Professional Documents
Culture Documents
1.Pendahuluan
Sebagai pajak objektif dengan tarif tunggal,Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bersifat
regresif,tanpa kecuali setiap orang yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena
Pajak (JKP) di Indonesia dikenakan pajak dengan tarif yang sama.Untuk mengurangi sifat
regresivitas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) maka juga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM).
Adapun kriteria Barang Kena Pajak (BKP) dapat di golongkan menjadi Barang Kena Pajak
(BKP) yang tergolong mewah yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
adalah:
a. Penyerahan BKP yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan
BKP yang tergolong mewah tersebut di dalam Daerah Pabean dalam lingkungan perusahaan
atau pekerjaannya.
b. Impor BKP yang tergolong mewah.
Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapat ditetapkan dalam berupa kelompok tarif,yaitu
tarif yang paling rendah 10% dan yang paling tinggi 200%.Pada saat ini tarif Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM) dikelompokkan sebagai berikut:
1
a. Kelompok Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong mewah selai kendaraan bermotor yang
dikenakan PPnBM dengan tarif sebagai berikut:
Kelompok 1 Tarif 10%
Kelompok 2 Tarif 20%
Kelompok 3 Tarif 30%
Kelompok 4 Tarif 40%
Kelompok 5 Tarif 50%
Kelompok 6 Tarif 75%
b. Kelompok Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong mewah kendaraan bermotor yang
dikenakan PPnBM dengan tarif sebagai berikut:
Kelompok 1 Tarif 10%
Kelompok 2 Tarif 20%
Kelompok 3 Tarif 30%
Kelompok 4 Tarif 40%
Kelompok 5 Tarif 50%
Kelompok 6 Tarif 60%
Kelompok 7 Tarif 75%
Di samping pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1),dikenakan juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah terhadap:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang
menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya
b. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.
Atas penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah oleh produsen atau atas impor
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah,disamping dikenai Pajak Pertambahan Nilai,dikenai juga
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengaan pertimbanagan bahwa:
a. Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dan
konsumen yang berpenghasilan tinggi.
b. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.
c. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional.
d. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara.
2
1. Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok.
2. Barang yang dikonsumsi masyarakat tertentu.
3. Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi.
4. Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.
Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah tidak memperhatikan siapa yang mengimpornya serta tidak memperhatikan apakah impor
tersebut dilakukan secara terus-menerus atau hanya sekali.
Yang termasuk dalam pengertian menghasilkan pada ayat ini adalah kegiatan:
a. Merakit yaiitu menggabungkan barang lepas dari suatu barang setengah jadi atau barang
jadi,seperi merakit mobil,perabot rumah tangga,dll.
b. Memasak yaitu mengolah barang dengan cara memanaskan baik dicampur bahan lain maupun
tidak.
c. Mencampur yaitu mempersatukan dua atau lebih unsur untuk mengahasilakan satu atau lebih
barang lain.
d. Mengemas yaitu menempatkan suatu barang ke dalam suatu benda untik melisndunginya dari
kerusakan dan untuk meningkatkan pemasarannya.
e. Menbotolkan yaitu memasukkan minuman atau bahan cair ke dalam botol yang di tutup
menurut cara tertentu.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan hanya satu kali pada waktu penyerahan Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah pada saat impor Baranh Kena Pajak yang tergollong
mewah.Prinsip pemungutan hanya satu kali saja yaitu pada waktu:
a. Penyerahan oleh pabrikan atau produsen Barang Kena Pajak yang terholong mewah.
b. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.
Contoh PT Sinar selaku importir memasukkan 1000 unit lemari es dengan harga impor (CIF)
USD500.000. Atas kegiatan impor terutang Bea Masuk 50%,PPN 10%,PPnBM 20%. Diketahui
nilai kurs USD1=Rp2000 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.
Dasar pengenaan Pajak untuk menghitung PPN dan PPnBM atas impor:
3
Nilai Impor Rp 1.500.000.000
Apabila kemudian importir menyerahkan lemari es tersebut kepada distributor dengan harga per unit
adalah Rp2.800.000.maka distributor akan membayar termasuk PPN sebagai berikut:
Jumlah Rp 3.050.000