You are on page 1of 9

A.

Konsep Penyakit

1. Anatomi dan Fisiologi


Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis, musculus,
obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis. Kanalis inguinalis timbul
akibat descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus dinding perut melainkan
mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari kranio-lateral ke
medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm. (Brunner & Suddarth,
2000)
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag
merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus
abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini dibatasi oleh anulus
eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan didasarnya terdapat
ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis,
skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian proksimedial (Martini, H 2001).
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis
inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat
mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada tiga
mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis
yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang
menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang
kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga
adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis
(Martini, H 2001)
2. Definisi Penyakit
a. Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan (R. Syamsuhidayat dan Win Dedjong, Buku Ajar Ilmu
Bedah)
b. Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui
suatu defek fasia dan muskuloaponeuritik dinding perut baik secara konginetal
maupun didapat. (Kapita Selecta Kedokteran)
c. Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis internus
yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior menyusuri kanalis inguinalis
dan keluar ke rongga perut melalui annulus inguinalis eksternus (Kapita Selekta
Kedokteran)
Menurut jenisnya hernia dibagi menjadi

a. Hernia indirekta
Suatu kantong yang terbentuk dari selaput peritoneum yanmg berisi bagian dari
saluran pencernaan atau omentum. Hal ini sering menjadi besar dan turun ke skrotum.
Diakibatkan dari gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup setelah testis turun ke
dalam skrotum.
b. Hernia direkta
Hernia yang melalui dinding inguinal posterior medial terhadap vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi oleh segitiga hasselbach.

c. Hernia femoralis
Hernia yang mana lengkung susu keluar melalui cincin umbilicus yang gagal
menutup.

d. Hernia incisional
Akibat dari in adekuat dari penyembuhan luka bedah dan sering terjadi pada luka
bedah terinfeksi.

Menurut keadaannya hernia dibagi menjadi :

a. Hernia reponibilis :Isi hernia bisa dimasukkan kembali


b. Hernia irreponibilis :Isi hernia tidak bisa dimasukkan kembali
c. Hernia incaserata :Hernia ireponibilis yang terdapat gangguan pada jalannya
isi usus.
d. Hernia strangulasi :Hernia incarserata yang terdapat gangguan sirkulasi darah.
3. Etiologi
Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania: W.B
Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah :

a. Kelemahan otot dinding abdomen.


 Kelemahan jaringan
 Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
 Trauma
b. Peningkatan tekanan intra abdominal.
 Obesitas
 Mengangkat benda berat
 Mengejan Konstipasi
 Kehamilan
 Batuk kronik
 Hipertropi prostate
c. Faktor resiko: kelainan congenital

4. Pathway
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000–
18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.

6. Penatalaksanaan
a. Pada hernia inguinalis lateralis responibilis, maka dilakukan tindakan bedah elektif,
karena ditakutkan terjadi komplikasi.
b. Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukan kembali.
Penderita istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diat halus. Dilakukan
tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga
dilakukan kompres untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-
ulang sehingga isi hernia masuk utuk kemudian dilakukan bedah elektif dikemudian
hari, atau menjadi inkarserasi. Pada inkarserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan
bedah darurat.
c. Tindaan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia) dan hernior
(menjahit kantong hernia).
d. Pada bedah elektif, maka kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat dan
dilakukan “Bassini plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
e. Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah elektif. Cincin hernia langsung
dicari dipotong. Usus dilihat apakah vital atau tidak. Bila vital dikembalikan ke
rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus anastomosis “End to end”.
f. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cin-cin henria dipotong dan usus
dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap.

7. Komplikasi
a. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak
dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini
belum ada gangguan penyaluran isi usus.
b. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi
usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
c. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
d. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah
dan kemudian timbul nekrosis.
e. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan
obstipasi.
f. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
g. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
i. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

B. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Sebelum operasi : Adanya benjolan di selangkang / kemaluan, nyeri didaerah
benjolan, mual muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu makan, pada bayi bila
menangis atau batuk yang kuat timbul benjolan.

Sesudah Operasi : Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual, kembung

b. Pemeriksaan Fisik
Sebelum operasi : Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisa, spasme otot, demam
dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan.

Sesudah Operasi : Terdapat luka pada selangkang, puasa, selaput mukosa mulut
kering, anak bayi rewel.

c. Data Laboratorium
Darah leukosit > 10.000 – 18.000 / mm3, serum elektrolit meningkat.

2. Diagnosa Keperawataan,
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, rencana operasi
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya berhubungan
dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi, terbatasnya
kognitif pasien.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, lika post pembedahan
e. Defisit / syndrom defisit self care berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
b/d agen injuri askep …. jam Kaji nyeri secara komprehensif ( Lokasi,
fisik nyeri terkontrol, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
peningkatan faktor presipitasi ).
kenyamanan Observasi reaksi nonverbal dari ketidak
dengan KH: nyamanan.
Klien melaporkan
nyeri berkurang, Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
skala nyeri 2-3 mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
Ekspresi wajah Berikan lingkungan yang tenang
tenang & dapat Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
istirahat, tidur. distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.
V/S dbn (TD Kolaborasi pemberian analgetik untuk
120/80 mmHg, N: mengurangi nyeri.
60-100 x/mnt, RR:
Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol
16-20x/mnt).
nyeri.
Monitor penerimaan klien tentang manajemen
nyeri.
Monitor V/S
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala
efek samping.

