You are on page 1of 15

A.

Konsep Medis
1. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus (ABK).
Pendidikan secara khusus untuk penyandang tunagrahita lebih dikenal dengan sebutan
sekolah luar biasa (SLB). Pengertian tunagahita pun bermacam-macam.
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai
kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk
anak dengan hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam
segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas.
Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat ganda. Seseorang yang mempunyai
kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu. Istilah cacat ganda
yang digunakan karena adanya cacat mental yang dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya
cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat
mata). Ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran.
Namun, tidak semua anak tunagrahita memiliki cacat fisik. Contohnya pada
tunagrahita ringan. Masalah tunagrahita ringan lebih banyak pada kemampuan daya tangkap
yang kurang. Pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang memiliki
keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yang membutuhkan
perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada kemampuan yang maksimal.
Berbagai definisi telah dikemukakan oleh para ahli. Salah satu definisi yang diterima
secara luas dan menjadi rujukan utama ialah definisi yang dirumuskan Grossman (1983)
yang secara resmi digunakan AAMD (American Association on Mental Deficiency) sebagai
berikut.
“Mental retardaction refers to significantly subaverage general Intellectual
functioning resulting in or adaptive behavior and manifested during the developmental
period”. Artinya, ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata
(signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam
tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung (termanifestasi) pada masa
perkembangannya.
2. Klasifikasi Tunagrahita
Anak Tunagrahita terdiri atas beberapa klasifikasi, yaitu :
1) Tunagrahita Ringan
Anak yang tergolong dalam Tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan
kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis,
berhitung, menggambar, bahkan menjahit. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak
berkomunikasi, selain itu kondisi fisik mereka juga tidak terlihat begitu mencolok.
Mereka mampu mengurus dirinya sendiri untuk berlindung dari bahaya apapun. Karena
itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra, mereka hanya perlu
terus dilatih dan dididik.
2) Tunagrahita Sedang
Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun
mampu untuk diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir
dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, mereka paham untuk menjawab
pertanyan dari orang lain, contohnya, ia tahu siapa namanya, alamat rumah, umur, nama
orangtuanya, ,ereka akan mampu menjawab dengan jelas. Sedikit perhatian dan
pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan social anak tunagrahita sedang.
3. Tunagrahita Berat
Anak tunagrahita berat dapat disebut juga Idiot. Karena dalam kegiatan sehari-
harinya membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayananyang maksimal. Mereka
tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Asumsi anak tunagrahita sama dengan idiot tepat
digunakan jika anak tunagrahita tergolong dalam tunagrahita berat.

3. Etiologi Tunagrahita
Seseorang menjadi tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor. Para ahli membagi
faktor penyebab tersebut atas beberapa kelompok. Strauss membagi faktor penyebab
ketunagrahitaan menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen apabila letak
penyebabnya pada sel keturunan dan eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya
infeksi, virus menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain.
Cara lain yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor penyebab
ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor yang terjadi sebelum lahir
(prenatal), saat kelahiran (natal), dan setelah lahir (postnatal). Berikut ini beberapa penyebab
ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor
lingkungan.
a. Faktor keturunan
Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan, meliputi hal berikut:
1) Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat dari bentuk
dapat berupa inversi (kelainan yang menyebabkan berubahnya urutan gene karena
melihatnya kromosom; delesi (kegagalanmeiosis, yaitu salah satu pasangan tidak
membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel); duplikasi
(kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga trejadi kelebihan kromosom
pada salah satu sel lainnya) translokasi ( adanbya kromosom yang patah dan
patahnya menempel pada kromosom lain).
2) Kelainan gen. Kelainan ini terjadi pada waktu imunisasi, tidak selamanya tampak
dari luar (tetap dalam tingkat genotif). Ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk
memahaminya, yaitu kekuatan kelainan tersebut, dan tempat gena (lucos)yang
mendapat kelainan.
3) Gangguan metabolisme dan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan
individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan metabolisme dan kegagalan
pemenuhan kebutuhan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan
mental pada individu. Kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan
gizi, antara lain phenylketonuria (akibat metabolisme saccharide yang menjadi
tempat penyimpanan asam mucopolysaccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak )
dan gejala yang tampak berupa ketidak normalan tinggi badan ,kerangka tubuh yang
tidak proporsional , telapak tangan lebar dan pendek, persendian kaku, lidah lebar
dan menonjol, dan tuna grahita; cretinism (keadaan hypohydroidism kronik yang
terjadi selama masa janin atau saat dilahirkan ) dengan gejala kelainan yang tampak
adalah ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan.
4) Infeksi dan keracunan
Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih
berada didalam kandungan . penyakit yang dimaksut antara lain rubella yang
mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan pendengaran , penyakit
jantung bawaan, berat badan sangat kueang ketika lahir, syphilis bawaan, syndrome
gravidity beracun, hampir pada semua kasus berakibat ketunagrahitaan.
5) Trauma dan zat radioaktif
Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena radiasi zat
radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan. Trauma yang terjadi
pada saat dilahirkan biasanya disebabkan oleh kelahiran yang sulit sehingga
memerluka alat bantuan. Ketidaktepatan penyinaran atau radiasi sinarX selama bayi
dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microsephaly.
6) Masalah pada kelahiran
Masalah yang terjadi pada saat kelahiran,misalnya kelahiran yang disertai hypoxia
yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak ,kejang dan napas pendek.
Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang
sulit
7) Faktor lingkungan
Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab terjadinya
ketunagrahitaan. Telah banyak penelitian yang digunakan untuk pembuktian hal ini,
salah satunya adalah penemuan patton & Polloway bahwa bermacam-macam
pengalaman negatif atau kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama
periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan .
Latar belakang pendidikan orangtua sering juga dihubungkan dengan masalah-
masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya
pendidikian dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsangan poitif
dalam masa perkembangan anak menjadi penyebab salah sau timbulnya gangguan.

