You are on page 1of 19

0

MAKALAH
REVOLUSI:
KEBANGKITAN DINASTI ABBASIYAH DAN
KEJATUHAN DINASTI UMAYYAH

Oleh:

HASINUDDIN
NIP: 198209152009011008

(PENYULUH AGAMA ISLAM FUNGSIONAL)

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA


KABUPATEN JEMBER
2018
1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kejayaan dan Keruntuhan Dinasti Umayyah . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
B. Kebangkitan Dinasti Abbasiyah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 9
BAB III : KESIMPULAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
2

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah Islam adalah
penggulingan Dinasti Umayyah dan pembentukan dinasti Abbasiyah. Sebuah
revolusi dalam sejarah Islam abad pertengahan yang menggantikan kekhalifahan
Umayyah sebelumnya.
Keluarga Umayyah telah merebut kekuasaan dari tangan khalifah Ali pada
peristiwa perang Shiffin yang berujung pada peristiwa tahkim dengan cara-cara
yang tidak dibenarkan dalam Islam. Kemudian Khalifah-khalifah Umayyah
memimpin penaklukan sebuah kerajaan yang menyebar dari Lembah Indus ke
Pegunungan Pyrenees. Mereka menciptakan sebuah negara bersatu, kuat
perdagangan, dan militer tegas berdasarkan suku Arab. Para pemimpin mereka
memerintah sebagai pelindung agama Islam, dan budaya Arab. Tetapi disisi lain,
banyak kebijakan Dinasti Umayyah yang pada akhirnya mengundang kontra dari
rakyat, yang pada akhirnya menjadi gunung es yang memuncak pada terjadinya
revolusi. Banyak kebijakan-kebijakannya dari Dinasti Umayyah dianggap oleh
sebagian kalangan sudah melenceng dari ajaran Islam. Kehidupan khalifah yang
penuh kemewahan sedangkan rakyat penuh kesengsaraan juga juga menambah
semangat konfrontasi rakyat kepada pemerintah. Dimana misi perjuangan mereka
sudah berubah dari misi tawhid menjadi misi dinar.
Keberhasilan Abbasiyah berasal dari kemampuan mereka untuk
memobilisasi permusuhan rakyat terhadap pemerintah Dinasti Umayyah dan
membuat gerakan revolusioner. Tidak seperti Bani Umayyah, Abbasiyah bisa
mengklaim dari keluarga Nabi melalui pamannya Abbas. Mereka juga menegaskan
bahwa anggota keluarga Ali menghendaki dan menuntut haknya yang diambil
secara licik pada paeristiwa “tahkim” se4telah perang Siffin. Anti-Umayyah
menjadi propaganda bagi pendukung Bani Abbas dan terbukti sangat menarik dan
mendapat perhatian masyarakat di Khurasan, perbatasan timur laut Iran, di mana
umat Islam baik Arab dan non Arab memendam dendam yang kuat terhadap
pemerintahan dinasti Umayyah.
3

Pada 747 M, Abbasiyah meluncurkan pemberontakan mereka di Khurasan.


Untuk menggalang dukungan, mereka membentangkan bendera hitam, Mereka
berbicara tentang gerakan mereka dalam hal pergolakan, untuk menumbangkan
dinasti umayyah.
Untuk lebih jelasnya tentan revolusi ini, kami akan menguraikan lebih
mendalam pada makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kejayaan Dinasti Umayyah?
2. Bagaimana keruntuhan Dinasti Umayyah?
3. Bagaimana kebangkitan Dinasti Abbasiyah?
4. Apa saja faktor-faktor penyebab berdirinya Dinasti Abbasiyah?
5. Bagamana corak pemerintahan Dinasti Abbasiyah?
6. Apa saja faktor-faktor runtuhnya Dinasti Abbasiyah?

