You are on page 1of 12

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI PROGRAM DETEKSI DINI

KANKER SERVIKS MELALUI PEMERIKSAAN IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM


ASETAT) DI PUSKESMAS WILAYAH KOTA SURABAYA

Fritria Dwi Anggraini


(UNUSA, FKK, Prodi D III Kebidanan – Jl. Smea 57 Surabaya)
Email : fritria@unusa.ac.id

ABSTRACT
Cervical cancer detection program through an examination of the IVA has been
implemented in all health centers in Surabaya since 2010. Target of this program are 80 % WUS
and the target examination at least 25 people per month , but the achievement only 3-4 people
permonth. The purpose of research is to analyze the factors that affect the implementation of
IVA’s programs in healthcare centers in Surabaya .Research conducted observational analytic
cross sectional approach . The study population was responsible for IVA program at the health
center for 52 people with a total sampling . The data was collected through interviews with
questionnaire . Analyzed using T test track with the program VPLS.
The results showed IVA program by parent centers in the city of Surabaya 57.7 % poor ,
51.9 % of communication is not good , the attitude of the respondents 55.8 % positive /
supportive IVA program, character health centers provide less at 53.8 % support , understanding
of the standard and target 51.9 % less understand . Based on the test results showed that the
communication model of the structure , characteristics and health centers responsible attitude
directly affects the implementation of the program , while managing and understanding of the
standard target indirectly influence the IVA program implementation through communication
and attitud. Taken together these five factors influence the implementation of the IVA program
with a contribution of 82.7 % which is the most influential variable is communication.

Keywords : Early detection of cervical cancer, program implementation

ABSTRAK
Program deteksi kanker serviks melalui pemeriksaan IVA diberlakukan di seluruh
puskesmas induk di Surabaya sejak 2010. Target sasaran 80% WUS dan minimal tiap puskesmas
di Surabaya 25 orang perbulan, tetapi pencapaian puskesmas hanya 3-4 orang perbulan. Tujuan
penelitian menganalisis faktor yang mempengaruhi implementasi program IVA di puskesmas
wilayah Kota Surabaya. Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian
adalah penanggungjawab program IVA di seluruh Puskesmas induk yang melaksanakan program
IVA sebanyak 52 orang. Pengumpulan data melalui wawancara terstruktur. Analisis data dengan
analisis jalur uji T pada program VPLS (Visual Partial Least Square)
Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program IVA oleh puskesmas induk di wilayah
Kota Surabaya 57,7% kurang baik dalam pemetaan sasaran, penyuluhan dan cakupan
pemeriksaan. Komunikasi sebesar 51,9% kurang khususnya tentang kejelasan. Sikap responden
55,8% positif/mendukung program IVA. Karakter dukungan puskesmas sebesar 53,8% kurang
mendukung dalam implementasi program IVA, pemahaman tentang standar dan sasaran 51,9%
kurang memahami status dan SPM dari program IVA. Hasil uji struktur model didapatkan bahwa
komunikasi, karakteristik dukungan puskesmas dan sikap penanggungjawab berpengaruh secara
langsung, sedangkan sumberdaya dan pemahaman tentang standar sasaran berpengaruh secara
tidak langsung terhadap implementasi program IVA, melainkan melalui komunikasi dan sikap.
Secara bersama-sama kelima faktor berpengaruh terhadap implementasi program IVA dengan
kontribusi sebesar 82,7% dimana variabel yang paling berpengaruh adalah komunikasi.

