Professional Documents
Culture Documents
Hebatnya, sebutir debu ini membawa 99,95% massa atom seluruhnya yang dipadatkan oleh strong
nuclear force ke dalam partikel proton. Sementara elektron-elektron sangatlah ringan dan bergerak
mengelilingi proton pada jarak yang jauh sekali. Seberapa jauh? Jika kita perbesar ukuran elektron
menjadi sebesar biji kelereng, maka jarak antara elektron ini ke inti atom adalah sejauh satu kilometer!
Ada apa di antara elektron dengan proton? Tidak ada apa-apa. Hanya ruang kosong semata sepanjang
jarak satu kilometer itu!
Sebutir garam terdiri dari banyak sekali atom. Jika kita bisa menghitung satu milyar atom dalam
sedetik, maka kita membutuhkan lebih dari lima ratus tahun untuk menghitung jumlah seluruh atom di
dalam sebutir garam saja! Atom-atom itu secara rapi membangun wujud sebutir garam. Dan di
dalamnya terbentang ruang kosong di antara atom-atomnya. Sebagaimana samudera. Sebutir garam
mewujud di dalamnya. Ia “berenang” dan meng-ada di dalamnya. Juga kita dan semua benda-benda.
Wujud kita sejatinya selalu berada di dalam samudera ruang kosong….di dalam samudera atomis
gaya-gaya….di dalam samudera kehendakNya (Bahr al-Qudrah)…
Dari Husein bin Ali bin Abi Thalib as. :
Seorang Yahudi mendatangi Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib
as bersama Nabi.
Yahudi itu berkata kepada Nabi Muhammad SAW : "apa faedah dari huruf hijaiyah ?"
Rasulullah SAW lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib as, “Jawablah”.
Lalu Rasulullah SAW mendoakan Ali, “ya Allah, sukseskan Ali dan bungkam orang Yahudi itu”.
Lalu Ali berkata : “Tidak ada satu huruf-pun kecuali semua bersumber pada nama-nama Allah swt”.
Kemudian Ali berkata :
“Adapun Alif artinya tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Hidup dan Kokoh,
Adapun Ba artinya tetap ada setelah musnah seluruh makhluk-Nya.
Adapun Ta, artinya yang maha menerima taubat, menerima taubat dari semua hamba-Nya,
adapun Tsa artinya adalah yang mengokohkan semua makhluk “Dialah yang mengokohkan orang-orang
beriman dengan perkataan yang kokoh dalam kehidupan dunia”
Adapun Jim maksudnya adalah keluhuran sebutan dan pujian-Nya serta suci seluruh nama-nama-Nya.
Adapun Ha adalah Al Haq, Maha hidup dan penyayang.
Kha maksudnya adalah maha mengetahui akan seluruh perbuatan hamba-hamba-Nya.
Dal artinya pemberi balasan pada hari kiamat,
Dzal artinya pemilik segala keagungan dan kemuliaan.
3
contoh:
Ya ALLAH saya minta kunci dengan ALIF
contoh:
Ya ALLAH saya minta kunci dengan Hamzah
30 kunci dipakai untuk membersihkan bagian bagian tubuh dari hal -hal yang negatif.sehingga tubuh
dapat berfungsi normal.dan tentunya meningkatkan tingkat kita dalam hal dunia dan spiritual..
Nb.
Artikel ini sekedar sebagai referensi bahan kajian untuk seluruh praktisi QUANTUM TRANCEFORMASI
NAQS DNA. Dan sebenarnya masih banyak lagi kajian mengenai ilmu huruf ini, yaitu diantaranya
mengenai ilmu khodam huruf dan lain sebagainya Yang mana kajian itu tidak saya tampilkan di sini
karena sudah terlalu jauh dari prinsip dasar NAQS DNA.
Huruf hijaiyah itu adalah Intisari Asma-asma Allah Ta’ala. Hanya Allah swt, saja yang Maha
Mengetahui rahasianya. Bila ada seorang Ulama Sufi dibukakan rahasia huruf, itu pun masih sebagian
kecil sekali, dibanding samudera rahasia huruf itu sendiri.
Allah swt, tidak memerintahkan kita agar menyelidiki rahasia-rahasia ghaib yang tersembunyi dibalik
huruf-huruf hijaiyah. Kecuali jika Allah swt, menghendaki hambaNya untuk mengetahuinya, Allah swt
membukakan hijab huruf itu. Dan itu pun hanya kurang dari setetes samuderaNya hakikat huruf yang
tiada hingga. Oleh karena itu, janganlah kita membatasi diri terhadap rahasia & karunia ilmu dari
Allah swt.
INILAH BEBERAPA PRINSIP DASAR METHODE NAQS DNA :
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” (Yunus: 57)
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an sesuatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman.” (Al-Isra`: 82)
“Katakanlah: ‘(Al-Qur`an) itu adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman’.”
(Fushshilat: 44)
“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur`an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya
tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat
untuk manusia supaya mereka berfikir.” (Al-Hasyr: 21)
Dari Syifa` bintu Abdullah radhiallahu ‘anha:
ﻓََﺄﺗَﯿُْﺘُﻪ.اﷲ َﻋﻠَﯿِْﻪ َو َﺳﻠﱠَﻢ
ُ ﺻﻠﱠﻰ ْ ْ ﻻَ أَ ْرﻗﻲ َﺣﺘﱠﻰ: ﻗَﺎﻟَ ْﺖ،ﻼُم َ ﻓَﻠَﻤﱠﺎ َﺟﺎ َء اْﻹ ْﺳ،أَﻧﱠ َﻬﺎ َﻛﺎﻧَ ْﺖ ُﺗ ْﺮ ِﻗﻲ ِﻓﻲ اﻟْ َﺠﺎ ِﻫِﻠﯿِﱠﺔ
َ ﷲِ اﺳﺘَﺄَذ َن َر ُﺳ ْﻮ َل ا ِ ِ
ارﻗِﻲ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ ﯾ َُﻜ ْﻦ ﻓِﯿ َْﻬﺎ ِﺷ ْﺮ ٌك ُ ﺻﻠﱠﻰ
ْ :اﷲ َﻋﻠَﯿِْﻪ َو َﺳﻠﱠَﻢ َ ﻓََﻘ.ﺎﺳﺘَْﺄَذﻧُْﺘُﻪ
ِ ﺎل َﻋﻨْ َﻬﺎ َر ُﺳ ْﻮ ُل ا
َ ﷲ ْ َﻓ
“Dahulu dia meruqyah di masa jahiliyyah. Setelah kedatangan Islam, maka dia berkata: ‘Aku tidak
6
meruqyah hingga aku meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Lalu dia pun pergi
menemui dan meminta izin kepada beliau. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya:
‘Silahkan engkau meruqyah selama tidak mengandung perbuatan syirik’.” (HR. Al-Hakim, Ibnu Hibban,
dan yang lainnya. Al-Huwaini berkata: “Sanadnya muqarib.” Ibid, hal. 220).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah maka dia mendapat satu kebaikan dan satu kebaikan
dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, akan tetapi
alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf." (HR. At-Tirmidziy 5/175, lihat Shahiih Sunan
At-Tirmidziy 3/9 serta Shahiihul Jaami' Ash-Shaghiir 5/340)
QS. Sad
ﺎب ُ ﻦ ﺑَ ْﻌِﺪ ْيۚ ِاﻧﱠ َﻚ اَﻧْ َﺖ اﻟْ َﻮ ﱠﻫ ْۢ اﻏِﻔ ْﺮ ِﻟ ْﻲ َو َﻫ ْﺐ ِﻟ ْﻲ ُﻣﻠْ ًﻜﺎ ﱠﻻ ﯾ
َ ِ َﻦﺑَ ِﻐ ْﻲ
ْۢ ﻻ َﺣٍﺪ ﱢﻣ َ َﻗ
ْ ﺎل َر ﱢب
qoola robbighfir lii wa hab lii mulkal laa yambaghii li'ahadim mim ba'dii, innaka antalwahhaap
"Dia berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki
oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi"
ﺎب َ ﺻ َ َْﺚ اُ ْﺢ ﺗَ ْﺠﺮ ْي ﺑَﺎﻣْﺮه ُر َﺧﺂ ًء َﺣﯿ َ ﱠ َُ ﱢ
ِ ِ ِ َ ﻓ َﺴﺨ ْﺮﻧَﺎ ﻟﻪ اﻟﺮﯾ
faskhkhornaa lahur-riiha tajrii bi'amrihii rukhooo'an haisu ashoo
"Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke
mana saja yang dikehendakinya,"
اﻟﺸﻲ ِ ُ ﱠ و ﱠ
اص ٍ ٰﻃﯿ َْﻦ ﻛﻞ ﺑَﻨﱠﺂ ٍء ﱠو َﻏ ﱠﻮ َ
wasy-syayaathiina kulla bannaaa'iw wa ghowwaash
"dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam,"
ﺻَﻔ ِﺎدْ َٰﺧ ِﺮﯾ َْﻦ ُﻣَﻘ ﱠﺮﻧِﯿ َْﻦ ﻓِ ْﻲ ْاﻻَ ﱠوا
wa aakhoriina muqorroniina fil-ashfaad
"dan (setan) yang lain yang terikat dalam belenggu."
qoola robbighfir lii wa hab lii mulkal laa yambaghii li'ahadim mim ba'dii, innaka antalwahhaap
faskhkhornaa lahur-riiha tajrii bi'amrihii rukhooo'an haisu ashoo
faskhkhornaa lahur-riiha tajrii bi'amrihii rukhooo'an haisu ashoo
wasy-syayaathiina kulla bannaaa'iw wa ghowwaash
wa aakhoriina muqorroniina fil-ashfaad
7
Al-Fatihah
Keagungan Surat Al-Fatihah
Setiap muslim atau muslimah hampir dipastikan kenal bahkan hafal Surat Al-Fatihah. Anak-anak
terdidik dari keluarga muslim dari kecil – ketika belajar bicara – biasanya sudah dilatih menghafal
Al-Fatihah. Alhasil inilah surat yang paling sering dibaca dan dihafalkan seluruh manusia di muka Bumi
sejak turunnya hingga saat ini, bahkan sampai Hari Kiamat nanti.