C. TUJUAN
1. Mengetahui kejayaan Dinasti Umayyah
2. Mengetahui keruntuhan Dinasti Umayyah
3. Mengetahui kebangkitan Dinasti Abbasiyah
4. Mengetahui faktor-faktor penyebab berdirinya Dinasti Abbasiyah
5. Mengetahui corak pemerintahan Dinasti Abbasiyah
6. Mengetahui faktor-faktor runtuhnya Dinasti Abbasiyah
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. KEJAYAAN DAN KERUNTUHAN DINASTI UMMAYYAH


1. Kejayaan bani Umayyah
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresi dimana
perhatian tetumpu pada perluasan wilayah dan penaklukan yang terhenti sejak
zaman Khulafaurrasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun selama
daulah ini berlangsung, banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai
masuk ke dalam kekuasaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah
Afrika Utara, Jazirah Arab, Suriah, Palestina, separuh daerah Anatholia, Irak Persia,
Afghanistan, India, dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan,
Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet/Rusia.
Penaklukan militer di zaman Umayyah mencakup tiga front penting. Yaitu,
pertama, front melawan bangsa Romawi di Asia Kecil dengan sasaran utama
pengepungan ke ibu kota Konstantinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di laut
tengah. Kedua, front AfrikaUtara, selain menundukkan daerah hitam di Afrika,
pasukan muslim juga menyebrang daerah Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol. Ketiga,
front timur menghadapi wilayah yang sangat tua, sehingga oprasi ke jalur ini dibagi
menjadi dua arah, yang satu menuju utara ke daerah-daerah di sebrang Sungai Juhun
(Ammu Dariyah), sedangkan yang lainnya ke arah selatan menyusuri Sungai Shind,
wilayah India bagian Barat.
Saat-saat yang paling penting dalam ekspansi ini adalah terjadi pada paroh
pertama dari seluruh masa kekhilafahan Bani Umayyah. Yaitu ketika kedaulatan
dipegang oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dan tahun-tahun terakhir di kekuasaan
Abdul Malik, yang kemudian dilanjutkan oleh puteranya Khalifah al-Walid I. Di
luar masa-masa tersebut, usaha-usaha penaklukan mengalami degradasi atau hanya
mencapai kemenangan-kemenagan yang sangat tipis.
Di samping keberhasilan tersebut, bani Umayyah juga berjasa dalam
pembangunan dalam berbagai bidang. Pembangunan berjalan pesat, baik dalam segi
dakwah maupun pembangunan dalam segi material. Pada masa kekhilafahan
Muawiyah bin Abi Sufyan, kemajuan yang dicapai olehnya antara lain adalah
5

mengadakan dinas pos pada tempat-tempat tertentu yang dilengkapi dengan kuda-
kuda di stasiun-stasiun. Khalifah Muawiyah adalah orang yang mula-mula
mendirikan kantor-kantor cap (pencetak uang). Beliau juga menambah dan
memperkuat sistem tatanan militer dan merubah dasar kesatuan kabilah menjadi
kesatuan negara Islam, sehingga pertahanan negara menjadi sangat kuat dan gaji
tentara diberikan secara teratur.
Pada masa Abdul Malik Bin Marwan, Bahasa Arab baru ditetapkan sebagai
bahasa resmi Daulah Bani Ummayyah, terutama di bagian administrasi dan kantor-
kantor pemerintahan. Hal ini berpengaruh pada percepatan perkembangan ilmu
pengetahuan, perkembangan seni sastra Arab dan terbinannya persatuan dan
kesatuan umat Islam. Dia juga berhasil mendirikan percetakan mata uang Daulah
bani Umayyah dengan menggunakan huruf Arab (bismillah) dengan menggantikan
mata uang sebelumnya yaitu mata uang Byzantium dan Persia yang ada gambar
salibnya. Mendirikan mahakamah tinggi, mengambangkan seni arsitektur dan
menaklukan daerah-daerah antara lain: India, Keukessisilio, Maroko, Andalusia,
Bukhara Samarkand, Kharwaiz, dan Farganah.
Pada masa Al-Walid bin Abdul Malik, prestasi yang dicapai antara lain:
Mendirikan gedung-gedung sebgai tempat penyatuan orang-orang lemah, anak
yatim, orang jompo, terlantar, dan sebagainya. Membangun jalan raya sebagai
sarana transportasi dan mempermudah arus perdagangan dan
komunikasi.Membangun gedung-gedung Industri guna memenuhi kebutuhan hidup
dan lapangan pekerjaan. Membangun masjid yang monumental, yaitu Masjid al-
Umawi. Memperluas dakwah Islam ke wilayah India, Afrika Utara dan Andalusia
(Spanyol).
Sedangkang Khalifah Umar bin Abdul Aziz berhasil mengembangkan
dakwah ke luar negeri, antara lain: mengirim mubaligh sebagai misi perdamaian ke
India, Turki, dan raja-raja di Afrika. Mengembangkan ilmu pengetahuan dengan
mengirim buku-buku tentang Islam dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Pasukan Islam yang sedang mengepung Konstantinopel ditarik mundur dengan
diganti dakwah bil hal yang menjelaskan tentang Islam. Mengembangkan pola
musyawarah dalam ilmu pengetahuan tanpa melihat perbedaan agama.
6

