Professional Documents
Culture Documents
2, Nopember 2010
Abdul Muhith
ABSTRACT
By progressing someone’s age, they will get dcreasing especially in function abiliy that causes
decreasing in their role of social. This why it also raises some troubles in their lifes until they can
need other’s helping because of depending on them. The aim of this research is to know function
the old in UPT Panti Werda Mojopahit of Mojokerto. The method design of this research is
descriptive by population of all the old who stay at UPT Panti Werdha and its sample is who stays
at UPT Panti Werdha by sampling Purposive technic. Collecting data by observation, interview
and instrument uses checklish according to Index Barthel modificated. The variable of this
research is the old’s ability function. Anaylising data technic is used by frequency distribution. The
result of this research, from 41 respondences, they get modern depending on daily activities in
Index Barthel is 10 self the old (24,4%), 9 the old (21,9%) have less depending, 15 the old (36,6%)
have modern depending, 5 the old (12,2%) have the excess depending or very dependending and
the least 2 the old have full depending (4,9%). The estimated is the woman 2 times often fallen
than the man.The conclusion above is the most respondence have modern depending of 15 the old
(35%) dan more than 50% have depending is the woman. they are 25 the old (60%), more than
50% the old who stay at Panti Werdha Mojopahit of Mojokerto are elderly that is 60-74 old get 25
respondences (71%).
Key words: funtion ability, the old.
A. PENDAHULUAN.
Menua merupakan proses terus menerus (berkelanjutan) secara alamiah, dimulai
sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Berdasarkan pernyataan ini,
lanjut usia dianggap sebagai penyakit, hal ini tidak benar. Gerontologi berpendapat lain,
sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan masa atau tahap hidup manusia yaitu:
bayi, anak, remaja, dewasa, tua kemudian lansia (Nugroho, 2000). Secara individu,
pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik – biologis,
mental maupun sosial ekonomi. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan
mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fungsional yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya. Hal ini menyebabkan pula
timbulnya gangguan didalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
mengakibatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Pudjiastuti, 2003).
Bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mentalnya perlahan-lahan
pasti akan mengalami penurunan. Akibatnya aktivitas hidupnyapun akan terpengaruh
yang pada akhirnya akan mengurangi kesigapan seseorang (Nugroho, 2000). Secara
umum menjadi tua atau proses menua di tandai dengan kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala – gejala kemunduran fisik, antara lain : kulit mulai mengendur, rambut
kepala mulai memutih, gigi mulai ompong, penurunan fungsi penglihatan dan
pendengaran, mudah lelah dan mudah jatuh (Pudjiastuti, 2003).
Gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah dan kerusakan sendi
adalah perubahan morfologi dari otot. Perubahan morfologi dari otot menyebabkan
perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot,
elastisitas dan fleksibelitas otot. Kecepatan waktu reaksi, rileksasi dan kerja fungsional.
Selanjutnya penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan penurunan atau
kemunduran kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh. Hambatan dalam gerak
duduk ke berdiri, peningkatan resiko jatuh, perubahan postur. Berbagai kemunduran fisik
mengakibatkan kemunduran kemampuan mobilitas. Kemunduran fungsi mobilitas
16
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
B. TINJAUAN PUSTAKA.
1. Konsep kemampuan.
a. Pengertian.
Menurut Mangkunegara (2009), “ability adalah kemampuan, kecakapan,
ketangkasan, bakat, kesanggupan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk
melakukan suatu perbuatan”. “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan
sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”. Dari pengertian-pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa, kemampuan (abilty) adalah kecakapan atau
potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu
yang diwujudkan melalui tindakannya (Davis, 2008).
b. Klasifikasi Kemampuan.
Lebih lanjut Davis (2008) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua
faktor, yaitu :
1) Kemampuan intelektual (Intelectual ability).
Merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental.
2) Kemampuan fisik (Physical ability).
Merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan
karakteristik fisik.
Menurut Keith Davis (2008), “secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri
dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill), artinya
seseorang yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih
mudah mencapaikinerja maksimal”.
c. Kriteria Kemampuan/Ketergantungan (Watson, 2002).
1) Mandiri.
Hubungan sosial yang cukup memuaskan dan adekuat, sekurang–kurangnya satu
orang akan merawat klien dalam waktu yang tidak terbatas/hubungan sosial
sangat memuaskan dan meluas, serta bantuan hanya diberikan dalam waktu
singkat.
17
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
2) Ringan.