Al-Fatihah artinya “pembuka” berasal dari kata fatiha-yaftahu yang artinya “membuka sesuatu untuk
mencapai kejayaan atau kemenangan”. Sesuai namanya, surat ini merupakan pembukaan dari Kitabullah
Alquran yang terdiri dari 30 Juz dan 114 Surat itu. Al-fatihah hanya terdiri dari 7 (tujuh) ayat yang
kandungannya merupakan intisari seluruh Alquran. Karena itu dinamakan juga Ummul Quran (induk
Alquran) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab). Surat Al-Fatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah
adalah surat yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap diantara surat-surat yang ada dalam
Alquran dan termasuk golongan surat Makkiyyah.
Keistimewaan Tujuh Ayat yang Dibaca Berulang-ulang
Meskipun hampir semua muslim sering membaca dan hafal Surat Al-Fatihah namun sayangnya
ternyata masih banyak Ummat Islam yang tidak paham arti dan kandungan Surat Al-Fatihah yang
pendek (riangkas) namun agung dan mulia ini. Padahal dengan memahami kandungannya berbarti juga
memahami garis besar ajaran Alquran. Sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak paham arti Surat
Al-Fatihah karena terjemahan Alquran mudah Kita dapati, demikian juga buku-buku yang membahas
surat ini banyak Kita jumpai. Inilah terjemahan Surat Al-Fatihah:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan.
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Al-Fatihah:
1-7)
Karena Surat Al-fatihah merupakan induk dari semua isi Alquran, setiap muslim diwajibkan
membacanya pada tiap-tiap roka’at shalat. Karenanya dinamakan pula As Sab’ul matsaany (tujuh yang
berulang-ulang) karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam setiap shalat Kita, baik yang
fardhu lima waktu maupun yang sunnah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatakan tentang hal ini,
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Alquran
yang agung. (Al-hijr: 87)
8
Tentang hubungan Surat Al-Fatihah dengan shalat, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Shollallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca pembuka Al-Kitab
(Surat Al-Fatihah) (HR. Bukhari dan Muslim).
Selanjutnya di dalam Sahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa mengerjakan shalat yang tidak membaca Ummul Qur’an di
dalamnya maka shalatnya pincang -tiga kali- yaitu tidak sempurna.” Maka ditanyakan kepada Abu
Hurairah, “Kalau kami sedang berada di belakang imam, bagaimana?” Beliau menjawab, “Bacalah untuk
diri kalian sendiri, karena sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Allah ta’ala berfirman : ‘Aku membagi shalat (Al-Fatihah) antara Aku dengan hamba-Ku menjadi dua
bagian. Dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dia minta.’ Kalau hamba itu membaca,
‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin’, maka Allah ta’ala menjawab, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku’. Kalau dia
membaca, ‘Ar Rahmanirrahim’ maka Allah ta’ala menjawab, ‘Hamba-Ku menyanjung-Ku’. Kalau ia
membaca, ‘Maliki yaumid din’ maka Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengagungkan Aku’. Kemudian Allah
mengatakan, ‘Hamba-Ku telah pasrah kepada-Ku’. Kalau ia membaca, ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka
nasta’in’ maka Allah menjawab, ‘Inilah bagian untuk-Ku dan bagian untuk hamba-Ku. Dan hamba-Ku
pasti akan mendapatkan permintaannya.’. dan kalau dia membaca, ‘Ihdinash shirathal mustaqim,
shirathalladziina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim wa ladh dhaalliin” maka Allah berfirman,
‘Inilah hak hamba-Ku dan dia akan mendapatkan apa yang dimintanya.’.”
Surat Al-Fatihah juga dinamakan dengan “Asy Syifa” yang artinya Penyembuh. Seorang sahabat
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam pernah mengobati orang yang sakit tersengat racun dengan
Surat ini. Alhamdulillah dengan idzin Allah sembuh. Diriwayatkan dai Abu Said Al-Hudri r.a.:
Sesungguhnya beberapa orang dari sahabat Nabi datang pada suatu desa orang Arab dan penduduk
desa tersebut tidak menyambutnya, semua mereka sama, ketika itu kepala desa mereka tersengat
binatang beracun, mereka bertanya: “Apakah kalian bisa mengobati?” Sahabat menjawab: “Karena
kalian tidak menjamu kami, kami bisa mengobati kalian asal ada upahnya”. Maka mereka menjanjikan
imbalan kambing. Kemudian sahabat tersebut membacakan Ummul Qur’an (Al-Fatihah), dan ia
mengumpulkan ludahnya dan meludahi (luka yang tersengat). Maka pimpinan desa itu sembuh dan
memberikan kambing. Para sahabat itu mengatakan: “Kami tidak mengambilnya sebelum bertanya pada
Nabi Shollallahu Alaihi Wa Sallam”. Maka kami bertanya pada Nabi dan beliau tertawa. Dan Nabi
bersabda: “Kok engkau tahu surah Al-Fatihah bisa untuk penyembuhan, ambilah imbalannya dan
berilah aku bagian”.
Ringkasan Kandungan Surat Al-Fatihah
Ayat pertama disebut dengan basmallah, yaitu Bismillahirrahmaanirrahiim (Dengan menyebut nama
9
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah ini
dengan menyebut nama Allah yang bersifat Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Setiap pekerjaan
yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut nama Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan
dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan
sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar
Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan
karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa
Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada
makhluk-Nya.
Alhamdu lillahi robbil ‘aalamin (segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam). Memuji orang adalah karena
perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berarti:
menyanjung-Nya karena perbuatanNya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui
keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah
ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.
Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati Yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafal rabb tidak
dapat dipakai selain untuk Allah, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah).
‘Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam,
seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah
pencipta semua alam-alam itu.
“Hai umat manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian serta orang-orang sebelum
kalian agar kalian bertakwa. Dia lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit
menjadi atap, dan Dia lah yang menurunkan air hujan dari langit kemudian berkat air itu Allah
menumbuhkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian, maka janganlah kalian menjadikan
sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 21-22)
‘Ar-Rahman Ar-Rahim’ (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) merupakan dua buah nama Allah
yang menunjukkan salah satu sifat Allah yaitu rahmah (kasih sayang). Ar Rahman termasuk kategori
nama Allah yang hanya boleh dipakai untuk menyebut Allah. Sedangkan nama Ar Rahim telah
disebutkan di dalam al-Qur’an pemakaiannya boleh untuk menyebut selain-Nya sesuai keterangan
Alquran tentang sifat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian, terasa berat olehnya apa
yang menyulitkan kalian, dan dia sangat bersemangat untuk memberikan kebaikan bagi kalian, dan dia
10
sangat lembut dan menyayangi orang-orang yang beriman.” (QS. At Taubah: 128)
Ibnu Katsir mengungkapkan tatkala menjelaskan tafsir basmalah di awal surat Al-Fatihah,
“Kesimpulan yang dapat dipetik adalah sebagian nama Allah ta’ala ada yang bisa dipakai untuk
menamai selain-Nya, dan ada yang hanya boleh dipakai untuk menamai diri-Nya -seperti nama Allah, Ar
Rahman, Al Khaliq, Ar Raziq dan sebagainya- .”
‘Maliki yaumid din’ (Raja yang Menguasai Hari Pembalasan) menunjukkan kewajiban beriman pada
tauhid mulkiyah. Allah subhanahu wa ta’ala adalah rabb segala sesuatu dan Penguasa atau Rajanya.
Seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa pun yang berada di antara keduanya adalah milik-Nya. Dia
lah Raja yang menguasai dunia dan akhirat. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
“Milik Allah kerajaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di dalamnya, dan Dia Maha
menguasai segala sesuatu.” (Al Ma’idah: 120).
“Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al Mulk:
1).
“Katakanlah; Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu, Dia yang melindungi
dan tiada yang dapat terlindungi dari siksa-Nya, jika kalian benar-benar mengetahui? Maka mereka
akan menjawab, ‘Allah’. Katakanlah; Lantas dari sisi manakah kalian tertipu.” (QS. Al Mu’minun:
88-89)
Beriman kepada Tauhidullah (keesaan Allah) terdapat dalam empat ayat Al-Fatihah, dimana
dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena
Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Diantara nikmat itu
ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb dalam kalimat
Rabbul-‘aalamiin tidak hanya berarti Pencipta Alam semesta, tetapi juga mengandung arti tarbiyah
yaitu mendidik, mengatur, menata dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang
dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena
Dia-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan penumbuhan oleh Allah di alam ini
haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber
pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan
kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat.
Al-fatihah mengokohkan kepercayaan pada hari Akhirat, hari pembalasan di saat manusia
mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya. Yang dimaksud dengan Raja Yang Menguasai Hari
Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya
sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung arti janji untuk memberi
pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk.
Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka didalam surat Al-Fatihah
tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu :
11
Iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’iin (hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya kepada
Engkau-lah kami mohon pertolongan). Inilah tawhidul Ibadat yaitu penghambaan, pengabdian, dan
ketundukan yang semata-mata ditujukan kepada Allah. Na’budu diambil dari kata abida-ya’budu ibadah
yaitu kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan olehketundukan hati dan perasaan terhadap
kebesaran Allah, sebagai Ilah yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan
yang mutlak terhadapnya. Nasta’iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti’aanah: mengharapkan
bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga
sendiri.
Surat yang agung ini juga mendidik Kita untuk berdoa kepada Allah. Berdoa wajib dimulai dengan
menyanjung Allah dengan segala sifat kemuliaannya, mengagungkan Nama-nama-Nya kemudian
menyatakan kesiapan untuk bertawhid dalam ibadah dan mengakui Allah sebagai tempat meminta.