Dalam perbaikan ekonomi, Umar bin Abdul Aziz menarik dan membatalkan
semua ketetapan hadiah atas tanah dan kekayaan negara yang telah diberikan oleh
khalifah sebelumnya kepada orang-orang tertentu untuk diambil kembalimenjadi
kekayaan negara (baitul mal). Dengan demikian harta dapat dimanfaatkan sebanyak-
banyaknya untuk kemakmuran rakyat.begitu juga ia mencabut dan membatalkan
wajib pajak bagi rakyat Irak dan Iran yang ditetapkan oleh Gubernur Hajjaj bin
Yusuf karena dipandang sebagai bentuk kedholiman dan pemerasan kepada rakyat.
Begitu juga ia mengupayakan pembangunan bidang pertanian, perdagangan, dan
pengamanan lalu lintas bagi para pedangan sehingga roda perekonomian masyarakat
menjadi lancar dan kebutuhan umat tersedian dan tercukupi.
Begitu juga Umar bin Abdul Aziz juga berjasa dalam pengkodifikasian atau
pembukuan hadith, sehingga muncul kitab-kitab terkenal antara lain kitab al-
Muwaththa’ oleh Imam Malik, kitab Al-Musnad oleh Imam Syafi’e. Ada juga
“kutubus sittah” yaitu, shohih Bukhari, shohih Muslim, Sunan Nasa’i, Sunan
Tirmidzi, Sunan Abu Daud dan Sunan Ibnu Majah.
Pada masa Hisyam bin Abdul Malik, ia berhasil menata administrasi dan
keuangan yang sangat baik. Barhasil membangun bendungan dan irigasi dan sumur-
sumur di berbagai jalan menuju kota Mekah, agar para petani meningkatkan
produksinya, dan bagi musafir, pedagang dan jamaah haji dengan mudah
mendapatkan air sepanjang perjalanannya. Membuka lahan lahan pertanian dan
perkebunan dengan menyuburkan tanah dengan sistem pengeringan dipinggir sungai
Daljah di dekat Kota Wasit di Irak.

2. Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah


Dinasti Umayyah digulingkan oleh berbagai gerakan oposisi yang
memandang bahwa pemerintahan ini tidak sah. Ada beberapa alasan mengapa
kalangan oposisi tidak mengakui pemerintahan Umayyah. Salah satu diantaranya
adalah bahwa yang seharusnya menggatikan kepemimpinan nabi Muhammad saw
adalah keturunan langsung Nabi Muhammad saw. Kemudian ada juga yang
menegaskan bahwa sistem pemerintahan Umayyah telah semakin menyimpang jauh
dari nilai-nilai agama Islam. Bahkan ada juga diantara mereka yang menentangnya,
karena mereka tersingkir dari kekuasaan.
7

