You are on page 1of 71

LAPORAN TUGAS TEORI AKUNTANSI

TUGAS 5 : INCOME CONCEPT

Kelompok Empat:
NELLY EVIANA (023 16 4037)
WAHYU TRI KUSUMANINGRUM (023 16 4038)
ANNISA SETIAWAN (023 16 4042)
ALVINO MARIO HALOHO (023 16 4043)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TRISAKTI
2016

JAKARTA
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Income Concept...........................................................................3
1.1 Nature of Income.....................................................................3
1.2 Konsep Income.........................................................................7
2. Pengakuan Pendapatan (Income Recognition).............................18
2.1 Prinsip Pengakuan Pendapatan.............................................18
3. Kualitas Laba (Earning Quality)...................................................34
3.1 Penilaian Kualitas Laba...........................................................39
3.2 Karakteristik Kualitas Laba.....................................................40
4. Aset / Current Value Accounting..................................................43
4.1 Pengertian Aktiva / Aset.........................................................45
4.2 Karakteristik Aktiva................................................................46
4.3 Nilai Keluaran (Exchange Output Values).................................52
4.4 Nilai Masukan (Exchange Input Values)....................................53
4.5 KONSEP PENILAIAN SUATU ASET..............................................55
5. Income Statement / Laporan Laba Rugi.......................................56
5.1 Deskripsi Tentang Laba/Rugi...................................................56
5.2 Pendapatan (Revenue)...........................................................60
5.3 Biaya (Expense)......................................................................61
5.4 Laba......................................................................................61
5.5 Gains and Loss.......................................................................62
5.6 Bentuk Penyajian Laba Rugi....................................................63
BAB III SIMPULAN..............................................................................65
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN

Menurut Belkaoui, Laba merupakan suatu pos dasar dan


penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan
dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai
suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan
pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan
keputusan, dan unsur prediksi. Menurut Suwardjono, Laba akuntansi
dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan
antara lain sebagai:
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam
perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas
investasi (rate of retun on inuested capital).

2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.

3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.

4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu


negara.

5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam


perusahaan publik.

6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.

7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.

8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.

9. Dasar pembagian dividen.

2
Dari beberapa definisi di atas dapat didaftar karakteristik -
karakteristik atau kata kata kunci yang membentuk pengertian
pendapatan yang akan dibahas pada makalah ini.

3
Halaman 3 s.d 16
oleh
Wahyu Tri K
(023 16 4038)

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Income Concept
1.1Nature of Income

Menurut Suwardjono terdapat beberapa kata kunci yang


membentuk pengertian pendapatan. Yang membentuk pengertian
pendapatan adalah :
1. Aliran masuk atau kenaikan aset
2. Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral
yang menerus.
3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
4. Suatu entitas
5. Produk perusahaan
6. Pertukaran produk
7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa
bentuk.
8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Beberapa karakteristik di atas dikatakan merupakan
turunan/konsekuensi dsari atau dikandung secara implisit oleh kata
kunci yang lain. Karakteristik (3) sampai (8) sebenarnya merupakan
penjabaran atau konsekuensi dari ketiga karakteristik sebelumnya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik (1) dan (2)
merupakan karakteristik konsekuensi, pendukung, atau penjelas.
a. Kenaikan Aset
Aset dapat bertambah karena berbagai transaksi,
kejadian, atau keadaan sebagai berikut:
1. Transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan
investor.

5
2. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya
penjualan aset tetap, surat berharga, segmen bisnis, dan
anak perusahaan.
3. Hadiah, donasi atau temuan
4. Revaluasi aset yang telah ada
5. Penyediaan dan /atau penyerahan produk (barang dan
jasa)
Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran aset masuk
adalah jumlah rupiah kotor. Jumlah rupiah pendapatan dapat
berupa penjualan, imbalan jasa, bunga, dividen, royalitas, dan
sewa. Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset
merupakan pendefinisian dengan konsep aliran masuk.
Konsep ini mempunyai kelemahan karena pendapatan
dianggap baru ada setelah transaksi penjualan terjadi.dengan
kata lain pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi
pada saat tertentu dan bukan karena proses selama suatu
periode. Kelemahan lain adalah definisi ini mengacaukan
pengukuran dan penentuan saat pengakuan dengan proses
penciptaan pendapatan.
b. Operasi Utama Berlanjut
Kenaikan aset harus berasal dari aktivitas operasi dan
bukan dari aktivitas investasi maupun aktivitas pendanaan.
Aktivitas operasi ini diwujudkan dalam bentuk produksi dan
pengiriman barang kepala pelanggan atau menyediakan
berbagai jasa lainnya. Produk perusahaan yang dimaksudkan
harus diartikan sebagai seluruh jenis barang maupun jasa yang
disediakan atau diserahkan kepada pelanggan tanpa
memandang jumlah rupiah relatif setiap jenis produk tersebut
ataupun frekuensi produk tersebut dihasilkan. Pengertian
“operasi utama” dalam hal ini lebih ditekankan pada tujuan
perusahaan yaitu untuk menghasilkan produk atau jasa untuk

6
menghasilkan laba. Pengertian operasi utama merujuk pada
aktivitas perusahaan sebagaimana pengertian operasi dalam
arus kas yang mengklasifikasikan aktivitas perusahaan dalam 3
bentuk, yaitu: operasi investasi, dan pendanaan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pendapatan adalah kenaikan
aset yang berkaitan dengan operasi utama perusahaan dan
bukan dari hasil investasi dan ataupun pendanaan.
c. Penurunan Kewajiban
Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami
kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayarn di
muka dari pelanggan penerimaan ini bukan merupakan
pendapatan karena perusahaan belum melakukan prestasi
yang menimbulkan hak penuh atas aset yang diterima. Oleh
karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan
sebagai pendapatan tekterhak atau pendapatan tangguhan
yang statusnya adalah kewajiban sampaiada prestasi dari
perusahaan berupa pengirimkan barang atau pelaksanaan
jasa. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan
mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan.
Kejadian itu mengubah kewajiban menjadi pendapatan.
d. Suatu Entitas
Dimasukkan kata entitas atau perusahaan dalam
definisi mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut
dalam pendefinisian. Pendapatan didefinisikan sebagai
kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih. Jadi, aset
yang masuk itulah yang disebut pendapatan. Aset tersebut
dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi, karena hubungan
perusahaan dengan pemilik merupakan hubungan utang-
piutang, pada saat aset naik sebagai pendapatan utang
perusahaan kepada pemilik juga naik dengan jumlah yang

7
sama. Hal ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha
dianut dalam pendefinisian. Karena pendapatan didefinisikan
sebagai kenaikan aset bukan kenaikan ekuitas.
e. Produk Perusahaan
Pendapatan adalah produk perusahaan. Di sini
pendapatan didefinisikan secara fisis bukan moneter. Definisi
ini juga netral terhadap saat pengakuan. Aliran aset dari
pelanggan berfungsi hanya sebagai pengukur tetapi bukan
pendapatan itu sendiri; produk fisis yang dihasilkan oleh
kegiatan usaha itulah pendapatan. Pengertian semacam ini
sesuai dengan konsep upaya dan capaian (efford and
accomplishment) yaitu pendapatan merupakan capaian upaya
produktif perusahaan. Produk merupakan capaian dari tiap
kegiatan produktif. Dengan pengertian ini, pendapatan
terbentuk atau terhimpun bersamaan dengan atau selama
kegiatan produktif tanpa harus menunggu kejadian atau saat
penyerahan produk kepada pelanggan.
Ada dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu
aliran fisis dan moneter. Pendapatan merupakan aliran masuk
aset (unit moneter dan hal tersebut berkaitan dengan aliran
fisis berupa penyerahan produk (output) perusahaan. Kedua
aliran tersebut yaitu:
a. Aliran fisis berupa :
• Kejadian memproduksi dan menjual produk
 Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.
b. Aliran moneter berupa :
• Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena
produksi atau penjualan produk ke konsumer.
 Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang
dihasilkan atau dijual.

8
f. Pertukaran
Ini dikarenakan pendapatan akhirnya harus dinyatakan
dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem
pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah
kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau
pertukaran antara pihak independen.
g. Berbagai bentuk dan Nama
Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan
mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama
apapun. Pendapatan untuk perusahaan perdagangan
misalnya disebut dengan penjualan.

Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi


yang sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan
penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba. Karakteristik
dari pengertian laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa
keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi yang
dikemukakan oleh (Belkaoui) adalah:

1. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi


bermanfaat bagi para pemakainya dalam pengambilan
keputusan ekonomi.

2. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif


dapat diuj kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi
nyata yang didukung oleh bukti.

3. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan


laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme.

9
4. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian
terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen.

1.2 Konsep Income

a. Konsep Income dalam Aspek Tataran (Level) Semiotika

Sebagai salah satu elemen akuntansi, laba digunakan sebagai


informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan
keuangan. Oleh karena itu, konsep laba harus dipahami sebagai
suatu bahasa yang dapat dikomunikasikan maksudnya kepada
para pengguna. Dalam tataran Semiotika (Semantik, Sintaktik,
dan Pragmatik) konsep laba didefinisikan dan diinterpretasikan
menjadi tiga teori yaitu :

1. Konsep Income dalam Tataran Semantik

Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan


masalah makna yang harus dilekatkan oleh perekayasa
laporan pada simbol atau elemen biaya sehingga laba
bermanfat dan bermakna sebagai informasi. Pada tataran ini,
teori menekankan makna yang harus dimiliki oleh konsep
laba, seperti teori tentang aset, realitas, atau kegiatan
perusahaan yang diinterpretasikan oleh laba. Laba harus
dapat memberikan informasi kepada para pengguna laporan
keuangan mengenai berbagai teori, misalnya kenaikan
jumlah asset dan efektivitas kegiatan produksi perusahaan.
Berbagai implementasi laba dalam tataran semantik yaitu :
a. Pengukur Kinerja
Laba dapat diinterpretasikan sebagai pengukur efisiensi
bila dihubungkan dengan tingkat investasi karena kedua
hal tersebut secara konseptual merupakan suatu

10
hubungan. Dalam pengukuran kinerja, laba dapat
mempresentasikan efisiensi kinerja tersebut dengan
menentukan ROI (Return on Investment) dan ROA
(Return on Asset) sebagai dasar pengukuran efisiensi.
b. Konfirmasi Harapan Investor
Kondisi pasar yang efisien atau tidak efisien akan sangat
mempengaruhi prediksi atau harapan investor mengenai
laba yang akan diperoleh, sehingga keputusan yang
akan diambil dalam melakukan sebuah investasi juga
akan terpengaruh. Hal ini berarti informasi mengenai
laba dapat dijadikan sarana untuk pengambilan
keputusan investasi yang akan dilakukan.
c. Estimator Laba Ekonomi
Laba ekonomik adalah laba dari kaca mata
investor yang digunakan untuk menilai investasi.
Penilaian laba ekonomik harus menggunakan informasi
yang tersaji dalam pelaporan laba akuntansi, sehingga
dharapkan laba akuntansi dapat digunakan sebagai
estimasi laba ekonomik. Laporan keuangan diharapkan
cukup menyediakan informasi laba dan aliran kas yang
layak serta menyerahkan analisis dan perhitungan laba
kepada investor.