Sebaik-baik doa adalah memohon petunjuk bimbingan Allah kepada jalan yang lurus yaitu Jalan
kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat. Maksud “Hidayah” disini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan,
kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang mengenai kepercayaan maupun akhlak, hukum-hukum dan
pelajaran lain dari ilmu Allah yang terdapat di dalam Alquran. Allah berfirman,
Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar
gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang
besar. (Al Israa: 17)
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alquran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu
tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi
Kami menjadikan Alquran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di
antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar- benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus. (As-syuraa:52)
Kalimat, “Ihdinash shirathal musataqiim” (Tunjukilah Kami ke jalan yang lurus) menjadi permintaan
utama setiap muslim kepada Rabbnya. Permintaan yang tidak egois karena bukan untuk diri sendiri
tetapi untuk jamatul muslimiin yaitu Ummat Islam secara keseluruhan. Memohon yang terbaik dalam
kehidupan adalah memohon ni’mat hidayah yang nilainya jauh melebihi kebutuhan dan keinginan
lainnya di muka Bumi.. Tidak ada yang lebih nutama dari petunjuk hidup, sebagaimana yang dinyatakan
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam kepada sahabat Ali bin Abi Tholib, “Dan seandainya Allah
memberi hidayah kepada seseorang dengan sebab engkau, maka itu lebih baik bagimmu daripada Dunia
dan segala isinya” (HR. Muslim)
Alquran menjelaskan yang dimaksud Shirotol Mustaqim dengan ayat berikutnya yaitu
“Shirathalladzinaa an’aamta alayhim” (yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas
mereka). Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para
12
shiddieqiin (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa’ (orang-orang yang mati syahid),
shaalihiin (orang-orang yang saleh) sebagaimana disebutkan di dalam Alquran
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang
mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (An Nisaa:69)
Kemudian ditegaskan pula bahwa jalan tersebut “groiril maghduubi alayhim waladh-dhooliiin”. (Bukan
jalan orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat). Maksudnya ialah bukan golongan
mereka yang tidak memperoleh cahaya petunjuk dan berjalan dalam kebodohan terhadap kebenaran
Allah, Rasul, dan ajaran Islam. Siapa saja mereka yang sesat dan rang-orang yang dimurkai Allah
disebutkan oleh Alquran secdara jelas. Di dalam tafsir Ibnu Abbas disebutkan bahwa Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Al yahuudu maghduubun ‘alayhim wan nashoro dhooluun”
(Orang-orang yahudi dimurkai Allah kelakuannya sedangkan orang-orang Nasrani tersesat)
Yahudi dengan perilakunya adalah contoh mereka yang dilaknati dan dimurkai Allah sepanjang sejarah
manusia.. disebabkan kejahatan mereka terhadap dakwah sejak zaman Nabi Musa Alaihis Salaam
hingga zaman Kita sekarang ini… Sedangkan kaum Nasrani sering membuat-buat kedustaan terhadap
Allah, akibatnya keimanan mereka kepada Allah kacau balau dan campur aduk dengan kebatilan…
Alquran berulangkali menceritakan kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu lainnya yang
menentang Allah. Mereka ada yang sesat dan ada pula yang dimurkai Allah… Kisah-kisah itu
dimaksudkan sebagai pelajaran yang penting bagi Kaum Muslimin dan menjadi pedoman mereka
sepanjang hayat.
Karena menjadi induk Alquran maka kandungan Surat Al-Fatihah sangat luas bagaikan samudra yang
tidak bertepi. Apa yang Kita ringkas ini hanyalah setetes saja dari keluasan ilmu Allah di dalam Surat
yang agung ini. Wallahu a’lam (usb/dakwatuna)Al-Fatihah
d\J}\ jyjty OLJ^I h\jJt
Tafsir Al Qur f an
Hidayatul Insan
Jilid 1
(Dari surah Al Fatihah s.d surah Al An'aam)
Disusun oleh:
Abu Yahya Marwan bin Musa
(semoga Allah mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan kaum
13
melakukan perbuatan setan. Kalau setan berasal dari kata syaatha, tentu mereka mengatakan
"Tasyayyatha."
Dengan demikian setan menurut pendapat yang shahih berasal dari kata syathana yang berarti jauh.
Oleh karena itulah, mereka menyebut setiap yang durhaka dari kalangan jin, manusia maupun
hewan dengan sebutan "setan."
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
J^aJl iJ*J>-j (j^«-> (JJ * $¥* >» > (j-jJ O^'j U^V *1? 'j*" 'j-^ Isi J^S Ld*>- liiJ'JSj
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia
dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia). " (Al An'aam: 112)
Adapun hewan bisa disebut setan adalah seperti pada sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Akan memuluskan shalat, yaitu wanita, keledai dan anjing hitam." Maka Abu Dzar berkata,
"Wahai Rasulullah. Mengapa anjing hitam tidak (anjing) merah atau kuning?" Beliau menjawab,
"Anjing hitam adalah setan." (HR. Muslim)
Adapun "Rajiim" artinya marjuum, yaitu yang dirajam dan diusir dari kebaikan. Keadaannya yang
dirajam adalah seperti diterangkan dalam surat Ash Shaaffaat ayat 8:
"Setan-setan itu tidak dapat mendengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari
dari segala penjuru. "
Ada pula yang berpendapat, bahwa rajini artinya raajim (yang melempar), karena ia melemparkan
was-was dan tipuan kepada manusia, namun pendapat pertama lebih masyhur dan lebih shahih.
Abu Yahya Marwan bin Musa
3
www. tafsir, web.id
16
Dengan
demikian, semua isi Al Qur'an merupakan penjelasan lebih rinci terhadap masalah yang yang disebutkan
secara garis besar dalam surat Al Fatihah.
Surat ini dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang) karena ayatnya ada tujuh
dan
dibaca berulang-ulang dalam shalat. Tentang keutamaan surat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam
bersabda:
{ ijdUJl <_Jj <& -uJ-I j J'j^ 1 ^ \jy jtf'-H ^J^ ^ "Maukah aku beritahukan kepadamu surat yang terbaik
dalam Al Qur'an? Yaitu Al Hamdulillahi rabbil 'aalamin." (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani dalam
Shahihul Jami' no. 2592) 2 Maksudnya adalah "Saya memulai membaca surat Al-Fatihah ini dengan
menyebut nama Allah sambil memohon pertolongan kepada-Nya agar dapat membaca firman-Nya,
memahami maknanya dan dapat mengambilnya sebagai petunjuk." Setiap pekerjaan yang baik,
hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan, menaiki
kendaraan, membaca Al Qur'an di awal surat, masuk dan keluar masjid, mengunci pintu, masuk dan
keluar rumah, menulis surat, hendak berwudhu' dan sebagainya. Allah ialah nama Zat Yang Mahasuci,
yang satu-satunya berhak disembah dengan sebenarnya disertai rasa cinta, takut dan berharap
kepada-Nya, Zat yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tetapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar
Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah memiliki
rahmat (kasih-sayang) yang luas mengena kepada semua makhluk-Nya, sedangkan Ar Rahiim artinya
Allah Maha Penyayang kepada orang-orang mukmin. Kepada orang-orang mukmin itu diberikan-Nya
rahmat yang mutlak, selain mereka hanya memperperoleh sebagian daripadanya. Ar Rahmaan dan Ar
Rahiim merupakan nama Allah yang menetapkan adanya sifat rahmah (sayang) bagi Allah Ta'ala
sesuai dengan kebesaran-Nya. Abu Yahya Marwan bin Musa 4 www. tafsir, web.id Tafsir Hidayatul
Insan Jilid 1 jS * ■* * y 2. Segala puji 3 bagi Allah, Tuhan semesta alam 4 . 3. Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang/ 4. Yang menguasai 6 hari Pembalasan 7 . Alhamdu artinya segala puji. Memuji
dilakukan karena perbuatannya yang baik. Maka memuji Allah berati menyanjung-Nya karena
perbuatan-Nya yang baik seperti melimpahkan karunia dan berbuat adil, karena sifat-sifat-Nya yang
sempurna dan karena nikmat-nikmat-Nya yang begitu banyak yang dilimpahkan-Nya kepada kita baik
nikmat yang berkaitan dengan agama maupun dunia. Syaikh Ibnu 'Utsaimin berkata, "Al Hamdu adalah
menyifati yang dipuji dengan kesempurnaan disertai rasa cinta dan pengagungan; baik kesempurnaan
dzaat, sifat maupun perbuatan-Nya." Dengan demikian dalam memuji Allah Ta'ala harus disertai rasa
cinta dan pengagungan serta ketundukan, karena jika tidak seperti ini bukan merupakan pujian yang
sempurna. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena dari Allah sumber segala kebaikan
18
yang kita peroleh. Di dalam ayat ini mengandung perintah kepada semua hamba agar memuji Allah
Ta'ala. Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah Ta'ala berhak mendapatkan pujian sempurna dari segala
sisi, oleh karena itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mendapatkan hal yang menyenangkan
mengucapkan "Al Hamdulillahilladziy bini'matihi tatimmush shaalihaat" (segala puji bagi Allah yang
dengan nikmat-Nya amal shalih menjadi sempurna), dan ketika Beliau memperoleh selain itu, Beliau
tetap mengucapkan "Al Hamdulillah 'alaa kulli haal" (segala puji bagi Allah dalam semua keadaan)
sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah (3803). Rabb (tuhan) berarti Tuhan yang ditaati yang
Memiliki, Mendidik, Mengurus dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Allah,
kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). Alamiin (semesta alam) adalah
semua yang diciptakan Allah yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam
hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam
itu, Dia-lah yang menciptakan semua makhluk, yang mengurus urusan mereka, mengurus semua
makhluk-Nya dengan nikmat-nikmat-Nya dan mengurus para wali-Nya dengan iman dan amal yang
shalih. Dengan demikian, pemeliharaan Allah Ta'ala kepada alam semesta itu ada yang umum dan ada
yang khusus. Yang umum adalah diciptakan-Nya mereka, diberi-Nya rezeki, diberi-Nya mereka petunjuk
kepada hal-hal yang bermaslahat bagi mereka agar mereka dapat hidup di muka bumi, sedangkan yang
khusus adalah dengan dididik-Nya para wali-Nya dengan iman dan amal shalih atau diberi-Nya taufiq
kepada setiap kebaikan dan dihindarkan dari semua keburukan. Mungkin inilah rahasia mengapa do'a
yang diucapkan para nabi kebanyakan menggunakan lafaz Rabb (seperti Rabbi atau Rabbanaa). Ayat
ini menunjukkan bahwa hanya Allah-lah Rabbul 'aalamin; yang menciptakan, mengatur, memberi rezeki,
menguasai dan memiliki alam semesta; tidak ada Rabb selain-Nya. Tentang makna Ar Rahmaan dan Ar
Rahiim sudah diterangkan sebelumnya. Disebutkannya ayat ini setelah "Al Hamdu lillahi Rabbil
'aalamiin" untuk memberitahukan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengurus alam semesta ini tidak
dengan menyiksa dan memaksa, bahkan atas dasar kasih-sayang-Nya. 6 Maalik (yang menguasai)
dengan memanjangkan mim, berarti: pemilik, dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan
mim), artinya: Raja. Dihubungkannya kepemilikan hari pembalasan kepada-Nya meskipun milik-Nya
dunia dan akhirat, karena pada hari itu kelihatan dengan jelas kekuasaan dan kepemilikan-Nya. Pada
hari itu antara raja-raja di dunia dengan rakyat sama tidak ada perbedaan, mereka tunduk kepada
keagungan-Nya, menunggu pembalasan-Nya, mengharapkan pahala-Nya dan takut terhadap siksa-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1 5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah 8 ,
dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan 9 . C- ^■apJbJLoJl Js>jvaJl bjUhl
6. Tunjukkanlah kami 10 jalan yang lurus,
7 Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang di waktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan
amalannya baik atau buruk. Yaumiddin disebut juga yaumul qiyaamah, yaumul hisaab, yaumul jazaa' dan
19
sebagainya. Dibacanya ayat ini oleh seorang muslim dalam setiap shalat untuk mengingatkannya kepada
hari
akhir; hari di mana amalan diberikan balasan. Demikian juga mendorong seorang muslim untuk beramal
shalih dan menghindari kemaksiatan.