Sepeninggal Khalifah Umar Bin Abdul Aziz, kekuasaan Bani Umayyah


berada dibawah Khalifah Yazid bin Abdul Malik (tahun 720-724M). Penguasa yang
satu ini terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan
rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian,
pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang etnis politis,
masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul Malik.
Kerusuhan terus-menerus tidak ada henti-hentinya hingga pada masa khalifah
selanjutanya. Bahkan pada masa Hisyam bin Abdul Malik muncul kekuatan baru
yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan baru ini
berasal dari kalangan bani Hasyim yang didukung oleh Mawali (muslim non-arab).
Dalam perkembangan berikutnya kekuatan baru ini, mampu menggulingkan Dinasti
Bani Umayyah dan menggatikannya dengan dinasti baru, yaitu Dinasti Bani
Abbasiyah. Sebenarnya Hisyam bin Abdul Malik adalah seorang yang kuat dan
terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi yang terlalu kuat pada akhirnya
Khalifah Hisyam tidak berdaya mematahkannya.
Gerakan anti Umayyah sudah mulai tampak sejak pemerintatahan khalifah
Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M). Diantara gerakan oposisi yang manpu
menggalang dukungan dari berbagai pihak dan berhasil membangun jaringan
oposisi yang cukup luas adalah yang dipimpin oleh para keturunan paman Nabi
Muhammad saw, yaitu (1) Abbas bin Abdul Mutthalib bin Hasyim. (2) Abdullah bin
Abbas. (3) Ali bin Abdullah. (4) Muhammad bin Ali. Disamping membina basis
kekuatan politiknya di Khurasan, ia juga mendapat dukungan dari sebagian
penduduk Kufah. Sebagian besar pendudukngnya berasal dari kelompok Mawali,
yaitu umat Islam dari Non-Arab terutama dari Persia. Di samping itu, Ali juuga
merekrut dan mendidik sekelompok kader yang disebut da’i (jamak: du’at).
Kelompok binaan ini dikirim keberbagai daerah di Khurasan dan Kufah untuk
menyebar luaskan gagasan dan membina serta menyusun kekuatan di masing-
masing daerah. Mereka secara aktif melakukan persiapan untuk menjatuhkan
dinasti Umayyah. Seperti Ali, Muhammad bin Ali juga melancarkan propaganda
anti Umayyah dengan bantuan Abu Muslim al-Khurasani (Abdurrahman bin
Muslim) dan para pengikutnya. Kelompok gabungan ini menyebar keseluruh negeri
muslim mempengaruhi rakyat untuk melakukan oposisi terhadap pemerintahan
8

Umayyah. Gerakan ini semakin lancar, rapi dan efaktif dibawah pimpinan Ibrahim
bin Muhammad, terutama sejak Ali bin Abdullah meninggal pada tahun 124 H/742
M. Ia juga berhasil menggalang dukungan dari golongan Syi’ah, kelompok yang
paling tertekan selama periode Umayyah. Kelompok syi’ah ini mendukung gerakan
yang dilancarkan oleh Ibrahim, karena imam Syi’ah ketika itu, Muhammad bin
Abdullah, telah dilantik sebagai khalifah bayangan pertama bagi pemerintahan baru
menggatikan Umayyah. Dengan cara ini Muhammad bin Abdullah berharap bahwa
dia nantinya yang betul-betul manjadi khalifah baru. Apalagi menurut
perhitungannya, tidak sedidikit kalangan yang akan menerima Muhammad bin
Abdullah karena ia adalah keturunan langsung dari Nabi Muhammad saw. Dengan
demikian, secara de facto, gerakan anti-Umayyah telah mendapat dukungan luas
meliputi wilayah Kufah, Basrah, Mekah, dan Madinah.
Sepeninggal Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, khalifah-khalifah
seterusnya dariBani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral
buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Pada bulan Ramadhan tahun
192H/747M, pemberontakan secara terbuka mulai dilancarkan oleh Ibrahim di
Khurasan. Tetapi kemudian pada tahun 748M ia ditangkap oleh tentara khalifah
Marwan II. Penangkapan Ibrahim ini justru semakin meningkatkan perlawanan
yang dipimpin oleh kedua saudaranya, Abu Abbas dan Abu Ja’far. Setelah kota
Kufah dapatdikuasai sepenuhnya oleh gerakan ini, Abu Abbas dinobatkan menjadi
Khalifah pertama Dinasti Abbasiyah (750-754). Kekhalifahan kedua dipegang oleh
Abu Ja’far (754-775). Sejak itu, kekuasaan dinasti Umayyah benar-benar telah
runtuh.
Daulah Bani Umayyah digulingkan oleh Daulah Bani Abbasiyah yang
bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan Bin Muhammad sebagai
khalifah terakhir dari bani Umayyah, kemudian melarikan diri ke Mesir. Namun di
Mesir ia ditangkap dan dibunuh.
Kekuasaan Umayyah yang didirikan oleh Mua’wiyah hanya mampu
bertahan hanya 90 tahun. Banyak faktor yang mengakibatkan kelemahan dan
kejatuhan Dinasti Bani Umayyah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah lemah dan
membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu anatara lain adalah:
9

1. Sistem pergantian Khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru
bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek seneoritas. Pengaturannya tidak
jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya
persaingan yang tidak sehat diantara keluarga Istana.
2. Latar belakang terbetuknya dinasti Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-
konflik politik yang terjadi di masa Ali (sisa-sisa- Syi’ah para pengikut Ali) dan
Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka, seperti di masa
pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan
ini banbyak menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antar suku Arabia
Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman
sebelum Islam makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa
Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan,
di samping itu sebagian besar golongan mawali (non-Arab), terutama di Irak dan
wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu
menggambarkan suatu interioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab
yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap
hidup mewah di lingkungan Istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup
memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di
samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa
terhadap perkembangan agama sangat kurang.
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya
kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn Abd. Al-Muthalib.
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah
dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani
Umayyah.

