Professional Documents
Culture Documents
Pernapasan merupakan komponen dasar dari manusia, dan dalam prosesnya tentu
memliki ketentuan-ketentuan. Terdapat 2 hal paling mendasar dari cara bernafas yang pertama
menhirup (inspirasi) dan menghembuskan (ekspirasi), inspirasi bertujuan mendapatkan O2
(oksigen), karena oksigen dibutuhkan untuk penghidupan siklus mulai dari sel hingga organ
mahluk hidup, sedangkan ekspirasi bertujuan mengeluarkan molekul sisa yaitu CO2(Karbon
dioksida). Mekanisme Pernapasan memliki 2 cara, yaitu secara Fisika dan Biokimia. Pernapasan
dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, mula PH(Pangkat hydrogen), suhu, dan masih ada
lainnya. Tentu apabila terjadi gangguan dalam sistem pernapasan, dapat menggangu kondisi
dalam tubuh seseorang. Terdapat berbagai mekanisme dalam tubuh, untuk mempertahankan
kondisi pernapasan yang baik, yaitu sistem Buffer.
Abstract
Breathing is a basic component of human beings, and in the process of course have provisions.
There are two basic things from the first breath (inspiration) and expiratory (expiratory), the
inspiration aims to get O2 (oxygen), because oxygen is needed for livelihood cycles from cells to
living organ, while expiration aims to remove the remaining molecules of CO2 (Carbon dioxide).
Respiratory mechanism has 2 ways, bases on Physics and Biochemistry. Respiration can be
affected by various factors, first PH (Hydrogen rank), temperature, and others. Of course if there
is interference in the respiratory system, can interfere with the condition in a person's body.
There are various mechanisms in the body, to maintain a good breathing condition, the Buffer
system.
Senyawa O2 dan CO2 merupakan komponen utama dalam sistem pernapasan tubuh
manusia, okigen memliki peranan penghidupan setiap jaringan tubuh, sedangkan karbon dioksida
merupakan hasil buangan dari penyuluhan oksigen keseluruh jaringan tubuh, karena karbon
dioksida bersifat toxic atau beracun bagi tubuh sehingga tubuh mengeluarkannya dalam proses
ekspirasi. Dalam perambatan komponen-komponen tersebut menggunakan mekanisme difusi gas
antara alveol(sumber oksigen), pembuluh darah(sebagai penghantar, baik vena atau arteri), dan
jaringan(sebagai kosumen dan penghasil karbon dioksida). Tentu dalam prosesnya terdapat
berbagai ketentuan dan tahap-tahap.
Pada kesempatan ini akan menjelaskan mengenai bagaimana tahapan dan ketentuan
tersbut pada 3 daerah tersbut, sehingga dapat terjadi proses pernapasan, dan memfokuskan dalam
tingkat molekular. Dan pada kesempatan ini akan lebih menekankan kepada senyawa CO2,
bagaimana dia saat saluran darah, yang membagi dia menjadi 3 jenis yaitu, terlarut dalam plasma
darah, berikatan dengan hemoglobin membentuk senyawa asam bikarbonat, dan ada yang
berdifusi fisika ke alveol.
Dan bagaimana O2 dan CO2 dapat mempengaruhi PH dalam tubuh, yang dapat
menngubah tubuh menjadi Alkalosis dan Asidosis Respiratorik maupun Motorik. Dan
bagaimana tubuh memliki sistem pertahanan agar PH dalam tubuh bisa kosisten dalam keadaan
stabil, yaitu sistem Buffer.
Oksigen terutama diangkut dalam bentuk terikat dengan hemoglobin ke kapiler jaringan.
Di sel jaringan tersebut, oksigen bereaksi dengan berbagai bahan makanan sehingga
menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah besar. Karbondioksida tersebut akan masuk ke
kapiler jaringan dan diangkut kembali ke paru. 1
Meskipun PO2 merupakan faktor terpenting yang menentukan persentase saturasi oksigen
hemoglobin, ada beberapa faktor yang mempengaruhi afinitas pengikatan oksigen terhadap O2.
Ada empat kondisi penting yang mempengaruhi kurva disosiasi oksigen-hemoglobin, yaitu pH,
tekanan parsial karbon dioksida, suhu, dan konsentrasi 2,3-bifosfogliserat (2,3-BPG).
