You are on page 1of 32

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitik dengan menggunakan
rancangan cross sectional, dimana sampel kasus hanya diobservasi satu kali tanpa diberi
perlakuan dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau status sewaktu diobservasi.
Penelitian ini dilakukan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dan
pemeriksaan klinis.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PUSKESMAS Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota
Padang, Sumatera Barat.

3.5.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2018

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah pasien PUSKESMAS Lubuk Buaya Kecamatan Koto
Tangah Padang.

3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien PUSKESMAS Lubuk Buaya
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
3.3.3 Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu :
1. Semua pasien PUSKESMAS Lubuk Buaya Padang yang berusia diatas 18 tahun
dengan kehilangan gigi sebagian.
2. Pasien yang bersikap koperatif untuk mengikuti kegiatan penelitian
3. Pasien yang sehat jasmani dan rohani
2. Kriteria Eksklusi

Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu :


1. Pasien yang berumur dibawah 18 tahun
2. Pasien yang masih memiliki gigi lengkap
3. Pasien yang telah kehilangan seluruh giginya
4. Pasien yang menggunakan gigitiruan
5. Pasien yang sedang atau pernah menggunakan piranti cekat
6. Pasien yang mengalami atrisi gigi yang berat sehingga mengubah vertikal dimensi
7. Pasien yang memiliki riwayat trauma pada daerah wajah atau kepala
8. Pasien yang mengalami gangguan sistemik
9. Pasien yang memiliki kebiasaan parafungsional

3.3.4 Jumlah Sampel


Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus data proporsi pada satu populasi.
Jumlah sampel yang dibutuhkan berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat proporsi yang

digunakan pada kasus ini sebesar 59% dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05.67

Rumus besar sampel data proporsi pada satu populasi:67

n= Z2 1 - α / 2 P(1-P)

d2

Keterangan
n = besar sampel minimum
2
= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (96%  Z α score =1,96)
p = proporsi dari penelitian yang telah ada (bila tidak ada dianggap 50% atau (0,5)
d = kesalahan yang dapat ditolerir(10%)

Hasil perhitungan n= (1,96)2 0,59 ( 1 - 0,59)


(0,1)2

= 92,929
Jadi jumlah sampel minimal adalah 93 orang pasien yang kehilangan gigi sebagian.
Untuk menghindari terjadinya drop out sampel penelitian maka jumlahsampel ditambahkan
sebesar ±10% dari sampel yang ditentukan. Oleh karena itu jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 100 orang.

3.3.5 Cara Pengambilan Sampel


Teknik pelah ngambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan teknik
purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya

3.4 Alat dan Bahan Penelitian


3.4.1 Alat Penelitian
1. Alat tulis (pulpen, pensil, penggaris)
2. Diagnostik set (kaca mulut, sonde, pinset)
3. Dental unit
4. Stetoskop (Geamedical)
5. Kaliper digital (Krisbow)
6. Hand scone
8. Masker
9. Alat pengolah data yaitu komputer dan kalkulator

3.4.2 Bahan Penelitian


Lembar Kuesioner

3.5 Definisi Operasional


a. Kehilangan gigi sebagian
Definisi : Hilangnya beberapa tetapi tidak semua gigi pada lengkung rahang.
Cara Ukur : Pemeriksaan Objektif
Alat Ukur : Diagnostik Set
Hasil Ukur :-
b. Jumlah Kehilangan gigi
Definisi : Jumlah gigi yang telah hilang atau sudah dilakukan pencabutan
Cara Ukur : Pemeriksaan Objektif
Alat Ukur : Diagnostik Set
Hasil Ukur : dikelompokkan menjadi :
- 1-5 gigi
- 6-10 gigi
- >10 gigi
c. Jumlah kuadran kehilangan gigi posterior
Definisi : Hilangnya satu atau beberapa gigi posterior di setiap kuadran pada
lengkung rahang
Cara Ukur : Pemeriksaan Objektif
Alat Ukur : Diagnostik Set
Hasil Ukur : - 1 kuadran
- 2 kuadran
- 3 kuadran
- 4 kuadran
d. Gangguan sendi temporomadibula
Definisi : Sekumpulan gejala dan tanda kelainan yang melibatkan mastikasi, sendi
temporomandibula dan struktur terkait.
Cara Ukur : Pemberian Kuesioner
Alat Ukur : Alat tulis, Lembar Kuesioner
Hasil Ukur : - Ada kelainan
- Tidak ada kelainan
3.6 Prosedur Pengambilan Data
Prosedur pengambilan data dilakukan langsung kepada pasien di PUSKESMAS Lubuk
Buaya Padang. Sebelumnya peneliti menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan penelitian
ini. Kemudian peneliti melakukan pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
yang telah ditentukan. Lalu dilanjutkan dengan pengisian lembar permohonan dan persetujuan
(informed consent) menjadi responden. Pengumpulan data mengenai gambaran kehilangan
sebagian gigi dilakukan dengan pemeriksaan objektif pada pasien, sedangkan data tentang
kelainan sendi temporomandibular dilakukan dengan pengisian kuesioner
Variabel Penelitian