B. KEBANGKITAN DINASTI ABBASIYAH


1. Lahirnya Daulah Abbasiyah
Istilah Abbasiyah baru muncul dan dikenal pada tahun 132 H. Sebelum
tahun itu masyarakat hanya mengenal istilah yang umum yaitu Bani Hasyim atau
10

ahlul bait. Nama Dinasti Abbasiyah diambilkan dari nama salah satu paman Nabi
Muhammad SAW yang bernama Abbas Ibn Abdul Mutthalib Ibn Hasyim.
Orang-orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada Bani Umayah atas
kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah cabang dari Bani Hasyim yang secara
nasab-keturunan lebih dekat dengan Nabi Muhammad. Menurut mereka Bani
Umayah secara paksa mengusai ke kekhalifahan melalui tragedi perang Siffin.
Oleh karena itu untuk mendirikan Dinasti Abbasiayah mereka mengadakan
gerakan pemberontakan terhadap Dinasti Umayyah.1
Kelompok Abbasiyah bersikap lunak, tulus dan percaya bahwa jabatan
khalifah adalah hak mereka dan yakin pula bahwa raktyat seluruhnya berusaha
untuk mengembalikan hak tersebut kepada mereka. Sementara kelompok
Umayyah memiliki kelicikan dan kepintaran dalam berpolitik.
Dinasti Abbasiyah berada dipuncak pimpinan Bani Hasyim dalam waktu
yang cukup lama.bani Abbasiyah juga sering menentang Bani Umayah, tetapi
gerakan-gerakan perlawanan mereka dapat dipatahkan oleh Bani Umayah. Banyak
peminpin Abbasiyah yang menjadi korban diantaranya: Husein Bin Ali Bin Abi
Thalib, Zaid Bin Ali Zainul Abidin Bin Husein (cucu Husein),yahya Bin Zaid Bin
Ali Bin Zainul Abidin Bin Husein (cicit Husein) dan yang lebih tragis lagi mayat
Zaid dan anaknya dibakar sehingga menjadi debu.
Pendiri Abbasiyah adalah Abu Abbas Abdullah As-Saffah Bin Muhammad
Bin Ali Bin Abdullah Bin Abbas Bin Abdul Mutthalib Bin Hasyim Bin Manaf.
Keberhasilan Abu Abbas mendirikan daulah Abbasiyah dinilai sebagai suatu
wujud cita-cita Bani Hasyim sejak Nabi masih hidup.Bani Hasyim berharap
jabatan kekhalifahan sepeninggal nabi menjadi milik mereka akan tetapi menjadi
dinasti Umayyah.
Di masa Muawiyah berkuasa, keluarga Bani Abbasiyah selalu dikejar-
kejar karena dianngap sebagi pemberontak sehingga pada waktu itu Bani Abbas
tidak dapat menyusun kekuatan. Baru Bani Abbasiyah dapat menyusun kekuatan
saat dinasti Umayyah dipimpin oleh Umar Bin Abdul Aziz yang bersikap lunak,
menghentikan peperangan dan tidak membeda-bedakan antara orang Bani

1
Abdul Karim. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, PT Pustaka Book Publusher Yogyakarta 2007.
Hal.143.
11

