Professional Documents
Culture Documents
Resume Tuna Grahita
Resume Tuna Grahita
Konsep Medis
1. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus (ABK).
Pendidikan secara khusus untuk penyandang tunagrahita lebih dikenal dengan sebutan
sekolah luar biasa (SLB). Pengertian tunagahita pun bermacam-macam.
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai
kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk
anak dengan hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam
segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas.
Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat ganda. Seseorang yang mempunyai
kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu. Istilah cacat ganda
yang digunakan karena adanya cacat mental yang dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya
cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat
mata). Ada juga yang disertai dengan gangguan pendengaran.
Namun, tidak semua anak tunagrahita memiliki cacat fisik. Contohnya pada
tunagrahita ringan. Masalah tunagrahita ringan lebih banyak pada kemampuan daya tangkap
yang kurang. Pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang memiliki
keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yang membutuhkan
perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada kemampuan yang maksimal.
Berbagai definisi telah dikemukakan oleh para ahli. Salah satu definisi yang diterima
secara luas dan menjadi rujukan utama ialah definisi yang dirumuskan Grossman (1983)
yang secara resmi digunakan AAMD (American Association on Mental Deficiency) sebagai
berikut.
“Mental retardaction refers to significantly subaverage general Intellectual
functioning resulting in or adaptive behavior and manifested during the developmental
period”. Artinya, ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata
(signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam
tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung (termanifestasi) pada masa
perkembangannya.
2. Klasifikasi Tunagrahita
Anak Tunagrahita terdiri atas beberapa klasifikasi, yaitu :
1) Tunagrahita Ringan
Anak yang tergolong dalam Tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan
kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis,
berhitung, menggambar, bahkan menjahit. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak
berkomunikasi, selain itu kondisi fisik mereka juga tidak terlihat begitu mencolok.
Mereka mampu mengurus dirinya sendiri untuk berlindung dari bahaya apapun. Karena
itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra, mereka hanya perlu
terus dilatih dan dididik.
2) Tunagrahita Sedang
Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun
mampu untuk diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir
dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, mereka paham untuk menjawab
pertanyan dari orang lain, contohnya, ia tahu siapa namanya, alamat rumah, umur, nama
orangtuanya, ,ereka akan mampu menjawab dengan jelas. Sedikit perhatian dan
pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan social anak tunagrahita sedang.
3. Tunagrahita Berat
Anak tunagrahita berat dapat disebut juga Idiot. Karena dalam kegiatan sehari-
harinya membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayananyang maksimal. Mereka
tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Asumsi anak tunagrahita sama dengan idiot tepat
digunakan jika anak tunagrahita tergolong dalam tunagrahita berat.
3. Etiologi Tunagrahita
Seseorang menjadi tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor. Para ahli membagi
faktor penyebab tersebut atas beberapa kelompok. Strauss membagi faktor penyebab
ketunagrahitaan menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen apabila letak
penyebabnya pada sel keturunan dan eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya
infeksi, virus menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain.
Cara lain yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor penyebab
ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor yang terjadi sebelum lahir
(prenatal), saat kelahiran (natal), dan setelah lahir (postnatal). Berikut ini beberapa penyebab
ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor
lingkungan.
a. Faktor keturunan
Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan, meliputi hal berikut:
1) Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat dari bentuk
dapat berupa inversi (kelainan yang menyebabkan berubahnya urutan gene karena
melihatnya kromosom; delesi (kegagalanmeiosis, yaitu salah satu pasangan tidak
membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel); duplikasi
(kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga trejadi kelebihan kromosom
pada salah satu sel lainnya) translokasi ( adanbya kromosom yang patah dan
patahnya menempel pada kromosom lain).
2) Kelainan gen. Kelainan ini terjadi pada waktu imunisasi, tidak selamanya tampak
dari luar (tetap dalam tingkat genotif). Ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk
memahaminya, yaitu kekuatan kelainan tersebut, dan tempat gena (lucos)yang
mendapat kelainan.
