, 
Pasti engkau memahaminya, 
Dia itu tak lain dari dianya. 
 
Orang yang mengatakan demikian itu, 
Silang sengketa dengan sekutu, 
Dalam hatinya pasti tentu, 
Terdapat contoh satu persatu. 
 
32

jikalau dia tidak terdapat, 


Maka tidak melihat tepat, 
Jikalau dia tidak terdapat, 
Dzikir tak ada bibirpun rapat. 
 
Berikan olehmu pertimbangan, 
Engkau adam tak ada imbangan, 
Yang ada wujud, bukan bayangan, 
Dialah yang ada seluruh kayangan. 
 
Demi Allah 'jika tiada, 
wujud yang Haq tidak berada, • 
Firmannya llenyap di mayapada, 
Wujud alam juga tak ada 
 
HIKAYAT 
 
Aku Qur'an tujuh Masani, 
Aku Roh pusat Rohani, 
Hatiku kutitip kepada insani, 
Kepadanya kuberikan lidahku ini. 
 
Engkau tak dapat melihat tubuhku, 
Hanya merasa kan sebagai ni'mait ku, 
Jika kau selami lautan zatku, 
Keajaiban tampak serta berlaku. 
 
Rahasia \terbuka sesudah terlindung, 
Arwah ma'ani menjadi mendung, 
Siapa yang paham arti terkandung, 
Ta' takut pedang datang menyandung 
 
Laksana Hallaj Syamsul hakikat, 
Mahabbah mendalam serta melekat, 
Lahirlah "Ana al-haq" secara singkat, 
Tidak berubah zat dan sifat 
33

 
Zatku Satu Sipatku 
banyak, sujud kepadaku, 
jika engkau menghendaki asma, 
ketahuilah bahwa nama itu 
menunjukkan yang diberi asma, 
yaitu zat yang dinamakan kul padamu, 
sujud dengan apa yang dapat memadai, buang apa yang tidak perlu" 
(Kitabul isra', HaydrabadDeccan, 1948, hal. 8-9). Kemudian menyusul serangkaia 
rafiquh a'la 
syair, pemahaman wihdatul wujud. menceritra kan isra', 
bahwa salik itu tidak dapat melihat zat cuma sifatnya, ia tidur, 
datang kepadanya rasul taufiq yang akan menunjukkan dia thariq, 
ada buraq ikhlas, dibuka dadanya dengan pisau sakinah, 
dikeluarkan isinya dan diletakkan kedalam ember ridha, 
dibersihkan dari pada syaithan, düsi dengan tauhid, {man tafrid, kemudian dijahit kembali dengan 
kesehatan uns yang suci, 
dibungkus dengan kain mahabbah, diangkat keatas pelana buraqqurbah, lalu diisra'kan ke-qudsul janan, 
diikat buraq didepan pintu, sembahyang dekat mihrab, memilih minuman susu dari pada khamar, lalu 
mi'rajlah kelautan mutiara, lautan nafsul mutma'innah yang luas dengan sampai arifin, 
yang layarnya ditiupi angin ziK.r, digerakkan oleh gelombang ahwal, sampai yang bertiang alif, 
bertatahkan alat bismitahi majha dan wahyu pertama iqra', 
sampai kelautan mujahadah dengan pertolongan arwah inayah, 
terdampar kepantai musyahadah, dan dari sini berpisahlah dengan air dan bertemulah dengan langit. 
Kemudian ia lalu menceriterakan pula pengalamannya, 
 
pertama dalam langit wizarah dengan Adam dan segala hikmahnya, dalam langit kitabah dengan Isa 
dan segala akhlaknya, naik kelangit syahadah, dimana ia bertemu dengan Jusuf dan segala riwayat 
kesukarannya, 
 
lalu kelangit imarah, bertemu dengan Idris, kelangit syarthah, bertemu dengan Musa yang makin 
mendekat kepada hakikat tauhid, 
 
kelangit bhayah bertemu dengan Ibrahim, dan maqam wilayah yang dicari dari sini melayang ke sidratul 
muntaha, bertemu dengan nurwllah, dimana diberikan jawamïulkalam 
bermacam2 dalam keadaan yang tidak dapat dilukiskan, dari sini sampai ke-hadratul kursi dan mauqiful 
34

