You are on page 1of 15

JURNAL

EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DALAM


PENANGGULANGAN PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH
PELAJAR
(Studi Kasus terhadap Pelajar yang tidak memiliki SIM)

Diajukan oleh :

HENDRI ALFRED DANO


NPM : 110510529

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Peradilan dan Penyelesaian Sengkaeta

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2015
I. Judul : Efektivitas Undang-Undang Lalu Lintas dalam

Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas oleh Pelajar (Studi Kasus terhadap

Pelajar yang tidak memiliki SIM)

II. Nama : Hendri, Widiartana.

III. Program Studi : Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya

Yogyakarta

IV. Abstract

The title of this law research is The Effectiveness of Act on Traffic for a
Prevention of Traffic Violations by Students Especially for Students Who Do
Not Have a Driving License. The problems of this research are how the
effectiveness of act on traffic for a prevention of traffic violations by students
and what is the police efforts to overcome traffic violations by students. The
purposes of this research are to examine the effectiveness of act on traffic for a
prevention of traffic violations by students especially against students who do
not have a driving license and the efforts by the police to overcome traffic
violations by students. The type of this study is an empirical law research
using field research to obtain primary data as the main data and literature to
obtain secondary data. This research using a quantitative methods. The results
of this study show that Indonesian Act on Traffic in UU No. 22 Tahun 2009
especially Pasal 77 Ayat (1) still not effective to ensuring traffic violations
especially against students who drive a motor vehicle and not having a driving
license. The police efforts to overcome traffic violations by students are
commit socialization and counseling orderly traffic at an early age as a
preventive action, besides conducting raids, if there is traffic violations
committed by students then made the traffic ticket and submitted to the court
for further process of the liability criminal acts committed by the offender.
Keywords: effectiveness, act on traffic, violations, students.

V. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Lalu lintas merupakan proses di jalan raya. Jalan raya adalah salah

satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan bersama dalam

masyarakat. Adanya jalan raya merupakan salah satu kebutuhan dasar


manusia dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia.1 Secara lansung

sebagai pengguna jalan raya tentu ada aturan hukum dalam berlalu lintas

agar tercipta ketertiban di jalan raya. Permasalahan yang timbul adalah

pengemudi kendaraan baik roda empat dan juga roda dua kebanyakan

belum sadar akan aturan lalu lintas seperti rambu lalu lintas dan belum

memiliki (SIM) surat izin mengemudi.

Dalam Pasal 77 ayat (1) UU Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan disebutkan bahwa; Setiap orang yang

mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin

Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan.

Surat izin mengemudi didapatkan seseorang harus memenuhi syarat,

administratif, kesehatan dan lulus ujian seperti yang tercantum dalam

Pasal 81 UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan. Pada saat beraktifitas ke sekolah, Pelajar SMP, SMA atau SMK

menggunakan alat transportasi umum dan juga kendaraan pribadi. Jika

menggunakan kendaraan pribadi pelajar tersebut tidak memiliki surat izin

mengemudi sebab pelajar SMP, SMA atau SMK belum berumur 17 (tujuh

belas) tahun keatas dan belum dikategorikan sebagai orang dewasa, bila

dicermati dalam Pasal 281 UU Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas

dan angkutan jalan yakni sebagai berikut; Setiap orang yang

mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak memiliki Surat

Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana

1
Soerjono Soekanto, 1990, Polisi Dan Lalu Lintas, Mandar Maju, Bandung, hlm 4.
dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulanatau denda paling

banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Melihat uraian latar belakang masalah, maka penulis akan meneliti

lebih lanjut mengenai “EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG LALU

LINTAS DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN LALU

LINTAS OLEH PELAJAR (Studi Kasus terhadap Pelajar yang tidak

memiliki SIM)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas maka, Rumusan

Masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah efektivitas Undang-Undang Lalu Lintas dalam

penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pelajar?

2. Apakah upaya yang dilakukan Kepolisian untuk menanggulangi

pelanggaran lalu lintas oleh pelajar?

VI. Isi Makalah

A. Efektivitas Undang-Undang Lalu Lintas ditinjau dari segi Yuridis

1. Efektivitas Hukum

Hukum berfungsi untuk mencapai keadilan, kepastian dan

kemanfaatan hukum. Optimalisasi untuk mencapai tujuan hukum

tersebut memerlukan cara dan strategi yang tersusun secara

terstruktur dan detail. Penerapan hukum seringkali bertolak

belakang dengan tingkah laku manusia yang melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan dalam suatu peraturan perundang-


undangan. Efektivitas hukum menjadi dasar kajian untuk

menentukan apakah suatu peraturan perundang-undangan telah

terlaksana atau belum terlaksana dalam mencapai tujuan dari

hukum itu sendiri.

