You are on page 1of 5

FOREVER WITH ISLAM

PART 1 – BE 100%
Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh, karena ia diturunkan dari sang Khaliq, Allah
SWT. Islam bersifat syâmil (meliputi segala sesuatu) dan kâmil (sempurna). Sebagai agama yang
syâmil, Islam menjelaskan semua hal dan mengatur segala perkara: akidah, ibadah, akhlak,
makanan, pakaian, mumamalah, ‘uqûbât (sanksi hukum), dll. Tak ada satu perkara pun yang luput
dari pengaturan Islam. Hal ini Allah SWT tegaskan di dalam al-Quran:

‫ب َعلَيْكََ َون ََّز ْلنَا‬


ََ ‫ل تِ ْبيَانًا ْال ِكتَا‬
َِ ‫ش ْيءَ ِل ُك‬
َ

Kami telah menurunkan kepada kamu al-Quran sebagai penjelas segala sesuatu (TQS an-Nahl
[16]: 89).

Islam sekaligus merupakan agama yang kâmil (sempurna), yang tidak sedikit pun memiliki
kekurangan. Hal ini Allah SWT tegaskan dalam firman-Nya:

َ‫ضيتَُ نِ ْع َمتِي َعلَ ْي ُك َْم َوأَتْ َم ْمتَُ دِينَ ُك َْم لَ ُك َْم أ َ ْك َم ْلتَُ ْاليَ ْو َم‬ ِ ْ ‫دِينًا‬
ِ ‫اْلس ََْل ََم لَ ُك َُم َو َر‬

Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian (Islam), telah melengkapi
atas kalian nikmat-Ku dan telah meridhai Islam sebagai agama bagi kalian (TQS al-Maidah [5]:
3).

Islam juga laksana tali yang kuat dan tidak akan putus kecuali apabila muslim melaksanakan
ajaran Islam layaknya orang Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), yaitu mengimani sebagian ajaran
dan mengufuri sebagian ajaran yang lain. Hal ini tidaklah sesuai dengan perintah Allah SWT,
seperti dalam firman Allah Ta’ala:

‫الس ْل َِم فِي ا ْد ُخلُوا آَ َمنُوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬


ِ ً‫ل كَافَّ َة‬
ََ ‫ت تَتَّبِعُوا َو‬ ُ ‫ان ُخ‬
َِ ‫ط َوا‬ َ ‫ش ْي‬
َِ ‫ط‬ َّ ‫ُمبِينَ َعدُوَ لَ ُك َْم إِنَّ َهُ ال‬

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah

kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS.
Al Baqarah: 208)
Berdasarkan ayat diatas, Allah SWT memerintahkan seorang muslim untuk berislam secara kaffah
atau melaksanakan secara 100%. Menurut Imam al-Zamakhsyari, ayat tersebut menyerukan
bentuk ketaatan dan ketundukan kepada Allah secara total karena sebagian Ahli Kitab masih ada
yang beriman kepada nabi dan kitab mereka, dan karena orang munafik hanya beriman sebatas
lisan saja. Dalam sebuah riwayat dinyatakan, bahwa “Abdullah bin Salam pernah meminta izin
kepada Nabi SAW untuk menunaikan hari Sabat, dan membaca kitab Taurat dalam shalatnya.”
Islam tidak menginginkan bentuk ketaatan yang separuh-separuh dan tidak total. Jadi, pengertian
as-silm dan kaffah terkait dengan bentuk penghambaan yang total kepada Allah SWT. As-silm
memberikan pengertian tentang cara keberagamaan yang total untuk tunduk kepada sang Khaliq
secara menyeluruh.

Kemudian dalam kalimat setelahnya bahwa Allah berfirman, ‘”Janganlah kamu turuti langkah-
langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” Hal ini bisa dengan mudah
kita temui di sistem kehidupan sekarang. Misalnya seseorang dikenal sebagai ahli dzikir dalam
hubungannya dengan Allah SWT namun masih keukeuh menggunakan riba sebagai pengaturan
keuangannya. Atau seorang wanita yang dikenal sebagai hafidz namun masih melakukan pacaran
sebagai upaya mencari jodoh. Ketika seorang muslim melaksankan Islam secara parsial maka
tidaklah mengikuti melainkan apa yang syaithan inginkan, sehingga ia pun tejerumus kedalam
kemaksiatan.

