You are on page 1of 17

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No.

2, Nopember 2010

KEMAMPUAN FUNGSIONAL LANSIA DI UPT PANTI WERDHA


“MAJAPAHIT” MOJOKERTO

Abdul Muhith

ABSTRACT

By progressing someone’s age, they will get dcreasing especially in function abiliy that causes
decreasing in their role of social. This why it also raises some troubles in their lifes until they can
need other’s helping because of depending on them. The aim of this research is to know function
the old in UPT Panti Werda Mojopahit of Mojokerto. The method design of this research is
descriptive by population of all the old who stay at UPT Panti Werdha and its sample is who stays
at UPT Panti Werdha by sampling Purposive technic. Collecting data by observation, interview
and instrument uses checklish according to Index Barthel modificated. The variable of this
research is the old’s ability function. Anaylising data technic is used by frequency distribution. The
result of this research, from 41 respondences, they get modern depending on daily activities in
Index Barthel is 10 self the old (24,4%), 9 the old (21,9%) have less depending, 15 the old (36,6%)
have modern depending, 5 the old (12,2%) have the excess depending or very dependending and
the least 2 the old have full depending (4,9%). The estimated is the woman 2 times often fallen
than the man.The conclusion above is the most respondence have modern depending of 15 the old
(35%) dan more than 50% have depending is the woman. they are 25 the old (60%), more than
50% the old who stay at Panti Werdha Mojopahit of Mojokerto are elderly that is 60-74 old get 25
respondences (71%).
Key words: funtion ability, the old.

A. PENDAHULUAN.
Menua merupakan proses terus menerus (berkelanjutan) secara alamiah, dimulai
sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Berdasarkan pernyataan ini,
lanjut usia dianggap sebagai penyakit, hal ini tidak benar. Gerontologi berpendapat lain,
sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan masa atau tahap hidup manusia yaitu:
bayi, anak, remaja, dewasa, tua kemudian lansia (Nugroho, 2000). Secara individu,
pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik – biologis,
mental maupun sosial ekonomi. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan
mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fungsional yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya. Hal ini menyebabkan pula
timbulnya gangguan didalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
mengakibatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Pudjiastuti, 2003).
Bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mentalnya perlahan-lahan
pasti akan mengalami penurunan. Akibatnya aktivitas hidupnyapun akan terpengaruh
yang pada akhirnya akan mengurangi kesigapan seseorang (Nugroho, 2000). Secara
umum menjadi tua atau proses menua di tandai dengan kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala – gejala kemunduran fisik, antara lain : kulit mulai mengendur, rambut
kepala mulai memutih, gigi mulai ompong, penurunan fungsi penglihatan dan
pendengaran, mudah lelah dan mudah jatuh (Pudjiastuti, 2003).
Gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah dan kerusakan sendi
adalah perubahan morfologi dari otot. Perubahan morfologi dari otot menyebabkan
perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot,
elastisitas dan fleksibelitas otot. Kecepatan waktu reaksi, rileksasi dan kerja fungsional.
Selanjutnya penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan penurunan atau
kemunduran kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh. Hambatan dalam gerak
duduk ke berdiri, peningkatan resiko jatuh, perubahan postur. Berbagai kemunduran fisik
mengakibatkan kemunduran kemampuan mobilitas. Kemunduran fungsi mobilitas
16
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

meliputi penurunan kemampuan mobilitas di tempat tidur, berpindah, jalan/ambulasi,


dan mobilitas dengan alat adaptasi (Pudjiastuti, 2003). Ketergantungan pada orang atau
benda di sekelilingnya adalah wujud dari penurunan kemampuan yang dialami oleh lansia
(Nugroho, 2000). Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan cara observasi yang
dilakukan oleh peneliti di UPT panti werdha “Majapahit”, tanggal 7 April 2009, dari 48
lansia tercatat 21 orang (43,7%) lansia dapat malakukan aktivitas secara mandiri dan 27
orang (56,2%) lansia mengalami ganguan kemampuan fungsional. Dari 27 lansia yang
mengalami gangguan kemampuan fungsional, dilihat dari cara berpindahnya antara lain
11 orang (40,7%) yang menggunakan alat bantu tongkat, 13 orang (48,1%) dengan
menelusuri tembok dan 3 orang (11,1%) yang tidak dapat melakukan aktivitas (lumpuh
total). Dari data diatas lansia yang mengalami gangguan fungsional sebagian besar pada
usia 60–90 tahun (elderly - old).
Peningkatan fakta ilmiah yang menunjukkan bahwa pilihan gaya hidup
mempengaruhi status kesehatan dan kemampuan. Meskipun saat perubahan telah dibuat
pada kehidupan sebelumya (Potter & Perry, 2002). Bila klien mengalami penurunan
kemampuan fungsional. maka, peran perawat adalah meningkatkan mobiltas yang
optimal, kenyamanan dan kemampuan dengan menciptakan lingkungan yang mendukung
dengan mengompensasi perubahan fungsi. Tingkat bantuan yang dibutuhkan tergantung
pada derajat keterbatasan, namun perawat harus hati-hati untuk tidak melakukan
tindakan yang berlebihan dari kondisi yang diperlukan klien. Mempertahankan
kemampuan penting sekali terhadap harga diri klien (Potter & Perry, 2002).

