You are on page 1of 10

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENILAIAN KINERJA

ANGGOTA POLRI DI SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN JAKARTA


(IMPLEMENTASI PERATURAN POLRI NOMOR 2 TAHUN 2018)

MOCHAMAD MAULANA YUSUF


Magister Ilmu Administrasi Institut Stiami Jakarta
mochamadmaulana017@gmail.com

ABSTRACT

The purposeful of this research to know Implmentation, factors that influence implementation
also the strategy to achieve the effectiveness of implementation of Indonesian Police number 2
in 2018. The theory used in this research refers to the theory of repley and franklin, that there
are factors that influence the provisions applies, smooth execution of the function routines, and
the realization of performance and impact. This research was qualitative research with inductive
analysis method. Data collection was obtained through direct observation, In-depth interviews
and documentation research. Research subjects were members of the Indonesian Police at the
Jakarta Police Science High School. Determination of informants with purposive sampling
technique. Research through the data validity test by criteria test namely credibility,
transeferability, dependability, and confirmability. The result of the research found that the
implementation of Indonesian Police number 2 in 2018 regarding the performance assessment
of Police officers with a performance management system in Police science high school was
school was not optimal. This was because the level of compliance with the Policy was still low,
coordination and supervision were not optimal. To improve optimization, it is necessary to
comply with procedures in an integrated manner from all parts, human resource development
needs to be improved, socialization must be sustainable and all Police officers in Police Science
high scholl must follow.

Keywords : implementation policy and performance assessment.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi, faktor yang
mempengaruhi implementasi serta strategi yang dilakukan untuk mencapai efektivitas
implementasi kebijakan Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada teori Ripley dan Franklin bahwa terdapat faktor-faktor yang
berpengaruh dalam implementasi sebuah kebijakan yaitu : tingkat kepatuhan pada ketentuan
yang berlaku, lancarnya pelaksanaan rutinitas fungsi, dan terwujudnya kinerja dan dampak yang
dikehendaki. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis induktif
pengumpulan data diperoleh melalui observasi langsung, Wawancara mendalam dan penelitian
dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah Anggota Polri di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian
Jakarta dengan penentuan informan menggunakan teknik purposive Sampling. Penelitian
melalui uji keabsahan data dengan uji kriteria yakni credibility, transeferability, dependability,
dan confirmability. Bahwa berdasarkan dari hasil penelitian ditemukan Implementasi Peraturan
Polri Nomor 2 tahun 2018 tentang penilaian kinerja anggota Polri dengan Sistem Manajemen
Kinerja (SMK) di STIK belum optimal. Hal tersebut dikarenakan tingkat kepatuhan pada
kebijakan masih rendah dalam hal koordinasi dan pengawasan belum optimal. Untuk
meningkatkan optimalisasi perlu kepatuhan pada prosedur secara terpadu dari semua bagian dan
pembinaan SDM perlu ditingkakan serta sosialisasi harus berkelanjutan diadakan dan seluruh
anggota Polri di STIK harus mengikutinya.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan dan Penilaian Kinerja

1
1. Pendahuluan
Implementasi merupakan unsur penting dalam suatu kebijakan publik. Apabila suatu
kebijakan telah ditetapkan apakah dalam bentuk undang-undang, peraturan, keputusan,
ketetapan, instruksi, dan bentuk-bentuk hukum lainnya, maka untuk badan-badan pelaksana
atau birokrasi harus mengimplementasikan program atau kebijakan yang telah ditetapkan
tersebut.
Implementasi apabila dikaitkan dengan kebijakan sebenarnya adalah kebijakan itu
dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk positif seperti undang-undang dan peraturan
kemudian sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau diimplementasikan agar mempunyai
dampak atau tujuan yang diinginkan.
Implementasi hendaknya dilakukan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat, jika
tidak maka hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Implementasi juga
merupakan hal yang sangat penting dalam keseluruhan rangkaian kegiatan. Implementasi
selain memerlukan aksi nyata juga membutuhkan konsistensi dalam pelaksanaannya.
Rencana yang sudah dibuat dengan sangat baik tidak akan berarti apa-apa jika tidak
dilaksanakan atau jika dilaksanakan dengan asal-asalan.
Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat dan seringkali mengalami
masalah-masalah atau kegagalan, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Di negara-negara maju saja implementasi kebijakan ini sulit dilakukan apalagi di negara-
negara berkembang, sebagaimana dikatakan oleh McClintock (1980:64) dalam Erwan dan
Dyah (2012:3) : “The Successful Implementation of Public Policy is Difficult in The First
World Countries; It is more difficult in the Third World…”.