2 Cemas Setelah dilakukan Penurunan kecemasan


berhubungan asuhan Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
dengan krisis keperawatan
situasional, selama .... x 24 Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada
rencana jam, cemas klien tingkat kecemasan (tachicardia, tachypnea,
operasi terkontrol. ekspresi cemas non verbal)
Kriteria Hasil Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada
a. Ekspresi wajah klien dan perasaan yang mungkin muncul pada
tampak tenang, saat melakukan tindakan.
rileks dan Berusaha memahami keadaan klien
kooperatif.
Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis
b. Mengenali, dan tindakan.
mengungkapkan
Sediakan aktivitas untuk menurunkan
dan menunjukkan
ketegangan
teknik untuk
mengontrol Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi
kecemasan. yang menciptakan cemas.
c. Menemukan sikap Tentukan kemampuan pasien untuk mengambil
tubuh, ekspresi keputusan
wajah, isyarat dan Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik
tingkat kegiatan relaksasi.
yang
Kolaborasi untuk pemberian obata penurun
menggambarkan
cemas , jika memungkinkan
berkurangnya
penderitaan. Peningkatan Koping
d. Menunjukkan Hargai pemahaman pasien tentang proses
beberapa penyakit
kemampuan untuk Hargai dan diskusikan alternatif respon
menenangkan diri terhadap situasi.
Gunakan pendekatan yang tenang dan
memberikan jaminan.
Sediakan informasi aktual tentang diagnosa,
penanganan dan prognosis.
Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek
perawatan saat ini.
Libatkan keluarga atau orang terdekat dengan
klien.
Bantu klien untuk mengidentifikasi
penggunaan koping yang efektif.
Beri penyuluhan tentang prosedur pre operasi
dan post operasi.
Berikan pujian untuk menggunakan sumber
koping yang efektif.
3 Kurang Setelah dilakukan Peningkatan pengetahuan
pengetahuan asuhan Kaji tingkat pengetahuan tentang proses
tentang keperawatan penyakit.
penyakit, selama .... x 24
perawatan dan jam, pengetahuan Jelaskan proses penyakit
pengobatannya klien meningkat. Tentukan kemampuan pasien untuk
berhubungan Dengan Kriteria mempelajari informasi khusus.
dengan Hasil Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat
kurangnya a. Pasin
pemahaman pasien, ulangi informasi bila
informasi, mengungkapkan
dipelrukan.
tidak pengertian tentang
mengetahui proses penyakit dan Ikutsertakan keluarga atau anggota keluarga
sumber- pengobatan. lain.
sumber b. Berpartisipasi Jelaskan tentang program pengobatan dan
informasi, dalam pengobatan alternatif pengobatan.
terbatasnya
Diskusikan perubahan gaya hidup yang
kognitif
mungkin digunakan untuk mencegah
pasien.
komplikasi.
Diskusikan tentang terapi dan pilihannya.
Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa
digunakan/mendukung.
Instruksikan kapan harus kepelayanan.
Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang
penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan.
4 Risiko infeksi Setelah dilakukan Kontrol infeksi :
b/d adanya askep …. jam Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
luka operasi, risiko infeksi lain.
imunitas tubuh Terkontrol, Batasi pengunjung bila perlu dan anjurkan u/
menurun, terdedekti dg KH: istirahat yang cukup
prosedur Bebas dari tanda
invasive & gejala infeksi Anjurkan keluarga untuk cuci tangan sebelum
dan setelah kontak dengan klien.
Angka lekosit
normal (4-11.000) Gunakan sabun anti microba untuk mencuci
tangan.
Suhu normal ( 36
Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
– 37 c tindakan keperawatan.
Gunakan baju, masker dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
Pertahankan lingkungan yang aseptik selama
pemasangan alat.
Lakukan perawatan luka sesuai indikasi
Lakukan dresing infus,dan dresing kateter
sesuai indikasi.
Tingkatkan intake nutrisi. & cairan yang
adekuat
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik sesuai
program.

Proteksi terhadap infeksi


Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal.
Monitor hitung granulosit dan WBC.
Monitor kerentanan terhadap infeksi.
Pertahankan teknik aseptik untuk setiap
tindakan.
Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase.
Inspeksi keadaan luka dan sekitarnya
Monitor perubahan tingkat energi.
Dorong klien untuk meningkatkan mobilitas
dan latihan.
Instruksikan klien untuk minum antibiotik
sesuai program.
Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala
infeksi.dan melaporkan kecurigaan infeksi.

5 Sindrom Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri


defisit self askep … jam klien Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan
care b/d dan keluarga dapat diri yang mandiri
kelemahan, merawat diri :
penyakitnya activity daily Monitor kebutuhan akan personal hygiene,
living (adl) dengan berpakaian, toileting dan makan, berhias
kritria : Beri bantuan sampai klien mempunyai
kebutuhan klien kemapuan untuk merawat diri
sehari-hari Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya
terpenuhi (makan, sehari-hari.
berpakaian,
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas
toileting, berhias,
sehari-hari sesuai kemampuannya
hygiene, oral
higiene) Pertahankan aktivitas perawatan diri secara
rutin
klien bersih dan
tidak bau. dorong untuk melakukan secara mandiri tapi
beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
Berikan reinforcement positif atas usaha yang
dilakukan.

Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall, 2008, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2009, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
3, EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, 2009, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,
EGC,Jakarta.
Gallo B.M.,2006, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, VolumeII, EGC,
Jakarta.

You might also like