Menurut Achmad Ali, jika ingin mengetahui sejauh


mana efektivitas dari hukum, maka pertama-tama harus dapat
mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak
ditaati. Tentu saja, jika suatu aturan hukum ditaati oleh
sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya,
dikatakan bahwa aturan hukum yang bersangkutan adalah
efektif. Namun demikian, sekalipun dapat dikatakan aturan
yang ditaati itu efektif, tetapi masih dapat mempertanyakan
lebih jauh derajat efektivitasnya. Sebagaimana yang telah
diuraikan sebelumnya, seseorang menaati atau tidak suatu
aturan hukum, tergantung pada kepentingannya.2

Tolok ukur efektivitas hukum menurut pandangan Achmad

Ali terletak pada kepentingan subjek yang akan menaati aturan

hukum. Pandangan mengenai efektivitas hukum diatas berbeda

dengan pandangan yang disampaikan oleh Soerjono Soekanto,

yaitu;

Tema efektivitas hukum menunjukan kesamaan


strategi untuk memformulasikan masalah, yaitu perbandingan
antara realitas hukum dengan cita-cita hukum. Nampaklah
adanya kesenjangan antara hukum dalam realitas dan hukum
dalam teori. Hukum dianggap kurang bahkan tidak efektif
apabila terdapat disproritas antara realita hukum dan yang
idealnya, karena itu perlu disusun kembali. Studi mengenai
efektivitas hukum berbeda dengan lainnya, namun umumnya
membandingkannya dengan suatu cita-cita hukum. Studi
dampak, membandingkan realita dengan cita-cita hukum
yang memiliki pengertian operasional secara jelas dan khusus.
Alat ukurnya adalah undang-undang yang masih berlaku

2
Achamd Ali, 2009, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Kencana Prenadamedia Group,
Jakarta, hlm. 375
yang mempunyai maksud yang jelas atau suatu peraturan
hukum yang menyatakan suatu kebijaksanaan tertentu.3

Efektivitas merupakan pencapaian target yang harus dicapai dalam

suatu kajian terhadap fenomena atau peristiwa yang harus mencapai

tolak ukur yang sudah ditentukan. Peraturan perundang-undangan

merupakan bagian dari hukum, didalam undang-undang terdapat norma

dan kaidah yang ditentukan untuk mengatur perilaku masyarakat.

Kriteria yang digunakan sebagai alat ukur berupa aturan hukum yang

berlaku untuk menilai suatu proses pencapaian sudah mencapai target

atau belum mencapai target.

2. Penegakaan Undang-Undang Lalu Lintas

Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak

pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di

dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap

tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk

menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamian pergaulan

hidup. 4 Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau

patokan bagi perilaku atau sikap tindak yang dianggap pantas, atau

seharusnya. Perilaku atau sikap tindak tersebut bertujuan untuk

menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian.

Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan

penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak

3
Soerjono Soekanto, Chalimah Suyanto, Hartono Widodo, 1988, Pendekatan Sosiologi terhadap
Hukum, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 28
4
Soerjono Soekanto, 2004, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, Cetakan ke-5,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 5
secara ketat diatur oleh kaedah hukum, akan tetapi mempunyai unsur

penilaian pribadi. 5 Nilai-nilai yang berlaku dalam suatu peraturan

perundang-undang juga merupakan faktor penentu dalam penegakan

hukum.

Prof. Soerjono Soekanto berpendapat bahwa, masalah pokok


penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor
yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau
negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-
faktor tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Faktor hukumnya sendiri dibatasi pada undang-undang
saja.
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang
membentuk maupun menerapkan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan
hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum
tersebut berlaku atau diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan
rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam
pergaulan hidup.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh
karena merupakan esensi dari penegak hukum, juga
merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegak hukum.6
3. Ketertiban dan Keselamatan dalam Berlalu Lintas

Ketertiban Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan

berlalu lintas yang berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan

kewajiban setiap pengguna jalan. Pasal 105 Undang-undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan

bahwa setiap orang yang menggunakan jalan wajib berperilaku tertib

dan/atau mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan

5
Ibid. hlm. 6-7
6
Ibid. hlm. 8-9
keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan atau yang

dapat menimbulkan kerusakan jalan. Pengendara kendaraan bermotor

wajib memiliki Surat Izin Mengemudi yang berfungsi sebagai bukti

kompetensi diri. Tujuan ketertiban lalu lintas adalah untuk

keselamatan bagi seluruh pengguna jalan raya.

