You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di Indonesia
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh dokter yang bekerja
pada kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang
yang di timbulkannya. Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu : Hipertensi
primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik, Hipertensi sekunder yaitu hipertensi
yang disebabkan oleh penyakit lain.
Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4%, yang
merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak
menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi
hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA (multinational monitoring
kardiovascular diseases), angka kejadian di Indonesia berkisar 2-18% diberbagai daerah,
jadi di Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.
Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak
menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini menyelubungi perkembangan
penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang penting. Bila terdapat gejala maka biasanya
bersifat non-spesifik. Misalnya sakit kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap tidak
diketahui dan tidak dirawat mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal ginjal
mekanis. (Sylvia Anderson, 2006 : h 583)

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi dari penyakit Infeksi Saluran Kemih ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi yang berhubungan dengan penyakit Infeksi Saluran Kemih?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit Infeksi Saluran Kemih?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Infeksi Saluran Kemih?
5. Bagaimana tanda dan gejala penyakit Infeksi Saluran Kemih?
6. Bagaimana klasifikasi penyakit Infeksi Saluran Kemih?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari penyakit Infeksi Saluran Kemih?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis penyakit Infeksi Saluran Kemih?
9. Apa komplikasi dari penyakit Infeksi Saluran Kemih?
10. Bagaimana pencegahan penyakit Infeksi Saluran Kemih?
11. Bagaimana konsep dasar keperawatan penyakit Infeksi Saluran Kemih ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan
makalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 serta mempresentasikannya.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui definisi dari penyakit Infeksi Saluran Kemih
b) Untuk mengetahui anatomi fisiologi yang berhubungan dengan penyakit Infeksi
Saluran Kemih?
c) Untuk mengetahui etiologi dari penyakit Infeksi Saluran Kemih
d) Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit Infeksi Saluran Kemih
e) Untuk mengetahuitanda dan gejala penyakit Infeksi Saluran Kemih
f) Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Infeksi Saluran Kemih
g) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari penyakit Infeksi Saluran Kemih
h) Untuk mengetahuipenatalaksanaan medis penyakit Infeksi Saluran Kemih?
i) Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit Infeksi Saluran Kemih
j) Untuk mengetahui pencegahan penyakit Infeksi Saluran Kemih
k) Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan penyakit Infeksi Saluran Kemih
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya
infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Marlene. 2016).
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu di saluran perkemihan yang disebabkan oleh
bakteri terutama Echerichia coli; risiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti
refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian
instrumen uretral baru, septikemia (Mary. 2014).
Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya peradangan oleh mikroorganisme
pada system perkemihan. Infeksi traktus urinarius merupakan masalah yang sangat
banyak dijumpai dalam praktek klinis. Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi bagian
atas (pielonefritis) dan bagian bawah (sisititis, uretritis, prostatitis) menurut saluran yang
terkena.
ISK adalah infeksi akibat berkembangbiaknya mikroorganisme dalam saluran kemih yang
dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus, mikroorganisme lain.
(Anhie Djohan Utama , 2016).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kedaan infasi mikroorganisme pada saluran kemih.
(Agus Tessy, 2013 ).

2. Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas dua ginjal yang fungsinya membuang
limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua ureter, yang
mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai
reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih
keluar tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal
mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup
untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua
ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian
paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira
sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen.
Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal
berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu
tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah
bening, saraf dan ureter. Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun
ke bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke
arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong
(oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih
sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah
kembalinya kemih ke dalam ureter.
Adapun fungsi dari ginjal adalah:
a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis/racun
b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
d. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh
e. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,kreatinin dan
amoniak
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di
dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba
di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini
membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya,
seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita.
Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi
maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya
sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung
kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina.
Terdapat sfinter internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan
external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.
(marlen, 2016)

3. Etiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika suatu organisme penginfeksi, biasanya suatu
bakteri gram negatif seperti E.coli, masuk ke saluran kencing.Radang area lokal terjadi,
diikuti dengan infeksi ketika organisme bereproduksi.Bakteri radang muncul di kulit area
genital dan memasuki saluran perkemihan melalui pembukaan uretra.Organisme dapat
juga masuk selama kontak seksual.
Dalam hal ini infeksi terjadi sebagai infeksi yang diperoleh dari komunitas yang tidak
kompleks.Pasien dengan kateter perkemihan bisa juga mengalami infeksi karena adanya
kateter yang memberikan suatu jalan kecil bagi bakteri untuk masuk ke kandung
kemih.Beberapa peralatan saluran kencing, misal cystoscopy, juga memberikan suatu
jalan kecil bagi bakteri untuk masuk kandung kemih. Sebagian dari peralatan tidak
disterilkan sepenuhnya antara pasien satu dengan yang lainnya; peralatan diberi
desinfektan dosis tinggi karena serat optik dan lensa di dalam tidak akan tahan dengan
temperatur tinggi yang diperlukan untuk mensterilkan. Infeksi ini akan dipandang sebagai
nosocomial. (Mary. 2014)
Penyebab lain Infeksi saluran kemih yaitu :
a. Kurang minum air putih
b. Suka menahan buang air kecil
c. Cara cebok yang salah
d. Tidak buang air kecil sebelu m hubungan intim
e. Ada riwayat penyakit kelamin

4. Patofisologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Organisme penyebab infeksi pada sulran kemih yang tersering adalah
Escherichia coli, yang menjadi penyebab pada lebih dari 80 % kasus. Mikroorganisme ini
masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada
dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
a. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. Organisme dapat sampai di ginjal
melalui aliran darah atau aliran getah bening
c. Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi
kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) System imunnitas yng menurun
5) Adanya hambatan pada saluran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri
yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan
ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal
yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang
menakibtakanpenimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut
sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60
tahun.
(Anhie Djohan Utama , 2016).
5. Tanda dan Gejala
a. Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
b. Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
c. Susah buang air kecil karena iritasi lapisan mukosal
d. Rasa sesak/ penuh di dalam area suprapublik
e. Pungung bawah sakit

6. Klasifikasi
a. Infeksi Saluran Kemih Bawah menurut marlen, 2016
1) Sistisis
Infeksi kadung kemihyang juga di kenal degan infeksi saluran kemih
bawah.Penyebabnya adalah bacteria kolifrom (umumnya E.coli dan
enterococus).Anak-anak dapat mengalami sistisis virus yang di sebabkan oleh
adenovirus, tetapi ini jarang terjadi pada orang dewasa. Pada pria sistisis biasanya
di sebabkan oleh invasi bakteri ke uretra yang menyebar keatas dan ke prostat.
2) Uretritis
Infeksi uretra yang dapat terjadi pada pria maupun wanita. Penyababnya adalah
Inveksi virus, Infeksi bakteri, organisme yang menyebabkan penyakit/ infeksi
menular seksual (gonorea, Klamidia, dan lain-lain),keluarga besar basilus gram
negative (enterobacteriaceace, terutama E.coli) serta organisme gram positif yang
terlibat dalam infeksi saluran kemih, “hama pintar” telah mengembangkan cara
untuk mengatasi pertahanan intrinsic saluran kemih dengan cirri khasnya seperti
pili/fimbriae adesin dan hemosilin untuk mendapatkan akses mengolonisasi, selain
itu kondisi tertentu meningkatkan perkembangan infeksi saluran kemih bawah.
Tada gejalanya gejala beragam berdasarkan sifat kondisi apakah akut atau kronik.
3) Sistisis/ Uretritis
Manifetasi klinis nyeri panggul dan tekan dengan lokalisasi suprapubis, disuria
(sering berkemih, urgensi berkemih dan rasa terbakar ketika berkemih), nuktoria
yang tidak biasa (terbangun di malam hari untuk berkemih), inkontinensia ringan,
urine keruh dan bau tajam, hematuria (darah dalam urine).
4) Prostatitis
Kelompok kondisi inflamasi dan non inflamasi yang menyerang prostat. Tanda
gejala : nyeri panggul dan peritoneum; nyeri pada testis, area selakangan , penis,
dan skrotum yang menyebar ke punggung bawah ; keengganan berkemih dengan
aliran urine lemah saat berkemih; disfungsi seksual dengan ejakulasi yang terasa
nyeri dan nyeri pasca ejakulasi di rectum dan anus; gejala sistemik (menggigil,
demem, hipotensi). Saat prostatitis kronis maka terdapat tabda gejala perkemihan
dan non perkemihan: urine menetes, nyeri inguinal dan perineal, rasa seperti
terbakar uretral, dan tanda-tanda umum lainya (diaphoresis, keletihan dan kaki
dingin)

