You are on page 1of 24

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Definisi
Diare adalah buang air besar (BAB) atau defekasi dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja
lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Definisi lain mengatakan diare yaitu BAB encer lebih dari 3 kali per
hari, BAB tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Sedangkan
menurut World Gastroenterology Organisation Global, diare akut
didefinisikan sebagai BAB yang cair/lembek dengan jumlah lebih
banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari (Simadibrata dan
Daldiyono, 2014).
Keadaan pada bayi yang meminum ASI sering menyebabkan
peningkatan frekuesi BAB hingga 3-4 kali per hari. Keadaan ini tidak
bisa disebut dengan diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal.
Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong
diare, melainkan intoleransi laktosa sementara akibat belum
sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum
ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya
frekuensi BAB atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya
abnormal atau tidak seperti biasanya (Subagyo dan Santoso, 2015).

2.1.2 Epidemiologi
Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada anak dan
dewasa. Diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami
diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di
Amerika Serikat, diperkirakan 48 juta penyakit diare terjadi setiap
tahun, mengakibatkan 128.000 orang dirawat di rumah sakit dan 3.000
orang meninggal. Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan
dengan kejadian diare pada anak-anak dan usia lanjut, dimana
7

kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang-


berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang
termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibanding negara maju
(Simadibrata dan Daldiyono, 2014; Barr dan Smith, 2014).

2.1.3 Klasifikasi
Diare pada anak dan dewasa dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kategori, seperti: (Simadibrata dan Daldiyono, 2014; Barr dan
Smith, 2014).
1. Klasifikasi diare berdasarkan lama waktunya, yaitu:
a. Diare Akut
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15
hari, menurut World Gastroenterology Organisation Global
Guidelines 2005, diare akut merupakan BAB yang cair/lembek
dengan jumlah lebih banyak dari normal dan berlangsung
kurang dari 14 hari.
b. Diare Kronik
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15
hari. Beberapa pendapat untuk waktu diare kronik, yaitu 15
hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan. Di Indonesia digunakan
waktu lebih dari 15 hari.
c. Diare Persisten
Diare persisten merupakan istilah yang digunakan di luar
negeri yang menyatakan diare berlangsung 15-30 hari yang
merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan dari diare akut
dan kronik, dimana lama diare kronik yang digunakan yaitu >
30 hari).
2. Klasifikasi diare berdasarkan derajat dehidrasi, dibagi menjadi 3
yaitu:
a. Diare dengan dehidrasi berat
Terdapat dua atau lebih dari tanda di bawah ini:
 Letargis/tidak sadar
 Mata cekung
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Turgor kulit kembali sangat lambat (≥ 2 detik)
8

b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang


Terdapat dua atau lebih tanda di bawah ini:
 Rewel, gelisah
 Mata cekung
 Minum dengan lahap, haus
 Turgor kulit kembali lambat
c. Diare tanpa dehidrasi
Tidak terdapat cukup tanda atau diklasifikasikan sebagai
dehidrasi ringan atau berat.
3. Klasifikasi diare berdasarkan mekanisme terjadinya diare, yaitu:
a. Diare Sekretorik
Diare yang disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus. Penyebab dari diare ini adalah infeksi
Vibrio cholerae atau E. coli, dan reseksi ileum (gangguan
absorbsi garam empedu).
b. Diare Osmotik
Diare yang disebabkan karena meningkatnya tekanan
osmotik intralumen dari usus halus yang sering disebabkan
oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik.

2.1.4 Etiologi
Diare akut pada manusia dapat disebabkan oleh banyak
penyebab antara lain infeksi (bakteri, virus, parasit), keracunan
makanan, efek obat-obat dan sebagainya. Penyebab diare akut dapat
dilihat pada tabel berikut, yaitu (Simadibrata dan Daldiyono, 2014; Barr
dan Smith, 2014):

