You are on page 1of 9

Harum A | DENTAL CARIES AS A RISK FACTOR OF TETANUS

DENTAL CARIES AS A RISK FACTOR OF TETANUS


Aroma Harum
Faculty of Medicine, Lampung University

Abstract
Tetanus is an acute toxemia caused by neurotoxins of Clostridium tetani with characterized periodic and
severe muscle spasms. Clostridium tetani spores usually enter the body through the skin due to wounds ,
dental caries, punctured or burns as well as in umbilical cord infection (tetanus neonatorum). W, 7 years
3 months years old, presented with seizures 20 days before admitting to the hospital. The patient had a
seizure, characterized by sudden severe tonic muscle contraction, with a fist grasping, arm flexion and
adduction and hyperextension of the feet which occurred after the patient received stimulation. There
was not any loss of consciousness. There was no relaxed muscle period even the patient was not seizure.
The.....of the patient still rigid and cannot be opened. This patient have a habit prying his teeth that are
missing last month and there was not history of immunization, including DPT. Treatment that given to
this patient were ATS 20,000 units a day for two days, Metronidazole 100 mg / 8 hours, phenobarbital
30 mg / 4 hours, and Ceftriaxon 100 mg / 8 hours, maintaining oral hygiene and isolation to avoid
stimuli. According to the scoring system of Cole and Youngman (1969), this is the case of tetanus degree
2 with mortality 10-20%.

Keywords:ATS, dental caries, DPT, tetanus

Abstrak
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat.Spora Clostridium tetani
biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh karena terpotong, gigi berlubang, tertusuk
ataupun luka bakar serta pada infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum). Pasien An. W, berusia 7 tahun 3
bulan, datang dengan keluhan timbul kejang menyeluruh sejak 20 hari sebelum masuk Rumah Sakit.Dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien mengalami kejang pada seluruh tubuh, ditandai dengan
kontraksi otot tonik berat, mendadak, dengan tinju menggenggam, lengan fleksi dan adduksi serta
hiperekstensi kaki, terjadi setelah pasien menerima rangsangan.Kejang tidak disertai penurunan
kesadaran.Pada keadaan tidak kejang otot tidak mengalami relaksasi sempurna, ditandai masih
terdapatnya kekakuan otot, seperti penderita masih sulit membuka.Anak memiliki kebiasaan
mencongkel giginya yang bolong sebulan terakhir dan anak tidak pernah mendapatkan imunisasi dasar,
termasuk DPT, hal ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi tetanus. Pengobatan yang didapatkan anak
ini berupa ATS 20.000 unit perhari selama dua hari, Metronidazol 100 mg/ 8jam, fenobarbital 30
mg/4jam, dan Ceftriakson 100 mg/8jam. Tatalaksana nonmedikamentosa dengan menjaga higiene gigi
dan mulut serta isolasi untuk menghindari rangsangan.Faktor prognosis pada pasien ini ad vitam dubia
ad bonam, ad functinam dubia ad bonam dan ad sanationam dubia. Kasus ini, menurut sistem skoring
Cole dan Youngman (1969) merupakan tetanus derajat 2 dengan kemungkinan mortalitas 10-20%.