8 Na'budu diambil dari kata 'ibaadah yang artinya kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh
perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena keyakinan bahwa Allah
mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya disertai rasa cinta dan berharap kepada-Nya.
Ditambahkan
rasa cinta, karena landasan yang harus ada pada seseorang ketika beribadah itu ada tiga: rasa cinta
kepada
Allah Ta'ala, rasa takut dan tunduk kepada Allah Ta'ala dan rasa berharap. Oleh karena itu, kecintaan
saja
yang tidak disertai dengan rasa takut dan kepatuhan, seperti cinta terhadap makanan dan harta,
tidaklah
termasuk ibadah. Demikian pula rasa takut saja tanpa disertai dengan cinta, seperti takut kepada
binatang
buas, maka itu tidak termasuk ibadah. Tetapi jika suatu perbuatan di dalamnya menyatu rasa takut dan
cinta
maka itulah ibadah. Dan tidaklah ibadah itu ditujukan kecuali kepada Allah Ta'ala semata.
Dalam ayat ini terdapat dalil tidak bolehnya mengarahkan satu pun ibadah (seperti berdo'a, ruku',
sujud,
thawaf, istighatsah/meminta pertolongan), berkurban dan bertawakkal) kepada selain Allah Ta'ala.
9 Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat
menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. Dalam ayat ini
terdapat
obat terhadap penyakit ketergantungan kepada selain Allah Ta'ala, demikian juga obat terhadap
penyakit
riya', 'ujub (bangga diri) dan sombong. Disebutkannya isti'anah kepada Allah Ta'ala setelah ibadah
memberikan pengertian bahwa seseorang tidak dapat menjalankan ibadah secara sempurna kecuali
dengan
pertolongan Allah Ta'ala dan menyerahkan diri kepada-Nya. Ayat ini menunjukkan lemahnya manusia
mengurus dirinya sendiri sehingga diperintahkannya untuk meminta pertolongan kepada-Nya
Berdasarkan
20
ayat ini juga bahwa beribadah dan meminta pertolongan kepada-Nya merupakan sarana memperoleh
kebahagiaan yang kekal dan terhindar dari keburukan. Perbuatan dikatakan ibadah jika diambil dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan diniatkan ikhlas karena Allah Ta'ala.
Perlu diketahui bahwa isti'anah (meminta pertolongan) terbagi dua:
- Isti'anah tafwidh, meminta pertolongan dengan menampakkan kehinaan, pasrah dan sikap harap, ini
hanya boleh kepada Allah saja, syirk hukumnya bila mengarahkan kepada selain Allah.
- Isti'anah musyarakah, meminta pertolongan dalam arti meminta keikut-sertaan orang lain untuk
turut
membantu, maka tidak mengapa kepada makhluk, namun dengan syarat dalam hal yang mereka mampu
membantunya.
10 Ihdina (tunjukkanlah kami), dari kata hidayaat yang artinya memberi petunjuk ke suatu jalan yang
lurus
(irsyad). Yang dimaksud di ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja (yakni tidak hanya hidayah
irsyad),
tetapi juga meminta diberi taufik (dibantu menempuh jalan yang lurus). Oleh karenanya kata ihdinaa
langsung dilanjutkan dengan shiraathal mustaqiim, tidak dipisah dengan kata "ilaa" (ke) yang berarti
"tunjukkanlah kami ke " karena ia meminta dua hidayah (irsyad dan taufiq). Oleh karena itu, arti ayat
ini
adalah "Tunjukkanlah kami jalan yang lurus dan bantulah kami menempuh jalan itu serta teguhkanlah
kami
di atasnya sampai kami berjumpa dengan-Mu" . Jalan yang lurus itu adalah Islam; sebagai jalan yang
dapat
mengarah kepada keridhaan Allah dan surga-Nya, jalan yang telah diterangkan oleh Rasul -Nya
Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga seseorang tidak dapat bahagia kecuali dengan istiqamah di
atasnya.
Dengan demikian, di ayat ini kita juga meminta kepada Allah Ta'ala agar dapat istiqamah di atas jalan
yang
lurus itu sampai akhir hayat mengingat hati yang lemah mudah berbalik dan karena hidup di dunia
penuh
21
Abu Yahya Marwan bin Musa
6
www. tafsir, web.id
Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. 11
dengan liku-liku, penuh dengan gelombang cobaan dan fitnah yang begitu dahsyat yang dapat
menghanyutkan seorang mukmin. Sungguh berbahagialah orang yang tetap mendirikan shalat karena
do'a
yang dipanjatkannya ini, berbeda dengan orang yang meninggalkan shalat; yang tidak lagi
memanjatkan do'a
ini sehingga mudah sekali ia terbawa oleh arus fitnah itu yang membuat dirinya binasa -wal 'iyaadz
billah-.
11 Orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah adalah para nabi, para shiddiqin, para syuhada dan
orang-
orang shalih berdasarkan surat An Nisaa': 69, jalan merekalah yang kita minta. Merekalah ahlul
hidayah wal
istiqamah (orang-orang yang memperoleh hidayah dan dapat beristiqamah), ciri jalan mereka adalah
setelah
mengetahui yang hak (benar), mereka mengamalkannya (belajar dan beramal).
Adapun orang-orang yang dimurkai (baik oleh Allah maupun oleh kaum mukminin) adalah orang-orang
yahudi dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka. Ciri jalan mereka adalah setelah mengetahui yang
hak, mereka tidak mau mengamalkan sehingga mereka dimurkai (belajar dan tidak beramal).
Sedangkan orang-orang yang sesat adalah orang-orang Nasrani dan orang-orang yang mengikuti jalan
mereka. Ciri jalan mereka adalah tidak mengenal yang hak sehingga mereka tersesat (beramal tanpa
belajar).
Di dalam ayat ini terdapat obat penyakit juhud (membangkang), jahl (kebodohan) dan dhalaal
22
(tersesat).
Dianjurkan setelah membaca ayat ini di dalam shalat mengucapkan "aamiiiiiin" yang artinya "Ya Allah,
kabulkanlah", ia tidaklah termasuk ayat dari surat Al Fatihah berdasarkan kesepakatan para ulama,
oleh
karena itu mereka tidak menuliskannya di dalam mushaf-mushaf.
Kandungan surat Al Fatihah
Surat Al Fatihah meskipun singkat, namun mengandung banyak pengetahuan. Di dalamnya terdapat
tiga
tauhid yang diperintahkan; tauhid rububiyyah (dari ayat "rabbil 'aalmiin"), tauhid uluhiyyah (dari ayat
"iyyaaka na'budu") dan tauhid asmaa' wash shifat dengan menetapkan semua sifat sempurna bagi Allah
yang
telah ditetapkan oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana
ditunjukkan
oleh ayat "Al Hamdulillah", karena nama-nama dan sifat-sifat Allah semuanya terpuji dan merupakan
pujian
bagi Allah Ta'ala.
Demikian juga menetapkan kenabian dan kerasulan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang
diambil
dari ayat "Ihdinash shiraathal mustaqiim", karena jalan yang lurus tersebut adalah jalan yang
diterangkan
oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Surat ini juga menetapkan adanya jazaa'
(pembalasan
amal) dan bahwa hal itu dilakukan dengan adil berdasarkan ayat "Maaliki yaumiddiin". Surat ini juga
menguatkan Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah tentang masalah qadar, yakni bahwa semua terjadi
dengan
qadar Allah dan qadhaa'-Nya, dan bahwa seorang hamba melakukan perbuatannya secara hakikat;
tidak
dipaksa dalam berbuat. Hal ini dapat diketahui dari ayat "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin". Surat
ini
juga menerangkan pokok kebaikan, yaitu ikhlas, sebagaimana diambil dari ayat " Iyyaaka na'budu wa
iyyaaka nasta'iin".