2. Konsep Income dalam Tataran Sintaktik

Konsep laba dalam tataran sintaktik berkaitan dengan


konsep laba yang harus diungkapkan dalam bentuk standar
dan prosedur akuntansi yang mantap serta objektif,
sehingga angka laba dapat diukur dan disajikan dalam suatu
laporan keuangan. Pada tataran ini, teori menekankan
bahwa makna laba secara sintaktik adalah selisih

11
pengukuran dan perbandingan antara pendapatan dan
biaya. Pengukuran dalam arti luas meliputi saat pengakuan
dan prosedur pengakuan. Kriteria atau pendekatan dalam
pengukuran laba dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Pendekatan Transaksi (Cash Basis)
Dalam pendekatan ini, laba diukur dan diakui
pada saat terjadinya transaksi dan kemudian
terakumulasi sampai akhir periode. Pengukuran dan
pengakuan laba juga akan paralel dengan kriteria
pengakuan pendapatan dan biaya. Pengakuan laba atas
dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan

pendapatan atas dasar kriteria terealisasi dan sama


dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi
manfaat. Pendekatan ini memiliki berbagai keunggulan
misalnya jumlah rupiah aset dan kewajiban secara
otomatis tersedia pada akhir periode serta perubahan
aset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang
diakui secara objektif.
b. Pendekatan Kegiatan (Accrual Basis)
Dalam pendekatan ini, laba dianggap timbul
bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan perusahaan
dan bukan sebagai hasil suatu transaksi. Pendekatan ini
paralel dengan konsep penghimpunan sebagai basis
akrual pendapatan. Dengan konsep ini, laba dapat
dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan
dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti
luas (produksi, penjualan, dan pengumpulan kas)
walaupun secara realisasi belum terjadi transaksi secara
real. Pendekatan ini memiliki keunggulan dalam

12
membantu management melakukan analisis internal
seperti mengukur efisiensi dan profitabilitas setiap
kegiatan operasional perusahaaan.
c. Pendekatan Pertahanan Kapital
Dalam konsep pertahanan kapital, laba
merupakan konsekuensi dari pengukuran kapital pada
dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen
laba diukur atas dasar pendekatan aset-kewajiban. Dua
pendekatan yang dibahas sebelumnya merupakan
pendekatan pendapatan-biaya dalam pengukuran dan
penilaian elemen neraca (aset dan kewajiban). Nilai aset
dan kewajiban merupakan konsekuensi dari pengukuran
pendapatan dan biaya atas dasar konsep perbandingan.
Laba berdasarkan pendekatan ini berarti perbedaan nilai
kapital pada dua saat yang berbeda atau kenaikan
kapital dalam suatu periode.

3. Konsep Income dalam Tataran Pragmatik

Konsep laba dalam tataran pragmatik berkaitan dengan


pengaruh informasi laba terhadap perubahan perilaku para pemakai
laporan keuangan. Pada tataran ini, teori menekankan pada
pembahasan reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi.
Misalnya suatu kejadian pengumuman laba oleh perusahaan,
dikatakan mengandung informasi jika pesan tersebut menyebabkan
perubahan keyakinan para pengguna laporan dan menyebabkan
adanya suatu tindakan tertentu. Apabila tindakan tersebut dapat
diyakini sebagai reaksi atas kejadian pengumuman laba tersebut,
maka informasi laba dapat dikatakan memiliki manfaat.

13
Bila dikaitkan dengan teori positif-normatif, tataran sintaktik
dan semantik pada umumnya bersifat normatif, sedangkan teori
pragmatik akan lebih bersifat positif. Teori pragmatik juga sering
diklasifikasikan sebagai akuntansi keperilakuan (behavioral
accounting) karena pokok bahasan pada umumnya adalah perilaku
manusia dalam kaitannya dengan informasi. Pendekatan dalam
proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau tindakan
dapat bersifat deduktif maupun induktif.

a. Pendekatan Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang


berawal dari suatu pernyataan umum yang disepakati
(premis) ke pernyataan khusus sebagai kesimpulan (konklusi).
Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis
penalaran dapat berasal dari teori, prinsip, konsep, doktrin,
atau norma yang dianggap benar, baik, dan relevan dalam
kaitannya dengan tujuan penyimpulan. Penalaran deduktif
dalam akuntansi digunakan untuk memberi penjelasan dan
dukungan terhadap kelayakan suatu pernyataan akuntansi.

b. Pendekatan Penalaran Induktif

Penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran


deduktif. Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan yang
khusus dan berakhir dengan pernyataan umum yang
merupakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut.
Penalaran induktif dalam akuntansi digunakan untuk
menghasilkan pernyataan umum yang menjadi penjelasan
atau teori terhdap gejala akuntansi tertentu.

14
b. Konsep Income secara Ekonomi dan Akuntansi

Income atau laba dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu
dilihat dari sisi ekonomi dan sisi akuntansi.

1. Konsep Laba Ekonomi (Economic Income)

Laba dari sisi ekonomi murni didefinisikan sebagai


peningkatan kekayaan seorang investor dari hasil penanaman
modalnya, setelah dikurangi seluruh biaya yang berhubungan
dengan penanaman modal tersebut.Pada laba ekonomi dikenal
konsep Capital Maintenance. Konsep ini menyatakan bahwa laba
muncul setelah modal yang dikeluarkan masih ada atau biaya telah
tertutupi atau setelah terjadi pengembalian modal.Konsep ini
dinyatakan dalam ukuran uang yang disebut Financial Capital atau
dalam ukuran tenaga beli yang disebut Physical Capital. Kedua
ukuran tersebut menghasilkan empat konsep yaitu :

1.1Dalam ukuran uang (Financial Capital)


a. Money Maintenance
 Diukur menurut unit modal keuangan diinvestasikan
 Laba menurut konsep ini merupakan perubahan net asset
dengan
menyesuaikan transaksi modal yang dijabarkan dalam
satuan uang
 Sama dengan konsep akuntansi konvensional.
b. General Purchasing Power Money Maintenance
 Diukur dengan jumlah unit daya beli yang sama.
 Laba menurut konsep ini adalah perubahan net asset setelah

15
disesuaikan transaksi modal yang diukur dengan tenaga
beli yang sama.
 Sama dengan konsep GPLA (General Price Level Adjusted)
Historical Cost Accounting.
1.2 Dalam ukuran tenaga beli umum (Physical Capital)
a. Productive Capacity Maintenance
 Modal fisik diukur dalam jumlah unit uang.
 Kapasitas produksi diartikan sebagai kapasitas fisik dan
kapasitas untuk berproduksi.
 Sama dengan konsep Current Value Accounting.
b. General Purchasing Power, Productive Capacity Maintenance
 Diukur dengan unit tenaga beli yang sama.
 Kapasitas produksi fisik perusahaan yang diukur dalam unit
tenaga beli yang sama, dipertahankan, dan dipelihara.
 Sama dengan konsep GPLA Current Value Accounting.
2. Konsep Laba Akuntansi (Accounting Income)

Laba dari sisi akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara


harga penjualan dan biaya produksi.

2.1 Definisi Laba Akuntansi

Laba Akuntansi merupakan perbedaan antara realisasi


penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode
tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan penghasilan tersebut. Menurut Belkaoui, laba
akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan
antara pendapatan realisasi yang timbul dari transaksi periode
tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya.

2.2 Sifat Laba Akuntansi

Definisi laba menurut Belkaoui mengandung lima sifat yaitu:

16
a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-
benar terjadi yaitu timbulnya pendapatan dan biaya
untuk mendapatkan pendapatan tersebut
b. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik”
laba, artinya merupakan prestasi perusahaan dalam
bidang keuangan pada periode tertentu
c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang
memerlukan pengukuran dan pengakuan
d. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap
biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan
perusahaan.
e. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip “matching”
artinya hasil pendapatan dikurangi biaya yang
dikeluarkan dalam periode yang sama.
2.3 Konsep Laba Akuntansi

Pada laba akuntansi dikenal konsep Replacement Cost Income


dengan dua komponen laba yaitu :
1) Current oprating profit : Perhitungan dari pengurangan biaya
pengganti (replacement cost) dari penghasilan
2) Realized holding gain and loss : Perhitungan perbedaan antara
replacement cost barang yang dijual dengan biaya historis barang
yang sama.
Konsep Laba dapat dilihat dari sisi kelompok penerimanya. Konsep
laba apabila dilihat dari sisi kelompok yang menerimanya terdapat
5 konsep laba, yaitu:
a. Value added concept of income
Kelompok penerima: karyawan, kreditor, pemerintah.
b. Enterprise’s net income
Kelompok penerima: pemegang saham, pemegang obligasi,
pemerintah
c. Net income to investor

17
Kelompok penerima: pemegang saham dan pemegang
obligasi.
d. Net income to shareholder
Kelompok penerima: pemegang saham biasa dan pemegang
saham istimewa.
e. Net income to residual equity holder’s
Kelompok penerima: pemegang saham biasa.

Income bisa bermacam-macam bentuknya, yang biasanya


didiskusikan dalam banyak buku literatur adalah tiga konsep berikut
:

1. Psychic income, yaitu kepuasan atas keinginan manusia

2. Real income, yaitu peningkatan kekayaan

3. Money income, yaitu kenaikan nilai moneter suatu sumber


daya

Para ekonom sependapat bahwa tujuan pengukuran income adalah


untuk menentukan berapa banyak suatu entitas menjadi lebih baik
dalam suatu periode, maka dari itu penentuan Real Income menjadi
fokus para ekonom.

18
Halaman 17 s.d. 32
oleh
Annisa Setiawan
(023164042)

19
2. Pengakuan Pendapatan (Income Recognition)

Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi


kedalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi
dalam statement keuangan. Pengertian atau definisi pendapatan
harus di pisahkan dengan pengakuan pendapatan bahkan
pengertian pendapatan sebenernya juga harus di pisahkan dengan
pengukuran pendapatan. Dengan demikian, suatu jumlah yang
memenuhi definisi pendapatan tidak dengan sendirinya jumlah
tersebut diakui (dicatat secara resmi) sebagai pendapatan.
Pendapatan sebagai produk perusahaan tidak mengisyaratkan
berapa jumlahnya dan kapan harus di catat tetapi lebih
mengisyaratkan bahwa pendapatan memang ada atau terwujud (to
exist). Definisi tersebut lebih difokuskan pada eksistensi
pendapatan.
Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari
landasan konseptual. Oleh karena itu, secara konseptual
pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas
keterukuran (measurability) dan keterandalan (reliability). Kualitas
tersebut harus di operasionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan
pendapatan (recognition criteria). Sebagai produk perusahaan,
kriteria keterukuran berkaitan dengan masalah berapa jumlah
rupiah produk tersebut dan kriteria keterandalan.