Tabel 2. Etiologi Diare Akut


9

Infeksi
1. Enteral
 Bakteri: Shigella sp, E.coli patogen, Salmonella sp, Vibrio
cholera, Yersinia enterocolytica, Campylobacter jejuni, Vibrio
parahaemolyticus, V.NAG, Staphylococcus aureus,
Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus,
dll.
 Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus,
Cytomegalovirus (CMV), Echovirus, virus HIV.
 Parasit – protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Cryptosporidium parvum, Balantidium coli.
 Worm: A.lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura,
S.stercoralis, cestodiasis, dll.
 Fungus: Kandida/moniliasis
2. Parenteral: Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, Traveler’s
diarrhea: E. Coli, Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica,
dll.
Makanan:
 Intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam
berat, makanan mengandung bakteri/toksin: Clostridium
perfringens, B.cereus, S.aureus, Streptococcus anhaemo lyticus,
dll.
Alergi: susu sapi, makanan tertentu.
 Malabsorbsi/maldigesti
Karbohidrat: monosakarida (glukosa, laktosa, galaktosa);
disakarida (sakarosa, laktosa); lemak: rantai panjang trigliserida;
protein: asam amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption,
cows milk, vitamin dan mineral.
Imunodefisiensi: hipogamaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia
(Bruton), penyakit granulomatose kronik, defisiensi IgA,
imunodefisiensi IgA heavycombination.
Terapi obat: antibiotik, kemoterapi, antasida dll.
(Simadibrata dan Daldiyono, 2014)

Penyebab diare akut yang paling sering adalah antara lain


sebagai berikut:
1. Infeksi virus.
Yaitu golongan: Rotavirus, Adenovirus, Virus Norwalk, Astrovirus,
Calicivirus, Coronavirus, dan Minirotavirus
2. Infeksi bakteri.
Yaitu: Shigella spp, Salmonella spp, Escherecia coli, Vibrio
cholera, Vibrio parahaemoliticus, Aeromonas hidrophilia, Bacillus
10

cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium difficile, Clostridium


perfringens, Staphylococcus aureus, Yersinia enterocolitica.
Dari berbagai macam penyebab diare akut diatas, yang paling
sering menjadi penyebab diare akut pada anak-anak adalah infeksi
virus. Rotavirus dan adenovirus merupakan penyebab tersering diare
akut pada anak dibawah usia 2 tahun. Sedangkan pada dewasa yang
sering menyebabkan diare adalah infeksi bakteri, terutama bakteri
E.coli.

Tabel 3. Epidemiologi Penyebab Diare Berdasarkan Perantara


Perantara (Vehicle) Patogen Klasik
Air (termasuk sampah Vibrio cholerae, Norwalk agent, Giardia
makanan pada air lamblia dan Cryptosporidium species
tersebut)
Makanan
Poultry Salmonella, Campylobacter dan Shigella
species
Sapi Enterohemorrhagic E. coli, Taenia saginata
Babi Cacing pita

Makanan laut dan Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyticus dan


shellfish (termasuk Vibriovulnificus, Salmonella species, cacing
sushi dan ikan pita dan cacing anisakiasis
mentah) Listeria species
Keju Salmonella species
Telur Staphylococcus dan clostridium, salmonella
Makanan dan krim
yang mengandung Salmonella,Camphylobacter,Cryptosporidium
mayonnaise dan Giardia species
Pie

Binatang ke manusia Kebanyakan bakteri enterik, virus dan parasit


(piaraan dan
livestock)
Manusia ke manusia Shigella, Campylobacter, Cryptosporidium
(termasuk kontak dan Giardia species, virus, clostridium
seksual) Pusat difficile
perawatan harian
Rumah sakit, antibiotik C.difficile
atau kemoterapi
Kolam renang Giardia dan Cryptosporidium species
Bepergian/mencolong E.coli berbagai tipe, Salmonella, Shigella,
keluar negeri Campylobacter, Giardia dan
11

Cryptosporidium species, Entamoeba


histolytica
(Barr dan Smith, 2014)

2.1.5 Faktor Risiko


Keadaan risiko dan kelompok risiko tinggi yang mungkin
mengalami diare, yaitu (Simadibrata dan Daldiyono, 2014; Barr dan
Smith, 2014) :
1. PHBS yang buruk menjadi faktor risiko diare, terutama PHBS
rumah tangga memiliki 10 indikator, 4 indikator diantaranya
merupakan faktor risiko terjadinya diare apbila tidak dilakukan
dengan benar, seperti pemberian ASI, penggunaan air bersih,
mencuci tangan dengan sabun dan jamban yang bersih.
2. Baru saja bepergian/meloncong ke negara berkembang, daerah
tropis, kelompok perdamaian dan pekerja sukarela, orang yang
sering berkemah (dasar berair).
3. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa, makanan laut
dan shell fish terutama yang mentah. Restoran dan rumah makan
cepat saji (fast food), banket dan piknik.
4. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, risiko
infeksi HIV, sindrom dusus homoseks (Gay bowel syndrome)
sindrom defisiensi kekebalan didapat (Acquired immune
deficiency syndrome/ AIDS).
5. Baru saja menggunakan obat antimikroba pada institusi: institusi
kejiwaan/mental, rumah-rumah perawatan, rumah sakit.
Selain itu, faktor risiko lain yang dapat meningkatkan penularan
enteropatogen antara lain tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-
6 bulan pertama kehidupan bayi (pada anak), tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan (Mandi Cuci Kakus/ MCK), kebersihan lingkungan dan
pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak
higienis dan cara penyapihan yang tidak baik (Subagyo dan Santoso,
2015; Irwanto et al, 2002).

