Professional Documents
Culture Documents
Kelompok Empat:
NELLY EVIANA (023 16 4037)
WAHYU TRI KUSUMANINGRUM (023 16 4038)
ANNISA SETIAWAN (023 16 4042)
ALVINO MARIO HALOHO (023 16 4043)
JAKARTA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Income Concept...........................................................................3
1.1 Nature of Income.....................................................................3
1.2 Konsep Income.........................................................................7
2. Pengakuan Pendapatan (Income Recognition).............................18
2.1 Prinsip Pengakuan Pendapatan.............................................18
3. Kualitas Laba (Earning Quality)...................................................34
3.1 Penilaian Kualitas Laba...........................................................39
3.2 Karakteristik Kualitas Laba.....................................................40
4. Aset / Current Value Accounting..................................................43
4.1 Pengertian Aktiva / Aset.........................................................45
4.2 Karakteristik Aktiva................................................................46
4.3 Nilai Keluaran (Exchange Output Values).................................52
4.4 Nilai Masukan (Exchange Input Values)....................................53
4.5 KONSEP PENILAIAN SUATU ASET..............................................55
5. Income Statement / Laporan Laba Rugi.......................................56
5.1 Deskripsi Tentang Laba/Rugi...................................................56
5.2 Pendapatan (Revenue)...........................................................60
5.3 Biaya (Expense)......................................................................61
5.4 Laba......................................................................................61
5.5 Gains and Loss.......................................................................62
5.6 Bentuk Penyajian Laba Rugi....................................................63
BAB III SIMPULAN..............................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Dari beberapa definisi di atas dapat didaftar karakteristik -
karakteristik atau kata kata kunci yang membentuk pengertian
pendapatan yang akan dibahas pada makalah ini.
3
Halaman 3 s.d 16
oleh
Wahyu Tri K
(023 16 4038)
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Income Concept
1.1Nature of Income
5
2. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya
penjualan aset tetap, surat berharga, segmen bisnis, dan
anak perusahaan.
3. Hadiah, donasi atau temuan
4. Revaluasi aset yang telah ada
5. Penyediaan dan /atau penyerahan produk (barang dan
jasa)
Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran aset masuk
adalah jumlah rupiah kotor. Jumlah rupiah pendapatan dapat
berupa penjualan, imbalan jasa, bunga, dividen, royalitas, dan
sewa. Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset
merupakan pendefinisian dengan konsep aliran masuk.
Konsep ini mempunyai kelemahan karena pendapatan
dianggap baru ada setelah transaksi penjualan terjadi.dengan
kata lain pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi
pada saat tertentu dan bukan karena proses selama suatu
periode. Kelemahan lain adalah definisi ini mengacaukan
pengukuran dan penentuan saat pengakuan dengan proses
penciptaan pendapatan.
b. Operasi Utama Berlanjut
Kenaikan aset harus berasal dari aktivitas operasi dan
bukan dari aktivitas investasi maupun aktivitas pendanaan.
Aktivitas operasi ini diwujudkan dalam bentuk produksi dan
pengiriman barang kepala pelanggan atau menyediakan
berbagai jasa lainnya. Produk perusahaan yang dimaksudkan
harus diartikan sebagai seluruh jenis barang maupun jasa yang
disediakan atau diserahkan kepada pelanggan tanpa
memandang jumlah rupiah relatif setiap jenis produk tersebut
ataupun frekuensi produk tersebut dihasilkan. Pengertian
“operasi utama” dalam hal ini lebih ditekankan pada tujuan
perusahaan yaitu untuk menghasilkan produk atau jasa untuk
6
menghasilkan laba. Pengertian operasi utama merujuk pada
aktivitas perusahaan sebagaimana pengertian operasi dalam
arus kas yang mengklasifikasikan aktivitas perusahaan dalam 3
bentuk, yaitu: operasi investasi, dan pendanaan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pendapatan adalah kenaikan
aset yang berkaitan dengan operasi utama perusahaan dan
bukan dari hasil investasi dan ataupun pendanaan.
c. Penurunan Kewajiban
Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami
kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayarn di
muka dari pelanggan penerimaan ini bukan merupakan
pendapatan karena perusahaan belum melakukan prestasi
yang menimbulkan hak penuh atas aset yang diterima. Oleh
karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan
sebagai pendapatan tekterhak atau pendapatan tangguhan
yang statusnya adalah kewajiban sampaiada prestasi dari
perusahaan berupa pengirimkan barang atau pelaksanaan
jasa. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan
mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan.
Kejadian itu mengubah kewajiban menjadi pendapatan.
d. Suatu Entitas
Dimasukkan kata entitas atau perusahaan dalam
definisi mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut
dalam pendefinisian. Pendapatan didefinisikan sebagai
kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih. Jadi, aset
yang masuk itulah yang disebut pendapatan. Aset tersebut
dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi, karena hubungan
perusahaan dengan pemilik merupakan hubungan utang-
piutang, pada saat aset naik sebagai pendapatan utang
perusahaan kepada pemilik juga naik dengan jumlah yang
7
sama. Hal ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha
dianut dalam pendefinisian. Karena pendapatan didefinisikan
sebagai kenaikan aset bukan kenaikan ekuitas.
e. Produk Perusahaan
Pendapatan adalah produk perusahaan. Di sini
pendapatan didefinisikan secara fisis bukan moneter. Definisi
ini juga netral terhadap saat pengakuan. Aliran aset dari
pelanggan berfungsi hanya sebagai pengukur tetapi bukan
pendapatan itu sendiri; produk fisis yang dihasilkan oleh
kegiatan usaha itulah pendapatan. Pengertian semacam ini
sesuai dengan konsep upaya dan capaian (efford and
accomplishment) yaitu pendapatan merupakan capaian upaya
produktif perusahaan. Produk merupakan capaian dari tiap
kegiatan produktif. Dengan pengertian ini, pendapatan
terbentuk atau terhimpun bersamaan dengan atau selama
kegiatan produktif tanpa harus menunggu kejadian atau saat
penyerahan produk kepada pelanggan.