Umayah dengan sesama muslim dan memberi kebebasan berpendapat selama


tidak mengganggu ketentraman umum.2
Imam Muhammad bin Ali berpendapat bahwa pemindahan kekuasaan dari
keluarga yang satu ke keluarga yang lain harus memiliki kesiapan kejiawaan yang
matang dan semangat rakyat. Dia menyadari bahwa perubahan secara tiba-tiba
bisa berakhir dengan kegagalan. Oleh karena itu sangat diperlukan pemikiran
yang dapat memperhitungkan keadaan untuk melancarkan propaganda dengan
atas nama orang yang terpilih dari keluarga Nabi Muhammad saw.
Mula-mula propaganda yang dilakukan oleh Bani Abbas tidak memakai
dan menonjolkan Bani Abbas, akan tetapi menggunakan nama Bani Hasyim,
dengan maksud untuk mencegah perpecahan antara orang-orang pengikut Ali
dengan orang-orang pendukung Bani Abbas, karena dua golongan ini masih
termasuk Bani Hasyim.
Dengan siasat demikian itu maka propagandanya mendapat simpati besar
dari berbagai kalangan. Mulanya propaganda itu dipusatkan di dua kota, yaitu
kota Kufah dan Khurasan yang terletak di daerah Persi yang penduduknya telah
lama tidak senang dengan pemerintahan Bani Umayyah. Untuk melaksanakan
propaganda itu, mereka mengangkat 12 orang propagandis kenamaan yang
disebarkan ke daerah-daerah Khurasan, Kufah, Irak, bahkan sanpai ke Mekah.
Dalam propaganda itu disebarluaskan kelemahan-kelemahan dan kejelekan-
kejelekan Bani Umayyah.
Diantara propagandis yang paling pandai dan menarik masyarakat adalah
Abu Muslim Al-Khurasani. Dengan tekad kuat dan kerja keras, ia dapat
meyakinkan rakyat Marwa sehingga mereka berada di pihak Bani Abbas. Abu
Muslim menyambut baiat (sumaph setia) rakyat marwa tersebut. Kemudian ia
melanjutkan usahanya ke daerah Khurasan dan daerah-daerah lain di sekitarnya.
Di setiap daerah dibentuk perwakilan sehingga berdatanglah orang-orang yang
menyatakan setia mendukung berdirinya Daulah Bani Abbasiyah.

2. Faktor Penyebab Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah

2
Departemen Agama RI. Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Aliyah Keagamaan, 2002. Hal.1
12

Jika dilihat dari konteks sosio-historis, ada beberapa faktor pendukung


yang melatarbelakangi berdirinya Dinasti Abbasiyah, diantaranya:
a. Meningkatnya rasa kekecewaan kaum Mawali terhadap penguasa Bani
Umayah
b. Adanya kekecewaan dikalangan agamawan karena Bani Umayah kurang
memperhatikan terhadap perkembangan agama
c. Adanya keinginan masyarakat untuk meemperoleh pemimpin kharismatik
yang dapat menyelamatkan kehidupan masyarakat.
d. Kebencian Alawiyyin karena Bani Umayah keterlaluan dengan mewajibkan
khatib mencaci, menghina dan melaknat Ali Bin Abi Thalib, membunuh
para pemimpin mereka antara lain: Ali Bin Abi Thalib, Yahya Bin Zaid dan
Abu Hasyim Bin Muhammad Bin Hanifah, dan mengingkari perjanjian
madain antara Ali dan Muawiyyah
e. Pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang adil dan damai sehingga
memberi gerak bebas terhadap warganya yang menguntungkan pada lawan
politiknya terutama Alawiyyin
f. Perpecahan suku arab bani Qais (arab utara) dengan bani Kalb (arab selatan)
Faktor-faktor diatas dapat dimanfaatkan oleh Abbasiyah, sehingga tidak
sulit bagi mereka untuk menggalang kekuatan dan memperoleh dukungan dari
masyarakat luas seperti Mawali dan Syi'ah.
Rasa tidak puas terhadap pemerintahan Bani Umayah selanjutnya
melahirkan suatu kekuatan koalisi yang terdiri dari kaum Syi'ah, orang-orang
Khurasan dan kelompok Bani Abbas dibawah pimpinan Abu Abbas.
Koalisi inilah yang secara langsung membawa kehancuran kekuasaan
Bani Umayah dan sekaligus mengantarkan Bani Abbas menduduki tahta
kekhalifahan.

3. Corak pemerintahan
Pada awal kekhalifahan Abbasiyah, kota Kuffah dijadikan sebagai pusat
pemerintahan dengan Abu Abbas Asaffah sebagai khalifah pertama.
Pengembangan dalam arti sesungguhnya dilakukan oleh penggantinya yaitu Abu
13