2.1.6 Manifestasi Klinis


12

Manifestasi klinis yang dapat dilihat selain BAB cair yang


terkadang disertai lendir atau darah dapat berupa nausea, muntah, nyeri
abdomen, dan demam. Pada anak-anak dapat ditemukan anak menjadi
cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada nafsu makan. Selain itu dapat juga ditemukan
tanda dehidrasi berupa berat badan turun, ubun-ubun besar cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir tampak
kering (Simadibrata dan Daldiyono, 2014; Barr dan Smith, 2014).

Tabel 4. Korelasi Antara Patogen dan dan Manifestasi Diare


Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
klinik
Masa tunas 17-72 jam 24-48 6-72 jam 6-72 6-72 jam 48-72
jam jam jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual Sering Jarang Sering + - Sering
muntah
Nyeri perut Tanesmus Tenesmus Tenesmus, - Tenesmus, Kramp
kolik kramp
Nyeri - + + - - -
kepala
Lamanya 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
sakit
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10 >10 Sering Sering Sering Terus-
x/hari x/hari menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Bau - ± Kadang - + -
busuk
Warna Langu Merah- Kehijauan - Merah- Seperti
hijau hijau air
cucian
beras
Leukosit - + + - - -
(Irwanto et al, 2002)

2.1.7 Penatalaksanaan
1. Pada Bayi dan Anak
13

Departemen kesehatan menetapkan lima pilar


penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak
balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah
sakit, yaitu (Subagyo dan Santoso, 2015; Kadim, 2013; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2011):
1) Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
Berikan oralit segera bila anak diare untuk mencegah dan
mengatasi diare. Oralit baru adalah oralit dengan osmolaritas
yang rendah. Keamanan oralit ini sama dengan oralit lama,
namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama.
Perbedaan oralit lama dan oralit baru dapat dilihat pada tabel
berikut, yaitu:
Tabel 5. Perbedaan oralit lama dan oralit baru

Oralit lama Oralit formula baru


Natrium : 90 mmol/liter Natrium : 75 mmol/liter
Klorida : 80 mmol/liter Klorida : 65 mmol/liter
Glucose, anhydrous :111 Glucose, anhydrous : 75
mmol/liter mmol/liter
Kalium : 20 mmol/liter Kalium : 20 mmol/liter
Sitrat : 10 mmol/liter Sitrat : 10 mmol/liter
Osmolaritas : 331 mmol/liter Osmolaritas : 245 mmol/liter
(Kadim, 2013)

Ketentuan pemberian oralit formula baru yaitu:


a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air
matang, untuk persediaan 24 jam
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar,
dengan ketentuan sebagai berikut:
 Anak umur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB
 Anak umum ≥ 2 tahun : berikan 100-200 ml tiap kali
BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih
tersisa, maka sisa larutan harus dibuang.
2) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zinc pada diare
14

dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus,


meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan
jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun
yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Dosis zinc
untuk anak-anak yaitu:
 Anak umur < 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
 Anak umur > 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak
telah sembuh dari diare.
3) ASI dan makanan tetap diteruskan
Pemberian ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur
anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk
mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang
hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase
kesembuhan.
4) Antibiotik selektif
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya
diare berdarah atau kolera.
5) Nasehat kepada orang tua
Nasehat kepada orang tua untuk kembali segera kembali
jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum
sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik
dalam 3 hari

Pengobatan Diare Tanpa Dehidrasi


Sebelum mengetahui bayi atau anak mengalami dehidrasi
atau tidak, dinilai dengan menggunakan kriteria dehidrasi menurut
WHO 1995, yaitu (Subagyo dan Santoso, 2015; WHO, 2009; Ikatan
Dokter Anak Indonesia [IDAI], 2009):
Tabel 6. Derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Penilaian A B C
15