Hubungan sosial yang tidak memuaskan, kurang kualitas dan sedikit, tapi
sekurangnya satu orang akan merawat klien dalam waktu yang tidak terbatas
atau hubungan sosial cukup memuaskan dan adekuat, bantuan hanya diberikan
dalam waktu singkat.
3) Moderat.
Hubungan sosial yang tidak memuaskan, kurang kualitas dan sedikit, perawatan
hanya diberikan dalam waktu yang singkat atau hubungan sosial sekurang–
kurangnya adekuat atau memuaskan, tapi bantuan hany sementara.
4) Berat/Sangat Tergantung.
Hubungan sosial yang tidak memuaskan, kurang berkualitas dan bantuan hanya
sementara atau hubungan sosial sekurang–kurangnya adekuat atau memuaskan,
tapi bantuan tidak ada.
5) Tidak Mampu.
Hubungan sosial tidak memuaskan, kurang berkualitas dan sedikit, bantuan tidak
ada.
d. Kemampuan Fungsional.
Kemampuan fungsional adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri (Leuckkenotte, 1999).
1) Indeks Katz dari Aks.
Indeks kemandirian dari aktivitas kehidupan sehari-hari berdasarkan pada
evaluasi fungsi mandiri atau ketergantungan dari klien dalam mandi, berpakaian,
pergi ke kamar mandi, berpindah, kontinen dan makan (Pudjiastuti, 2003).
2) Sistem penilaian dalam pemeriksaan kemampuan fungsional.
Ada beberapa system penilaian yang dikembangkan dalam pemeriksaan
kemampuan fungsional antara lain :
a) Indeks Barthel yang di modifikasi.
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam
meningkatkan aktivitas fungsional. Pengukuran meliputi sepuluh
kemampuan sebagai berikut :
18
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
Penilaian :
0 – 50 : Ketergantungan Penuh
51 – 61 : Ketergantungan Berat/Sangat Tergantung
62 – 90 : Ketergantungan Moderat
91 – 99 : Ketergantungan Ringan
100 : Mandiri
b) Indeks Katz.
Indeks Katz untuk mengukur aktivitas fungsional yang mencakup 6
kemampuan aktivitas yaitu mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah,
mengontrol defeksi dan berkemih serta makan.
Skala penilaian :
A. Mandiri, untuk 6 fungsi.
B. Mandiri, untuk 5 fungsi.
C. Mandiri, kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain.
D. Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian dan 1 fungsi lain.
E. Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi
lain.
F. Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toilet, transfer dan 1
fungsi lain.
G. Tergantung untuk 6 fungsi.
19
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
Tabel 12. Sistem Penilaian Fungsional Menurut Indeks Kenny Self Care
(Pudjiastuti, 2003).
No. Kategori Jenis Aktfitas
1. Aktivitas 1. Bergeser ditempat tidur
2. Bangun dan duduk
2. Berpindah 1. Duduk
2. Berdiri
3. Penggunaan toilet
3. Ambulasi 1. Berjalan
2. Naik/turun tangga
3. Penggunaan kursi roda
4. Berpakaian 1. Anggota atas dan trunk bagian atas
2. Anggota bawah dan trunk bagain bawah
5. Hygiene 1. Wajah, Rambut, Anggota Atas
2. Trunk
3. Anggota bawah
6. Defekasi
7. Berkemih
8. Makan
Skala penilaian :
0. ketergantungan penuh.
1. perlu bantuan banyak.
2. perlu bantuan sedang.
3. perlu bentuan minimal/pengawasan.
4. mandiri.
20
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
3) Penyakit.
Penyakit merupakan sesuatu yang menyebabkan sakit. Bertambahnya usia yang
semakin lanjut, rentan terhadap penyakit sehingga lansia tersebut akan
mengalami ketergantungan yang disebabkan oleh daya tahan tubuh yang
menurun (Watson, 2002).
2. Teori Lansia.
a. Pengertian Lansia.
Menjadi tua adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh kita semua,
namun tidak ada pengaruh antara penilaian ciri menjadi tua itu dengan kesehatan
(Stanley, 2006). Menua merupakan proses terus menerus (berkelanjutan) secara
alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup.
Berdasarkan pernyataan ini, lanjut usia dianggap sebagai penyakit, hal ini tidak benar.