2.1 Prinsip Pengakuan Pendapatan

Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan


adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Pada prinsip

20
pengakuan pendapatan (revenue recognation principle), umumnya
pendapatan diakui pada saat:

(1) direalisasikan atau dapat direalisasikan, dan


(2) dihasilkan (earned)
Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa:
1. Pendapatan dianggap direalisasikan apabila barang dan jasa,
barang dagangan, atau harta lain ditukar dengan kas atau
klaim atas kas; Pendapatan dianggap dapat direalisasikan
apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran segera dapat
konversi (siap ditukar) menjadi kas atau klaim atas kas
dengan jumlah yang diketahui;

2. Pendapatan dianggap dihasilkan (earned) apabila entitas


bersangkutan pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang
seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang
dimiliki oleh pendapatan itu, yakni apabila proses
menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya telah
selesai.
Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan
prinsip di atas, yaitu :
1. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal
penjualan, yang biasanya diinterpretasikan sebagai tanggal
penyerahan pada pelanggan.

2. Pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa diakui


ketika jasa-jasa itu telah dilaksanakan dan dapat ditagih.

3. Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan


aktiva perusahaan seperti bunga, sewa dan royalti diakui

21
sesuai dengan berlakunya waktu atau ketika aktiva itu
digunakan.

4. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada


tanggal penjualan

Pengukuran pendapatan menurut Ikatan Akuntan Indonesia


(IAI) adalah diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
yang dapat diterima. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 23 tentang pendapatan menyatakan bahwa
pendapatan timbul dari peristiwa ekonomi berikut ini :
(1) Penjualan barang;
(2) Penjualan jasa;
(3) Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalty, dan deviden.
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui jika :
1. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan
telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada
pembeli;

2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan


pengendalian efektif atas barang yang dijual;

3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;

4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan


dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut;
dan

5. Biaya yang terjadi dan akan terjadi sehubungan dengan


transaksi dapat diukur dengan andal.

22
Pendapatan yang berhubungan dengan transaksi
penjualan jasa yang dapat diestimasi dengan andal (bebas dari
pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakaiannya sebagai pemakaian yang tuluis dan
jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan) harus diakui dengan acuan pada
tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.

Suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal jika :

1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan


transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan;

2. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi dari tanggal neraca


dapat diukur dengan andal;

3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;

4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk


penyelesaian transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

Bila transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat


diestimasi dengan handal, pendapatan yang diakui hanya berkaitan
dengan beban yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali.

Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh


pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan dividen
harus diakui atas dasar :

1. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang


memperhitungkan hasil efektif aktiva tersebut;

23
2. Royalty harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan
substansi perjanjian yang relevan; dan

3. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai diakui bila


hak pemegang saham untuk menerima pembayaran
ditetapkan.

Pengakuan atas dasar tersebut dilakukan bila :

(1) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan


dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan; dan
(2) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Namun bila ketidakpastian timbul tentang kolektibilitas
sebesar jumlah yang telah masuk dalam pendapatan,
jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah pemulihannya
atau pengembaliannya tidak lagi besar kemungkinan, diakui
sebgai beban, dari pada penyesuaian jumlah pendapatan yang
diakui semula.
Semua pernyataan di atas mengurai sifat konseptual dari
pendapatan dan merupakan dasar akuntansi untuk transaksi
pendapatan. Dalam praktik-praktik pengakuan pendapatan,
adakalanya pendapatan diakui pada saat lain dalam proses
menghasilkan laba, yang sebagian besar diakibatkan oleh:
(1) keinginan untuk mengakui lebih awal (recognize earlier) jika
terdapat tingkat kepastian yang tinggi mengenai jumlah
pendapatan yang dihasilkan, dan
(2) keinginan untuk menangguhkan pengakuan pendapatan
jika tingkat ketidakpastian mengenai jumlah pendapatan
atau biaya cukup tinggi.
Pengakuan pendapatan yang sering dilakukan perusahaan terdiri
dari :

24
(1) Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan);
(2) Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan;
(3) Pengakuan pendapatan setelah penyerahan;
(4) Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan khusus –
waralaba dan konsinyasi.
Berikut penjelasan dari keempat pengakuan pendapat di atas :
1. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan)
Pendapatan dari aktivitas pabrikasi serta penjualan umumnya
diakui pada saat penjualan (point of sell) yang biasanya
berarti terjadi penyerahan. Namun timbul masalah dalam
pelaksanaannya yang disebabkan oleh tiga situasi yaitu :
a) Penjualan dengan Perjanjian Beli Kembali
Dalam situasi ini, hak milik legal telah berpindah
pada pembeli namun resiko kepemilikan tetap berada
pada penjual. Untuk itu jika terjadi perjanjian beli
kembali dengan harga tertntu dan harga tersebut dapat
menutupi semua biaya persediaan ditambah biaya
kepemilikan yang terkait, maka persediaan dan
kewajiban yang terkait itu tetap ada dalam pembukuan
penjualan dengan kata lain tidak terjadi penjualan.
b) Penjualan dengan hak retur
Perlakuan akuntansi untuk situasi seperti ini
sebenarnya normal, namun jika tingkat retur tinggi
maka perlu dilakukan penundaan pelaporan penjualan
sampai hak retur habis masa berlakunya. Untuk itu
terdapat tiga metode pengakuan pendapatan
alternative jika penjual mengalami situasi ini yaitu :
(1) Tidak mencatat penjualan sampai seluruh hak retur
habis masa berlakunya;
(2) Mencatat penjualan, tetapi mengurangi penjualan
dengan estimasi retur dimasa depan; dan

25
(3) Mencatat penjualan serta memperhitungkan retur
pada saat terjadi.
Jika terjadi penjualan dengan hak retur maka
pendapatan dari transaksi penjualan diakui pada saat
penjualan jika memenuhi keenam kondisi sebagai
berikut :
(1) Harga penjual kepada pembeli relatif tetap (fixed)
atau dapat ditentukan pada tanggal penjualan;
(2) Pembeli sudah membayar penjual, atau pembeli
berkewajiban untuk membayar penjual, dan kewajiban
itu tidak bergantung pada penjualan kembali produk
tersebut;
(3) Kewajiban pembeli pada penjual tidak akan berubah
apabila terjadi pencurian atau kerusakan atau rusaknya
fisik produk;
(4) Pembeli yang memperoleh produk untuk dijual
kembali memiliki substansi ekonomi yang terpisah dari
yang diberikan oleh penjual;
(5) Penjual tidak memiliki kewajiban yang signifikan atas
kinerja masa depan yang secara langsung
menyebabkan penjualan kembali produk itu oleh
pembeli; dan
(6) Jumlah retur dimasa depan dapat diestimasi secara
layak.
Jika pendapatan penjualan dan harga pokok
penjualan tidak diakui karena keenam kondisi tidak
dipenuhi harus diakui ketika hak retur secara
substansial telah habis masa berlakunya atau kemudian
keenam kondisi ini dapat dipenuhi.

c) Trade Loading

26
Trade Loading dan Channel Stuffing merupakan
praktik yang gila, licik, dan tidak ekonomis melalui
praktik ini pabrikan membujuk (dengan penjualan, laba,
dan pangsa pasar yang sebenarnya tidak mereka miliki)
pelanggan mereka untuk membeli produk dari pada
yang bisa mereka jual kembali atau dengan kata lain
mencatat pembukuan hari ini untuk pendapatan yang
akan datang.

2. Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan

Contoh yang paling konkrit dari pengakuan pendapatan


sebelum penyerahan adalah ”akuntansi kontrak konstruksi
jangka panjang”. Kontrak jangka panjang sering kali
menetapkan bahwa penjual (kontraktor) dapat menagih
pembeli pada selang waktu ketika berbagai tahap dari proyek
yang telah dicapai. Terdapat dua metode akuntansi untuk
kontrak kontruksi jangka panjang yang diakui oleh profesi
akuntansi, yaitu :
a) Metode persentase penyelesaian
Pendapatan dan laba kotor diakui setiap periode
berdasarkan kemajuan proses kontruksi, yaitu
persentase penyelesaian.
Metode ini digunakan hanya jika estimasi kemajuan
kearah penyelesaian, pendapatan, serta biaya secara
layak dapat dipercaya, dan memenuhi syarat-syarat
berikut :
(1) Kontrak itu secara jelas menetapkan hak-hak yang
dapat dipaksakan pemberlakuannya mengenai
barang atau jasa yang diberikan dan diterima oleh
pihak yang terlibat dalam kontrak, imbalan yang

27
akan dipertukarkan, serta cara dan cara
penyelesaian;
(2) Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi semua
kewajiban dalam kontrak; dan
(3) Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan
kewajiban kontraktual tersebut.
b) Metode kontrak selesai
Pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada
saat kontrak diselesaikan. Metode ini hanya digunakan
jika:
(1) Suatu entitas terutama memiliki kontrak jangka
pendek, atau
(2) Syarat-syarat untuk menggunakan metode
persentase penyelesaian tidak dapat terpenuhi,
atau
(3) Terdapat bahaya yang melekat dalam kontrak itu
di luar resiko bisnis normal dan berulang.

