You are on page 1of 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


DENGAN SOFT TISSUE CARSINOMA

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma (Smeltzer, 2012).
Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan petumbuhan sel baru (Pearce, 2010).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana selnya tidak tumbuh
seperti kanker (Price, 2009).

B. Anatomi Fisiologi
Menurut Pearce (2010), anatomi fisiologi jaringan lunak adalah sebagai berikut:
1. Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi
bergerak. Otot terdiri atas serabut silinfris yang mempunai sifat yang sama dengan
jaringan lain, semua ini diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis
jaringan ikat yang mengandung unsur kontraktil.
2. Tendon
Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa serabut-serabut simpai
yang berwarna putih, berkilap, dan tidak elastis.
3. Jaringan ikat
Jaringan ikat melengkapi kerangka badan, dan terdiri dari jaringan areolar dan
serabut elastis.
C. Etiologi
1. Kondisi genetic
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah factor predisposisi
untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar lapora gen yang abnormal,
bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong inflaasi transformasi neoplastic.
3. Lingkungan carsinogens
Sebuah asosiasi antara eksposusr ke berbagai karsinogen dan setelah itu
dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

D. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT)
adalah poliferasi jaringan mesenkimal yang teerjadi dijaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40%
terjadi di ekstremitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstremitas atas, 10% di
kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka
tumor membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan
lunak timbul di lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh. Proses alami dari kebanyakan
tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu:
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transfortasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi
3. Invasi local
4. Kondisi genetic, radiasi, infeksi, trauma.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau
benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan di
bawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit
yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga
karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar,
bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakkan relative masih mudah digerakkan
dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan
lunak yang relative elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,
mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau
bengkak, karena dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut, dapat
menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit.

F. Komplikasi
Tumor jinak bisa berubah menjadi tumor ganas/kanker, penyebaran atau
metastasis kanker ini paling sering melalui pembuluh darah ke paru-paru ke liver, dan
tulang. Jarang menyebar melalui kelenjar getah bening.

G. Prognosis
Pada kanker jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar,
resiko kekambuhan setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh
karena itu setelah operasi biasanya penderita harus sering kontrol untuk memonitor
ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan di tempat jauh
berupa metastasis di paru, liver atau tulang.

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
a. Pembedahan
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai
angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan
untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini dilakuka keperawata penyakit dengan menggunakan zat kimia
untuk membunuh sel-sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubuga dengan tumor
dan kanker dirawat dengan menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupakan terapi tunggal. Tapi
terkadang dikombinasika dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan X-ray
Untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan lunak,
transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya
jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelas tetapi melihat
klasifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di
sarcoma synovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau
ganas. Tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-
samar, seperti sarcoma otot luri, myosarcoma synovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitology aspirasi
akupuntur.
3. CT Scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan
lunak yang merupakan metode umum untuk diagnose tumor jaringan lunak dalam
beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray
dan CT Scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan
tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
mempeerluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau ivasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan Hispatologis
a. Sitology : sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan untuk
mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
2) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor yang
mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi, metastasis
dan lesi rekuren juga berlaku.
b. Forsep biopsy: jaringan ulserasi tumor lunak, sitology smear tidak dapat
didiagnosis. Laukan forsep biopsy
c. Memotong biopsy: metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
d. Biopsy eksisi: berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan
bagian dari jaringan norma di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
Pathway
Genetika Terpapar radiasi, infeksi, trauma

Membrane sel mesenkim Masuk ke dalam tubuh

Tumbuh ke dalam jaringan metaphase

Mengenai korteks

Jaringan lunak terserang

Jaringan lunak Terapi

Timbul benjolan Pembedahan

Kerusakan integritas kulit

Kurang pengetahuan Nyeri Gangguan mobilitas


fisik

Ansietas Resiko infeksi


2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Meliputi nama, jenis kelamin, alamat, umur, suku, pendidikan, pekerjaan, no rm,
diagnose medis, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nama penanggung jawab,
alamat, umur, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
b. Status Kesehatan
- Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada bagian paha. Nyeri bertabah apabila beraktivitas
berat, adanya nyeri tekan pada daerah benjolan.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya benjolan besar dan nyeri pada daerah benjolan
- Riwayat penyakit Dahulu
Awalnya hanya benjolan kecil, lama-lama benjolan bisa bertambah besar dan
muncul nyeri.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji riwayat keluarga, karena biasanya penyakit ini merupakan penyakit
genetic.
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital :
TD : biasanya normal (120/80 mmHg)
N : biasanya normal (60-100 x/menit)
R : biasanya normal (16-20 x/menit)
S : biasanya normal (36,0-37,50C)
Pemeriksaan Head to Toe
- Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan/lepas
- Mata
Inspeksi : mata simetris, konjungtiva anemis, reflek pupil isokor
Palpasi : tidak ada gangguan
- Telinga :
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada serumen
Palpasi : tidak ada ganguan
- Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak ada lesi
- Leher
Palpasi : tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada benjolan
- Dada
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : tidak ada gangguan
Perkusi : sonor
- Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada bengkak
Auskultasi : bising usus 3-15 x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
- Genetalia dan Anus
Inspeksi : bersih
- Ekstremitas Atas
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada gangguan
- Ekstremitas Bawah
Inspeksi : simetris, ada benjolan
Palpasi : nyeri tekan