qudsi dengan segala keanehan dan rahasia, dari situ terbanglah ke dan sampailah dimedan rasul2 yang 
di-cita2kan. 
Maka disini dilakukan munajat, yang satu persatu oleh Ibn Arabi diperincikan dalam kupasan 
tasawwuf, dan pada akhirnya sampailah kepada mengupas yang dinamakan Isyarat Adamiyah, 
isyarat Musawiyah, isyarat Ibrahimiyah, isyarat Yusufiyah, dan akhirnya sampailah salik yg mencari 
itu kepada isyarat Muhammadiyah, yang tidak berbicara karena hawa nafsu, yang bertanya, 
siapa engkau dan menjawab siap aku sehingga akhirnya berhasillah kerajaan dengan tahmid, agar sah 
tauhid 
 
Siapa berupa rumah yang Haq, 
Yang Haq itu adalah rumdhnya, 
Inti wujud adalah Haq, 
Adalah inti segala alamnya 
 
Jika kami lahir ternyata, 
Dalam sesuatu yang buka kita, 
Tak kan ada segala semesta, 
Jika kami tidak mencipta. 
 
Engkau yang benar ' 
aïnul wujud, 
Tak ada yang lain dapat disebut, Karena itu aku ma'bud, 
Aku Tuhan ghaib terlïput. 
 
Hambaku jangan engkau katakan, 
Bahwa engkau aku seakan, 
Aku kenal/ dalam gerakan, 
Engkau fana berantdkan. 
 
Tiap saat, 
setiap masa, 
Kejadian baru senanttasa, 
Bersifat fana hancur binasa, 
Aku yang kekal maha Kuasa 
 
Dalam wujud tak ada selainnya, 
35

Fikirkanlah sebagai memïkirkannya, 


Pasti engkau memahaminya, 
Dia itu tak lain dari dianya. 
 
Orang yang mengatakan demikian itu, 
Silang sengketa dengan sekutu, 
Dalam hatinya pasti tentu, 
Terdapat contoh satu persatu. 
 
jikalau dia tidak terdapat, 
Maka tidak melihat tepat, 
Jikalau dia tidak terdapat, 
Dzikir tak ada bibirpun rapat. 
 
Berikan olehmu pertimbangan, 
Engkau adam tak ada imbangan, 
Yang ada wujud, bukan bayangan, 
Dialah yang ada seluruh kayangan. 
 
Demi Allah 'jika tiada, 
wujud yang Haq tidak berada, • 
Firmannya llenyap di mayapada, 
Wujud alam juga tak ada 
 
“HAKIKAT BESMAH DAN DIWETIGE” 
 
(Alif) = diri sendiri (Zat) 
(Allah) = diri terdiri (Sifat) 
(Bismillah) = diri tajjali (Asma) 
(Ha) = diri terperi (Af’al) 
(Alif) = Zat (Diri Sendiri) 
(Alif, Lam, lam Ha) = Sifat (Diri Terdiri) 
(Alif, Ba, Sin, Mim, {Alif, Lam, Lam) Ha = Asma (Diri Tajjali) 
(Alif, Ba, Sin, Mim Ha) = Af’al (Diri Terperi) Besmah 
(Alif, Lam, Lam) = Rohani bagi Besmah 
(Ha) atau Hajarul Aswad adalah sebagai wadah untuk menyatakan kenyataan 
36

 
 ​
 
 ​
 
Kupasan Umum : 
Alif adalah simbol ketika Zat yang Maha masih Sendiri dengan Zatnya, kemudian Dia menciptakan 
mahluk untuk mengenalNYA sehingga ada sebutan ALLAH dan juga menunjukan Sifat-sifatNYA. 
Kemudian sifat-sifat itu mengungkapkan nama dan keberadaanNYA. Sifat dan keberadaan ini kemudian 
dinyatakan dalam perbuatanNYA. 
 
Kaitan asal nama Besmah. 
Alif adalah menyatakan asal muasal kejadian tanah besmah yang berasal dari kenyataan Qudrat dan 
Iradat dari Sang Maha Kuasa sebagai sumber segala sesuatu. 
 
Alif Lam Lam Ha menyatakan kehendak dan Hukum-hukum Allah (Qudrat dan Iradat) adalah sebagai 
jalan untuk mengenal dan mengetahui asal muasal kejadian dan tempat kembalinya segala sesuatu. 
 