b. Infeksi Saluran Kemih Atas menurut marlen 2016


1) Glumerulonefrmenitis
Inflamasi pada glumerulus, yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
menyaring urine dan dapat terjadi diman asaja seperti glumerulus, tubulis
danjaringan intertisial sekitarnya.Penyebab paling sering adalah infeksi
streptococus yang biasanya di mulai dengan nyeri tenggorokan, berkembang
menjadi nefritis dalam 7 hingga 12 hari.Glumerulonefritis disebabkan oleh infeksi
streptokokus yang biasanya dapat di senbuhkan dengan terapi.Tanda gejala
glumerulonefritis .
2) Sindrom nefrotik
Kerusakan glomerulus memicu kehilangan protein yang parah memicu
hipoalbumia .Penyebabnnya adalah Diabetes adalah penyebab yang sering
muncul menimbulkan sindrom nefrotik.penyakit autonium seperti lupus eritomatus
menyebabkan tubuh menyerang diri sendiri. Medikasi seperti
OAINS,aminoglikosida, antibiotok anfereteritis b , kemoterapi litium, perawatan
kontras IV. Beberapa penyekit yang merusak membrane glomerulus.

3) Pielonefrotis
Dicirikan dengan bercak infeksi interstisial dengan inflamasi di tubulus san int
ertisium dengan pembentukan abses .Inflamsi merusak tubulus oleh sebab itu
ginjal menjadi tidak mampu memekatkan urine mengatur krseimbangan elektrolit
dan mengeluarkan produk sampah.Penebab yang palimg lazim adalah refluks
vesikoreteral.yang menyeababkan bacteria naik ke pelvis ginjal organism
peyebab nya dalah E.coli dan strapilococus aureus.
4) Gagal ginjal
Sebagian besar nefron di ginjal sudah tidak berfungsi.Penyebabnya adalah cidera
renal akut dapat memicu gagal ginjal akut.
5) Nefrolitasi
Pemadatan garam mineral di sekitar materi organic yang dapat terjadi pada
duktus pengumpulan sistem perkemihan untuk di simpan di suatu bagian ginjal :
pelvis gin jal atau batu ginjal. Sebagian besar batu ginjal terbwntuk dari kalsium

