You are on page 1of 14

BAB I

RAW MATERIAL & KEGUNAAN ALUMINIUM

1.1 Raw Material pada Aluminium

Alumunium merupakan salah satu logam non ferrous. Dalam sektor


perindustrian, alumunium dikembangkan dengan begitu pesat. Aluminium dapat
diolah menjadi berbagai macam produk dengan lebih ekonomis. Aluminium
merupakan logam ringan dengan berat jenis 2.643 g/cm3 dan titik cairnya 660 oC.
Bauksit adalah salah satu bahan baku. Bauksit terdiri dari aluminium oksida 45-
60%, bersama dengan kotoran berbagai seperti pasir, besi, dan logam lainnya.
Meskipun beberapa deposit bauksit adalah hard rock, sebagian besar terdiri dari
kotoran relatif lunak yang mudah digali dari open pit tambang. Australia
memproduksi lebih dari sepertiga dari pasokan dunia dari bauksit. Dibutuhkan
sekitar 4 lb (2 kg) bauksit untuk menghasilkan 1 lb (0,5 kg) dari logam
aluminium. Kaustik soda (sodium hidroksida) digunakan untuk melarutkan
senyawa aluminium ditemukan dalam bauksit, memisahkan mereka dari kotoran.
Tergantung pada komposisi dari bijih bauksit, jumlah yang relatif kecil dari bahan
kimia lain dapat digunakan dalam ekstraksi.
2.2 Kegunaan Al

Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik, terang dan kuat dan
merupakan konduktor yang baik juga buat panas. Aluminium murni
mempunyai kekuatan tegangan yang rendah, tetapi sedia untuk membentuk alloy
bersama dengan banyak unsur seperti tembaga, zink, magnesium, mangan dan
silikon.

Dilihat dari segi kualitas dan kuantitas kegunaan aluminium dapat


mengatasi kegunaan logam lain kecuali besi. Karena itu aluminium sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari dan berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi
dunia, dikarenakan aluminium diprediksi akan menjadi komoditi eskpor dunia.

Kegunaan aluminium yaitu :

a. Sektor industri otomotif, untuk membuat bak truk dan komponen


kendaraan bermotor
b. Untuk membuat badan pesawat terbang
c. Sektor pembangunan perumahan (jendela dan kusen pintu)
d. Sektor industri makanan, untuk kemasan berbagai jenis produk
e. Sektor lain, missal untuk kabel listrik,perabotan rumah tangga dan barang
kerajinan
f. Membuat termit, yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk besi
(III) oksida, digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk
menyambung rel kereta api
g. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstruksi
menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang, tahan korosi.
h. Digunakan dalam kabel bertegangan tinggi
i. Untuk melapisi lampu mobil dan compact disk

1.3 Produk dari Aluminium

Aluminium sering digunakan dalam industri pengecoran logam untuk


membuat berbagai produk yang memiliki nilai guna tinggi. Produk aluminium
juga memiliki tampilan yang bagus karena warna logam aluminium yang
putih keperakan. Contoh produk-produk dari aluminium adalah
1. Komponen Mesin Motor

Gambar 1.1 Piston

Beberapa komponen mesin motor yang terbuat dari aluminium diantaranya


piston dan cylinder head. Piston berfungsi sebagai penyekat silinder dan
mentransmisikan tekanan gas hasil pembakaran ke crank throw melalui
connecting rod, sedangkan cylinder head berfungsi sebagai penutup silinder.

2. Velg

Gambar 1.2 Velg

Velg merupakan tempat menempelnya ban dan menjadi titik tumpu beban
kendaraan. Dengan adanya velg memungkinkan roda kendaraan untuk
berputar sehingga kendaraan mampu bergerak. Sehingga velg memiliki fungsi
yang penting bagi kendaraan. Velg aluminium memiliki kelebihan dari segi
bobotnya yang Iebih ringan dan tahan terhadap karat. Selain itu velg yang
terbuat dari aluminium juga memiliki biaya produksi yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan velg besi.