3. Pengakuan pendapatan setelah penyerahan


Dalam beberapa kasus, hasil penagihan atas harga jual tidak
dapat dipastikan secara layak sehingga pengakuan pendapatan
akan ditangguhkan. Ada dua metode yang dapat digunakan
dalam menagguhkan pengakuan pendapatan sampai kas
diterima, yaitu :
(1) Metode akuntansi penjualan cicilan dan
(2) Metode pemulihan biaya.
a) Metode akuntansi penjualan cicilan (installment sales method)
Dalam metode akuntansi penjualan cicilan mengakui
laba dalam periode penagihan bukan dalam periode

28
penjualan. Metode akuntansi penjualan cicilan dibenarkan
atas dasar bahwa jika tidak ada pendekatan yang layak untuk
mengestimasi tingkat ketertagihan, pendapatan tidak boleh
diakui sampai kas berhasil ditagih.
b) Metode pemulihan biaya (cost recovery method)
Dalam metode pemulihan biaya, tidak ada laba yang
diakui sampai pembayaran kas oleh pembeli melebihi harga
pokok barang dagang yang dijual bagi penjual. Setelah
seluruh biaya dipulihkan, setiap penagihan kas tambahan
dimasukkan dalam laba. Laporan laba rugi untuk periode
penjualan melaporkan pendapatan penjualan, harga pokok
penjualan, serta laba kotor baik jumlah yang diakui selama
periode berjalan maupun jumlah yang ditangguhkan. Laba
kotor yang ditangguhkan dikurangkan dari piutang terkait
dengan neraca. Laporan laba rugi selanjutnya melaporkan
laba kotor sebagai pos pendapatan terpisah apabila laba kotor
diakui pada saat dihasilkan.
Dalam beberapa situasi kas diterima sebelum
penyerahan atau pengalihan properti dan dicatat sebagai
simpanan karena transaksi penjualan tersebut belum selesai.
Cara ini disebut metode simpanan (deposit method). Menurut
metode ini penjualan melaporkan kas yang diterima dari
pembeli sebagai uang tanggungan atas kontrak dan
mengklasifikasikannya dalam neraca. Selain itu, penjual juga
mencatat beban penyusutan sebagai biaya periode untuk
properti tersebut.Menurut metode ini tidak ada pendapatan
atau laba yang harus diakui sampai penjualan selesai. Pada
saat itu akun simpanan ditutup dan salah satu metode
pengakuan pendapatan diatas diterapkan.

29
4. Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan khusus
a) Waralaba
Perusahaan waralaba memperoleh pendapatan dari
sumber-sumber berikut, yaitu :
(1) dari penjualan waralaba awal dan aktiva atas jasa
terakit; dan
(2) dari iuran (fee) berkesinambungan yang didasarkan
pada pengoperasian waralaba.
Franchisor adalah pihak yang memberikan hak bisnis
dalam
waralaba, dan franchisee adalah pihak yang
megoperasikan
bisnis warlaba. Dalam perjanjian waralaba iuran awal
dicatat sebagai pendapatan hanya bila dan ketika
franchisor melaksanakan pelaksanaan substansial jasa
yang wajib ia laksanakan dan penagihan iuran dapat
dipastikan secara layak. Iuran waralaba yang
berkesinambungan diakui sebagai pendapatan saat
dihasilkan dan dapat ditagih dari franchisee.
b) Konsinyasi
Dalam perjanjian konsinyasi, Consignor (pabrikan)
mengirim barang dagang kepada Consignee (dealer) yang
bertindak sebagai agen yang menerima barang dagang dan
setuju untuk menjual dan menjaga barang tersebut. Kas
yang diterima dari pelanggan dikirim kepada consignor
setelah dikurangi komisi penjualan dan semua beban yang
dapat dikenakan. Pendapatan hanya diakui setelah consignor
menerima pemberitahuan penjualan dan pengiriman kas dari
consignee.
Sesuatu dikatakan sebagai pendapatan jika berasal dari:

30
– Penjualan barang
– Penjualan jasa
– Penggunaan asset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalty, dan deviden.
Penjualan barang ini meliputi barang yang diproduksi
(manufactured) atau barang yang dibeli dengan tujuan dijual
kembali dalam suatu siklus operasi entitas. Permasalahan yang
mungkin timbul dari pengakuan pendapatan adalah kapan
pendapatan bisa diakui oleh suatu entitas. Menurut kriteria
pengakuan pendapatan yang terdapat dalam PSAK 23, suatu entitas
dapat mengakui pendapatan jika memenuhi kriteria di bawah ini:

 Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan


barang secara signifikan kepada pembeli.

 Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya


terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan
pengendalian efektif atas barang yang dijual.

 Jumlah pendapatan dapat diukur secara handal

 Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan


transaksi tersebut mengalir ke entitas dan,

 Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan


transaksi penjualan tersebut dapat diukur secara handal.

IFRS menyebutkan bahwa entitas harus memenuhi dua kriteria


yang tidak boleh dipisahkan dalam mengakui pendapatan yaitu:

a) Risiko yang melekat pada pada barang dan jasa (yang


diperjualbelikan) berpindah ke pembeli

31
b) Ketentuan a akan tidak berlaku jika barang atau jasa yang
diserahkan secara penuh (dan risiko yang melekat pada
barang/jasa tersebut berpindah ke pembeli) namun kepastian
pembayaran dari pembeli tidak dapat di ukur secara handal,
maka entitas belum dapat mengakuinya sebagai pendapatan.

Dalam hal ini ada yang berpendapat bahwa ketentuan


tentang kriteria pengakuan pendapatan lebih mengarah ke cash
basis, tapi memang bisa diidentifikasikan mengarah ke cash basis,
tetapi bisa juga diterapkan untuk accrual basis karena jika suatu
entitas bisa mengidentifikasikan dengan handal berapakah jumlah
pendapatan yang akan di terima dan berapakah jumlah biaya yang
timbul atas transksi tersebut maka entitas bisa mengakui
pendapatan tidak terpaku pada berapakah jumlah yang telah
diterima oleh entitas tersebut.
Jika penjualan barang secara konsinyasi apakah pendapatan
atas penjualan tersebut tidak bisa kita akui sebagai pendapatan
karena pada penjualan konsinyasi, tidak terdapat perpindahan risiko
baik secara keseluruhan atau secara signifikan dibuktikan dengan
masih diakuinya penjualan konsinyasi tersebut sebagai persediaan
penjual, kemudian penjual juga belum bisa memastikan berapakah
jumlah barang yang terjual.
Pada kasus lain, biasanya ketika terjadi penjualan barang
disertakan perjanjian mengenai retur karena barang rusak atau
barang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh pembeli,
dalam hal ini menurut ketentuan PSAK 23, penjual bisa saja
mengakui pendapatan atas penjualan barang tersebut selama:

1. Penjual bisa mengestimasi berapakah jumlah retur secara


handal

32
2. Biaya yang menyertai penjualan dan retur tersebut bisa
diestimasi

Jika kedua kriteria diatas tidak bisa dipenuhi oleh penjual


maka penjual belum bisa mengakui pendapatan, namun biaya yang
timbul dalam rangka memperoleh pendapatan harus diakui sebagai
beban berjalan.
Penentuan kapan entitas telah memindahkan risiko dan
manfaat kepemilikan secara signifikan kepada pembeli memerlukan
pengujian. Pada umumnya, pemindahan risiko dan manfaat
kepemilikan terjadi pada saat yang bersamaan dengan pemindahan
hak milik atau penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli.
Seperti misalnya pada transaksi penjualan secara ecer, dalam kasus
lain pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat
yang berbeda dengan pemindahan hak milik atau penguasaan atas
barang tersebut. Jika entitas menahan risiko signifikan dari
kepemilikan, maka transaksi tersebut bukanlah penjualan dan
pendapatan tidak diakui. Entitas dapat menahan risiko dan manfaat
kepemilikan secara signifikan dalam berbagai cara, diantaranya
adalah:
a. Jika entitas menahan kewajiban sehubungan dengan
pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak
dijamin oleh ketentuan jaminan normal.
b. Jika penerimaan pendapatan dari penjualan bergantung
pada pendapatan pembeli dari penjualan barang yang
bersangkutan.
c. Jika pengiriman barang barang bergantung pada
instalasinya dan instalasi tersebut merupakan bagian
signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan entitas dan

33
d. Jika pembeli berhak membatalkan pembelian berdasarkan
alasan yang ditentukan dalam kontrak dan entitas tidak dapat
memastikan apakah akan terjadi retur.
Sebaliknya jika entitas yang menjual barang hanya menahan
risiko tidak signifikan atas kepemilikan, maka transaksi tersebut
adalah penjualan dan pendapatan dapat diakui.Misalnya entitas
yang hanya menahan risiko yang tidak signifikan dari kepemilikan
dalam hal penjualan eceran dengan syarat dapat dikembalikan jika
pelanggan tidak puas dan penjual dapat mengestimasi secara
handal berapakah jumlah penjualan yang kembali (jumlah retur)
berdasarkan data historis yang ada.
Jika dalam suatu transaksi penjual tidak dapat mengestimasi
berapakah jumlah penjualan yang mungkin akan terjadi dan penjual
juga tidak bisa mengestimasi berapakah biaya yang timbul setiap
imbalan yang masuk atas penjualan tersebut tidak boleh diakui
sebagai pendapatan tetapi diakui sebagai kewajiban (pendapatan
diterima dimuka, dicatat disisi kewajiban).
Pada penjualan jasa, kriteria yang ditentukan sama dengan
penjualan barang yang telah dijelaskan diatas, namun untuk
penjualan jasa konstruksi diatur tersendiri pada PSAK 34 “Akuntansi
Kontrak Konstruksi”.
Diatas disebutkan bahwa PSAK 23 ini juga mengatur
pendapatan yang berupa bunga, royalty, dan dividen. Kriteria
pengakuan pendapatan untuk ketiga hal ini secara garis besar
masih sama dengan kriteria pengakuan pendapatan yang telah
dijelaskan diatas, namun secara spesifik bunga, royalty dan dividen
bisa diakui sebagai pendapatan jika kemungkinan besar manfaat
ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke
entitas;dan Jumlah pendapatan dapat diukur secara handal.

34
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:
1. Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif
sebagaimana dijelaskan dalam PSAK 55 (revisi 2006).
Instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran .

2. Royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi


perjanjian yang relevan;dan

3. Dividen diakui jika pemegang hak saham pasti akan


mendapatkan pembayaran yang telah ditetapkan sesuai
dengan perjanjian.

Ketentuan lain menyebutkan jika pendapatan bunga yang


belum dibayar telah diakru sebelum pembelian investasi yang
berbunga, maka penerimaan bunga kemudian dialokasikan antara
periode sebelum dan sesudah pembelian dan hanya bagian setelah
pembelian yang diakui sebagai pendapatan. Royalti diakru sesuai
dengan syarat perjanjian yang relevan dan pendapatan juga diakui
umumnya dengan dasar tersebut kecuali dengan memperhatikan
substansi perjanjian akan lebih sesuai untuk mengakui pendapatan
atas dasar sistematis dan rasional lain.
Dalam hal pengungkapan pendapatan di dalam laporan
keuangan, entitas harus mengungkapkan beberapa hal berikut ini:

a. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan


pendapatan, termasuk metode yang digunakan untuk
menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa;

b. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang


diakui selama periode tersebut, termasuk pendapatan yang

35
berasal dari: penjualan barang, penjualan jasa, bunga,
royalty, dan dividen.

c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang


atau jasa yang tercakup dalam setiap kategori signifikan dari
pendapatan.