Kata Kunci:ATS, caries dentis, DPT, tetanus

...
Korespondensi : Aroma Harum |harumaroma@yahoo.co.id

J Medula Unila|Volume 3 Nomor 2|Desember 2014|


8
Harum A | DENTAL CARIES AS A RISK FACTOR OF TETANUS

Pendahuluan telinga, tidak ada riwayat sirkumsisi


Tetanus adalah suatu toksemia dalam beberapa bulan terakhir, namun
akut yang disebabkan oleh neurotoksin memiliki kebersihan mulut yang sangat
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani kurang. Sejak kecil gigi pasien tidak
ditandai dengan spasme otot yang terawat dan banyak gigi yang rusak,
periodik dan berat.Tetanus ini biasanya tetapi tidak pernah diperiksakan ke
akut dan menimbulkan paralitik spastik dokter gigi. Sebulan terakhir ini
yang disebabkan tetanospasmin.1 penderita memiliki kebiasaan
Tetanospamin merupakan membersihkan gigi yang bolong dengan
neurotoksin yang diproduksi oleh jari atau lidi.
Clostridium tetani.Tetanus disebut juga Riwayat demam ada.Riwayat
dengan "Seven day Disease".Dan pada sesak disangkal.Riwayat BAK dan BAB
tahun 1890, diketemukan toksin seperti seperti biasa selama sakit. Frekuensi
strichnine, kemudian dikenal dengan BAB 1x sehari, konsistensi padat.Anak
tetanospasmin, yang diisolasi dari pernah dirawat selama 2 hari di RSUD
tanah anaerob yang mengandung Kalianda sebelum akhirnya dirujuk ke
bakteri.lmunisasi dengan mengaktivasi Rumah Sakit Umum dr.H.Abdul
derivat tersebut menghasilkan Moeloek Provinsi Lampung.
pencegahan dari tetanus. 1 Pasien mengalami karies dentis,
Spora Clostridium tetani yang dapat menjadi salah satu port d
biasanya masuk kedalam tubuh melalui entre spora Clostridium tetani.
luka pada kulit oleh karena terpotong, Menurut ibu dalam anggota
Gigi berlubang, tertusuk ataupun luka keluarga tidak ada yang pernah
bakar serta pada infeksi tali pusat mengalami sakit seperti ini.
(Tetanus Neonatorum).1 Pasien merupakan anak
kesembilan. Kehamilan pasien adalah
Ilustrasi Kasus kehamilan yang diinginkan oleh kedua
Pasien An.W, berusia 7 tahun 3 orang tua. Selama hamil ibu sehat,
bulan, datang dengan keluhan timbul tidak kontrol teratur ke bidan setiap
kejang menyeluruh sejak 20 hari bulan. Ibu hanya minum vitamin dari
sebelum masuk Rumah Sakit. Awalnya bidan dan tidak pernah mengkonsumsi
kejang dimulai pada daerah wajah, obat-obatan lainnya.
kemudian menyebar ke badan dan Pasien lahir, spontan, cukup
anggota gerak.Ditandai dengan tidak bulan, ditolong dukun, lahir langsung
dapat membuka mulut, perut teraba menagis, berat badan lahir dan panjang
keras, serta tangan dan kaki tidak dapat badan lahir orang tua tidak ingat. Saat
digerakkan.Kejang dapat terjadi sampai dan setelah lahir pasien tidak tampak
5 kali dalam sehari, dengan lama sekitar sesak nafas, kuning atau biru atau
15 menit, tanpa disertai penurunan mengalami kelainan lainnya.Kesan:
kesadaran.Kejang terjadi bila pasien riwayat ibu multiparitas, riwayat
mendengar suara mengagetkan, persalinan dalam batas normal
terkena silau cahaya, serta disentuh Anak tidak mendapatkan
secara tiba-tiba. Imunisasi dasar. Pada usia 0-6
Pasien tidak mengalami luka, bulan,pasien mendapatkan ASI,
tidak ada riwayat keluar cairan dari frekuensi minum ASI tiap kali bayi

