You are on page 1of 7

TUGAS

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Pada Kasus Kompleks

Dosen Pengampu: Nova Winda S, S.ST., MM., M.Tr.Keb

Disusun oleh:

Sri Nur Fatimah

(CBR0200023)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2023
A. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensi
lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih dalam sehari) (DEPKES RI, 2000). Sedangkan,
menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari,
baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Menurut definisi Digest (2006), memakai diare
dengan kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air
besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut adalah diare yang onset
gejalannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare
yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan oleh infeksi maupun non infeksi.
Dari penyebab diare yang terbanyak adalah infeksi diare. Diare infeksi dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, dan parasit. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasannya lebih
dari 200 ml/24 jam (Zein et al., 2004).
Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringat pertama
di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak-anak dan orang
dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada baik
dan anak balita (Zubir. 2006).

B. Jenis Diare
Menurut Depkes RI (2002), berdasarkan jenisnya diare terbagi menjadi 4 yaitu:
 Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7
hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama
kematian bagi penderita diare.
 Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinya
komplikasi pada mukosa.
 Diare Persisten
Diare Persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus.
Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
 Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai
dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

C. Epidemiologi Penyakit Diare


 Pendekatan epidemiologi penyakit diare

Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia yang apatis terhadap kesehatan lingkungan


dan kesehatan diri menyebabkan meningkatnya penyebab diare dan meningkatkan risiko
terkena diare.
Diare bisa disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sehat seperti :
 Sumber-sumber kotoran (pembuangan limbah, tempat sampah, pengolahan industri)
 Sumber air minum yang tidak sehat
 Rendahnya sistem sanitasi dan higienis.
Selain itu diare bisa disebabkan oleh keadaan manusia itu sendiri, ada beberapa faktor
yang menyebabkan seseorang rentan mengalami diare yaitu :
 Umur (Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan
pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur
di bawah 24 bulan).
 Jenis kelamin (Anak laki-laki lebih rentan terkena diare karena aktivitas dengan
lingkungannya lebih tinggi dibanding anak perempuan).
 Tingkat pendidikan (Hal ini berhubungan dengan tingkat pengetahuan mengenai
personal higiene).
 Pekerjaan (Memengaruhi aktivitas yang dilakukan)
 Status ekonomi (Memengaruhi terhadap status gizi dan kesehatan diri)
 Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun (ASI mengandung antibodi yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare).
 Campak (Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak- anak yang
sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir).
Selain kedua faktor tersebut diare juga terjadi akibat :
 Faktor infeksi bakteri (vibrio cholera, salmonela, sighella, escheracia coli)
 Faktor infeksi basil (Disentri)
 Faktor infeksi virus rotavirus
 Faktor infeksi parasit (Entamoeba histolytica, Cryptosporidium, Giardia lamblia)
 Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan
 Faktor keracunan makanan (Malabsorpsi, makanan, dan psikologis)

D. Segitiga Epidemiologi Diare


 Hubungan kejadian banjir dan diare
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor
yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi dengan perilaku manusia. Patogen diare seperti kolera, escherichia coli, shigella,
rotavirus, norovirus, cryptosporidium dapat menyebar melalui kontak langsung dengan air
banjir atau tercemar. Genangan air yang tersisa dari banjir menjadi tempat berkembang biak
patogen dan penyakit menular. Air dapat berperan sebagai transmisi penularan suatu penyakit
melalui mikroorganisme yang ditularkan lewat jalur air (water borne disease) atau jalur
peralatan yang di cuci dengan air (water washed disease). Sebagian besar diare disebabkan
oleh infeksi bakteri yang ditularkan melalui cara fecal-oral. Diare dapat ditularkan melalui
cairan atau bahan yang tercemar oleh tinja seperti air minum, tangan atau jari-jari, makanan
yang disiapkan dalam panci yang telah di cuci. Saat terjadi banjir biasanya terjadi kekurangan
pasokan air bersih, hal tersebut sangat memengaruhi tingkat peningkatan resiko diare.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan kejadian diare.