Apa Kebijakan itu


Kebijakan adalah prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada
tujuan-tujuan tertentu, (Titmuss dalam Suharto, 2010:7).
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang
memuat prinsip -prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara
terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.

Apa itu kebijakan Publik


Kebijakan Publik adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan dan kesempatan
terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, (Carl J
Federick dalam Agustino, 2008:7).
Berdasarkan pendapat berbagai ahli dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang
berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan masalah-masalah publik atau demi
kepentingan publik. Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam
ketentuan-ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah sehingga
memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.

Apa itu Implementasi Kebijakan Publik


Implementasi Kebijakan Publik adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu/ pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya
tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan, (Van Metter dan Van Horn dalam
Agustino, 2008:195).
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai implementasi kebijakan publik, bahwa
implementasi kebijakan publik biasanya menunjukkan seluruh upaya untuk melakukan
perubahan melalui sistem baru dalam pemerintahan untuk mencapai tujuan yang telah
diharapkan dalam suatu kebijakan atau program. Namun tetapi hal terpenting sebelumnya
pemerintah perlu mengkaji ulang hal yang akan diputuskan atau dibuat dengan
memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan. Hal ini ditujukan agar dalam pelaksanaan
kebijakan nantinya pemerintah sudah mempunyai gambaran yang akan terjadi dilapangan

2
mengenai dampak yang akan timbul dalam pelaksanaannya. Sehingga proses kegiatan ini
tetap berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan dari suatu kebijakan tersebut.

Apa itu Model Implementasi Kebijakan


Dalam sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan dijelaskan tentang adanya
dua pendekatan guna memahami implementasi kebijakan, yaitu: pendekatan top down dan
bottom up. Pendekatan top down misalnya dapat disebut sebagai pendekatan yang
mendominasi awal perkembangan studi implementasi kebijakan, walaupun dikemudian
hari terdapat perbedaan-perbedaan sehingga menelurkan pendekatan bottom up, namun
pada dasarnya dua pendekatan ini bertitik-tolak pada asumsi-asumsi yang sama dalam
mengembangkan kerangka analisis tentang studi implementasi. Inti dari kedua pendekatan
ini adalah sejauhmana tindakan para pelaksana (administrator dan birokrat) sesuai dengan
prosedur serta tujuan yang telah digariskan oleh para pembuat kebijakan.
Teori Ripley dan Franklin ingin menekankan tingkat kepatuhan para implementor
kebijakan terhadap isi kebijakan itu sendiri. Setelah ada kepatuhan terhadap kebijakan yang
ada, pada tahap selanjutnya melihat  kelancaran pelaksanaan rutinitas fungsi, serta seberapa
besar masalah yang dihadapi dalam implementasi. Pada akhirnya setelah semua berjalan
maka akan terwujud kinerja yang baik dan tercapainya tujuan (dampak) yang diinginkan.
Pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut dapat dipakai untuk mengukur apakah tugas pokok
organisasi implementor tersebut telah berjalan dengan lancar atau belum. Fungsi
selanjutnya dapat untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada, yang dapat menghambat
lancarnya implementasi sebuah kebijakan.
Teori yang digunakan Ripley dan Franklin ini bersifat top down. Teori Rasional (top
down) ini lebih menekankan pada usaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang
membuat suatu kebijakan bisa berjalan sukses di lapangan. Model implementasi inilah
yang paling pertama muncul. Pendekatan top down memiliki pandangan tentang hubungan
kebijakan implementasi.

Apa itu Kinerja


Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya, (Mangkunegara, 2016:67). Kinerja menurut Sedarmayanti (2011:195)
menyatakan bahwa kinerja merupakan system yang digunakan untuk menilai dan
mengetahui apakah seorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya secara
keseluruhan, atau merupakan perpaduan dari hasil kerja (apa yang harus dicapai seseorang)
dan kompetensi (bagaimana seseorang mencapainya).
Dari uraian-uraian yang ada dari para ahli dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
keberhasilan yang dicapai oleh seorang pegawai dalam suatu tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja seseorang dalam organisasi akan
sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.
Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah
mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh organisasi.
Oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang ditetapkan dalam pengukuran, maka
kinerja pada seseorang atau kinerja organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada
tolak ukur keberhasilannya.