Kata Kunci : Deteksi dini kanker servik, Implementasi program

29
30. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 29-40

PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


Timur mulai menggerakkan pemeriksaan
Kanker serviks atau kanker leher pemeriksaan kanker serviks oleh
rahim adalah penyakit keganasan dari puskesmas sejak tahun 2007, namun
leher rahim (serviks) yang disebabkan belum dilaksanakan secara optimal,
oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). kemudian tahun 2010 Dinkes Propinsi
Diseluruh dunia, penyakit ini merupakan Jawa Timurdan Dinkes Kota (DKK)
jenis kanker ke dua terbanyak yang Surabaya berkoordinasi dengan sektor
diderita perempuan setelah kanker terkait serta jejaring kanker untuk
payudara namun menjadi penyebab melakukan program deteksi dini kanker
pertama kematian perempuan akibat serviks sesuai dengan Kepmenkes No
kanker.i Angka kejadian mencapai hampir 796/menkes/VII/2010 dan ditetapkan
20 juta penderita per tahun dan 90% kepada seluruh puskesmas induk.
diantaranya terjadi di negara Program ini mulai dilakukan di kota
berkembangseperti Asia selatan, Asia Surabaya, Malang, Gresik dan Kediri,
tenggara, Amerika bagian tengah dan kemudian akan dikembangkan ke semua
selatan serta Afrika timur.2 kabupaten/kota di Jawa Timur. Kegiatan
Di Indonesia Angka kejadian kanker meliputi penyuluhan kepada masyarakat
serviks terus meningkat setiap tahunnya dan deteksi dini kanker serviks dengan
dengan peningkatan ±15.000 kasus, dan metode IVA.
7493 diantaranya berakhir dengan Berdasarkan survey pendahuluan
kematian sebab hampir 70% kasus baru yang diperoleh penulis melalui
ditemukan sudah dalam keadaan stadium wawancara dengan Sie Pelayanan
lanjut. Tingginya kejadian kanker serviks Kesehatan Dasar KIA DKK Surabaya
di Indonesia tersebut merupakan angka selaku pemegang program IVA dan 4
kejadian kanker serviks tertinggi di orang penanggungjawab program IVA
dunia.3 dipuskesmas, didapatkan pada tahun
Kasus terbanyak di Indonesia 2010-2011dari 62 Puskesmas induk,
ditemukan di Jawa Timur. Dari laporan program ini hanya dilaksanakan oleh 23
POSA (Poli Onkologi Satu Atap) RSUD (37%) puskesmas dengan cakupan
Dr.Soetomo didapatkan kasus mencapai pemeriksaan sebesar 20,4%dari sasaran
2.879 kasus pada tahun 2011 dan 3780 yang sudah dilakukan penyuluhan, bukan
pada tahun 2012, setiap hari ditemukan 8- dari seluruh sasaran. Pada tahun 2012
10 kasus baru dan dalam 3 tahun terakhir DKK Surabaya menetapkan Standar
(2010-2012) terjadi peningkatan jumlah Pelayanan Minimal (SPM) pemeriksaan
pasien baru kanker serviks berturut-turut IVA untuk seluruh puskesmas induk
1263, 1758 dan 1691 dengan jumlah wilayah Surabaya yaitu cakupan
kematian 40 kasus. pemeriksaan minimal 25 pasien/bulan
Kanker serviks dapat dicegah dan untuk setiap Puskesmas. Pada tahun 2011-
diobati jika ditemukan/dideteksi pada 2012 yang melaksanakan program ini
stadium dini. WHO merekomendasikan meningkat menjadi 56 puskesmas namun
seluruh wanita yang aktif berhubungan hanya 3 puskesmas yang mencapai target
seks untuk melakukan deteksi dini karena SPM sedangkan 53 puskesmas
kunci keberhasilan program pengendalian diantaranya cakupan berada dibawah
kanker adalah pada penapisan yang efektif target minimal yang ditetapkan dengan
dan penanganaan sedini mungkin. Metode rata-rata cakupan 7-8
skrining deteksi dini kanker serviks dapat orang/bulan/puskesmas, dan 6 puskesmas
dilakukan melalui Tes Pap smear dan lainnya cakupan 0% dan belum dilakukan
inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). penelusuran maupun tindak lanjut dari
capaian tersebut.
Anggraini : Faktor yang mempengaruhi implementasi program deteksi dini kanker serviks melalui 31
pemeriksaan IVA ( inspeksi visual asam asetat ) di puskesmas wilayah kota surabaya

Berdasarkan latar belakang yang struktur (Inner Model) dan model


telah penulis uraikan di atas maka dapat pengukuran (Outer Model).
dirumuskan permasalahan kurang
optimalnya pelaksanaan program deteksi HASIL PENELITIAN
dini kanker serviks di puskesmas, hal
tersebut terlihat dari kurangnya kegiatan Implementasi Program IVA di
penyuluhan kemasyarakat serta rendahnya Puskesmas
cakupan pemeriksaan IVA di puskesmas Implementasi program deteksi dini
yang masih jauh berada dibawah target kanker serviks yang dilakukan oleh
baik target SPM. puskesmas meliputi persiapan,
Dapat di katakan pelaksanaan pelaksanaan dan pencatatan pelaporan.
program deteksi dini kanker serviks Tabel 1. Implementasi program IVA
melalui pemeriksaan IVA di puskesmas program IVA di Puskesmas
belum optimal namun belum dilakukan wilayah Surabaya, tahun 2013
penelusuran maupun tindak lanjut dari Implementasi Frekuensi Persentase
capaian tersebut, untuk itu penting Baik 22 42,3
dilakukan analisa terhadap faktor faktor Kurang 30 57,7
berpengaruhi terhadap implementasi Jumlah 52 100,0
program deteksi dini kanker serviks di
puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Tabel 2 menunjukkan bahwa
Kota Surabaya. implementasi puskesmas dalam program
deteksi dini kanker serviks sebagian besar
METODE PENELITIAN 57,7 % kurang baik.

Penelitian dilakukan secara observasional Komunikasi Dalam Implementasi


analitik dengan pendekatan cross Program IVA
sectional. Unit analisis penelitian
puskesmas induk yang sudah Komunikasi dalam penelitian ini
melaksanakan program IVA, populasi merupakan penyampaian
penanggungjawab program IVA di informasi/sosialisasi tentang IVA baik
Puskesmas sebesar 52 orang dengan cara antara DKK Surabaya kepada Kepala
total sampling. Variabel bebas Puskesmas dan pelaksana program di
(independent) terdiri dari komunikasi, puskesmas meliputi sosialisasi (sumber,
ketersediaan sumber daya, karakteristik jadwal, metode), kejelasan dan
dukungan puskesmas, sikap/disposisi konsistensi.
pelaksana, pemahaman tentang standar Tabel 2 Komunikasi program IVA di
dan sasaran kebijakan. Variabel terikat Puskesmas wilayah Surabaya, tahun 2013
(dependent) yaitu implementasi program
Komunikasi Frekuensi Persentase (%)
deteksi dini kanker serviks melalui
pemeriksaan IVA. Pengumpulan data Baik 27 48,1
dilakukan melalui wawancara dan Kurang 25 51,9
observasi menggunakan kuesioner
terstruktur. Uji dilakukan dengan Jumlah 52 100,0
menggunakan program SEM (Structural Hasil penelitian menunjukkan
Equation Modeling) dengan alternatif bahwa komunikasi program deteksi dini
model struktur menggunakan VPLS kanker serviks di puskesmas 51,9% belum
(Visual Partial Least Square) karena dilaksanakan dengan baik.
jumlah sampel relatif kecil (n<100),
dengan menggunakan taraf signifikansi
5% (p<0.05) melalui analisis model
32. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 29-40