J Medula Unila|Volume 3 Nomor 2|Desember 2014|


8
Harum A | DENTAL CARIES AS A RISK FACTOR OF TETANUS

menangis dan tampak kehausan, sehari Berdasarkan anamnesis


biasanya lebih dari 8 kali dan lama (autoanamnesis dan alloanamnesis dari
menyusui 10 menit, bergantian kiri anggota keluarga), pemeriksaan fisik
kanan.Usia6-9 bulan, pasien melai dan pemeriksaan tambahan dilakukan
memakan bubur susu 2-3 kali sehari selama pasien dalam perawatan di
setengah mangkok kecil, dengan RSUAM.
diselingi ASI jika lapar.Usia 9-12 bulan, Pada pemeriksaan fisik ditemukan
bubur saring 3 kali sehari satu mangkok kesadaran compos mentis, HR 71
kecil dengan sayur x/menit, RR 28 x/menit, T 36,7°C.
hijau/wortel/kentang, lauk ikan/tempe, Ditemukan wajah risus sardonikus,
dengan diselingi ASI jika bayi masih trismus ±1 cm, dan perut yang keras
lapar.Usia 1-2 tahun, diperkenalkan seperti papan.Dalam keadaan kejang
dengan makanan keluarga, nasi, sayur ekstremitas superior dalam keadaan
bervariasi (sop wortel, kentang) dan fleksi dan ekstremitas inferior dalam
lauk ikan/ayam/tempe/tahu/telur, keadaan ekstensi.Ditemukan adanya
porsi menyesuaikan, 3 kali sehari. ASI karies dentis. Pada pemeriksaan
masih diberikan.Buah seperti pisang, laboratorium ditemukan Hb 12,0 g/dl
jeruk dan papaya kadang diberikan.Usia (N), LED 10 mm/jam (N), leukosit
2 tahun sampai sekarang , makan 10.800/ul (N), trombosit 379.000/ul
makanan keluarga seperti nasi, sayur (N), natrium 134 mmo/L (N), kalium 3,6
bervariasi dan lauk mmo/L (N), kalsium 9,5 mg/dl (N),
ikan/ayam/tempe/tahu/telur,porsi klorida 101 mmo/L (N). Pasien
menyesuaikan, 3 kali sehari.Kesan: didiagnosis dengan Tetanus derajat
Asupan gizi secara kualitas cukup. sedang.Diagnosis banding pada kasus
Pasien berasal dari golongan ini adalah Keracunan strihnin dan
sosial ekonomi rendah. Pendidikan Rabies.Terapi pada pasien ini
Ayah dan Ibu tamat SD. Ayah bekerja adalahATS 20.000 unit hari pertama
sebagai buruh dengan pendapatan (skin test dahulu) kemudian diberikan
tidak tentu, kurang dari 1 juta selama Diazepam 5 mg bila kaku, Fenobarbital
sebulan, sedangkan ibu kandung pasien 30 mg/ 4jam, Metronidazol 100 mg/
hanya sebagai ibu rumah tangga. 8jam, Ceftriakson 100 mg/8jam dan
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu pasien juga diinfus N4D5 gtt XII/menit.
serta 5 saudara kandung yang berusia Diharapkan terjaga higiene gigi dan
19 tahun, 18 tahun, 17 tahun, 9 tahun, mulut serta Isolasi untuk menghindari
dan 8 tahun. Satu rumah dihuni oleh 8 rangsangan.
orang anggota keluarga.Rumah berada
di dusun dan sekitar rumah banyak Pembahasan
binatang ternak.Jarak fasilitas Dari anamnesis dan
kesehatan puskesmas ± 15 menit dari pemeriksaan fisik, pasien mengalami
rumah, RSUD Kalianda ± 45 menit, kejang pada seluruh tubuh.Kejang-
sedangkan dari rumah ke RSUAM kejang ini ditandai dengan kontraksi
ditempuh dalam waktu 2-3 otot tonik berat, mendadak, dengan
jam.Pembiayaan kesehatan ditanggung tinju menggenggam, lengan fleksi dan
Jamkesmas.Kesan : Sosial ekonomi adduksi serta hiperekstensi kaki.Kejang
kurang, lingkungan kurang bersih. terjadi setelah pasien menerima