7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mary. 2014
a. Tes kultur dan sensitivitas
Tes kultur melihat kemungkinan adanya bakteri didalam urin. Tes sensitivitas
menentukan antibiotik apa yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri.
Laboratorium membagi spesimen urin menjadi dua; satu bagian dikultur untuk
menentukan bakteri mana yang berkembang.Laporan persiapan harus tersedia
dalam 24 jam.Bagian kedua digunakan untuk menentukan pada antibiotik mana
organisme tersebut peka.
b. Cystoscopy
Tes ini menguji dinding kandung kemih untuk melihat kemungkinan pertumbuhan
dan tumor. Ini juga digunakana sebagai alat untuk memindahkan tumor kecil, batu
dan benda asing dan untuk mendilatasi saluran kencing (uretra) dan saluran
ginjal(ureter). Suatu cystoscope dimasukan kedalam uretra ke kandung kemih, yang
membuat struktur benar-benar divisualisasikan; misalnya uretra, kandung kemih,
ureter dan prostat.
c. Studi sinar x ginjal, ureter, kandung kemih (KUB)
Studi KUB adalah sinar x abdominal yang digunakan untuk mendeteksi batu ginjal,
bisul abdominal, paralytic ileus atau obstruksi.
d. Prostate spesific antigen (PSA) test
Tes ini mengukur tingkat PSA didalam darah. Tingkat PSA akan naik pada psien
dengan BPH (Begign Prostatic Hypertropy) atau kanker prostat. Kenaikan tingkat
PSA tidak memberi dokter cukup informasi untuk membedakan antara kanker dan
kondisi-kondisi protat jinak;namun, dokter akan mempertimbangkan hasil tes ketika
memutuskan apakah akan mengorder penyaringan tambahan untuk kanker prostat.
Tes ini juga digunakan untuk memonitor perawatan dan untuk menguji kekambuhan
kanker prostat.
e. Pengumpulan urin 24 jam
Ini adalah tes diagnostik yang melibatkan pengumpulan urin pasien selama 24
jam.Tes ini biasanya digunakan untuk mengukur volume dan berbagai faktor fungsi
ginjal dan juga untuk menentukan pengeluaran sehari-hari unsur tertentu seperti
protein, elektrolit dan lain-lain.
f. Urinalysis
Urinalysis (analisa urin) adalah pengujian urin secara fisik, kimia, dan
mikroskopis.Pengujian inimeliputi sejumlah tes untuk mengevaluasi spesimen urin
mengenai penampilan, warna, kejelasan, pH, berat jenis, dan kehadiran bakteri,
darah kepingan-kepingan, glukosa, keton leukosit, protein, RBC, dan WBC. Tes
digunakan untuk mengkonfirmasikan gejala ISP, untuk memeriksa diabetes karena
kelebihan kadar glukosa, dan untuk memonitor fungsi ginjal pada pasien gagsl ginjal.
g. Urine flow studies
Urine flow studies, juga dikenal sebagai uroflowmetry, mengukur kekuatan dan
volume per detik aliran urin dari kandung kemih ketika pasien buang air kecil ke
dalam mesin tes. Tes ini membantu mengidentifikasi sumbatan atau kelainan Saluran
kencing dan membantu mengevaluasi seberapa baik atau seberapa buruk pasien
buang air kecil.

h. Voiding cystogram
Tes ini melibatkan pengambilan gambar sinar x kandung kemih dan uretra selama
perkemihan.Suatu material kontras radiopaque ditanamkan ke dalam kandung kemih
via kateter Foley ke dalam sluran tubuh. Setelah sinar x diambil, kateter dipindahkan.
Pasien buang air kecil sementara sinar x diperoleh. Tes ini dilakukan untuk mencari
kelainan sistem perkemihan, tumor kandung kemih, ureter, dan uretra, atau untuk
mengeluarkan ( refluks) urin dari kandung kemih ke ureter.
i. Bakteriologis.
1) Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa
diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri
lapangan pandang minyak emersi.
2) Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan
diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna
Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik > 100 cfu/ml dari 1 atau lebih
organisme patogen
Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme
patogen
Urine bagatau urin porsi > 100.000 cfu/ml
tengah

8. Penatalaksaan Medis
Menurut Marlene. 2016
a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg
trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin.
Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap
cotrimoxazole.
b. Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-
anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
c. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka
diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
9. Komplikasi
a. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan
intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b. Gagal ginjal
c. Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati
dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kroni
10. Pencegahan
a. Hindari dehidrasi : ajurkan asupan harian (recommended daily allowance,RDA) cairan
pada dewasa aktif sekitar 30 ml/kg/hari.
b. Hindari konstipasi (perbanyak asupan cairan,serat diet, dan olah raga rekreasional)
c. Tangani retensi urien, inkontinensia urien atau obstruksi pada saluran keluar kandung
kemih.
d. Pertimbangan perbaikan sistokel pada wanita pascamenopause penderita
pengosongan kandung kemih tanpa sempurna dan ISK kambuhan.
e. Ajari wanita mengenai higienis yang baik setelah ke toilet dan berkemih setelah
senggama.
f. Tangani infeksi sejak dini, terutama pada pasien dengan penurunan fungsi imun atau
pasien dengan retensi urien, atau disfungsi berkemih
g. Lepas kateter yang yang terpasang dan tangani pasien yang mengalami disfungsi
berkemih dengan program penatalaksanaan alternatif seperti pelatihan kandung
kemih, farmakoterapi untuk inkontinensia urien, kateterisasi intermiten dan/ atau
berkemih terjadwal.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengkajian anamnesis
1) Identitas
Nam lengkap , jenis kelamin, tempat tanggal lahir, jenis kelamin , agama, alamat,
pendidikan,golongan darah, tanggal masuk rs , tanggal pengkajian, no rm,
diagnose medis serta identitas keluarga.
2) Keluhan Utama
Kapan keluhan itu berkembang dan bagaimana terjadinya, apakah secara
tiba – tiba atau berangsur –asur , apa tindakan untuk mengurangi keluhannya
Untuk masalah infeksi saluran kemih biasaanya Disuria, Poliuria. Nyeri,
Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.
3) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan atau penyakit yang proses terjadi saat ini dan bagaimana
pengobatannya
4) Riwayat penyakit Dahulu
Keluhan atau penyakit yang dahulu diderita pasien seperti penyakit
keturunan atau penyakit yang lama diderita
Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
Adakah obstruksi pada saluran kemih?
5) Riwayat kesehatan Keluarga
Apakah ada penyakit keturunan dari pihak orang tua atau keluarga
sebelumnya
6) Riwayat psikososial
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang
telah dilakukan?
Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
Untuk masalah infeksi saluran kemih Biasanya klien cemas, bagaimana
koping mekanisme yang digunakan gangguan dalam beribadat karena klien
lemah