4. Patofisiologi
Tuna Grahita merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Tuna Grahita ini
termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (
sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70
sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area
fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri,
kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri
, kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.Penyebab Tuna
Grahita bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi
mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak

5. Manifestasi klinik Tunagrahita


Karakteristik atau ciri-ciri anak tunagrahita dapat dilihat dari segi :
1) Fisik (Penampilan)
 Hampir sama dengan anak normal
 Kematangan motorik lambat
 Koordinasi gerak kurang
 Anak tunagrahita berat dapat kelihatan
2) Intelektual
 Sulit mempelajari hal-hal akademik.
 Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal
usia 12 tahun dengan IQ antara 50 – 70.
 Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal
usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50
 Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3 – 4 tahun,
dengan IQ 30 ke bawah.
3) Sosial dan Emosi
 Bergaul dengan anak yang lebih muda.
 Suka menyendiri
 Mudah dipengaruhi
 Kurang dinamis
 Kurang pertimbangan/kontrol diri
 Kurang konsentrasi
 Mudah dipengaruh
 Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.
6. Pemeriksaam Diagnostik
a. Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant development )
b. Uji perkembangan seperti DDST II
c. Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales,v Woodcock-Johnson
Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive behaviour scales ).

7. Penatalaksanaan
a. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri
b. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
konsentrasi/gangguan hyperaktif.
c. Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
d. Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan
lingkungan yang merangsang pertumbuhan

8. Upaya Pencegahan Tunagrahita


Beberapa alternatif upaya pencegahan timbulnya ketunagrahitaan adalah sebagai berikut :
1. Diagnostik prenatal
Adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memeriksa kehamilan. Dengan usaha
ini diharapkan dapat ditemukan kemungkinan adanya kelainan-kelainan pada janin, baik
berupa kelainan kromosom maupun kelainan enzim yang diperlukan bagi perkembangan
janin. Seandainya ditemukan adanya kelainan, maka tindakan selanjutnya diserahkan
kepada ibu hamil atau keluarganya atau pertimbangan-pertimbangan dari dokter ahli
dalam masalah tersebut.
2. Imunisasi
Dilakukan terhadap ibu hamil maupun anak-anak balita. Dengan imunisasi ini
dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang menganggu perkembangan
bayi/anak.
3. Tes darah
Dilakukan terhadap pasangan-pasangan yang akan menikah untuk menghindari
kemungkinan menurunkan benih-benih yang berkelainan.
4. Pemeliharaan kesehatan
Terutama bagi ibu-ibu hamil. Hal ini terutama menyangkut pemeriksaan
kesehatan selama hamil, penediaan gizi/nutrisi serta vitamin yang memadai, menghindari
radiasi, dan sebagainya.
5. Program KB
Diperlukan untuk mengatur kehamilan dan menciptakan keluarga yang sejahtera
baik dalam segi fisik maupun psikis. Keluarga kecil lebih memungkinkan terbinanya
hubungan afeksi yang relative lebih baik serta terjaminnya kebutuhan fisik yang relative
lebih baik pula.
6. Sanitasi lingkungan
Terjaganya suatu lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga dapat mencegah
timbulnya penyakit-penyakit yang membahayakan perkembangan anak.
7. Penyuluhan genetik
Yaitu suatu usaha mengkomunikasikan berbagai informasi yang berkaitan
dengan masalah genetika dan masalah-masalah yang ditimbulkannya. Ini dapat dilakukan
melalui media cetak, elektronik, maupun secara langsung melalui posyandu atau klinik-
klinik kesehatan.
8. Tidakan operasi
Diperlukan terutama bagi kelahiran dengan resiko tinggi untuk mencegah
kelainan-kelainan yang ditimbulkan pada waktu kelahiran.
9. Intervensi dini
Program ini diperlukan terutama bagi para orang tua agar secara dini dapat
membantu perkembangan anak-anaknya.