Alif Ba Sin Mim (Alif Lam Lam) Ha adalah wadah yang menunjukkan dan menyatakan 
kebenaran-kebenaran hukum-hukum Allah sebagai Qudrat dan Iradat yang dijembatani oleh 
Orang-orang yang telah ditentukan oleh Allah. Dengan menyatakan kebenaran dan kenyataan Firman 
(Al-Qur’an) dan dan Hadits Qudsi. 
 
Alif Ba Sin Mim Ha Menunjukkan kenyataan Nama yang menyatakan kebenaran hukum-hukum Allah 
dalam Qudrat dan Iradat dengan kenyataan Firman (Al-Qur’an) dan Hadits Qudsi. 
 
Alif Lam Lam adalah menyatakan Kenyataan Qudrat dan Iradat Allah pada orang-orang yang 
menjembatani untuk menyatakan kebenaran dan kenyataan Firman (Al-Qur’an) dan Hadits Qudsi. 
 
Ha. Adalah kenyataan tempat menyatakan kebesaran dari kenyataan Qudrat dan Iradat dan 
kenyataan Firman (Al-Qur’an) dan Hadits Qudsi. 
 
Alif Ba Sin Min Ha adalah huruf yang yang menjadi bacaan dan sebab timbulnya nama Besmah, Arti 
dari Besmah adalah suatu daerah yang mempunyai Nama (ber-Asma) 
 
Alif, lam, lam mengghaibkan diri menjadi Ruhani bagi besmah menaungi dan akan menunjukkan 
37

kenyataan dari Besmah kepada orang-orang yang dijembatani untuk menyatakan kenyataan Firman 
(Al-Qur’an) dan Hadits Qudsi. Alif lam lam inilah dalam keberadaan nya di tanah Besmah disimbolkan 
dan disebut Diwe Tige. 
 
Inilah hakikat asal muasal nama Besmah dan kenyataan Diwe Tige dalam Khazanah tanah besmah. 
 
Seperti bacaan pada Bismillah maka bacaan Ba Sin Mim Dan Ha dibaca Besmah (Bismi) dan bukan 
Besemah (Bisimi). 
 
DIWE TIGE 
Yang disebut Diwe Tige dalam Khazanah besmah sebagi pengejawantahan simbol Alif Lam Lam adalah : 
 
1.Semidang Gumay 
Bernama Ali Arhan dan bergelar Semidang Gumay. Berawal dari Kitab yang Awal (Taurat) yang 
kemudian menuntut peng-awalan tersebut maka Semidang Gumay menindak lanjuti keyakinan tersebut 
hingga ke Besmah Sakti. Hukum Syariat yang ada disebutkan dalam Al-Quran adalah dari Bapak 
Segala Umat (Nabi Ibrahim As), Hukum Hakikat yang ditemukan beliau sebagai Wali ke satu (yang 
pertama) di zaman Iman Tauhid Makrifat (dengan Kehendak Allah sendiri melalui Tajridul Qulbi 
Hidayatullah) dengan candi (tanda) 50 kalimah tauhid (berlambangkan rantai 50 leku) 
Sesuai dengan lambang : 
a.Sebuah pusake yang beradaptasi kepada laa ilaha ilallah (syahadat kalimat tauhid) 
hukumnyasyuhudul wahda fi wahda (Dari Yang Satu kembali kepada Yang Satu 
b.Rantai daripada terjemah Allah yang berbicara sejuta bahasa (sejuta makna) 
c.Rantai ketiga berjumlah 74 buku bermaknakan “Diantara 73 kaum hanya satu yang sekedudukan 
dengan aku (kamu) inilah makna dari Qudrat itu sendiri. Qudrat artinye kuase/berkehendak. Inilah Lam 
pertama, Dinyatakan sebagai Al Haqq (Kebenaran) 
 
2.Atung Bungsu 
Bernama Syech Nurdin dan bergelar Atung Bungsu. Berdasarkan dari Kitab Al- Qur’an dengan kata 
penyempurna 16 Qoidul Iman berlambangkan satu hukumnya dua dan dua hukumnya satu, yaitu hukum 
syar’i dan hukum hakikat untuk menyatakan kebesaranNYA. 
 