Apa itu Penilaian Kinerja


Penilaian Kinerja adalah proses dimana organisasi menilai atau mengevaluasi prestasi
kerja karyawan, (Rachmawati, 2007:123). Evaluasi kinerja yang dikenal juga dengan
penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan proses yang
digunakan oleh perusahaan untuk mengevaluasi job performance. Proses evaluasi job
performance tersebut, jika secara benar dan profesional dilaksanakan maka akan membawa
manfaat yang penting bagi karyawan, supervisor, departemen SDM, dan kepada
perusahaan itu sendiri. Dengan adanya penilaian kinerja karyawan dan perusahaan serta

3
supervisor dapat membuat suatu perencanaan karir karyawan, pendidikan, pelatihan dan
pengembangan, peningkatan gaji, promosi dan keputusan-keputusan penempatan lainnya
(Veithzal Rivai, 2011:17).

Apa itu Sistem Manajemen Kinerja


Sistem Manajemen Kinerja adalah manajemen tentang menciptakan hubungan dan
memastikan komunikasi yang efektif antara manajer, kelompok, dan individu melalui
kegiatan perencanaan, bimbingan (coaching), penilaian, dan evaluasi kinerja, (Wibowo,
2007:1).
Sedangkan pada organisasi pemerintah seperti Polri, maka ukuran kinerja tentu berbagai
bentuk pelayanan kepada masyarakat (akuntabilitas eksternal atau publik). Semuanya harus
terukur secara kuantitatif dan dimengerti oleh berbagai pihak yang terkait, sehingga nanti
pada saat evaluasi bisa diketahui, apakah kinerja sudah mencapai target atau belum.
Organisasi yang tidak memiliki indikator kinerja, biasanya tidak bisa diharapkan mampu
mencapai kinerja yang memuaskan para pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Peneliti menganggap bahwa pendekatan kualitatif memungkinkan seorang peneliti


untuk menginterprestasikan dan menjelaskan suatu fenomena secara holistic dengan
menggunakan kata-kata, tanpa harus bergantung pada sebuah angka.
Menurut Meleong dalam Haris Herdiansyah,(2010:9) mendefinisikan penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain
sebagainya secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
Dalam penelitian ini model implementasi kebijakan yang digunakan model Ripley dan
Franklin. Model ini dipilih agar data yang dikumpulkan dalam penelitian akan mampu
menjawab rumusan masalah dan mencapai tujuan penelitian ini.

2. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian yang bersifat deskriptif karena objeknya yang alamiah
atau natural setting. Objek yang alamiah adalah objek yang apa adanya dan tidak ada
manipulasi data didalamnya serta tidak dirumuskan dalam sebuah hipotesis.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Implementasi Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018 tentang Penilaian Kinerja
Anggota Polri di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta
proses implementasi merupakan proses yang rumit dan kompleks. Implementasi
dilaksanakan setelah kebijakan ditetapkan. Dalam implementasi tidak jarang
memunculkan sejumlah permasalahan, apakah itu dalam permasalahan sumber daya
manusia, anggaran, maupun sarana dan prasarananya. Demikian halnya implementasi
suatu kebijakan Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018 tentang penilaian kinerja anggota
Polri dengan Sistem Manajemen Kinerja (SMK). Peraturan Polri ini bertujuan untuk
memberikan penilaian kepada anggota Polri atas kinerja yang telah dilakukan secara
lebih transparan, akuntabel, dan objektif. Dalam penelitian ini implementasi kebijakan
publik model Ripley dan Franklin yang digunakan dengan mendeskripsikan data
realisasi penilaian kinerja semester 1 dan 2 tahun 2017 serta semester 1 tahun 2018
yang mengacu pada teori Ripley dan Franklin didapatkan hasil penelitian sebagai
berikut :
a. Tingkat Kepatuhan Pada Ketentuan Yang Berlaku.
Kepatuhan menunjuk apakah implementor patuh terhadap prosedur dan standar
yang ditetapkan. Dalam suatu kebijakan termasuk salah satunya Peraturan Polri
Nomor 2 tahun 2018 tentang penilaian kinerja anggota Polri dengan Sistem