J Medula Unila|Volume 3 Nomor 2|Desember 2014|


9
Harum A | DENTAL CARIES AS A RISK FACTOR OF TETANUS

Table 1. Showing difference between dibedakan dengan tetanus dengan


strychnine and tetanus hidrofobia, dan disfagia yang mencolok,
Features Strychnine Tetanus kejang-kejang klonik yang dominan,
History of Poisoning Injury serta pleositosis CSS.Walaupun
Onset Sudden Gradual
keracunan striknin dapat berakibat
Convulsion All muscle All muscle are
are involved not affected at spasme otot, dan aktivitas kejang
at the time same time menyeluruh, keracunan ini jarang
of menimbulkan trismus, dan tidak seperti
convulsions tetanus relaksasi umum biasanya
Lock jaw Absent Present
terjadi antara spasmus. Hipokalsemia
Muscle Relaxed in Are stiff and not
between fully relaxed dapat menghasilkan tetani, ditandai
convulsions oleh spasme laring dan karpopedal,
Laboratory Chemical Bacteria present tetapi trismus tidak akan.
finding test for on Pada tetanus kejang disebabkan
strychnine microbiological
positive inestigation
oleh eksotoksin pada sinaps ganglion
spinal dan neuromuscular
rangsangan.Awalnya kejang terjadi
junction serta syaraf autonom. Toksin
pada bagian mulut, kemudian perut,
dari tempat luka menyebar ke motor
tangan dan kaki.Pasien sulit untuk
endplate dan setelah masuk lewat
membuka mulutnya, perut teraba
ganglioside dijalarkan secara
keras, dan kaki tangan tidak dapat
intraaxonal ke dalam sel saraf tepi,
digerakkan.Kejang tidak disertai
kemudian ke kornu anterior sumsum
penurunan kesadaran.Pada keadaan
tulang belakang dan akhirnya
tidak kejang otot tidak mengalami
menyebar ke SSP. Gejala klinis yang
relaksasi sempurna, ditandai masih
ditimbulkan dari eksotoksin terhadap
terdapatnya kekakuan otot, seperti
susunan saraf tepi dan pusat tersebut
penderita masih sulit membuka mulut.
adalah dengan memblok
Gambaran tetanus merupakan
pelepasandari neurotransmiter sehingg
salah satu gambaran yang paling
a terjadi kontraksi otot yang tidak
dramatis dalam kedokteran dan
terkontrol/ eksitasi terus menerus dan
diagnosis dibuat secara klinis.Kelompok
spasme. Neuron ini menjadi tidak
khas adalah penderita yang tidak
mampu untuk melepaskan
terimunisasi (dan/atau ibu) yang
neurotransmitter. Neuron, yang
terjejas, atau dilahirkan dalam 2
melepaskan gamma aminobutyric acid
minggu sebelumnya dan yang datang
(GABA) dan glisin, neurotransmitter
dengan trismus, otot-otot kaku yang
inhibitor utama, sangat sensitif
lain, dan sensorium yang tidak
terhadap tetanospasmin, menyebabkan
terganggu. Tetanus generalisata yang
kegagalan penghambatan refleks
berkembang sepenuhnya, tidak dapat
respon motorik terhadap rangsangan
dikelirukan dengan penyakit lain.
sensoris.Kekakuan mulai pada tempat
Namun, trismus, dapat terjadi akibat
masuknya kuman atau pada otot
abses para faring, retrofaring atau
masseter (trismus), pada saat toksin
abses gigi.Baik rabies ataupun tetanus
masuk ke sumsum tulang belakang
dapat menyertai gigitan binatang, dan
terjadi kekakuan yang berat, pada
rabies dapat datang sebagai trismus
extremitas, otot-otot bergari pada
dan kejang-kejang.Namun rabies dapat