3.4.1 Klasifikasi Variabel


3.4.1.1 Variabel Bebas
Pasien PUSKESMAS Lubuk Buaya Padang yang mengalami kehilangan gigi sebagian
berdasarkan :
1. Jumlah gigi yang hilang
2. Jumlah kuadran kehilangan gigi posterior
3.4.1.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah gangguan sendi temporomandibula.

3.4.1.3 Variabel Terkendali


Peneliti dan alat ukur yang sama

3.4.1.4. Variabel Tidak Terkendali


Kejujuran dan keakuratan pasien dalam menjawab pertanyaan

3.4.2 Definisi Operasional


Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas
N Definisi Has
o Variabel Operasional Cara il Skala
Penguk Peng Penguk
uran ukuran uran
1 Kehilan Hi b
. gan langnya eberapa - - -
gigi t tidak
sebagian etapi semua gigi
pada lengkung
rahang.
2 Ju G
. mlah igi
yang
hilang -
- -

3 Hi s a
. langnya atu tau - - -
be g p
berapa igi osterior
d s k p
i etiap uadran ada
le r y
ngkung ahang aitu
berjumlah 1
kuadran, 2
kuadran, 3
kuadran dan
4
kuadran.
4 Du K A a
. kungan elas : terdiritas 4 - - -
Ok z d o
lusal ona ukungan klusal
y k g
aitu ontak igi
pr d m
emolar an olar
d g
engan igi
antag p
onisnya ada
set
iap sisi.
K B t
elas 1: erdapat 3
z d o
ona ukungan klusal
y k g
aitu ontak igi
pr a m
emolar tau olar
d g
engan igi
antago
nisnya.
k B y t
elas 2: ang erdiri
d z d
ari 2 ona ukungan
ok
lusal.
K B h
elas 3: anya
ter z
dapat 1ona
dukungan
oklusal.
kelas B4: tidak
terdapat
du o
kungan klusal
n m te
amun asih rdapat
g a y
igi nterior ang
be ant
rkontak agonis.
K C t
elas : idak
dite g y
mukan igi ang
be a
rkontak ntagonis
b g a
aik igi nterior
maupun gigi
posterior.

42
Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat
N Definisi S
o. Variabel Operasional Cara Hasil kala
Penguk Penguk Peng
uran uran ukuran
1 Ganggu Sekumpulan 1 Kuesio 0-15 : N
. an gejala dan . ner Ada ominal
t yang 2 Pemeri ganggua
sendi anda melibatkan . ksan n
temporo o mastikasi, 20-100:
man- tot sendi klinis tidak
temporomandibu ada
dibula la dan gangguan
struktur terkait.