Halaman 34 s.d 50
oleh
Alvino Mario Haloho
(023164043)

36
3. Kualitas Laba (Earning Quality)

Kualitas laba adalah jumlah yang dapat dikonsumsi dalam


satu periode dengan menjaga kemampuan perusahaan pada awal
dan akhir periode tetap sama. Dalam literatur penelitian akuntansi,
terdapat berbagai pengertian kualitas laba dalam perspektif
kebermanfaatan dalam pengambilan keputusan (decision
usefulness). kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara
menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan: sifat runtun-waktu
dari laba, karakteristik kualitatif dalam rerangka konseptual,
hubungan laba-kas-akrual, dan keputusan implementasi. Kualitas
laba yang secara benar dan akurat menggambarkan profitabilitas
operasional perusahaan. Kelompok penentuan kualitas laba ini
dapat diikhtisarkan sebagai berikut.:

1. Berdasarkan sifat runtun-waktu laba, kualitas laba meliputi:


persistensi, prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan
variabilitas.

Atas dasar persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang


persisten yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat
permanen dan tidak bersifat transitori. Persistensi sebagai
kualitas laba ini ditentukan berdasarkan perspektif
kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan khususnya
dalam penilaian ekuitas. Kemampuan prediksi menunjukkan
kapasitas laba dalam memprediksi butir informasi tertentu,
misalnya laba di masa datang. Dalam hal ini, laba yang
berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai kemampuan
tinggi dalam memprediksi laba di masa datang. Berdasarkan

37
konstruk variabilitas, laba berkualitas tinggi adalah laba yang
mempunyai variabilitas relatif rendah atau laba yang smooth.

2. Kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang


dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi
dengan laba, perubahan akrual total, estimasi
abnormal/discretionary accruals (akrual abnormal/ DA), dan
estimasi hubungan akrual-kas.

Dengan menggunakan ukuran rasio kas operasi dengan laba,


kualitas laba ditunjukkan oleh kedekatan laba dengan aliran
kas operasi. Laba yang semakin dekat dengan aliran kas
operasi mengindikasikan laba yang semakin berkualitas.
Dengan menggunakan ukuran perubahan akrual total, laba
yang berkualitas adalah laba yang mempunyai perubahan
akrual total kecil. Pengukuran ini mengasumsikan bahwa
perubahan total akrual disebabkan oleh perubahan
discretionary accruals. Estimasi discretionary accruals dapat
diukur secara langsung untuk menentukan kualitas laba.
Semakin kecil discretionary accruals semakin tinggi kualitas
laba dan sebaliknya. Selanjutnya, keeratan hubungan antara
akrual dan aliran kas juga dapat digunakan untuk mengukur
kualitas laba. Semakin erat hubungan antara akrual dan
aliran kas, semakin tinggi kualitas laba.

3. Kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif


Rerangka Konseptual.

Laba yang berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam


pengambilan keputusan yaitu yang memiliki karakteristik
relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas /konsistensi.

38
Pengukuran masing-masing kriteria kualitas tersebut secara
terpisah sulit atau tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu,
dalam penelitian empiris koefisien regresi harga dan return
saham pada laba (dan ukuran-ukuran terkait yang lain
misalnya aliran kas) diinterpretasi sebagai ukuran kualitas
laba berdasarkan karakteristik relevansi dan reliabilitas.

4. Kualitas laba berdasarkan keputusan implementas.

Dalam pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan


negatif dengan banyaknya pertimbangan, estimasi, dan
prediksi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan.
Semakin banyak estimasi yang diperlukan oleh penyusun
laporan keuangan dalam mengimplementasi standar
pelaporan, semakin rendah kualitas laba, dan sebaliknya.
Dalam pendekatan kedua, kualitas laba berhubungan negatif
dengan besarnya keuntungan yang diambil oleh manajemen
dalam menggunakan pertimbangan agar menyimpang dari
tujuan standar (manajemen laba). Manajemen laba yang
semakin besar mengindikasi kualitas laba yang semakin
rendah, dan sebaliknya.

Kualitas laba merupakan suatu ukuran untuk mencocokkan


apakah sama laba yang dihasilkan dengan apa yang sudah
direncanakana sebelumnya. Kualitas laba semakin tinggi kalau
mendekatin perencaan awal atau melebihi target dari rencana awal.
Kualitas laba akuntansi ditunjukkan oleh ”kedekatan atau korelasi
antara laba akuntansi dan laba ekonomik”

Kualitas laba rendah karena dalam menyajikan laba tidak


sesuai dengan sebenarnnya sehingga informasi yang di dapat dari

39
laporan laba menjadi bias dampaknya menyesatkan kreditur dan
investor dalam mengambil keputusan. Laba kurang berkualitas
karena dalam menjalankan bisnis perusahaan, manajemen bukan
merupakan pemilik perusahaan. Adanya pemisahan kepemilikan ini
mengakibatkan konflik dam pengendalian dan pengelolaan
perusahaan yang menyebabkan manajer bertindak tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh para pemilik perusahaan. Konflik
ini sering disebut dengan “konflik agency”.

FASB telah menyimpulkan bahwa informasi relevan tentang


entitas harus mendukung kemampuan prediksi. Tujuan utama
pelaporan keuntungan adalah untuk mempersilahkan investor
memprediksikan arus kas di masa depan. Meskipun bukti bahwa
laba akuntansi merupakan indikator baik dari pengembalian saham,
penggunaan pendekatan transaksi terhadap penentuan laba sejalan
dengan prinsip konservatisme dan desakan materialitas telah
menggiring analisis sekuritas kepada kesimpulan bahwa laba
ekonomi adalah indikator prediksi atas arus kas di masa depan
daripada laba akuntansi. Sebagai konsekuensinya, individu tersebut
menyarankan menilai kualitas laba untuk memperkirakan arus kas
di masa depan. Kualitas laba diartikan sebagai tingkat hubungan
antara laba akuntansi perusahaan dengan laba ekonominya.
Beberapa teknik mungkin dapat digunakan untuk menilai kualitas
laba, antara lain:

1. Bandingkan prinsip akuntansi yang diterapkan perusahaan


dengan prinsip yang digunakan secara umum dan perusahaan
kompetitor. Apakah prinsip yang digunakan oleh perusahaan
melambungkan laba?

40
2. Tinjau ulang perubahan terakhir atas prinsip akuntansi dan
perubahan dalam perkiraan-perkiraan untuk menentukan
apakah hal ini melambungkan laba?

3. Tentukan apakah beban diskresi seperti iklan telah


ditangguhkan dengan membandingkan nya terhadap beban
yang sama pada periode sebelumnya?

4. Coba untuk menilai apakah suatu beban seperti beban


garansi tidak tergambarkan pada laporan laba rugi?

5. Tentukan biaya penggantian terkait persediaan dan aset


lainnya. Beri penilaian apakah perusahaan mampu
menyediakan arus kas yang cukup untuk menggantikan
asetnya?

6. Tinjau ulang catatan atas laporan keuangan untuk


menentukan apakah ada kontijensi kerugian yang mungkin
akan mengurangi nilai laba di masa depan dan arus kas.

7. Tinjau ulang hubungan antara penjualan dan piutang untuk


menentukan apakah piutang berkembang lebih cepat
daripada penjualan.

8. Tinjau ulang diskusi manajemen dan seksi analisis dalam


laporan tahunan dan opini auditor untuk menentukan opini
manajemen atas masa depan perusahaan dan untuk
menandai isu akuntansi utama yang ada.

Teknik tersebut dapat membantu menentukan apakah laporan


keuangan perusahaan belum secara cukup menggambarkan
substansi ekonomi dalam operasi perusahaan. Kualitas laba yang

41
disesuaikan untuk penerimaan dan kerugian yang tidak
berkelanjutan mendukung penjelasan yang lebih baik atas
perubahan harga saham daripada yang dicantumkan dalam laporan
laba rugi. Sebagai konsekuensinya, investor harus mencoba
menyesuaikan laporan keuangan untuk menggambarkan ralitas
ekonomi.

Indikator Kualitas Laba yang baik adalah:


1) Pengakuan pendapatan dengan metode yang konservatif
2) Menggunakan metode persediaan LIFO (jika diasumsikan harga-
harga mengalami peningkatan)
3) Cadangan Piutang Tak Tertagih (Bad Debts) relatif tinggi
terhadap piutang dan kerugian kredit dimasa lalu.
4) Menggunakan metode penyusutan dipercepat (accelerated
methods) dan umur yang singkat.
5) Penghapusan yang cepat terhadap Goodwill dan Aktiva tidak
berwujud lainnya.
6) Kapitalisasi yang minimal terhadap bunga dan biaya overhead.
(Wajib dihapuskan konsep bunga)
7) Kapitalisasi yang minimal terhadap biaya piranti lunak komputer
(Computer Shofware)
8) Membebankan langsung biaya awal (start-up costs) untuk
operasi-operasi baru.
9) Menggunakan metode kontrak penuh (completed contract
method) dalam akuntansi pekerjaan dalam jangka panjang.
10) Menggunakan asumsi-asumsi yang konservatif dalam
rencana manfaat untuk karyawan (employee benefit plans)
11) Menyediakan provisi yang memadai terhadap tuntutan
hukum dan kerugian kontijensi (Contingency Losses).
12) Meminimalkan penggunaan tehnik-tehnik pembiayaan off-
balance sheet.
13) Tidak memperhitungkan keuntungan yang tidak berulang
(non-recurring gains)

42
14) Tidak memperhitungkan laba yang bukan kas (non-cash
earnings).
15) Pengungkapan (disclosure) yang jelas dan memadai.

3.1 Penilaian Kualitas Laba

Kualitas Laba tidak mempunyai ukuran yang mutlak, maka


penilaian kualitas laba yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengukur dengan menggunakan skala: baik atau tinggi dan
buruk atau rendah, yang perlu diingat bahawa seberapa baik
dan seberapa buruk adalah hal yang sulit dilakukan, apalagi jika
harus dikuantifikasi dalam angka-angka.
2. Perubahan kualitas laba dari waktu ke waktu: lebih baik atau
lebih buruk, dimana juga perlu diingat bahwa seberapa banyak
menjadi lebih baik atau buruk tidak dapat ditentukan dengan
pasti.

3.2 Karakteristik Kualitas Laba

Laba bersih (net earnings) adalah merupakan titik awal dalam


melakukan penilaian terhadap kualitas laba. Tujuan analisis yang
berbeda, akan menyebabkan pertimbangan-pertimbangan yang
berbeda mengenai karakteristik dari suatu laba.
Karakteristik yang dapat dipertimbangkan dalam menilai kualitas
laba sebuah perusahaan adalah dijelaskan sebagai berikut
Perusahaan dengan atau dalam Industri beresiko tinggi,
indikator-indikator yang menunjukkan perusahaan dengan resiko
tinggi adalah:
1. Glamour, dalam pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba
meningkat drastis, dan resiko untuk mengalami penurunan.

