Professional Documents
Culture Documents
CERIA NURHAYATI
PENDAHULUAN
Laryngospasm
Fractures
Hypertension
Nosocomial infections
Pulmonary embolism
Aspiration pneumonia
Death
MANAGEMENT OF
TETANUS
three objectives of management of tetanus are:
(1) to provide supportive care until the tetanospasmin that is fi
xed in tissue has been metabolized;
(2) to neu-tralize circulating toxin; and
(3) to remove the source of tetanospasmin.
Medical administration
Antibiotik
Penicillin recommended dose is 100,000–200,000 IU/day
intramuscularly or intravenously for 7–10 days → produce
convulsion
Metronidazole → Rectal administration of metronidazole is rapidly
bioavail-able and produces fewer spasms than repeated intrave-
nous or intramuscular injections
Sedative
Short-acting barbiturates such as secobarbital and phenobarbital
are useful in sedating patients with mild tetanus. Initial doses of
1.5–2.5 mg/kg for children or 100–150 mg intramus-cularly for
adults
Phenobarbital may be given in a dose of 120–200
mg intravenously
Diazepam may be added in divided doses up to
120 mg/day→prevent or control seizures.
Chloropromazine, given every 4–8 hours in doses
from 4–12 mg in the infant to 50–150 mg in the adult,
ma
PREVENTION
Imunisasi
ATS profilaksis
Recommended and Minimum
Ages and Intervals Between
Vaccine Doses
NURSING CARE PLAN
ASSESSMENT
Riwayat kehamilan prenatal. Ditanyakan apakah ibu sudah
diimunisasi TT.
Riwayat natal ditanyakan. Siapa penolong persalinan karena
data ini akan membantu membedakan persalinan yang
bersih/higienis atau tidak. Alat pemotong tali pusat, tempat
persalinan.
Riwayat postnatal. Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai
kapan bayi tidak dapat menetek (incubation period). Berapa
lama selang waktu antara gejala tidak dapat menetek dengan
gejala kejang yang pertama (period of onset).
Assessment cont……
Pemeriksaan fisik.
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari
tetanus, bayi normal dan bisa menetek dalam 3 hari pertama.
Hari berikutnya bayi sukar menetek, mulut “mecucu” seperti
mulut ikan. Risus sardonikus dan kekakuan otot ekstrimitas. Tanda-
tanda infeksi tali pusat kotor. Hipoksia dan sianosis.
Pada anak keluhan dimulai dengan kaku otot lokal disusul
dengan kesukaran untuk membuka mulut (trismus).
Pada wajah : Risus Sardonikus ekspresi muka yang khas akibat
kekakuan otot-otot mimik, dahi mengkerut, alis terangkat, mata
agak menyipit, sudut mulut keluar dan ke bawah.
Assessment cont….
Opisthotonus tubuh yang kaku akibat kekakuan otot leher, otot
punggung, otot pinggang, semua trunk muscle.
Pada perut : otot dinding perut seperti papan. Kejang umum,
mula-mula terjadi setelah dirangsang lambat laun anak jatuh
dalam status konvulsius.
Pada daerah ekstrimitas apakah ada luka tusuk, luka dengan
nanah, atau gigitan binatang.
Nursing diagnosis
Bersihan jalan napas in efektif b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga
mulut (adanya spasme pada otot faring).
Defisit nutrisi b.d. peningkatan kebutuhan kalori yang tinggi, makan tidak
adekuat.
Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan sirkulasi (hipoksia berat).
Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga
tentang diagnosis/prognosis penyakit anak
Gangguan komunikasi verbal b.d. sukar untuk membuka mulut
(kekakuan otot-otot masseter)
Risiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d. penurunan oksigen di otak.
Risiko cedera b.d. kejang spontan yang terus-menerus (kurang suplai
oksigen karena adanya oedem laring).
Interventions→ NIC
Isolation room
Oxygenation → tracheostomy if
needed
Nutrition
Fluid and electrolyte
Wound care
THANK YOU