B. TINJAUAN PUSTAKA.
1. Konsep kemampuan.
a. Pengertian.
Menurut Mangkunegara (2009), “ability adalah kemampuan, kecakapan,
ketangkasan, bakat, kesanggupan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk
melakukan suatu perbuatan”. “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan
sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”. Dari pengertian-pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa, kemampuan (abilty) adalah kecakapan atau
potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu
yang diwujudkan melalui tindakannya (Davis, 2008).
b. Klasifikasi Kemampuan.
Lebih lanjut Davis (2008) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua
faktor, yaitu :
1) Kemampuan intelektual (Intelectual ability).
Merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental.
2) Kemampuan fisik (Physical ability).
Merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan
karakteristik fisik.
Menurut Keith Davis (2008), “secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri
dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill), artinya
seseorang yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih
mudah mencapaikinerja maksimal”.
c. Kriteria Kemampuan/Ketergantungan (Watson, 2002).
1) Mandiri.
Hubungan sosial yang cukup memuaskan dan adekuat, sekurang–kurangnya satu
orang akan merawat klien dalam waktu yang tidak terbatas/hubungan sosial
sangat memuaskan dan meluas, serta bantuan hanya diberikan dalam waktu
singkat.

17
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

2) Ringan.
Hubungan sosial yang tidak memuaskan, kurang kualitas dan sedikit, tapi
sekurangnya satu orang akan merawat klien dalam waktu yang tidak terbatas
atau hubungan sosial cukup memuaskan dan adekuat, bantuan hanya diberikan
dalam waktu singkat.
3) Moderat.
Hubungan sosial yang tidak memuaskan, kurang kualitas dan sedikit, perawatan
hanya diberikan dalam waktu yang singkat atau hubungan sosial sekurang–
kurangnya adekuat atau memuaskan, tapi bantuan hany sementara.
4) Berat/Sangat Tergantung.
Hubungan sosial yang tidak memuaskan, kurang berkualitas dan bantuan hanya
sementara atau hubungan sosial sekurang–kurangnya adekuat atau memuaskan,
tapi bantuan tidak ada.
5) Tidak Mampu.
Hubungan sosial tidak memuaskan, kurang berkualitas dan sedikit, bantuan tidak
ada.
d. Kemampuan Fungsional.
Kemampuan fungsional adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri (Leuckkenotte, 1999).
1) Indeks Katz dari Aks.
Indeks kemandirian dari aktivitas kehidupan sehari-hari berdasarkan pada
evaluasi fungsi mandiri atau ketergantungan dari klien dalam mandi, berpakaian,
pergi ke kamar mandi, berpindah, kontinen dan makan (Pudjiastuti, 2003).
2) Sistem penilaian dalam pemeriksaan kemampuan fungsional.
Ada beberapa system penilaian yang dikembangkan dalam pemeriksaan
kemampuan fungsional antara lain :
a) Indeks Barthel yang di modifikasi.
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam
meningkatkan aktivitas fungsional. Pengukuran meliputi sepuluh
kemampuan sebagai berikut :

Tabel 10. Sistem Penilaian Kemampuan Fungsional Menurut Indeks


Barthel (Shah, 1999)
Nilai
No. Aktifitas
Bantuan Mandiri
1. Makan. 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ketempat tidur 5 – 10 15
dan sebaliknya termasuk duduk di tempat
tidur.
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, 0 5
mencukur dan menggosok gigi.
4. Ativitas di toilet. 5 10
5. Mandi. 0 5
6. Berjalan diatas jalan yang datar (jika tidak 10 15
mampu berjalan lakukan dengan kursi
roda).
7. Naik turun tangga. 5 10
8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu. 5 10
9. Mengontrol defekasi. 5 10
10. Mengontrol berkemih. 5 10
Jumlah 100

18
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

Penilaian :
0 – 50 : Ketergantungan Penuh
51 – 61 : Ketergantungan Berat/Sangat Tergantung
62 – 90 : Ketergantungan Moderat
91 – 99 : Ketergantungan Ringan
100 : Mandiri

b) Indeks Katz.
Indeks Katz untuk mengukur aktivitas fungsional yang mencakup 6
kemampuan aktivitas yaitu mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah,
mengontrol defeksi dan berkemih serta makan.

Tabel 11. Sistem Penilaian Kemampuan Fungsional Menurut Indeks


Karz (Pudjiastuti, 2003)
Mandi
( ) Dapat mengerjakan ( ) Sebagian/ pada ( ) Sebagian besar/
sendiri bagian tertentu seluruhnya
dibantu
Berpakaian
( ) Seluruhnya tanpa ( ) Dapat ( ) Seluruhnya
bantuan mengerjakan dengan bantuan
sendiri, kecuali
mengikat sepatu
Pergi ke toilet
( ) Dapat pergi ke wc ( ) Dapat pergi ke ( ) Tidak dapat
dan dapat wc, tetapi pergi ke wc
mengerjakan memerlukan
sendiri bantuan
Berindah
( ) Tanpa bantuan ( ) Dapat melakukan ( ) Tidak dapat
bantuan melakukan
Eliminasi (Continance)
( ) Dapat mengontrol ( ) Kadang-kadang ( ) Dibantu
ngompol/ defeksi seluruhya
ditempat tidur dengan kateter
atau manual
Makan (Feeding)
( ) Dapat melakukan ( ) Dapat makan ( ) Seluruhnya
tanpa bantuan sendiri kecuali dibantu
hal-hal tertentu

Skala penilaian :
A. Mandiri, untuk 6 fungsi.
B. Mandiri, untuk 5 fungsi.
C. Mandiri, kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain.
D. Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian dan 1 fungsi lain.
E. Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi
lain.
F. Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toilet, transfer dan 1
fungsi lain.
G. Tergantung untuk 6 fungsi.