7) Riwayat Eliminasi
a) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
b) Adakah disuria?
c) Adakah urgensi?
d) Adakah hesitancy?
e) Adakah bau urine yang menyengat?
f) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
g) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah
h) Adakah nyeri pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran
kemih bagian atas
i) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian
atas.
8) Pemeriksaan Diagnostik
a) Urinalisis
i. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang
besar (LPB) sediment air kemih
ii. Hematuria
hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis
b) Bakteriologi
i. Mikroskopis
Satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 – 103 organisme
koliform/mL urin plus piuri.
c) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d) Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
criteria utama adanya infeksi.
e) Metode tes meliputi : Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit)
dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat), Tes Penyakit Menular
Seksual (PMS) , Tes- tes tambahan.

b. Pengkajian Fisik
Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
1) Tinggi badan
2) Berat Bdan
3) Tanda – tanda Vital
a) Nadi
b) Tekanan Darah
c) Suhu
d) Respirasi
e) Nyeri
4) Tingkat kesadaran
5) Keadaan umum
6) Pemeriksaan fisik
a) Intergrument
b) Kepala
c) Mata
d) Telinga
e) Mulut dan tenggorokan

f) Leher
g) Dada

i. Inspeksi
ii. Palpasi
iii. Perkusi
iv. Auskusltrai
h) Abdomen
i. Inspeksi
ii. Auskultrasi
Pada bagian abdomen untuk paasien yang mengeluh infeksi saluran
kemih biasanya akan terdengar suara bising usus yang lebih cepat
iii. Perkusi
Terdengar suara timpani
iv. Palpasi
Nyeri tekan pada abdomen bagian bawah perut menjalar pada pubis
i) Punggung
j) Genetalia

k) Ekstermitas

Atas : anggota gerak lengkap tidak ada kelainan 5 5

Bawah : anggota gerak lengkap tidak ada kelainan 5 5

c. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi b.d adanya factor resiko nosokomial Resiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake inadekuat.
d. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Tujuan : Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi:
a) Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola
berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis
ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan
b) Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
c) Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat;
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d) Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
Rasional: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi
otot.
e) Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
f) Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung
kemih dan naik ke saluran perkemihan.
g) Kolaborasi:
Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap,
berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan
jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri
menetap atau bertambah sakit
Rasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan
lanjut dan perlu pemeriksaan luas
Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Rasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri
Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air
segar . Pemberian air sampai 2400 ml/hari
Rasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan
membentu membilas saluran berkemih

2) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik


pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Tujuan: Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan
berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
b. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
c. Kaji keluhan kandung kemih penuh
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan(kandung
kemih/ginjal)
d. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi toksik pada susunan saraf pusat
Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam
Rasional: untuk mencegah statis urin

e. Kolaborasi:
Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari
buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urin.
Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan
sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.

