Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
dr. Anissa Nadya Karmelita
Dokter Pendamping:
dr. H. Faisal, MARS
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat
dah hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan mini project ini dengan baik. Penulis
melaksanakan mini project untuk memenuhi tugas program Dokter Internship serta
menambah wawasan dan keterampilan di bidang kesehatan masyarakat.
Dengan rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. H. Faisal, MARS, selaku pembimbing dan Kepala UPTD Puskesmas DTP Pulomerak
2. Hj.Widiastuti, SST,Keb selaku koordinator program tuberkulosis di UPTD Puskesmas
DTP Pulomerak.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan mini project ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa mini project ini tidak sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan masukan demi perbaikan selanjutnya. Penulis berharap
agar mini project ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi masalah masih rendahnya angka penemuan kasus TB
dilingkungan Pulomerak
2. Mencari upaya untuk menyelesaikan masalah atau alternatif lainnya agar angka
kesuksesan pengobatan TB meningkat hingga melebihi target yang ditentukan
1.4. Manfaat
Manfaat untuk Puskesmas
1. Teridentifikasi masalah rendahnya angka penemuan kasus tuberkulosis
dilingkungan puskesmas Pulomerak
2. Ditemukan penyebab rendahnya angka kesuksesan pengobatan
3
tuberkulosis dilingkungan Pulomerak
3. Mendapatkan pembelajaran dan masukan dari laporan yang telah terselesaikan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri
berbentuk batang bersifat aerob yang tahan asam (BTA), Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri TB dapat menyerang berbagai organ di tubuh, terutama menyerang paru-paru.
Namun dapat juga menyerang tulang, persendian, kelenjar dan lainnya.2
2. Epidemiologi
Penyebaran kasus TB didunia tidak merata. 86% dari total kasus TB ditanggung oleh
negara yang sedang berkembang. 55% dari seluruh kasus TB berada di benua Asia, 31% di
benua Afrika dan 14% sisanya tersebar di benua-benua lainnya. WHO telah menetapkan 22
negara yang dianggap sebagai High-burden countries dengan jumlah penderita TB terbanyak
dan Indonesia masuk kedalam 22 negara tersebut, sehingga perlu pemantauan lebih untuk
menanggulangkan dan menyelesaikan kasus TB tersebut.
Walaupun jumlah kematian TB turun 22% antara tahun 2010 dan 2015, TB tetap
merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Berdasarkan laporan
WHO dalam Global Report 2015, indonesia berada pada peringkat ke 2 penderita TB
terbanyak di dunia setelah India yang menduduki peringkat pertama. Kemudian disusul oleh
China, Nigeria dan Pakistan
3. Etiologi
Bakteri utama penyebab penyakit tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. M.
tuberculosis berbentuk basil atau batang ramping lurus yang berukuran kira-kira 0,2-0,4 x 2-10
µm, dan termasuk gram positif. Mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama beberapa tahun.
Pada medium kultur, koloni bakteri ini berbentuk kokus dan filamen. Identifikasi terhadap
bakteri ini dapat dilakukan melalui pewarnaan tahan asam metode ziehl-neelsen maupun
tanzil, yang mana tampak sebagai basil berwarna merah di bawah mikroskop.
5
4. Penularan
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif, pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada tidaknya sinar UV,
ventilasi yang buruk dan kelembaban. Seseorang dapat tertular bila droplet itu terhirup ke
dalam saluran pernapasan.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita itu dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
5. Patofisiologi
► Tuberkulosis Primer
Bila droplet terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas atau jaringan
paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel <5 mikrometer. Selanjutnya
kuman akan dihadapi oleh neutrofil, lalu oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati
atau dibersihkan keluar oleh makrofag bersama gerakan silia dengan sekretnya.
6
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag, bersarang di jaringan paru akan membentuk suatu sarang
pneumonik, yang disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (focus) Ghon.
Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru. Dari sarang primer
akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
nasib sebagai berikut:
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara:
Ø Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus
medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada
saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis.
Ø Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya.
Ø Kuman juga dapat tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.
Ø Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan
daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman
►Tuberkulosis Pasca-Primer
Dari tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-
primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama
yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama
menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan.
Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di
segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Nasib sarang pneumonik ini
akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut:
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat.
7
2. Sarang tadi mula-mula meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kavitas bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).
Kavitas akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas
awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kavitas
sklerotik).
6. Pemeriksaan pasien TB
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit tuberkulosis paru adalah mulai dari
terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, waktunya berkisar 4-12 minggu untuk
tuberkulosis paru.1 Gejala klinis pasien TB adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan, yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan. Gejala-gejala tersebut di atas dapat dijumpai pula pada penyakit paru lain
seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kangker paru, dan lain-lain. Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut di atas dianggap sebagai seorang tersangka pasien TB,
dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Pemeriksaan mikroskopis dahak merupakan salah satu cara yang paling efisien
untuk mengidentifikasi penderita TBC. Pada program TB nasional, penemuan BTA
melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan
lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB
hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Kriteria BTA positif apabila
ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.
Penderita dengan sediaan positif sepuluh kali lebih infeksius dibandingkan
dengan penderita sediaan negatif. Tujuan pemeriksaan mikroskopis dahak adalah
menegakkan diagnosis TBC, menentukan tingkat penularan, memantau kemajuan
8
Pengumpulan dahak dilakukan tiga kali, yaitu sewaktu hari-1, pagi hari-2, dan
6
sewaktu hari-2 (SPS).
○ Sewaktu hari-1 (S): dahak dikumpulkan pada saat penderita datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, penderita membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
○ Pagi hari-2 (P): penderita mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua, segera
setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
○ Sewaktu hari-2 (S): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi
Selain pengumpulan dahak dapat juga dilakukan pemeriksaan biakan untuk
identifikasi M. Tuberculosis khususnya juga dapat untuk mengetahui apakah pasien
yang bersangkutan tidak resisten terdahap OAT yang digunakan.
Selain pemeriksaan diatas, terdapat juga mantoux test/ tuberculin test.
Pemeriksaan ini digunakan untuk membantu menegakan diagnosis tuberculosis
terutama pada anak-anak (balita). Uji tuberkulin menggunakan 0,1 cc tuberkulin
P.P.D intrakutan berkekuatan 5 T.U. Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah
individu sedang atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi
BCG, dan mycobakterium patogen lainnya. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikan,
akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni
reaksi persenyawaan antara antibodi selular dan antigen tuberkulin.
7. Terapi
Pengobatan TB dilakukan dengan 2 tahap. Yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan
Tahap Awal (Intensif) 2RHZE
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi
BTA negatif (konversi dalam 2 bulan).
Tahap Lanjutan 4H3R3
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
9
Efek samping pada penderita yang mengkonsumsi obat TB adalah
10
Puskesmas terutama Puskesmas yang diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan
dasar. Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) terdiri 5 kunci:
1. Komitmen politis
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.
3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana
kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan.
4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu.
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil
pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.
11
Case Detection Rate (CDR)
Adalah presentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati
dibandingkan dengan jumlah pasien dengan BTA positif yang diperkirakan pada
daerah tersebut. Target CDR dalam penanggulangan TBC adalah 90%.
12
rumah sakit berada di bawah Ditjen Bina Upaya Kesehatan. Sasaran strategi nasional
pengendalian TB mengacu pada rencana strategis kementerian kesehatan dari 2010
13
sampai dengan tahun 2014 yaitu menurunkan prevalensi TB dari 235 per 100.000
penduduk menjadi 224 per 100.000 penduduk. Sasaran keluaran adalah: (1) meningkatkan
persentase kasus baru TB paru (BTA positif) yang ditemukan dari 73% menjadi 90%; (2)
meningkatkan persentase keberhasilan pengobatan kasus baru TB paru (BTA positif)
mencapai 88%; (3) meningkatkan persentase provinsi dengan CDR di atas 70% mencapai
50%; (4) meningkatkan persentase provinsi dengan keberhasilan pengobatan di atas 85%
dari 80% menjadi 88%.