4
Manajemen Kinerja (SMK) dalam hal ini anggota Polri di Sekolah Tinggi Ilmu
Kepolisian Jakarta dalam implementasinya membutuhkan beberapa hal yang
mendukung keberhasilan dari suatu kebijakan.
faktor tingkat kepatuhan pada ketentuan yang berlaku dalam implementasi
Peraturan Polri tersebut belum berjalan dengan baik karena masih kurangnya
pemahaman dari anggota Polri di STIK akan kebijakan tersebut sehingga ada rasa
bingung dan kurang mengerti dalam pembuatan penilaian kinerja dengan SMK dan
terlebih banyak anggota Polri yang mengandalkan kepada Staf Bag SDM dalam
pembuatannya karena berpikir sebagai pengemban fungsi SDM.
Dari penyajian data yang telah disampaikan di atas, dapat kita pahami bahwa
ketidakpatuhan perilaku implementor kurang memiliki pemahaman yang sesuai
dengan prosedur peraturan yang ada, kemudian adanya pemikiran untuk
mengandalkan staf Bag SDM STIK dalam pembuatan SMK tersebut karena
dianggap sebagai pengemban fungsi SDM serta rendahnya peran pimpinan dalam
pengawasan pada setiap Satker yang ada di STIK.
b. Lancarnya Pelaksanaan Rutinitas Fungsi.
Dalam perkembangan fungsi dan tugas pokok Polri menghadapi tantangan dan
hambatan yang semakin meningkat dan penuh dengan permasalahan yang sangat
kompleks. Dalam melaksanakan kinerjanya, banyak permasalahan yang dihadapi
oleh anggota Polri. Masalah yang dihadapi anggota Polri, baik yang berasal dari
lingkungan internal maupun eksternal muaranya lebih banyak diarahkan pada
anggota Polri dalam menjalankan tugas yang diamanatkan kepadanya.
Suatu kebijakan mencapai keberhasilan apabila terdapat koordinasi yang selaras
antar satuan kerja yang terkait. Dengan koordinasi yang selaras dan seimbang
tujuan dari suatu kebijakan akan mudah tercapai. Koordinasi adalah salah satu
faktor penting dalam pelaksanaan Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018 tentang
penilaian kinerja anggota Polri dengan Sistem Manajemen Kinerja (SMK) karena
penilaian kinerja adalah kewajiban anggota Polri di Sekolah Tinggi Ilmu
Kepolisian Jakarta.
Koordinasi belum maksimal antara bagian pengemban fungsi SDM dengan
bagian lain yang ada di STIK sehingga anggota Polri merasa selama ini tidak
dilibatkan secara aktif dalam pembuatan penilaian kinerja. Padahal dampak yang
akan dirasa akan merugikan anggota Polri tersebut karena penilaian kinerja dengan
Sistem Manajemen Kinerja sangat penting. Dengan kejadian tersebut sehingga
terjadi disharmoni dan tidak menyatukan pemahaman yang sama dalam penilaian
kinerja anggota Polri. Koordinasi seharusnya dilakukan bukan hanya ketika terjadi
permasalahan tetapi koordinasi dilakukan harus secara rutin untuk membahas dan
membangun kerjasama sehingga penilaian kinerja dapat berjalan dengan lancar
sesuai apa yang diharapkan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu
koordinasi dalam penilaian kinerja dengan sistem manajemen kinerja, berbagai
indikator dapat dipergunakan seperti tersusunnya pedoman dan aturan Standar
Operasional Prosedur (SOP), terlaksananya rapat koordinasi, serta terlaksananya
monitoring dan evaluasi, apabila semua indikator tersebut dilaksanakan dalam
implementasi kebijakan penilaian kinerja dengan Sistem Manajemen Kinerja
(SMK) akan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
c. Terwujudnya Kinerja dan Dampak Yang Dikehendaki.
Kebijakan dibuat dengan tujuan-tujuan dan harapan yang dikehendaki,
kebijakan penilaian kinerja anggota Polri yang tertuang dalam Peraturan Polri
nomor 2 tahun 2018 menghendaki agar penilaian kinerja dengan Sistem
Manajemen Kinerja (SMK) dapat meningkatkan kinerja anggota Polri.
Implementasi dari penilaian kinerja mendeskripsikan tingkat ketercapaian
dampak yang ingin dikehendaki. Implementasi dari suatu kegiatan menjelaskan
bagaimana proses kegiatan yang dilaksanakan itu guna mencapai tujuan yang telah
ditentukan.