Ada dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu
aliran fisis dan moneter. Pendapatan merupakan aliran masuk
aset (unit moneter dan hal tersebut berkaitan dengan aliran
fisis berupa penyerahan produk (output) perusahaan. Kedua
aliran tersebut yaitu:
a. Aliran fisis berupa :
• Kejadian memproduksi dan menjual produk
Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.
b. Aliran moneter berupa :
• Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena
produksi atau penjualan produk ke konsumer.
Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang
dihasilkan atau dijual.
8
f. Pertukaran
Ini dikarenakan pendapatan akhirnya harus dinyatakan
dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem
pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah
kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau
pertukaran antara pihak independen.
g. Berbagai bentuk dan Nama
Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan
mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama
apapun. Pendapatan untuk perusahaan perdagangan
misalnya disebut dengan penjualan.
9
4. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian
terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen.
10
hubungan. Dalam pengukuran kinerja, laba dapat
mempresentasikan efisiensi kinerja tersebut dengan
menentukan ROI (Return on Investment) dan ROA
(Return on Asset) sebagai dasar pengukuran efisiensi.
b. Konfirmasi Harapan Investor
Kondisi pasar yang efisien atau tidak efisien akan sangat
mempengaruhi prediksi atau harapan investor mengenai
laba yang akan diperoleh, sehingga keputusan yang
akan diambil dalam melakukan sebuah investasi juga
akan terpengaruh. Hal ini berarti informasi mengenai
laba dapat dijadikan sarana untuk pengambilan
keputusan investasi yang akan dilakukan.
c. Estimator Laba Ekonomi
Laba ekonomik adalah laba dari kaca mata
investor yang digunakan untuk menilai investasi.
Penilaian laba ekonomik harus menggunakan informasi
yang tersaji dalam pelaporan laba akuntansi, sehingga
dharapkan laba akuntansi dapat digunakan sebagai
estimasi laba ekonomik. Laporan keuangan diharapkan
cukup menyediakan informasi laba dan aliran kas yang
layak serta menyerahkan analisis dan perhitungan laba
kepada investor.
11
pengukuran dan perbandingan antara pendapatan dan
biaya. Pengukuran dalam arti luas meliputi saat pengakuan
dan prosedur pengakuan. Kriteria atau pendekatan dalam
pengukuran laba dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Pendekatan Transaksi (Cash Basis)
Dalam pendekatan ini, laba diukur dan diakui
pada saat terjadinya transaksi dan kemudian
terakumulasi sampai akhir periode. Pengukuran dan
pengakuan laba juga akan paralel dengan kriteria
pengakuan pendapatan dan biaya. Pengakuan laba atas
dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan
12
membantu management melakukan analisis internal
seperti mengukur efisiensi dan profitabilitas setiap
kegiatan operasional perusahaaan.
c. Pendekatan Pertahanan Kapital
Dalam konsep pertahanan kapital, laba
merupakan konsekuensi dari pengukuran kapital pada
dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen
laba diukur atas dasar pendekatan aset-kewajiban. Dua
pendekatan yang dibahas sebelumnya merupakan
pendekatan pendapatan-biaya dalam pengukuran dan
penilaian elemen neraca (aset dan kewajiban). Nilai aset
dan kewajiban merupakan konsekuensi dari pengukuran
pendapatan dan biaya atas dasar konsep perbandingan.
Laba berdasarkan pendekatan ini berarti perbedaan nilai
kapital pada dua saat yang berbeda atau kenaikan
kapital dalam suatu periode.
13
Bila dikaitkan dengan teori positif-normatif, tataran sintaktik
dan semantik pada umumnya bersifat normatif, sedangkan teori
pragmatik akan lebih bersifat positif. Teori pragmatik juga sering
diklasifikasikan sebagai akuntansi keperilakuan (behavioral
accounting) karena pokok bahasan pada umumnya adalah perilaku
manusia dalam kaitannya dengan informasi. Pendekatan dalam
proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau tindakan
dapat bersifat deduktif maupun induktif.
14
b. Konsep Income secara Ekonomi dan Akuntansi
Income atau laba dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu
dilihat dari sisi ekonomi dan sisi akuntansi.
15
disesuaikan transaksi modal yang diukur dengan tenaga
beli yang sama.
Sama dengan konsep GPLA (General Price Level Adjusted)
Historical Cost Accounting.
1.2 Dalam ukuran tenaga beli umum (Physical Capital)
a. Productive Capacity Maintenance
Modal fisik diukur dalam jumlah unit uang.
Kapasitas produksi diartikan sebagai kapasitas fisik dan
kapasitas untuk berproduksi.
Sama dengan konsep Current Value Accounting.
b. General Purchasing Power, Productive Capacity Maintenance
Diukur dengan unit tenaga beli yang sama.
Kapasitas produksi fisik perusahaan yang diukur dalam unit
tenaga beli yang sama, dipertahankan, dan dipelihara.
Sama dengan konsep GPLA Current Value Accounting.
2. Konsep Laba Akuntansi (Accounting Income)
16
a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-
benar terjadi yaitu timbulnya pendapatan dan biaya
untuk mendapatkan pendapatan tersebut
b. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik”
laba, artinya merupakan prestasi perusahaan dalam
bidang keuangan pada periode tertentu
c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang
memerlukan pengukuran dan pengakuan
d. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap
biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan
perusahaan.
e. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip “matching”
artinya hasil pendapatan dikurangi biaya yang
dikeluarkan dalam periode yang sama.
2.3 Konsep Laba Akuntansi
17
Kelompok penerima: pemegang saham dan pemegang
obligasi.
d. Net income to shareholder
Kelompok penerima: pemegang saham biasa dan pemegang
saham istimewa.
e. Net income to residual equity holder’s
Kelompok penerima: pemegang saham biasa.
18
Halaman 17 s.d. 32
oleh
Annisa Setiawan
(023164042)
19
2. Pengakuan Pendapatan (Income Recognition)
20
pengakuan pendapatan (revenue recognation principle), umumnya
pendapatan diakui pada saat:
21
sesuai dengan berlakunya waktu atau ketika aktiva itu
digunakan.