Untuk mencapai sasaran-sasaran di atas maka strategi-strategi yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan perluasan pelayanan DOTS yang bermutu.
2) Menangani TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan masyarakat miskin serta rentan
lainnya
3) Melibatkan seluruh penyedia pelayanan kesehatan milik pemerintah, masyarakat
dan swasta mengikuti International Standards of TB Care
4) Memberdayakan masyarakat dan pasien TB
5) Memperkuat sistem kesehatan, termasuk pengembangan SDM dan manajemen
program pengendalian TB
6) Meningkatkan komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB
7) Meningkatkan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategik
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan melalui proses observasi wawancara dan diskusi
dengan petugas sub-unit Pengendalian Penyakit TB dan petugas laboratorium di
UPTD Puskesmas DTP Pulomerak dan berdasarkan data sekunder dari buku laporan
tahunan UPTD Puskesmas DTP Pulomerak tahun 2017
b. Tenaga Kesehatan
1) Belum meratanya jumlah kader TB di tiap RT di kecamatan Pulomerak.
15
2) Kurangnya jumlah tenaga kesehatan pemegang program pengendalian TB di
UPTD Puskesmas DTP Pulomerak.
3) Belum ada petugas khusus pemeriksa dahak yang terlatih di laboratorium
UPTD Puskesmas DTP Pulomerak.
2. Metode
1) Masih minimnya penyuluhan TB yang efektif dan efisien yang dapat
meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang penyakit TB
dan bahayanya.
2) Tidak terintegrasinya data TB antara praktek swasta / klinik dengan
Puskesmas dan rumah sakit.
3) Belum adanya SOP tertulis untuk pengambilan dan pemeriksaan dahak di
laboratorium UPTD Puskesmas DTP Pulomerak.
4) Tingginya hasil negatif palsu akibat pengambilan spesimen dahak yang
kurang baik dan perlakuan pada spesimen sampai dilakukan pemeriksaan
yang kurang tepat.
5) Pemantauan tindak lanjut Pasien TB dengan BTA negatif belum maksimal.
6) Rendahnya upaya deteksi kasus TB anak disertai sulitnya melakukan
pemeriksaan TB pada anak.
3. Material
Kurangnya media promosi untuk mensosialisasikan program TB dan juga
bahayanya kepada masyarakat.
4. Lingkungan
Jarak tempuh yang cukup jauh antara puskesmas dan tempat tinggal pasien yang
kebanyakan tinggal di pegunungan dengan akses jalan yang sempit sehingga
menyulitkan pasien untuk mendapatkan pengobatan dan terjaring dalam penemuan
kasus TB baru.
16
BAB IV
Hasil Penelitian
Posisi strategis Kota Cilegon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa, merupakan
satu-satunya jalan darat untuk menuju Jakarta dari Pulau Sumatra dan sebaliknya.
Pelabuhan penyeberangan Merak~Bakauni yang menghubungkan Pulau Jawa dan
Sumatera, berada di wilayah Kecamatan Pulomerak
Sepanjang perjalanan menuju lokasi puskesmas adalah daerah perindustrian, yang
tentunya berciri khas urbanisasi dan perpindahan penduduk dari kota-kota kecil
lainnya menuju Cilegon untuk bekerja serta juga menanbah aktivitas dari penduduk
sekitar puskesmas.
Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan mobilitas manusia dan kendaraan sangat
tinggi, sehingga meningkatkan resiko kecelakaan maupun penyakit menular disekitar
17
lokasi puskesmas. Terutama pada saat hari libur nasional dimana banyak masyarakat
yang akan mudik kedaerah masing-masing.