Disposisi/sikap implementor tentang dari di 57,7% puskesmas tidak ada agenda


Program IVA khusus untuk monitoring pelaksanaan dan
meningkatkan upaya meningkatkan
Disposisi /sikap dalam hal ini cakupan, dan 82,7 % menyatakan tidak
adalah tanggapan pelaksana program ada supervisi langsung dari DKK dan
deteksi dini kanker serviks terhadap tugas pengawasan hanya berdasarkan laporan
serta respon/dukungan dalam pelaksanaan saja.
program deteksi dini kanker serviks,
meliputi kemauan dan tanggungjawan Pemahaman implementor tentang
serta kecenderungan Standar dan sasaran kebijakan
menerima/mendukung dilaksanakannya Program IVA
program IVA atau sebaliknya.
Tabel 3 Sikap responden tentang Standar dan sasaran kebijakan
program IVA di Puskesmas dalam penelitian ini adalah pemahaman
wilayah Surabaya, tahun 2013 dan kecenderungan implementor tentang
Sikap Frekuensi Persentase standar dan sasaran kebijakan yang
Positif/mendukung 29 55,8 hendak dicapai oleh program IVA.
Negatif/ tidak 23 44,2 Tabel 5 Pemahaman responden tentang
mendukung standar dan sasaran program
Jumlah 52 100,0
IVA di Puskesmas Surabaya,
tahun 2013
Tabel 3 menunjukkan bahwa penanggung
Pemahaman Frekuensi Persentase
jawab program/ implementor sebagian
besar (55,8%) bersikap positif Baik 23 44,2
(mendukung) program deteksi dini kanker Kurang 29 55,8
serviks. Jumlah 52 100,0

Karakteristik Dukungan Puskesmas Tabel diatas menunjukkan bahwa tentang


terhadap Program IVA standar dan sasaran program deteksi dini
kanker serviks 55,8% kurang dipahami
Karakteristik dukungan mencakup dengan baik.
seberapa besar daya dukung dari suatu
organisasi terhadap implementasi Sumber daya (tenaga/SDM, dana,
program, diantaranya meliputi struktur sarana dan prasarana) dalam Program
birokrasi, aturan-aturan berupa standar IVA
operasional prosedur (SOP) dan pola Sumber daya adalah segala sesuatu
struktur organisasi meliputi susunan yang digunakan untuk memperlancar
penanggung jawab dan para pelaksana implementasi program deteksi dini kanker
program IVA beserta rincian tugas. serviks agar berjalan efektif, meliputi
Tabel 4 Karakteristik dukungan sumber daya finansial (dana) dan sumber
puskesmas dalam program IVA di daya non finansial yaitu, tenaga (SDM),
Puskesmas wilayah Surabaya, sarana dan prasarana.
2013 Tabel 6 Kategori ketersediaan
Sikap Frekuensi Persentase sumberdaya pada program IVA
di Puskesmas wilayah
Positif/mendukung 24 46,2 Surabaya, tahun 2013
Negatif/ tidak 28 53,8 Sumberdaya Frekuensi Persentase
mendukung Jumlah 52 100,0 Baik 27 51,9
Kurang 25 48,1
Implementasi program ini relatif Jumlah 52 100,0
kurang mendapatkan dukungan, terbukti
Anggraini : Faktor yang mempengaruhi implementasi program deteksi dini kanker serviks melalui 33
pemeriksaan IVA ( inspeksi visual asam asetat ) di puskesmas wilayah kota surabaya

Sumberdaya dalam pelaksanaan program


IVA di Puskesmas Kota Surabaya Berdasarkan struktur model dapat
sebagian besar (51,9%) telah sesuai dilakukan analisa pengaruh masing-
dengan standar pelayanan IVA yang ada masing variabel terhadap implementasi
pada panduan pelaksanaan program IVA. sebagai berikut :
Tabel 7 Analisa pengaruh variabel bebas
Pengaruh Komunikasi, Sikap, terhadap implementasi
Karakteristik Badan Pelaksana, berdasarkan hasil uji t pada
Sumber Daya Serta Standar Dan model
Sasaran Terhadap Implementasi Variabel bebas Nilai t Keterangan
Program IVA di Puskesmas statistic
Komunikasi 4,83 signifikan
Pengujian model dilakukan dengan Sikap 2,35 signifikan
2 tahap, berdasarkan hasil tersebut pelaksana
didapatkan dari uji tahap I terdapat Karakteristik 2,53 signifikan
beberapa indikator yang tidak valid dari dukungan
masing-masing variabel, kemudian puskesmas
indikator yang tidak valid tidak dikutkan Sumberdaya 0,83 tidak
dalam pengujian model tahap II dan signifikan
didapatkan hasil sebagai berikut : Pemahaman 1, 45 tidak
standar sasaran signifikan
Gambar 1. Model pengaruh antar variabel
(inner model) dan uji Gambar 1 menunjukkan bahwa dari
signifikasi dengan uji T 5 variabel yang dihubungkan dengan
implementasi didapatkan 3 variabel yang
berpengaruh langsung dan signifikan
terhadap implementasi yaitu berturut-turut
yaitu komunikasi dengan koefisien
korelasi 0,529 karakteristik badan
pelaksana dengan koefisien korelasi 0,317
dan sikap dengan koefisien korelasi 0,259
ketiganya signifikan karena nilai uji T >
1,96, sedangkan variabel standar dan
sasaran serta variabel sumberdaya tidak
berpengaruh secara langsung terhadap
implementasi karena nilai T < 1,96.
Dalam analisis jalur menggunakan
VPLS didapatkan ada varibel bebas
(eksogen) dari implementasi dapat
menjadi variabel terikat (endogen) bagi
variabel lain. Pada model tersebut
didasarkan pada kerangka teori van meter
didapatkan model dengan 3 variabel
endogen (variabel yang dikenai panah)
yaitu komunikasi, sikap, karakteristik
badan pelaksana dan implementasi
dengan nilai R2 masing-masing sebagai
berikut :
34. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 29-40

