You are on page 1of 13

Tugas Kelompok ke-1

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas Mata Kuliah Perpajakan 3
Program D III

KELOMPOK 2
NAMA ANGGOTA :
1. Yuyun Yuningsih ( E11161008 )
2. Reni Marlina ( E11161006 )
3. Shisty Destira Swastiani ( E11161007 )

Akuntansi Perpajakan
POLITEKNIK TEDC BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ PAJAK AIR PERMUKAAN”.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah senantiasa meridhoi usaha kita. Amin

Cimahi, April 2018

Tim Penulis.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak Air Permukaan dilakukan dengan mendasarkan pada Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000; Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001
tentang Pajak Daerah, khususnya Pasal 33-37; Peraturan Daerah Provinsi Lmpung Nomor 4
Tahun 2002 tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Baawah Tanah dan Air
Permukaan; serta Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2002 tentang Pedoman
Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah.

Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :

1. Stelsel Pajak

a. Stelsel Nyata

Pengenaan Pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), pemungutan dilakukan
pada akhir tahun pajak setelah penghasilan sesungguhnya diketahui. Pajak lebih realistis tapi
baru dapat dikenakan di akhir periode.

b. Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur Undang-Undang. Tanpa
menunggu akhir tahun dan tidak berdasarkan keadaan sesungguhnya.

c. Stelsel Campuran

Merupakan kombinasi antara stelsel Nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun dihitung
berdasarkan anggapan dan akhir tahun disesuaikan dengan keadaan yang sebebnarnya.

2. Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili

Negara berhak untuk mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak diwilayahnya
baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. asas ini berlaku bagi wajib pajak dalam
negeri.
b. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

c. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

3. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official Assesment system

adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (FISKUS)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

ciri-cirinya :

wewenang untuk menentukan besarya pajak terutang ada pada fiskus

wajib pajak bersifat pasif

utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

ciri-cirinya adalah :

wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri

wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang.

fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System

adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan
fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
ciri-cirinya wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga pihak
selain fiskus dan wajib pajak

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Yang dimaksud dengan Pajak air permukaan?


2. Apa dasar hukum dari pajak air permukaan?
3. Apa Objek dari Pajak Air Permukaan?
4. Apa Subyek dari pajak air permukaan?
5. Bagaimana tarif pajak air permukaan?
6. Bagaimana contoh perhitungan pajak air permukaan?
7. Bagaimana denda pajak air permukaan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari pajak air permukaan


2. Untuk mengetahui dasar hukum dari pajak air permukaan
3. Untuk mengetahui objek dari pajak air permukaan
4. Untuk mengetahui subyek dari pajak air permukaan
5. Untuk mengetahui tarif pajak air permukaan
6. Untuk mengetahui contoh perhitungan pajak air permukaan
7. Untuk mengetahui denda pajak air permukaan
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pajak Air Permukaan

Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan adalah pungutan daerah


(Provinsi) atas pengambilan dan pemanfaatan air permukaan. Yang dimaksud dengan Air
Permukaan adalah air yang berada di atas permukaan bumi tidak termasuk air laut kecuali air
laut tersebut telah dimanfaatkan di darat. Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan
dan atau pemanfaatan air permukaan. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada
permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Pajak Air
Permukaan semula bernama Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan (PPPABTAP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Hanya saja
berdasarkan Undang-Undang Nomor 2009, PPPABTAP dipecah menjadi dua jenis pajak,
yaitu Pajak Air Permukaan dan Pajak Air Bawah Tanah.

Pajak Air Permukaan dimasukkan sebagai Pajak Provinsi, sedangkan Pajak Air
Bawah Tanah ditetapkan menjadi Pajak Kabupaten/Kota.

Air permukaan adalah air yang berada di atas permukaan bumi tidak termasuk air laut
kecuali air laut tersebut telah dimanfaatkan di darat. Air bawah tanah adalah semua air yang
terdapat dalam lapiran pengandung air di bawah permukaan tanah termasuk mata air yang
muncul secara alamiah di atas permukaan tanah.

2.2 Dasar Hukum Pajak Air Permukaan

 Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas UU No.18 Tahun


1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.
 Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

2.3 Obyek Pajak Air Permukaan

Sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam PERATURAN GUBERNUR JAWA


BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat No.13 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Untuk Jenis Pungutan Pajak
Air Permukaan, Objek dari Pajak Air Permukaan adalah :
1. Pengambilan air permukaan;
2. Pemanfaatan air permukaan; dan
3. Pengambilan dan pemanfaatan air permukaan;

Sedangkan pengecualikan dari objek Pajak Air Permukaan, yaitu :

1. Pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan untuk keperluan dasar rumah


tangga;
2. Pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan untuk kepentingan pengairan
pertanian dan perikanan rakyat;
3. Pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah; dan

Pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan untuk keperluan peribadatan,


penanggulangan bahaya kebakaran, penelitian serta penyelidikan yang tidak
menimbulkan kerusakan atas sumber air dan lingkungannya atau bangunan pengairan
beserta tanah turutannya.