Wali kesatu dihukum syar-i dikenal sebagai walikutub dan wali kesatu dihukum hakikat adalah sebagai 
pewaris. 
Dengan lambang : 
 
38

Dua Alif disatukan ke-akbaran-nya 


 
sebilah keris bermate due : 
 
satu lanang dengan lafaz kalimah laa ilaha ilallah (syahadat tauhid) 
 
satu perempuan dengan lafaz kalimah muhammad rasulullah (syahadat rasul) 
 
itulah Lam kedue. Tatkala Lam kesatu berkehendak, Lam kedue menyatakannye (Al Akbar) 
 
3.Semidang sakti 
Bernama Ahmad Furqon bergelar Semidang Sakti. Dari kitab yang kedue (Zabur). Di hukum syariat 
diwarisi oleh Semidang sakti dengan nama Al Mukmin dan dihukum hakikat Rajenyawe dengan simbol 
Ruhil qudus/ Batu Lancang Putih. 
Berlambangkan : 
 
Sebilah keris kumbang tutup. Sebagai kenyataan dua (2) hukumnya satu (1) 
 
Hitam sebagai tanda kegigihan 
 
Putih sebagai tanda kesucian. 
 
Tatkala kedua lambang tersebut menyatu, inilah yang bernama/disebut lancang putih (Rohil Qudus) 
 
Tafsir Hitam : Gigih mencari tau dengan keberanian untuk menggapai Rohil Qudus tersebut. 
 
Artinya : Roh Jasmani berbadan kepada Rohani, Rohani berbadan kepada Rohil Qudus, Rohil qudus 
berbadan kepada Nur Muhammad. Di dalamnya berduduk yang Qodim disaksikan oleh Zat Allah, Sifat 
Allah, Asma Allah Tentang yang Qodim itu sendiri, dengan bunyinya : satu hukumnya dua deangan kata 
awalan kesatu : 
 
Zat hilang dalam Nur *———> 
 
Zat Nur hilang dalan Sifat *———>disebut alam kudus (alif lam roh) 
 
Sifat hilang dalam Asma *———> 
39

 
Maka timbulah Perbuatan 
 
Pengejawantahan 3 batu betangkup di tebat besak (pantai) Alif Lam Mim dalam air, bila telah melalui 
perjalanan sesuai ketentuan Allah melalui Hajarul Aswad barulah nyata kebesaranNYA. 
 
Alif Lam Roh pada yang Qodim, ALif Lam Mim pada yang baharu baru nyata kenyataan melaluihajarul 
aswad (HA) 
 
Inilah yang disebut Diwe Tige yaitu Semidang Gumay, Atung Bungsu dan Semidang Sakti atau Al Haqq, 
Al Akbar dan Al Mukmin. 
 
Peradaban tiga (3) hukumnya satu (1), satu (1) hukum nya tiga (3) adalah Untuk menyatakan 
kesatuan Al Akbar, Al Haqq dan Al Mukmin berlambangkan 50 kaidul iman (Kalimah Tauhid) dan 16 
Kaidah Rasul (Kalimah Rasul) yang dinyatakan dengan Dua Kalimah Syahadat. 
 
Nama Al Haqq, Al Akbar dan AL Mukmin. adalah nama-nama yang tercantum di dalam Asmaul Husna 
(Nama-nama Allah Yang Indah). Nama-nama tersebut melekat pada mereka yang disebut Diwe Tige di 
tanah Besmah bukanlah dengan maksud menyatakan mereka sebagai Tuhan (Nauzubillahi min zalik), 
namun mereka adalah Orang-orang yang diamanati oleh Allah untuk menjaga Nama-nama Allah atas 
kehendak dan ketentuan Allah sendiri. Sesuai dengan sebutan mereka di besmah Puyang 
 
Pu dari mpu = orang yang Ahlinya 
 
Hyang = Yang Maha (Tuhan) 
 
Puyang = mpuhyang = orang yang ahli ketuhanan (Ahli Ketuhanan)= 
 
ARRAHMAN DAN ARRAHIM 
 
Arrahman 
Arrahman adalah kenyatataan diri penyampai. Dalam makna di Besmah adalah Penyampai rahasia 
Zat Allah ta’ala yang dalam hal ini adalah roh yang dimakbulkan permintaannya untuk nyata kedunia 
setelah dari zat yang mewujudkan RohilQudus. Lingkup Arrahman ini ada pada laki-laki. 
 