5
Dari penyajian data yang telah disampaikan dapat dipahami dampak kinerja
yang dikehendaki dari penilaian kinerja anggota Polri masih terkendala dalam
implementasi program-program dan upaya pengawasan penilaian kinerja belum
berjalan secara efektif, mengingat masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi di
lapangan. Upaya pengawasan perlu segera dilakukan secara berkelanjutan dalam
peningkatan penilaian kinerja.

3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Peraturan Polri Nomor 2 Tahun


2018 di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta
Implementasi terhadap Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018 tentang penilaian
anggota Polri dengan Sistem Manajemen Kinerja (SMK) di Sekolah Tinggi Ilmu
Kepolisian Jakarta dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Salah satu instrumen analisis yang digunakan untuk menginventarisir faktor-faktor
yang mempengaruhi implementasi Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018 adalah
menggunakan teori implementasi Ripley dan Franklin. Dengan menggunakan teori
implementasi Ripley dan Franklin, maka akan mengetahui kondisi suatu pelaksanaan
program dan implementasi penilaian kinerja yang dilakukan oleh Bag SDM STIK
Jakarta selaku pelaksana utama implementasi Peraturan Polri No.2 tahun 2018.
Ripley dan Franklin mengajukan tiga faktor yang berperan penting dalam
pencapaian keberhasilan implementasi. Masing-masing faktor tersebut akan
diaplikasikan untuk mengimplementasikan kebijakan publik tentang penilaian kinerja
anggota Polri dalam penelitian ini, khususnya terkait implementasi Peraturan Polri
nomor 2 tahun 2018 tentang penilaian kinerja anggota Polri dengan Sistem
Manajemen Kinerja (SMK) di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta. Faktor-faktor
tersebut perlu ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap implementasi yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tingkat Kepatuhan Pada Ketentuan Yang Berlaku.
Ada beberapa kriteria yang mengambarkan kondisi faktual dari pelaksanaan
kebijakan tersebut. Seperti sejauhmana tingkat kepatuhan semua elemen pada
prosedur yang ditetapkan oleh aturan tentang penilaian kinerja anggota Polri,
seperti bagaimana prosedur dan aturan dalam pembuatan SMK serta tata cara
penyusunan SMK tersebut. Kepatuhan implementor dalam hal penilaian kinerja ini
sangat berperan penting sehingga implementor dapat memahami implementasi
kebijakan penilaian kinerja tersebut.
Pembinaan dan pengawasan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
implementasi kebijakan dapat berhasil berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan
dari ditetapkannya Peraturan Polri tersebut.
Dari beberapa temuan yang peneliti dapatkan perihal ketidakpatuhan meliputi
bagaimana prosedur dijalankan dengan benar atau tidak, yang terjadi dilapangan
adalah ada ditemukan anggota Polri yang mengandalkan Staf Bag SDM dalam hal
membuatkan penilaian kinerja dengan SMK sehingga dikuatirkan penilaian kinerja
tersebut tidak objektif serta dalam hal pembinaan dan pengawasan di masing-
masing satuan kerja belum optimal yang membuat banyak anggota Polri yang
belum memahami akan Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018 tersebut.

b. Lancarnya Pelaksanaan Rutinitas Fungsi.


Tujuan dari implementasi kebijakan penilaian kinerja adalah untuk
meningkatkan kinerja anggota Polri yang ada di STIK. Untuk mencapai tujuan
tersebut adalah melakukan sosialisasi yang berkelanjutan. Namun pada
kenyataannya sosialisasi belum berjalan secara efektif karena masih adanya
anggota Polri di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian yang belum mengikuti sosialisasi
Peraturan Polri tersebut, dan seharusnya tidak hanya Perwiranya saja yang
mendapatkan sosialisasi akan tetapi seluruh anggota Polri di Sekolah Tinggi Ilmu
Kepolisian termasuk Bintaranya harus mendapatkan sosialisasi tentang penilaian