19
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

c) Indeks Kenny Self Care.


Gugus tugas pada evaluasi Kenny Self Care merupakan pertimbangan
untuk menilai syarat minimal kemandirian dirumah atau ditempat lain di
lingkungan terbatas. Hal-hal yang akan dinilai meliputi tujuan kategori yaitu
aktivitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi, berpakaian, hygiene, defekasi
atau berkemih dan makan.

Tabel 12. Sistem Penilaian Fungsional Menurut Indeks Kenny Self Care
(Pudjiastuti, 2003).
No. Kategori Jenis Aktfitas
1. Aktivitas 1. Bergeser ditempat tidur
2. Bangun dan duduk
2. Berpindah 1. Duduk
2. Berdiri
3. Penggunaan toilet
3. Ambulasi 1. Berjalan
2. Naik/turun tangga
3. Penggunaan kursi roda
4. Berpakaian 1. Anggota atas dan trunk bagian atas
2. Anggota bawah dan trunk bagain bawah
5. Hygiene 1. Wajah, Rambut, Anggota Atas
2. Trunk
3. Anggota bawah
6. Defekasi
7. Berkemih
8. Makan

Skala penilaian :
0. ketergantungan penuh.
1. perlu bantuan banyak.
2. perlu bantuan sedang.
3. perlu bentuan minimal/pengawasan.
4. mandiri.

d) Indeks Aktivity Daily Living.


Indeks adalah menilai aktivitas fungsional dalam 16 bidang
kemampuan, yaitu berpindah dari lantai ke kursi, berpindah dari kursi
ketempat tidur, berjalan dalam ruangan, berjalan di luar, naik turun tangga,
berpakaian, mencuci, mandi, menggunakan gigi, menyiapkan minuman
teh/Kopi menggunakan kran dan makan. Skala penilaian adalah 1 (dapat
melakukan tanpa bantuan), nilai 2 (dapat melakukan dengan bantuan), nilai
3 (tidak dapat melakukan) (Pudjiastuti, 2003).
e. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Fungsional.
1) Umur.
Merupakan lamanya seseorang hidup dan lahir sampai ulang tahunnya, semakin
banyak usia semakin tinggi pula tingkat ketergantungannya.
2) Jenis kelamin.
Jenis kelamin dapat membedakan dua mahluk sebagai laki – laki maupun sebagai
perempuan, jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami ketergantungan
dari pada jenis kelamin laki – laki.

20
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

3) Penyakit.
Penyakit merupakan sesuatu yang menyebabkan sakit. Bertambahnya usia yang
semakin lanjut, rentan terhadap penyakit sehingga lansia tersebut akan
mengalami ketergantungan yang disebabkan oleh daya tahan tubuh yang
menurun (Watson, 2002).

2. Teori Lansia.
a. Pengertian Lansia.
Menjadi tua adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh kita semua,
namun tidak ada pengaruh antara penilaian ciri menjadi tua itu dengan kesehatan
(Stanley, 2006). Menua merupakan proses terus menerus (berkelanjutan) secara
alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup.
Berdasarkan pernyataan ini, lanjut usia dianggap sebagai penyakit, hal ini tidak benar.
Gerontologi berpendapat lain, sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan
masa/tahap hidup manusia yaitu : bayi, anak, remaja, dewasa, tua kemudian lansia
(Nugroho, 2000). Sampai saat ini banyak sekali teori yang menerangkan “proses
menua” mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital,
teori terjadinya atrofi, yaitu: teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah
proses evolusi, dan teori imunologik, yaitu : teori adanya proses sampah/waste
product dari tubuh sendiri yang makin bertumpuk. Tetapi seperti yang diketahui,
lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologik maupun
psikologik. Yang penting untuk diketahui bahwa aktivitas fisik dapat menghambat
atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya
umur (Nugroho, 2000).
b. Batasan – Batasan Lanjut Usia.
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi :
a) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b) Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun.
c) Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun.
d) Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun.
b. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro.
Pengelompokkan lanjut usia sebagai berikut :
a) Usia dewasa muda (elderly adulhood): 18 atau 20 – 25 tahun.
b) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas:20 – 60 atau 65 tahun.
c) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 atau 70 tahun.
Terbagi untuk umur :
a) 70 – 95 tahun (young old).
b) 75 – 80 tahun (old).
c) Lebih dari 80 tahun (Very old).
c. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965.
Bantuan penghidupan orang jompo/lanjut usia yang termuat dalam Pasal 1
dinyatakan sebagai berikut: “seorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau
lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari–hari dan menerima nafkah dari oang lain”. Saat ini berlaku
Undang-Undang No. 13/Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang
berbunyi sebagai berikut: BAB I Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Nugroho, 2000).
b. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia.
1) Perubahan-perubahan fisik.
a) Sel.
(1) Jumlahnya.