Masyarakat juga banyak yang bertempat tingga didaerah pegunungan dimana sulit
dijangkau menggunakan kendaraan. Hal ini menyebabkan banyaknya masyarakan
yang sulit mengakses fasilitas kesehatan ke Puskesmas karena keterbatasan baik biaya
maupun kendaraan. Oleh karena itu, pihak puskesmas menyediakan sarana puskesmas
keliling, dimana dokter dan perawat pergi menuju daerah yang sulit terjangkau untuk
melakukan penjaringan berbagai macam penyakit.
Jarak antara puskesmas dan rumah sakit daerah terdekat di kota Cilegon juga
terbilang cukup jauh dimana membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit
menggunakan mobil dan 1 jam jika menggunakan kendaraan umum seperti bus
ataupun mikrolet. Sehingga diperlukan tempat perawatan di puskesmas pulomerak.
2. Wilayah kerja
Luas wilayah kecamatan pulomerak adalah 19.86 km2 atau 11,32% dari total
wilayah kota Cilegon.
Jumlah Kelurahan
Kecamatan Pulomerak terdiri dari 4 kelurahan 27 RW 124 RT, yaitu:
Kelurahan Suralaya : terdiri dari 5 RW dan 21 RT (5.75 km2)
Kelurahan Lebakgede : terdiri dari 9 RW dan 43 RT
Kelurahan Tamansari : terdiri dari 6 RW dan 35 RT (3.36 km2)
Kelurahan Mekarsari : terdiri dari 7 RW dan 30 RT
3. Data demografik
Jumlah Penduduk pada tahun 2015 menurut BPS kota cilegon: 44.960 jiwa
Jumlah Penduduk miskin yang menerima jamkesda : 3411 jiwa
Uraian Jumlah
Penduduk 44.960 jiwa
Laki-laki 22.916 jiwa
Perempuan 22.044 jiwa
Kepadatan penduduk 2264 jiwa/km
Sex ratio 100:104
19
Jumlah kamantik : 20 orang
B. Sarana Transportasi
Kendaraan roda empat : 1 unit Pusling, 2 unit ambulance
Kendaraan roda dua : 8 unit motor dinas
5. Tenaga Kerja
Tenaga kerja di puskesmas Pulomerak
20
Jenis Ketenagaan Ada Kekurangan
Dokter umum 2 2
Dokter gigi 1 1
Apoteker 1 1
Perawat umum 16 4
Perawat gigi 1 1
Bidan 19 2
Rekam medik 1 2
Pekarya 1 0
Admin 5 0
Analis kesehatan 1 1
Gizi 2 0
Kesling 2 0
Kebersihan 2 0
Supir 2 0
21
HASIL PENCAPAIAN KEGIATAN PROGRAM TB PARU TAHUN 2017
A. DATA DASAR
JUMLAH PENDUDUK
NO DESA
L P JUMLAH
22
b. Target dan pencapaian KASUS
NO DESA TARGET PENCAPAIAN TOTAL % KESENJANGAN
KASUS L P %
NO DESA L P TOTAL
1 SURALAYA 5 10 15
2 LEBAK GEDE 14 16 30
3 TAMAN SARI 38 27 65
4 MEKAR SARI 18 16 34
JUMLAH 75 69 144
NO DESA L P TOTAL
1 SURALAYA 2 3 5
2 LEBAK GEDE 7 5 12
3 TAMAN SARI 27 7 34
23
4 MEKAR SARI 11 3 14
JUMLAH 47 18 65
NO DESA Jumlah
1 SURALAYA 6
2 LEBAK GEDE 11
3 TAMAN SARI 8
4 MEKAR SARI 8
JUMLAH 33
1 SURALAYA 2 3 5
2 LEBAK GEDE 7 5 12
3 TAMAN SARI 27 7 34
4 MEKAR SARI 11 3 14
JUMLAH 47 18 65
24
F. Angka kesembuhan dan pengobatan lengkap TB Paru BTA (+)
ANGKA PENGOBATAN
L P JUMLAH L P JUMLAH
1 SURALAYA 3 3 6 2 1 3
2 LEBAK GEDE 7 2 9 6 6 12
3 TAMAN SARI 14 7 21 16 9 25
4 MEKAR SARI 7 5 12 10 7 17
JUMLAH 31 17 48 34 23 57
JUMLAH DI PERIKSA
NO KEGIATAN TOTAL
TW I TW II TW III TW IV
25
7. Penyebab tidak tercapainya angka cakupan kasus TB (Fish Bone)
Lingkungan
Metode
Jauhnya jarak
Tidak
integrasinya tempat tinggal