23
Karena surat ini begitu agung dan mulia, Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya membacanya di setiap
rak'at
dalam shalat mereka baik shalat fardhu maupun sunat. Di surat tersebut Allah mengajarkan kepada
hamba-
hamba-Nya bagaimana mereka memuji dan menyanjung-Nya, lalu mereka meminta kepada Tuhan mereka
segala yang mereka butuhkan. Di surat ini pun terdapat bukti butuhnya mereka kepada Tuhan mereka,
baik
butuhnya hati mereka dipenuhi rasa cinta dan pengenalan kepada-Nya dan butuhnya mereka agar
dibantu
dalam menyelesaikan urusan mereka serta diberi taufiq agar dapat mengabdi kepada-Nya.
Contoh ayat-ayat yang menerangkan lebih lanjut surat Al Fatihah
Sebagaimana diterangkan bahwa semua isi Al Qur'an merupakan penjelasan lebih rinci terhadap
masalah
yang yang disebutkan secara garis besar dalam surat Al Fatihah. Berikut ini contohnya:
Firman Allah, "Al hamdulillahi. " diterangkan oleh surat Al Baqarah: 186 dan 286.
Abu Yahya Marwan bin Musa
7
www. tafsir, web.id
Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1
Surat Al Baqarah (Sapi Betina) 12
Surah ke-2. Terdiri dari 286 ayat. Madaniyyah
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
H>-jfi<^ifi &\j^>
Ayat 1-5: Golongan mukmin, membicarakan tentang sifat orang-orang yang bertakwa,
hakikat iman dan bagaimana Al Qur'an menjadi petunjuk bagi mereka
24
Firman Allah, "Rabbil 'aalamiin" diterangkan oleh surat Al Baqarah: 21-22 dan 29.
Firman Allah, "Ar Rahmaanir rahiim" diterangkan oleh surat Al Baqarah: 37 dan 126
Firman Allah, "Maaliki yaumiddin." diterangkan oleh surat Al Baqarah: 284.
Firman Allah, "Iyyaaka na'budu." diterangkan oleh surat Al Baqarah secara lebih rinci, di mana di sana
diterangkan masalah bersuci, shalat lima waktu, shalat jama'ah, shalat khauf, shalat Ied, zakat,
puasa, I'tikaf,
sedekah, umrah dan haji, mu'amalah secara Islam, warisan, wasiat, berbagai masalah pernikahan,
penyusuan
anak, nafkah, tentang hukum qishas, diyat, memerangi pemberontak dan orang yang murtad, tentang
bjihad,
tentang makanan, sembelihan, sumpah, nadzar, peradilan (qadhaa'), persaksian, memerdekakan budak
dsb.
semua ini merupakan bab-bab syari'at yang diterangkan dalam surat Al Baqarah.
Firman Allah, "Wa iyyaka nasta'iin" mewakili ilmu tentang akhlak.
Firman Allah, "Ihdinash shiraathal mustaqiim" diterangkan dalam surat-surat setelannya yang
menyebutkan
jalannya para nabi dan jalan orang-orang yang menyelisihinya. wal hamdulillahi rabbil 'aalamiin.
12 Surat Al Baqarah yang 286 ayat ini turun di Madinah, sebagian besar diturunkan pada permulaan
tahun
Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Haji wadaa' (haji Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wa
sallam yang terakhir). Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, sebagai
surat
yang terpanjang di antara surat-surat Al Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang
(ayat
282). Surat ini dinamai Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina
yang
diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), di sana dijelaskan watak
orang-orang
Yahudi pada umumnya.
25
Al-‘Adad, al-Ma’dud
اﻫﻠﻚ ءاﻣﺲ�ﻻ ىﻮح ﯾﺬﻻ18 ﻟﺠﻮ زع ﻫﻠﻼ ءاﻫﺐ ءاﺑﻼ. ﻟﺠﻮ زع ﻫﻠﻼ ءاﻧﺲ ﻧﯿﺴﻼو. ﻟﺠﻮ زع ﻫﻠﻼ دﺟﻢ ﻣﯿﻤﻼو
ﻫﻠﻼو: « ﻣﻈﻊ�ﻻ ﻣﺲ�ﻻ وه
bā’ adalah [singkatan dari] bahā’ullāh ‘azza wa jalla (keindahan Allah Azza wa Jalla), sīn adalah
[singkatan dari] sanā’ullāh ‘azza wa jalla (keagungan Allah Azza wa Jalla), mīm adalah [singkatan dari]
majdullāh ‘azza wa jalla (kemuliaan Allah Azza wa Jalla), dan Allāh adalah al-ism al-a‘zhām (nama yang
paling agung) yang terkandung dalam semua nama-Nya
Ta’wi>l Terhadap Ayat Al-Qur’an Menurut Al-Tustari> 227
ﯘﯗ ﯖ ﯕ ﯔﯓ ﮱ ﮰ ﮯ ﮮ ﮭﮬ ﮫ ﮪ ﮩ ﯦ ﯥ ﯤ ﯣ ﯢ ﯡ ﯠ ﯟ ﯞ ﯝ ﯜ ﯛ ﯚ ﯙ ﯸ ﯷﯶ ﯵ ﯴ ﯳ ﯲ ﯱﯰ ﯯ ﯮ ﯭﯬ ﯫ
ﯪ ﯩ ﯨ ﯧ ﰁ ﰀ ﯿ ﯾ ﯽ یﯻ ﯺ ﯹ
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah
lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon
yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di
sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia
kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.”19
35 sebagaimana termuat dalam Tafsir al-Tustarī
ﻣﻠﺴﻮ ﻫﯿﻠﻊ. ىﻼﻋﺖ ﻫﻠﻮق ﻧﺴﺤﻼ ﻻق: راون�ﻻب ﺿﺮ�ﻻو ﺗﺎواﻣﺴﻼ ﻧﯿﺰم ﯾﻨﻌﻲ ﺿﺮ�ﻻو ﺗﺎواﻣﺴﻼ رون ﻫﻠﻼ، ﻟﺜﻢ
دﯾﺤﻮﺗﻼ، ﻫﻠﻼ ىﻠﺺ دﻣﺤﻢ رون ﻟﺜﻢ ﯾﻨﻌﻲ ﺣﺎﺑﺼﻢ اﻫﯿﻒ ةاﻛﺸﻤﻚ ﻫﺮون ﻣﻬﯿﻠﻊ ﻫﻠﻼ ﺗﺎوﻟﺺ ءاﯾﺒﻦ�ﻻ ﺑﻮﻟﻖ ن�ل
راون�ﻻ ﻫﺬه ﻟﺜﻤﺐ ﻓﺼﻮت، ﻻﻗﻮ: ﺣﺎﺑﺼﻢ ﻧﺎرﻗﻼ رون ﻟﺜﻢ روﻧﻼ، ﯾﺮﺻﺒﻼ ﺣﺎﺑﺼﻤﻼ: ءاﯾﻀﻮ ﻧﻤﺆﻣﻼ ﺑﻠﻖ ﻛﻠﺬب ىﻨﻊ
ﻻﺻﺖ�ﻻ رون ﻫﺮوﻧﻮ ﺻﺎﻟﺦ�ﻻ ﻫﻨﻬﺪو ﺿﺌﺎرﻓﻼ ﻫﺘﻠﯿﺘﻔﻮ ةﻓﺮﻋﻤﻼ ﻫﺠﺎرس. ﻧﺎ ﻧﻢ روﻧﺎ دادزا اﻣﻠﻜﻒ
19 Terjemahan ini, penulis kutip dari Al-Qur’an dan Terjemahnya terbitan Departemen Agama RI yang
sudah berbentuk software dalam Al-Qur’an Digital. Disana terdapat catatan kaki yang menjelaskan
arti “misykat” (lubang yang tidak tembus) ialah “suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus
sampai ke sebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain”, dan kata
26
“la> syarqiyyah wa la> gharbiyyah” (tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat)
dengan arti “pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari
terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan
minyak yang baik
ارون.20 ءاﻓﺺ ﺻﺎﻟﺦ�ﻻ، ءاﯾﺾ ﺣﺎﺑﺼﻤﻼ دادزا، ﺣﺎﺑﺼﻤﻼ دادزا ةﻗﯿﻘﺢ ﺿﺌﺎرﻓﻼ دادزا اﻣﻠﻜﻮ
Perumpamaan cahaya al-Qur’an, kata al-Tustari>, adalah sebuah lampu (Mis}bāh), lampu yang
menerangi pengetahuan, yang sumbunya adalah kewajiban agama, yang minyaknya adalah keikhlasan
dan yang cahayanya adalah cahaya pencapaian (spiritual). Setiap kali keikhlasan itu bertambah dalam
kemurnian, maka bertambahlah sinar cerah lampu itu, dan setiap kali kewajiban agama bertambah,
maka pada hakikatnya lampu itu bertambah cahayanya. Tustari> menakwilkan kata “nūr” itu sebagai
“Nu>r Muhammad saw”, yakni Allah swt menghiasi langit dan bumi dengan cahaya (nur), dan cahaya
itu bagaikan cahaya (nur) Nabi Muhammad saw. Ayat cahaya tersebut yang dikaitkan dengan Nabi
Muhammad SAW.,pertama kali dikenalkan oleh ahli teolog Muqatil pada abad ke enam masehi. Ayat
diatas oleh Muqatil dihubungkan dengan Nabi Muhammad saw. Kata Mis}bāh (lampu) itu dianggap
sebagai lambang yang tepat bagi Muhammad. Melalui Muhammad, cahaya Ilahi dapat menyinari dunia.