6
kinerja dengan SMK seperti yang dikatakan dalam wawancara dengan informan-
informan di lapangan. Masih adanya prosedur-prosedur yang tidak dipatuhi oleh
anggota Polri serta masih kurangnya dalam hal pengendalian dan pengawasan dari
satuan kerja yang ada di STIK.
Hal ini karena tidak konsisten dalam melaksanakan program serta kurang
optimalnya fungsi koordinasi yang dilakukan oleh pengemban fungsi SDM
sehingga dari lemahnya fungsi koordinasi tersebut menyebabkan tidak optimalnya
penilaian kinerja anggota Polri di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian padahal peran
aktif anggota sangat diperlukan seperti pemberian saran dan pendapat serta
penyampaian informasi. Terlebih sosialisasi harus dilakukan secara berkelanjutan
dan tidak hanya pada level perwira saja yang mengikutinya tetapi seluruh anggota
Polri di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian harus juga mendapatkan sosialisasi
Peraturan Polri tersebut agar pemahaman anggota akan Peraturan Polri tersebut
akan semakin baik dan berjalan dengan lancar sesuai aturan yang ada.

c. Terwujudnya Kinerja dan Dampak Yang Dikehendaki.


Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor penting agar terwujudnya
kinerja dan dampak yang dikehendaki. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
pembenahan SDM belum berjalan secara optimal sesuai dengan yang dikehendaki
pimpinan. Hal ini ditandai dengan belum adanya upaya-upaya dalam peningkatan
penilaian kinerja dan masih adanya anggota Polri yang belum memahami dan tidak
peduli akan Peraturan Polri tersebut sehingga perlu adanya pembinaan yang
berkesinambungan agar anggota Polri benar-benar dapat memahami akan
pentingnya penilaian kinerja tersebut.
Penilaian kinerja dengan SMK yang dirasa masih kurang ini diperlukan peran
pimpinan dalam pengawasannya dan partisipasi anggota sangat penting dalam
implementasi Peraturan Polri tersebut serta kerjasama dari antar bagian yang
terkait dalam upaya meningkatkan kinerja anggota Polri di Sekolah Tinggi Ilmu
Kepolisian untuk terwujudnya kinerja dan dampak yang dikehendaki perlu adanya
dukungan dalam bentuk kegiatan-kegiatan memperbaiki pengawasan yang
diadakan secara mandiri maupun dengan pengemban fungsi SDM karena
implementasi ini tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya kerjasama
antar bagian yang terkait yang mendukung kegiatan tersebut.

3.3. Strategi Yang Dilakukan Untuk Mencapai Efektifitas Implementasi Peraturan


Polri Nomor 2 Tahun 2018 Di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Jakarta
Dari temuan peneliti di lapangan dan hasil wawancara strategi yang telah dan akan
dilakukan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta dalam mengimplementasikan
Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018 agar berjalan efektif adalah dengan cara :
a. Meningkatkan pembinaan dan menciptakan hubungan yang baik antara atasan dan
anggota agar terjadi kedekatan emosional sehingga diharapkan anggota menjadi
lebih terbuka dan leluasa dalam menyampaikan aspirasinya baik dalam
memberikan saran atau masukan terhadap implementasi Peraturan Polri ini.
b. Melakukan sosialisasi secara berkesinambungan kepada anggota atau pemberian
penjelasan pada saat apel pagi, agar anggota dapat memahami bahwa Peraturan
Polri Nomor 2 tahun 2018 tentang penilaian kinerja ini sangat penting dan
berpengaruh pada saat anggota akan mengikuti pendidikan lanjutan, kenaikan
pangkat, Dikbangspes/Dikjur dan pemutihan bagi anggota yang bermasalah.
c. Memberikan pemahaman kepada anggota bahwa penilaian kinerja berdasarkan
Peraturan Polri ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan mutasi,
dan akan berpengaruh terhadap pemberian tunjangan kinerja. Hal ini bertujuan agar
anggota tidak lagi apatis sehingga kesadaran anggota untuk melaksanakan
Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018 lebih optimal dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