Al-Ja'far Al-Mansur. Dia memerintah dengan kejam yang merupakan modal bagi
tercapainya kejayaan Daulah Abbasiyah.
Untuk menunjang langkah masa kejayaan, beberapa kebijakan dilakukan
oleh khalifah Abu Ja'far Al-Mansur antara lain:
a. Memindahkan ibu kota Baghdad
b. Perbaikan dibidang administrasi pemerintahan
c. Pengawasan terhadap berbagai kegiatan pemerintahan diperketat
d. Meningkatkan fungsi petugas pos-pos komunikasi dan surat menyurat.
Dalam beberapa hal corak pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah
memilki kesamaan dan perbedaan dengan Daulah Bani Umayyah. Sebagaimana
yang terjadi pada masa Bani Umayyah misalnya para bangasawan cenderung
hidup mewah, mereka gemar memelihara budak belian dan isteri peliharaan,
kehidupan mereka lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang
mengembangkan nilai-nilai Islami walau itu tidak semuanya seperti itu.
Pemerintahan Bani Abbsiyah menerapkan pola yang berbeda didalam
sistem pemerintahannya sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itulah para sejarawan
membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode yaitu:
a. Periode pertama (132 H/ 750 M-232 H / 847 M)
Periode ini disebut pengaruh Persia pertama karena yang menjadi
faktor penyebab Daulah Abbasiyah mencapai masa keemasan adalah karena
terjadi assimilasi dalam pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah yaitu ikut
sertanya unsur-unsurt non Arab terutama Persia.
b. Periode kedua (232 H/847 M-334 H/ 945 M)
Periode ini disebut masa pengaruh Turki pertama karena orang-orang
Turki dapat merebut kekuasaan dengan mudah karena khalifah Mutawakill
adalah seorang khalifah yang lemah. Dengan demikian Daulah Bani
Abbasiyah tidak lagi memiliki otoritas kekuasaan meskipun secara rasmi
merekalah penguasa.
c. Periode ketiga (334 H/ 945 M-447 H/ 1055 M )
Periode ketiga ini disebut juga pengaruh Persia kedua karena posisi
Daulah Bani Abbasiyah berada dibawah kekuasaan Bani Buwaihi. Dengan
14

demikian Bagdad pada periode ini tidak lagi menjadi pusat pemerintahan
karena dipindah ke Syiraz yang dikusai Oleh Ali Bin Buwaihi.
d. Periode keempat (447 H/ 1055 M-590 H/1194 M)
Periode keempat Daulah Bani Abbasiyah dikuasai oleh Dinasti Bani
Saljuk. Kehadiran Bani Saljuk ini adalah atas undangan khalifah Daulah
Bani Abbasiyah untuk melumpuhkan kekuatan Bani Buwaihi. Dalam bidang
politik, pusat kekuasaan menjadi beberapa propensi dengan seorang
gubernur untuk mengepalai masing-masing propensi tersebut.
Pada masa pusat kekuasaan melemah, propensi-propensi tersebut
memerdekakan diri. Konflik-konflik dan peperangan yang terjadi agar
mereka menyebabkan kelemahan mereka sendiri dan kekuasaan mereka pun
berahir dan kekuasaan politik khalifah menguat kembali.
e. Periode kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M)
Pada periode ini khalifah Bani Abbasiah tidak lagi berada dibawah
kekuasaan suatu Dinasti tertentu. Mereka merdeka dan berkuasa tetap hanya
di Bagdad dan sekitarnya. Pada masa inilah datang tentara Mongol dan
Tartar menghancurkan Bagdad tanpa perlawanan pada tahun 656 H/ 1258 M.

4. Sebab-Sebab Hancurnya Bani Abbasiyah


Sejak abad ke-7 M bangsa Arab dengan cepat sekali mengusai satu
persatu wilayah kemajuan dunia saat itu sampai mereka pernah menjadi
penguasa yang sangat kuat dimana peta kekuatan Islam melebar sampai Asia
Afrika dan Eropa barat daya.
Kecepatan arus ekspansi tersebut dengan kemunduran Islam (11 M) lebih
cepat dari fase ekspansi. Tidak berdaya dengan kelahiran, kemajuan dan
kehancuran yang dialami oleh manusia, juga terjadi terhadap Dinasti Bani
Abbasiyah. Ibnu Khaldun membatasi keberadaan sebuah dinasti yang bertahan
sampai sekitar 100 tahun.3
Dinasti Abbasiyah pun tidak luput dari aturan hukum alam itu (natural
syestem). Walau Dinasti Bani Abbasiyah ini berkuasa selama lima abad (750-
1258 M), kemegahan dinasti ini dalam waktu yang relatif tidak panjang dan
3
Ali, K. Study Of Islamic History, Idarah Al-Arabiah. New Delhi 1980m Brockelman, Carl. History Of
Islamic People. London, Routledge & Kegan Paul, 1980. hal.558
15

