You are on page 1of 30

PAJAK

PENGHASILAN FINAL
Anggota Kelompok 3 :
1. Nabila Urrahmah (210602088)
2. Tursina (210602014)
3. Kania Qaula (210602019)
4. Rahil Fiska Nadia (210602084)
PAJAK PENGHASILAN FINAL
Pajak Penghasilan bersifat final artinya pajak penghasilan yang pengenaannya sudah final
(berakhir) sehingga tidak dapat dikreditkan (dikurangkan dari total pajak penghasilan terutang
pada akhir tahun pajak.

Pajak penghasilan final dikelompokkan sebagai berikut :


1. PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima/ diperoleh Wajib Pajak yang memiliki Bruto
tertentu
2. PPh Pasal 15 UU PPh untuk usaha tertentu
3. PPh Pasal 4 ayat (2) UU PPh
PAJAK PENGHASILAN FINAL

01 02 03

BRUTO USAHA PPH PASAL 4


TERTENTU TERTENTU AYAT (2)
Penghasilan WP yang Penghasilan WP dari Penghasilan berdasarkan
memiliki Bruto tertentu usaha tertentu PPH pasal 4 ayat (2)
PAJAK PENGHASILAN ATAS USAHA YANG MEMILIKI
PEREDARAN BRUTO TERTENTU
Definisi
Dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi Wajib Pajak yag menerima/ memperoleh
penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tertentu dapat melakukan penghitungan,
penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan yang terhutang

Ketentuan PPh ini dalam PP Nomor 23 Tahun 2018 dan PMK No. 99/PMK.03/2018
Ketentuan ini dalam uraian selanjutnya disebut PPh bersifat final 0,5%

Objek Pajak
Penghasilan dari usaha dalam negeri dengan peredaran bruto usaha tidak melebihi 4,8 miliar

Bukan Objek Pajak


1. Penghasilan dari pekerjaan bebas
2. Penghasilan luar negri yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri
3. Penghasilan yang telah dikenai PPh final
4. Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak
PAJAK PENGHASILAN ATAS USAHA YANG MEMILIKI PEREDARAN
BRUTO TERTENTU
Wajib Pajak
1. Wajib pajak orang pribadi
2. Wajib pajak berbentu koperasi, Persekutuan komanditer, firma, perseroan terbatas yang
memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto tidak melebihi 4,8 miliar dalam satu tahun
pajak

Bukan wajib pajak


1. Wajib pajak memilik dikenai PPh secara umum
2. Wajib pajak badan yang memiliki keahlian khusus menyerahkan jasa sejenis dengan jasa
sehubungan pekerjaan bebas
3. Wajib pajak badan yang memperoleh fasilitas PPh berdasarkan
• Pasal 31A UU PPh (penanaman modal di bidang usaha atau daerah tertentu)
• PP No. 94 tahun 2010 (Penghitungan penghasilan kena pajak dan pelunasan PPh dalam
tahun berjalan)
4. Wajib pajak berbentuk usaha tetap
JANGKA WAKTU PENGENAAN PPH FINAL 0,5%

Jenis Wajib Pajak Jangka Waktu Paling Lama

Wajib Pajak orang pribadi 7 Tahun

Wajib Pajak badan koperasi, 4 Tahun


Persekutuan komanditer, firma
Wajib Pajak badan PT 3 Tahun

Jangka waktu terhitung mulai tahun 2018, yaitu tahun dimulainya peraturan pengenaan PPh
final berlaku. Setelah jangka waktu berakhir, maka Wajib Pajak dikenai PPh secara umum
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK

Tarif Pajak : 0,5 %

Dasar Pengenaan Pajak


Peredaran usaha bruto setiap bulan. Penghasilan bruto adalah imbalan atau nilai berupa uang
dan lainnya yang diterima atau diperoleh dari usaha sebulan sebelum dikurangi potongan
penjualan, potongan tunai, dan/atau potongan sejenis.

Menghitung PPh bersifat final 0,5%


Dihitung secara bulanan dengan rumus berikut :

PPh tertang sebulan = Tarf x dasar pengenaan pajak sebulan


= 0,5% x peredaran bruto usaha sebulan
PENYETORAN DAN PELAPORAN

Penyetoran/ pelaporan oleh Wajib Pajak sendiri


1. Penyetoran/ pelunasan/ pembayaran pajak oleh wajib pajak sendiri dilakukan setiap bulan
2. Penyetoran dilakukan pada setiap tempat usaha
3. Setiap bulan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
4. Menyampaikan SPT masa PPh paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir
5. Melaporkan PPh tahunan pada setiap tahun dengan menympaikan SPT Tahunan PPh ke
kantor pelayanan pajak

Penyetoran/pelaporan oleh pemotongan/ pemungutan/ pemotong


1. Melalui pemotong/pemungut pajak
2. Tidak berlaku bagi wajib pajak yang memiliki surat keterangan melakukan transaksi impor
atau pembelian barang selama yang bersangkutan menyerahkan fotokopi dokumen
3. Dilakukan paling lambat 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir menggunakan
SSP (bukti pemotongan/pemungutan)
4. Pelaporan pajak dilakukan oleh pemotong/pemungut
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 15

Pasal 15 UU pajak penghasilan menjelaskan tentang penetapan norma penghitungan khusus


yang menghitung penghasilan neto bagi wajib pajak tertentunya tidak dapat dihitung dengan
ketentuan umum sebagaimana diatur dalam Pasal 16 UU PPh.