7
d. Memberikan pelatihan kepada staf Bag SDM STIK, agar seluruh staf Bag SDM
memiliki pemahaman yang lebih baik agar optimal dalam mengimplementasikan
Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018 sebagaimana yang diharapkan. Hal ini
dilakukan agar staf Bag SDM STIK sebagai pengemban fungsi SDM dapat
memberikan penjelasan kepada anggota lainnya yang belum mengerti dan
memahami mengenai Peraturan Polri tersebut.
Berdasarkan wawancara mengenai strategi yang dilakukan untuk mencapai
efektivitas dalam mengimplementasikan Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018, maka
penulis mengajukan tiga hal untuk mengefektifkan fungsi penilaian kinerja dalam upaya
untuk mengimplementasikan Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018 tentang penilaian
kinerja anggota Polri di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta, yaitu :
a. Sistem Pengawasan Penilaian Kinerja.
Bahwa seluruh sistem administrasi yang berada di bawah lingkungan STIK
harus saling terkait antar bagian. Pengawasan dalam pelaksanaan implementasi
Peraturan Polri tentang penilaian kinerja adalah suatu usaha sistematis dalam
menetapkan standar dengan tujuan perencanaan, merancang bangun sistem, umpan
balik informasi, membandingkan kinerja sebenarnya dengan standar yang telah
ditentukan terlebih dahulu tersebut. Bila terjadi penyimpangan maka perlu tindakan
perbaikan agar hasilnya sesuai dengan standar yang telah dibuat.
b. Perlunya Dibangun Database.
Database yang dibangun disini tidak semua orang dapat mengelolanya sehingga
untuk mengakses database tersebut tidak semua orang bisa. Walaupun petugas
yang mengelola database sekalipun, tidak dapat mengakses isi data personel tanpa
ada ijin atau perintah dari pimpinan. Petugas yang mengakses data harus
melakukan catatannya secara transparan dan melaporkannya kepada pimpinan.
Dengan database ini dapat melihat perkembangan karir anggota semenjak awal
menjadi anggota Polri sampai sesudah masa Purna Bhakti atau pensiun, sehinga
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi anggota yang dinilai.
c. Sistem Evaluasi.
Evaluasi merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam proses
kebijakan. Untuk dapat mengetahui sejauhmana kinerja dilaksanakan maka perlu
dilakukan evaluasi. Dengan evaluasi kinerja dapat memberikan umpan balik
terhadap tujuan dan sasaran kinerja, perencanaan dan proses pelaksanaan kinerja.
Berdasarkan evaluasi kinerja tersebut dapat dilakukan langkah-langkah untuk
melakukan perbaikan dalam mengimplementasikan Peraturan Polri Nomor 2 tahun
2018. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi pada
saat implementasi Peraturan Polri tersebut. Sehingga dengan demikian dapat
dijadikan sebagai bahan dalam melakukan perbaikan terhadap implementasi
kebijakan. Evaluasi ini dapat dilakukan pada setiap semester 6 bulan sekali dan
pelaksanaannya dilakukan setelah pengiriman laporan penilaian kinerja dari
masing-masing satuan kerja yang ada.

4. Kesimpulan
Penilaian kinerja anggota Polri di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta ditinjau dari
implementasi kebijakan Peraturan Polri nomor 2 tahun 2018 belum optimal dan masih ada
anggota yang belum memahami serta kurangnya pengawasan, dilihat dari Faktor-faktor
yang mempengaruhi implementasi masih adanya anggota yang mengandalkan staf Bag
SDM sebagai pengemban fungsi SDM dan belum optimalnya sosialisasi yang diadakan
sehingga anggota masih ada yang belum mendapatkan sosialisasi sehingga strategi yang
dilakukan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta agar implementasi berjalan efektif yaitu
dengan cara : Meningkatkan pembinaan dan menciptakan hubungan yang baik antara
atasan dan anggota, Melakukan sosialisasi secara berkesinambungan kepada seluruh
anggota, Memberikan pemahaman kepada anggota akan pentingnya penilaian kinerja,
Memberikan pelatihan kepada staf Bag SDM STIK.