3. Ornamen Pagar

Gambar 1.3 Ornamen Pagar Aluminium

Fungsi dari ornamen pagar adalah untuk memperindah desain pagar sehingga
dapat meningkatkan nilai esterika sebuah bangunan. Selain itu pagar memiliki
fungsi utama sebagai pengaman property, sehingga keberadaan pagar menjadi
kebutuhan yang penting untuk setiap bangunan.

4. Furniture

Gambar 1.4 Kursi taman aluminium

Produk dari aluminium selanjutnya adalah fumiture seperti meja dan kursi.
Furniture yang terbuat dari aluminium cor memiliki bobot yang ringan sehingga
mudah untuk diangkat atau dipindahkan. Namun ridak disarankan menggunakan
furniture aluminium untuk area outdoor karena furniture akan terbang jika terkena
angin kencang. Jadi sebaiknya furnture ini digunakan untuk area indoor, misalnya
untuk meja makan.

5. Teralis

Gambar 1.5 Teralis


Teralis memiliki peran yang hampir sama dengan pagar yaitu sebagai pengaman
properti. Perbedaannya jika pagar digunakan untuk area outdoor, maka teralis
digunakan di area indoor tepatnya dipasangkan pada jendela.

6. Benda Antik

Gambar 2.6 Lampu Antik Aluminium

Logam aluminium dapat digunakan untuk menghasilkan benda-benda antik juga.


Salah satu benda antik dari aluminium cor adalah lampu gantung. Kesan antik
yang didapatkan dari ornamen-ornamen yaitu berbentuk lekukan.
7. Perlengkapan Rumah Tangga

Gambar 1.7 Asbak Aluminium


Asbak yang terbuat dari aluminium ini memiliki bentuk bulat dan terdiri dari
wadah dan tutup. Pada bagian tutupnya terdapat lubang-lubang untuk tempat
rokok.

Gambar 1.8 Wadah tempat buah


Selain asbak, perlengkapan rumah tangga lainnya yang terbuat dari aluminium
adalah wadah buah. Jika biasanya wadah buah terbuat dari plastik, maka ada pula
wadah buah yang terbuat dari aluminium. Wadah buah dari aluminium ini
memiliki bentuk yang unik yaitu bentuk daun.

8. Aksesoris/ Hiasan
Gambar 1.9 Hiasan dari Aluminium
Hiasan dari aluminium berbentuk pohon ini merupakan hiasan meja. Produk ini
juga biasa digunakan sebagai souvenir atau gift suatu acara. Selain produk-produk
diatas masih banyak lagi produk pengecoran aluminium lainnya. Produk-produk
dari aluminium ini memiliki sifat yang ringan, warnanya bagus sehingga cocok
untuk membuat benda-benda yang sifamya dekoratif.
BAB II
EKSTRAKSI ALUMINIUM

Ada beberapa jenis aluminium oksida yaitu Smelter Grade Alumina (SGA)
atau Metallurgical grade alumina, digunakan untuk produksi logam aluminium,
refractory grade alumina dengan bervariasi kemurnian produk, digunakan dalam
produksi produk tahan api dan abrasive dan high purity alumina digunakan untuk
bahan kimia berbasis alumina, refraktori canggih, kosmetik dll Selain itu
aluminium oksida trihidrat (Al2O3.3H2O) sering dijual langsung ke pabrik/toko
kimia dan aplikasi dengan tingkat kemurnian tinggi di mana lebih dimurnikan
atau diproses.

Tujuan dari pemurnian (refining) adalah untuk mengisolasi dan


mempertahankan Al2O3.3H2O dari bauksit dan membuang residu padatan
(terutama oksida besi dan mineral silika) dari proses. Output dari proses
pemurnian aluminium oksida tri-hidrat dan aliran limbah 'lumpur merah' yang
mengandung impuritas. aluminium oksida tri-hidrat kemudian dikalsinasi pada
~970°C untuk menghilangkan air kristal yang terkandung dalam padatan,
kemurnian produk aluminium oksida biasanya> 99,5%. Dalam pemurnian
aluminium oksidaterdapat proses bayer.