B. Tugas dan Kewenangan Kepolisian

1. Tugas Kepolisian

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia, dalam Pasal 13 menyatakan bahwa tugas pokok

kepolisian Negara Indonesia adalah memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Secara

eksplisit tugas kepolisian dalam berlalu lintas dinyatakan dalam Pasal

14 ayat (1) poin b, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Repulik Indonesia, yaitu Kepolisian bertugas

menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.

2. Kewenangan Kepolisian

Kepolisian dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai alat

perlengkapan negara khususnya dalam bidang pemeliharaan keamanan

dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam kewenangan

tersebut, tentunya harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


Khususnya tentang lalu lintas dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b dan c,

bahwa kepolisian berwenang untuk menyelenggarakan registrasi dan

identifikasi kendaraan bermotor dan memberikan surat izin

mengemudi kendaraan bermotor.

C. Upaya dan Strategi Kepolisian dalam Penanggulangan Pelanggaran Lalu

Lintas oleh Pelajar

1. Tindakan Represif Kepolisian

Tindakan represif merupakan tindakan menekan atau menahan

yang bersifat memulihkan suatu keadaan yang dikembalikan seperti

keadaan semula. Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh

pengguna jalan raya, khususnya bagi pelajar yang tidak memiliki surat

izin mengemudi. Kegiatan patroli sebagai kegiatan rutin yang

dilaksanakan oleh Satuan Lalu Lintas Polres Gunungkidul, apabila

pelajar ditemukan belum memiliki Surat Izin Mengemudi, tidak

memakai helm dan tidak mentaati aturan lalu lintas lainnya maka akan

dilakukan proses tilang dan diserahkan ke pengadilan untuk diproses

selanjutnya mengenai pertanggungjawaban perbuatan pidana yang

dilakukan oleh pelaku.

2. Tindakan Preventif Kepolisian

Tindakan preventif merupakan tindakan berupa pencegahan bagi

perbuatan sebelum terjadi. Hasil wawancara yang dilakukan oleh

Penulis kepada Kepala Unit Turjawali Satuan Lalu Lintas (KANIT

Turjawali Satlantas) Bapak Arif Heriyanto mengatakan bahwa upaya


preventif yang dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi dan

himbauan kepada pelajar yang dilakukan di sekolah-sekolah dengan

materi mengenai tertib berlalu lintas dan etika berlalu lintas di jalan

raya. Sebelumnya Satuan Lalu Lintas Polres Gunungkidul telah

bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Wonosari untuk

melakukan kegiatan sosialisasi tersebut. Program penyuluhan

dilakukan oleh Unit Dikyasa Satuan Lalu Lintas Polres Gunungkidul

yang dilaksanakan pada saat Masa Orientasi Siswa di setiap sekolah

saat awal tahun ajaran.

3. Proses penanganan bagi Pelajar yang melakukan Pelanggaran Lalu

Lintas

Prof. Moeljatno, S.H, mendifinisikan Pelanggaran sebagai

wetsdelicten, yaitu perbuatan-perbuatan yang sifatnya melawan

hukumnya baru dapat diketahui setelah ada wet yang menentukan

demikian. 7 Studi lapangan atau observasi dilakukan oleh Penulis,

untuk mencari data mengenai apakah pelajar telah memiliki Surat Izin

Mengemudi dalam mengendarai kendaraan bermotor dengan cara

membagikan kuisioner kepada pelajar di SMA Dominikus Wonosari,

SMA Negeri 2 Wonosari dan SMP Negeri 1 Semanu, kepada 200

jumlah Pelajar siswa/i pada usia 12-18 tahun, dengan mengajukan

pertanyaan dalam kuisioner yaitu apakah pelajar tersebut sudah

memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dan hasilnya sebagai berikut:

7
Moeljatno, 2009, Asas-asas Hukum Pidana, edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, hlm.78
Tabel 3: Jawaban Responden tentang apakah memiliki Surat
Izin Mengemudi (SIM)
No Jawaban Jumlah Siwa/i Presentase %

1 Punya 32 16%
2 Tidak Punya 168 84%
Jumlah 200 100%
Sumber 3: Siswa/i melalui pembagian kuisioner tahun 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah siswa/i yang memiliki

Surat Izin Mengemudi sebanyak 32 orang (16% dari 200 orang) dan

yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi sebanyak 168 orang (84%

dari 200 orang). Perbandingan prosentase siswa/i yang tidak memiliki

Surat Izin Mengemudi lebih banyak daripada yang memiliki Surat Izin

Mengemudi. Upaya yang dilakukan oleh Satuan Lalu Lintas Polres

Gunungkidul dalam menanggulangi pelajar yang melakukan

pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres Gunungkidul

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan tertib berlalu lintas yang

dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan agar etika berlalu

lintas dapat dibangun sejak usia dini.

b. Mengadakan pengaturan lalu lintas disetiap sekolah khususnya

dalam Kota Wonosari, ditempatkan 2 anggota Polisi Lalu Lintas

SSDP untuk mengatur lalu lintas dan memberikan himbauan

kepada setiap pelajar.

