You are on page 1of 11

BAB I

LATAR BELAKANG

Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan
oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh
elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan
bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan
bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling
menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa,
tidak kepada atomnya saja.

Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun demikian, oksidator


dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator
adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II) .

Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi


(iodimetri). Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau
penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan
sample atau terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion iodida . Iodimetri adalah
titrasi redoks dengan I2 sebagai penitar.

Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada
reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan
dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stoikometri yang
sederhana pelaksanannya praktis dan tidak benyak masalah dan mudah.

Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak
langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar zat-zat oksidator secara
langsung, seperti yang kadar terdapat dalam serbuk vitamin C.

Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat – zat yang potensial
oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium – iodida, sehingga zat tersebut akan teroksidasi
oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu
secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi
reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.

Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan


iodium. Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu (2);

a. Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku
Iodium. Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat.

b. Iodimetri metode residual ( titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku
iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium
tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar Natrium Bisulfit.
Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator berupa garam-
garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat-zat oksidator ini direduksi dahulu dengan KI
dan iodin dalam jumlah yang setara dan ditentukan kembali dengan larutan natrium tiosulfat
baku.

Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi, namun
dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi
yang dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik
adalah sedikit. Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi
untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial reduksi yang jauh lebih
rendah adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah (II) dan ferosianida,
zat-zat ini bereaksi lengkap dan cepat dengan iod bahkan dalam larutan asam. Dengan zat
pereduksi yang agak lemah, misal arsen trivalen atau stibium trivalen, reaksi yang lengkap
hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit asam, pada kondisi ini
potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum atau daya mereduksinya adalah
maksimum.

Iodium merupakan oksidator yang relatif lemah. Oksidasi potensial sistem yodium yodida ini
dapat dituliskan sebagai reaksi berikut ini :
I2 + 2 e- 2 I- Eo = + 0,535 vol

Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang
mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya, sehingga mengetahui
kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengoksid (iodimetri), dan ion
iodidadigunakansebagai zat pereduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi
reduksiyang cukupkuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah
penentuan iodometrik adalahsedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk
bereaksisempurna dengan ioniodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu
kelebihan ioniodida ditambahkankepada pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan larutan
natrium tiosulfat.Iodometri adalahsuatu proses analitis tak langsung yang melibatkan iod. Ion
iodida berlebih ditambahkan padasuatu zat pengoksid sehingga membebaskan iod, yang
kemudian dititrasidengan natriumtiosulfat.(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia
Kuantitatif , Edisi V. Hal. 294)

Terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi


iodium yaitusecara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri (digunakan
larutan iodiumuntuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif
pada titikekivalennya). Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium
sendirimerupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri
(oksidatoryang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan
yang sesuaiyang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan
natriumthiosilfat standar atau asam arsenit).(Bassett,1994).

Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada
reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan
dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stokiometri yang
sederhana pelaksanaannya, praktis dan tidak banyak masalah dan mudah. (Nurirjawati El
Ruri, 2012)

Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak
langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar-kadar zat oksidator secara
langsung, seperti kadar yang terdapat pada serbuk vitamin C. (Nurirjawati El Ruri, 2012)

Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang
mengandung oksidator, misalnya Cl2, Fe(III), Cu(II) dan sebagainya. Sehingga mengetahui
kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya. (Nurirjawati El Ruri, 2012)

Pada farmakope indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar asam
askorbat, natrium tiosulfat, metampiron (antalgin), serta natrium tiosulfat dan sediaan injeksi.
(Ibnu Gholib, 2007)

Larutan I2 digunakan untuk mengoksidasi reduktor secara kuantitatif pada titik


ekuivalennya. Namun, cara pertama ini jarang diterapkan karena I2 merupakan oksidator
lemah, dan adanya oksidator kuat akan memberikan reaksi samping dengan reduktor. Adanya
reaksi samping ini mengakibatkan penyimangan hasil penetapan. (Mulyono, 2011)
Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada 25 0C), tetapi
agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan iodium standar dapat dibuat
dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol
volumetrik. Iodium, dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI
pekat, yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium. Akan tetapi
biasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa
digunakan. (Underwood, 1986).

Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah


natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan
tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi
terhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama.
Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium tiosulfat. Iodium
murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam
penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang kuat yang
membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik (Underwood, 1986).

Ion iodida adalah agen pereduksi lemah dan akan mereduksi agen oksidasi yang
kuat. Ini tidak digunakan sebagai titran terutama karena kurangnya sistem indikator visual
yang tepat, serta faktor-faktor lain seperti kecepatan reaksi. Ketika kelebihan iodida
ditambahkan ke dalam larutan agen pengoksidasi, iodium diproduksi dalam jumlah yang
setara dengan saat ini agen pengoksidasi. Iodium ini bisa dititrasi dengan agen pereduksi, dan
hasilnya akan sama seperti jika agen pengoksidasi yang dititrasi secara langsung. agen
titrasi yang digunakan adalah natrium tiosulfat.

Iodat dapat ditentukan secara iodometri:

IO3- + 5I- + 6H+ --> 3I2 + 3H2O

Masing-masing iodat menghasilkan 3 yodium, yang bereaksi lagi dengan 6 tiosulfat, dan
milimol iodat diperoleh dengan mengalikan milimol tiosulfat yang digunakan dalam titrasi
dengan 1 / 6(Christian,1994).

Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada 25oC), tetapi agak larut
dalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan iodium standar dapat dibuat dengan
menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetrik. Iodium,
dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang
dengan teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium. Akan tetapi biasanya larutan
distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa digunakan (Day &
Underwood, 2001).

Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai
indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung yang kuat
kepada pelarut-pelarut sebagai karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini
digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu
larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai
untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit
asam daripada larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Day & Underwood,
2001).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam titrasi iodometri dan iodimetri :

 oksigen error, terjadi jika dalam larutan asam, maka oksigen dari udara akan
mengoksidasi iodide menjadi iod (kesalahan makin besar dengan meningkatnya asam)
 reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (pH <8)
 larutan kanji yang sudah rusak akan memberikan warna violet yang sulit hilang
warnanya, sehingga akan mengganggu peniteran.
 pemberian kanji terlalu awal akan menyebabakan iod menguraikan amilum dan hasil
peruraian menggangu perubahan warna pada titik akhir.
 penambahan KI harus berlebih, karena I2 yang dihasilkan sukar larut dalam air tetapi
mudah larut dalam KI.
 larutan Thiosulfat dalam suasana yang sangat asam dapat menguraikan larutan
thiosulfat menjadi belerang, pada suasana basa (pH>9) thio sulfat menjadi ion sulfat
(Perdana, 2009).

Kekurangan kanji sebagai indicator adalah :

 kanji tidak larut dalam air dingin


 suspensinya dalam air tidak stabil
 bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan I2 akan membentuk
kompleks Iod-amilum.jika dalam titrasi menggunakan indicator kanji maka
penambahan kanji dilakukan pada saat mendekati ttitik ekivalen.
 Dalam proses titrasi iodo dan iodimetri sebaiknya menggunakan indicator larutan
Natrium Amylumglikolat. Indicator ini dengan I2 tidsk akan membentuk kompleks
Iod-amilum sehingga dapt ditambahkan pada awal titrasi.
(Perdana, 2009)
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat Bahan-Bahan

1. Cuplikan air garam


1. Erlenmeyer 250 ml yang akan dianalisis
2. Pipet tetes 2. KI kristal
3. Gelas ukur 50 ml 3. Na2S2O3 5H2O 0,1
4. Labu ukur 500 ml N
5. Batang pengaduk 4. Indikator kanji
6. Neraca analitik 5. Larutan KbrO3
7. Set alat titrasi 6. Akuades
8. Kaca arloji 7. NaCO3 2%
8. CuSO4
B. LANGKAH KERJA
a. Standarisasi larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N dengan KbrO3

Timbang secara analisis 1,4 gr KbrO3 ,


larutkan dalam labu ukur sampai 500 ml

Pipet 35 ml larutan ke dalam


erlenmeyer 250 ml, tambahkan 1 gram
KI dan 3 ml H2SO4 3M

Lakukan titrasi dengan natrium tiosulfat


yang akan distandarkan sampai larutan
kuning jerami(catat volume titrat yang
dibutuhkan)

Tambahkan 1 ml larutan kanji pada


titran
b. Cara menganalisis garam tembaga
25 ml CuSO4 dalam erlenmeyer 250 ml
ditambahkaan 3 tetes NaCO3 2% dan 3
ml asam asetat 2N

Tambahkan 1 gram KI, lalu kocok

Lakukan titrasi dengan natrium tiosulfat


yang akan distandarkan sampai larutan
kuning jerami(catat volume titrat yang
dibutuhkan)

Tambahkan 1 ml larutan kanji pada


titran

Lanjutkan titrasi sampai warna biru


pada larutan hilang (catat volume akhir
titrat)

Hitung kadar Cu larutan cuplikan yang


dianalisis
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

a. Percobaan 1
Kelompok Reaksi Warna Volume

KbrO3+KI + H2SO4 Kuning bening -

I Titrasi NaS2O3

+Amilum

Titrasi NaS2O3
Kuning jerami

Biru tipis

Biru kekuningan
27 ml

25 ml

KbrO3+KI + H2SO4 Agak Kuning -

II Titrasi NaS2O3

+Amilum

Titrasi NaS2O3
Kuning jerami

Warna Biru

Warna Biru Hilang


21,5 ml

25 ml

KbrO3+KI + H2SO4 Bening -

III Titrasi NaS2O3

+Amilum

Titrasi NaS2O3
Kuning jerami

Kuning kebiruan

Kuning pudar
25 ml

33 ml

KbrO3+KI + H2SO4 Kuning -

IV Titrasi NaS2O3

+Amilum

Titrasi NaS2O3
Kuning jerami

Warna Biru

Putih kekuningan
22,8 ml

25 ml
b. Percobaan 2
C. Kelompok Reaksi Warna Volume

CuSO4 + Na2CO3 2% + As. Kuning kecoklatan -

I Asetat + KI
Titrasi NaSO3

+Amilum
Kuning jerami

Hijau kebiruan
15,2 ml

Titrasi NaSO3 Hijau tosca 44 ml

CuSO4 + Na2CO3 2% + As. Coklat Keruh -

II Asetat + KI
Titrasi NaSO3

+Amilum
Hijau kekuningan

Hijau keabu-abuan
50 ml

Titrasi NaSO3 Putih ada endapan 75 ml

CuSO4 + Na2CO3 2% + As. Kuning bening -

III Asetat + KI
Titrasi NaSO3

+Amilum
Kuning jerami

Hijau Keabuan
23,3 ml

Titrasi NaSO3 Putih 22 ml

CuSO4 + Na2CO3 2% + As. Cokelat -

IV Asetat + KI
Titrasi NaSO3

+Amilum
Kuning jerami

Hijau Tua
15,5 ml

Titrasi NaSO3 Putih 37 ml


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. //www.iodo-iodimetri.com.2012

Anonim, 2010.//www. Titrasi iodometri dan iodimetri.com

Anonim. 2012.//www. Titrasi iodimetri.com

Underwood, A.L., day, RA., (1993), “Analisa Kimia Kuantitatif”, Edisi V, Alih Bahasa : R.
Soedonro, Erlangga, Surabaya, 302-304

You might also like