43
2. Menyolok (highly visible) dari mata publik dan pengaturan
pemerintah. Misalnya perusahaan minyak dan gas, rokok.
3. Perusahaan yang mengalami kesulitasn memperoleh kredit.
4. Risk maximizer, perusahaan mempunyai kecenderungan
sebagai pemilik resiko maksimum dalam industrinya.
5. Perusahaan dalam jenis industri dengan karakteristik resiko
tinggi, atau dalam industri yang sedang berada dalam harapan
menurun (declining)
6. Perusahaan dikenal dengan kebijakan akuntansi yang liberal
(bebas).
7. Perusahaan yang sering melakukan perubahan auditor.
8. Perusahaan yang sering melakukan insider transactions.
9. Perusahaan yang mempunyai transaksi-transaksi dalam skala
atau proporsi besar dengan perusahaan (perusahaan dalam
satu kelompok usaha (affiliates))
10. Perusahaan-perusahaan yang dikenal sering melakukan
aktivitas-aktivitas yang tidak jujur (unfair) atau tidak etik
(unethical)
11.Perusahan yang dipimpin oleh individu yang sangat berkuasa
dan mempunyai peranan yang sangat dominan, dimana jika
individu yang bersangkutan mengalami sesuatu maka
perusahaan akan menjadi lemah.
12. Perusahaan yang memasuki bisnis yang tidak berkaitan
dengan bsinisnya, atau tidak mempunyai kemampuan dalam
bisnis tersebut.

Laba tahun berjalan memiliki kualitas yang baik jika laba


tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,
atau berhubungan secara kuat dengan arus kas operasi di masa

44
mendatang (future operating cash flow). Dengan demikian
diharapkan pihak manajemen perusahaan mengelola dengan baik
kebijakan akuntansinya agar laba yang dihasilkan memiliki kualitas
yang tinggi sehingga aktivitas perusahaan dapat berlangsung terus
menerus atau berkesinambungan (sustainable).
Kualitas informasi laba yang berbasis akuntansi. Kualitas
informasi laba tersebut dapat digolongkan ke dalam dua golongan
pengukuran, yaitu pertama pengukuran kualitas informasi laba yang
berkaitan dengan kedekatan hubungan antara laba arus kas dan
pengukuran yang berkaitan dengan daya prediksi laba tahun lalu
terhadap laba tahun depan yang dihasilkan. Pengukuran kualitas
informasi laba golongan pertama dalam penelitian ini adalah
kualitas akrual (accrual quality) dan perataan laba (smoothness),
sedangkan golongan kedua adalah persistensi (persistence) dan
prodiktabilitas (predictability). Dalam penelitian ini dirumuskan pula
pengukuran alternatif atau pengukuran baru kualitas informasi laba
yang disebut kualitas laba faktorial yang merupakan penggabungan
keempat atribut pengukuran kualitas informasi laba sebelumnya
dari suatu analisis.
Kualitas laba merupakan indika-tor dari kualitas informasi
keuangan. Kualitas informasi keuangan yang tinggi berasal dari
tingginya kualitas pelapor-an keuangan. Kualitas laba sebagai
kemampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan
dan membantu memprediksi laba mendatang, dengan
mempertimbangkan stabilitas dan persistensi laba. Laba
mendatang merupakan indikator kemampuan membayar deviden
masa mendatang.
Selama ini tidak ada ukuran yang pasti atau tepat untuk
mengukur seberapa besar kualitas laba dari suatu laporan

45
keuangan, yang ada hanya merupakan pendekatan yang digunakan
untuk memproksi kualitas laba tersebut. Oleh karena itu ukuran
laba yang digunakan oleh peneliti yang satu bisa berbeda dengan
yang lain.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas laba dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu yang berpengaruh positif dan
berpengaruh negatif. Faktor-faktor yang berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kualitas laba adalah siklus operasi, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, dan risiko lingkungan. Sedangkan
Faktor-faktor yang berpengaruh positif dan signifikan adalah
Leverage, konsentrasi pasar, dan kualitas auditor.
Siklus operasi perusahaan akan menghasilkan kualitas
pelaporan keuangan yang lebih rendah karena siklus operasi yang
makin lama dapat menimbulkan ketidakpastian, estimasi dan
kesalahan estimasi yang makin besar dapat menimbulkan kualitas
akrual yang lebih rendah. Perusahaan yang besar memiliki
kesetabilan dan operasi yang dapat diprediksi lebih baik yang dapat
menyebabkan kesalahan estimasi yang ditimbulkan besar, namun
mereka banyak menghadapi sensitivitas politik yang tinggi dan
menghadapi cost politikal yang lebih tinggi daripada perusahaan
kecil. Umur perusahaan berpengaruh negatif dan signifikasn
terhadap kualitas laba karena makin lama perusahaan semakin
memungkinkan kecilnya diskresi dalam kualitas pelaporan
keuangan dan semakin kecil pula variabilitas akrualnya.
Perusahaan dengan kepemilikan private mempunyai kualitas
akrual yang lebih tinggi dan kecenderungan mengatur laba yang
lebih rendah daripada perusahaan dengan kepemilikan publik.
Manajemen laba dapat menurunkan kualitas laba, maka kualitas
laba dipengaruhi juga oleh praktik pasar modal.

46
Kualitas laba adalah penilaian sejauh mana laba sebuah
perusahaan itu dapat diperoleh berulang-ulang, dapat dikendalikan,
dan memenuhi syarat untuk mengajukan kredit/pinjaman pada
bank, di antara faktor-faktor lainnya. Kualitas laba mengakui fakta
bahwa dampak ekonomi transaksi yang terjadi akan beragam
diantara perusahaan sebagai fungsi dari karakter dasar bisnis
mereka, dan secara beragam dirumuskan sebagai tingkat laba yang
menunjukkan apakah dampak ekonomi pokoknya lebih baik dalam
memperkirakan arus kas atau juga dapat diramalkan.
Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh
kepemilikan saham manajerial. Tekanan dari pasar modal
menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang
rendah akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba
yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan
ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan.
Kualitas laba dapat diukur melalui discretionary accruals yang
dihitung dengan cara menselisihkan total accruals dan
nondiscretionary accruals. DA digunakan sebab estimasi
discretionary accruals dapat diukur secara langsung untuk
menentukan kualitas laba. Semakin kecil discretionary accruals
semakin tinggi kualitas laba dan sebaliknya.

4. Aset / Current Value Accounting

Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk


informasi semantik berupa posisi keuangan bila dihubungkan
dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas. Aset
merepresentasikan potensi jasa fisis dan nonfisis yang
memampukan badan usaha untuk menyediakan barang dan jasa.

47
Aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian
atau keadaan sebagai berikut:
a. Transaksi yang berasal dari kreditor dan investor
b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan
aset getap, surat berharga,segemen bisnis dan anak perusahaan.
c. Hadiah, donasi, atau temuan
d. Revaluasi aset yang telah ada
e. Penyedaiaan dan atau penyerahan produk (barang atau jasa).
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus memiliki
manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Manfaat
ekonomik ini ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas yang
melekat padanya sebagai yaitu suatu daya atau kapasitas langka
yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk
mendapatkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik.Disamping
manfaat ekonomik, suatu objek bisa dikatakan sebagai aset, objek
tersebut tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh
entitas. Artinya, untuk memiliki aset harus terdapat proses yang
disebut dengan transfer kepemilikan. Krtieria lain yang merupakan
penyempurnaan dalam pendefinisian objek sebagai aset adalah
aset merupakan akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Selain beberapa karakteristik yang telah disebutkan, FASB
(Financial Accounting Standard Board) menyebutkan beberapa
karakteristik pendukung yaitu melibatkan cost, berwujud,
tertukarkan, terpisahkan, dan berkekuatan hukum. Karakteristik
pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya
aset tetapi tiadanya karakteristik pendukung tidak menghalangi
suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aset.
4.1 Pengertian Aktiva / Aset

48
Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup
pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas
akibat transaksi atau kejadian masa lalu
Aktiva atau asset adalah semua harta atau kekayaan yg
dimiliki perusahaan . Kekayaan yang dimiliki perusahaan tentu
jumlahnya cukup banyak, oleh karena aktiva dapat dikelompokan
lagi kedalam pos-pos seperti berikut ini .
1. Aktiva Lancar (Current Asset) adalah harta yg berupa uang
tunai, yg cepat menjadi uang atau yg cepat menjadi biaya
dalam waktu kurang dari satu tahun.
Contoh :
a) Kas
b) Surat surat berharga
c) Piutang Dagang, Piutang wesel
d) Persediaan barang dagang
e) Pendapatan yang masih harus di tagih
f) Biaya dibayar dimuka :
 Sewa dibayar dimuka
 Iklan dibayar dimuka
 Assuransi dibayar dimuka
 Perlengkapan : Kertas, Pencil, Penggaris, dll
2. Aktiva Tetap adalah harta yg dimiliki oleh perusahan yang
dapat dipakai lebih dari setahun.
Aktiva tetap ada 3 macam :

a) Investasi jangka panjang


 Investasi dalam saham
 Investasi dalam obligasi
b) Aktiva tetap berwujud
 Tanah-Gedung / Bangunan
 Mesin-Peralatan
 Truk Pengangkutan
c) Aktiva tak berwujud
 Goodwill
 Patent
 Merk dagang

4.2 Karakteristik Aktiva

49
Karakteristik aktiva berkaitan dengan kriteria yang dapat
digunakan untuk menentukan apakah transaksi tertentu diakui
sebagai elemen aktiva dalam laporan keuangan. Karakteristik
tersebut berhubungan dengan definisi aktiva. Karakteristik umum
aktiva sebagai berikut :
1. Adanya karakteristik manfaat dimasa mendatang
2. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva
3. Berkaitan dengan entitas tertentu
4. Menunjukkan proses akuntansi
5. Berkaitan dengan dimensi waktu
6. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran
1. Hasil Dari Transaksi Masa Lalu
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila
telah terjadi transaksi atau peristiwa lain yang menyebabkan suatu
entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap manfaat dari
aktiva tersebut. Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima
secara umum, banyak kritik yang ditujukan. Hal ini disebabkan
dalam definisinya, FASB mengabaikan faktor exchangeability. Mac
Neal mengatakan bahwa suatu barang kehilangan faktor
exchangeability berarti kehilangan nilai ekonomi karena pembelian
atau penjualannya tidak memungkinkan untuk dilakukan sehingga
tidak ada nilai pasar yang melekat padabarang tersebut. Meskipun
demikian, FASB menolak ide tersebut karena pada dasarnya
manfaat dari suatu aktiva tidak terbatas pada unsur dapat saling
dipertukarkan.
2. Mengukur dan Menentukan Cost Aset pada saat perolehan
Cost : Jumlah rupiah yang disepakati untuk barang dan jasa
yang diperoleh atau untuk surat surat berharga yang diterbitkan
dalam transaksi keuangan antara dua pihak yang bebas
(independen)