Lihat:
Keadaan umum Baik, *Gelisah, rewel*Lesu, lunglai
sadar atau tidak
Mata Cekung sadar
Air mata Normal Tidak ada Sangat cekung
Mulut dan lidah Ada Kering Kering
Rasa haus Basah *Haus, ingin Sangat kering
Minum minum banyak *Malas minum
biasa tidak atau tidak bisa
haus minum
Periksa:
turgor kulit Kembali *Kembali *Kembali
cepat lambat sangat lambat
Hasil Tanpa Dehidarasi Dehidrasi berat
pemeriksaan dehidrasi ringan/sedang.

Bila ada 1 tanda


Bila ada 1
* ditambah 1 tanda *,
atau lebih tanda
ditambahka 1
lain atau lebih
tanda lain
Terapi Rencana Rencana terima Rencana terapi
terapi A B C
(Subagyo dan Santoso, 2015)

Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi


harus mendapatkan cairan tambahan dirumah guna mencegah
terjadinya dehidrasi. Anak harus terus mendapatkan diet yang
sesuia dengan umur mereka termasuk pemberian ASI.
 Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan “new oralit”
diberikan 5-10 ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia,
yaitu:
- umur < 1 tahun sebanyak 50-100 ml
- umur 1-4 tahun sebanyak 100-200 ml
- umur > 5 tahun semaunya.
 Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat
komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, dll)
Terapi yang dapat diberikan pada anak dengan diare tanpa
dehidrasi dapat dilihat pada rencana terapi A pada tabel 8, yaitu
(IDAI, 2009):
16

Tabel 7. Rencana Terapi A: Penanganan Diare di Rumah

JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN


DI RUMAH:
BERI CAIRAN TAMBAHAN, BERI TABLET ZINC,
LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN, KAPAN HARUS
KEMBALI
1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
 Jelaskan kepada ibu:
 Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pmberian
 Jika anak memperoleh ASI ekslusif, beri oralit atau air matang
sebagai tambahan
 Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih
cairan berikut: oralit, cairan makanan (kuah sayur) atau air
matang.
 Ajari ibu cara mencampur dan membrikan oralit.
Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah
 Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit
yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan
cairan sehari-hari:
< 2 tahun : 50-100 ml setiap kali BAB
≥ 2 tahun : 100-200 ml setiap kali BAB
2. Beri tablet zinc
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zinc selama 10 hari
dengan dosis:
 Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari
3. Lanjutkan pemberian makan/ASI
4. Kapan harus kembali

Pengobatan Diare Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang


 Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75
ml/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang
terjadi dan sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap diare cair.
 Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah
setiap diberi minum walaupun telah diberikan secara perlahan.
Cairan IV yang dapat diberikan adalah RL atau KaEN IIIB atau
NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan
 Berat badan 3-10 kg : 200 ml/kgBB/hari
 Berat badan 10-15 kg : 175 ml/kgBB/hari
 Berat badan > 15 kg : 135 ml/kgBB/hari
17

Terapi yang dapat diberikan pada anak yang mengalami diare


dengan dehidrasi ringan-sedang dapat dilihat pada rencana terapi B
pada tabel 9, yaitu (Subagyo dan Santoso, 2015; WHO, 2009; IDAI,
2009):
Tabel 8. Rencana Terapi B
Penanganan Dehidrad Ringan-Sedang dengan Oralit
Beri oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam
 Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
Umur Sampai 4 4-12 bulan 12-24 2-5
bln bulan tahun
Berat badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah 200-400 400-700 700-900 900-
cairan 1400
Jumlah oralit yang diperlukan = 75 ml/kgBB
 Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan oralit
 Minumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari
cangkir/mangkok/gelas
 Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi
dengan lebih lambat
 Lanjutkan ASI selama anak mau
 Berikan tablet zinc selama 10 hari
Setelah 3 jam
 Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat
dehidrasinya
 Pilih rencana terapi
 Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
 Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit di rumah
 Tunjukkan berapa anyak larutan oralit yang harus diberikan di
rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan
 Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi
 Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah:
- Beri cairan tambahan
- Lanjutkan pemberian makanan
- Beri tablet zinc selama 10 hari
- Kapan harus kembali