Gerontologi berpendapat lain, sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan
masa/tahap hidup manusia yaitu : bayi, anak, remaja, dewasa, tua kemudian lansia
(Nugroho, 2000). Sampai saat ini banyak sekali teori yang menerangkan “proses
menua” mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital,
teori terjadinya atrofi, yaitu: teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah
proses evolusi, dan teori imunologik, yaitu : teori adanya proses sampah/waste
product dari tubuh sendiri yang makin bertumpuk. Tetapi seperti yang diketahui,
lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologik maupun
psikologik. Yang penting untuk diketahui bahwa aktivitas fisik dapat menghambat
atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya
umur (Nugroho, 2000).
b. Batasan – Batasan Lanjut Usia.
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi :
a) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b) Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun.
c) Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun.
d) Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun.
b. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro.
Pengelompokkan lanjut usia sebagai berikut :
a) Usia dewasa muda (elderly adulhood): 18 atau 20 – 25 tahun.
b) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas:20 – 60 atau 65 tahun.
c) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 atau 70 tahun.
Terbagi untuk umur :
a) 70 – 95 tahun (young old).
b) 75 – 80 tahun (old).
c) Lebih dari 80 tahun (Very old).
c. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965.
Bantuan penghidupan orang jompo/lanjut usia yang termuat dalam Pasal 1
dinyatakan sebagai berikut: “seorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau
lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari–hari dan menerima nafkah dari oang lain”. Saat ini berlaku
Undang-Undang No. 13/Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang
berbunyi sebagai berikut: BAB I Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Nugroho, 2000).
b. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia.
1) Perubahan-perubahan fisik.
a) Sel.
(1) Jumlahnya.
21
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
22
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
g) Sistem Respirasi.
(1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
(2) Menurunnya aktifitas dari silia.
(3) Paru-paru kehilangan elstisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun.
(4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
(5) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
h) Sistem Gastrointestinal.
(1) Kehilangan gigi, penyebab utma adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi
yang buruk.
(2) Indera pengecap menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput
lender. Atropi indera pengecap (± 80%) hilangnya sensifitas dari saraf
pengecap dilidah terutama rasa manis dan asin.
(3) Esofagus melebar.
(4) Lambung, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun.
(5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
i) Sistem Genitourinaria.
(1) Ginjal.
(2) Vesika urinaria.
(3) Pembesaran prostate ± 75 % dialami oleh pria usia diats 65 tahun.
(4) Atrofi vulva.
(5) Vagina.
j) Sistem Endokrin.
(1) Produksi dari hampir semua hormron menurun.
(2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
(3) Pituitari.
(4) Menurunnya aktifitas tiroid.
(5) Menurunnya produksi oldosteron.
(6) Menurunnya sekresi hormone kelamin.
k) Sistem Kulit.
(1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
(2) Permukaan kulit kasar dan bersisik.
(3) Menurunnya respon terhadap trauma.
(4) Mekanisme proteksi kulit menurun.
(5) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
l) Sistem Muskuloskeletal.
(1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
(2) Kifosis.
(3) Pinggang lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
(4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi kaku.
(5) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
(6) Atrofit serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi
lamban, otot-otot keram dan menjadi tremor.
(7) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
2) Perubahan-perubahan Mental.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b) Kesehatan umum.
c) Tingkat pendidikan.
23
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
d) Keturunan.
e) Lingkungan.
Perubahan-perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi lebih
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekuatan mungkin
karena faktor lain seperti penyakit-panyakit, kenangan (memory) :
a) Kenangan jangka panjang :
Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perbahan
b) Kenangan jangka pendek atau seketika :
0 – 10 menit, kenangan buruk.
IQ (Intellegentia Quantion)
c) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
d) Berkurangnya penampilan persepsi dan penampilan psikomotor : terjadi
perubahan pada daya membahayakan karena tekanan dan faktor waktu.
3) Perubahan-perubahan Psikososial.
a) Pensiun.
Nilai seseorang sering diukur oleh produktufitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pension, ia akan
mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
(1) Kehilangan finansial.
(2) Kehilangan status.
(3) Kehilangan teman.
(4) Kehilangan pekerjaan.
b) Merasakan atau sadar akan kematian.
c) Perubahan dalam cara hidup.
d) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.
e) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
f) Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman
dan family.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik : perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
(Nugroho, 2000)
c. Kemunduran Lanjut Usia.
Untuk beberapa lansia, proses penuaan menjadi sebuah beban. Mereka
kehilangan kemampuan baik secara fisik, contohnya keterbatasan gerak, maupun
psikologis, contohnya depresi atau kerusakan kognitif (Pudjiastuti, 2003). Kondisi
kemampuan fisik dan mentalnya perlahan-lahan pasti akan mengalami penurunan.