Peningkatan suhu atau penurunan pH akan menggeser kurva ke kanan. Pada keadaan ini,
semakin tinggi PO2 yang dibutuhkan hemoglobin untuk mengikat oksigen. 2,4
Peningkatan keasaman akan meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin. Asam
utama yang dihasilkan jaringan yang aktif secara metabolik di antaranya adalah asam laktat dan
asam karbonat. Pengurangan afinitas hemoglobin saat pH turun disebut efek bohr. 3,4 Efek Bohr
bekerja dengan dua jalur yaitu peningkatan H+ dalam darah akan menyebabkan O2 terlepas dari
hemoglobin dan pengikatan oksigen ke hemoglobin menyebabkan pelepasan H+ dari
hemoglobin. Dengan begitu, hemoglobin juga bisa berfungsi sebagai buffer. Namun, jika
berikatan dengan asam amino dalam hemoglobin, H+ akan mengubah struktur dari hemoglobin
sehingga kemampuannya dalam membawa oksigen turun. 4
Myoglobin
Myoglobin merupakan pigmen berisi besi yang ditemukan pada otot rangka. Tugas dari
mioglobin adalah menyimpan oksigen di dalam sel otot sehingga oksigen tersedia untuk oksidasi
bahan bakar yang menghasilkan energi bagi kontraksi otot.5
Myoglobin mirip dengan hemoglobin, hanya saja mengikat 1 mol O2 per mole. Kurva
disosiasinya berbentuk hiperbola, berbeda dengan hemoglobin yang bentuknya adalah sigmoid.
Karena kurvanya lebih ke kiri daripada kurva hemoglobin, myoglobin mengambil O2 dari
hemoglobin di darah. Myoglobin melepaskan O2 hanya pada saat nilai PO2 nya rendah. Pada
saat berolahraga, nilai PO2 nya bahkan hampir mendekati nol. Mioglobin ini sangat penting
untuk menjaga kontraksi otot. Aliran darah dapat terhambat selama kontraksi tersebut dan
mioglobinlah yang akan menyediakan O2 saat aliran darah terhambat. 2,5
Pergeseran Klorida
Karena peningkatan konten HCO3– sel darah merah lebih besar daripada di plasma saat
darah memasuki kapiler, sekitar 70% HCO3– yang dibentuk di dalam sel darah merah memasuki
plasma dan bertukaran dengan Cl–. Proses ini difasilitasi oleh anion exchanger 1 (AE1, atau yang
7 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 7 : Respiratory 1
juga disebut sebagai band 3) yang merupakan sebuah protein utama di dalam sel darah merah.
Oleh karena itu, kadar Cl– dalam sel darah merah vena lebih banyak daripada arteri. Pergeseran
klorida ini berlangsung dengan cepat dan lengkap dalam waktu 1 detik. 2
Untuk setiap molekul CO2 yang ditambahkan ke dalam sel darah merah, terdapat
peningkatan satu partikel osmotik aktif dalam sel, baik HCO3 maupun Cl– . Oleh karena itu, sel
darah merah mengambil air dan meningkatkan ukurannya. Alasan tersebut mendasari fakta
bahwa terdapat lebih sedikit cairan dalam darah arteri yang kembali melalui jalur limfatik
daripada vena. Hematokrit darah vena normalnya 3% lebih besar daripada arteri. Pada paru, Cl–
keluar dari sel, dan sel kembali mengkerut. 2
Pertukaran udara antara oksigen dan karbon dioksigen terjadi di alveolus dan jaringan
tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusimenembus selaput
alveolus dan berikatan dengan Hemoglobin (Hb) dalam darah selanjutnya karbon dioksida yang
dihasilkan akan berdifusi ke dalam darah dan diangkut ke paru paru dan dikeluarkan sebagai
udara pernafasan.
1. Hall E. Guyton & Hall Buku Saku Fisiologi Kedokteran: Transport Oksigen dan Karbon
Dioksida dalam Darah dan Cairan Jaringan. 11thed. Jakarta: EGC;2007. P. 316-21.
2. Barret KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong’s Review of Medical
Physiology: Gas Transport & pH dalam Paru. 23rded. United States: Mc Graw Hill;2010.
P. 609-13.
4. Tortora GJ. Prinsiples of Anatomy and Physiology: Transport Oksigen and Carbon
Dioxide. 12thed. Vol.2. United States: Wiley;2009. P. 900-5
5. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia Kedokteran Dasar: Struktur Protein.
Jakarta: EGC;2000. P.86-7.