J Medula Unila|Volume 3 Nomor 2|Desember 2014|


10
Harum A | DENTAL CARIES AS A RISK FACTOR OF TETANUS

dada, perut dan mulai timbul kejang. muncul ±20 hari yang lalu.Hal ini
Bilamana toksin mencapai korteks menunjukkan bahwa periode inkubasi
serebri, menderita akan mulai pada pasien ini ±10 hari.Periode
mengalami kejang umum yang spontan. inkubasi tetanus pada umumnya 3-21
Toksin dari tetanus tidak menyebabkan hari. Periode inkubasi yang pendek
penurunan karena terjadi penurunan berkaitan dengan kontaminasi luka
pelepasan GABA di ARAS (Ascending yang berat keparahan penyakit dan
Reticular Activating System).ARAS prognosis yang lebih buruk.1,2
adalah sistem yang menjaga kesadaran. Berdasarkan anamnesis, anak
Neurotransmiter yang berperan dalam tidak pernah mendapatkan imunisasi
sistem ini antara lain:asetilkolin, dasar, termasuk DPT. Hal ini
dopamin, serotonin, dan norepinefrin meningkatkan resiko terjadinya infeksi
yang dipengaruhi oleh GABA. Ketika tetanus.1,2,5,6,7
terjadi inhibisi GABA maka terjadi Pada pasien ini dilakukan
rangsangan asetilkolin, dopamin, pemeriksaan darah rutin dan elektrolit.
serotonin, dan norepinefrin yang Pada pemeriksaan darah rutin
membuat kesadaran tetap terjaga.2,3,4 didapatkan Hb 12,0 g/dl (N), LED 10
Anak tidak memiliki riwayat luka mm/jam (N), leukosit 10.800/ul (N),
tusuk, gigitan bintang, maupun luka trombosit 379.000/ul (N). Pada
bakar yang luas, namun dari anamnesis, pemeriksaan elektrolit didapatkan
anak memiliki kebiasaan mencongkel natrium 134 mmo/L (N), kalium 3,6
giginya yang bolong.Karies dentis mmo/L (N), kalsium 9,5 mg/dl (N),
merupakan salah satu port klorida 101 mmo/L (N). Hasil
d’entreClostridium tetani.C.tetani hidup pemeriksaan laboratorium pada
ditanah dan usus binatang, terutama tetanus tidak mempunyai gambaran
pada tanah di daerah khas.Jumlah leukosit dapat normal atau
pertanian/peternakan.Spora dapat sedikit meningkat.Leukosit pada infeksi
menyebar kemana-mana, mencemari tetanus dapat normal atau sedikit
lingkungan fisik maupun biologik.2Spora meningkat karena bahkan dosis letal
yang terdapat di lingkungan dapat dari tetanospasmin kurang memadai
masuk kedalam tubuh pasien melalui untuk merangsang sistem imun
karies dentis yang dideritanya. Spora tubuh.Pemeriksaan elektrolit dilakukan
yang masuk ke dalam tubuh tidak untuk menyingkirkan kemungkinan
berbahaya sampai dirangsang oleh kejang akibat gangguan elektrolit,
beberapa faktor (kondisi anaerob), seperti kejang yang disebabkan karena
sehingga berubah menjadi bentuk hipokalsemia dan hiponatremia.8,9,10
vegetatif dan berbiak dengan cepat Pengobatan yang didapatkan
tetapi hal ini tidak mencetuskan reaksi anak ini berupa ATS 20.000 unit perhari
inflamasi. Gejala klinis sepenuhnya selama dua hari, Metronidazol 100 mg/
disebabkan oleh eksotoksin 8jam, fenobarbital 30 mg/4jam, dan
(tetanospasmin) yang dihasilkan oleh Ceftriakson 100 mg/8jam. Tatalaksana
sel vegetatif yang sedang tumbuh.4 nonmedikamentosa dengan menjaga
Anak memiliki kebiasaan higiene gigi dan mulut serta isolasi
mencongkel giginya yang bolong untuk menghindari rangsangan.
sebulan terakhir ini.Kaku pertama

J Medula Unila|Volume 3 Nomor 2|Desember 2014|


11
Harum A | DENTAL CARIES AS A RISK FACTOR OF TETANUS

Pemberian ATS pada pasien ini diberikan secara infiltrasi di tempat


adalah 20.000 IU perhari selama dua sekitar luka. HTIG hanya dapat
hari.Dosis ATS yang diberikan ada menghilangkan toksin tetanus yang
berbagai pendapat.Behrman dan belum berikatan dengan ujung saraf.
Grossman (1987) menganjurkan dosis Kontraindikasi HTIG adalah riwayat
50.000–100.000 u yang diberikan hipersensitivitas terhadap
setengah lewat intravena dan imunoglobulin atau komponen human
setengahnya intramuskuler. Pemberian immunoglobulin sebelumnya;
lewat intravena diberikan dengan cara trombositopenia berat atau keadaan
melarutkannya dalam 100–200 cc koagulasi lain yang dapat merupakan
glukosa 5% dan diberikan selama 1–2 kontraindikasi pemberian secara
jam. Di FKUI, ATS diberikan dengan IM.4,6,11,12