3) Resiko tinggi terhadap infeksi b.d adanya factor resiko nosokomial


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat berkemih tanpa
khawatir terinfeksi dengan kriteria hasil berkemih dengan urine jernih tanpa
ketidaknyamanan,kultur urine menunjukkan tidak ada bakteri.
Intervensi :
a) Berikan perawatan perineal.
Rasional : untuk mencegah kontaminasi uretra.
b) Berikan perawatan kateter jika terpasang kateter.
Rasional : kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki
kandung
c) kemih dan naik ke saluran perkemihan.
Lakukan universal precaution.
Rasional : untuk mencegah kontaminasi.
d) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obat untuk memelihara
asam urine.
Rasional : asam urine menghalangi tumbuhnya kuman.

e,.Implementasi
Implementasi adalah asuhan keperawata secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang
sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum
melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawat melakukan
fungsinya sebgai independent, interdependent, dan dependent. Pada fungsi dependent
perawat melakukan tindakan atas dasar inisiatif sendiri. Contohnya memberikan latihan
pernafasan perut dalam posisi duduk dan berbaring, pada fungsi interdependent perawat
melakukan fungsi kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain.
Dan fungsi independent perawat melakukan fungsi tambahan untuk mrnjalankan program
dari tim kesehatan lain seperti pengobatan. Disamping itu perawat harus memperhatikan
sehatan umum dan respon pasien selama pelaksanaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih atau ISK adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih Infeksi saluran kencing
merupakan masalah kesehatan yang cukup serius bagi jutaan orang di setiap tahun. Infeksi
Saluran Kemih merupakan penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia di
muka bumi.Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan laki-laki
yang menderita Infeksi Saluran Kemih.
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika suatu organisme penginfeksi, biasanya suatu
bakteri gram negatif seperti E.coli, masuk ke saluran kencing.Radang area lokal terjadi, diikuti
dengan infeksi ketika organisme bereproduksi.Bakteri radang muncul di kulit area genital dan
memasuki saluran perkemihan melalui pembukaan uretra.Ada dua jalur utama terjadi isk, yaitu
ansending dan hematogen.Dalam penyakit ISK ini terdapat beberapa klasifikasi yaitu Infeksi
Saluran Kemih Bawah dan Infeksi Saluran Kemih Atas.Pemeriksaan diagnostik penyakit ISK
ada beberapa macam pemeriksaan seperti, tes kultur dan sensitivitas, cystoscopy, studi sinar x
ginjal, ureter, kandung kemih (KUB), prostate spesific antigen (PSA) test, pengumpulan urin 24
jam, urinalysis, urine flow studies, voiding cystogram.

B. Saran
Untuk perawat atau teman sejawat agar dapat memprioritaskan masalah sesuai
kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, dan rencana tindakan dapat
dilakukan dengan baik. Untuk perawat agar dapat mendokumentasikan semua data pada klien
baik subjektif maupun obyektif dengan benar sehingga dapat membuat evaluasi dengan baik.
Untuk menunjang pendokumentasian pihak rumah sakit harus menyediakan lembaran renpra
untuk perawat ruangan.
Dan saran untuk penderita penyakit ISK agar lebih menjaga kebersihan alat genital
supaya tidak terjadi atau menderita penyakit yang sama, dan juga seperti memperhatikan
kelembaban daerah kelamin ketika cebok atau membersihkan alat kelamin harus benar-benar
bersih dan dikeringkan dengan handuk
DAFTAR PUSTAKA

Digiulio & Mary.( 2014). Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: KDT

Hariyono. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakarta: KDT

Hurst, Marlene. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Herdman, T Heather,. Shigemi Kamitsuru. (2015). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: ECG

Kumalasari. (2014). Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika

Kumalasari & Muttaqin. (2013). Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Salemba Medika
Nurjannah, Intansari,. Roxsana Devi Tumanggor.(2013). Nursing Interventions Classification.
Yogyakarta: Mocco Media

O’callaghan, Chris. (2013). At a glance system ginjal edisi ke-2. Jakarta: Erlangga

Rohman & Walid. (2012). Proses Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: AR- RUZZ
MEDIA

Wilkison, Judith M. (2016). Diagnosa Keperawatan : Diagnosis NANDA Intervensi NIC Hasil
NOC. Jakarta: EGC

Depkes RI (2014). Waspada Infeksi Saluran Kemih. http://.depkes.go.id.php?waspada infeksi


saluran kemih act/.Diakses tanggal 03 april 2016

You might also like