menikah, namun lemahnya persiapan


Variabel R-Square diantaranya 80,9% puskesmas tidak
Variabel melakukan pemetaan target sasaran, begitu
Endogen (R2)
Eksogen (bebas) pula untuk kerjasama/koordinasi dengan
(terikat) model
kader/tokoh masyarakat terkait penyuluhan
- Karakteristik Implementasi
IVA didapatkan 69,2% tidak melakukanya
dukungan 0,82 saat persiapan. Pemetaan dan kerjasama,
puskesmas kedua hal tersebut penting dalam persiapan
- Komunikasi pelaksanaan program IVA karena besarnya
- Sikap pelaksana jumlah target disetiap wilayahkarena
- Sumberdaya Surabaya termasuk kota dengan kepadatan
- Pemahaman penduduk yang cukup tinggi, untuk
standar dan mempermudah perempuan untuk mencapai
sasaran akses pelayanan pemeriksaan IVA dengan
- Sumberdaya Sikap mengelompokkan sesuai bagian wilayah
mulai penyuluhan sampai dengan
- Komunikasi pelaksana 0,69
pemeriksaan. Menurut Azwar persiapan
- Karakteristik merupakan faktor penunjang yang memeiliki
dukungan peranan penting dalam membantu pelaksana
puskesmas menyelenggarakan berbagai kegiatan yang
- Sumberdaya telah direncanakan.26
- Pemahaman Komunikasi 0,57 Terkait dengan pelaksanaan
standar sasaran penyuluhan dan pemeriksaan, sasaran
- Sumberdaya Karakteristik 0, 26 pemeriksaan hampir seluruh puskesmas
- Komunikasi dukungan (86.5%) sudah tepat yaitu tidak terbatas
puskesmas hanya pada wanita diwilayah kerjanya saja
serta 55.8% puskesmas juga melakukan
rujukan pada kasus yang dicurigai kanker ke
fasilitas yang lebih lengkap. Namun jumlah
cakupan pemeriksaan IVA di puskesmas
PEMBAHASAN sangat jauh dari target yang diharapkan
karena hanya 6 puskesmas yang mencapai
Implementasi Program IVA di target SPM, bahkan 26 puskesmas (50%)
Puskesmas sama sekali tidak pernah mencapai target
Manajemen pelaksanaan program SPM yang ditetapkan DKK. Hal tersebut juga
deteksi dini kanker servik meliputi terkait dengan pelaksanaan penyuluhan
persiapan(pendataan, estimasi-pemetaan tentang pemeriksaan IVA, karena dari 52
sasaran, estimasi kebutuhan), pelaksanaan puskesmas hanya 32.7% puskesmas yang
(penyuluhan dan cakupan pemeriksaan IVA), mengadakan penyuluhan secara rutin dan
serta pencatatan dan pelaporan.5 menyusun jadwal pelaksanaan sedangkan
Persiapan merupakan analisis yang lain tidak.Pemeriksaan IVA merupakan
kebutuhan pemeriksaan meliputi analisis hal yang relatif baru bagi masyarakat, untuk
kebutuhan dimulai dari pendataan target itu upaya penyuluhan dan menambah
sasaran, estimasi kebutuhan, serta pemetaan wawasan merupakan hal utama untuk dapat
klien sesuai wilayah target sasaran. memberdayakan dan menggerakkan
Berdasarkan hasil wawancara responden masyarakat untuk mau melakukan
dapat dilihat bahwa 82,7% Puskesmas telah pemeriksaan, dan hal ini harus dilakukan
menyusun rencana anggaran berdasarkan secara tepat sasaran,terjadwal dan melibatkan
perkiraan kebutuhan alat dan sarana, kerjasama dengan kader/tokoh masyarakat
bahkan90,3% telah menunjuk siapa pelaksana untuk bisa mencapai seluruh sasaran.
pemeriksaan dan penyuluhan sebelumnya. Pencatatan sudah dilaksanakan namun
Terkait dengan sasaran, 69,1% tidak seluruhnya menggunakan format yang
puskesmas sudah memperkiraan jumlah sama, bahkan sebagian (36.5%) puskesmas
sasaran target diwilayah kerjanya yaitu mengatakan tidak ada format khusus untuk
jumlah wanita usia 30-50 tahun yang sudah laporan IVA dari puskesmas ke DKK.
Anggraini : Faktor yang mempengaruhi implementasi program deteksi dini kanker serviks melalui 35
pemeriksaan IVA ( inspeksi visual asam asetat ) di puskesmas wilayah kota surabaya