Pengobatan Diare dengan Dehidrasi Berat


Anak dengan dehidrasi berat harus diberi rehidrasi intravena
secara cepat yang diikuti dengan terapi rehidrasi oral. Larutan
intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat (disebut pula larutan
Hartman untuk penyuntikan). Tersedia juga larutan Ringer Asetat.
18

Jika larutan Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam normal


(NaCl 0,9%) dapat digunakan. Larutan glukosa 5% (dextrose) tidak
efektif dan jangan digunakan. Pemberian cairan intravena pada anak
dengan dehidrasi berat dapat dilihat pada tabel 10, yaitu (Subagyo
dan Santoso, 2015; WHO, 2009; IDAI, 2009):
Tabel 9. Pemberian Cairan Intravena pada anak dengan
Dehidrasi Berat
Pertama, berikan Selanjutnya, berikan 70
30 ml/kg dalam ml/kg dalam
Umur < 12 1 jam* 5 jam
bulan
Umur ≥ 12 30 menit* 2 ½ jam
bulan
* ulangi kembali jika denyut nadi radial masih lemah atau tidak
teraba

Terapi yang dapat diberikan pada anak yang mengalami diare


dengan dehidrasi ringan-sedang dapat dilihat pada rencana terapi C
pada tabel 11, yaitu (IDAI, 2009):

Tabel 10. Rencana Terapi C


19

RENCANA TERAPI C
PENANGANAN DEHIDRASI BERAT DENGAN CEPAT
IKUTI TANDA PANAH: JIKA JAWABAN “YA” LANJUTKAN KE
KANAN,
MULA JIKA JAWABAN “TIDAK”, LANJUTKAN KE BAWAH
I  Beri cairan IV secepatnya. Jika anak bisa minum, beri
oralit melalui mulut, sementara infus disiapkan. Beri
100 ml/kgBB cairan Ringer Laktat atau Ringer Asetat
(atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang
Dapatkah saudara dibagi sebagai berikut:
segera memberi YAUmur Pemberian Pemberian
cairan IV pertama 30 berikut 70
ml/kg selama: ml/kg selama:
Bayi (< 12 bulan) 1 jam* 5 jam
Anak (12 bulan-5 30 menit* 2 ½ jam
tahun)
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tak teraba
 Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status
TIDAK hidrasi belum membaik, beri tetesan IV lebih cepat
 Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak
mau minum: biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2
jam (anak) dan beri anak tablet Zinc sesuai dosis dan
jadwal yang dianjurkan.
 Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah
3 jam. Klasifikasikan dehidradi dan kemudian pilih
rencana terapi.
Apakah ada fasilitas
 Rujuk SEGERA untuk pengobatan intravena
pemberian cairan IV
YAJika anak bisa minum, beri ibu larutan oralit dan

yang terdekat (dalam
tunjukkan cara meminumkan pada anak sedikit demi
30 menit) sedikit selama dalam perjalanan
TIDAK  Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui
pipa nasogastric atau mulut: beri 20 ml/kg/jam
Apakah saudara telah selama 6 jam (total 120 ml/kg)
dilatih menggunakan  Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:
pipa nasogastric untuk - Jika anak muntah terus menerus atau perut makin
rehidrasi? kembung, beri cairan lebih lambat
- Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik,
YA rujuk anak untuk pengobatan IV
TIDAK  sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan
dehidrasi. Kemudian tenukan rencana terapi yang
Apakah anak masih
sesuai.
bisa minum
CATATAN:
TIDAK Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6
jam setelah rehidrasi untuk meyakinkan bahwa
Rujuk SEGERA ke rumah sakit ibu dapat mempertahankan hidrasi dengn
untuk pengobatan i.v atau NGT/OGT pemberian cairan oralit per oral

2. Pada Dewasa
20

Penatalaksanaan pada diare akut antara lain (Simadibrata dan


Daldiyono, 2014; Barr dan Smith, 2014):
1. Rehidrasi
Bila pasien dalam keadaan umum baik tidak dehidrasi
berikan asupan cairan yang adekuat seperti banyak
mengkonsumsi air dan buah. Bila kehilangan cairan banyak dan
dehidrasi penatalaksaan cairan intravena atau rehidrasi oral
dapat dilakukan. Cairan oral yang dapat digunakan berupa
pedialit atau oralit, sedangkan cairan intravena berupa cairan
infus ringer laktat. Cairan diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam
tergantung kebutuhan dan status dehidrasi. Macam-macam
pemberian cairan:
1) BJ plasma dengan rumus