data RS, klinik penduduk
Kebersihan
Banyaknya
lingkungan
padat
negatif palsu penduduk
Sulitnya
Follow up
deteksi TB
belum
maksimal
kasus TB
pasien tidak
mengambil obat rendah
ke Puskesmas
Alamat pasien
tidak lengkap /
pasien pindah Minimnya
alat rontgen
promosi TB
Tidak ada
petugas lab
merata
maksimal
Manusia Material
26
BAB V
Pembahasan
27
penderita TB BTA positif, pembentukan paguyuban kader TB berjumlah 9 orang di
kecamatan Pulomerak.
Menurut Lawrence Green, ada tiga faktor yang memberi kontribusi seseorang
melakukan tindakan atau perilaku yaitu faktor predisposisi, misalnya pengetahuan
setiap individu, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor
pendukung mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat misalnya jarak puskesmas, ketersediaan sumber daya, keterjangkauan
sumber daya, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan lain seperti rumah sakit,
poliklinik swasta, dan lain-lain. Faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku
tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan. Termasuk juga dukungan dari keluarga. Dari tiga faktor tersebut, masih
banyak keterbatasan yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Pulomerak
yang menyebabkan tidak tercapainya angka penemuan kasus TB (CDR) pada tahun
2016. Penulis mencoba menjabarkan masalah dan alternatif solusi yang bisa dilakukan
untuk meningkatkan angka penemuan kasus TB (CDR) di tahun berikutnya
28
4 Pasien tidak mengambil obat ke Pembuatan program agar
Puskesmas masing-masing faskes dapat mengetahui
jumlah pasien TB yang terdapat di kota
Tersebut
5 Minimnya penyuluhan, kurangnya Melakukan penyuluhan mengenai TB
kesadaran dan pengetahuan pasien di puskesmas tiap hari tertentu
terhadap penyakit TB minimal 1x dalam 1 bulan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat
dengan pemateri dan materi yang
lebih menarik.
6 Sulitnya mendiagnosis TB pada Pengadaan material yang diperlukan
anak di puskesmas, tidak adanya untuk diagnosis seperti alat rontgen,
alat rontgen. atau tes mantoux secara langsung tanpa
menunggu jadwal
7. Kebersihan lingkungan belum Memberikan pengetahuan kepada
terjaga masyarakat melalui selebaran atau
8 Banyaknya permukiman padat pamflet mengenai kebersihan
penduduk lingkungan.
9 Jauhnya jarak puskesmas ke tempat Mengadakan pusling kedaerah-daerah
tinggal penduduk yang sulit terjangkau dan melakukan
jemput dahak ke rumah-rumah
penduduk yang dicurigai.
29
BAB VI
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
l Untuk menilai keberhasilan pengobatan TB digunakan indikator cakupan untuk
penemuan pasien baru dan rasio keberhasilan untuk keberhasilan pengobatan
2. Saran
l Penulis berharap melalui hasil penelitian ini, dapat memberikan alternatif solusi
kepada puskesmas untuk membenahi program-program TB paru agar angka
penemuan dan kesembuhan kasus TB dapat meningkat dn menjadi lebih baik.
30
LAMPIRAN
31
Penyuluhan mingguan paguyuban TB
32
DAFTAR PUSTAKA
33