4.1 Proses Bayer


Sekarang proses Bayer mendominasi produksi aluminium oksida karena
memiliki biaya produksi terendah diantara proses lainnya. Proses ini
menggunakan sirkulasi larutan kaustik terkonsentrasi untuk melarutkan
aluminium trihidrat (Al2O3.3H2O) yang terkandung dalam bauksit, memisahkan
cairan hasil reaksi dari solid residue, dan kemudian kembali endapan menjadi
aluminium oksida trihidrat (Al2O3.3H2O). dan proses kalsinasi mengubah
trihidrat untuk aluminium oksida seluruhnya.
1. Comminution/Milling (Penggilingan)
Bauksit dicuci (washing) dan hancur (crushing), memperkecil ukuran partikel dan
meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk tahap digestion. Kapur dan
"spent liquor" (caustic soda kembali dari tahap presipitasi) ditambahkan pada
tahapan ini untuk membuat slurry dapat dipompa.

2. Pre-desilication
slurry dikirim ke pre-desilication step (100°C, tekanan 1 bar. Hal ini membantu
untuk raw material bereaksi tanah liat apapun atau bauksit yang mengadung silika
sangat reaktif dan mulai terjadinya pembentukan produk desilication (DSP). Pre-
desilication meminimalkan waktu tinggal lumpur pada tahap digestion.
4.1. Diagram Alir Proses Bayer[1].
3. Digestion
Larutan panas kaustik soda (NaOH) digunakan untuk melarutkan bauksit
(gibbsite, böhmite and diaspore) untuk membentuk larutan natrium aluminat yang
lewat jenuh atau disebut "pregnant liquor".
Gibbsite:
Al(OH)3 + Na+ + OH- → Al(OH)4- + Na+
Al2O3.3H2O + 2 NaOH2 NaAlO2+ 4 H2O
Böhmite and Diaspore:
AlO(OH) + Na+ + OH- + H2O → Al(OH)4- + Na+
Kondisi di dalam digester (konsentrasi kaustik, suhu dan tekanan) diatur
sesuai dengan sifat/jenis dari bijih bauksit. Bijih bauksit dengan kandungan
gibbsite tinggi dapat diproses pada 140 °C, sementara bauksit böhmite/diaspore
memerlukan suhu antara 200 dan 280 °C. Tekanan tidak terlalu penting untuk
proses seperti ini, tapi tetap menggunakan tekanan oleh tekanan saturasi steam
dari proses.
Pada 240° C tekanan steam sekitar 3,5 MPa. Slurry tersebut kemudian
didinginkan dalam serangkaian flash tank pada temperatur sekitar 106 °C pada
tekanan 1 bar dan dengan flashing off steam. Steam ini digunakan untuk
memanaskan spent liquor. Dalam beberapa digestionrefineries bersuhu tinggi,
kualitas bauksit yang lebih tinggi (trihydrate)diinjeksikan ke flash train untuk
meningkatkan produksi. Proses "sweetening" ini juga mengurangi penggunaan
energi per ton produksi. Meskipun suhu yang lebih tinggi seringkali secara teoritis
menguntungkan, ada beberapa kelemahan yang potensial, termasuk kemungkinan
oksida selain alumina melarut ke dalam kaustik soda.

4. Flash Down
Slurry hasil digestion didinginkan sampai 105 °C (dan tekanan berkurang
kembali ke tekanan 1 bar) dengan memungkinkan terjadinya penguapan air atau di
flashing pada stage bertingkat. Pembentukan DSP harus selesai pada tahap ini,
namun sebagian besar mineral aluminium oksida tetap terlarut dalam cairan.
5. Pemisahan dan Klarifikasi