Seluruh puskesmas sudah melaporkan dilaksanakan dengan baik, khususnya


pelaksanaan IVA, namun tidak menyeluruh pada aspek kejelasan juklak dan
termasuk kegiatan penyuluhan yang telah keharusan program untuk dilaksanakan
dilakukan, melainkan terfokus pada cakupan oleh seluruh puskesmas induk.
jumlah pemeriksaan IVA, itupun 55.8% Koordinator pelaksana program IVA di
puskesmas tidak melaporkannya secara rutin
setiap bulan, padahal seharusnya pencatatan
puskesmas sudah menerima informasi
dan pelaporan secara rutin tiap bulan dengan tentang program IVA baik dari Kepala
format yang telah ditetapkan. Puskesmas maupun dari DKK, ketetapan
Implementasi puskesmas dalam pelaksanaan dan target masih belum jelas.
program deteksi dini kanker serviks Kejelasan informasi sangat bermakna
sebagian besar 57,7 % kurang baik, dalam pelaksanaan suatu program
khususnya pada aspek persiapan kebijakan di puskesmas.
(kerjasama kader dan pemetaan sasaran), Komunikasi merupakan faktor vital
serta cakupan kegiatan penyuluhan dan yang memusatkan pada kejelasan standar
pemeriksaan. dan tujuan, akurasi komunikasi para
Sasaran target program IVA sangat pelaksana dan konsistensi (kesamaan)
luas dan bejumlah besar, oleh karena itu yang dikomunikasikan dan bermacam-
persiapan lapangan meliputi pemetaan, macam sumber informasi. program harus
advokasi dan sosialisasi, bina suasana, dipahami dengan jelas oleh pelaksana,
penggerakan masyarakat dan kemitraan karena pemahaman yang kabur mengenai
lintas program maupun lintas sektor juga kebijakan membuat implementasi tidak
sangat diperlukan, untuk itu kader akan berjalan sesuai yang diharapkan.
kesehatan berperan dalam motivasi dan Van meter dan van horn menyatakan jika
pemetaan klien baik untuk mengikuti komunikasi disampaikan dengan baik
penyuluhan maupun motivasi dalam maka akan berdampak pada disposisi/
melakukan pemeriksaan. sikap bidan dalam melaksanakan program
Pemeriksaan IVA sebenarnya karena kejelasan standar, tujuan yang
merupakan tehnik yang cukup lama konsistensi dan akurasi.
ditemukan, namun untuk ditetapkan
sebagai program di puskesmas baru Disposisi/sikap implementor tentang
berlangsung sejak 2010, terlebih lagi Program IVA
meskipun diharuskan namun program ini Sikap menerima atau menolak dari
bersifat program unggulan sehingga pelaksana akan sangat mempengaruhi
diperkirakan sebagian puskesmas lebih keberhasilan kebijakan publik. Disposisi
memprioritaskan pelaksanaan pada menjaga konsistensi tujuan antara apa
program pokok yang belum dapat yang ditetapkan pengambil kebijakan dan
terpenuhi. pelaksana kebijakan. implementor 78,8%
responden setuju bahwa IVA merupakan
Komunikasi Dalam Implementasi program penting untuk menurunkan
Program IVA kejadian kanker serviks dan 53,8% setuju
Komunikasi dalam penelitian ini bahwa itu adalah tugas dan
merupakan penyampaian informasi/ tanggungjawab puskesmas khususnya
sosialisasi tentang IVA baik antara DKK responden selaku penanggungjawab
Surabaya kepada Kepala Puskesmas dan program IVA di puskesmas. Terkait hal
pelaksana program di puskesmas meliputi tersebut agar dapat berjalan optimal
sosialisasi (sumber, jadwal, metode), 44,2% responden setuju bahwa
kejelasan dan konsistensi. pelaksanaan sangat bergantung pada
Hasil penelitian menunjukkan dukungan dan kompensasi dari DKK,
bahwa komunikasi program deteksi dini bahkan 73% responden menyatakan
kanker serviks di puskesmas 51,9% belum bahwa program IVA tidak diwajibkan
36. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 29-40

karena selama ini tidak ada sanksi puskesmas diantaranya kerja tim,
maupun reward bagi puskesmas terkait penciptaan lingkungan kerja yang
dengan dilaksanakan atau tidaknya kondusif dan penetapan tentang
program ini dipuskesmas. Kunc dilaksanakannya program IVA ini
keberhasilan program atau implementasi diwilayah kerjanya serta upaya
kebijakan adalah sikap pekerja terhadap monitoring melalui supervisi baik dari
penerimaan dan dukungan atas kebijakan Kepala puskesmas maupun dari DKK.
atau dukungan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan pendapat Azrul Azwar
bahwa supervisi yang dilakukan oleh
Karakteristik Dukungan Puskesmas seorang atasan penting dilakukan untuk
terhadap Program IVA meningkatkan kinerja implementasi
Karakteristik dukungan mencakup terlebih jika supervisi dilakukan melalui
seberapa besar daya dukung dari suatu pengamatan langsung terhadap pekerjaan
organisasi terhadap implementasi yang dilakukan, tidak hanya sebatas
program, diantaranya meliputi struktur pengamatan dokumen saja.
birokrasi, aturan-aturan berupa standar
operasional prosedur (SOP) dan pola Pemahaman implementor tentang
struktur organisasi meliputi susunan Standar dan sasaran kebijakan
penanggung jawab dan para pelaksana Program IVA
program IVA beserta rincian tugas.
Hasil menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penanggung jawab program/ implementor menunjukkan bahwa tentang standar dan
sebagian besar (55,8%) bersikap positif sasaran program deteksi dini kanker
(mendukung) program deteksi dini kanker serviks 55,8% kurang dipahami dengan
serviks menunjukkan bahwa penanggung baik. Didapatkan 88,5% responden
jawab program/ implementor sebagian menganggap/menyetujui bahwa program
besar (55,8%) bersikap positif IVA ini bukan merupakan program pokok
(mendukung) program deteksi dini kanker melainkan merupakan program unggulan,
serviks Terkait dengan struktur organisasi sehingga tidak harus dilakukan oleh
dan karakteristik puskesmas, didapatkan semua puskesmas induk, cukup
71,1% responden menyatakan di dilaksanakan oleh rumah sakit atau
puskesmas tidak ada struktur organisasi puskesmas yang sudah PONEK saja.
khusus dalam implementasi program, Untuk sasaran 34,8% diantaranya merasa
bahkan 57,7% penanggungjawab program jumlah sasaran tersebut terlalu banyak dan
IVA diantaranya sudah diberikan sulit dicapai oleh puskesmas, bahkan
tanggungjawab lain seperti berperan 50% tidak setuju jika program ini
sebagai bidan koordinator atau dokter dibebankan pada semua pusekesmas, hal
penanggungjawab KIA, sehingga tugas tersebut diperkirakan karena sudah
dan tanggungjawabnya rangkap/tumpang banyaknya program yang ada di
tindih dan merasa beban kerjanya puskesmas dan target program pokok
bertambah. Selain itu 92,3% tidak puskesmas yang masih belum tercapai.
mendapatkan reward berupa insentif Penanggungjawab program IVA di
maupun credit point baik bagi Puskesmas mempunyai persepsi yang
penanggngjawab maupun pelaksana berbeda-beda dan kurang tepat tentang
pemeriksaan dan penyuluhann terkait program IVA khususnya tentang status
program tersebut baik dari DKK maupun dan target yang harus diacapai oleh
dari operasional puskesmas. puskesmas terkait dengan tujuan program.
Perlu adanya dukungan puskesmas pemahaman tentang sasaran kebijakan
dalam menciptakan adanya kejasama dari program IVA.
berbagai pihak didalam organisasi
Anggraini : Faktor yang mempengaruhi implementasi program deteksi dini kanker serviks melalui 37
pemeriksaan IVA ( inspeksi visual asam asetat ) di puskesmas wilayah kota surabaya