Arrahim 
40

Arrahim adalah diri yang menampung rahasia zat Allah yang disampaikan Arrahman (Rohil Kuddus) 
dan memberi tahta di tempat yang telah ditentukan oleh Zat hingga masa mengeluarkan rahasia Zat 
(Roh) menjadi Nyata (berjasad) Lingkup Arrahim ini ada pada diri perempuan (Arrahim). Namun 
Adapula kejadian yang dengan atas kehendak Yang Maha Kuasa (Allah Ta’ala) maka Rohilqudus ini 
langsung ditiupkan kedalam Arrahim. 
 
Dari pemahaman tentang kenyataan penyampai dan penampung (Arrahman Dan Arrahim) rahasia zat 
Allah inilah yang menjadi jalan untuk menyatakan rahasia zat Allah (Alif lam lam ha) dan kenyataan 
kebesaran itu (Alif Kaf Ba Roh = Akbar). Munculnya kenyataan kebesaran (Al Akbar) inilah yang 
dinyatakan dengan Sakti di tanah Besmah. Sehingga sesuatu itu dikatakan sakti adalah apabila 
berkata ada bukti dan kenyataaannya. Sehingga bila digandengkan dengan nama besmah sakti adalah 
Suatu tempat yang dengan kenyataan Asma ang menjadi wadah bila mana berkata haruslah ada bukti 
dan kenyataannya. Namun besmah sakti tidak akan ada tanpa pengenalan akan yang disebut diwe tige 
sebagai ruhani dari besmah yang menjadikan besmah menjadi sakti. Susunannya 
adalahbesma(diwetige)h sakti yang bila diharfiahkan bacaannya suatu tempat yang atas asmaNya dan 
orang-orang yang menjembatani untuk menyatakan kebenaran dan kenyataan firman dan haditsyang 
bilamana berkata ada bukti dan kenyataannya. 
Ketika kesatuan itu diringkas dalam bentuk huruf maka bunyinya adalah 
Bismillahirahmannirahimm.Demikianlah kenyataan dan pengejawantahan dari besmah sakti dan 
diwetige. 
Besmah Sakti adalah kenyataan dari Ama dan Af’al 
Diwe Tige adalah kenyataan dari Zat dan Sifat 
Perlambangan kenyataan Besmah sakti dan Diwe Tige ini adalah pernyataan Tanah Besmah akan dua 
Kalimah Syahadat, yaitu : 
Besmah Sakti adalah perlambangan dari Muhammadarasulullah 
Diwe Tige adalah perlambangan dari Laa ila ha ilallah 
Besmah sakti disimbolkan dengan tongkat, yaitu sebagai sarana untuk berjalan menuju jalan yang lurus 
dan diwe tige disimbolkan kepada rantai 50 leku (kesatuan dari 50 Aqoidul Iman) Pengungkapan 
kenyataan besmah sakti dan diwe tige adalah pengungkapan kenyataan Bismillahirahmannirahimm 
sehingga nyatalah Alif Lam Lam Ha Allif Kaf Ba Roh (AllahuAkbar). 
Kenyataan Besmah Sakti dan Diwe tige yang merupakan penggambaran dari pembuktian kenyataan 
hukum-hukum Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits inilah yang menaungi kenyataan tanah 
nusantara umumnya dan tanah besmah umumnya. Wilayah Tanah Besmah adalah Tanah yang 
dinaungi oleh Lampik Empat Merdike Due (Akan dibahas nantinya), sedang wilayah dari yang disebut 
Besmah Sakti adalah seluruh wilayah yang dinaungi oleh hukum-hukum Allah dengan 
kenyataannya.Pertanyaanya, Dimanakah di dunia ini wilayah yang tidak dinaungi oleh hukum-hukum 
41

Allah dan kenyataannya? Jawabnya adalah TIDAK ADA. 


Alif Lam Lam Ha : Adalah Kenyatan tenyang kenyataan diri terdiri yang menyatakan kehendak dan 
hukum-hukum Allah (Qudrat dan Iradat) sebagai jalan dan wadah untuk mengenal dan mengetahui asal 
muasal kejadian dan tempat kembalinya segala sesuatu. 
 