Norma penghitungan khusus untuk Wajib Pajak tertentu yang dimaksud dalam penjelasan Pasal
15 UU PPh adalah:
1. Perusahaan pelayaran dan penerbangan internasional;
2. Perusahaan asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas, dan panas bumi
perusahaan dagang asing.
3. Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build, operate,
and transfer).
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 15

Pelaporan pph pasal 15 dalam surat pemberitahuan masa pph pasal 15 meliputi:
1. Imbalan yang dibayarkan/terutang kepada perusahaan pelayaran dalam negeri;
2. Imbalan yang diterima/diperoleh sehubungan dengan pengangkutan orang dan/atau barang
termasuk penyewaan kapal laut oleh perusahaan pelayaran dalam negeri;
3. Imbalan carter (sewa) kapal laut dan/atau pesawat udara yang dibayarkan/terutang kepada
perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri;
4. Imbalan yang diterima/diperoleh sehubungan dengan pengangkutan orang danh barang
termasuk carter (sewa) kapal laut dan/atau udara oleh perusahaan pelayan
5. Imbalan carter (sewa) pesawat udara yang dibayarkan/terutang kepada perusaha dan/atau
penerbangan dalam negeri,
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 15
Pajak Penghasilan Atas Imbalan Yang Dibayarkan/ Terutang Kepada Perusahaan
Pelayaran Dalam Negeri
diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 416/KMK.04/1996 danSurat Edaran Dirjen
Pajak Nomor SE-29/PJ.4/1996.

Wajib Pajak ini adalah orang yang bertempat tinggal atau badan yang didirikan dan
berkedudukan di Indonesia yang melakukan usaha pelayaran dengan kapal yang didaftarkan
baik di Indonesia maupun di luar negeri atau dengan kapal pihak lain.

Objek Pajak ini adalah penghasilan berupa imbalan yang diterima atau diperoleh perusahaan
pelayaran dalam negeri, baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia baik dari pengangkutan
orang dan/atau barang termasuk penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari:
a. pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;
b. pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
c. pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia;
d. pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 15

Pajak Penghasilan Atas Imbalan Yang Dibayarkan/Terutang Kepada Perusahaan Pelayaran


Dalam Negeri

Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak


Tarif PPh ini adalah 1,2% (satu koma dua persen).

Dasar pengenaan pajak ini adalah peredaran bruto.


Peredaran bruto merupakan sewa imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak sebagaimana diuraikan dalam objek pajak PPh terutang
bersifat final dihitung dari tarif dikalikan dengan dasar pengenaan pajak.
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 15

Pajak Penghasilan Atas Imbalan Yang Dibayarkan/ Terutang Kepada Perusahaan


Pelayaran Dan Penerbangan Luar Negeri

Pajak penghasilan atas imbalan yang dibayarkan/terutang kepada perusahaan pelayaran dan
penerbangan luar negeri diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 417/ KMK 04/1996
dan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-32/PJ4/1996.

Wajib Pajak ini adalah perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan yang berkedudukan de luar
negeri dan melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia

Objek pajak ini adalah penghasilan berupa unbalan yang diterima atau dip perusahaan
pelayaran dan penerbangan luar negeri terkait pengangkutan orang d atau barang termasuk
carter kapal lant dan/atau udara
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 15

Pajak Penghasilan Atas Imbalan Yang Dibayarkan/ Terutang Kepada Perusahaan


Pelayaran Dan Penerbangan Luar Negeri

Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak


Tarif PPh ini adalah 2,64% (dua koma enam puluh empat persen).

Dasar pengenaan pajak ini adalah peredaran bruto. Peredaran Bruto adalah semua kewajiban
moneter yang dikenakan oleh Wajib Pajak kepada badan pemerintah untuk transfer barang atau
orang dari satu negara ke negara lain di Indonesia.PPh terutang bersifat final dihitung dari tarif
pajak dikalikan dengan dasar pengenaan pajak.
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 15
Pajak Penghasilan Atas Imbalan Yang Dibayarkan/ Terutang Kepada Perusahaan
Penerbangan Dalam Negeri

Pajak penghasilan atas imbalan yang dibayarkan/terutang kepada perusahaan penerbangan


dalam negeri diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 475/KMK.04/1996 dan Surat
Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-35/PJ.4/1996.