22
Pendapatan yang berhubungan dengan transaksi
penjualan jasa yang dapat diestimasi dengan andal (bebas dari
pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakaiannya sebagai pemakaian yang tuluis dan
jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan) harus diakui dengan acuan pada
tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.
23
2. Royalty harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan
substansi perjanjian yang relevan; dan
24
(1) Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan);
(2) Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan;
(3) Pengakuan pendapatan setelah penyerahan;
(4) Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan khusus –
waralaba dan konsinyasi.
Berikut penjelasan dari keempat pengakuan pendapat di atas :
1. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan)
Pendapatan dari aktivitas pabrikasi serta penjualan umumnya
diakui pada saat penjualan (point of sell) yang biasanya
berarti terjadi penyerahan. Namun timbul masalah dalam
pelaksanaannya yang disebabkan oleh tiga situasi yaitu :
a) Penjualan dengan Perjanjian Beli Kembali
Dalam situasi ini, hak milik legal telah berpindah
pada pembeli namun resiko kepemilikan tetap berada
pada penjual. Untuk itu jika terjadi perjanjian beli
kembali dengan harga tertntu dan harga tersebut dapat
menutupi semua biaya persediaan ditambah biaya
kepemilikan yang terkait, maka persediaan dan
kewajiban yang terkait itu tetap ada dalam pembukuan
penjualan dengan kata lain tidak terjadi penjualan.
b) Penjualan dengan hak retur
Perlakuan akuntansi untuk situasi seperti ini
sebenarnya normal, namun jika tingkat retur tinggi
maka perlu dilakukan penundaan pelaporan penjualan
sampai hak retur habis masa berlakunya. Untuk itu
terdapat tiga metode pengakuan pendapatan
alternative jika penjual mengalami situasi ini yaitu :
(1) Tidak mencatat penjualan sampai seluruh hak retur
habis masa berlakunya;
(2) Mencatat penjualan, tetapi mengurangi penjualan
dengan estimasi retur dimasa depan; dan
25
(3) Mencatat penjualan serta memperhitungkan retur
pada saat terjadi.
Jika terjadi penjualan dengan hak retur maka
pendapatan dari transaksi penjualan diakui pada saat
penjualan jika memenuhi keenam kondisi sebagai
berikut :
(1) Harga penjual kepada pembeli relatif tetap (fixed)
atau dapat ditentukan pada tanggal penjualan;
(2) Pembeli sudah membayar penjual, atau pembeli
berkewajiban untuk membayar penjual, dan kewajiban
itu tidak bergantung pada penjualan kembali produk
tersebut;
(3) Kewajiban pembeli pada penjual tidak akan berubah
apabila terjadi pencurian atau kerusakan atau rusaknya
fisik produk;
(4) Pembeli yang memperoleh produk untuk dijual
kembali memiliki substansi ekonomi yang terpisah dari
yang diberikan oleh penjual;
(5) Penjual tidak memiliki kewajiban yang signifikan atas
kinerja masa depan yang secara langsung
menyebabkan penjualan kembali produk itu oleh
pembeli; dan
(6) Jumlah retur dimasa depan dapat diestimasi secara
layak.
Jika pendapatan penjualan dan harga pokok
penjualan tidak diakui karena keenam kondisi tidak
dipenuhi harus diakui ketika hak retur secara
substansial telah habis masa berlakunya atau kemudian
keenam kondisi ini dapat dipenuhi.
c) Trade Loading
26
Trade Loading dan Channel Stuffing merupakan
praktik yang gila, licik, dan tidak ekonomis melalui
praktik ini pabrikan membujuk (dengan penjualan, laba,
dan pangsa pasar yang sebenarnya tidak mereka miliki)
pelanggan mereka untuk membeli produk dari pada
yang bisa mereka jual kembali atau dengan kata lain
mencatat pembukuan hari ini untuk pendapatan yang
akan datang.
27
akan dipertukarkan, serta cara dan cara
penyelesaian;
(2) Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi semua
kewajiban dalam kontrak; dan
(3) Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan
kewajiban kontraktual tersebut.
b) Metode kontrak selesai
Pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada
saat kontrak diselesaikan. Metode ini hanya digunakan
jika:
(1) Suatu entitas terutama memiliki kontrak jangka
pendek, atau
(2) Syarat-syarat untuk menggunakan metode
persentase penyelesaian tidak dapat terpenuhi,
atau
(3) Terdapat bahaya yang melekat dalam kontrak itu
di luar resiko bisnis normal dan berulang.
28
penjualan. Metode akuntansi penjualan cicilan dibenarkan
atas dasar bahwa jika tidak ada pendekatan yang layak untuk
mengestimasi tingkat ketertagihan, pendapatan tidak boleh
diakui sampai kas berhasil ditagih.
b) Metode pemulihan biaya (cost recovery method)
Dalam metode pemulihan biaya, tidak ada laba yang
diakui sampai pembayaran kas oleh pembeli melebihi harga
pokok barang dagang yang dijual bagi penjual. Setelah
seluruh biaya dipulihkan, setiap penagihan kas tambahan
dimasukkan dalam laba. Laporan laba rugi untuk periode
penjualan melaporkan pendapatan penjualan, harga pokok
penjualan, serta laba kotor baik jumlah yang diakui selama
periode berjalan maupun jumlah yang ditangguhkan. Laba
kotor yang ditangguhkan dikurangkan dari piutang terkait
dengan neraca. Laporan laba rugi selanjutnya melaporkan
laba kotor sebagai pos pendapatan terpisah apabila laba kotor
diakui pada saat dihasilkan.
Dalam beberapa situasi kas diterima sebelum
penyerahan atau pengalihan properti dan dicatat sebagai
simpanan karena transaksi penjualan tersebut belum selesai.
Cara ini disebut metode simpanan (deposit method). Menurut
metode ini penjualan melaporkan kas yang diterima dari
pembeli sebagai uang tanggungan atas kontrak dan
mengklasifikasikannya dalam neraca. Selain itu, penjual juga
mencatat beban penyusutan sebagai biaya periode untuk
properti tersebut.Menurut metode ini tidak ada pendapatan
atau laba yang harus diakui sampai penjualan selesai. Pada
saat itu akun simpanan ditutup dan salah satu metode
pengakuan pendapatan diatas diterapkan.