Melalui Muhammad juga umat manusia dituntun menuju sumber cahaya itu. Kata “tidak dari timur dan
dari barat” mengacu kepada tugas kerasulan Nabi Muhammad SAW.,yang memberikan kasih sayang
untuk segenap alam (rahmatan lil-‘ālamīn). Sahl al-Tustari> mengambil ide Muqattil itu yang
mengatakan adanya ”lajur cahaya”, yaitu sejenis timbunan yang terdiri dari segenap jiwa-jiwa yang suci.
Berdasarkan teori Muqattil di atas, esensi Muhammad menurut Tustari>, disebut ‘amūd alnūr’ (tiang
cahaya), yakni jasad halus dari keyakinan yang diemanasi dari Tuhan sendiri yang membungkuk
kepada-Nya selama satu juta tahun sebelum diciptakan-Nya makhluk-makhluk. 20Ibid., 138;
Al-Tustari>, Tafsi>r al-Tustari>, Muhaqqiq:Thaha Abdurrazzaq Sa’ad dan Sa’ad Hasan Muhammad
‘Ali, 206; Al- Tustari>,Tafsi>r al-Tustari>, Muhaqiq: Muhammad Basil ‘Ayun al-Suud, 111
Ta’wi>l Terhadap Ayat Al-Qur’an Menurut Al-Tustari> 229 Selanjutnya Tustari> mengatakan: “Allah
dalam keesaanNya yang mutlak dan realitas transenden-Nya ditegaskan sebagai misteri yang tak
tertembus dari cahaya illahi yang bagaimana pun juga, mengungkapkan dirinya sendiri dalam praktek
perwujudan prakeabadian dari “persamaan cahaya-Nya”(matsalu nūrihī), yaitu persamaan cahaya
Muhammad (Nur Muhammad) dalam prakeabadian dilukiskan seba gai suatu masa bercahaya dari
pemuliaan primordial di haribaan Allah yang mengambil bentuk suatu tiang tembus cahaya, tiang
cahaya Illahi dan membentuk Muhammad sebagai ciptaan utama Allah.” Dalam menjelaskan terminologi
ayat cahaya tersebut, Tustari> mengatakan bahwa ketika Allah berkehendak menciptakan Muhammad,
Dia memunculkan sebuah cahaya dari cahayaNya. Ketika ia mencapai selubung keagungan
hi ābu -’aẓāma , Ia m n uk b uj ha n A ah. Al a m p a n i s n a
sebuah tiang yang besar bagaikan kaca kristal dari cahaya yang dari luar maupun dalam yang dapat
27
tembus pandang” Tustari> mengaitkan cahaya Muham mad yang ia ta’wi>l kan dari kata “nur” dalam
Surat An-Nur ayat 35 dengan Surat An-’Najm ayat 13 yang berbunyi : “Walaqad ra’āhu nazlatan
ukhrā” artinya: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain” . Kata ”pada waktu yang lain” ditafsirkan Tustari> dengan ketika tiang cahaya
Muhammad berdiri di hadapan Allah. Di dalam Hikayat Nur Muhammad diceritakan tentang Nur
Muhammad disuruh bersujud selama lima puluh tahun di hadapan Allah. Dije laskan bahwa sebelum
dimulai penciptaan selama sejuta tahun Nur Muhammad itu berdiri di hadapan-Nya untuk memujiNya
dengan keteguhan iman dan (kepadanya) diungkapkan misteri oleh “misteri” itu sendiri di pohon
Sidratil-Muntahā (QS, 53:14) yaitu tempat berakhirnya pengetahuan setiap orang .21 Pada awal
penciptaan manusia, Allah menciptakan Adam dari cahaya Muhammad. Cahaya para nabi, cahaya
kerajaan langit, cahaya malakut adalah dari cahayanya. Begitu juga cahaya dunia dan dunia yang
akan datang berasal dari cahayanya
Akhirnya, ketika kemunculan para nabi dalam alam raya spiritual di dalam prakeabadian telah
sempurna, Muhammad dibentuk tubuhnya dalam bentuk temporal dan terestrial, dari lempung Adam,
yang telah diambil dari tiang Nur Muhammad dalam prakeabadian. Dengan demikian, penciptaan
cahaya prakeabadian telah disempurnakan. Manusia pertama dicetak dari cahaya Muhammad yang
telah terkristal dan mengambil sosok pribadi Adam. Ide tentang Nur Muhammad tersebut selanjutnya
ditangkap dan dikembangkan oleh Al Hallaj, dan konsep al Hallaj tentang Nur Muhammad selanjutnya
diteruskan oleh Ibnu Araby dengan konsep wahdatul wujūd-nya dan dilanjutkan oleh Abdul Karim Al Jilli
dalam Insānul kāmil
D.2. Q.S. al-Baqarah ayat 22 Pemahaman makna batiniah oleh Sahl al-Tustari> terdapat dalam
firman Allah Swt pada surat al-Baqarah ayat 22 tentang penafsiran atau pen ta’wi>l an kata : ﯠ ﯟ ﯞ
“ ﯝ ﯜ ﯛMaka itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” Sahl
Al-Tustari> menta’wi>l kan kata andād (sekutu-sekutu) dengan ad}dād (lawan-lawan). Lawan terbesar
adalah al-nafsu alammārah bi al-sū’ (nafsu yang selalu menyuruh pada kejahatan) yang selalu
berambisi untuk mendapatkan kesenangannya tanpa petunjuk Allah Swt.22 Dalam hal ini, pendapat
al-Tustari> ini menunjukkan bahwa nafsu ammârah termasuk sekutu, sehingga kalau diperinci ta’wi>l
terhadap ayat tersebut adalah, “Maka janganlah menjadikan bagi Allah sekutu-sekutu, berhala, setan,
nafsu, … (dan seterusnya).” Dari aspek lahiriah kata dalam ayat ini, mungkin merupakan satu kesulitan,
karena konteks ayat itu dan indikasi-indikasi yang melingkupinya menunjukkan bahwa yang dimaksud
sekutu-sekutu (andād) itu adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah, baik berupa berhala
maupun sesuatu yang lain selain berhala. Sementara itu, nafsu tidak disembah oleh mereka dan tidak
dikenal bahwa
mereka menjadikannya tuhan-tuhan selain Allah. Namun, tafsir ini mungkin ada benarnya. Berikut ini
28
adalah penjelasannya. Sahl Al-Tustari>, ketika berbicara tentang ayat itu, menyebutkan bahwa hal itu
adalah tafsir ayat. Tetapi ia menyebutkan makna lain yang berarti sekutu dalam sudut pandang yang
sesuai dengan syariat. Itu karena hakikat sekutu (nadd) adalah bahwa lawan sekutu adalah menurut
lawannya. Nafsu ammārah termasuk dalam kategori ini, karena ia memerintahkan pemiliknya untuk
memenuhi kesenangannya seraya lalai dalam memenuhi hak-hak Penciptanya. Inilah makna “sekutu”
terhadap sekutunya, karena berhala diartikan oleh mereka dalam pengertian ini. Berdasarkan hal ini,
tidak ada cela dalam ucapan al-Tustari> tentang ayat tersebut. Adapun ayat yang mendukung argumen
ini adalah firman Allah Swt., “Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai
tuhan selain Allah” (Q.S. al-Taubah [9]: 31). Jelas, mereka tidak menyembah rahib/pendeta selain Allah
secara fisik. Namun, mereka menuruti segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Apa yang
dia haramkan bagi mereka, mereka juga mengharamkannya, dan apa yang dia halalkan, mereka juga
menghalalkannya, padahal mereka berkeyakinan bahwa yang berhak untuk menetapkan halal dan
haram hanyalah Allah. Oleh karena itu, Allah Swt. berfirman, “mereka menjadikan orang-orang alim
dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah”. Inilah keadaan orang yang mengikuti hawa
nafsunya. Dalam penafsiran ini, al-Syathibi dalam al-Muwafaqāt-nya juga dapat menerimanya23,
karena sudah sesuai dengan syarat-syarat penafsiran sufistik yang bisa diterima yaitu asal
kemunculannya adalah dari Al-Qur’an dan diikuti oleh maujud-maujud yang lain. Sebab, pemahaman
yang benar pada umumnya adalah jika cahaya pandangan batin membakar tabir segala entitas tanpa
henti. Bukan sebaliknya, yang asal kemunculannya dari segala maujud, baik parsial maupun universal,
dan diikuti pemahaman terhadap AlQur’an. Dan juga, memenuhi dua syarat: (1) memenuhi tuntutan
kaidah-kaidah bahasa Arab sehingga berlaku menurut maksudmaksud yang dikehendaki dalam bahasa
Arab, (2) didukung dengan
suatu teks atau makna lahiriah di tempat lain yang menguatkan kebenarannya
D.3. Q.S. al-A’raf ayat 148
pada surat al-A’raf ayat 148.
“ ﯔ ﯓ ﮱ ﮰ ﮯ ﮮ ﮭ ﮬ ﮫ
Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung T}ur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas)
mereka anak sapi yang bertubuh dan bersuara.” Dalam penafsirannya, al-Tustari> menta’wi>l kan
“anak sapi” adalah apa saja yang memalingkan manusia dari Allah swt, mungkin sanak saudara
ataupun anak, yang manusia tidak bisa lepas darinya kecuali setelah hilangnya keuntungan-keuntungan
yang merupakan sebab terikatnya manusia kepada “anak sapi” tersebut. Sebagaimana umat nabi Musa
tidak bisa melepaskan diri dari penyembahan terhadap anak sapi kecuali dengan membunuh diri mereka
sendiri
29
Zatku Satu Sipatku
banyak, sujud kepadaku,
jika engkau menghendaki asma,
ketahuilah bahwa nama itu
menunjukkan yang diberi asma,
yaitu zat yang dinamakan kul padamu,
sujud dengan apa yang dapat memadai, buang apa yang tidak perlu"
(Kitabul isra', HaydrabadDeccan, 1948, hal. 8-9). Kemudian menyusul serangkaia
rafiquh a'la
syair, pemahaman wihdatul wujud. menceritra kan isra',
bahwa salik itu tidak dapat melihat zat cuma sifatnya, ia tidur,
datang kepadanya rasul taufiq yang akan menunjukkan dia thariq,
ada buraq ikhlas, dibuka dadanya dengan pisau sakinah,
dikeluarkan isinya dan diletakkan kedalam ember ridha,
dibersihkan dari pada syaithan, düsi dengan tauhid, {man tafrid, kemudian dijahit kembali dengan
kesehatan uns yang suci,
dibungkus dengan kain mahabbah, diangkat keatas pelana buraqqurbah, lalu diisra'kan ke-qudsul janan,
diikat buraq didepan pintu, sembahyang dekat mihrab, memilih minuman susu dari pada khamar, lalu
mi'rajlah kelautan mutiara, lautan nafsul mutma'innah yang luas dengan sampai arifin,
yang layarnya ditiupi angin ziK.r, digerakkan oleh gelombang ahwal, sampai yang bertiang alif,
bertatahkan alat bismitahi majha dan wahyu pertama iqra',
sampai kelautan mujahadah dengan pertolongan arwah inayah,
terdampar kepantai musyahadah, dan dari sini berpisahlah dengan air dan bertemulah dengan langit.