2. Diagnose Keperawatan
Pre Op
1. Nyeri akut
- Berhubungan dengan
1) Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar, terpotng,
mengangkat berat, prosedur operasi traum, latihan fisik berlebihan)
2. Ansietas
- Berhubungan dengan
1) Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dll)
2) Ancaman terhadap konsep diri
3) Kebutuhan tidak terpenuhi
4) Ancaman kematian
5) Kekhawatiran mengalami kegagalan
6) Kurang terpapar informasi

Post Op
1. Nyeri akut
- Berhubungan dengan
1) Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar, terpotng,
mengangkat berat, prosedur operasi traum, latihan fisik berlebihan)
2. Gangguan integritas kulit
- Berhubungan dengan
1) Bahan kimia iritatif
2) Factor mekanis (mis. Penekanan tonjolan tulang, gesekan) atau factor
elektris (elektodiatermi, energy listrik yang bertegangan tinggi)
3) Efek samping terapi radiasi
4) Perubahan pigmentasi
5) Kelembaban
3. Gangguan mobilitas fisik
- Berhubungan dengan gangguan musculoskeletal
4. Resiko infeksi
- Factor resiko
1) Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)
2) Efek prosedur invasive
3) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
4) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : kerusakan integritas kulit,
perubahan sekresi pH, penurunan kerja siliaris, gangguan peristaltik
5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : immunosupresi
3. Intervensi Keperawatan
Pre Op
No. DX.
Keperawatan Tujuan NOC Intervensi NIC Rasional
1. Nyeri akut berhubungan a. Pain Level Paint Management Paint Management
dengan agen pencedera b. Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui tindakan yang
fisiologis (neoplasma) c. Comfort Level secara komperhensif termasuk harus dilakukan
Setelah dilakukan asuhan lokasi, karakteristik, durasi, selanjutnya
keperawatan selama x 24 frekuensi kualitas, dan factor
jam diharapkan nyeri dapat presipitasi
berkurang dengan kriteria hasil 2. Observasi reaksi nonverbal dari 2. Mengetahui tingkat nyeri
: ketidaknyamanan pasien
1. Pasien mampu mengontrol 3. Gunakan teknik komunikasi 3. Membantu pasien
nyeri (tahu penyebab nyeri, terapiutik untuk mengetahui mengungkapkan perasaan
mampu menggunakan pengalaman nyeri pasien nyerinya
tehnik nonfarmakologi 4. Kontrol lingkungan yang dapat 4. Membantu mengurangi
untuk mengurangi nyeri, mempengaruhi nyeri seperti nyeri pasien
mencari bantuan) suhu ruangan, pemcahayaan,
2. Pasien melaporkan bahwa dan kebisingan
nyeri berkurang dengan 5. Ajarkan tentang teknik non 5. Mengurangi nyeri dengan
menggunakan manajemen farmakologi (distraksi dan cara pengobatan non
nyeri relaksasi) farmakologis
3. Pasien mampu mengenali 6. Anjurkan pasien untuk 6. Mempercepat proses
nyeri (skala, intensitas, meningkatkan istirahat penyembuhan
frekuensi, dan tanda nyeri) 7. Monitor vital sign 7. Mengetahui keadaan umum
4. Pasien menyatakan nyeri pasien
berkurang (skala nyeri ) 8. Berikan analgesic yang tepat 8. Membantu mengurangi rasa
5. Tanda vital dalam rentang apabila nyeri hebat nyeri
normal
TD : 120/80 mmHg, N :
60-100 x/menit, R : 16-20
x/menit, S : 36,0-37,50C
2. Ansietas berhubungan dengan a. Anxiety control Anxiety reduction (penurunan Anxiety reduction
ancaman terhadap konsep diri b. Coping kecemasan) (penurunan kecemasan)
Setelah diberiikan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang 1. Meningkatkan BHSP
keperawatan selama x menenangkan
jam diharapkan pasien mampu 2. Jelaskan semua prosedur dan 2. Agar pasien mengetahui
mengontrol kecemasan dengan apa yang dirasakan selama tujuan dan prosedur
kriteria hasil : prosedur tindakan
1. Pasien mampu 3. Temani pasien untuk 3. Mengurangi kecemasan
mengidentifikasi dan memberikan keamanan dan pasien
mengungkapkan gejala mengurangi takut
cemas 4. Berikan informasi factual
2. Pasien mampu mengenai diagnosis, tindakan
mengidentifikasi, prognosis 4. Membantu pasien tenang
mengungkapkan, dan 5. Identifikasi tingkat kecemasan dan nyaman
menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas 6. Bantu pasien mengenal situasi 5. Mengetahui tingkat
3. Vital sign dalam batas yang menimbulkan kecemasan kecemasan pasien
normal 7. Dorong pasien untuk 6. Membantu pasien tenang
4. Postur tubuhm ekspresi mengungkapkan perasaan, dan nyaman
wajah, Bahasa tubuh dan ketakutan, persepsi 7. Cemas berkurang, pasien
tingkat aktivitas 8. Intrukikan pasien untuk merasa tenang
menunjukkan berkurangnya menggunakan tenik relaksasi
kecemasan nafas dalam
Post Op
No. DX.
Keperawatan Tujuan NOC Intervensi NIC Rasional
1. Nyeri akut berhubungan a. Pain Level Paint Management Paint Management
dengan agen pencedera fisik b. Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui tindakan yang
(prosedur operasi) c. Comfort Level secara komperhensif termasuk harus dilakukan
Setelah dilakukan asuhan lokasi, karakteristik, durasi, selanjutnya
keperawatan selama x 24 frekuensi kualitas, dan factor
jam diharapkan nyeri dapat presipitasi
berkurang dengan kriteria hasil 2. Observasi reaksi nonverbal dari 2. Mengetahui tingkat nyeri
: ketidaknyamanan pasien
1. Pasien mampu mengontrol 3. Gunakan teknik komunikasi 3. Membantu pasien
nyeri (tahu penyebab nyeri, terapiutik untuk mengetahui mengungkapkan perasaan
mampu menggunakan pengalaman nyeri pasien nyerinya
tehnik nonfarmakologi 4. Kontrol lingkungan yang dapat 4. Membantu mengurangi
untuk mengurangi nyeri, mempengaruhi nyeri seperti nyeri pasien
mencari bantuan) suhu ruangan, pemcahayaan,
2. Pasien melaporkan bahwa dan kebisingan
nyeri berkurang dengan 5. Ajarkan tentang teknik non 5. Mengurangi nyeri dengan
menggunakan manajemen farmakologi (distraksi dan cara pengobatan non
nyeri relaksasi) farmakologis
3. Pasien mampu mengenali 6. Anjurkan pasien untuk 6. Mempercepat proses
nyeri (skala, intensitas, meningkatkan istirahat penyembuhan
frekuensi, dan tanda nyeri) 7. Monitor vital sign 7. Mengetahui keadaan umum
4. Pasien menyatakan nyeri pasien
berkurang (skala nyeri ) 8. Berikan analgesic yang tepat 8. Membantu mengurangi rasa
5. Tanda vital dalam rentang apabila nyeri hebat nyeri
normal
TD : 120/80 mmHg, N :
60-100 x/menit, R : 16-20
x/menit, S : 36,0-37,50C
2. Gangguan integritas kulit a. Tissue Integrity : Skin Pressure ulcer prevention : Pressure ulcer prevention :
berhubungan dengan and Mucous Membranes wound care wound care
kelembaban b. Wound Healing : primary 1. Anjurkan pasien untuk 1. Menjaga integritas kulit
and secondary intention menggunakan pakaian yang
Setelah diberikan asuhan longgar
keperawatan selama x 24 2. Jaga kulit agar tetap bersih dan 2. Agar kulit tetap lembab
jam diharapkan gangguan kering
integritas kulit dapat berkurang 3. Hindari kerutan pada tempat 3. Menjaga integritas kulit
dengan kriteria hasil : tidur tetap baik
1. Integritas kulit yang baik 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi 4. Membantu agar pasien
bisa dipertahankan (sensasi, pasien setiap dua jam sekali) nyaman
elastisitas, temperature, 5. Monitor kulit akan adanya
hidrasi, pigmentasi) kemerahan 5. Mengetahui kondisi
2. Tidak ada luka/ lesi pada 6. Monitor aktivitas dan integrtas kulit
kulit mobilisasi pasien 6. Membantu pasien agar bisa
3. Perfusi jaringan baik 7. Monitor status nutrisi pasien mobilisasi
4. Menunjukkan pemahaman 7. Mengawasi pasien agar
dalam proses perbaikan 8. Observasi luka : lokasi, tidak kekurangan nutrisi
kulit dan mencegah dimensi, kedalaman luka, 8. Mengurangi tanda-tanda
terjadinya cedera berulang karakteristik warna cairan, infeksi
5. Mampu melidungi kulit granulasi, jaringan nekrotik,
dan mempertahankan tanda-tanda infeksi local
kelembaban kulit dan 9. Lakukan teknik perawatan luka
perawatan alami dengan steril 9. Mencegah adanya infeksi
6. Tidak ada tanda-tanda
infeksi
7. Menujukkan terjadinya
proses penyembuhan luka
3. Gangguan mobilitas fisik a. Joint movement : active Exercise therapy : ambulation Exercise therapy :