Menurut van Meter dan van Horn,


standar dan sasaran kebijakan harus jelas Pengaruh Komunikasi, Sikap,
dan dipahami dengan tepat oleh Karakteristik Badan Pelaksana,
penanggungjawab program, untuk itu Sumber Daya Serta Standar Dan
ketepatan dan kejelasan komunikasi jadi Sasaran Terhadap Implementasi
faktor penting dalam karena pemahaman Program IVA di Puskesmas
yang tidak tepat dapat mempengaruhi
sikap/disposisi implementor dalam Pada teori Van Meter dan Van
melaksanakan suatu program. Horn, tidak hanya variabel bebas yang
dapat mempengaruhi implementasi,
Sumber daya (tenaga/SDM, dana, melainkan antar variabel bebas juga saling
sarana prasarana) dalam Program IVA mempengaruhi dan hal tersebut tidak
Sumberdaya dalam pelaksanaan dapat diabaikan. Variabel bebas yang
program IVA di Puskesmas Kota secara langsung tidak berpengaruh pada
Surabaya sebagian besar telah sesuai implementasi program IVA tidak dapat
dengan standar pelayanan IVA yang ada diabaikan karena variabel tersebut dapat
pada panduan pelaksanaan program IVA, mempengaruhi variabel bebas lainnya,
khususnya pada sumberdaya manusia dengan kata lain variabel bebas
(SDM) dan sarana prasarana yang mempengaruhi implementasi baik secara
dibutuhkan. Sarana prasarana yang langsung maupun tidak langsung.
sifatnya berupa alat dan bahan pendukung Komunikasi, karakteristik dukungan
kesehatan seperti spekulum, bed puskesmas dan sikap secara bersama-
ginecology, lidi watten dan sebagainya sama berpengaruh langsung terhadap
seluruhnya tersedia cukup dan layak implementasi program IVA, selain itu
karena alat dan bahan tersebut merupakan sumberdaya dan standar sasaran
standar alat yang memang sudah harus berpengaruh secara tidak langsung
ada di puskesmas terlepas dari adanya terhadap implementasi melalui sikap dan
program IVA, namun untuk prasarana komunikasi. Pada total model
kegiatan penyuluhan masih sangat implementasi Nilai R square = 0,827
minimal, didapatlkan hanya 21,3% artinya sumbangan seluruh faktor secara
puskesmas yang memiliki banner tentang bersama-sama mempengaruhi
IVA dan 34,7% yang menyediakan leaflet implementasi sebesar 82,7%, sedangkan
saat penyuluhan. 17,3% lainnya dipengaruhi oleh faktor
Pencapaian tujuan kebijakan juga lain yang tidak diteliti.
harus didukung oleh ketersediaan SDM, Hasil penelitian menunjukkan
dana dan sarana prasarana. Dalam bahwa dari 5 variabel didapatkan 3
program IVA yeng belum tersedia dengan variabel yang berpengaruh langsung dan
optimal adalah dana karena tidak adanya signifikan terhadap implementasi dengan
dana khusus dari DKK untuk operasinal besar pengaruh berturut-turut
maing-masing puskesmas. Menurut Komunikasi, karakteristik dukungan
Winarto ketersediaan sumber daya puskesmas dan sikap. Komunikasi 57,8%
merupakan faktor penentu kinerja sebuah dipengaruhi oleh sumberdaya dan
kebijakan. Implementor harus mendapat pemahaman standar dan sasaran
sumber-sumber yang dibutuhkan agar kebijakan, karakteristik dukungan
program berjalan lancar. Meskipun puskesmas 26,9% dipengaruhi oleh
kebijakan memiliki tujuan dan sasaran komunikasi serta standar dan sasaran,
yang jelas, namun jika sumber daya tidak sedangkan sikap 69% secara bersama-
memadai atau tidak digunakan secara sama dipengaruhi sumberdaya,
tepat maka kebijakan tidak akan komunikasi dan karakteritik dukungan
terlaksana. pelaksana.
38. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 29-40