8
Referensi

Buku
Achmad S. Ruky. 2006, “Sistem Manajemen Kinerja”, Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Budi Winarno, 2012, “Kebijakan Publik” (Teori, Proses dan Studi Kasus)” Jakarta, Sinar
Grafika.
Agustino, Leo, 2008, “Dasar-Dasar Kebijakan Publik”, Bandung: CV. Alfabeta.
Desssler, Gary, 1997. “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jakarta : PT. Ikrar Mandiri Abadi.
Erwan Agus dan Dyah Ratih, 2012, “Implementasi Kebijakan Publik : Konsep dan Aplikasinya
di Indonesia”, Yogyakarta, Gava Media.
Cresswell, John W, 2002. “Research Design Qualitative and Quantitative Approaches”, Jakarta :
KIK Press.
Lexy Moleong, 2006. “Metodelogi Penelitian Kualitatif”, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya.
Ali, Faried. 2011, “Teori dan Konsep Administrasi : Dari Pemikiran Paradigmatik Menuju
Redefinisi. Jakarta : Rajawali Pers.
Anggara, Sahya. 2012, Ilmu Administrasi Negara. Jakarta : Pustaka Setia.
Randall B. Ripley and Grace A. Franklin, 1986 “Policy Implementasi and Bureacracy”.
Kusumanegara, Solahuddin. 2010. “Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik”.
Yogyakarta : Gava Media.
Pasolong, Harbani. 2008. “Teori Administrasi Publik” Bandung : Alfabeta.
Syafiie, Kencana. 2015. “Ilmu Administrasi”. Yogyakarta : Pusaka Belajar.
Syafri, Wirman. 2012. “Studi Tentang Administrasi Publik, Jakarta : Erlangga.
Winarno, Budi, 2012. “Kebijakan Publik Teori Proses dan Studi Kasus”. Yogyakarta :Caps.
Riant Nugroho, “Public Policy” 2012, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo.
Sedarmayanti, 2010. “Manajemen Sumber Daya Manusia : Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Pegawai Negeri Sipil”. Bandung : Refika Aditama.
Moeheriono, 2012, “Indikator Kinerja Utama (IKU)”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Melayu S.P. Hasibuan, 2009, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Solichin Wahab, 2012, “Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model
Implementasi Kebijakan Publik”, Jakarta, PT. Bumi Aksara.
Surya Dharma, 2010, “Manajemen Kinerja : Falsafah, Teori, dan Penerapannya”, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Wibowo, 2007, “Manajemen Kinerja”, Jakarta : Rajawali Pers.
Noeng Muhadjir, 2000, Ilmu pendidikan dan Perubahan Sosial. Teori Pendidikan Pelaku Sosial
Kreatif. Yogyakarta : Raka Sarasin.
Amin Priatna, 2008, Disertasi “Analisis Implementasi Kebijakan Kesejahteraan Dosen pada
Universitas Pendidikan Indonesia, Pasca Sarjana UNJ.
Agustino, 2012, “Dasar-Dasar Kebijakan Publik”.
Bambang Istianto, Taufan Maulamin, 2017, “Kebijakan Transportasi On Line Dan Konflik
Sosial”. Jurnal Ilmu Adminitrasi Negara – ASIAN ISSN : 2338-9567 Volume 5 Nomor
2, Oktober 2017.
A.H. Rahadian, 2010, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Otonomi
Daerah”.
Penelitian Terdahulu/Jurnal :
Rima Meka Virsaliana, Tri Cahyo Utomo, Reni Windiani, 2014, “Implementasi Peraturan
Daerah Nomor 11 Tahun tentang penataan pedagang kaki lima di Kota Semarang (Studi
Kasus Pedagang Kaki Lima oleh Pemerintah Kota Semarang).”
Taufik, Isril, 2013, “Implementasi Peraturan Daerah Badan Permusyawaratan Desa.”
M. Salahuddin, S.H, 2015, “Implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor :
48/MDAG/PER/7/2015 Juncto Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 51/M-
DAG/PER/7/2015 Dikaitkan Dengan Perdagangan Pakaian Bekas Dari Luar Negeri
(Studi Di Kota Pontianak)”.

9
Snelling, Anastasia; Belson, Sarah Irvine; Watts, Erin; Malloy, Elizabeth; Van Dyke, Hugo;
George, Stephanie; Schlicker, Sandra; Katz, Nancy Brenowitz, 2017, “Measuring the
Implementation of a School Wellness Policy”.
James P Spillane, Brian J Reiser, Todd Reimer, 2002, “Policy Implementation and Cognition:
Reframing and Refocusing Implementation Research”.
Stephen Roll, Stephanie Moulton, Jodi Sandfort, 2017, “A Comparative Analysis of Two
Streams of Implementation Research”.
Peraturan Perundangan :
Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Peraturan Polri Nomor 2 tahun 2018 tentang Penilaian Kinerja Anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia dengan Sistem Manajemen Kinerja (SMK).

10

You might also like