You are on page 1of 17

PRO NURSE

Selasa, 14 Oktober 2014


laporan pendahuluan infeksi saluran kemih

INFEKSI SALURAN KEMIH

Pengertian
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan adanya
infasi mikroorganisme pada saluran kemih.
Istilah :
1. Asymptomatic Significant Bacteriuria (ASB) ialah bacteriuria yang bermakna tanpa disertai
gejala.
2. Bacterial Cystitis adalah syndrome yang terdiri dari :
a. Sedikit waktu kencing.
b. Sering kencing (siang maupun malam).
3. Abacterial Cystitis (Urethra Syndrom) adalah syndrom yang terdiri dari :
a. Sedikit waktu kencing.
b. Sering kencing tanpa disertai bakteri di dalam kandung kemih.

Etiologi
Penyebab terbanyak ISK adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif ternyata E.
Coli menduduki tempat teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter,
dan Pseudomonas.
Jenis Coccus Gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan
Enterococcus dan Stapilococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran
kemih, lelaki usia lanjut dengan hipertrophi prostat atau pada pasien yang menggunakan
kateter. Bila ditemukan S. aureus dalam urin harus dicurigai adanya infeksi hematogen dari
ginjal. Demikian juga dengan pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih dari
jalur hematogan dan pada kira-kira 25% pasien dengan tipoid dapat diisolasi salmonilla pada
urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui jalan hematogen ialah brusela,
nokardia, aktinormises, dan mycobacterium tuberkolosae.
Virus sering juga ditemukan dalam urintanpa gejala ISK akut. Adenovirua tipe 11
dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis hemoragik. Sistitis hemoragik dapat juga disebabkan
oleh Scistosoma hematobium yang termasuk golongan cacing pipih. Kandida merupakan jamur
yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien dengan kateter, pasien DM atau
yang mendapat pengobatan dengan antibiotik spktrum luas.

Patogenesis
Masuknya mikroorgaisme dalam saluran kemih dapat melalui :
 Penyebab endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat.
 Hematogen
 Limfogen
 Eksodan sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadinya ISK ialah Hematogen dan Asending, tetapi dari kedua cara
ini asendinglah yang paling sering terjadi.

Gejala Klinis
Gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala. Gejala
yang sering ditemukan ialah disuria, polaki suria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi
bersamaan. Nyeri supra pubik dan daerah pelvis. Polikisuria terjadi akibat daerah kandung
kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500 ml karena mukosa yang meradang sehingga
sering kencing. Stranguria yaitu kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang yang
sering ditemukan pada sistitis akut. Tenesmus ialah nyeri dengan keinginan mengosongkan
kandung kemih meskipun telah kosong. Nokturia adalah cenderung sering kencing pada malam
hari akibat kapasitas kandungkemih menurun. Sering juga ditemukan enuresis nokturnal
sekunder yaitu ngompol pada orang dewasa, prostatismus yaitu kesulitan memulai kencing dan
kurang deras arus kencing. Nyeri urethra, kolo\ik ureter dan ginjal.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian kemih yang terinfeksi sebagai berikut :
1. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau panas di urethra
sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah supra pubik.
2. Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam,
menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri pinggang.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis
a. Leukosuria
b. Hematuria
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Tes kimiawi
4. Tes Plat-Celup (Dip-slide)
5. Pemeriksaan radiologist dan pemeriksaan lainnya.
Pathways

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/ dorongan kontraksi uretral
2. Eliminasi urine : perubahan b/d iritasi uretral
3. Kekurangan volume cairan : resiko tinggi terhadap b/d nousea vomitus sekunder terhadap
iritasi saraf abdominal