dosis 20.000 u selama 2 hari. Di


Manado, ATS diberikan dengan dosis Tabel 2. Perbandingan ATS dan HTIG1
10.000 i.m, sekali pemberian. Beberapa
studi yang pernah dilakukan bahkan
menyebutkan tidak adanya perbedaaan
mortalitas pada pemberian ATS dosis
10.000 IU hingga 500.000 IU, karena
kadar yang adekuat dalam darah telah
dicapai pada pemberian dengan dosis
10.000 IU5. Pemberian ATS harus
berhati-hati akan reaksi anafilaksis,
sehingga harus dilakukan skin test
sebelum pemberian ATS. Pada tetanus
anak, pemberian anti serum dapat
disertai dengan imunisasi aktif DT Pasien ini mendapatkan
setelah anak pulang dari rumah sakit. Metronidazol 300 mg/hari secara IV
Meskipun efektif, penggunaan ATS dibagi menjadi 3 dosis. Pada penelitian
yang berasal dari serum kuda yang dilakukan di Indonesia,
mengalami kendala tingginya insiden metronidazol telah menjadi terapi
efek samping serum sickness, yaitu pilihan yang digunakan di beberapa
hingga 10% (6-14%), dan reaksi pelayanan kesehatan. Metronidazol
anafilaksis yang fatal pada 0,001% (1 diberikan secara iv dengan dosis inisial
per 100.000). Tersedianya antitoksin 15 mg/kgBB dilanjutkan dosis 30
yang berasal dari manusia, sejak tahun mg/kgBB/hari dengan interval setiap
1960-an para ahli merekomendasikan 6 jam selama 7-10 hari.
sedapat mungkin menggunakan HTIG, Metronidazole digunakan sebagai
dan hanya menggunakan ATS apabila terapi antibiotik lini pertama pada
tidak ada persediaan HTIG. Bila fasilitas kasus tetanus dan penisilin prokain
tersedia, dapat diberikan HTIG (3.000- digunakan sebagai lini kedua.Terapi
6.000 IU) secara intramuskular (IM) antibiotik dengan menggunakan
dalam dosis tunggal. Untuk bayi, penisilin tidak lebih menguntungkan
dosisnya adalah 500 IU IM dosis dibanding penggunaan metronidazol,
tunggal. Sebagian dari dosis tersebut karena penggunaan penisilin

J Medula Unila|Volume 3 Nomor 2|Desember 2014|


12
Harum A | DENTAL CARIES AS A RISK FACTOR OF TETANUS

membutuhkan sedatif dan muscle negatif dan bakteri Gram-positif, baik


relaxant dengan dosis yang lebih tinggi yang aerob maupun anaerob, termasuk
dibandingkan dengan penggunaan Clostridium tetani.15,16,17
metronidazol.Hal ini disebabkan oleh Sering ada kecenderungan klinisi
efek penisilin yang merupakan untuk memilih antibiotik yang
antagonis gamma aminobutyric acid spektrumnya luas dalam menangani
(GABA). Blokade terhadap post sinaps kasus-kasus infeksi. Penggunaan
GABA dapat menyebabkan spasme dan antibiotik berspektrum luas, terutama
dapat memperburuk keadaan tetanus. dalam penggunaan untuk waktu yang
Metronidazol merupakan antibiotik relatif lama, akan mengganggu
dengan berspektrum sempit (menjadi keseimbangan flora normal tubuh. Oleh
inaktif bila melawan bakteri aerob dan karena itu antibiotik yang dipilih dalam
fakultatif anaerob), hal ini menjamin menangani kasus infeksi sebaiknya
antibiotik tidak akan terganggu dengan yang memiliki spektrum sempit.13,14,18,19
flora bakterial normal dan tidak akan Untuk mengurangi spasme,
menginduksi superinfeksi. Resistensi pada kasus ini digunakan fenobarbital
terhadap metronidazol dilaporkan 30 mg/ 4 jam dan diazepam 5 mg bila
jarang.9,10,13,14 kaku. Obat–obat ini digunakan untuk
merelaksasi otot dan mengurangi
Tabel 3. Perbedaan Metronidazol dan kepekaan jaringan saraf terhadap
Penisilin dalam tatalaksana Tetanus1 rangsangan. Diazepam merupakan
Metronidazol Penisilin antikonvulsan lini pertama dan
Spektrum Spektrum Spektrum fenobarbital merupakan lini kedua.
sempit, obligat luas, bakteri Diazepam merupakan agonis GABA
anaerob (tidak gram (+), poten sehingga dapat merangsang
menginduksi anaerob
reseptor GABA (kanal Cl) di post
superinfeksi)
Mekanisme Menghambat Menghambat sinaptik. Peningkatan Cl dalam sel akan
kerja sintesis DNA sintesis menyebabkan hiperpolarisasi.
dinding sel Hiperpolarisasi yang terjadi dapat
Stabilitas Stabil Tidak stabil menyebabkan relaksasi otot.
Reaksi alergi Jarang Sering Penggunaan kombinasi dari diazepam
Resistensi jarang Sering
dan fenobarbital memiliki efek yang
Struktur Strukturnya
menyerupai lebih dibandingkan penggunaan obat
GABA: tunggal pada penelitian yang
menginduksi melibatkan 207 bayi dengan tetanus.7,20
spasme Pada laporan kasus yang
Penetrasi Baik Rendah melibatkan pasien tetanus derajat
abses
Akses Oral, rektal, IV IM
berat, penggunaan kombinasi dan
sedatif dosis tinggi direkomendasikan
untuk mengurangi kekakuan akibat
Pada kasus ini diberikan penyakit ini.8,10,,20
ceftriakson 100 mg/8jam. Ceftriakson Karies dentis menjadi penyebab
adalah antibiotika sefalosporin generasi utama yang dapat ditemukan pada
ketiga yang mempunyai spektrum kasus ini.Karies dentis merupakan salah
aktivitas luas terhadap bakteri Gram- satu port d’entreClostridium tetani.