bahkan sempat menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tertinggi waktu
itu, ternyata akhirnya kejayaan itu menuju titik kulminasi atau kemunduran
pasca kekuasaan khalifah Wasiq (842-847)
Adapun faktor-faktor penyebab hancurnya Daulah Bani Abbasiyah
adalah sebagai berikut:
a. Faktor-faktor intern:
1) Adanya persaingan tidak sehat diantara beberapa bangsa yang terhimpun
dalam Daulah Abbasiyah terutama Arab, Persia, dan Turki
2) Terjadinya perselisihan pendapat diantara kelompok pemikir agama yang
ada berkembang menjadi pertumpahan darah
3) Munculnya Dinasti-Dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial yang
berkepanjangan
4) Terjadinya kemerosotan tingkat perekonomian sebagai akibat dari
bentrokan politik
b. Faktor-faktor eksternal
1) Berlangsungnya perang Salib yang berkepanjangan dalam beberapa
gelombang.
2) Serangan pasukan Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Kahn
berhasil menjarah semua pusat-pusat kekuasaan maupun pusat ilmu
pengetahuan yaitu perpustakaan di Bagdad.
16

BAB III
KESIMPULAN

Berdirinya daulah abbasiyah tidak bisa lepas dari konflik yang terjadi
dalam Dinasti Umayyah sehingga berakhir dengan kehancuran. Adapun latar
belakangi berdirinya Dinasti Abbasiyah sekaligus menjadi latar belakang
runtuhnya Dinasti Umayyah, diantaranya:
1. Meningkatnya rasa kekecewaan kaum Mawali terhadap penguasa Bani
Umayah
2. Adanya kekecewaan dikalangan agamawan karena Bani Umayah kurang
memperhatikan terhadap perkembangan agama
3. Adanya keinginan masyarakat untuk meemperoleh pemimpin kharismatik
yang dapat menyelamatkan kehidupan masyarakat.
4. Kebencian Alawiyyin karena Bani Umayah keterlaluan dengan mewajibkan
khatib mencaci, menghina dan melaknat Ali Bin Abi Thalib, membunuh
para pemimpin mereka antara lain: Ali Bin Abi Thalib, Yahya Bin Zaid dan
Abu Hasyim Bin Muhammad Bin Hanifah, dan mengingkari perjanjian
madain antara Ali dan Muawiyyah
5. Pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang adil dan damai sehingga
memberi gerak bebas terhadap warganya yang menguntungkan pada lawan
politiknya terutama Alawiyyin
6. Perpecahan suku arab bani Qaisy (arab utara) dengan bani Kalb (arab
selatan)
Pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah bertumpu pada banyak sistem
yang pernah diperaktekkkan oleh-oleh bangsa sebelumnya, baik yang muslim
atau non muslim. Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah diletakkan oleh khalifah
kedua yaitu Abu Ja'far Al-Mansur yang dikenal dengan pembangun khalifah.
Adapun faktor-faktor penyebab hancurnya Daulah Bani Abbasiyah
adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor intern:
a. Adanya persaingan tidak sehat diantara beberapa bangsa yang terhimpun
dalam Daulah Abbasiyah terutama Arab, Persia, dan Turki.
17

b. Terjadinya perselisihan pendapat diantara kelompok pemikir agama


yang ada berkembang menjadi pertumpahan darah.
c. Munculnya Dinasti-Dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial yang
berkepanjangan.
d. Terjadinya kemerosotan tingkat perekonomian sebagai akibat dari
bentrokan politik
2. Faktor-faktor eksternal
a. Berlangsungnya perang Salib yang berkepanjangan dalam beberapa
gelombang.
b. Serangan pasukan Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Kahn
berhasil menjarah semua pusat-pusat kekuasaan maupun pusat ilmu
pengetahuan yaitu perpustakaan di Bagdad.
18

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mufrodi. Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, PT Logos Bandung


1999
Abdul Karim. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, PT Pustaka
Book Publusher Yogyakarta 2007
Ali, K. Study Of Islamic History, Idarah Al-Arabiah. New Delhi 1980
Brockelman, Carl. History Of Islamic People. London, Routledge &
Kegan Paul, 1980
Departemen Agama RI. Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah
Aliyah Keagamaan, 2002

You might also like