VII. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka

penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peraturan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khususnya dalam Pasal 77

ayat (1) belum dapat dikatakan efektif dalam menjamin pelanggaran

lalu lintas khususnya terhadap pelajar yang mengendarai kendaraan

bermotor dan belum memiliki Surat Izin Mengemudi. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pelajar yang

mengendarai kendaraan bermotor (168 orang dari 200 orang jumlah

responden), belum memiliki Surat Izin Mengemudi sebagai bentuk dan

standar kelayakan kompetensi diri. Belum tercapainya efektivitas

undang-undang lalu lintas dalam penanggulangan pelanggaran lalu

lintas oleh pelajar, disebabkan beberapa yaitu; faktor masyarakat

dalam hal ini adalah orang tua pelajar yang memberikan kesempatan

kepada anaknya untuk mengendarai kendaraan bermotor ke sekolah

sendiri, belum tersedia alat transportasi umum yang memadai, dan

jarak antara rumah menuju ke sekolah sangat jauh.

2. Upaya kepolisian untuk menanggulangi pelanggaran lalu lintas oleh

pelajar di wilayah hukum Polres Gunungkidul dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

a. Upaya Preventif

Melakukan sosialisasi dan penyuluhan tertib berlalu lintas

yang dilaksanakan secara rutin pada saat awal tahun ajaran baru
disetiap sekolah-sekolah saat kegiatan masa orientasi siswa (MOS)

dengan tujuan agar pengenalan tata tertib dan etika berlalu lintas

dapat dibangun sejak usia dini. Upaya preventif ini merupakan

upaya utama untuk menanggulangi pelanggaran lalu lintas

khususnya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pelajar.

b. Upaya Represif

Melakukan hunting seperti kegiatan patroli dan razia

sebagai bentuk kegiatan rutin yang dilaksanakan, apabila dalam

mengadakan kegiatan razia tersebut ditemukan pelajar yang belum

memiliki Surat Izin Mengemudi, tidak memakai helm dan tidak

mentaati aturan lalu lintas lainnya maka akan dilakukan proses

tilang dan diserahkan ke pengadilan untuk diproses selanjutnya

mengenai pertanggungjawaban perbuatan pidana yang dilakukan

oleh pelaku. Upaya represif ini merupakan tindakan terakhir dalam

proses penanggulangan pelanggaran lalu lintas oleh pelajar, sebab

upaya kepolisian Gunungkidul dalam proses penanggulangan

pelanggaran lalu lintas oleh pelajar lebih upaya preventif terlebih

dahulu.

Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, saran yang dapat penulis

sampaikan ialah sebagai berikut:

1. Kepolisian sebagai penegak hukum yang berwenang menangani

persoalan lalu lintas diharapkan selalu memberikan nasihat dan


himbauan serta terus melaksanakan kegiatan sosialisasi secara terus

menerus.

2. Orang tua sebagai pihak yang dekat dengan anak, khususnya pelajar

diharapkan mampu memantau segala aktifitas anaknya untuk

menghindari kemungkinan terjadi hal-hal yang buruk bagi si anak.

3. Pihak sekolah diharapkan dapat memberikan arahan secara terus

menerus tentang edukasi dan keselamatan berlalu lintas serta bekerja

sama dengan pihak kepolisian dalam memberikan edukasi Safety

Riding kepada pelajar.

4. Pemerintah juga bertanggungjawab dalam memberikan sarana

tranportasi bis sekolah bagi pelajar khususnya pelajar yang belum

memiliki Surat Izin Mengemudi.

VIII. Daftar Pustaka

Buku:
Achamd Ali, 2009, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta
Moeljatno, 2009, Asas-asas Hukum Pidana, edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta
Soerjono Soekanto, Chalimah Suyanto, Hartono Widodo, 1988, Pendekatan
Sosiologi terhadap Hukum, Bina Aksara, Jakarta
________________, 1990, Polisi Dan Lalu Lintas, Mandar Maju, Bandung
________________, 2004, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum,
Cetakan ke-5, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

You might also like