50
Dalam transaksi tunai, cost ditentukan berdasarkan jumlah rupiah
tunai pada saat trasaksi, dalam transaksi kredit, cost ditetukan
berdasarkan jumlah rupiah tunai yang disepakati seandainya
transaksi kredit tersebut dilakukan secara tunai (implied cash cost)
Bila penghargaan (jumlah rupiah yang disepakati) tidakk
berupa kas tetapi berupa barang atau surat berharga yang nilainya
tidak dapat ditentukan secara pasti, dasar pengukurannya adalah
jumlah rupiah setara tunai (cash equivalent) barang atau surat
berharga yang terlibat (yang diserahkan) dalam transaksi tersebut.
Standar / norma akuntnasi tentang os berlaku untuk pasiva maupun
untuk aktiva, jumlah rupiah sebagai dasar untuk mencatat pertama
kali utang atau modal adalah jumlah rupiah tunai atau setara tunai
(dalam hal transaksi nonkas) yang ditanamkan atau disetor,
bukannya jumlah nominal utang pada saat jatuh tempo atau jumlah
nilai nominal modal.
a) Tahapan Perlakuan Akuntansi Terhadap Cost :

1. Pengukuran, pengakuan dan pengklasifikasian pertama


kali pada saat terjadinya
2. Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran
proses pemecahan dan penggabungan untuk
kepentingan intern
3. Pembebanan terhadap pendapatan untuk periode
berjalan atau periode yang akan datang

COST = Jumlah rupiah kesepakatan = Q (kuantitas) x P (harga


satuan)
.Dasar pengukuran cost : Jumlah rupiah uang tunai yang
seharusnya dibayarkan pada saat transaksi.

b) TRANSAKSI KHUSUS / ISTIMEWA :

51
1. Barang / jasa bersifat khusus / nonstandar : harga yang
disepakati dalam tawar menawar yang bebas antara
dua pihak yang berdiri sendiri.
2. Transaksi sepihak : harga yang terjadi ddapat diterijma
begitu saja sebagai pengukur cost
3. Transaksi nonkas : jumlah rupiah uang tunai yang akan
diperoleh seandainya barang atau kekayaan itu dijual
dulu secara tunai kepada umum.
4. Saham sebagai penghargaan : Jumlah rupiah uang tunai
yang akan diterima oleh perusahaan seandainya
perusahaan menerbitkan saham yang digunakan untuk
penghargaan di atas.
5. Penentuan cost dalam reorganisasi : didasarkan atas
keadaan seakan-akan perusahaan baru berdiri.
6. Hadiah / hibah : nilai tunai implisitnya
7. Temuan (mis: exploitasi sumber alam) : jumlah rupiah
uang tunai yang pasti diperlukan untuk memperoleh
sumber alam atau teknik pemrosesan tersebut
seandainya sumber tersebut sudah dalam keadaan siap
pakai atau dalam status siap dipasarkan atau
dikomersialkan.

c) COST DALAM TRANSAKSI KREDIT

1. Potongan tunai & keringanan : harga tunai netto (net cash


priced)
2. Pembelian kredit dengan kontrak utang : jumlah rupiah
uang yang akan diperoleh bila surat tanda utang yang
dipakai untuk pembelian tersebut ditunaikan.

52
d) COST HIPOTESIS :

Jumlah rupiah yang timbul bukan karena transaksi yang pasti


dan jelas dan oleh karenanya tidak mempunyai dasar
penentuan cost yang objektif dan dapat diterima umum.

Bunga hipotesis : dikurangkan terhadap pendapatan,


alasannya :
1. bunga adalah merupakan biaya produksi, maka harus
dikurangkan terhadap pendapatan untuk menghitung
laba bersih
2. pengakuan faktor bunga hipotesis sangat penting dalam
pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan yang
bersangkutan dengan operasi perusahaan

53
Halaman 52 s.d 64
oleh
Nelly Eviana
(023164037)

54
4.3Nilai Keluaran (Exchange Output Values)

Didasarkan atas jumlah rupiah atau penghargaan lainnya


(nonkas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aktiva atau
potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha karena suatu
pertukaran. Dasar penilaiannya :
1. Penerimaan kas atau potensi jasa di masa mendatang
diskontoan (discounted future cash receipts / service
potentials)
Digunakan jika : harapan penerimaan kas atau setaranya
cukup pasti dan senggang waktu sampai penerimaan cukup
panjang tapi saat atau tanggal penerimaan pasti. Pos yang
dapat menggunakan dasar penilaian ini : investasi dalam
obligasi, piutang wesel jangka panjang, dan deposito
berjangka.
2. Harga jual sekarang (Current output price)
Digunakan jika : harga jual pada saat pelaporan
mencerminkan harga di masa mendatang bila pos
bersangkutan keluar dari unit usaha. Pos yang dapat
menggunakan dasar penilaian ini : surat berharga dan
beberapa jenis persediaan barang tertentu.
3. Nilai setara Tunai (Current cash equivalent)
Nilai ini menunjukkan jumlah rupiah kas yang dapat
direalisasi dengan cara menjual setiap jenis aktiva di pasar
bebas dalam kondisi perusahaan yang normal. Pos yang
dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos aktiva
berwujud.
4. Nilai Likuidasi (Liquidation Values)

55
Digunakan jika : unit usaha kemungkinan besar tidak akan
dapat menjual produk atau aktiva dalam saluran penjualan
yang normal, syaratnya :
a. Bila produk / potensi jasa lainnya telah berkurang manfaat
normalnya, usang, atau tidak laku lagi dipasarkan.
b. Bila unit usaha merencanakan untuk menutup usaha
dalam waktu dekat sehingga tidak dapat menjual seluruh
potensi jasa unit usaha dalam pasar yang normal

4.4 Nilai Masukan (Exchange Input Values)

Didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan /


dikorbankan untuk memperoleh aktiva atau objek jasa tertentu
yang menjadi masukan dalam unit usaha. Dasar penilaiannya :
1. Cost Historis (Historical Costs)
Cost menunjukkan harga pertukaran pada saat terjadinya.
Keunggulan : dapat diuji (verifiable), dapat diandalkan
(reliable)
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos
aktiva tetap berwujud.
2. Cost masukan sekarang (Current input costs)
Digunakan jika : ada bukti pendukung yang kuat untuk
verifikasi.
Istilah lain : cost ganti (replacement cost)
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : persediaan
barang dan aktiva lainnya.

3. Cost masa mendatang diskontoan (discounted future costs)

56
Nilai ini menunjukkan nilai sekarang pengorbanan ekonomik
di masa mendatang seandainya potensi jasa tertentu tidak
diperoleh / dibeli sekaligus pada saat sekarang.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos
aktiva berwujud.
4. Cost standar (Standar costs)
Digunakan jika : jika cost tersebut menggambarkan cost pada
saat sekarang dalam kondisi perusahaan yang normal, yaitu
pada tingkat efisiensi dan kapasitas yang normal.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : fasilitas
fisik yang dibangun sendiri.
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut
pos-pos aset yang berpaut dengan tujuan laporan keuangan
dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai. Sedangkan
tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
dapat membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah,
saat, dan ketidakpastian aliran kas bersih ke badan usaha.
Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan
pelaporan keuangan.
FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat
direpresentasi berkaitan dengan aset, dasar penilaian menurut
FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas sebagai berikut:
a. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan
pabrik, dan kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar cost.
historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dikorbankan untuk memperolehnya. Cost historis ini tentunya
disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi
atau diamortisasi.

57
b. Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan
sebesar nilai sekarang atau penggantinya yaitu jumlah rupiah
kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau aset
tertentu diperoleh sekarang.

c. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat


berharga disajikan atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah
rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan
usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi
perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar
sekarang juga digunakan untuk aset yang kemungkinan akan
laku dijual dibawah nilai bukunya.

d. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek


dan sediaan barang disajikan sebesar nilai terealisasi bersih
yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima
(tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan
pengorbanan (cost) yang diperlukan untuk mengkonversi aset
tersebut menjadi kas atau setaranya.

e. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan


investasi jangka panjang disajikan sebesar nilai sekarang
penerimaan kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi
(dengan tarif diskun implisit) dikurangi dengan tambahan cost
yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan
tersebut.

4.5 KONSEP PENILAIAN SUATU ASET


1. Nilai Likuidasi (Liquidity Value)

58
Sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika aktiva atau
sekelompok aktiva dijual secara terpisah dari organisasi
operasionalnya.
2. Nilai berkesinambungan (Going Concern Value)
Sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika perusahaan
dijual sebagai suatu bisnis operasi yang berkesinambungan.
3. Nilai buku dari aktiva (Book Value)
Nilai akuntansi dari aktiva dikurangi akumulasi penyusutan.
Terdapat dua jenis nilai buku, yaitu:
a. Nilai buku dari perusahaan: Total aktiva perusahaan
dikurangi kewajiban dan saham preferen yang tertera
dalam neraca.
b. Nilai pasar dari aktiva: Harga pasar dimana aktiva
diperdagangkan padadasar pasar bebas. Bagi
perusahaan, nilai pasar terkadang dipandang sebagai
nilai tertinggi dibandingkan nilai likuiditas atau nilai
berkesinambungan.
4. Nilai intrinsik sekuritas
Harga sekuritas yang seharusnya, jika dihargai secara benar
berdasarkan faktor – faktor penunjang penilaian aktiva,
pendapatan, prospek masa depan, manajemen, dll atau
berdasarkan fakta – fakta yaitu nilai sekarang (Present Value)
dari arus kas yang disediakan untuk investor, didiskontokan
pada tingkat pengembalian yang ditentukan sesuai dengan
jumlah resiko yang menyertainya.