29
4. Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan khusus
a) Waralaba
Perusahaan waralaba memperoleh pendapatan dari
sumber-sumber berikut, yaitu :
(1) dari penjualan waralaba awal dan aktiva atas jasa
terakit; dan
(2) dari iuran (fee) berkesinambungan yang didasarkan
pada pengoperasian waralaba.
Franchisor adalah pihak yang memberikan hak bisnis
dalam
waralaba, dan franchisee adalah pihak yang
megoperasikan
bisnis warlaba. Dalam perjanjian waralaba iuran awal
dicatat sebagai pendapatan hanya bila dan ketika
franchisor melaksanakan pelaksanaan substansial jasa
yang wajib ia laksanakan dan penagihan iuran dapat
dipastikan secara layak. Iuran waralaba yang
berkesinambungan diakui sebagai pendapatan saat
dihasilkan dan dapat ditagih dari franchisee.
b) Konsinyasi
Dalam perjanjian konsinyasi, Consignor (pabrikan)
mengirim barang dagang kepada Consignee (dealer) yang
bertindak sebagai agen yang menerima barang dagang dan
setuju untuk menjual dan menjaga barang tersebut. Kas
yang diterima dari pelanggan dikirim kepada consignor
setelah dikurangi komisi penjualan dan semua beban yang
dapat dikenakan. Pendapatan hanya diakui setelah consignor
menerima pemberitahuan penjualan dan pengiriman kas dari
consignee.
Sesuatu dikatakan sebagai pendapatan jika berasal dari:
30
– Penjualan barang
– Penjualan jasa
– Penggunaan asset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalty, dan deviden.
Penjualan barang ini meliputi barang yang diproduksi
(manufactured) atau barang yang dibeli dengan tujuan dijual
kembali dalam suatu siklus operasi entitas. Permasalahan yang
mungkin timbul dari pengakuan pendapatan adalah kapan
pendapatan bisa diakui oleh suatu entitas. Menurut kriteria
pengakuan pendapatan yang terdapat dalam PSAK 23, suatu entitas
dapat mengakui pendapatan jika memenuhi kriteria di bawah ini:
31
b) Ketentuan a akan tidak berlaku jika barang atau jasa yang
diserahkan secara penuh (dan risiko yang melekat pada
barang/jasa tersebut berpindah ke pembeli) namun kepastian
pembayaran dari pembeli tidak dapat di ukur secara handal,
maka entitas belum dapat mengakuinya sebagai pendapatan.
32
2. Biaya yang menyertai penjualan dan retur tersebut bisa
diestimasi
33
d. Jika pembeli berhak membatalkan pembelian berdasarkan
alasan yang ditentukan dalam kontrak dan entitas tidak dapat
memastikan apakah akan terjadi retur.
Sebaliknya jika entitas yang menjual barang hanya menahan
risiko tidak signifikan atas kepemilikan, maka transaksi tersebut
adalah penjualan dan pendapatan dapat diakui.Misalnya entitas
yang hanya menahan risiko yang tidak signifikan dari kepemilikan
dalam hal penjualan eceran dengan syarat dapat dikembalikan jika
pelanggan tidak puas dan penjual dapat mengestimasi secara
handal berapakah jumlah penjualan yang kembali (jumlah retur)
berdasarkan data historis yang ada.
Jika dalam suatu transaksi penjual tidak dapat mengestimasi
berapakah jumlah penjualan yang mungkin akan terjadi dan penjual
juga tidak bisa mengestimasi berapakah biaya yang timbul setiap
imbalan yang masuk atas penjualan tersebut tidak boleh diakui
sebagai pendapatan tetapi diakui sebagai kewajiban (pendapatan
diterima dimuka, dicatat disisi kewajiban).
Pada penjualan jasa, kriteria yang ditentukan sama dengan
penjualan barang yang telah dijelaskan diatas, namun untuk
penjualan jasa konstruksi diatur tersendiri pada PSAK 34 “Akuntansi
Kontrak Konstruksi”.
Diatas disebutkan bahwa PSAK 23 ini juga mengatur
pendapatan yang berupa bunga, royalty, dan dividen. Kriteria
pengakuan pendapatan untuk ketiga hal ini secara garis besar
masih sama dengan kriteria pengakuan pendapatan yang telah
dijelaskan diatas, namun secara spesifik bunga, royalty dan dividen
bisa diakui sebagai pendapatan jika kemungkinan besar manfaat
ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke
entitas;dan Jumlah pendapatan dapat diukur secara handal.
34
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:
1. Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif
sebagaimana dijelaskan dalam PSAK 55 (revisi 2006).
Instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran .
35
berasal dari: penjualan barang, penjualan jasa, bunga,
royalty, dan dividen.
Halaman 34 s.d 50
oleh
Alvino Mario Haloho
(023164043)
36
3. Kualitas Laba (Earning Quality)
37
konstruk variabilitas, laba berkualitas tinggi adalah laba yang
mempunyai variabilitas relatif rendah atau laba yang smooth.
38
Pengukuran masing-masing kriteria kualitas tersebut secara
terpisah sulit atau tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu,
dalam penelitian empiris koefisien regresi harga dan return
saham pada laba (dan ukuran-ukuran terkait yang lain
misalnya aliran kas) diinterpretasi sebagai ukuran kualitas
laba berdasarkan karakteristik relevansi dan reliabilitas.
39
laporan laba menjadi bias dampaknya menyesatkan kreditur dan
investor dalam mengambil keputusan. Laba kurang berkualitas
karena dalam menjalankan bisnis perusahaan, manajemen bukan
merupakan pemilik perusahaan. Adanya pemisahan kepemilikan ini
mengakibatkan konflik dam pengendalian dan pengelolaan
perusahaan yang menyebabkan manajer bertindak tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh para pemilik perusahaan. Konflik
ini sering disebut dengan “konflik agency”.
40
2. Tinjau ulang perubahan terakhir atas prinsip akuntansi dan
perubahan dalam perkiraan-perkiraan untuk menentukan
apakah hal ini melambungkan laba?