21
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

(2) Lebih besar ukurannya.


(3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraselular.
(4) Menurunnya proporsi protein diotak, ginjal, darah dan hati.
(5) Jumlah sel otak menurun Lebih sedikit.
(6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel Otak menjadi atrofis beratnya
berkurang 5-10%.
b) Sistem Persarafan.
(1) Berat otak menurun 10-20%
(2) Ceratnya menurun hubungan persarafan.
(3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan
stress.
(4) Mengecilnya saraf panca indra.
(5) Kurang sensitive terhadap sentuhan.
c) Sistem Pendengaran.
(1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) hilangnya kemampuan
(daya) Pendengaran pada telinga dalam, terutama pada bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
(2) Membarana timfani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
(3) Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
(4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stress.
d) Sistem Penglihatan.
(1) Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
(2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
(3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
(4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap.
(5) Hilangnya akomodasi.
(6) Menurunnya lapangan pandang : berkurang luas pandangannya.
(7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
e) Sistem Kardiovaskuler.
(1) Elastisitas, dinding aorta menurun.
(2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
(3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
(4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
(5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer : Sistolis normal ± 170mmHg.
(6) Diastolis ± 90 mmHg.
f) Sistem pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
termoskat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi
berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering di temui antara lain :
(1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC, ini
akibat metabolisme yang menurun.
(2) Keterbatasan refleks menggigil dantidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

22
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

g) Sistem Respirasi.
(1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
(2) Menurunnya aktifitas dari silia.
(3) Paru-paru kehilangan elstisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun.
(4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
(5) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
h) Sistem Gastrointestinal.
(1) Kehilangan gigi, penyebab utma adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi
yang buruk.
(2) Indera pengecap menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput
lender. Atropi indera pengecap (± 80%) hilangnya sensifitas dari saraf
pengecap dilidah terutama rasa manis dan asin.
(3) Esofagus melebar.
(4) Lambung, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun.
(5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
i) Sistem Genitourinaria.
(1) Ginjal.
(2) Vesika urinaria.
(3) Pembesaran prostate ± 75 % dialami oleh pria usia diats 65 tahun.
(4) Atrofi vulva.
(5) Vagina.
j) Sistem Endokrin.
(1) Produksi dari hampir semua hormron menurun.
(2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
(3) Pituitari.
(4) Menurunnya aktifitas tiroid.
(5) Menurunnya produksi oldosteron.
(6) Menurunnya sekresi hormone kelamin.
k) Sistem Kulit.
(1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
(2) Permukaan kulit kasar dan bersisik.
(3) Menurunnya respon terhadap trauma.
(4) Mekanisme proteksi kulit menurun.
(5) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
l) Sistem Muskuloskeletal.
(1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
(2) Kifosis.
(3) Pinggang lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
(4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi kaku.
(5) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
(6) Atrofit serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi
lamban, otot-otot keram dan menjadi tremor.
(7) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
2) Perubahan-perubahan Mental.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b) Kesehatan umum.
c) Tingkat pendidikan.

23
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

d) Keturunan.
e) Lingkungan.
Perubahan-perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi lebih
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekuatan mungkin
karena faktor lain seperti penyakit-panyakit, kenangan (memory) :
a) Kenangan jangka panjang :
Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perbahan
b) Kenangan jangka pendek atau seketika :
0 – 10 menit, kenangan buruk.
IQ (Intellegentia Quantion)
c) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
d) Berkurangnya penampilan persepsi dan penampilan psikomotor : terjadi
perubahan pada daya membahayakan karena tekanan dan faktor waktu.
3) Perubahan-perubahan Psikososial.
a) Pensiun.
Nilai seseorang sering diukur oleh produktufitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pension, ia akan
mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
(1) Kehilangan finansial.
(2) Kehilangan status.
(3) Kehilangan teman.
(4) Kehilangan pekerjaan.
b) Merasakan atau sadar akan kematian.
c) Perubahan dalam cara hidup.
d) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.
e) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
f) Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman
dan family.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik : perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
(Nugroho, 2000)
c. Kemunduran Lanjut Usia.
Untuk beberapa lansia, proses penuaan menjadi sebuah beban. Mereka
kehilangan kemampuan baik secara fisik, contohnya keterbatasan gerak, maupun
psikologis, contohnya depresi atau kerusakan kognitif (Pudjiastuti, 2003). Kondisi
kemampuan fisik dan mentalnya perlahan-lahan pasti akan mengalami penurunan.
Akibatnya aktivitas hidupnyapun akan terpengaruh yang pada akhirnya akan
mengurangi kesigapan seseorang (Nugroho, 2000).
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah baik secara fisik–biologis, mental maupun sosial ekonomi. Dengan semakin
lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang
kemampuan fungsional yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan–
peranan sosialnya. Hal ini menyebabkan pula timbulnya gangguan didalam hal
mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat mengakibatkan ketergantungan yang
memerlukan bantuan orang lain (Pudjiastuti, 2003).
d. Masalah Fisik Sehari–Hari Yang Sering Ditemukan Pada Lansia.
1) Mudah jatuh.
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian., yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk
di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran

24
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

atau luka (Nugroho, 2002). Masalah yang nyata dari ketidakstabilan lansia adalah
jatuh, dan sayangnya kejadian ini sering dialami oleh lansia. Diperkirakan bahwa
30 % lansia pernah jatuh dan wanita yang jatuh, dua kali lebih sering
dibandingkan pria. Penyebabnya multifaktor, banyak faktor yang berperan
didalamnya. Baik faktor intrinsik (dari dalam lajut usia), maupun ekstrinsik (dari
luar). Lihat gambar 3 di bawah ini.

Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik


Kondisi Fisik dan Neuropsiatrik Obat-Obatan Yang Diminum

Penurunan Visus Dan Alat – Alat Bantu


Pendengaran FALLS Berjalan
(JATUH)
Perubahan Neuromuskuler Lingkungan Yang Tidak
Gaya Berjalan, Dan Reflek Mendukung
Postural Karena Proses

Gambar 3. Faktor–faktor yang mempengaruhi lansia terhadap resiko jatuh


(Nugroho, 2000)

2) Mudah lelah. Di sebabkan oleh :


a) Faktor psikologis (perasan bosan, keletihan, atau perasan depresi).
b) Gangguan organis, misalnya ;
Anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang (osteomalasia),
gangguan pencernaan, kelainan metabolisme, gangguan ginjal, ganggaun
sistem peredaran darah dan jantung.
c) Pengaruh obat – obatan, misalnya :
Obat penenang, obat jantung dan obat yang melelahkan daya kerja otot.
3) Kekacauan mental akut. Disebabkan oleh :
a) Keracunan.
b) Penyakit infeksi dengan demam tinggi.
c) Alkohol.
d) Penyakit metabolism.
e) Dehidrasi atau kekurangan cairan.
f) Gangguan fungsi otak.
g) Gangguan fungsi had.
h) Radang selaput otak (meningitis).
4) Nyeri dada. Disebabkan oleh :
a) Penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan iskemia jantung
(berkurangnya aliran darah ke jantung).
b) Aneurisme aorta.
c) Radang selaput jantung (Perikarditis).
d) Gangguan pada sistem alat pernafasan, misalnya pleurop-neumonia/emboli
paru-paru dan gangguan pada saluran alat pencernaan bagian atas.
5) Sesak nafas saat beraktivitas. Disebabkan oleh :
a) Kelemahan jantung.
b) Gangguan sistem saluran nafas.
c) Karena berat badan berlebihan (overweight).
d) Anemia.

25
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

6) Berdebar–debar (Palpitasi). Disebabkan oleh :


a) Gangguan irama jantung.
b) Keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis.
c) Faktor-faktor psikologis.
Bila ketiga gejala yang disebut akhir ini, yakni : nyeri dada, sesak nafas dan
berdebar-debar terjadi bersamaan dalam waktu yang sama kemungkinan
besar adalah disebabkan gangguan pada jantung.
7) Pembengkakan kaki bagian bawah. Disebabkan oleh :
a) Kaki yang lama diganrung (edema gravitasi).
b) Gagal jantung.
c) Bendungan pada vena bagian bawah.
d) Kekurangan vitamin b1.
e) Gangguan penyakit hati.
f) Penyakit ginjal.
g) Kelumpuhan pada kaki (kaki yang tidak aktif).
8) Nyeri penggang dan punggung. Disebabkan oleh:
a) Gangguan sendi-sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang
(osteomalasia, osteoporosis, osteoartrosis).
b) Gangguan pankreas.
c) Kelainan ginjal (batu ginjal).
d) Gangguan pada rahim.
e) Gangguan pada kelenjar prostat.
f) Gangguan pada otot-otot badan.
9) Nyeri sendi panggul. Disebabkan oleh :
a) Gangguan sendi pinggul, misalnya: radang sendi (artritis) dan sendi tulang
yang keropos (osteoporosis).
b) Kelainan tulang-tulang sendi, misalnya : patah tulang (fraktur) dan dislokasi.
c) Akibat kelainan pada saraf dari punggung bagian bawah yang terjepit.
10) Sukar menahan buang air seni (sering ngompol). Disebabkan oleh :
a) Obat-obat yang mengakibatkan sering berkemih atau obat-obat penenang
terlalu banyak.
b) Radang kandung kemih.
c) Radang saluran kemih.
d) Kelainan kontrol pada kandung kemih.
e) Kelainan persarafan pada kandung kemih.
f) Faktorpsikologis.
Mengompol tidak hanya menimbulkan problem higiene seperti penyakit
kulit, dekubitus, dan bau tak sedap, namun lebih dari itu dapat pula
mengakibatkan perasaan rendah diri dan isolasi.
11) Sukar menahan buang air besar. Disebabkan oleh :
a) Obat-obat pencahar perut.
b) Keadaan diare.
c) Kelainan pada usus besar.
d) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus).
12) Gangguan penglihatan. Disebabkan oleh :
a) Presbiop.
b) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang).
c) Kekeruhan pada lensa (katarak).
d) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma).
e) Radang saraf mata.
13) Gangguan pendengaran. Disebabkan oleh :
a) Kelainan degeneratif (otosklerusis).