Akibatnya aktivitas hidupnyapun akan terpengaruh yang pada akhirnya akan
mengurangi kesigapan seseorang (Nugroho, 2000).
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah baik secara fisik–biologis, mental maupun sosial ekonomi. Dengan semakin
lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang
kemampuan fungsional yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan–
peranan sosialnya. Hal ini menyebabkan pula timbulnya gangguan didalam hal
mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat mengakibatkan ketergantungan yang
memerlukan bantuan orang lain (Pudjiastuti, 2003).
d. Masalah Fisik Sehari–Hari Yang Sering Ditemukan Pada Lansia.
1) Mudah jatuh.
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian., yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk
di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
24
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
atau luka (Nugroho, 2002). Masalah yang nyata dari ketidakstabilan lansia adalah
jatuh, dan sayangnya kejadian ini sering dialami oleh lansia. Diperkirakan bahwa
30 % lansia pernah jatuh dan wanita yang jatuh, dua kali lebih sering
dibandingkan pria. Penyebabnya multifaktor, banyak faktor yang berperan
didalamnya. Baik faktor intrinsik (dari dalam lajut usia), maupun ekstrinsik (dari
luar). Lihat gambar 3 di bawah ini.
25
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
26
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
27
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
C. METODE PENELITIAN.
1. Desain Penelitian.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membantu gambaran deskripsi
tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoadmodjo, 2005).
KERANGKA KERJA
1. Perubahan fisik
LANSIA 2. Perubahan mental
3. Perubahan psikososial
Indeks Barthel
1. Makan
2. Berpindah dari kursi – tempat tidur
1. Ketergantungan penuh
3. Kebersihan diri
2. Ketergantungan berat/ 4. Aktivitas di toilet
sangat tergantung
5. Mandi
3. Ketergantungan moderat 6. Berjalan di atas jalan yang datar
4. Ketergantungan ringan 7. Naik/turun tangga
5. Mandiri 8. Berpakaian
9. Mengontrol defekasi
10. Mengontrol berkemih
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
28
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
Terdapat Tiga macam perubahan yang dialami oleh lanjut usia yaitu perubahan
fisik, mental, dan perubahan psikososial. Perubahan fisik meliputi kemunduran–
kemunduran fungsi organ, perubahan mental mencakup kenangan/memori sedangkan
perubahan psikososial meliputi pensiun, sadar akan menghadapi kematian. Ada klasifikasi
khusus bagi lansia menurut WHO yaitu usia pertengahan 45–59 tahun, lanjut usia antara
60–75 tahun, lanjut usia tua antara 75–90 tahun, lebih dari 90 tahun tergolong usia sangat
tua. Klasifikasi tersebut akan diambil usia 60–90 tahun (elderly–old) untuk di nilai
kemampuan fungsional. Kemampuan fungsional dibagi menjadi dua kemempuan yaitu
kemampuan intelektual (Mental) dan kemampuan fisik. Peneliti mengambil salah satu
yaitu kemampuan fisik untuk dilakukan penelitian beberapa aspek yang dapat di nilai
dalam kemampuan fisik yaitu makan. kebersihan diri, ativitas di toilet, mandi, mengontrol
berkemih, berjalan diatas jalan yang datar, Berpakaian, Mengontrol defekasi, Naik turun
tangga.yang kemudian akan dinilai berdasarkan kriteria tingkat ketergantungan dari
mandiri sampai ketergantungan penuh.
29
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
D. HASIL PENELITIAN.
1. Data Umum.
a. Gambaran Lokasi Penelitian.
Penelitian dilaksanakan di UPT Panti Werdha “Majapahit” Mojokerto dengan
lokasi di Jl. Raya Brangkal No. 862 Sooko Mojokerto dengan batas wilayah sebelah
timur berbatasan dengan Pusat perbelanjaan (Pasar) Brangkal, sebelah selatan
berbatasan dengan KAPOLSEK SOOKO, sebelah barat SPBU Brangkal.
Luas tanah yang dimiliki 3.537 m2 dengan dua sertifikat. Sertifikat pertama
seluas 1.147 m2 dan sertifikat ke dua seluas 2.390 m2, sedangkan yang terpakai untuk
bangunan hanya sebesar 789 m2. Bangunan panti merupakan bangunan permanen
dengan dinding tembok dan sebagian lan tai berkramik, atap genteng dengan
pencahayaan cukup. Panti ini terdiri 1 kantor, 1 mushola, 1 ruangan poliklinik, 6
wisma (2 wisma digunakan untuk perawatan isolasi), 1 kantin, 1 pos penjagaan, 3
gudang, 2 dapur umum, 1 peternakan ayam dan 1 ruangan untuk menyimpan alat
olah raga.