9. Permainan bagi Tuna Grahita


Beberapa model permainan yang menekankan pada pengembangan kecerdasan dan
motorik halus yang cenderung bersifat individual, antara lain sebagai berikut:
1) Latihan menuangkan air
2) Latihan menyusun
3) Bermain pasir
4) Bermain tanah liat
5) Meronce manic manic
6) Latihan melipat
7) Mengelem dan menempel
8) Menggunting dan memotong
9) Latihan menyobek
10) Jarum dan benang.
Model permainan lain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan anak
tunagrahita, yaitu bermain mengandung unsur olahraga. Misalnya, berjalan diatas bangku dan
latihan lain yang menggunakan alat, misalnya menendang bola.
Khusus yang sifatnya kelompok, pengembangan aktivitas bermain pada anak
tunagrahita materinya dapat digali dari permainan-permainan tradisional, pendidikan
olahraga, atau kombinasi keduanya. Misalnya bermain jala ikan, kucing dan tikus, dan
lainnya.

7. Strategi dan Media bagi Anak Tunagrahita


a. Strategi
Strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunagrahita pada prinsipnya tidak
berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Pada prinsipnya menentukan strategi
pembelajaran harus memperhatikan tujuan pelajaran, karakteristik murid dan ketersediaan
sumber (fasilitas). Strategi yang efektif pada anak tunagrahita belum tentu akan baik bagi
anak normal dan anak berinteligensi tinggi.
Strategi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan
berbeda dengan strategi pembelajaran bagi mereka yang belajar di sekolah luar biasa.
Berikut penjelasan tentang macam-macam strategi pengajaran untuk anak tunagrahita:
1) Strategi pengajaran yang diindividualisasikan
Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan berbeda maknanya dengan
pengajaran individual. Pengajaran individual adalah pengajaran yang diberikan kepada
seorang demi seorang dalam waktu tertentu dan ruang tertentu pula, sedangkan
pengajaran yang diindividualisasikan diberikan kepada tiap murid meskipun mereka
belajar bersama dengan bidang studi yang sama, tetapi kedalaman dan keluasan materi
pelajaran disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tiap anak.
2) Strategi kooperatif
Strategi kooperatif memiliki keunggulan, seperti meningkatkan sosialisasi antara
anak tunagrahita dengan anak normal, menumbuhkan penghargaan dan sikap positif anak
normal terhadap prestasi belajar anak tunagrahita sehingga memungkinkan harga diri
anak tunagrahita meningkat, dan memberi kesempatan pada anak tunagrahita untuk
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.
Dalam pelaksanaannya guru harus memiliki kemampuan merumuskan tujuan
pembelajaran, seperti untuk meningkatkan kemampuan akademik dan lebih-lebih untuk
meningkatkan keterampilan bekerja-sama.
3) Strategi modifikasi tingkah laku
Strategi ini digunakan apabila menghadapi anak tunagrahita sedang ke bawah atau
anak tunagrahita dengan gangguan lain. Tujuan strategi ini adalah mengubah,
menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak baik ke tingkah laku yang baik.
Dalam pelaksanaannya guru harus terampil memilih tingkah laku yang harus
dihilangkan. Sementara itu perlu pula teknik khusus dalam melaksanakan modifikasi
tingkah laku tersebut, seperti reinforcement.
Reinforcement ini merupakan hadiah untuk mendorong anak agar berperilaku
baik. Reinforcement dapat berupa pujian, hadiah atau elusan. Pujian diberikan apabila
siswa menunjukkan perilaku yang dikehendaki oleh guru. Dan pemberian reinforcement
itu makin hari makin dikurangi agar tidak terjadi ketergantungan.
b. Media
Media pembelajaran yang digunakan pada pendidikan anak tunagrahita tidak
berbeda dengan media yang digunakan pada pendidikan anak biasa. Hanya saja
pendidikan anak tunagrahita membutuhkan media seperti alat bantu belajar yang lebih
banyak mengingat keterbatasan kecerdasan intelektualnya. Alat-alat khusus yang ada
diantaranya adalah alat latihan kematangan motorik berupa form board, puzzle; latihan
kematangan indra, seperti latihan perabaan, penciuman; alat latihan untuk mengurus diri
sendiri, seperti latihan memasang kancing, memasang retsluiting; alat latihan
konsentrasi, seperti papan keseimbangan, alat latihan membaca, berhitung, dan lain-lain.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Perawat dalam tiap tatanan dan bidang kerjanya sangat berperan dalam