Berikut ini kerangka teori Hasil penelitian ini mengkonfirmasi


implementasi yang dikemukakan oleh teori tentang teori implementasi menurut
Van Meter dan Van Horn : Van Meter dan Van Hornyang
menggambarkan implementasi suatu
Standar dan Karakteristik
kebijakan dipengaruhi langsung oleh
sasaran puskesmas sikap dan karakterristik badan pelaksana,
hal tersebut sesuai dengan yang
didapatkan pada implementasi program
IVA di Surabaya. Sedangkan komunikasi
IMPLEMENTASI yang digambarkan secara teori sebagai
Komuni faktor tidak langsung ternyata memiliki
Program Deteksi
kasi dini
pengaruh langsung yang signifikan
terhadap implementasi, bahkan memiliki
kanker serviks pengaruh paling besar terhadap
(IVA) implementasi yaitu 50,3%. Hal tersebut
Sumber karena komunikasi merupakan faktor
daya Sikap penting yang dapat mempengaruhi
kecenderungan karakter puskesmas dan
sikap pelaksana dimana kedua faktor
Gambar 4.2 Teori Faktor-faktor tersebut merupakan faktor penting dalam
implementasi menurut van implementasi. Van Meter dan Van Horn
Meter dan Van Horn menjelaskan bahwa kebijakan dapat
dilaksanakan dengan baik jika terjadi
Berdasarkan hal tersebut pengaruh komunikasi efektif antara pelaksana
antarakomunikasi, sikap, karakteristik program dengan target group.
badan pelaksana, sumber daya serta Komunikasi memegang peranan
standar dan sasaran terhadap terbesar dalam implementasi program
implementasi program IVAoleh IVA di Surabaya. Di Surabaya, pertemuan
Puskesmas di wilayah kota Surabaya antara pemegang program di DKK dengan
dapat digambarkan sebagai berikut : kepala puskesmas dan penanggung jawab
program tingkat puskesmas rutin
dilaksanakan, namun pertemuan tidak
Standar dan Karakteristik spesifik membahas proram/kegiatan
sasaran puskesmas
tertentu, melainkan tentang penyampaian
(X4) (X3) monitoring semua program yang ada
dipuskesmas secara garis besar. Program
IMPLEMENTASI yang dibicarakan cukup banyak sehingga
Komunikasi
pembahasan untuk masing program
Program Deteksi termasuk program IVA tidak dapat
(X1)
dini
dilakukan secara jelas dan optimal. Hasil
kanker serviks penelitian pada jawaban responden,
(IVA) program IVA dipersepsikan bukan
sebagai program yang harus dilakukan
(Y)
Sumber Sikap oleh seluruh puskesmas namun target
daya SPM 25orang/bulan hanya ditekankan
(X2)
pada daerah yang awarness/ beresiko
(X5)
Gambar 4.3 Diagram jalur faktor-yang tinggi kanker serviks yaitu puskesmas
mempengaruhi implementasi yang di wilayah kerjanya terdapat daerah
program IVA di Puskesmas lokalisasi. Hal tersebut menggambarkan
wilayah kota Surabaya. adanya perbedaan persepsi antara DKK
Anggraini : Faktor yang mempengaruhi implementasi program deteksi dini kanker serviks melalui 39
pemeriksaan IVA ( inspeksi visual asam asetat ) di puskesmas wilayah kota surabaya

dan puskesmas tentang wajib tidaknya membuat implementasi tidak akan


program IVA, target yang ditetapkan dan berjalan sesuai yang diharapkan.
sasaran target program IVA. Sumberdaya dan pemahaman
Menurut George Edward, informasi tentang standar dana sasaran kebijakan
yang tidak diberikan atau diterima secara juga berpengaruh terhadap implementasi.
jelas dan konsisten akan menimbulkan Sikap dan dukungan puskesmas terhadap
perbedaan persepsi/pemahaman antara program IVA kurang maksimal karena
regulator dengan implementor tentang tidak adanya ketetapan jelas serta
tujuan kebijakan. Perbedaan persepsi ini kompensasi penyediaan sumberdaya yang
berdampak pada tidak efektifnya kinerja memadai. Tidak tersedianya alokasi dana
dalam implementasi terlebih pada khusus untuk program IVA serta tidak
program yang relatif baru ditetapkan, oleh adanya kompensasi tindak lanjut baik
karena itu komunikasi merupakan langkah berupa reward bagi puskesmas yang
awal dari keberhasilan suatu kebijakan. berhasil maupun panishment bagi yang
Pembentukan sikap dan peningkatan tidak melaksanakan menimbulkan
dukungan puskesmas dimana merupakan persepsi bahwa target program ini tidak
faktor penting yang berpengaruh langsung wajib dicapai, terlebih sasaran target
terhadap implementasi dan keduanya juga program sangat luas sehingga perlu
dipengaruhi oleh komunikasi. Dari sisi kerjasama dengan berbagai pihak dan hal
individu pelaksana/ penanggungjawab tersebut membutuhkan sumberdaya yang
program komunikasi berkaitan erat optimal.
dengan pembentukkan persepsi yang Standar dan sasaran yang
dapat mempengaruhi pemahaman dan kabur/tidak jelas apakah suatu program
kecenderungan sikap terhadap hal sifatnya diwajibkan atau tidak, serta
tersebut, pemahaman yang kabur akan standar target apa yang harus dicapai
membuat pelaksana bersikap menolak akan menyebabkan adanya hambatan
mengenai program dan ini dapat dalam komunikasi. Begitupula
membuat implementasi tidak akan sumberdaya, penyediaan sumberdaya
berjalan sesuai yang diharapkan. Dari sisi tidak hanya pada sarana prasarana dan
badan pelaksana (puskesmas), komunikasi SDM saja, melainkan segala yang
yang efektif ke seluruh pelaksana dapat dibutuhkan dalam implementasi program
meningkatkan antusiasme anggota dalam termasuk dana. Tidak tersedianya
organisasi. sumberdaya yang optimal serta standar
Menurut Taibi Kahler (Kahler dan sasaran yang kabur/tidak jelas tentang
Comunication), komunikasi bukan hanya suatu program serta menimbulkan
sekedar aktifitas penyampaian informasi, distorsi/hambatan baik dalam proses
tetapi upaya untuk mempengaruhi serta komunikasi maupun implementasi suatu
menguatkan persepsi dan sikap sasaran kebijakan.
sesuai dengan yang dikehendaki.
Komunikasi merupakan faktor penting
terutama pada kejelasan standar dan SIMPULAN
tujuan, akurasi komunikasi para
1. Komunikasi tentang implementasi
pelaksana dan konsistensi (kesamaan)
program IVA sebagian besar (51,9%)
yang dikomunikasikan dan bermacam-
kurang baik khususnya dalam hal
macam sumber informasi. Pemahaman
kejelasan informasi, sikap
oleh individu yang bertanggung jawab
penanggungjawab 55,8%
dalam implementasi kebijakan sangat
positif/mendukung program IVA,
penting, pemahaman yang kabur akan
karakteristik puskesmas sebagian besar
membuat pelaksana bersikap menolak
53,8% kurang memberikan dukungan
mengenai program dan ini dapat
dalam struktur organisasi, pemahaman
40. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 8 , No 1, Februari 2015., hal. 29-40