26
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

b) Ketulian pada lanjut usia seringkali dapat menyebabkan kekacauan mental.


14) Gangguan tidur.
Irwin Feinberg mengungkapkan bahwa sejak meninggalkan masa remaja,
kebutuhan tidur seseorang menjadi relatif tetap. Luce dan Segal mengungkapkan
bahwa faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap
kualitas tidur. Telah dikatakan bahwa keluhan terhadap kualitas tidur seiring
dengan bertambahnya usia. Gangguan tidur tidak saja menunjukkan indikasi
akan adanya kelainan jiwa yang dini tetapi merupakan keluhan dari hampir 30%
penderita yang berobat ke dokter. Disebabkan oleh :
a) Faktor ekstrinsik (luar) , misalnya: lingkungan yang kurang tenang.
b) Faktor intrinsik, ini bisa organik (nyeri, gatal-gatal, dan penyakit tertentu
yang membuat gelisah) dan psikogenik (depresi kecemasan dan iritabilitas).
15) Keluhan pusing-pusing. Disebabkan oleh :
a) Gangguan lokal, misalnya: vaskuler, migren (sakit kepala sebelah), mata,
glaukoma (tekanan dalam bola mata yang meninggi), kepala, sinusitis,
furunkel, dan sakit gigi.
b) Penyakit sistematis yang menimbulkan hipoglikemia (kadar gula dalam
darah yang tinggi).
c) Psikologik: perasaan cemas, depresi, kurang tidur, dan kekacauan pikiran.
16) Mudah gatal – gatal. Disebabkan oleh :
a) Kelainan kulit : kering, degeneratif (eksema kulit).
b) Penyakit sistemik : diabetes militus, gagal ginjal, hepatitis. (Nugroho, 2000)
e. Penyakit–Penyakit Lanjut Usia Di Indonesia.
1) Paru–paru (gangguan pernafasan).
Fungsi paru–paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang
disebabkan elastisitas jaringan paru – paru dan dinding dada makin berkurang.
Dalam usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernafasan dapat
berkurang sehingga sulit bernafas.
2) Kardiovaskuler.
Pada lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil. Yang paling
banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin
berkurangnya aktivitas. Yang juga mengalami penurunan adalah besarnya sel–sel
otot hingga menyebabkan menurunannya kekuatan otot jantung.
Setelah berumur 20 tahun, kekuatan otot jantung berkurang sesuai dengan
bertambahnya usia. Dengan bertambahnya umur, denyut jantung maksimal dan
fungsi lain dari jantungan juga berangsur–angsur menurun.
3) Hipertensi.
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya
umur dan tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia
karena sering ditemukan dan menjadi faktor utama stroke, payah jantung, dan
penyakit jantung koroner. Lebih dari separoh kematian di atas usia 60 tahun
disebabkan oleh penyakit jantun dan cerebrovaskuler.
4) Pencernaan (Gastritis).
Gastritis adalah penyakit pencernaan yang menyerang lambung. Yang disebabkan
oleh inflansi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Insiden gastritis
meningkat dengan lanjutnya proses menua. Namun seringkali asimtomatik atau
hanya dianggap sebagai akibat naormal proses menua.
5) Reumatik.
Penyakit pada sendi ini adalah akibat dari degenerasi atau kerusakan pada
permukaan sendi – sendi tulang yang banyak dijumpai pada lanjut usia, terutama
yang berat badan berlebih.

27
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

Hampir 8% orang–orang berusia 50 tahun keatas mempunyai keluhan pada


sendi–sendinya, misalnya: linu–linu, pegal, dan kadang– kadang terasa seperti
nyeri. Biasanya yang terserang adalah persendian pada jari–jari, tulang
punggung, sendi-sendi penahanberat tubuh (lutut dan penggul). Biasanya nyeri
akut pada persendian itu disebabkan oler gout (pirai atau jicht). Hal ini
disebabkan gangguan metabolism asam urat dalam tubuh.
6) Penyakit lain.
Penyakit syaraf yang terpenting adalah akibat pembuluh darah otak yang
mengakibatkan perdarahan otak atau menimbulkan kepikunan (senilis)
(Nugroho, 2000).

C. METODE PENELITIAN.
1. Desain Penelitian.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membantu gambaran deskripsi
tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoadmodjo, 2005).