Kemudian ia lalu menceriterakan pula pengalamannya,
pertama dalam langit wizarah dengan Adam dan segala hikmahnya, dalam langit kitabah dengan Isa
dan segala akhlaknya, naik kelangit syahadah, dimana ia bertemu dengan Jusuf dan segala riwayat
kesukarannya,
lalu kelangit imarah, bertemu dengan Idris, kelangit syarthah, bertemu dengan Musa yang makin
mendekat kepada hakikat tauhid,
kelangit bhayah bertemu dengan Ibrahim, dan maqam wilayah yang dicari dari sini melayang ke sidratul
muntaha, bertemu dengan nurwllah, dimana diberikan jawamïulkalam
bermacam2 dalam keadaan yang tidak dapat dilukiskan, dari sini sampai ke-hadratul kursi dan mauqiful
34
qudsi dengan segala keanehan dan rahasia, dari situ terbanglah ke dan sampailah dimedan rasul2 yang
di-cita2kan.
Maka disini dilakukan munajat, yang satu persatu oleh Ibn Arabi diperincikan dalam kupasan
tasawwuf, dan pada akhirnya sampailah kepada mengupas yang dinamakan Isyarat Adamiyah,
isyarat Musawiyah, isyarat Ibrahimiyah, isyarat Yusufiyah, dan akhirnya sampailah salik yg mencari
itu kepada isyarat Muhammadiyah, yang tidak berbicara karena hawa nafsu, yang bertanya,
siapa engkau dan menjawab siap aku sehingga akhirnya berhasillah kerajaan dengan tahmid, agar sah
tauhid
Siapa berupa rumah yang Haq,
Yang Haq itu adalah rumdhnya,
Inti wujud adalah Haq,
Adalah inti segala alamnya
Jika kami lahir ternyata,
Dalam sesuatu yang buka kita,
Tak kan ada segala semesta,
Jika kami tidak mencipta.
Engkau yang benar '
aïnul wujud,
Tak ada yang lain dapat disebut, Karena itu aku ma'bud,
Aku Tuhan ghaib terlïput.
Hambaku jangan engkau katakan,
Bahwa engkau aku seakan,
Aku kenal/ dalam gerakan,
Engkau fana berantdkan.
Tiap saat,
setiap masa,
Kejadian baru senanttasa,
Bersifat fana hancur binasa,
Aku yang kekal maha Kuasa
Dalam wujud tak ada selainnya,
35
Kupasan Umum :
Alif adalah simbol ketika Zat yang Maha masih Sendiri dengan Zatnya, kemudian Dia menciptakan
mahluk untuk mengenalNYA sehingga ada sebutan ALLAH dan juga menunjukan Sifat-sifatNYA.
Kemudian sifat-sifat itu mengungkapkan nama dan keberadaanNYA. Sifat dan keberadaan ini kemudian
dinyatakan dalam perbuatanNYA.
Kaitan asal nama Besmah.
Alif adalah menyatakan asal muasal kejadian tanah besmah yang berasal dari kenyataan Qudrat dan
Iradat dari Sang Maha Kuasa sebagai sumber segala sesuatu.
Alif Lam Lam Ha menyatakan kehendak dan Hukum-hukum Allah (Qudrat dan Iradat) adalah sebagai
jalan untuk mengenal dan mengetahui asal muasal kejadian dan tempat kembalinya segala sesuatu.
Alif Ba Sin Mim (Alif Lam Lam) Ha adalah wadah yang menunjukkan dan menyatakan
kebenaran-kebenaran hukum-hukum Allah sebagai Qudrat dan Iradat yang dijembatani oleh
Orang-orang yang telah ditentukan oleh Allah. Dengan menyatakan kebenaran dan kenyataan Firman
(Al-Qur’an) dan dan Hadits Qudsi.
Alif Ba Sin Mim Ha Menunjukkan kenyataan Nama yang menyatakan kebenaran hukum-hukum Allah
dalam Qudrat dan Iradat dengan kenyataan Firman (Al-Qur’an) dan Hadits Qudsi.
Alif Lam Lam adalah menyatakan Kenyataan Qudrat dan Iradat Allah pada orang-orang yang
menjembatani untuk menyatakan kebenaran dan kenyataan Firman (Al-Qur’an) dan Hadits Qudsi.
Ha. Adalah kenyataan tempat menyatakan kebesaran dari kenyataan Qudrat dan Iradat dan
kenyataan Firman (Al-Qur’an) dan Hadits Qudsi.
Alif Ba Sin Min Ha adalah huruf yang yang menjadi bacaan dan sebab timbulnya nama Besmah, Arti
dari Besmah adalah suatu daerah yang mempunyai Nama (ber-Asma)
Alif, lam, lam mengghaibkan diri menjadi Ruhani bagi besmah menaungi dan akan menunjukkan
37
kenyataan dari Besmah kepada orang-orang yang dijembatani untuk menyatakan kenyataan Firman
(Al-Qur’an) dan Hadits Qudsi. Alif lam lam inilah dalam keberadaan nya di tanah Besmah disimbolkan
dan disebut Diwe Tige.
Inilah hakikat asal muasal nama Besmah dan kenyataan Diwe Tige dalam Khazanah tanah besmah.
Seperti bacaan pada Bismillah maka bacaan Ba Sin Mim Dan Ha dibaca Besmah (Bismi) dan bukan
Besemah (Bisimi).
DIWE TIGE
Yang disebut Diwe Tige dalam Khazanah besmah sebagi pengejawantahan simbol Alif Lam Lam adalah :
1.Semidang Gumay
Bernama Ali Arhan dan bergelar Semidang Gumay. Berawal dari Kitab yang Awal (Taurat) yang
kemudian menuntut peng-awalan tersebut maka Semidang Gumay menindak lanjuti keyakinan tersebut
hingga ke Besmah Sakti. Hukum Syariat yang ada disebutkan dalam Al-Quran adalah dari Bapak
Segala Umat (Nabi Ibrahim As), Hukum Hakikat yang ditemukan beliau sebagai Wali ke satu (yang
pertama) di zaman Iman Tauhid Makrifat (dengan Kehendak Allah sendiri melalui Tajridul Qulbi
Hidayatullah) dengan candi (tanda) 50 kalimah tauhid (berlambangkan rantai 50 leku)
Sesuai dengan lambang :
a.Sebuah pusake yang beradaptasi kepada laa ilaha ilallah (syahadat kalimat tauhid)
hukumnyasyuhudul wahda fi wahda (Dari Yang Satu kembali kepada Yang Satu
b.Rantai daripada terjemah Allah yang berbicara sejuta bahasa (sejuta makna)
c.Rantai ketiga berjumlah 74 buku bermaknakan “Diantara 73 kaum hanya satu yang sekedudukan
dengan aku (kamu) inilah makna dari Qudrat itu sendiri. Qudrat artinye kuase/berkehendak. Inilah Lam
pertama, Dinyatakan sebagai Al Haqq (Kebenaran)
2.Atung Bungsu
Bernama Syech Nurdin dan bergelar Atung Bungsu. Berdasarkan dari Kitab Al- Qur’an dengan kata
penyempurna 16 Qoidul Iman berlambangkan satu hukumnya dua dan dua hukumnya satu, yaitu hukum
syar’i dan hukum hakikat untuk menyatakan kebesaranNYA.
Wali kesatu dihukum syar-i dikenal sebagai walikutub dan wali kesatu dihukum hakikat adalah sebagai
pewaris.
Dengan lambang :
38
Maka timbulah Perbuatan
Pengejawantahan 3 batu betangkup di tebat besak (pantai) Alif Lam Mim dalam air, bila telah melalui
perjalanan sesuai ketentuan Allah melalui Hajarul Aswad barulah nyata kebesaranNYA.
Alif Lam Roh pada yang Qodim, ALif Lam Mim pada yang baharu baru nyata kenyataan melaluihajarul
aswad (HA)
Inilah yang disebut Diwe Tige yaitu Semidang Gumay, Atung Bungsu dan Semidang Sakti atau Al Haqq,
Al Akbar dan Al Mukmin.
Peradaban tiga (3) hukumnya satu (1), satu (1) hukum nya tiga (3) adalah Untuk menyatakan
kesatuan Al Akbar, Al Haqq dan Al Mukmin berlambangkan 50 kaidul iman (Kalimah Tauhid) dan 16
Kaidah Rasul (Kalimah Rasul) yang dinyatakan dengan Dua Kalimah Syahadat.