5. Income Statement / Laporan Laba Rugi


5.1 Deskripsi Tentang Laba/Rugi
1. Definisi Laba
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara.
Laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan
kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya,
setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan

59
penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya
kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan
sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi.
Perbedaan diantara keduanya adalah dalam hal pendefinisian
biaya.
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian
pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk
merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan
tetapi, teori akuntansi sampai saat ini belum mencapai
kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Oleh karena
itu, berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya,
pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu : semantik, sintaktik,
dan pragmatik.
Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba
dikembangkan untuk memenuhi tujuan menyediakan informasi
tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai
informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi
laba menghadapi dua pendekatan : satu laba untuk berbagai
tujuan atau beda tujuan beda laba. Teori akuntansi diarahkan
untuk memformulasi laba dengan pendekatan pertama.
Konsep dalam tataran semantik meliputi pemaknaan laba
sebagai pengukur kinerja, pengkonfirmasi harapan investor, dan
estimator laba ekonomik. Meskipun akuntansi tidak harus dapat
mengukur dan menyajikan laba ekonomik, akuntansi paling tidak
harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan pemakai
untuk mengukur laba ekonomik yang gilirannya untuk
menentukan nilai ekonomik perusahaan.
Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuaran
dalam suatu periode yang dapat dinikmati (didistribusi atau

60
ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan.
Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan
kapital. Konsep ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital
bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran
sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan
konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian
atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi
operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang
sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian
kapital dapat diterapkan.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal
dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari
suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain
yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang
timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di
atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba
sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak,
kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan
keputusan dan unsur prediksi
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan
tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan
pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para
ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam
kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah
perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi
pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
pada periode tertentu

61
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk
menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian
yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsurunsur yang
menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.
Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya,
akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara
lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba
bersih.
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan
prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi
bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh
karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti
profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham,
ekonom, fiskus, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan adanya
berbagai definisi untuk laba.
Menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai
imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa.
Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya
(biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan
barang / jasa).

2. Teori Laba
Dalam perusahaan koperasi, laba disebut sebagai Sisa Hasil
Usaha (SHU). Menurut teori laba, tingkat keuntungan pada setiap
perusahaan biasanya berbeda pada setiap jenis setiap industri, baik
perusahaan yang bergerak dibidang tekstil, baja, farmasi,
komputer, alat perkantoran, dan lain – lain. Terdapat beberapa teori
yang menerangkan perbedaan ini sebagai berikut :
a. Teori Laba Menanggung Risiko (Risk-Bearing Theory of Profit).

62
Menurut Teori ini, keuntungan ekonomi diatas normall akan
doperoleh perusahaan dengan resiko diatas rata-rata.
b. Teori Laba Friksional (Frictional Theory of Profit).
Teori ini menekankan bahwa keuntungan menigkat sebagai suatu
hasil dari friksi keseimbangan jagka panjang (long run
equilibrium).
c. Teori Laba Monopoli (Monopoli Theory of Profit).
Teori ini mengatakan bahwa beberapa perusahaan dengan
kekuatan monopoli dapat membatasi output dan menekankan
harga yang lebih tinggi daripada bila perusahaan beroperasi
dalam kondisi persaingan sempurna.
d. Teori Laba Inovasi (Innovation Theory of Profit).
Dalam teori inovasi, laba yang diatas normal dapat timbul
sebagai hasil inovasi yang berhasil. Walau demikian, perusahaan
yang telah berhasil dalam inovasi tidaklah kebal dari serangan
persaingan dari perusahaan-perusahaan imitator. Oleh karena
itu, perusahaan perlu melakukan inovasi terus-menerus.
e. Teori Laba Efisiensi Manajerial (Manajerial Efficiency Theory of
Profit).
Teori ini menekankan bahwa perusahaan yang dikelola secara
efisien akan memperoleh laba di atas rata-rata laba normal.

3. Fungsi Laba
Laba yang tinggi adalah pertanda bahwa konsumen
menginginkan output yang lebih dari industri / perusahaan.
Sebaiknya, laba ynag rendah atau rugi adalah pertanda bahwa
konsumen menginginkan kurang dari produk/ komoditi yang
ditangani dan metode produksinya tidak efisien.

63
Ditinjau dari konsep koperasi, fungsi laba bagi koperasi
tergantung pada besar kecilnya partisipasi ataupun transaksi
anggota dengan koperasinya. Semakin tinggi partisipasi anggota,
maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima oleh anggota.

5.2 Pendapatan (Revenue)


Pendapatan (revenue) secara umum didefinisikan sebagai
hasil dari suatu perusahaan yang biasa diukur dengan satuan harga
pertukaran yang berlaku dan diakui ketika pendapatan itu telah
direalisasikan atau dihasilkan. Pada definisi yang lain pendapatan
adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk
itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.
Revenue sebagai kenaikan gross di dalam asset dan
penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prinsip
akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba.

5.3 Biaya (Expense)

Biaya sebagai arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau


munculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selama satu
periode yang disebabkan oleh pengiriman barang, pembuatan
barang, pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang
merupakan kegiatan utama perusahaan.

5.4 Laba

Laba akuntansi sebagai perubahan dalam ekuitas (net


asset) dari suatu entity selama suatu periode tertentu yang
diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal
bukan dari pemilik. Dalam income termasuk seluruh perubahan

64
dalam ekuitas selain penerimaan dari pemilik dan pembayaran
kepada pemilik. Laba (rugi) sebagai kelebihan (defisit) penghasilan
di atas biaya selama satu peride akuntansi. Jenis – Jenis Laba :
1. Laba kotor
Laba kotor adalah selisih dari hasil penjualan dengan harga
pokok penjualan.
2. Laba Operasional
Laba Operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas
yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-
perubahan besar dala perekonomiannya, dapat diharapkan
akan dicapai setiap tahun. Oleh karenanya, angka ini
menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan
mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik modal.
3. Laba sebelum dikurangi pajak atau EBIT (Earning Before Tax)
Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi
ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. Bagi pihak-
pihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah
yang terpenting karena jumlah ini menyatkan laba yang pada
akhirnya dicapai perusahaan.
4. Laba Setelah Pajak Atau Laba Bersih, Laba Bersih adalah laba
setelah dikurangi berbagai pajak. Laba dipindahkan kedalam
perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba ditahan ini akan
diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagai Deviden
kepada para pemegang saham.

5.5 Gains and Loss


1. Gains (laba / keuntungan dari transaksi tertentu yang
sifatnya insidentil)

65
Gains adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang
sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entitas dan dari
transaksi/ kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas
selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil
atau investasi dari pemilik.
“Keuntungan adalah kenaikan dalam ekuitas dari
kegiatan periferal atau insidentil. Oleh karena itu, keuntungan
bagi sebagian perusahaan akan mencakup laba dari kegiatan,
seperti penjualan tanah, dan harta lain sewaktu-waktu
termasuk kenaikan dalam ekuitas yang dihasilkan dari
sumbangan dan keuntungan lain yang tidak disangka-
sangka”. (FASB)
2. Loses (rugi dari transaksi tertentu yang sifatnya insidentil)
Loses adalah turunnya nilai equity dari transaksi yang
sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan dari
seluruh transaksi/kejadian lainnya yang mempengaruhi entity
selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya
atau pemberian kepada pemilik.

5.6 Bentuk Penyajian Laba Rugi

1. All inclusive incomedan normal operating


Perbedaan pendapat mengenai apakah suatu pos disajikan
dalam laporan laba rugi atau dalam laporan laba ditahan.
a. Menurut Normal operating income
Berpendapat bahwa yang dicantumkan dalam laporan
laba rugi hanyalah pendapatan yang berasal dari kegiatan
normal sedangkan pos yang berasal dari kegiatan yang tidak
biasa dicantumkan saja dalam laporan laba ditahan. Sehingga
laba di bottom line adalah laba normal.

66
b. Menurut All inclusive income
Berpendapat bahwa semua income yang berasal dari
kegiatan normal dan kegiatan insidentil dicantumkan dalam
laporan laba rugi dan hasil akhirnya saja yang dilaporkan ke
laporan laba ditahan.
2. Single step dan multiple step
a. Single step
Yaitu bentuk laporan yang disusun dengan
menggabungkan semua penghasilan menjadi suatu kelompok
dan semua biaya dalam satu kelompok lainnya yang terjadi
dalam suatu periode. Sehingga untuk menghitung laba rugi
bersih hannya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan
total penghasilan dengan total biaya. Selisih positif antara
kelompok penghasilan dengan biaya disebut dengan istilah
penghasilan bersih atau laba, sedangkan jika selisih tersebut
negative disebut dengan rugi.
Tahapan penyusunan laporan ini ada tiga, yaitu :

 Rincian semua pendapatan operasional dan non


operasional

 Rincian semua beban operasional dan non operasional

 Selisih semua pendapatan dan beban. Ditemukanlah


angka/jumlah yang menunjukkan laba atau rugi

b. Multiple step
Yaitu bentuk laporan yang disusun secara bertahap
penghasilan dan beban disajikan sesuai dengan urutan

67
aktivitas yaitu atas dasar operasional dan non operasional.
Cara penyusunannya adalah sebagai berikut :
 Bagian pertama adalah perincian pendapatan operasional

 Bagian kedua adalah perincian beban operasional

 Bagian ketiga adalah perincian pendapatan maupun beban


non operasional

 Bagian terakhir untuk mencari saldo rugi – laba bersih.

Laba rugi baru dapat diketahui setelah beberapa kali tahap


pengurangan, mulai dari penjualan dikurangi harga pokok penjualan
yang menghasilkan laba kotor, dikurangi biaya operasi
menghasilkan laba operasi dan seterusnya sampai menghasilkan
laba bersih.

68
BAB III
SIMPULAN

Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang


dimilikinya kepada sektor produksi. Ada jugapendapatan adalah
hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada
penggunaan faktor-faktor produksi.Prinsip pengakuan pendapatam
menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat:
a. Direalisasikan bila barang-barang dan jasa-jasa
dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas (piutang).
b. Dapat direalisasikan bila aktiva yang diterima segera dapat
dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang
diketahui.Dihasilkan , bila kesatuan itu sebagian besar telah
menyelesaikan apa yang seharusnya telah dilakukan agar
berhak atas manfaat yang diberikan pendapatan.Sebagian
besar perusahaan didirikan dengan tujuan untuk
menghasilkan laba yang optimal sehingga kclangsungan
hidup perusahaan dapat tercapai. Laba diperoleh sebagai
kelebihan pendapatan atas beban.

69
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Soemarso. 1995. Akuntansi:Suatu pengantar. Jakarta. Salemba
Empat.
Riahi, Ahmed dan Belkaoui. 2011. Accounting Theory 5th Edition.
Jakarta. Salemba Empat.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott
Holmes (2010), Accounting Theory, 7th ed., John Wiley &
Sons, Inc.
Suwardjono (2010), Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan
Keuangan, Edisi ketiga, BPFE

Sumber Lain:
"Sistem Pengukuran Teori Akuntansi"
http://joblistmu.blogspot.com/2011/06/sistem-pengukuran-
teori-akuntansi.html (diakses tanggal 21 September 2016)
"Tugas teori akuntansi"
http://sutriakumalasari.blogspot.co.id/2014/09/tugas-teori-
akuntansi-bab-2-hakikat-dan.html (diakses tanggal 21
September 2016).
https://jamalah.wordpress.com/

You might also like