2.4 Subyek Pajak Air Permukaan

Subjek Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang dapat melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.

Wajib Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.

Yang bertanggungjawab atas pembayaran Pajak Air Permukaan adalah :

1. Orang pribadi, oleh orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli warisnya; dan
2. Badan, oleh pengurus atau kuasanya, dengan ketentuan untuk Badan yang sudah
dinyatakan pailit, oleh kurator.

2.5 Tarif Pajak Air Permukaan

Dasar pengenaan Pajak Air Permukaan adalah Nilai Perolehan Air yang dinyatakan dalam
rupiah, yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor berikut
:

1. Jenis sumber air permukaan;


2. Lokasi sumber air permukaan;
3. Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan;
4. Volume air permukaan yang diambil dan/atau dimanfaatkan;
5. Kualitas air permukaan;
6. Luas areal tempat pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan;
7. Musim pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan; dan
8. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau
pemanfaatan air permukaan.

Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen). Besarnya Pajak Air
Permukaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan
pajak.

 Dasar Pengenaan Pajak Air Permukaan


Nilai Perolehan Air Permukaan (NPAP) yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur,
dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
 jenis sumber air;
 lokasi sumber air;
 tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;
 volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;
 kualitas air;
 luas area tempat pengambilan dan/atau pemanfaatan air; dan
 tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau
pemanfaatan air.

Cara menghitung Nilai Perolehan Air Permukaan :


volume air yang diambil/digunakan x harga dasar air.

Cara Menghitung Pajak Terutang :


Pajak Terutang = Tarif x DPP
Tarif maksimal 10%

2.6 Contoh Perhitungan Pajak Air Permukaan

1. Contoh penghitungan Pajak Air Permukaan :


Tarif x Nilai Perolehan Air (NPA) x Volume air yang dihitung

 Nilai Perolehan Air (NPA) : Rp. 1.000/M3


 Tarif Pajak : 10%
 Volume air yang diambil : 5.000.000 M3 /bulan
 Pajak terutang : Tarif x NPA x Volume Air yang diambil

Maka pajak yang terutang adalah : 10 % x Rp. 1.100,- x 5.000.000 M3 = Rp. 500.000.000

2. Diketahui volume air permukaan yang diambil oleh perusahaan ABC untuk
memproduksi air mineral sebesar 12.500 liter/bulan. Harga dasar air yang ditetapkan
pemerintah daerah adalah Rp850/liter. Hitung pajak pengambilan dan pemanfaatan air
permukaan!
Jawab :
Tarif pajak air permukaan adalah 10%
Dasar Pengenaan Pajak : 12.500 liter x 850 (rupiah) = Rp10.625.000
Pajak Terutang : 10% x 10.625.000 = Rp1.062.500

2.7 Denda Pajak Air Permukaan

Dalam hal SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 10 PERATURAN
GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013, apabila pajak tidak dibayar
setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterbitkan, dikenakan
sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) per bulan yang ditagih dengan
menerbitkan STPD.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan adalah pungutan daerah


(Provinsi) atas pengambilan dan pemanfaatan air permukaan. Yang dimaksud dengan Air
Permukaan adalah air yang berada di atas permukaan bumi tidak termasuk air laut kecuali air
laut tersebut telah dimanfaatkan di darat. Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan
dan atau pemanfaatan air permukaan. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada
permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Pajak Air
Permukaan semula bernama Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan (PPPABTAP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Hanya saja
berdasarkan Undang-Undang Nomor 2009, PPPABTAP dipecah menjadi dua jenis pajak,
yaitu Pajak Air Permukaan dan Pajak Air Bawah Tanah.

Dasar Pengenaan Pajak Air Permukaan :

Nilai Perolehan Air Permukaan (NPAP) yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

 jenis sumber air;


 lokasi sumber air;
 tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;
 volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;
 kualitas air;
 luas area tempat pengambilan dan/atau pemanfaatan air; dan
 tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau
pemanfaatan air.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://belajarpajakdaerah.wordpress.com/2017/10/22/pajak-air-permukaan/

https://bapenda.jabarprov.go.id/pajak-air-permukaan/#tab-id-5

http://noorelaili.blogspot.co.id/2012/06/pajak-air-permukaan-dan-pajak-rokok.html

You might also like