Nama Al Haqq, Al Akbar dan AL Mukmin. adalah nama-nama yang tercantum di dalam Asmaul Husna
(Nama-nama Allah Yang Indah). Nama-nama tersebut melekat pada mereka yang disebut Diwe Tige di
tanah Besmah bukanlah dengan maksud menyatakan mereka sebagai Tuhan (Nauzubillahi min zalik),
namun mereka adalah Orang-orang yang diamanati oleh Allah untuk menjaga Nama-nama Allah atas
kehendak dan ketentuan Allah sendiri. Sesuai dengan sebutan mereka di besmah Puyang
Pu dari mpu = orang yang Ahlinya
Hyang = Yang Maha (Tuhan)
Puyang = mpuhyang = orang yang ahli ketuhanan (Ahli Ketuhanan)=
ARRAHMAN DAN ARRAHIM
Arrahman
Arrahman adalah kenyatataan diri penyampai. Dalam makna di Besmah adalah Penyampai rahasia
Zat Allah ta’ala yang dalam hal ini adalah roh yang dimakbulkan permintaannya untuk nyata kedunia
setelah dari zat yang mewujudkan RohilQudus. Lingkup Arrahman ini ada pada laki-laki.
Arrahim
40
Arrahim adalah diri yang menampung rahasia zat Allah yang disampaikan Arrahman (Rohil Kuddus)
dan memberi tahta di tempat yang telah ditentukan oleh Zat hingga masa mengeluarkan rahasia Zat
(Roh) menjadi Nyata (berjasad) Lingkup Arrahim ini ada pada diri perempuan (Arrahim). Namun
Adapula kejadian yang dengan atas kehendak Yang Maha Kuasa (Allah Ta’ala) maka Rohilqudus ini
langsung ditiupkan kedalam Arrahim.
Dari pemahaman tentang kenyataan penyampai dan penampung (Arrahman Dan Arrahim) rahasia zat
Allah inilah yang menjadi jalan untuk menyatakan rahasia zat Allah (Alif lam lam ha) dan kenyataan
kebesaran itu (Alif Kaf Ba Roh = Akbar). Munculnya kenyataan kebesaran (Al Akbar) inilah yang
dinyatakan dengan Sakti di tanah Besmah. Sehingga sesuatu itu dikatakan sakti adalah apabila
berkata ada bukti dan kenyataaannya. Sehingga bila digandengkan dengan nama besmah sakti adalah
Suatu tempat yang dengan kenyataan Asma ang menjadi wadah bila mana berkata haruslah ada bukti
dan kenyataannya. Namun besmah sakti tidak akan ada tanpa pengenalan akan yang disebut diwe tige
sebagai ruhani dari besmah yang menjadikan besmah menjadi sakti. Susunannya
adalahbesma(diwetige)h sakti yang bila diharfiahkan bacaannya suatu tempat yang atas asmaNya dan
orang-orang yang menjembatani untuk menyatakan kebenaran dan kenyataan firman dan haditsyang
bilamana berkata ada bukti dan kenyataannya.
Ketika kesatuan itu diringkas dalam bentuk huruf maka bunyinya adalah
Bismillahirahmannirahimm.Demikianlah kenyataan dan pengejawantahan dari besmah sakti dan
diwetige.
Besmah Sakti adalah kenyataan dari Ama dan Af’al
Diwe Tige adalah kenyataan dari Zat dan Sifat
Perlambangan kenyataan Besmah sakti dan Diwe Tige ini adalah pernyataan Tanah Besmah akan dua
Kalimah Syahadat, yaitu :
Besmah Sakti adalah perlambangan dari Muhammadarasulullah
Diwe Tige adalah perlambangan dari Laa ila ha ilallah
Besmah sakti disimbolkan dengan tongkat, yaitu sebagai sarana untuk berjalan menuju jalan yang lurus
dan diwe tige disimbolkan kepada rantai 50 leku (kesatuan dari 50 Aqoidul Iman) Pengungkapan
kenyataan besmah sakti dan diwe tige adalah pengungkapan kenyataan Bismillahirahmannirahimm
sehingga nyatalah Alif Lam Lam Ha Allif Kaf Ba Roh (AllahuAkbar).
Kenyataan Besmah Sakti dan Diwe tige yang merupakan penggambaran dari pembuktian kenyataan
hukum-hukum Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits inilah yang menaungi kenyataan tanah
nusantara umumnya dan tanah besmah umumnya. Wilayah Tanah Besmah adalah Tanah yang
dinaungi oleh Lampik Empat Merdike Due (Akan dibahas nantinya), sedang wilayah dari yang disebut
Besmah Sakti adalah seluruh wilayah yang dinaungi oleh hukum-hukum Allah dengan
kenyataannya.Pertanyaanya, Dimanakah di dunia ini wilayah yang tidak dinaungi oleh hukum-hukum
41
terbesar dari aliran air, semua aliran air pastilah bermuara dilautan. Dikenal dengan sebutan Ratu
Laut, yang bertugas menampung dan mengeluarkan (melahirkan) kenyataan itu. Di tanah Besmah laut
disimbolkan dengn nama Tebat besak dan dinamakan Laut Alam Danau Bhiute dan biasa di sebut
Pantai. Ratu Laut inilah yang di tanah jawa Disebut Ratu Kidul.
Kenyataan Rahman dan Arrahim sebagai pengejawantahan nama yang menunjukan sifat inilah yang
akan menunjukkan Akbar atau melahirkan Kebesaran yang dalam tatanan ilmu Ketuhanan disebut
sebagai Insan kamil. Jadi yang mendapat bimbingan dari perpaduan Arrahman (Kriye Bungsu/Syech
Malaya) dan Arrahim (Ratu Laut/Ratu Kidul) akan menghasilakn kenyataan tentang Kebesaran atau
dengan kata lain :
Bimbingan dari ilmu kenyataan Allah pada para Rasul dan Nabi disebut Wahyu atau ilham pada era
setelah Muhammad SAW. Sementara kebesaran dinyatakan dengan perlambangan mahkota. Inilah
yang disebut dengan istilah Wahyu Mahkota.
Pemegegang Wahyu Mahkota ini mengemban amanah menyatakan kenyatan dan kebesaran Allah
(Allahuakbar) di muka bumi ini. Dengan berkalungkan Rantai 50 Leku sebagai tanda memahami
ketauhidan dan Berjalan di jalan yang lurus dengan Tongkat sebagai tanda Kaidah Kerasulan. Hingga
sampailah kepada kenyataan Semua berasal dari Allah dan kembali kepada Allah.
Itulah kenyataan tentang apa yang Disebut dengan besmah Sakti dan Diwe tige sehingga tidak boleh
dipisahkan, bermula dari zaman 4000sm hingga sekarang ini. Berawal dari Taurat, kemudian Zabur
yang disempurnakan dengan Al-Qur’an.
Kenyataan ini hanya bisa diungkapkan dan dinyatakan oleh mereka yang mengetahui ilmu ketuhanan
yaitu ilmu-ilmu yang Haqq dari sisi Allah atas Qudrat dan Iradat dari Allah Ta’ala sendiri dengan
bimbingan dari para wali-wali Allah sendiri.
Kenyataan pengungkapan ini tidak boleh dilakukan dan diungkapkan secara sembarang melainkan harus
dengan tahapan-tahapan yang ditentukan dan dikehendaki oleh mereka yang membimbing agar tidak
merusak makna dan maksud yang diinginkan untuk disampaikan,Tidak diperbolehkan mendahulukan yang
kemudian dan mengkemudiankan yang terdahulu. Jika itu dilakukan maka akan merusak makna dan
hilanglah bacaan yang dimaksud.maka jahillah kita sebagai orang yang tidak memegang amanah.
Kenyataan Pengungkapan Ini kan menyatakan kenyataan Al-Qur’an dan Hadits yang berawal dari umul
Kitab (Al-Fatihah). Kenyataan ini akan menunjukkan kesaksian dari Alam Qodim (Batu Sumpahan)
hingga kenyataan keberadaan insan di muka bumi (Rajenyawe/ puyang Awak di batu Lancang Putih)
hingga kenyataan masuk dan keluarnyanya zat, sifat dan asma (ghumbak tige serumpun) di ubun-ubun
sebagai puncak cugung empu luang sembilan (jasad manusia.
Dan bila kita rangkaikan kalimah Bismillahirahmanirrahim dengan Allahuakbar maka itulah yang
43
dalam tatanan Ilmu Ketuhanan Disebut Insan Kamil Mukamil (sempurna lagi disempurnakan).
Kenyataan dan tahapan-tahapan inilah yang akan bersama-sama kita ungkap dan nyatakan dengan
bukti-buktinya sehingga nyatalah kebenaran itu. Sebagai awalan kita berjalan kita kalungkan rantai
50 leku (50 Aqoidul iman) dan kita pegang tongkat (16 kalimah rasul) sebagai pegangan di jalan menuju
Kenyataan (Tajjali) Firman dan Hadist atau Kenyataan kebesaran Allah itu sendiri. Dengan kata lain
kita nyatakan perjalanan ini dengan :
Bermula dari : Laa ilaha ilallah
Berjalan dengan : Muhammadarasulullah laa haula wala quwata ilaa billah
Berakhir dengan : Inalillahi wa ina ilaihi rojiun
Harta yang Paling berharga Warisan Turun temurun Dari Tanah SERIWIJAYA PALEMBANG
DARUSALAM
Yang Tidak habis termakan waktu tidak akan hilang dari Zaman ke Zaman selalu Kokoh berdiri Tegap
Allahu Akbar
Bermula dari : Laa ilaha ilallah
Berjalan dengan : Muhammadarasulullah laa haula wala quwata ilaa billah
Berakhir dengan : Inalillahi wa ina ilaihi rojiun
Aku Qur'an tujuh Masani,
Aku Roh pusat Rohani,
Hatiku kutitip kepada insani,
Kepadanya kuberikan lidahku ini.
Laksana Hallaj Syamsul hakikat,
Mahabbah mendalam serta melekat,
Lahirlah "Ana al-haq" secara singkat,
Tidak berubah zat dan sifat
Bahr, Samudera. Setiap wujud sejatinya meng-ada di dalam “samudera” abadi ini. Renungkanlah
perlahan sekali…
44