Wajib Pajak ini adalah perusahaan penerbangan yang berkedudukan di Indonesia yang
memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian carter.

Objek Pajak ini adalah penghasilan berupa imbalan yang diterima atau diperoleh perusahaan
penerbangan dalam negeri berdasarkan perjanjian carter.
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 15
Pajak Penghasilan Atas Imbalan Yang Dibayarkan/ Terutang Kepada Perusahaan
Penerbangan Dalam Negeri

Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak Tarif


Tarif PPh ini adalah 1,8% (satu koma delapan persen).

Dasar pengenaan pajak ini adalah peredaran bruto. Peredaran bruto merupakan semua
imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang
dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/ atau dari pelabuhan di Indonesia
ke pelabuhan di luar negeri.

PPh terutang dihitung dari tarif dikalikan dengan dasar pengenaan pajak. PPh yang telah
dibayarkan merupakan pembayaran PPh Pasal 23 yang dapat dikreditkan dari total PPh terutang
dalam SPT Tahunan PPh tahun pajak yang bersangkutan.
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh

Penghasilan yang dikenalan PPh final pasal 4 ayat (2) meliputi ;


1. Penghasilan bunga deposito/tabungan dalam negri dan luar negri, diskonto sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan jasa giro
2. Transaksi penjualan saham pendiri dan bukan saham pendiri
3. Bunga/diskonto obligasi dan surat berharga negara
4. Persewaan tanah dan atau bangunan
5. Jasa kontruksi meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawan kontruksi
6. Wajib pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
7. Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota wajib pajak orang pribadi
8. Dividen yang diterima/diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh
Pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI

Pajak penghasilan atas bunga deposito/tabungan serta diskonto sertifikat bank Indonesia diatur
dalam peraturan Pemerintah Nomor 131 tahun 2000 dan keputusan menteri keuangan nomor
51/KMK.04/2001.

Deposito adalah deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun,termasuk deposito
berjangka,sertifikat deposito dan”deposit on call”baik dalam mata uang rupiah maupun dalam
mata uang asing(valuta asing) yang ditempatkan pada atau diterbitkan oleh bank.

Wajib pajak untuk PPh ini adalah orang pribadi atau badan dalam negeri dan luar negeri serta
bentuk usaha tetap yang menerima penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta
diskonto sertifikat bank Indonesia.

Objek pajak untuk PPh ini adalah penghasilan berupa bunga atas deposito dan tabungan serta
diskonto SBI.
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh
Pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI

Tarif dan dasar pengenaan PPh atas pendapatan bunga atas deposito dan tabungan serta
diskonto sertifikat bank Indonesia adalah PPh berutang bersifat final dihitung sebesar tarif
dikalikan dasar pengenaan pajak.

Wajib pajak Tarif Dsar Pengenaan Pajak

WP dalam Negeri dan BUT 20% Jumlah bruto bunga deposito


dan tabungan serta diskonto
sertifikat Bank Indonesia
WP Luar Negeri selain BUT 20% atau sesuai tarif Jumlah bruto bunga deposito
berdasarkan persetujuan dan tabungan serta diskonto
penghindaran pajak berganda sertifikat Bank Indonesia
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh
Pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI

Pemotong PPH
1. Bank yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia
2. Cabang bank luar negeri di Indonesia
3. Bank Indonesia
4. Dana Pensiun dan Bank yang menjual Kembali SBI kepada pihak lain

Dikecualikan dari pemotongan PPH


1. Jumlahnya tidak melebihi Rp.7.500.000
2. Diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau bank luar negeri di Indonesia
3. Diterima atau diperoleh dana pension
4. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan rumah
sederhana dan sangat sederhana
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh
Pajak penghasilan atas transaksi saham dan sekuritas lainnya

Objek pajak ini adalah transaksi penjualan saham di Bursa Efek Indonesia.
Subjek pajak ini adalah orang pribadi atau badan dari transaksi penjualan sahan di Bursa Efek
Indonesia

Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak

Jenis Transaksi Tarif Dasar Pengenaan Pajak

Semua transaksi penjualan 0,1% Jumlah bruto nilai transaksi


saham penjualan
Transaksi pemilik saham 0,1% dan tambahan 0,5% Jumlah bruto nilai transaksi
pendiri penjualan kecuali penjualan
saham pendiri oleh
perusahaan
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh

Pajak penghasilan atas Bunga Obligasi

Diatur dalam PP Nomor 16 Tahun 2009 sebagaimana telah diu ah terakhir dengan PP Nomor
100 Tahun 2013 dan PMK Nomor 07/PMK.011/2012

Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan.
Bunga obligasi adalah imbalan yang diterima atau diperoleh pemegang obligasi dalam bentuk
bunga/ diskonto

Objek pajak ini adalah penghasilan berupa bunga obligasi termasuk diskonto obligasi.