PART 2 – KESELURUHAN DALAM DIMENSI KEHIDUPAN

Islam tidak hanya mengatur urusan ibadah ritual saja, tetapi Islam adalah sebuah sistem. Sistem
di sini lah yang akan digunakan untuk mengatur kehidupan manusia. Seperti dalam kajian Mocca
kemarin, sudah dibahas mengenai sistem Islam yang mempunyai dimensi-dimensi dalam sistem
kehidupan di dalamnya:

Ada 3 dimensi sistem kehidupan yang diatur dalam Islam:

Dimensi pertama yaitu dimensi yg mengatur hubungan manusia dengan Allah yaitu dimensi
pertama terdiri dari (1) Aqidah dan (2) Ibadah.
Dimensi kedua adalah dimensi yg mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dimensi
kedua terdiri dari:

1. Makanan (wajib makan yg halal)

2. Minuman (wajib minum yg halal)

3. Pakaian (wajib nutup aurat)

4. Akhlak (Akhlakul Karimah)

Dimensi ketiga, adalah dimensi yg mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya
termasuk dengan alam, dimensi ketiga terdiri dari:

1. Ekonomi

2. Sosial

3. Politik

4. Hukum

5. Hankam

6. Hubungan internasional, dll

Inilah yang membedakan Islam dengan agama lain, tapi kebanyakan umat Islam sekarang hanya
mengetahui dan menjalankan dimensi pertama dan kedua, yang berkaitan dengan ibadah ritual
dan bersifat fardlu ‘ain. Sedangkan dimensi ketiga yang masuk dalam ranah fardlu kifayah
dianggap sebagai sesuatu yang bisa dipilih, bisa dilaksanakan ataukah tidak.

Contohnya dapat kita lihat pada surat AlBaqoroh ayat 183 ini “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa…..”
Lalu jika kita mundur beberapa ayat, lebih tepatnya mundur lima ayat, maka kita akan menjumpai
Al Baqoroh ayat 178 yang berbunyi sebagai berikut : Wahai orang-orang yang beriman,
Diwajibkan atas kamu hukum qishash ……”

Dari perbandingan kedua ayat diatas, keduanya sama-sama berawalan perintah yang ditujukan
pada orang-orang beriman dan diwajibkan atas kamu… Namun masyarakat menganggap puasa
adalah kewajiban, namun qishosh adalah hukum yang opsional, malahan menganggap perintah
qishosh tidak sesuai dengan zaman sekarang. Perintah dalam ayat diatas keduanya sama-sama
diwajibkan kepada orang-orang beriman dan ketika tidak dilakukan maka orang-orang beriman
akan mendapat murka dari Allah.

Padahal, komposisi kewajiban dalam Islam bisa dikatakan 90% berkaitan soal dimensi ketiga,
sisanya berkaitan dengan dimensi pertama dan kedua. Hal ini bisa kita cek dalam kehidupan
sehari-hari: Apakah kita lebih banyak menghabiskan waktu dan berinteraksi di dimensi pertama,
kedua, atau ketiga yang berkaitan dengan masyarakat?

Dimensi pertama dan dimensi kedua bisa dilakukan secara perorangan, tetapi dimensi ketiga
butuh sebuah institusi yang mempunyai kewenangan penuh untuk menjamin dilaksanakannya
semua aturan di dimensi ketiga, insitusi itulah yg disebut negara. Jadi kalau umat Islam mau
secara total menjalankan syariat Islam, harus terpenuhi ketiga dimensi itu, dan khusus dimensi
yang ketiga, butuh peran negara.

Wanita (An-Nisā):125 - Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.

Keluarga Imran (Āli `Imrān):19 - Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan
kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. "Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya".
Keluarga 'Imran ('Āli `Imrān):85 - Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-
kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.

PART 3 – TAK BOLEH BERDIAM DIRI

You might also like