tentang standar dan sasaran program Analisys;Gava Media:


51,9% kurang khususnya tentang Yogyakarta,2009.
7.
ketetapan status program dan target Subarsono. Analisis Kebijakan Publik
yang harus dicapai. Teori dan Aplikasi. Penerbit : Pustaka
2. Implementasi program IVA oleh Pelajar, Yogyakarta. 2012.
8.
puskesmas di wilayah Kota Surabaya Winarno, Budi. Kebijakan Publik,
57,7 % kurang dalam melakukan Teori dan Proses. Medika Press:
pemetaan sasaran, penyuluhan dan Yogyakarta, 2008
9.
cakupan pemeriksaan. Agustinus, Leo. Dasar-Dasar
3. Komunikasi, karakteristik dukungan Kebijakan Publik. Alfabeta, Bandung,
puskesmas dan sikap 2008
penanggungjawab program masing-
10.
masing berpengaruh secara langsung Solahuddin Kusumanegara, Model dan
terhadap implementasi program IVA. Aktor dalam Proses Kebijakan Publik,
4. Sumberdaya dan pemahaman tentang Penerbit Gava Media, Yogyakarta,
standar sasaran berpengaruh secara 2010.
11.
tidak langsung terhadap implementasi Ekowati Mas Roro Lilik, Perencanaan,
program IVA. Implementasi dan Evaluasi Kebijakan
5. Komunikasi, sikap, karakteritik atau Program. Pustaka cakra.
dukungan puskesmas, sumberdaya dan Surakarta. 2009
12.
pemahaman tentang standar sasaran Juanim. Analisis Jalur dalam
secara bersama-sama berpengaruh Penelitian. Fakultas Ekonomi UNPAS.
terhadap implementasi program IVA Bandung.2004
13.
dengan prediksi sebesar 80,7% dimana Ghozali Imam. Structural Equation
variabel yang paling berpengaruh Modeling dengan Alternatif Partial
adalah komunikasi. Least Square. UNDIP. Semarang.2011.
14.
Nurjazuli. Paradigma Baru dalam
DAFTAR PUSTAKA Analisa data Penelitian SEM dengan
1. VPLS. UNDIP. Semarang. 2012.
World Health Organization. 15.
Gibson, James L. John M. Ivancevich
Comprehensive Cervical Cancer
J.H. Donelly Jr.Organization.
Control. A Guide to Essential Practice.
Organisasi Perilaku, Struktur dan
Geneva : WHO, 2007.
2. Proses. Jakarta: Erlangga
Kepmenkes RI Nomor 16.
Surasmi, Arsining.dkk (2005).
796/Menkes/SK/VII/2010. Pedoman
Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Teknis Pengendalian Kanker Payudara
Jakarta: ECG
dan Kanker Leher Rahim. 2010 17.
3. Tiran, Denise (2005). Kamus Saku
Canavan TP, Doshy NR. Cervical
Bidan edisi 10. Jakarta: ECG
Cancer. Situs American Family 18.
Varney, H.dkk (2007). Buku Ajar
Physician. www.aafp.org. 2002.
Asuhan Kebidanan edisi 4. Jakarta:
Diakses tanggal 2 Januari 2013
4. EGC
Holowaty P et al. Natural History of 19.
Winkjasastro, H (2005). Ilmu
dysplasia of the uterine cervix. Journal
kandungan. Jakarta :Yayasan Bina
of the National Cancer Institute. 2005
5. Pustaka- Sarwono Prawiroharjo
Benedet JL, Ngan HYS, Hacker NF.
Staging Classifications and clinical
practice guidelines of gyneecologic
cancers. Int J Gynecol Cancer. 2000
6.
Dwiyanto,Indiahono. Kebijakan Publik
Berbasis Dynamic Policy

You might also like