Kebutuhan cairan = x Berat badan x 4 ml

2) Metode Pierce berdasarkan klinis:


Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)
3) Metode daldiyono berdasarkan skor klinis
Tabel 11. Skor Penilaian Klinis Dehidrasi
Klinis skor
Rasa haus/muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekuensi nadi > 120 kali/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2
Frekuensi napas > 30 kali/menit 1
Facies cholerica 2
Vox xholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer woman’s hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
Bila skor < 3 dan tidak ada syok maka hanya
diberikan cairan peroral (sebanyak mungkin sedikit demi
21

sedikit). Bila skor > 3 disertai syok maka diberikan cairan


per intravena (Simadibrata dan Daldiyono, 2014).
Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas:
a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total
kebutuhan caian menurut rumus BJ plasma atau skor
Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam, hal ini untuk
mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin.
b. Satu jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian
diberikan berdasarkan kehilangan cairan selama 2 jam
pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak
ada syok atau skor Daldiyono < 3 dapat diganti cairan
peroral.
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan
kehilangan cairan melalui tinjan dan Insensible water loss
(IWL).
2. Diet
Pasien diare tidak dianjurkan untuk puasa, kecuali bila
muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan minum sari buah, teh,
minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang,
nasi, dan sup. Susu sapi harus dihindari karena adanya defisiensi
laktase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri
(Michael et al, 2013).
3. Obat anti-diare
Obat-obat yang digunakan ini dapat mengurangi gejala-
gejala. Yang paling efektif yaitu derivat opioid misalnya
loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamid
paling sering digunakan karena tidak adiktif dan memiliki efek
samping paling kecil. Obat antimotalitas penggunaannya harus
hati-hati pada pasien disentri yang demam (teruntuk infeksi
Shigella) bila tanpa disertai anti mikroba karena dapat
memperlama penyembuhan penyakit. Dapat juga diberikan obat
yang mengeraskan tinja seperti atapulgite 4 x 2 tab/hari,
smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare
22

berhenti. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase berupa


Hidrasec 3 x 1 tab/hari (Simadibrata dan Daldiyono, 2014; Barr
and Smith, 2014).
4. Obat antibiotik
Karena diare akut bersifat self limited dan disebabkan oleh
virus, penggunaan antibiotik tidak disarankan. Pengobatan
diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi
bakteri invasif, diare turis (traveler’s diarrhea) atau
imunosupresif. Antibiotik juga dapat dipertimbangkan pada
pasien yang berusia > 65 tahun, sakit parah atau septik. Terapi
antibiotik untuk diare akut dapat dilihat pada tabel, yaitu
(Simadibrata dan Daldiyono, 2014; Barr dan Smith, 2014):
Tabel 12. Terapi Antibiotik Untuk Diare Akut
Organisme Efektivitas Obat pilihan Obat alternatif

Bakteri
Campylobacter Terbukti pada Azitromisin 500 Eritomisin 500
disentri dan mg 1 x/hari, 3-5 mg 4x/hari, 3-5
sepsis, efektif hari hari
juga pada Ciprofloxacin
enteritis 500 mg 2x/hari,
5-7 hari
Clostridium Terbukti Metronidazole Vancomycin
difficile 500 mg 3x/hari, 125 mg 4x/hari,
10 hari 10 hari
Enteropatogenetik Mungkin Ciprofloxacin TMP/SMX DS
/ enteroinvasive 500 mg 2x/hari, 160/800 mg
E. coli 3 hari 2x/hari, 3 hari
Enterogenetic E. Terbukti Ciprofloxacin TMP/SMX DS
Coli 500 mg 2x/hari, 160/800 mg
3 hari 2x/hari, 3 hari
Azitromisin
500 mg/hari, 3
hari
Salmonella, Diragukan - Penyaki berat:
spesien non- dalam ciprofloxacin
Typhi enteritis; 500 mg 2x/hari,
terbukti pada 5-7 hari
infeksi berat, TMP/SMX DS
sepsis atau 160/800 mg
disentri 2x/hari, 5-7
23

