You are on page 1of 3

Subjek dan Objek Pajak

Subjek pajak dari PPh Pasal 15 ini adalah wajib pajak luar negeri (WPLN) yang
mempunyai kantor perwakilan dagang (representative office/liaison office) di
Indonesia yang berasal dari negara yang belum mempunyai Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia.
Sementara, objek pajaknya adalah nilai ekspor bruto yaitu semua nilai pengganti atau
imbalan yang diterima atau diperoleh WPLN yang mempunyai kantor perwakilan
dagang di Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang
berada atau bertempat kedudukan di Indonesia.

Tarif Pajak dan Perhitungan

Penghasilan neto dari WPLN yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di


Indonesia ditetapkan sebesar 1% dari nilai ekspor bruto. Nilai ekspor bruto adalah
semua nilai pengganti atau imbalan yang diterima atau diperoleh WPLN yang
mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia dari penyerahan barang kepada
orang pribadi atau badan yang berada atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Besarnya tarif pajak bagi WPLN yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di
Indonesia adalah sebesar 0,44% dari nilai ekspor bruto dan bersifat final.
Khusus untuk Kantor Perwakilan Dagang yang berasal dari negara mitra P3B
Indonesia, maka besarnya tarif pajak yang terutang disesuaikan dengan tarif BPT
(Branch Proftit Tax) dari suatu BUT tersebut sebagaimana dimaksud dalam P3B
terkait.

Inti pemajakan terhadap BUT Kantor Perwakilan Dagang tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Penghasilan neto dari Wajib Pajak Luar Negeri yang mempunyai Kantor
Perwakilan Dagang di Indonesia ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari nilai
ekspor bruto.
2. Pelunasan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Luar Negeri yang mempunyai
Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia adalah sebesar 0,44% dari nilai
ekspor bruto dan bersifat final.
3. Yang dimaksud dengan nilai ekspor bruto adalah semua nilai pengganti atau
imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri yang
mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia dari penyerahan barang
kepada orang pribadi atau badan yang berada atau bertempat kedudukan di
Indonesia.
Selanjutnya, terkait penerapan tarif 0,44%, Direktur Jenderal Pajak memberikan
penegasan melalui suratnya Nomor SE-2/PJ.03/2008 tanggal 31 Juli 2008 tentang
Penegasan atas Penerapan Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib
Pajak Luar Negeri yang Mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia sebagai
berikut:
Adapun dasar penghitungan 0,44% adalah sebagai berikut :
-PPh atas penghasilan kena pajak terutang : 30% x 1% = 0,30%
- Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT
(Branch Profit Tax) (tarif 20%) : 20% x (1-0,3)% = 0,14%
- Total (0,14%+0,30%) = 0,44%
Untuk Kantor Perwakilan Dagang dari negara-negara mitra P3B[2] dengan Indonesia,
maka besarnya tarif pajak yang terutang disesuaikan dengan tarif Branch Profit Tax
dari suatu BUT tersebut sebagaimana dimaksud dalam P3B terkait.
Contoh : Penghitungan untuk Kantor Perwakilan Dagang yang berasal dari Spanyol.
Tarif Branch Profit Tax dalam P3B Indonesia dengan Spanyol sebesar 10%. Dengan
demikian tarif pajak yang terutang adalah sebagai berikut:
- PPh atas penghasilan kena pajak terutang : 30% x 1% = 0,30%
- Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT
(Branch Profit Tax) (tarif 10%) : 10% x (1-0,3)% = 0,07% - Total (
0,30%+0,07%) = 0,37%

Dari sisi tarifnya, tarif Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 0,44% yang
ditetapkan bagi Perusahaan Dagang Asing yang mempunyai Kantor Perwakilan
Dagang (BUT Kantor Perwaklilan Dagang) di Indonesia sebenarnya terdiri-dari dua
jenis tarif yaitu tarif umum PPh atas penghasilan BUT Kantor Perwakilan Dagang itu
sendiri (Corporate Income Tax) dan tarif PPh Pasal 26 ayat (4) atas Penghasilan Kena
Pajak setelah PPh (Branch Profit Tax).
Tarif Corporate Income Tax besarnya 0,3% dari Nilai Ekspor Bruto yang berasal dari
penerapan tarif 30% atas penghasilan neto yang dihitung dengan menggunakan
Norma Penghitungan Khusus sebesar 1% dari Nilai Ekspor Bruto (Omzet). Tarif 30%
tersebut sebetulnya adalah tarif tertinggi dari lapisan tarif progresif PPh bagi BUT
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang PPh sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10
Tahun 1994 yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan tarif PPh bagi BUT
Kantor Perwakilan Dagang sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 634/KMK.04/1994. Adapun tarif Branch Profit Tax besarnya
0,14% dari Nilai Ekspor Bruto berasal dari penerapan tarif Pasal 26 ayat (4) Undang-
undang PPh atas Penghasilan Kena Pajak setelah PPh dari BUT (=20% x (1% - 0,3%)
dari Nilai Ekspor Bruto). Dengan demikian, tarif PPh bagi Perusahaan Dagang Asing
yang mempunyai BUT Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia adalah sebesar 0,44%
(=0,3%+0,14%) dari Nilai Ekspor Bruto yang pemenuhan kewajiban perpajakannya
dilakukan melalui BUT Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia

Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan

Pemotongan dan Pemungutan PPh pasal 15 merupakan penerapan dari sistim


perpajakan yang menggunakan Witholding System dimana Pajak Penghasilan yang
dibayar oleh orang pribadi atau badan dipotong dan dipungut oleh pihak ketiga. Jadi
orang pribadi atau badan tersebut tidak perlu lagi menyetorkan sendiri pajaknya ke
kas negara, melainkan hal tersebut dilakukan oleh pihak ketiga
Pemotongan Pajak penghasilan yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan
kepada wajib pajak tertentu yang menggunakan norma perhitungan khusus yaitu
perusahaan dagang asing . Apabila wajib pajak yang menerima penghasilan yang
merupakan objek pemotongan PPh ps 15 dan Pemberi Penghasilan juga merupaka
pemotong PPh Pasal 15, maka atas penghasilan yang diterima akan dipotong PPh
Pasal 15 oleh pemotong. Namun Apabila Wajib Pajak menerima penghasilan yang
merupakan objek PPh Pasal 15 dan pihak pemberi penghasilan adalah orang pribadi
(bukan pemotong) maka wajib pajak tersebut menyetor sendiri PPh Pasal 15 tersebut.
Pembayaran dan pelaporan PPh dari WPLN yang mempunyai Kantor Perwakilan
Dagang di Indonesia dan pengadministrasiannya di Kantor Pelayanan Pajak dilakukan
sebagai berikut:
• WPLN yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia wajib membayar
PPh yang terutang dalam suatu masa pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos
dan Giro selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima
atau diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan satu Surat Setoran Pajak
(SSP) Final;
• WPLN yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia wajib
melaporkan pembayaran PPh yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan bentuk formulir sesuai
lampiran I KEP-667/PJ./2001 dan dilampiri dengan lembar ke-3 SSP Final.
.

You might also like