3. Data Khusus.
a. Karakteristik Tingkat Ketergantungan Responden.
Tabel 16. Karakteristik Tingkat Ketergantungan Responden di UPT Panti
Werdha “Majapahit” Mojokerto Bulan Mei 2009.
No. Ketergantungan Frekuensi Prosentase (%)
1 Mandiri 10 24,4
2 Ringan 9 21,9
3 Moderat 15 36,6
4 Berat/Tidak Mampu 5 12,2
5 Penuh 2 4,9
Total 38 100
Tabel 16 menunjukkan bahwa paling banyak responden memiliki tingkat
Ketergantungan moderat sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang
memilki tingkat ketergantungan penuh.
30
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
E. PEMBAHASAN.
Berdasarkan pengelompokan data diatas menunjukkan paling banyak dari jumlah
responden mengalami ketergantungan moderat yaitu sebanyak 15 orang (36,6%), dan
paling sedikit yang mengalami tingkat ketergantungan penuh yaitu sebanyak 2 orang
(4,9%). Penurunan kemampuan fisik pada lansia diperkuat dengan teori Pudjiastuti
(2003) mengatakan bahwa lansia mengalami masalah dalam kemampuan motoriknya,
yaitu penurunan kekuatan dan tenaga. Gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas
bawah dan kerusakan sendi adalah perubahan morfologi dari otot. Perubahan morfologi
dari otot menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan
dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibelitas otot. Kecepatan waktu reaksi, rileksasi dan
kerja fungsional. Selanjutnya penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan
penurunan atau kemunduran kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh.
Hambatan dalam gerak duduk ke berdiri, peningkatan resiko jatuh, perubahan postur.
Masalah pada kemampuan gerak dan fungsi, berhubungan erat dengan kekuatan otot yang
sifatnya individual pada lansia (Poedjiastuti, 2003).
Kemampuan (abilty) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian
yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan
digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya
(Davis, 2008). Ketergantungan pada orang atau benda di sekelilingnya adalah wujud dari
penurunan kemampuan yang dialami oleh lansia (Nugroho, 2000). Faktor–faktor yang
mempengaruhi kemampuan fungsional salah satunya adalah umur. Umur merupakan
lamanya seseorang hidup dan lahir sampai ulang tahunnya.
Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran
terutama di bidang kemampuan fungsional yang dapat mengakibatkan penurunan pada
peranan–peranan sosialnya. Hal ini menyebabkan pula timbulnya gangguan didalam hal
mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat mengakibatkan ketergantungan yang
memerlukan bantuan orang lain (Pudjiastuti, 2003).
F. PENUTUP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan lansia dalam aktivitas
hidup sehari – hari di UPT Panti Werdha “Majapahit” Mojokerto sesuai dengan penilaian
kemampuan fungsional yang dimodifikasi dari Indeks Barthel, menunjukkan paling banyak
dari jumlah responden mengalami ketergantungan moderat yaitu sebanyak 15 Orang
(36,6%), dan paling sedikit yang mengalami tingkat ketergantungan penuh yaitu sebanyak
2 Orang atau (4,9%).
Berdasarkan hasil penelitian diatas, diharapkan bagi panti Werdha agar berupaya
mempertahankan kemandirian lansia terutama dalam aktivitas sehari–hari, khususnya
memberikan latihan aktif dalam meningkatkan kesehatan dan produktivitas sehingga
dapat hidup sehat dan berguna.
DAFTAR PUSTAKA.
Arikunto S. (2002). Prosedur Suatu Pendekatan Penelitian Praktek Edisi Refisi V. Jakarta: EKG.
Chumbley Jane, (2003). Menyusui ; Seri Panduan Praktis Keluarga. Jakarta: Erlangga.
DepKes. RI. (2000). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. www /http. Google. Com. Net.id
Depkes RI. (2001). Cara Meneteki Yang Benar. Jakarta: Depkes RI.
Mucthadi, Deddy. (1996). Gizi Untuk Bayi Edisi Revisi. Jakarta: Pustaka Bina Harapan.
Nursalam dan Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Info
Medika.
Notoatmojo,S. (2002). Ilmu Kesehatan Mayarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Nototmojo,S. (2002). Metode Penelitin Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusli, Utami, (2000).Asi Eksklusif. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. (2001). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta: EGC.
31
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010
32