hari
Azitromisin
500 mg/hari, 5-
7 hari
Menghasilkan Kontroversial - -
racun dari E.coli
Shigella Terbukti Ciprofloxacin Azitromisin
dalam disentri 500 mg 2x/hari 500 mg 2x/hari,
Terbukti selama 3 hari 3 hari
Vibrio cholerae Doxycyclin 300 Ceftriaxone 2-4
mg dosis gr dosis tunggal
tunggal Azitromisin
dosis tunggal 1
Terbukti pada gr
Yersinia penyakit berat - Tetracycline
atau 500 mg 4x/hari,
bakteremia 3 hari
Penyakit parah:
TMP/SMX DS
160/800 mg
2x/hari, 5 hari
Ciprofloxacin
500 mg 2x/hari,
7-10 hari
Protozoa
Entamoeba Terbukti Metronidazole Tinidazole 2
histolytica 750 mg 3x/hari, gr/hari, 3 hari +
5-10 hari + paromomisin
paromomisin 25-35 mg/hari
25-35 mg/hari 5-10 hari
5-10 hari
Giardia Terbukti Metronidazole Tinidazole 2 gr
250-750 mg 3 dosis tunggal
x/hari, 7-10 hari
(Barr dan Smith, 2014)
2.1.8 Prognosis
Prognosis diare akut pada anak dan dewasa tergantung dengan
tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi. Pada diare tanpa dehidrasi dan
dengan dehidrasi ringan sedang memiliki prognosis yang baik apabila
ditangani dengan cepat. Diare dengan dehidrasi berat sebaiknya
ditangani dengan tepat sesuai panduan WHO supaya tidak jatuh dalam
24

keadaan syok. Prognosis akan buruk apabila terlambat ditangani


(Michael et al, 2013).

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


2.2.1 Definisi
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. PHBS merupakan cerminan hidup keluarga yang
senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota
keluarga. Kegiatan PHBS jumlahnya sangat banyak misalnya: (1)
PHBS tentang gizi yaitu: makan beraneka ragam makanan, minum
tablet darah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balita
kapsul vitamin A; dan (2) PHBS tentang kesehatan lingkungan antara
lain membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan lingkungan
(Kemenkes RI, 2011).

2.2.2 PHBS di Berbagai Tatanan


PHBS mencakup semua perilaku yang harus dipraktikkan di
bidang pencegahan dan penananggulangan penyakit, penyehatan
lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi
dan pemeliharaan kesehatan. Perilaku-perilaku tersebut harus
dipraktikkan dimana pun seseorang berada di rumah tangga, di institusi
pendidikan, di tempat kerja, di tempat umum dan di fasilitas pelayanan
kesehatan – sesuai dengan situasi dan kondisi yang dijumpai
(Kemenkes RI, 2011).
1. PHBS di Rumah Tangga
Di rumah tangga, sasaran primer harus mempraktikkan
perilaku yang dapat menciptakan Rumah Tangga Ber-PHBS, yang
mencakup persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi
25

ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air


bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, pengelolaan
air minum dan makan di rumah tangga, menggunakan jamban sehat
(Stop Buang Air Besar Sembarangan/Stop BABS), pengelolaan
limbah cair di rumah tangga, membuang sampah di tempat sampah,
memberantas jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam
rumah, dan lain-lain.
2. PHBS di Institut Pendidikan
Di institusi pendidikan (kampus, sekolah, pesantren, seminari,
padepokan dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan
perilaku yang dapat menciptakan Institusi Pendidikan Ber-PHBS,
yang mencakup antara lain mencuci tangan menggunakan sabun,
mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan
jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak
merokok, tidak mengonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat Adikiktif lainnya (NAPZA), tidak meludah sembarang tempat,
memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.
3. PHBS di Tempat Kerja
Di tempat kerja (kantor, pabrik dan lain-lain), sasaran primer
harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat
Kerja Ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun,
mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan
jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak
merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah sembarang
tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain.
4. PHBS di Tempat Umum
Di tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal,
dermaga dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan
perilaku yang dapat menciptakan Tempat Umum Ber-PHBS, yang
mencakup mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban
sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
26

mengkonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarang tempat,


memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain.
5. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Di fasilitas pelayanan kesehatan (klinik, Puskesmas, rumah
sakit dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku
yang dapat menciptakan Tempat Umum Ber-PHBS, yang
mencakup mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban
sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarang tempat,
memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain.