berhubungan dengan gangguan b. Mobility level ambulation
muskuloskeletal c. Self care : ADL 1. Monitoring vital sign sebelum 1. Mengetahui perkembangan
d. Transfer performance dan sesudah latihan dan lihat keadaan umum pasien
Setelah diberikan asuhan respon pasien saat latihan
keperawatan selama x 2. Ajarkan pasien atau tenaga 2. Melatih mobilisasi
jam diharapkan gangguan kesehatan lain teknik
mobilitas fisik dapat teratasi ambulansi 3. Mengetahui kemampuan
dengan kriteria hasi: 3. Kaji kemampuan pasien dalam pasien dalam pemenuhan
1. Kemampuan pasien pemenuhan kebutuhan ADLs ADLs
meningkat dalam aktivitas secara mandiri sesuai
fisik kemampuan 4. Mmbantu pasien memenuhi
2. Pasien mengerti tujuan dari 4. Damping dan bantu pasien saat kebutuhan ADLs
peningkatan mobilitas mobilisasi dan bantu penuhi
5. Meningkatkan kemampuan
3. Memverbalisasikan kebutuhan ADLs pasien
pasien dalam moilisasi
perasaan dalam 5. Ajarkan pasien bagaimana
meningkatkan kekuatan dan merubah posisi dan berikan
kemampuan dalam bantuan jika diperlukan
berpindah
4. Mempergunakan
penggunaan alat bantu untuk
mobilisasi (walker)
4. Resiko infeksi ditandai dengan a. Immune Status Infection control Infection control
b. Knowledge : Infection 1. Bersihkan ligkungan setelah 1. Mengurangi resiko infeksi
control dipakai pasien lain
c. Risk control 2. Batasi pengunjung bila perlu 2. Menurunkan resiko infeksi
Setelah diberikan asuhan 3. Intrusikan pada pengunjung
3. Mencegah terjadinya
keperawatan selama x untuk mencuci tangan saat
kontaminasi silang
jam diharapkan resiko infeksi berkunjung dan setelah
tidak menjadi actual dengan berkunjung meninggalkan
kriteria hasil : pasien
1. Pasien bebas dari tanda dan 4. Gunakan sabun untuk mencuci 4. Mencegah terpajan dengan
gejala infeksi tangan organisme infeksius
2. Pasien mampu 5. Cuci tangan setiap sebelum dan 5. Menurunkan resiko infeksi
mendeskripsikan proses sesudah tindakan keperawatan
penularan, factor yang 6. Anjurkan pasien untuk 6. Membantu meningkatkan
mempengaruhi penularan meningkatkan intake nutrisi respon imun
serta penatalaksanaannya 7. Berikan terapi antibiotic bila 7. Mencegah terjadinya
3. Pasien menunjukkan perlu infeksi
kemampuan untuk
mencegah timbulnya Infection protection
infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Infection protection
4. Jumlah leukosit dalam sistemik dan local
1. Mengidentifikasi keadaan
batas normal 2. Berikan perawatan luka pada
umum pasien dan luka
5. Menunjukkan perilaku area epidema
2. Menghindari resiko infeksi
hidup sehat 3. Intruksikan pasien untuk minum
antibiotic sesuai resep
3. Meningkatkan kesembuhan
4. Ajarkan pasien cara
menghindari infeksi
4. Mempertahankan teknik
aseptic
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, T. W. (2010). Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta:


Sagung Seto
Nuratif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis Dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction Yogya
Price, Sylvia A. (2009). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC
Poter and Perry Volume 2. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Reeves, J.C. (2007). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D (2005). Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2.
Jakarta : EGC
Smeltzer. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Weiss S. W., Goldnlum J.R (2008). Soft Tissue Tumors. Fith Edition. China : Mosby Elsevier
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui, Denpasar,..................
Pembimbing Praktik Mahasiswa

....................................................... ………………………………….
NIP............................................. NIM.............................................

Mengetahui,
PembimbingAkademik

..................................................................
NIP....................................................

You might also like