41
disesuaikan untuk penerimaan dan kerugian yang tidak
berkelanjutan mendukung penjelasan yang lebih baik atas
perubahan harga saham daripada yang dicantumkan dalam laporan
laba rugi. Sebagai konsekuensinya, investor harus mencoba
menyesuaikan laporan keuangan untuk menggambarkan ralitas
ekonomi.
42
14) Tidak memperhitungkan laba yang bukan kas (non-cash
earnings).
15) Pengungkapan (disclosure) yang jelas dan memadai.
43
2. Menyolok (highly visible) dari mata publik dan pengaturan
pemerintah. Misalnya perusahaan minyak dan gas, rokok.
3. Perusahaan yang mengalami kesulitasn memperoleh kredit.
4. Risk maximizer, perusahaan mempunyai kecenderungan
sebagai pemilik resiko maksimum dalam industrinya.
5. Perusahaan dalam jenis industri dengan karakteristik resiko
tinggi, atau dalam industri yang sedang berada dalam harapan
menurun (declining)
6. Perusahaan dikenal dengan kebijakan akuntansi yang liberal
(bebas).
7. Perusahaan yang sering melakukan perubahan auditor.
8. Perusahaan yang sering melakukan insider transactions.
9. Perusahaan yang mempunyai transaksi-transaksi dalam skala
atau proporsi besar dengan perusahaan (perusahaan dalam
satu kelompok usaha (affiliates))
10. Perusahaan-perusahaan yang dikenal sering melakukan
aktivitas-aktivitas yang tidak jujur (unfair) atau tidak etik
(unethical)
11.Perusahan yang dipimpin oleh individu yang sangat berkuasa
dan mempunyai peranan yang sangat dominan, dimana jika
individu yang bersangkutan mengalami sesuatu maka
perusahaan akan menjadi lemah.
12. Perusahaan yang memasuki bisnis yang tidak berkaitan
dengan bsinisnya, atau tidak mempunyai kemampuan dalam
bisnis tersebut.
44
mendatang (future operating cash flow). Dengan demikian
diharapkan pihak manajemen perusahaan mengelola dengan baik
kebijakan akuntansinya agar laba yang dihasilkan memiliki kualitas
yang tinggi sehingga aktivitas perusahaan dapat berlangsung terus
menerus atau berkesinambungan (sustainable).
Kualitas informasi laba yang berbasis akuntansi. Kualitas
informasi laba tersebut dapat digolongkan ke dalam dua golongan
pengukuran, yaitu pertama pengukuran kualitas informasi laba yang
berkaitan dengan kedekatan hubungan antara laba arus kas dan
pengukuran yang berkaitan dengan daya prediksi laba tahun lalu
terhadap laba tahun depan yang dihasilkan. Pengukuran kualitas
informasi laba golongan pertama dalam penelitian ini adalah
kualitas akrual (accrual quality) dan perataan laba (smoothness),
sedangkan golongan kedua adalah persistensi (persistence) dan
prodiktabilitas (predictability). Dalam penelitian ini dirumuskan pula
pengukuran alternatif atau pengukuran baru kualitas informasi laba
yang disebut kualitas laba faktorial yang merupakan penggabungan
keempat atribut pengukuran kualitas informasi laba sebelumnya
dari suatu analisis.
Kualitas laba merupakan indika-tor dari kualitas informasi
keuangan. Kualitas informasi keuangan yang tinggi berasal dari
tingginya kualitas pelapor-an keuangan. Kualitas laba sebagai
kemampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan
dan membantu memprediksi laba mendatang, dengan
mempertimbangkan stabilitas dan persistensi laba. Laba
mendatang merupakan indikator kemampuan membayar deviden
masa mendatang.
Selama ini tidak ada ukuran yang pasti atau tepat untuk
mengukur seberapa besar kualitas laba dari suatu laporan
45
keuangan, yang ada hanya merupakan pendekatan yang digunakan
untuk memproksi kualitas laba tersebut. Oleh karena itu ukuran
laba yang digunakan oleh peneliti yang satu bisa berbeda dengan
yang lain.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas laba dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu yang berpengaruh positif dan
berpengaruh negatif. Faktor-faktor yang berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kualitas laba adalah siklus operasi, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, dan risiko lingkungan. Sedangkan
Faktor-faktor yang berpengaruh positif dan signifikan adalah
Leverage, konsentrasi pasar, dan kualitas auditor.
Siklus operasi perusahaan akan menghasilkan kualitas
pelaporan keuangan yang lebih rendah karena siklus operasi yang
makin lama dapat menimbulkan ketidakpastian, estimasi dan
kesalahan estimasi yang makin besar dapat menimbulkan kualitas
akrual yang lebih rendah. Perusahaan yang besar memiliki
kesetabilan dan operasi yang dapat diprediksi lebih baik yang dapat
menyebabkan kesalahan estimasi yang ditimbulkan besar, namun
mereka banyak menghadapi sensitivitas politik yang tinggi dan
menghadapi cost politikal yang lebih tinggi daripada perusahaan
kecil. Umur perusahaan berpengaruh negatif dan signifikasn
terhadap kualitas laba karena makin lama perusahaan semakin
memungkinkan kecilnya diskresi dalam kualitas pelaporan
keuangan dan semakin kecil pula variabilitas akrualnya.
Perusahaan dengan kepemilikan private mempunyai kualitas
akrual yang lebih tinggi dan kecenderungan mengatur laba yang
lebih rendah daripada perusahaan dengan kepemilikan publik.
Manajemen laba dapat menurunkan kualitas laba, maka kualitas
laba dipengaruhi juga oleh praktik pasar modal.
46
Kualitas laba adalah penilaian sejauh mana laba sebuah
perusahaan itu dapat diperoleh berulang-ulang, dapat dikendalikan,
dan memenuhi syarat untuk mengajukan kredit/pinjaman pada
bank, di antara faktor-faktor lainnya. Kualitas laba mengakui fakta
bahwa dampak ekonomi transaksi yang terjadi akan beragam
diantara perusahaan sebagai fungsi dari karakter dasar bisnis
mereka, dan secara beragam dirumuskan sebagai tingkat laba yang
menunjukkan apakah dampak ekonomi pokoknya lebih baik dalam
memperkirakan arus kas atau juga dapat diramalkan.
Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh
kepemilikan saham manajerial. Tekanan dari pasar modal
menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang
rendah akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba
yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan
ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan.
Kualitas laba dapat diukur melalui discretionary accruals yang
dihitung dengan cara menselisihkan total accruals dan
nondiscretionary accruals. DA digunakan sebab estimasi
discretionary accruals dapat diukur secara langsung untuk
menentukan kualitas laba. Semakin kecil discretionary accruals
semakin tinggi kualitas laba dan sebaliknya.
47
Aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian
atau keadaan sebagai berikut:
a. Transaksi yang berasal dari kreditor dan investor
b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan
aset getap, surat berharga,segemen bisnis dan anak perusahaan.
c. Hadiah, donasi, atau temuan
d. Revaluasi aset yang telah ada
e. Penyedaiaan dan atau penyerahan produk (barang atau jasa).
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus memiliki
manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Manfaat
ekonomik ini ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas yang
melekat padanya sebagai yaitu suatu daya atau kapasitas langka
yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk
mendapatkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik.Disamping
manfaat ekonomik, suatu objek bisa dikatakan sebagai aset, objek
tersebut tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh
entitas. Artinya, untuk memiliki aset harus terdapat proses yang
disebut dengan transfer kepemilikan. Krtieria lain yang merupakan
penyempurnaan dalam pendefinisian objek sebagai aset adalah
aset merupakan akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Selain beberapa karakteristik yang telah disebutkan, FASB
(Financial Accounting Standard Board) menyebutkan beberapa
karakteristik pendukung yaitu melibatkan cost, berwujud,
tertukarkan, terpisahkan, dan berkekuatan hukum. Karakteristik
pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya
aset tetapi tiadanya karakteristik pendukung tidak menghalangi
suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aset.
4.1 Pengertian Aktiva / Aset
48
Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup
pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas
akibat transaksi atau kejadian masa lalu
Aktiva atau asset adalah semua harta atau kekayaan yg
dimiliki perusahaan . Kekayaan yang dimiliki perusahaan tentu
jumlahnya cukup banyak, oleh karena aktiva dapat dikelompokan
lagi kedalam pos-pos seperti berikut ini .
1. Aktiva Lancar (Current Asset) adalah harta yg berupa uang
tunai, yg cepat menjadi uang atau yg cepat menjadi biaya
dalam waktu kurang dari satu tahun.
Contoh :
a) Kas
b) Surat surat berharga
c) Piutang Dagang, Piutang wesel
d) Persediaan barang dagang
e) Pendapatan yang masih harus di tagih
f) Biaya dibayar dimuka :
Sewa dibayar dimuka
Iklan dibayar dimuka
Assuransi dibayar dimuka
Perlengkapan : Kertas, Pencil, Penggaris, dll
2. Aktiva Tetap adalah harta yg dimiliki oleh perusahan yang
dapat dipakai lebih dari setahun.
Aktiva tetap ada 3 macam :
49
Karakteristik aktiva berkaitan dengan kriteria yang dapat
digunakan untuk menentukan apakah transaksi tertentu diakui
sebagai elemen aktiva dalam laporan keuangan. Karakteristik
tersebut berhubungan dengan definisi aktiva. Karakteristik umum
aktiva sebagai berikut :
1. Adanya karakteristik manfaat dimasa mendatang
2. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva
3. Berkaitan dengan entitas tertentu
4. Menunjukkan proses akuntansi
5. Berkaitan dengan dimensi waktu
6. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran
1. Hasil Dari Transaksi Masa Lalu
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila
telah terjadi transaksi atau peristiwa lain yang menyebabkan suatu
entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap manfaat dari
aktiva tersebut. Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima
secara umum, banyak kritik yang ditujukan. Hal ini disebabkan
dalam definisinya, FASB mengabaikan faktor exchangeability. Mac
Neal mengatakan bahwa suatu barang kehilangan faktor
exchangeability berarti kehilangan nilai ekonomi karena pembelian
atau penjualannya tidak memungkinkan untuk dilakukan sehingga
tidak ada nilai pasar yang melekat padabarang tersebut. Meskipun
demikian, FASB menolak ide tersebut karena pada dasarnya
manfaat dari suatu aktiva tidak terbatas pada unsur dapat saling
dipertukarkan.
2. Mengukur dan Menentukan Cost Aset pada saat perolehan
Cost : Jumlah rupiah yang disepakati untuk barang dan jasa
yang diperoleh atau untuk surat surat berharga yang diterbitkan
dalam transaksi keuangan antara dua pihak yang bebas
(independen)
50
Dalam transaksi tunai, cost ditentukan berdasarkan jumlah rupiah
tunai pada saat trasaksi, dalam transaksi kredit, cost ditetukan
berdasarkan jumlah rupiah tunai yang disepakati seandainya
transaksi kredit tersebut dilakukan secara tunai (implied cash cost)
Bila penghargaan (jumlah rupiah yang disepakati) tidakk
berupa kas tetapi berupa barang atau surat berharga yang nilainya
tidak dapat ditentukan secara pasti, dasar pengukurannya adalah
jumlah rupiah setara tunai (cash equivalent) barang atau surat
berharga yang terlibat (yang diserahkan) dalam transaksi tersebut.
Standar / norma akuntnasi tentang os berlaku untuk pasiva maupun
untuk aktiva, jumlah rupiah sebagai dasar untuk mencatat pertama
kali utang atau modal adalah jumlah rupiah tunai atau setara tunai
(dalam hal transaksi nonkas) yang ditanamkan atau disetor,
bukannya jumlah nominal utang pada saat jatuh tempo atau jumlah
nilai nominal modal.
a) Tahapan Perlakuan Akuntansi Terhadap Cost :
51
1. Barang / jasa bersifat khusus / nonstandar : harga yang
disepakati dalam tawar menawar yang bebas antara
dua pihak yang berdiri sendiri.
2. Transaksi sepihak : harga yang terjadi ddapat diterijma
begitu saja sebagai pengukur cost
3. Transaksi nonkas : jumlah rupiah uang tunai yang akan
diperoleh seandainya barang atau kekayaan itu dijual
dulu secara tunai kepada umum.