2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga


Perilaku kesehatan dapat diwujudkan dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI. NO.
1193/MENKES/SK/2004 adalah salah satu kebijakan nasional. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat merupakan program pemerintah yang bertujuan
untuk menciptakan suatu kondisi baik perorangan, keluarga maupun
kelompok masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku serta
sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara komunikasi informasi maupun melalui jalur edukasi. PHBS
terbagi dalam lima tatanan antara lain: tatanan rumah tangga, tatanan sekolah,
tatanan tempat kerja, tatanan sarana kesehatan dan tempat-tempat umum.
Program PHBS pada perkembangannya menunjukan jenis dan indikator yang
berbeda-beda, di masing-masing wilayah seiring dengan berlakukannya
otonomi khusus (Depkes RI, 2011).
Rumah tangga sebagai salah satu sasaran PHBS yang berarti mampu
menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah
tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang
kondusif untuk hidup sehat. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah
perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat dan menciptakan
lingkungan sehat di rumah tangga, karena kesehatan perlu dijaga, di pelihara,
dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta perjuangkan oleh
27

semua pihak. Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan tanggung jawab


setiap anggota rumah tangga, pemerintah beserta jajaran terkait untuk
menfasilitasi kegiatan PHBS agar dapat berjalan secara efektif (Mas et al,
2017).

2.4 Hubungan PHBS dengan Diare


Salah satu upaya menuju ke arah perilaku sehat dengan melalui satu
program yang dikenal dengan program PHBS yang dilaksanakan secara
sistematis dan terkoordinir. Program PHBS merupakan bentuk perwujudan
untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi yang
kondusif bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku agar dapat menerapkan cara–
cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan
kesehatan (Gani et al, 2015).
Diare pada bayi bisa merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.
Lingkungan yang buruk disekitar bayi erat kaitannya dengan PHBS yang
buruk pula, sebaliknya PHBS yang baik dapat mencegah terjadinya diare.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga terdapat 10
indikator, dari 10 indikator tersebut 4 indikator diantaranya berkaitan dengan
pencegahan diare, yaitu memberikan ASI ekslusif, menggunakan air bersih,
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, dan menggunakan jamban sehat.
1. ASI merupakan yang paling baik untuk bayi, karena selain
komposisinya tepat, murah dan terjaga kebersihannya. ASI merupakan
bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. Oleh karena itu pada bayi yang tidak diberi ASI
pada enam bulan pertama kehidupannya, memiliki risiko mendapatkan
diare 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang diberi ASI.
2. Menggunakan dan menyediakan air bersih yang memadai penting
utuk secara efektif membersihkan tempat dan peralatan memasak serta
makanan, demikian pula untuk mencuci tangan. Hal ini
memungkinkan untuk mengurangi tertelannya bakteri patogen. Maka
28

dari itu, pencegaha diare salah satunya dengan menggunakan air


bersih yang harus diambil darai sumber yang tidak terkontaminasi.
3. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun terutama setelah buang
air besar atau menceboki anak, sebelum menyusui, sebelum
memegang makanan dan makan merupakan salah satu cara mencegah
terjadinya diare. Maka dari itu keluarga dan setiap individu harus
paham fungsi dan manfaat dari mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun.
4. Menggunakan jamban sehat harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya diare, karena tinja sebagai hasil metabolisme tubuh manusia
yang banyak mengandung kuman penyebab penyakit, apabila tidak
dikelola dengan baik maka dapat menjadi sumber kuman penyakit
diare yang ditularkan kepada individu lain, baik itu melalui air bersih
yang terkontaminasi maupun melalui vektor pembawa penyakit
seperti serangga atau binatang lainnya.
Penelitian yang dilakukan Mas et al tahun 2017 didapatkan bahwa
adanya hubungan PHBS ibu dengan kejadian diare pada anak balita usia (1-5
tahun) di Posyandu Mawar Kelurahan Merjosari wilayah Puskesmas Dinoyo
Kota Malang, dengan hubungan yang signifikan (p < 0,05). Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Hadi tahun 2017 didapatkan hasil bahwasanya
terdapat hubungan antara PHBS terhadap angka kejadian diare akut pada
santri Pondok Tremas Kabupaten Pacitan, dengan hubungan yang signifikan
(p < 0,05).

2.5 Kerangka Teori

Perilaku Hidup Bersih


dan Sehat (PHBS)

PHBS di Rumah Tangga Diare

PHBS di Institusi
Pendidikan
29

PHBS di Tempat kerja

PHBS di Tempat Umum

PHBS di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan

Gambar 1. Kerangka Teori

2.6 Kerangka Konsep

PHBS di Rumah Tangga Diare

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare di wilayah kerja
Puskesmas Sidomulyo Rawat Inap Kota Pekanbaru.

You might also like