4.2. Residue Thickener[1].

Tahap pertama dari klarifikasi adalah untuk memisahkan padatan


(residubauksit) dari pregnant liquor (natrium aluminat tetap dalam larutan)
melaluisedimentasi. Zat aditif (flocculant) ditambahkan untuk membantu proses
sedimentasi. Residu bauksit (impuritas) turun ke bagian bawah tangki pengendap
(settling tank), kemudian ditransfer ke tangki pencuci (washing tank), di mana
residu bauksit mengalami serangkaian tahapan pencucian (washing) untuk
merecoversoda kaustik (yang dapat digunakan kembali dalam proses pencernaan).
Pemisahan lebih lanjut pregnant liquor dari residu bauksit dilakukan dengan
memanfaatkan serangkaian alat filter. Tujuan dari filter adalah untuk memastikan
bahwa produk akhir tidak terkontaminasi dengan kotoran hadir dalam residu.
Tergantung pada persyaratan fasilitas penyimpanan residu, selanjutnya tahap
thickening, filtration dan/atau netralisasi dipekerjakan sebelum dipompa ke daerah
pembuangan residu bauksit.

5. Precipitation
Dalam tahap ini, alumina tersebut diperoleh dengan kristalisasi dari
pregnant liquor, yang mana larutan natrium aluminat dikondisikan menjadi
supersaturated. Proses kristalisasi dikendalikan oleh pendinginan progresif dari
pregnant liquor, menghasilkan pembentukan kristal kecil aluminium trihydroxide
(Al(OH)3, umumnya dikenal sebagai "hidrat"), yang kemudian tumbuh dan
menggumpal untuk membentuk kristal yang lebih besar. Reaksi presipitasi adalah
kebalikan dari reaksi balik gibbsite dalam tahap digestion:
Al(OH)4 - + Na+ → Al(OH)3 + Na+ + OH-
2 NaAlO2+ 4 H2O →Al2O3.3H2O + 2 NaOH

6. Evaporation
Spent liquor dipanaskan melalui serangkaian heat exchanger dan
kemudian didinginkan dalam serangkaian flash tank. Kondensat yang terbentuk
dalam pemanas tersebut kembali digunakan dalam proses, misalnya sebagai air
umpan boiler atau untuk residu mencuci bauksit. Soda kaustik tersisa dicuci dan
dikembalikan ke dalam proses digestion.

7. Classification
Kristal gibbsite yang terbentuk pada proses presipitasi diklasifikasikan ke
dalam rentang ukuran. Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan yang
cyclone atau gravity classification tank (serangkaian thickeners memanfaatkan
prinsip yang sama seperti settler/washer di clarification stage). Kristal ukuran
coarse ditujukan untuk kalsinasi setelah dipisahkan dari spent liquor
memanfaatkan filtrasi vakum, di mana padatan dicuci dengan air panas.
Kristal halus (fine crystal), setelah dicuci untuk menghilangkan kotoran organik,
yang kembali ke tahap preispitasi sebagai fine seed untuk digumpalkan
(agglomeration).
8. Calcination

4.2 Alcoa Flash Calciner


Filter cake dimasukkan ke calciners mana mereka dikalsinasi pada suhu
hingga 1100 °C untuk mengusir free moisture dan chemically-connected water,
menghasilkan padatan alumina. Ada teknologi kalsinasi yang berbeda digunakan,
termasuk suspension calciner, fluidised bed calciner dan rotary kiln. Persamaan
berikut menggambarkan reaksi kalsinasi:
Al2O3.3H2O → Al2O3 + 3H2O

Alumina, bubuk putih, adalah produk dari langkah ini dan produk akhir dari
proses Bayer, siap untuk pengiriman ke smelter aluminium atau industri kimia.
Daftar Pustaka

[1] Habashi, Fathi. 1969. Principles of Extractive Metallurgy, Volume 1


General Principles. Gordon and Breach, Science Publishers, Inc : New
York
[2] Altenpohl, Dietrich. Aluminium Dilihat dari dalam: Sebuah Pengantar ke
dalam Metalurgi dari Aluminium Pabrikasi (terjemahan bahasa Inggris).
Dusseldorf: Aluminium-Verlag, 1982.
[3] Russell, Allen S. “Aluminium.” McGraw-Hill Encyclopedia of Science &
Technology. New York: McGraw-Hill, 1997. Periodicals
[4] https://www.slideshare.net/dedendrmn/mengenal-aluminium-prosesnya
[5] http://www.madehow.com/Volume-5/Aluminum.html
[6] http://www.tomago.com.au/about-us/about-aluminium

You might also like