Fokus Intervensi
1. Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/ dorongan kontraksi uretral
Tujuan :
Nyeri klien berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam,
dengan kriteria hasil :
 Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol
 Tampak relaks, mampu tidur/istirahat dengan tepat
 Menunjukkan perilaku mengontrol nyeri
Intervensi :
a. Catat lokasi, lama intensitas, dan penyebaran. Perhatikan tanda nonverbal, contoh peningkatan
TD dan nadi, gelisah, merintih, menggelepar.
Rasional :
Membantu mengevaluasi tempat obstruksi. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat
paha, genitalia, sehubungan dengan praksimitas saraf pleksus dan pembuluh darah yang
menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat mencetuskan ketakutan, gelisah, dan
ansietas berat.
b. Anjurkan melakukan tindakan untuk kenyamanan, contoh pijatan punggung, lakukan istirahat.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningkatkan koping.
c. Bantu dan dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktifitas terapeutik.
Rasional :
Mengarajkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.

2. Eliminasi urine : perubahan b/d iritasi uretral


Tujuan :
Eliminasi urine kembali seperti biasa setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24
jam, dengan kriteria hasil :
 Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya.
 Tak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi :
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine.
Rasional :
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan
perdarahan. Perdarahan dapat mengindikasikan npeningkatan obstruksi dan iritasi ureter.
b. Tentukan pola berkemih klien dan perhatikan variasi.
Rasional :
Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan
berkemih segera. Biasanya frekuensi atau urgensi meningkat bila kalkulus mendekati
pertemuan uretrovesikal.
c. Dorong peningkatan masukan cairan.
Rasional :
Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris.
d. Selidiki keluhan kandung kemih penuh; palpasi untuk distensi suprapubik. Perhatikan
penurunan keluaran urine, adanya edema periorbital/tergantung.
Rasional :
Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal) dan resiko
infeksi, gagal ginjal.

Daftar Pustaka

Barbara C. Long (1996). Konsep Medikal Bedah 2: Volume 1. C. V Mosby Company St. Louis. USA
Carpenito, Lynda Jual, RN. M. S. N (2000). Diagnosa Kepeawatan: Edisi Kedelapan. Penerjemah
Yasum Asin, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta
Carpenito, Lynda Jual. (!998). Diagnosa Keperawatan:Buku Saku: Edisi Kedelapan. Penerjemah
Yasin Asin, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
John Gibson. Diagnosa Gejala Klinis Penyakit: Yayasan Essentra Medika, Yogyakarta
Mansyoer Arif, dll. (1999). Kapita Selekta Kedokteran: Edisi 3, FKUL, Medika Aesculapius, Jakarta
Noer, Sjarfullah Prof. Dr. H. M (1996). Ilmu Penyakit Dalam: Edisi III. Balai Penerbit FKUL.
Jakarta
Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa. Jakarta.
EGC.

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA

xpresikan aksimu

Skip to content

 Beranda
 My Blog
 I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN
KEPERAWATAN
 Blog Rujukan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN


KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN
KEMIH (ISK)
Juniartha Semara Putra
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN
KEMIH (ISK)
A. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih.
(Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih.
(Enggram, Barbara, 1998)
B. Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
1. Kandung kemih (sistitis)
2. uretra (uretritis)
3. prostat (prostatitis)
4. ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun
fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi
hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi
bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni
kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi
urease.
C. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Escherichia Coli:90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
D. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara
asending yaitu:
 masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK
lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
 Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal
akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
 Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap atau kurang efektif.
 Mobilitas menurun
 Nutrisi yang sering kurang baik
 System imunnitas yng menurun
 Adanya hambatan pada saluran urin
 Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya
akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK,
antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering
ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
Pathway : terlampir
E. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
 Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
 Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
 Hematuria
 Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
 Demam
 Menggigil
 Nyeri panggul dan pinggang
 Nyeri ketika berkemih
 Malaise
 Pusing
 Mual dan muntah
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
 Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif
bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
 Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
urolitiasis.
2. Bakteriologis
 Mikroskopis
 Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran
tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
 Tes dipstickmultistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal
menjadi nitrit.
 Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
 Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat
dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya
batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi
ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
G. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora
fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
 Terapi antibiotika dosis tunggal
 Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
 Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
 Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika
kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu,
abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin,
terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau
amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu
analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
 Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
 Interansi obat
 Efek samping obat
 Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
1. Efek nefrotosik obat
2. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya dan
hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
 Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/
 Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh membahnayakan/
 Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?
 Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?
H. Pengkajian
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
 Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
 Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
 Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
 Imobilisasi dalam waktu yang lama.
 Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
 Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien
(dorongan, frekuensi, dan jumlah)
 Adakah disuria?
 Adakah urgensi?
 Adakah hesitancy?
 Adakah bau urine yang menyengat?
 Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
 Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
 Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas
 Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
 Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan?
Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
I. Diagnosa Keperawatan Yang Timbul
1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih
dan sruktur traktus urinarius lain.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi.
J. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 :
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih
dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria evaluasi:
Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi:
a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola berkemih, masukan dan
haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan istirahat;
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
Relaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot.
e. Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
f. Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke
saluran perkemihan.
g. Kolaborasi:
 Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap, berkabut atau
keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing,
menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit
Rasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu
pemeriksaan luas
 Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Rasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri
h. Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar . Pemberian air
sampai 2400 ml/hari
Rasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan membentu membilas
saluran berkemih
2. Dx 2:
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Evaluasi:
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri,
disuria)
Intervensi:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b. Tentukan pola berkemih pasien
c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
d. Kaji keluhan kandung kemih penuh
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan(kandung kemih/ginjal)
e. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada
susunan saraf pusat
f. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam
Rasional: untuk mencegah statis urin
g. Kolaborasi:
 Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
 Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan
berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.
Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt
berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.
3. Dx 3:
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi.
Kriteria Evaluasi: menyatakna mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana
pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
a. Kaji ulang prose pemyakit dan harapan yang akan datanng
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan
informasi.
b. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskna
pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag
dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan m,embantu
mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.
c. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan
instruksi tertulis untuk perawatn sesudah pemeriksaan
Rasional: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan
d. Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, inum sebanyak kurang lebih
delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan
menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan
keadaan asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang
rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu
mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien.Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi:
3. Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi
clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih
Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi:
3. Jakarta: FKUI.
Anak Menanga
I Putu Juniartha Semara Putra
Iklan
Report this ad
Report this ad

Share this:

 Twitter
 Facebook

Terkait

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)dalam "I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA


POLTEKKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN"

ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIHdalam "I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA


POLTEKKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN"

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN BATU GINJALdalam "I PUTU JUNIARTHA


SEMARA PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN"

Agustus 25, 2012 by I Putu Juniartha Semara Putra Categories: I PUTU JUNIARTHA
SEMARA PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN
Meninggalkan komentar

Navigasi pos
Free Download AVG PC TuneUp 2012 10.0.0.26 (7.76 MB) Full License –
FreeAVGPCTuneUp2012Full
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS

Tinggalkan Balasan

Denpasar
Cari untuk:

My Posting
 PENGUMUMAN KELULUSAN ADMINISTRASI PELAMAR UMUM CPNS
TAHUN 2014
 Konsep dasar Keperawatan Medikal Bedah
 (tanpa judul)
 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN PERILAKU
KEKERASAN (PK)
 Juri Rakyat: Daftar Artis Remaja ABG Indonesia Paling Cantik

Arsip
 Oktober 2014
 Juli 2014
 Juni 2014
 Januari 2014
 November 2013
 Oktober 2013
 September 2013
 Juli 2013
 Juni 2013
 Mei 2013
 April 2013
 Maret 2013
 Februari 2013
 Januari 2013
 Desember 2012
 November 2012
 Oktober 2012
 September 2012
 Agustus 2012
 Juli 2012
 Juni 2012
 Mei 2012
 April 2012
 Maret 2012
 Februari 2012

Kategori
 Catatan Harian
 I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN
KEPERAWATAN
 Uncategorized
Meta
 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com

Iklan
Report this ad
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. Tema: Snaps oleh Graph Paper Press.

You might also like