J Medula Unila|Volume 3 Nomor 2|Desember 2014|


13
Harum A | DENTAL CARIES AS A RISK FACTOR OF TETANUS

Karies dentis merupakan masalah memperburuk prognosis pada kasus


kesehatan gigi dan mulut yang harus tetanus. Tetanus dapat sembuh
mendapatkan penanganan dengan cara sempurna walaupun membutuhkan
penambalan atau pun pencabutan oleh waktu yang lama. Jika tetanus tidak
dokter ahli gigi (dokter gigi/spesialis ditangani dengan benar, tetanus dapat
bedah mulut). Penambalan gigi harus menjadi fatal.24,25
dilakukan lebih awal sebelum karies
tersebut sudah semakin DAFTAR PUSTAKA
parah.Pertimbangan pencabutan dapat
1. Leman MM, Tumbelaka AR. Penggunaan
dilakukan apabila gigi tersebut sudah Anti Tetanus Serum dan Human Tetanus
tidak dapat lagi dipertahankan karena Immunoglobulin pada Tetanus Anak:
jika dibiarkan dapat menjadi port Laporan Kasus. Sari Pediatri. 2010.
d’entreC.tetani. Pada kasus ini anak 12(4):283-8.
disarankan konsul ke dokter ahli gigi 2. Sukhotinsky I. Zalkind V. Lu J. Hopkins
DA. Saper CB. Devor M. Neural Pathways
untuk penanganan ataupun perawatan Associated With Loss Of Consciousness
gigi selanjutnya. Perawatan gigi Caused By Intracerebral Microinjection Of
merupakan upaya pencegahan GABA A-Active Anesthetics. Eur J
kerusakan gigi lebih lanjut pada anak. Neurosci. 2007.25(5):1417-36.
Upaya pencegahan dapat dimulai 3. Behrman, dkk. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson. Volume 2.Jakarta: EGC. 2000
dengan melakukan diet makanan manis 4. Gilroy, John MD, et al :Tetanus in : Basic
untuk mengurangi resiko karies dentis Neurology, ed.1.982, 229-230
dan anak disarankan melakukan 5. Depkes RI. Penatalaksanaan Tetanus pada
perawatan gigi dengan menggosok gigi Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan
secara teratur serta kunjungan ke Republik Indonesia. 2008
6. Soedarno SS, Garna H, Hadinegoro SR. Buku
dokter ahli gigi setiap 6 bulan
Ajar Infeksi & Pediatrik Tropis. Ikatan Dokter
sekali.21,22,23 Anak Indonesia: Jakarta. 2008.
Faktor prognosis pada pasien ini 7. Anonim. Panduan Praktik Klinis Tetanus Anak
ad vitam dubia ad bonam, ad functinam RSMH. Palembang: RSMH
dubia ad bonam dan ad sanationam 8. Jawetz M, Adelberg’s. Mikrobiologi
Kedokteran. Edisi ke-23. Alih Bahasa:
dubia.Kasus ini, menurut sistem skoring
Huriwati Hartanto dkk. ECG: Jakarta. 2005.
Cole dan Youngman, merupakan 9. CDC. Tetanus: Make Sure You and Your Child
tetanus derajat 2 dengan kemungkinan Are Fully Immunized. USA: Center for
mortalitas 10-20%.Pasien ini memiliki Disease Control and Prevention. 2013.
masa inkubasi 10-14 hari (± 10 hari), 10. Kurtoglu S, Caksen H, Ozturk A, Cetin N,
Poyrazoglu H. A Review of 207 Newborn
awitan penyakit > 6 hari (±20 hari),
with Tetanus.J Pak Med Assoc. 1998.
jarang disertai disfagia, Kekakuan 48(4):93-8.
umum sejak awal, dan kejang umum 11. Chun Pan, Huang Ying Zi, Yang Yi, Hai Bo
lebih berat, lebih sering namun tidak Qui. Titration of High Dose Sedation is
menyebabkan dispnoe dan Effective in Severe Tetanus: A Case Report.
Case Journal. 2009. 6865(2):67-69
sianosis.Prognosis tetanus dipengaruhi
13. Ahmadsyah I, Salim A. Treatment Of
oleh banyak hal. Masa inkubasi yang Tetanus: An Open Study To Compare The
pendek, periode of onset yang pendek, Efficacy Of Procaine Penicillin And
usia yang lebih muda (neonatus), Metronidazole. BMJ. 1985.291: 648-650.
adanya demam >38,4 °C dan 14. Cawson RA, Odell E.W.Cawson’s Essential of
Oral Pathology and Oral Medicine.7th
munculnya komplikasi akan
edition.Churcill living stone. 2002. 82-83.