Alif Kaf Ba Roh : Adalah kenyataan Alif Lam Lam Ha menyatakan zat dan sifatnya (Qudrat dan 
Iradat) dengan jalan asma (rohilqudus) kepada yang baharu (af’al) dan Kenyataannya. Atau 
kenyataan jalal, jamal, kamal dan kohar melalui ruh yang siddiq, amanah, tabligh dan fathonah. 
Tinjauan Sejarah : 
Ketika penyatuan awal akan kenyataan dari Besmah Sakti dan Diwe Tige (Bismillahirahmannirahimm) 
menyatakan kenyataan AllahuAkbar adalah kejadian silam/ sirnanya dua kerajaan yang besar di 
nusantara yaitu kerajan Sriwijaya dan kerajaan Padjajaran. Penyilaman ini bukan hanya dengan 
maksud menghilangkan kedua kerajaan besar tersebut, akan tetapi dengan suatu rencana 
pengungkapan kenyataan kebesaran dan kemahaan Alah Ta’ala yang memang tealah termaktub dalam 
janji Allah tentang yang menyatakan kebenaran Firman dan Hikmah yang tertulis (Al-qur’an dan 
Hadits) dan kenyataannya di tanah besmah pada khususnya dan Besmah Sakti pada umumnya. 
Kenyataan penyilaman ini akan diungkap dan dibuktikan kenyatannya sesuai dengan kata di besmah : 
ade kan tiade, tiade kan ade ( ada menjadi tiada, tiada kan menjadi ada). Kapankah saat itu ? 
Saatnya adalah ketika kenyataan besmah sakti dan diwe tige diungkapkan atas kehendak Allah sendiri 
melalui orang yang di beri petunjuk maka saat itulah ALLAHUAKBAR. 
Kenyataan Arrahman dan Arrahim sebagai penyampai dan penampung rahasia dari zat Allah sehingga 
menyatakan Allahuakbar ini ditana Besmah dikenal atau dinyatakan dengan : 
Arrahman 
dinyatakan sebagai akhiran kewalian dari Almukmin disimbolkan sebagai bungsu dari Puyang Awak yang 
berduduk di telaga Alkautsar yang menghimpun Ghumbak tige serumpun (Rambut tiga serumpun). Yang 
dimaksud dengan Ghumbak tige serumpun inil adalah kenyatan tempat keluar masuknya Zat, Sifat dan 
Asma pad Af’al. Atau dengan istilah Besmah Cugung Empu Luang Sembilan. Kenyataan itu adalah 
Manusia dengan ubun-ubun diatasnya (cugung Empu) dan sembilan lubang ditubuhnya (luang sembilan). 
Pengenalan tentang jalan masuk dan jalan keluar inilah yang disebut dengan Titik Ba yang dalam 
hikayat walisongo di cari oleh Sunan Kalijaga untuk mendapatkan Makrifatullah. Dimanakah Rahasia 
titik Ba itu? tanyakan kepada Penjaga air Fatih yang bermuara di telaga Al-Kautsar. Siapakah penjaga 
air Fatih yang di besmah disebut ayek Fateh ? 
Beliau bernama Kriye Bungsu, pengikut Setia dari Puyang Diwe Atung Bungsu. Kriye Bungsu ini di tanah 
jawa dikenal dengan sebutan Syech Malaya. 
Arrahim 
Dinyatakan dengan simbol wanita yang menguasai lautan. Karena laut adalah tempat penampungan 
42