melakukan pengkajian keperawatan pada anak-anak dengan tunagrahita. Pengkajian
keperawatan meliputi aspek fisik, psikologis dan sosial, yang terutama dapat dilakukan
pada saat kunjungan rumah atau kunjungan kesehatan sekolah. Sehingga data baik dari
orang tua anak maupun guru sangat berguna untuk perencanaan keperawatan selanjutnya.
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi : Riwayat kesehatan, riwayat penyakit
sebelumnya, perkembangan personal dan sosial, perkembangan kognitif, keterampilan
bahasa, perkembangan motorik dan sensorik, dan lingkungan tempat anak tinggal dan
belajar.
Riwayat kesehatan : perawat perlu mengumpulkan data dari orang tua anak
mengenai keluhan dan perilaku anak di rumah.
Masalah fisik seperti alergi, nafsu makan, masalah eliminasi, penyakit infeksi
yang baru diderita, dan masalah pernapasan bagian atas, serta penyakit yang biasa
dialami anak juga perlu diproleh dari orang tua.
Riwayat penyakit sebelumnya : meliputi riwayat operasi dan pengobatan,
kebiasaan anak (bicara, emosi, tiks dan riwayat perkembangan dan pendidikan). Sangat
penting untuk mengetahui usia anak pada tiap tahap perkembangan : kapan anak mulai
berjalan, berbicara, makan dan berpakaian sendiri. Begitu pula informasi mengenai
masalah prenatal dan perinatal ibu perlu dikaji. jika memungkinkan catatan kesehatan
bayi ketika baru lahir perlu diketahui. Menurut Capute 89 % anak-anak didiagnosa
sebagai tunagrahita pada usia sekolah
Riwayat perkembangan personal dan social : Gejala yang terlihat pada anak
tunagrahita melalui ketidakmatangan perilaku sosialnya, dimana mereka lebih suka
bermain dengan anak yang lebih kecil. Anak-anak tunagrahita mungkin tidak berbicara
dan melakukan sesuatu sesuai dengan tingkat usia mereka. Mungkin berperilaku “acting
out” atau sebaliknya menarik diri dari anak-anak lain. Pada umumnya mereka memiliki
konsep diri yang rendah dan mudah frustasi serta menangis.
Perkembangan kognitif
Anak-anak yang bermasalah dalam belajar, tidak mampu mentransfer hal-hal
yang telah dipelajarinya dari satu situasi ke situasi lainnya. Mereka belajar bahwa langit
berwarna biru, tetapi tidak dapat mengenal rumah atau mobil yang berwarna biru. Anak-
anak tunagrahita juga tidak dapat berfikir secara abstrak, seperti kematian, surga, dan
Tuhan. Begitu pula mereka tidak dapat membandingkan obyek yang besar dan kecil
tanpa melihat obyek secara langsung. Daya konsentrasi mereka terbatas, tidak mampu
mengingat sesuai dengan baik dan bermasalah untuk mengenal hal-hal baru.
Keterampilan berbahasa
Anak-anak tunagrahita pada umumnya tidak berketerampilan menggunakan
bahasa dengan baik. Mereka biasanya mengalami kesulitan mengkomunikasikan sesuatu
sehingga sulit dimengerti dan umumnya mereka mungkin tidak mampu untuk mengingat
instruksi atau perintah verbal secara berurutan.
Perkembangan motorik dan sensorik
Perkembangan motorik mungkin terbatas, sehingga anak mudah jatuh. Jika
melakukan kegiatan yang memerlukan keterampilan motorik, perhatiannya mungkin
teralih pada hal lain dan mereka tidak mampu mengikuti pengarahan berkaitan dengan
kegiatan motorik. Anak tersebut tidak mau melakukan kegiatan baru tetapi hanya
melakukan hal yang sama berulangkali. Anak tunagrahita tidak seaktif anak lain dan
hanya sering duduk sendirian. Kadang-kadang mereka melakukan gerakan-gerakan yang
sama berulang-ulang seperti membenturkan kepalanya, menggerak-gerakkan tangannya
dan mengayun tubuhnya ke depan dan ke belakang.
Lingkungan tempat tinggal dan belajar
Sangat penting untuk dikaji oleh perawat hal-hal sebagai berikut
(1). Perlengkapan : tempat tidur, kursi, toilet, lemari pakaian. Apakah tingginya dapat
dicapai oleh anak ? Apakah anak terlindungi dari kemungkinan celaka ?
(2). Perlengkapan bermain : apakah anak mempunyai mainan yang sesuai ? Apakan
mainan tersebut menstimulus anak untuk bermain? Apakah ada tempat bermain
yang leluasa ?
(3). Orang-orang yang berarti bagi anak : Apakah ada orang dekat yang mendukung
perkembangan anak ? Apakah anak diberi kesempatan untuk memilih dan belajar
mandiri ? Apakah anak disiplin ? Apakah ada orang yang dapat mengajarkan
keterampilan melakukan kegiatan sehari-hari ?

