Professional Documents
Culture Documents
LEADING CHANGE
Dosen Pengampu :
Dr. Erna Widodo
Disusun oleh :
1
BAB III
LEADING CHANGE
2
kepemimpinan kualitas tinggi, dan tidak hanya manajemen yang baik.
Keseluruhan ada delapan tahap, yaitu:
3
sekolah yang terrus bersinergi menciptakan kondisi atau iklim kerja yang
nyaman dan kondusif.
3. Membangun visi
Koalisi perubahan bekerja menerjemahkan visi ke depan. Tanpa
visi, para pengikut akan kehilangan arah. Visi yang jauh ke depan harus
dapat di pilah-pilah, menjadi tahunan, semesteran bahkan 3-bulanan. Visi
bukan hanya mencakup sasaran, tetapi juga produk, segmen pasar dan
organisasi.
4. Komunikasi visi
Visi yang baik harus terkomunikasi dengan jelas dan terarah.
Komunikasi dapat di capai dengan berbagai cara, termasuk dengan contoh-
contoh. Mengubah perilaku biasanya dilakukan dengan contoh konkret,
dengan nilai-nilai yang di sepakati bersama.
4
memberikan kemenangan-kemenangan “antara” agar para pengikut
mengetahui di mana mereka, dan terus bersemangat mencapai tujuan.
5
merupakan sebuah kewajiban bagi organisasi (fM etcalfe,z oo5) agar
sekolah dapat bertahan di dunia bisnis yang semakin kompetitif.
Mengingat pentingnya perubahan, organisasi sekolah harus merubah cara
mereka berfikir tentang suatu bisnis, tidak bisa lagi mengandalkan apa
yang telah diraih, tetapi bagaimana mencari peluang untuk
mengembangkan bisnis menjadi lebih baik lagi (Cummings & Worley,
zoo3).
Perubahan itu sendiri didefinisikan sebagai sebuah transformasi
yang terencana atau tidak terencana pada struktur organisasi, teknologi dan
orang-orang yang dalam organisasi tersebut (Greenberg, zoo3). Untuk
meningkatkan per{ormance, perusahaan harus melakukan perubahan yang
terencana. Pada dasarnya perubahan terencana dalam sebuah organisasi
dipimpin
oleh pimpinan puncak dalam organisasi, tetapi seluruh anggota
dalam organisasi dapat mengambil peran dan inisistif yang diperlukan
untuk memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuannya demi
kesirksesanp rosesp erubahand alamo rganisasi (Yukl, uooz).
Dengan demikian, pemimpin harus dapat memotivasi para
anggotanya untuk terus berubah. Kepemimpinan yang efektif diperlukan
untuk memfasilitasi proses adaptasi dalam melakukan perubahan dalam
organisasi.
Peran pemimpin dalam proses perubahan dapat dikatakan sebagai
sumber kesuksesan proses perubahan karena arah dan tujuan perubahan
biasanya ditentukan oleh pemimpin untuk kemudian dilaksanakan oleh
seluruh anggota organisasi. Fungsi strategis kepemimpinan adalah
mempengaruhi budaya organisasi, mengembangkan visi, melaksanakan
perubahan, dan memotivasi untuk terus belajar dan berinovasi (yukl,2002).
6
1. Berbagai Alasan untuk Menolak Perubahan
Penolakan akan perubahan adalah sebuah fenomena umum bagi individu
dan organisasi. Ada beberapa alasan mengapa banyak yang menolak
perubahan besar dalam sebuah organisasi, antara lain:
a. Kurangnya kepercayaan. Kurangnya suatu kepercayaan
memperbesar efek dari sumber penolakan. Saling curiga dapat
mendorong pemimpin untuk menjadi tertutup tentang alasan untuk
perubahan, sehingga meningkatkan kecurigaan lebih lanjut dan
resistensi.
b. Yakin bahwa perubahan sebenarnya tidak penting. Resistensi lebih
mungkin terjadi jika saat ini melakukan hal-hal yang telah berhasil
di masa lalu dan tidak ada bukti yang jelas tentang keseriusan suatu
masalah yang membutuhkan perubahan besar. Tanda-tanda
masalah yang sedang berkembang biasanya ambigu pada tahap
awal, dan itu memudahkan bagi orang untuk mengabaikan mereka.
Jika manajemen puncak telah melebih-lebihkan kinerja organisasi,
maka meyakinkan orang dari kebutuhan untuk perubahan akan
menjadi lebih sulit.
c. Yakin bahwa perubahan tersebut tidak layak. Ketika masalah telah
diakui, sebuah usulan perubahan mungkin ditolak karena
kelihatannya tidak akan sukses. Membuat perubahan yang sangat
berbeda dari perubahan yang telah dilakukan sebelumnya
menimbulkan kesulitan bahwa hal ini tidak mustahil bagi
kebanyakan orang.
d. Ancaman ekonomi. Bahkan jika perubahan akan menguntungkan
sebuah organisasi, hal ini mungkin ditolak oleh banyak orang yang
akan mengalami pengurangan pendapatan individu, keuntungan
dan keamanan kerja. Hal ini berkaitan jika perubahannya ialah
menggantikan sumber daya manusia dengan tekonologi.
7
e. Biaya relatif tinggi. Walaupun perubahan secara jelas akan
menguntungkan sebuah organisasi, tapi selalu memerlukan biaya
dimana bisa lebih tinggi dari keuntungan yang didapatkan.
f. Ketakutan akan kegagalan secara individu.Perubahan membuat
beberapa keahlian ditinggalkan dan membutuhkan belajar cara baru
dalam melakukan pekerjaan. Orang-orang yang kurang percaya diri
akan enggan untuk menukarkan prosedur yang mereka telah kuasai
untuk hal baru dimana hal tersebut terlalu sulit untuk mereka
kuasai
g. Hilangnya jabatan dan kekuasaan. Perubahan besar dalam
organisasi biasanya menggeser jabatan dan kekuasaan bagi anggota
individu dan sub unitnya. Orang-orang yang sering bertanggung
jawab untuk aktivitas dan akan dihilangkan, maka mereka akan
kehilangan jabatan dan kekuasaan. Hal ini membuat mereka lebih
menolak untuk perubahan.
h. Ancaman untuk nilai dan cita-cita. Perubahan yang menunjukkan
ketidak konsisten dengan nilai-nilai dan cita-cita yang kuat akan
ditolak. Jika nilai tertanam dalam sebuah budaya organisasi yang
kuat, penolakan akan menyebar luas.
i. Kekesalan karena interfensi. Beberapa orang menolak perubahan
karena mereka tidak ingin dikontrol oleh orang lain.
8
b. Role-Centered Change. Pendekatan role-centered melibatkan
perubahan peran kerja dengan mengatur kembali arus kerja,
mendesain kembali pekerjaan untuk memasukkan berbagai
aktivitas dan tanggung jawab, memodifikasi hubungan
kewenangan, merubah kriteria dan prosedur evaluasi kerja, dan
merubah sistem reward.
9
programs yaitu seringnya menerapkan program ini tanpa
mendiagnosis problem organisasi dengan hati-hati. Program ini
sering gagal untuk memecahkan suatu masalah organisasi dan
kadang menjadi lebih buruk.
10
DAFTAR PUSTAKA
11