3) Gangguan metabolisme dan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan
individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan metabolisme dan kegagalan
pemenuhan kebutuhan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan
mental pada individu. Kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan
gizi, antara lain phenylketonuria (akibat metabolisme saccharide yang menjadi
tempat penyimpanan asam mucopolysaccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak )
dan gejala yang tampak berupa ketidak normalan tinggi badan ,kerangka tubuh yang
tidak proporsional , telapak tangan lebar dan pendek, persendian kaku, lidah lebar
dan menonjol, dan tuna grahita; cretinism (keadaan hypohydroidism kronik yang
terjadi selama masa janin atau saat dilahirkan ) dengan gejala kelainan yang tampak
adalah ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan.
4) Infeksi dan keracunan
Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih
berada didalam kandungan . penyakit yang dimaksut antara lain rubella yang
mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan pendengaran , penyakit
jantung bawaan, berat badan sangat kueang ketika lahir, syphilis bawaan, syndrome
gravidity beracun, hampir pada semua kasus berakibat ketunagrahitaan.
5) Trauma dan zat radioaktif
Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena radiasi zat
radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan. Trauma yang terjadi
pada saat dilahirkan biasanya disebabkan oleh kelahiran yang sulit sehingga
memerluka alat bantuan. Ketidaktepatan penyinaran atau radiasi sinarX selama bayi
dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microsephaly.
6) Masalah pada kelahiran
Masalah yang terjadi pada saat kelahiran,misalnya kelahiran yang disertai hypoxia
yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak ,kejang dan napas pendek.
Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang
sulit
7) Faktor lingkungan
Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab terjadinya
ketunagrahitaan. Telah banyak penelitian yang digunakan untuk pembuktian hal ini,
salah satunya adalah penemuan patton & Polloway bahwa bermacam-macam
pengalaman negatif atau kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama
periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan .
Latar belakang pendidikan orangtua sering juga dihubungkan dengan masalah-
masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya
pendidikian dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsangan poitif
dalam masa perkembangan anak menjadi penyebab salah sau timbulnya gangguan.
4. Patofisiologi
Tuna Grahita merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Tuna Grahita ini
termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (
sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70
sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area
fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri,
kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri
, kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.Penyebab Tuna
Grahita bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi
mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak
7. Penatalaksanaan
a. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri
b. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
konsentrasi/gangguan hyperaktif.
c. Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
d. Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan
lingkungan yang merangsang pertumbuhan
2. D I A G N O S A K E P E R A W A T A N
1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan
fungsi kognitf
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
retardasi mental.
3. Intervensi
1) Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayii untuk
2) membantu memaksimalkan perkembangan anak.
3) Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang
terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar sehingga rencana
perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
4) Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk mendorong
keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
5) Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak karena hal
ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
6) Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera setelah anak
mencapai kesiapan.
7) Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal.
8) Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak lain.
b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
retardasi mental.
1) Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah
kelahiran.
2) Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi pemberian informasi.
3) Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga tentang kondisii anak.
4) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah,
beri kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua alternatif residensial
sebelum membuat keputusan.
5) Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai
masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
6) Tekankan karakteristik normal anak untuk membantu keluarga melihat anak
sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing-masing.
Adil, Nasrun. 1994. Hubungan Kemampuan Berbicara dengan Penyesuaian Sosial Anak
Tunagrahita Ringan. Medan: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
http://rianande.blogspot.co.id/2013/11/anak-berkebutuhan-khusus-
tunagrahita_24.html(diakses tanggal 03 april 2018,
20:05 WITA)
Ciptono, dkk. 2009. Guru Luar Biasa. PT.Mizan Publika
http://nailarahma-plbuns2012.blogspot.com (diakses tanggal 03 april 2018,
18:03 WITA)
Fattah. N. M.A. (2002). Kumpulan Kuliah Psikiatri. Makassar. Program pendidikan Ners FK-
UNHAS. h. 42,44. http://asuhankeperawatan05.blogspot.co.id/2013/12/retardasi-
mental.html (diakses tanggal 03 april 2018,
20:00 WITA)
Muttaqin.2008. Buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta
: salemba medika.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.