4. Saham sebagai penghargaan : Jumlah rupiah uang tunai
yang akan diterima oleh perusahaan seandainya
perusahaan menerbitkan saham yang digunakan untuk
penghargaan di atas.
5. Penentuan cost dalam reorganisasi : didasarkan atas
keadaan seakan-akan perusahaan baru berdiri.
6. Hadiah / hibah : nilai tunai implisitnya
7. Temuan (mis: exploitasi sumber alam) : jumlah rupiah
uang tunai yang pasti diperlukan untuk memperoleh
sumber alam atau teknik pemrosesan tersebut
seandainya sumber tersebut sudah dalam keadaan siap
pakai atau dalam status siap dipasarkan atau
dikomersialkan.
52
d) COST HIPOTESIS :
53
Halaman 52 s.d 64
oleh
Nelly Eviana
(023164037)
54
4.3Nilai Keluaran (Exchange Output Values)
55
Digunakan jika : unit usaha kemungkinan besar tidak akan
dapat menjual produk atau aktiva dalam saluran penjualan
yang normal, syaratnya :
a. Bila produk / potensi jasa lainnya telah berkurang manfaat
normalnya, usang, atau tidak laku lagi dipasarkan.
b. Bila unit usaha merencanakan untuk menutup usaha
dalam waktu dekat sehingga tidak dapat menjual seluruh
potensi jasa unit usaha dalam pasar yang normal
56
Nilai ini menunjukkan nilai sekarang pengorbanan ekonomik
di masa mendatang seandainya potensi jasa tertentu tidak
diperoleh / dibeli sekaligus pada saat sekarang.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos
aktiva berwujud.
4. Cost standar (Standar costs)
Digunakan jika : jika cost tersebut menggambarkan cost pada
saat sekarang dalam kondisi perusahaan yang normal, yaitu
pada tingkat efisiensi dan kapasitas yang normal.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : fasilitas
fisik yang dibangun sendiri.
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut
pos-pos aset yang berpaut dengan tujuan laporan keuangan
dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai. Sedangkan
tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
dapat membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah,
saat, dan ketidakpastian aliran kas bersih ke badan usaha.
Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan
pelaporan keuangan.
FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat
direpresentasi berkaitan dengan aset, dasar penilaian menurut
FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas sebagai berikut:
a. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan
pabrik, dan kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar cost.
historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dikorbankan untuk memperolehnya. Cost historis ini tentunya
disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi
atau diamortisasi.
57
b. Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan
sebesar nilai sekarang atau penggantinya yaitu jumlah rupiah
kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau aset
tertentu diperoleh sekarang.
58
Sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika aktiva atau
sekelompok aktiva dijual secara terpisah dari organisasi
operasionalnya.
2. Nilai berkesinambungan (Going Concern Value)
Sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika perusahaan
dijual sebagai suatu bisnis operasi yang berkesinambungan.
3. Nilai buku dari aktiva (Book Value)
Nilai akuntansi dari aktiva dikurangi akumulasi penyusutan.
Terdapat dua jenis nilai buku, yaitu:
a. Nilai buku dari perusahaan: Total aktiva perusahaan
dikurangi kewajiban dan saham preferen yang tertera
dalam neraca.
b. Nilai pasar dari aktiva: Harga pasar dimana aktiva
diperdagangkan padadasar pasar bebas. Bagi
perusahaan, nilai pasar terkadang dipandang sebagai
nilai tertinggi dibandingkan nilai likuiditas atau nilai
berkesinambungan.
4. Nilai intrinsik sekuritas
Harga sekuritas yang seharusnya, jika dihargai secara benar
berdasarkan faktor – faktor penunjang penilaian aktiva,
pendapatan, prospek masa depan, manajemen, dll atau
berdasarkan fakta – fakta yaitu nilai sekarang (Present Value)
dari arus kas yang disediakan untuk investor, didiskontokan
pada tingkat pengembalian yang ditentukan sesuai dengan
jumlah resiko yang menyertainya.
59
penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya
kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan
sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi.
Perbedaan diantara keduanya adalah dalam hal pendefinisian
biaya.
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian
pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk
merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan
tetapi, teori akuntansi sampai saat ini belum mencapai
kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Oleh karena
itu, berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya,
pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu : semantik, sintaktik,
dan pragmatik.
Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba
dikembangkan untuk memenuhi tujuan menyediakan informasi
tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai
informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi
laba menghadapi dua pendekatan : satu laba untuk berbagai
tujuan atau beda tujuan beda laba. Teori akuntansi diarahkan
untuk memformulasi laba dengan pendekatan pertama.
Konsep dalam tataran semantik meliputi pemaknaan laba
sebagai pengukur kinerja, pengkonfirmasi harapan investor, dan
estimator laba ekonomik. Meskipun akuntansi tidak harus dapat
mengukur dan menyajikan laba ekonomik, akuntansi paling tidak
harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan pemakai
untuk mengukur laba ekonomik yang gilirannya untuk
menentukan nilai ekonomik perusahaan.
Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuaran
dalam suatu periode yang dapat dinikmati (didistribusi atau
60
ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan.
Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan
kapital. Konsep ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital
bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran
sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan
konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian
atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi
operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang
sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian
kapital dapat diterapkan.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal
dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari
suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain
yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang
timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di
atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba
sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak,
kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan
keputusan dan unsur prediksi
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan
tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan
pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para
ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam
kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah
perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi
pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
pada periode tertentu
61
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk
menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian
yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsurunsur yang
menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.
Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya,
akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara
lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba
bersih.
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan
prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi
bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh
karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti
profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham,
ekonom, fiskus, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan adanya
berbagai definisi untuk laba.
Menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai
imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa.
Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya
(biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan
barang / jasa).
2. Teori Laba
Dalam perusahaan koperasi, laba disebut sebagai Sisa Hasil
Usaha (SHU). Menurut teori laba, tingkat keuntungan pada setiap
perusahaan biasanya berbeda pada setiap jenis setiap industri, baik
perusahaan yang bergerak dibidang tekstil, baja, farmasi,
komputer, alat perkantoran, dan lain – lain. Terdapat beberapa teori
yang menerangkan perbedaan ini sebagai berikut :
a. Teori Laba Menanggung Risiko (Risk-Bearing Theory of Profit).