Wajib pajak ini adalah orang pribadi atau badan dalam negeri dan luar negeri serta bentuk
usaha tetap yang menerima bunga obligasi termasuk diskonto obligasi
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh

Pajak penghasilan atas Hadiah Undian

Diatur dalam PP Nomor 132 Tahun 2002 dan KDJP Nomor Kep. 395/PJ/2001

Hadiah Undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk undian.

Objek pajak ini adalah penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apa
pun (dapat berupa uang, barang, atau kenikmatan, misalnya menginap di hotel).

Wajib pajak ini adalah orang pribadi atau badan yang menerima hadiah undian

Tarif PPh ini adalah 25%


Dasar pengenaan pajak adalah jumlah bruro hadiah undian
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh

Pajak penghasilan atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

Diatur dalam PP Nomor 5 Tahun 2007, KMK No. 120/KMK.03/2002 dan KDJP No. KEP-
227/PJ/2002

Objek pajak ini adalah penghasilan dari persewaan tanah/bangunan berupa tanah.rumah.rumah
susun, apartemen dan lainnya

Wajib pajak ini adalah orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan
dari persewaan tanah/bangunan

Tarif pajak ini adalah 10%


Dasar pengenaan pajak adalah jumlah bruto persewaan tanah/bangunan
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh
Pajak penghasilan atas usaha jasa konstruksi

diatur dalam PP Nomor 51 Tahun 2008 sebagaimana telah disempurnakan dalam PP Nomor 40
Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008.

Wajib Pajak ini adalah penyedia jasa konstruksi, yaitu orang pribadi atau badan termasuk bentuk
usaha tetap yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi,
Objek pajak ini adalah jasa berupa jasa perencanaan konstruksi, pelaksana konstruksi dan
pengawas kontruksi

Jenis Kontruksi Wajib pajak tarif


Pelaksanaan Penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil 2%
Pelaksanaan Penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha 4%
pelaksanaan penyedia jasa selain dua di atas 3%
Perencanaan atau pengawasan Penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha 4%
Perencanaan atau pengawasan Penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha 6%
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh
Pajak penghasilan atas harta berupa tanah/bangunan

Diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994. Peraturan ini telah diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2016

• Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, meliputi: penjualan, tukar-menukar,


pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara
para pihak yang terkait.
• Perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya,
meliputi: pihak penjual yang namanya tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli pada
saat pertama kali ditandatangani.

Wajib Pajak PPh ini adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan
Objek pajak PPh ini adalah penghasilan yang diperoleh/diterima orang pribadi atau badan
karena pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan.
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh
Pajak penghasilan atas harta berupa tanah/bangunan

Tarif PPh pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan adalah:
1. sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan selain pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa Rumah
Sederhana atau Rumah Susun Sederhana
2. sebesar 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan
3. sebesar 0% (nol persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada
pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat penugasan khusus dari pemerintah,
atau badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan khusus dari kepala daerah.
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh
Pajak penghasilan atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota
Koperasi Orang Pribadi

Wajib Pajak di sini adalah orang pribadi sebagai anggota koperasi yang mempunyai simpanan di
koperasi dan memperoleh/menerima bunga atas simpanannya.

Objek Pajak di sini adalah bunga simpanan yang diterima oleh anggotanya.
Tidak termasuk dalam bunga simpanan ini adalah bunga simpanan yang diterima anggota koperasi
orang pribadi yang merupakan bagian dari sisa hasil usaha. Bunga simpanan yang jumlahnya tidak
melebihi Rp240.000 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) dalam sebulan, dikecualikan dari pengenaan
PPh ini.

Besarnya tarif ini adalah:


1. sebesar 0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000
(dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan;
2. sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan
lebih dari Rp240.000 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan.

Dasar pengenaan pajak ini adalah jumlah bruto bunga simpanan yang diterima oleh anggota koperasi.
PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh

Pajak penghasilan atas atas Dividen yang Diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib Pajak di sini adalah orang pribadi dalam negeri yang bertindak sebagai pemegang saham suatu
perseroan, pemegang polis suatu perusahaan asuransi, dan anggota koperasi yang menerima sisa
hasil usaha.

Objek Pajak di sini adalah dividen sebagaimana dijelaskan pada pengertian.

Besarnya Tarif Pajak Penghasilan atas dividen yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi adalah
10% (sepuluh persen).

Dasar pengenaan pajak ini adalah jumlah bruto dividen.


PPh terutang bersifat final dihitung sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan pajak
TERIMA KASIH

You might also like