KERANGKA KERJA
1. Perubahan fisik
LANSIA 2. Perubahan mental
3. Perubahan psikososial

a) Usia pertengahan (middle age)


b) Lanjut usia (elderly)
KEMAMPUAN FUNGSIONAL
c) Lanjut usia tua (old)
d) Usia sangat tua (very old)
1. Kemampuan intelektual
2. Kemampuan fisik

Indeks Barthel
1. Makan
2. Berpindah dari kursi – tempat tidur
1. Ketergantungan penuh
3. Kebersihan diri
2. Ketergantungan berat/ 4. Aktivitas di toilet
sangat tergantung
5. Mandi
3. Ketergantungan moderat 6. Berjalan di atas jalan yang datar
4. Ketergantungan ringan 7. Naik/turun tangga
5. Mandiri 8. Berpakaian
9. Mengontrol defekasi
10. Mengontrol berkemih
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti

Gambar 4. Kerangka Kerja Kemampuan Fungsional Pada Lansia Di UPT Panti


Werdha “Majapahit” Mojokerto (dimodifikasi dari teori Nugroho (2000),
Pudjiastuti (2003) dan Davis (2008))

28
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

Terdapat Tiga macam perubahan yang dialami oleh lanjut usia yaitu perubahan
fisik, mental, dan perubahan psikososial. Perubahan fisik meliputi kemunduran–
kemunduran fungsi organ, perubahan mental mencakup kenangan/memori sedangkan
perubahan psikososial meliputi pensiun, sadar akan menghadapi kematian. Ada klasifikasi
khusus bagi lansia menurut WHO yaitu usia pertengahan 45–59 tahun, lanjut usia antara
60–75 tahun, lanjut usia tua antara 75–90 tahun, lebih dari 90 tahun tergolong usia sangat
tua. Klasifikasi tersebut akan diambil usia 60–90 tahun (elderly–old) untuk di nilai
kemampuan fungsional. Kemampuan fungsional dibagi menjadi dua kemempuan yaitu
kemampuan intelektual (Mental) dan kemampuan fisik. Peneliti mengambil salah satu
yaitu kemampuan fisik untuk dilakukan penelitian beberapa aspek yang dapat di nilai
dalam kemampuan fisik yaitu makan. kebersihan diri, ativitas di toilet, mandi, mengontrol
berkemih, berjalan diatas jalan yang datar, Berpakaian, Mengontrol defekasi, Naik turun
tangga.yang kemudian akan dinilai berdasarkan kriteria tingkat ketergantungan dari
mandiri sampai ketergantungan penuh.

2. Populasi, Sampel, Variabel Dan Definisi Operasional.


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Lansia yang tinggal di UPT Panti
Werdha “Mojopahit” Mojokerto. Jumlah Sampel penelitian ini adalah 41 orang yang dipilih
menggunakan teknik non probabality sampling dengan teknik Purposive Sampling, yaitu yang
memenuhi kriteria inklusi :
a. Lansia yang bersedia untuk diteliti.
b. Ada ditempat pada saat penelitian.
c. Lansia yang berusia Elderly dan Old.
Dalam penelitian ini variabelnya adalah kemampuan fungsional lansia.

Tabel 13. Definisi Operasional Gambaran Kemampuan Fungsional Pada Lansia Di


UPT Panti Werdha “Majapahit” Mojokerto.
Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala
Kemampuan Kesigapan seseorang untuk Mandiri : 100 Ordinal
fungsional melakukan aktivitas Ketergantungan ringan : 91-99
lansia. sehari-hari secara mandiri Ketergantungan moderat : 62-90
ataupun dibantu Ketergantungan berat : 51-61
berdasarkan Indeks Ketergantungan penuh : 0-50
Barthel, data diambil (Shah, 1999)
dengan wawancara dan 1.
observasi.
Dengan parameter :
1. Makan.
2. Berpindah.
3. Kebersihan diri.
4. Aktivitas diri.
5. Mandi.
6. Berjalan.
7. Naik turun tangga.
8. Berpakaian.
9. Mengontrol BAB.
10.Mengontrol BAK.

29
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

D. HASIL PENELITIAN.
1. Data Umum.
a. Gambaran Lokasi Penelitian.
Penelitian dilaksanakan di UPT Panti Werdha “Majapahit” Mojokerto dengan
lokasi di Jl. Raya Brangkal No. 862 Sooko Mojokerto dengan batas wilayah sebelah
timur berbatasan dengan Pusat perbelanjaan (Pasar) Brangkal, sebelah selatan
berbatasan dengan KAPOLSEK SOOKO, sebelah barat SPBU Brangkal.
Luas tanah yang dimiliki 3.537 m2 dengan dua sertifikat. Sertifikat pertama
seluas 1.147 m2 dan sertifikat ke dua seluas 2.390 m2, sedangkan yang terpakai untuk
bangunan hanya sebesar 789 m2. Bangunan panti merupakan bangunan permanen
dengan dinding tembok dan sebagian lan tai berkramik, atap genteng dengan
pencahayaan cukup. Panti ini terdiri 1 kantor, 1 mushola, 1 ruangan poliklinik, 6
wisma (2 wisma digunakan untuk perawatan isolasi), 1 kantin, 1 pos penjagaan, 3
gudang, 2 dapur umum, 1 peternakan ayam dan 1 ruangan untuk menyimpan alat
olah raga.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.


Tabel 14. Karakteristik Jenis Kelamin Responden di Di UPT Panti
Werdha “Majapahit” Mojokerto Bulan Mei 2009.
No. Karakteristik Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)
1 Laki-Laki 17 41
2 Perempuan 24 59
Total 41 100
Tabel 14 menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden berjenis kelamin
perempuan dan sisanya berjenis kelamin laki-laki.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.