62
Menurut Teori ini, keuntungan ekonomi diatas normall akan
doperoleh perusahaan dengan resiko diatas rata-rata.
b. Teori Laba Friksional (Frictional Theory of Profit).
Teori ini menekankan bahwa keuntungan menigkat sebagai suatu
hasil dari friksi keseimbangan jagka panjang (long run
equilibrium).
c. Teori Laba Monopoli (Monopoli Theory of Profit).
Teori ini mengatakan bahwa beberapa perusahaan dengan
kekuatan monopoli dapat membatasi output dan menekankan
harga yang lebih tinggi daripada bila perusahaan beroperasi
dalam kondisi persaingan sempurna.
d. Teori Laba Inovasi (Innovation Theory of Profit).
Dalam teori inovasi, laba yang diatas normal dapat timbul
sebagai hasil inovasi yang berhasil. Walau demikian, perusahaan
yang telah berhasil dalam inovasi tidaklah kebal dari serangan
persaingan dari perusahaan-perusahaan imitator. Oleh karena
itu, perusahaan perlu melakukan inovasi terus-menerus.
e. Teori Laba Efisiensi Manajerial (Manajerial Efficiency Theory of
Profit).
Teori ini menekankan bahwa perusahaan yang dikelola secara
efisien akan memperoleh laba di atas rata-rata laba normal.
3. Fungsi Laba
Laba yang tinggi adalah pertanda bahwa konsumen
menginginkan output yang lebih dari industri / perusahaan.
Sebaiknya, laba ynag rendah atau rugi adalah pertanda bahwa
konsumen menginginkan kurang dari produk/ komoditi yang
ditangani dan metode produksinya tidak efisien.
63
Ditinjau dari konsep koperasi, fungsi laba bagi koperasi
tergantung pada besar kecilnya partisipasi ataupun transaksi
anggota dengan koperasinya. Semakin tinggi partisipasi anggota,
maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima oleh anggota.
5.4 Laba
64
dalam ekuitas selain penerimaan dari pemilik dan pembayaran
kepada pemilik. Laba (rugi) sebagai kelebihan (defisit) penghasilan
di atas biaya selama satu peride akuntansi. Jenis – Jenis Laba :
1. Laba kotor
Laba kotor adalah selisih dari hasil penjualan dengan harga
pokok penjualan.
2. Laba Operasional
Laba Operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas
yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-
perubahan besar dala perekonomiannya, dapat diharapkan
akan dicapai setiap tahun. Oleh karenanya, angka ini
menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan
mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik modal.
3. Laba sebelum dikurangi pajak atau EBIT (Earning Before Tax)
Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi
ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. Bagi pihak-
pihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah
yang terpenting karena jumlah ini menyatkan laba yang pada
akhirnya dicapai perusahaan.
4. Laba Setelah Pajak Atau Laba Bersih, Laba Bersih adalah laba
setelah dikurangi berbagai pajak. Laba dipindahkan kedalam
perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba ditahan ini akan
diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagai Deviden
kepada para pemegang saham.
65
Gains adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang
sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entitas dan dari
transaksi/ kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas
selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil
atau investasi dari pemilik.
“Keuntungan adalah kenaikan dalam ekuitas dari
kegiatan periferal atau insidentil. Oleh karena itu, keuntungan
bagi sebagian perusahaan akan mencakup laba dari kegiatan,
seperti penjualan tanah, dan harta lain sewaktu-waktu
termasuk kenaikan dalam ekuitas yang dihasilkan dari
sumbangan dan keuntungan lain yang tidak disangka-
sangka”. (FASB)
2. Loses (rugi dari transaksi tertentu yang sifatnya insidentil)
Loses adalah turunnya nilai equity dari transaksi yang
sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan dari
seluruh transaksi/kejadian lainnya yang mempengaruhi entity
selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya
atau pemberian kepada pemilik.
66
b. Menurut All inclusive income
Berpendapat bahwa semua income yang berasal dari
kegiatan normal dan kegiatan insidentil dicantumkan dalam
laporan laba rugi dan hasil akhirnya saja yang dilaporkan ke
laporan laba ditahan.
2. Single step dan multiple step
a. Single step
Yaitu bentuk laporan yang disusun dengan
menggabungkan semua penghasilan menjadi suatu kelompok
dan semua biaya dalam satu kelompok lainnya yang terjadi
dalam suatu periode. Sehingga untuk menghitung laba rugi
bersih hannya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan
total penghasilan dengan total biaya. Selisih positif antara
kelompok penghasilan dengan biaya disebut dengan istilah
penghasilan bersih atau laba, sedangkan jika selisih tersebut
negative disebut dengan rugi.
Tahapan penyusunan laporan ini ada tiga, yaitu :
b. Multiple step
Yaitu bentuk laporan yang disusun secara bertahap
penghasilan dan beban disajikan sesuai dengan urutan
67
aktivitas yaitu atas dasar operasional dan non operasional.
Cara penyusunannya adalah sebagai berikut :
Bagian pertama adalah perincian pendapatan operasional
68
BAB III
SIMPULAN
69
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Soemarso. 1995. Akuntansi:Suatu pengantar. Jakarta. Salemba
Empat.
Riahi, Ahmed dan Belkaoui. 2011. Accounting Theory 5th Edition.
Jakarta. Salemba Empat.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott
Holmes (2010), Accounting Theory, 7th ed., John Wiley &
Sons, Inc.
Suwardjono (2010), Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan
Keuangan, Edisi ketiga, BPFE
Sumber Lain:
"Sistem Pengukuran Teori Akuntansi"
http://joblistmu.blogspot.com/2011/06/sistem-pengukuran-
teori-akuntansi.html (diakses tanggal 21 September 2016)
"Tugas teori akuntansi"
http://sutriakumalasari.blogspot.co.id/2014/09/tugas-teori-
akuntansi-bab-2-hakikat-dan.html (diakses tanggal 21
September 2016).
https://jamalah.wordpress.com/