terbesar dari aliran air, semua aliran air pastilah bermuara dilautan. Dikenal dengan sebutan Ratu 
Laut, yang bertugas menampung dan mengeluarkan (melahirkan) kenyataan itu. Di tanah Besmah laut 
disimbolkan dengn nama Tebat besak dan dinamakan Laut Alam Danau Bhiute dan biasa di sebut 
Pantai. Ratu Laut inilah yang di tanah jawa Disebut Ratu Kidul. 
Kenyataan Rahman dan Arrahim sebagai pengejawantahan nama yang menunjukan sifat inilah yang 
akan menunjukkan Akbar atau melahirkan Kebesaran yang dalam tatanan ilmu Ketuhanan disebut 
sebagai Insan kamil. Jadi yang mendapat bimbingan dari perpaduan Arrahman (Kriye Bungsu/Syech 
Malaya) dan Arrahim (Ratu Laut/Ratu Kidul) akan menghasilakn kenyataan tentang Kebesaran atau 
dengan kata lain : 
Bimbingan dari ilmu kenyataan Allah pada para Rasul dan Nabi disebut Wahyu atau ilham pada era 
setelah Muhammad SAW. Sementara kebesaran dinyatakan dengan perlambangan mahkota. Inilah 
yang disebut dengan istilah Wahyu Mahkota. 
Pemegegang Wahyu Mahkota ini mengemban amanah menyatakan kenyatan dan kebesaran Allah 
(Allahuakbar) di muka bumi ini. Dengan berkalungkan Rantai 50 Leku sebagai tanda memahami 
ketauhidan dan Berjalan di jalan yang lurus dengan Tongkat sebagai tanda Kaidah Kerasulan. Hingga 
sampailah kepada kenyataan Semua berasal dari Allah dan kembali kepada Allah. 
 
Itulah kenyataan tentang apa yang Disebut dengan besmah Sakti dan Diwe tige sehingga tidak boleh 
dipisahkan, bermula dari zaman 4000sm hingga sekarang ini. Berawal dari Taurat, kemudian Zabur 
yang disempurnakan dengan Al-Qur’an. 
 
Kenyataan ini hanya bisa diungkapkan dan dinyatakan oleh mereka yang mengetahui ilmu ketuhanan 
yaitu ilmu-ilmu yang Haqq dari sisi Allah atas Qudrat dan Iradat dari Allah Ta’ala sendiri dengan 
bimbingan dari para wali-wali Allah sendiri. 
 
Kenyataan pengungkapan ini tidak boleh dilakukan dan diungkapkan secara sembarang melainkan harus 
dengan tahapan-tahapan yang ditentukan dan dikehendaki oleh mereka yang membimbing agar tidak 
merusak makna dan maksud yang diinginkan untuk disampaikan,Tidak diperbolehkan mendahulukan yang 
kemudian dan mengkemudiankan yang terdahulu. Jika itu dilakukan maka akan merusak makna dan 
hilanglah bacaan yang dimaksud.maka jahillah kita sebagai orang yang tidak memegang amanah. 
Kenyataan Pengungkapan Ini kan menyatakan kenyataan Al-Qur’an dan Hadits yang berawal dari umul 
Kitab (Al-Fatihah). Kenyataan ini akan menunjukkan kesaksian dari Alam Qodim (Batu Sumpahan) 
hingga kenyataan keberadaan insan di muka bumi (Rajenyawe/ puyang Awak di batu Lancang Putih) 
hingga kenyataan masuk dan keluarnyanya zat, sifat dan asma (ghumbak tige serumpun) di ubun-ubun 
sebagai puncak cugung empu luang sembilan (jasad manusia. 
Dan bila kita rangkaikan kalimah Bismillahirahmanirrahim dengan Allahuakbar maka itulah yang 
43

dalam tatanan Ilmu Ketuhanan Disebut Insan Kamil Mukamil (sempurna lagi disempurnakan). 
 
Kenyataan dan tahapan-tahapan inilah yang akan bersama-sama kita ungkap dan nyatakan dengan 
bukti-buktinya sehingga nyatalah kebenaran itu. Sebagai awalan kita berjalan kita kalungkan rantai 
50 leku (50 Aqoidul iman) dan kita pegang tongkat (16 kalimah rasul) sebagai pegangan di jalan menuju 
Kenyataan (Tajjali) Firman dan Hadist atau Kenyataan kebesaran Allah itu sendiri. Dengan kata lain 
kita nyatakan perjalanan ini dengan : 
Bermula dari : Laa ilaha ilallah 
Berjalan dengan : Muhammadarasulullah laa haula wala quwata ilaa billah 
Berakhir dengan : Inalillahi wa ina ilaihi rojiun 
 
Harta yang Paling berharga Warisan Turun temurun Dari Tanah SERIWIJAYA PALEMBANG 
DARUSALAM 
Yang Tidak habis termakan waktu tidak akan hilang dari Zaman ke Zaman selalu Kokoh berdiri Tegap 
Allahu Akbar 
 
 ​
 ​
 
 ​
Bermula dari : Laa ilaha ilallah 
Berjalan dengan : Muhammadarasulullah laa haula wala quwata ilaa billah 
Berakhir dengan : Inalillahi wa ina ilaihi rojiun 
 
Aku Qur'an tujuh Masani, 
Aku Roh pusat Rohani, 
Hatiku kutitip kepada insani, 
Kepadanya kuberikan lidahku ini. 
 