E. Konsep Penularan Diare


 Fomite : Alat makan/ benda yang dicuci menggunakan air yang tercemar oleh agen
diare.
 Vektor : Lalat pembawa agen diare yang menghinggapi makanan, bakteri (vibrio
cholera, salmonela, sighella, escheracia coli), virus rotavirus, parasit (Entamoeba
histolytica, Cryptosporidium, Giardia lamblia)
 Reservoir : Makanan yang tercemar oleh agen diare, feses
 Carrier : Air, daging, susu , telur
Penularan langsung diare : Penyakit diare dapat ditularkan oleh kuman, dari orang
satu ke orang lain secara langsung melalui fecal-oral dengan media penularan utama adalah
makanan atau minuman yang terkontaminasi agen penyebab diare (Suharyono, 1991).
Penderita diare berat akan mengeluarkan kuman melalui tinja, jika pembuangan tinja tidak
baik dilakukan pada jamban yang tertutup, maka berpotensi sebagai sumber penularan.
Penularan secara tidak langsung : Penyakit diare dapat juga ditularkan secara tidak
langsung melalui air. Air yang tercemar kuman, bila digunakan orang untuk keperluan sehari-
hari tanpa direbus atau dimasak terlebih dahulu, maka kuman akan masuk ke tubuh orang
yang memakainya, sehingga orang tersebut dapat terkena diare (Suharyono, 1991). Penularan
penyakit diare dapat terjadi antara lain melalui: air yang terkontaminasi oleh bakteri,
makanan yang terkontaminasi bakteri, melalui vektor penyakit, melalui tangan yang kontak
dengan bakteri, dan melalui tanah yang terkontaminasi.

F. Riwayat Alamiah Penyakit


 Tahap Pre-Patogenesis Penyakit Diare

Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri, parasit maupun virus,
diantaranya rotavirus, E.coli dan shigella, Penyebaran mikroorganisme ini dapat terjadi
melalui fecal dan oral. Pada tahap ini belum ditemukan tanda-tanda penyakit. Bila daya tahan
tubuh penjamu baik maka tubuh tidak terserang penyakit dan apabila daya tahan tubuh
penjamu lemah maka sangat mudah bagi virus untuk masuk dalam tubuh.
 Tahap inkubasi
Virus masuk ke dalam tubuh dengan menginfeksi usus baik pada jeyenum, ileum dan
colon. Setelah virus menginfeksi usus, virus menembus sel dan mengadakan lisis kemudian
virus berkembang dan memproduksi enterotoksin. Masa inkubasi biasanya sekitar 24 hari,
pasien sudah buang air besar lebih dari 4 kali tetapi belum tampak gejala-gejala lain.
 Tahap Dini
Tahap dini penyakit diare antara lain tubuh kehilangan cairan 5% dari berat badan,
kesadaran baik (somnolen), mata agak cekung, turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit
normal, berak cair 1-2 kali sehari, lemah dan haus serta ubun-ubun besar agak cekung.
 Tahap Lanjut
Tahap lanjut penyakit diare memiliki ciri-ciri antara lain tubuh kehilangan cairan
lebih dari 5-10% berat badan, keadaan umum gelisah, perasaan haus lebih tinggi, denyut nadi
cepat dan pernapasan agak cepat, mata cekung, turgor dan tonus otot agak berkurang, ubun-
ubun besar cekung, kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik
serta selaput lendir agak kering.
 Tahap Akhir
Tahap akhir penyakit diare memiliki ciri-ciri antara lain tubuh kehilangan cairan lebih
dari 10% berat badan, keadaan umum dan kesadaran koma atau apatis, denyut nadi sangat
cepat, pernapasan cepat dan dalam (kusmaull), ubun-ubun besar sangat cekung, turgor/tonus
sangat kurang serta selaput lendir kering (asidosis). Apabila mendapat penanganan yang baik
maka pasien dapat sembuh sempurna tetapi bila tahap akhir tidak mendapat penanganan yang
baik maka dapat mengancam jiwa (kematian).

G. Pencegahan Diare
 Health Promotion
Tindakan yang dilakukan yaitu melakukan penyuluhan tentang Penggunaan air bersih,
Penggunaan jamban sehat, Mencuci tangan dengan sabun, Imunisasi campak, Pemberian ASI
eksklusif dan Konsumsi makanan bersih dan sehat
 Specifik Protection
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dapat dilakukan peningkatan status gizi (pada
bayi dilakukan dengan pemberian ASI Eksklusif) dan pemberian imunisasi campak pada
bayi
 Early Diagnosis dan promt treatment
Pada tahap ini pasien diskrining dan dapat diberi oralit yang bertujuan untuk
mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang hilang karena diare. Makanan harus
diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada status gizi.
 Disabillity Limitation
Pada tiga jam pertama diberikan oralit sesuai ketentuan, kemudian setelah 3-4 jam
bila tidak ada rehidrasi pasien biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur.
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan atau sedang pasien ditawarkan makanan susu dan
sari buah dan bila tanda menunjukkan dehidrasi berat maka secepatnya rehidrasi cairan dan
amati pasien dengan seksama.
 Rehabilitation
Pada tahap ini diharapkan pengembalian fungsi fisik dan psikologis semaksimal
mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat
samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengonsumsi
makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.

You might also like