J Medula Unila|Volume 3 Nomor 2|Desember 2014|


14
Harum A | DENTAL CARIES AS A RISK FACTOR OF TETANUS

15.Anonim. Ceftriaxone Official FDA


Information, Side Effects and Uses. 2013.
Diunggah tanggal 16 Juli 2014 dari:
http://www.drugs.com/pro/ceftriaxone.ht
ml
16. Mycek MJ. Farmakologi Ulasan Bergambar.
Jakarta: Widya Medika. 2000
17. Hadinegoro SR, Kadim M, Devaera Y, Idris
NS, Ambarsari CG.Update Management of
Infectious Diseases and Gastrointestinal
Disorders. Jakarta: Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM. 2012
18. Simon EE, Batuman V. Hyponatremia:
Practice Essentials. 2013. Diunggah tanggal
16 Juli
2014dari:http://emedicine.medscape.com
19. Abrutyn, E. Tetanus In Harrison’s Principles
of lnternal Medicine. 17th ed. America:
McGrawHill. 2008. 898-899.
20. Behrman R.E., Kliegman R.M., Jenson H.B.
ed. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed.
Philadelphia: Saunders. 2007. 1228-1230.
21. Mandell, G.I., et al ed. Principles and
Practice of Infectious Diseases. 5th ed. New
York: Churchill Livingstone. 2000. 2537-2543
22. Chin, J., Nyoman, K.I. Manual
Pemberantasan Penyakit Menular. 17th ed.
Jakarta: Depkes RI. 2000.
23. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Modul Latihan Petugas Imunisasi. Direktorat
Janderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat
Promosi Kesehatan. 2000
24. World Health Organization (WHO). Tetanus.
2008. Available from:
http://www.who.int/immunization/topics/t
etanus/en/index.html. Accesed 30 Agustus
2014
25. World Health Organization (WHO).
Maternal and Neonatal Tetanus (MNT)
Elimination. 2010. Available from:
http://www.who.int/immunization_monitor
ing/diseases/MNTE_initiative/en/index1.ht
ml. Acessed 30 Agustus 2014

J Medula Unila|Volume 3 Nomor 2|Desember 2014|


15

You might also like