Laksana Hallaj Syamsul hakikat, 
Mahabbah mendalam serta melekat, 
Lahirlah "Ana al-haq" secara singkat, 
Tidak berubah zat dan sifat 
 
Bahr, Samudera. Setiap wujud sejatinya meng-ada di dalam “samudera” abadi ini. Renungkanlah 
perlahan sekali… 
44

Ba-Bahr Al Qudrah-Samudera Kehendak 


 
Ya ALLAH saya minta kunci dengan ................... 
contoh: 
Ya ALLAH saya minta kunci dengan ALIF 
contoh: 
Ya ALLAH saya minta kunci dengan Hamzah 
30 kunci dipakai untuk membersihkan bagian bagian tubuh dari hal -hal yang negatif.sehingga tubuh 
dapat berfungsi normal.dan tentunya meningkatkan tingkat kita dalam hal dunia dan spiritual.. 
 
QS. Sad 
‫ﺎب‬ ُ ‫ﻦ ﺑَ ْﻌِﺪ ْيۚ ِاﻧﱠ َﻚ اَﻧْ َﺖ اﻟْ َﻮ ﱠﻫ‬ ْۢ ‫اﻏِﻔ ْﺮ ِﻟ ْﻲ َو َﻫ ْﺐ ِﻟ ْﻲ ُﻣﻠْ ًﻜﺎ ﱠﻻ ﯾ‬
َ ِ ‫َﻦﺑَ ِﻐ ْﻲ‬
ْۢ ‫ﻻ َﺣٍﺪ ﱢﻣ‬ َ َ‫ﻗ‬ 
ْ ‫ﺎل َر ﱢب‬
qoola robbighfir lii wa hab lii mulkal laa yambaghii li'ahadim mim ba'dii, innaka antalwahhaap 
"Dia berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki 
oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi" 
‫ﺎب‬ َ ‫ﺻ‬ َ َ‫ْﺚ ا‬ُ ‫ْﺢ ﺗَ ْﺠﺮ ْي ﺑَﺎﻣْﺮه ُر َﺧﺂ ًء َﺣﯿ‬ ‫َ ﱠ َُ ﱢ‬
ِ ِ ِ َ ‫ﻓ َﺴﺨ ْﺮﻧَﺎ ﻟﻪ اﻟﺮﯾ‬ 
faskhkhornaa lahur-riiha tajrii bi'amrihii rukhooo'an haisu ashoo 
"Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke 
mana saja yang dikehendakinya," 
‫اﻟﺸﻲ ِ ُ ﱠ‬ ‫و ﱠ‬ 
‫اص‬ ٍ ‫ٰﻃﯿ َْﻦ ﻛﻞ ﺑَﻨﱠﺂ ٍء ﱠو َﻏ ﱠﻮ‬ َ
wasy-syayaathiina kulla bannaaa'iw wa ghowwaash 
"dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam," 
‫ﺻَﻔ ِﺎد‬ْ َ‫ٰﺧ ِﺮﯾ َْﻦ ُﻣَﻘ ﱠﺮﻧِﯿ َْﻦ ﻓِ ْﻲ ْاﻻ‬َ ‫ ﱠوا‬ 
wa aakhoriina muqorroniina fil-ashfaad 
"dan (setan) yang lain yang terikat dalam belenggu." 
 
qoola robbighfir lii wa hab lii mulkal laa yambaghii li'ahadim mim ba'dii, innaka antalwahhaap 
faskhkhornaa lahur-riiha tajrii bi'amrihii rukhooo'an haisu ashoo 
faskhkhornaa lahur-riiha tajrii bi'amrihii rukhooo'an haisu ashoo 
wasy-syayaathiina kulla bannaaa'iw wa ghowwaash 
wa aakhoriina muqorroniina fil-ashfaad 
 
[gallery columns="5" ids="283,268"] 
 
​ 

You might also like