Professional Documents
Culture Documents
Konsep Penyakit
a. Hernia indirekta
Suatu kantong yang terbentuk dari selaput peritoneum yanmg berisi bagian dari
saluran pencernaan atau omentum. Hal ini sering menjadi besar dan turun ke skrotum.
Diakibatkan dari gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup setelah testis turun ke
dalam skrotum.
b. Hernia direkta
Hernia yang melalui dinding inguinal posterior medial terhadap vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi oleh segitiga hasselbach.
c. Hernia femoralis
Hernia yang mana lengkung susu keluar melalui cincin umbilicus yang gagal
menutup.
d. Hernia incisional
Akibat dari in adekuat dari penyembuhan luka bedah dan sering terjadi pada luka
bedah terinfeksi.
4. Pathway
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000–
18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.
6. Penatalaksanaan
a. Pada hernia inguinalis lateralis responibilis, maka dilakukan tindakan bedah elektif,
karena ditakutkan terjadi komplikasi.
b. Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukan kembali.
Penderita istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diat halus. Dilakukan
tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga
dilakukan kompres untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-
ulang sehingga isi hernia masuk utuk kemudian dilakukan bedah elektif dikemudian
hari, atau menjadi inkarserasi. Pada inkarserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan
bedah darurat.
c. Tindaan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia) dan hernior
(menjahit kantong hernia).
d. Pada bedah elektif, maka kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong diikat dan
dilakukan “Bassini plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
e. Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah elektif. Cincin hernia langsung
dicari dipotong. Usus dilihat apakah vital atau tidak. Bila vital dikembalikan ke
rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus anastomosis “End to end”.
f. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cin-cin henria dipotong dan usus
dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap.
7. Komplikasi
a. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak
dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini
belum ada gangguan penyaluran isi usus.
b. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi
usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
c. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
d. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah
dan kemudian timbul nekrosis.
e. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan
obstipasi.
f. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
g. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
i. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Sebelum operasi : Adanya benjolan di selangkang / kemaluan, nyeri didaerah
benjolan, mual muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu makan, pada bayi bila
menangis atau batuk yang kuat timbul benjolan.
b. Pemeriksaan Fisik
Sebelum operasi : Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisa, spasme otot, demam
dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi : Terdapat luka pada selangkang, puasa, selaput mukosa mulut
kering, anak bayi rewel.
c. Data Laboratorium
Darah leukosit > 10.000 – 18.000 / mm3, serum elektrolit meningkat.
2. Diagnosa Keperawataan,
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, rencana operasi
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya berhubungan
dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi, terbatasnya
kognitif pasien.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, lika post pembedahan
e. Defisit / syndrom defisit self care berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
b/d agen injuri askep …. jam Kaji nyeri secara komprehensif ( Lokasi,
fisik nyeri terkontrol, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
peningkatan faktor presipitasi ).
kenyamanan Observasi reaksi nonverbal dari ketidak
dengan KH: nyamanan.
Klien melaporkan
nyeri berkurang, Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
skala nyeri 2-3 mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
Ekspresi wajah Berikan lingkungan yang tenang
tenang & dapat Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
istirahat, tidur. distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.
V/S dbn (TD Kolaborasi pemberian analgetik untuk
120/80 mmHg, N: mengurangi nyeri.
60-100 x/mnt, RR:
Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol
16-20x/mnt).
nyeri.
Monitor penerimaan klien tentang manajemen
nyeri.
Monitor V/S
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala
efek samping.
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Juall, 2008, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2009, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
3, EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, 2009, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,
EGC,Jakarta.
Gallo B.M.,2006, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, VolumeII, EGC,
Jakarta.