2. D I A G N O S A K E P E R A W A T A N
1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan
fungsi kognitf
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
retardasi mental.

3. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan atrofi hemisfer kiri


(disfungsi otak).
4. Kurang pengetahuan (pada keluarga tentang penyakit) b.d. kurang
paranan informasi
5. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan
perkembangan

3. Intervensi

a. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan


fungsi kognitf.

Intervensi keperawatan / rasional.

1) Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayii untuk
2) membantu memaksimalkan perkembangan anak.
3) Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang
terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar sehingga rencana
perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
4) Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk mendorong
keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
5) Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak karena hal
ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
6) Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera setelah anak
mencapai kesiapan.
7) Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal.
8) Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak lain.
b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
retardasi mental.

Intervensi keperawatan / rasional.

1) Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah
kelahiran.
2) Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi pemberian informasi.
3) Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga tentang kondisii anak.
4) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah,
beri kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua alternatif residensial
sebelum membuat keputusan.
5) Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai
masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
6) Tekankan karakteristik normal anak untuk membantu keluarga melihat anak
sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing-masing.

c. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan atrofi hemisfer kiri


(disfungsi otak).
1) Buat interaksi terjadwal
2) Dorong pasien ke kelompok atau program keterampilan interpersonal yang
membantu meningkatkan pemahaman tentang pertukaran informasi atau
sosialisasi, jìka perlu
3) Identifikasi perubahan perilaku tertentu
4) Berikan umpan balik positif jika pasien berinteraksi dengan orang lain
5) Fasilitas pasien dalam memberi masukan dan membuat perencanaan
6) Anjurkan bersikap jujur dan apa adanya dalam berintraksi dengan orang lain
7) Anjurkan menghargai orang lain
8) Bantu pasien meningkatkan kesadaran tentang kekuatan dan keterbatasan
dalam berkomunikasi dengan orang lain
9) Gunakan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan dan teknik
berkomunikasi
DAFTAR PUSTAKA

Adil, Nasrun. 1994. Hubungan Kemampuan Berbicara dengan Penyesuaian Sosial Anak
Tunagrahita Ringan. Medan: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
http://rianande.blogspot.co.id/2013/11/anak-berkebutuhan-khusus-
tunagrahita_24.html(diakses tanggal 03 april 2018,
20:05 WITA)
Ciptono, dkk. 2009. Guru Luar Biasa. PT.Mizan Publika
http://nailarahma-plbuns2012.blogspot.com (diakses tanggal 03 april 2018,
18:03 WITA)
Fattah. N. M.A. (2002). Kumpulan Kuliah Psikiatri. Makassar. Program pendidikan Ners FK-
UNHAS. h. 42,44. http://asuhankeperawatan05.blogspot.co.id/2013/12/retardasi-
mental.html (diakses tanggal 03 april 2018,
20:00 WITA)
Muttaqin.2008. Buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta
: salemba medika.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

You might also like