Tabel 15. Karakteristik Usia Responden di Di UPT Panti Werdha
“Majapahit” Mojokerto Bulan Mei 2009.
No. Karakteristik Usia Frekuensi Prosentase (%)
1 60 – 74 26 63,41
2 75 – 90 15 36,59
Total 41 100
Tabel 15 menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden berusia 60-74 tahun
sedangkan sisanya berusia 75-90 tahun.

3. Data Khusus.
a. Karakteristik Tingkat Ketergantungan Responden.
Tabel 16. Karakteristik Tingkat Ketergantungan Responden di UPT Panti
Werdha “Majapahit” Mojokerto Bulan Mei 2009.
No. Ketergantungan Frekuensi Prosentase (%)
1 Mandiri 10 24,4
2 Ringan 9 21,9
3 Moderat 15 36,6
4 Berat/Tidak Mampu 5 12,2
5 Penuh 2 4,9
Total 38 100
Tabel 16 menunjukkan bahwa paling banyak responden memiliki tingkat
Ketergantungan moderat sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang
memilki tingkat ketergantungan penuh.

30
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

E. PEMBAHASAN.
Berdasarkan pengelompokan data diatas menunjukkan paling banyak dari jumlah
responden mengalami ketergantungan moderat yaitu sebanyak 15 orang (36,6%), dan
paling sedikit yang mengalami tingkat ketergantungan penuh yaitu sebanyak 2 orang
(4,9%). Penurunan kemampuan fisik pada lansia diperkuat dengan teori Pudjiastuti
(2003) mengatakan bahwa lansia mengalami masalah dalam kemampuan motoriknya,
yaitu penurunan kekuatan dan tenaga. Gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas
bawah dan kerusakan sendi adalah perubahan morfologi dari otot. Perubahan morfologi
dari otot menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan
dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibelitas otot. Kecepatan waktu reaksi, rileksasi dan
kerja fungsional. Selanjutnya penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan
penurunan atau kemunduran kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh.
Hambatan dalam gerak duduk ke berdiri, peningkatan resiko jatuh, perubahan postur.
Masalah pada kemampuan gerak dan fungsi, berhubungan erat dengan kekuatan otot yang
sifatnya individual pada lansia (Poedjiastuti, 2003).
Kemampuan (abilty) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian
yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan
digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya
(Davis, 2008). Ketergantungan pada orang atau benda di sekelilingnya adalah wujud dari
penurunan kemampuan yang dialami oleh lansia (Nugroho, 2000). Faktor–faktor yang
mempengaruhi kemampuan fungsional salah satunya adalah umur. Umur merupakan
lamanya seseorang hidup dan lahir sampai ulang tahunnya.
Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran
terutama di bidang kemampuan fungsional yang dapat mengakibatkan penurunan pada
peranan–peranan sosialnya. Hal ini menyebabkan pula timbulnya gangguan didalam hal
mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat mengakibatkan ketergantungan yang
memerlukan bantuan orang lain (Pudjiastuti, 2003).

F. PENUTUP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan lansia dalam aktivitas
hidup sehari – hari di UPT Panti Werdha “Majapahit” Mojokerto sesuai dengan penilaian
kemampuan fungsional yang dimodifikasi dari Indeks Barthel, menunjukkan paling banyak
dari jumlah responden mengalami ketergantungan moderat yaitu sebanyak 15 Orang
(36,6%), dan paling sedikit yang mengalami tingkat ketergantungan penuh yaitu sebanyak
2 Orang atau (4,9%).
Berdasarkan hasil penelitian diatas, diharapkan bagi panti Werdha agar berupaya
mempertahankan kemandirian lansia terutama dalam aktivitas sehari–hari, khususnya
memberikan latihan aktif dalam meningkatkan kesehatan dan produktivitas sehingga
dapat hidup sehat dan berguna.

DAFTAR PUSTAKA.
Arikunto S. (2002). Prosedur Suatu Pendekatan Penelitian Praktek Edisi Refisi V. Jakarta: EKG.
Chumbley Jane, (2003). Menyusui ; Seri Panduan Praktis Keluarga. Jakarta: Erlangga.
DepKes. RI. (2000). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. www /http. Google. Com. Net.id
Depkes RI. (2001). Cara Meneteki Yang Benar. Jakarta: Depkes RI.
Mucthadi, Deddy. (1996). Gizi Untuk Bayi Edisi Revisi. Jakarta: Pustaka Bina Harapan.
Nursalam dan Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Info
Medika.
Notoatmojo,S. (2002). Ilmu Kesehatan Mayarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Nototmojo,S. (2002). Metode Penelitin Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusli, Utami, (2000).Asi Eksklusif. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. (2001). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta: EGC.

31
HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 2, Nopember 2010

Srikandi. (1997). Pengantar Statistik.. Surabaya: CitraMedia.


Tilar.N.A.R. (1999). Menejemen Pendidian Nasional. Bandung: Remaja Rusda Karya.
Verrals.S. (1997).Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC.
WHO UNICEF. (1996).Melindungi Meningktkan Dan Mendukung Menyusui. Jakarta: Bina Rupa
Aksara.
…….,(2002),Menejemen Laktasi,www /htp Google.com.net.i.
……..,laporan nasional PP-AS. www. Gizi Net/lain /GKLI Nis/laporan syaihit.

32

You might also like