3.5

3.6 Prosedur Penelitian


3.6.1

3.6.2 Cara Penelitian


1. Penelitian ini diawali dengan observasi terhadap pasien di rumah Sakit Gigi
dan Mulut Pendidikan (RSGMP) FKG USU untuk memperoleh gambaran sampel yang akan
digunakan.
2. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus surat izin penelitian dari
Fakultas Kedokteran Gigi USU, surat persetujuan penelitian dari Komisi Etik Penelitian
Bidang Kesehatan, surat izin dari RSGMPFKG USU.
3. Setelah surat izin penelitian diperoleh, peneliti mulai melakukan penelitian
dengan mengunjungi Rumah sakit gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) FKG USU untuk
mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi.
4. Peneliti menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan, kemudian
subjek penelitian diberikan Informed Consent yaitu surat persetujuan setelah memperoleh
penjelasan.
5. Peneliti mencatat identitas sampel dan melakukan pemeriksaan terhadap
rongga mulut sampel.
6. Peneliti memberi penjelasan kepada sampel penelitian mengenai kuesioner.
7. Kuesioner terdiri dari sepuluh pertanyaan mengenai sulit atau tidaknya
membuka mulut, frekuensi sakit kepala, nyeri leher, sakit pada sendi kraniomandibular,
adanya bunyi pada sendi, artikulasi serta perasaaan gugup atau tegang yang dialami.
Setiap pertanyaan pada kuesioner ini terdiri atas 3 pilihan jawaban yaitu; tidak
mengalami, kadang-kadang, dan sering mengalami kelainan. Adapun nilai untuk penilaian
dari ketiga pilihan jawaban tersebut menurut Fonseca’s Questionnaire sebagai berikut: 66,67
:
- Tidak 0
Kadang- :
skadang
- 5
:
- Ya 10

44
Setiap nilai yang terkumpul dari pilihan jawaban dalam pertanyaan tersebut dilakukan
penjumlahan, sehingga setiap lembar kuisioner yang dijawab oleh sampel akan menghasilkan
kriteria gangguan, yang dibagi dalam 4 kriteria gangguan. Adapun nilai untuk kritria kelainan
menurut Fonseca’s Questionnaire, sebagai berikut:
- Tidak ada gangguan sendi temporomandibula : 0−15
- Gangguan sendi temporomandibula ringan : 20−40
- Gangguan sendi temporomandibula sedang : 45−65
- Gangguan sendi temporomandibula berat : 70−100
Oleh karena itu, pada penelitian ini disimpulkan dengan total nilai 0–15 responden
dinyatakan tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. Namun, apabila ditemukan
total nilai 20–100 maka responden dinyatakan mengalami gangguan sendi temporomandibula.
8. Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah
disediakan untuk memperoleh data yang diperlukan.
9. Peneliti melakukan pemeriksaan klinis pada sendi temporomandibula dengan
menggunakan dysfunction index yaitu berdasarkan hasil evaluasi lima tanda klinis gangguan
fungsi sendi dan modifiedmobilityindex (Helkimo 1974) yang terdiri dari:66
a. Pengukuran jarak pembukaan mulut maksimal
Penentuan batas pembukaan mulut maksimal dalam penelitian ini menggunakan
modifiedmobilityindex yaitu pembukaan mulut diukur dari tepi insisal rahang atas ke tepi
insisal rahang bawah. Pada keadaan yang normal jarak pembukaan maksimal adalah maksimal
≥40 mm. (Gambar 7)

45
Gambar 7. Pengukuran batas pembukaan
mulut maksimal

b. Penurunan fungsi sendi temporomandibula


Dalam pemeriksaan fungsi sendi temporomandibula dilakukan dua jenis pemeriksaan
yaitu auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi pada sendi dengan menggunakan stetoskop
(gambar 8) dan pengukuran jarak deviasi yang diukur pada saat pasien melakukan gerakan
membuka atau menutup mulut (gambar 9).

Gambar 8. Auskultasi sendi temporomandibula

46
Gambar 9. Pengukuran jarak deviasi saat membuka atau menutup mulut

c. Nyeri Otot
Pemeriksaan pada otot mastikasi di sekitar wajah dengan palpasi otot maseter
(gambar 10) dan otot temporal (gambar 11).

Gambar 10. Palpasi otot maseter

47
Gambar 11. Palpasi otot temporalis

d. Pemeriksaan pada sendi temporomandibula


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya nyeri sendi dengan
melakukan palpasi pada bagian lateral (gambar 12) dan posterior sendi temporomandibula
(gambar 13).

Gambar 12. Palpasi STM bagian lateral

48
Gambar 13. Palpasi STM bagian posterior

e. Nyeri pada pergerakan mandibula


Pemeriksaan ada tidaknya nyeri pada sendi saat pasien menggerakkan mandibula ke
lateral kanan (gambar 14) dan lateral kiri (gambar15).

Gambar 14. Pergerakan mandibula ke


lateral kanan

49
Gambar 15.Pergerakan mandibula ke
lateral kiri

Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang dilakukan, peneliti akan memberi penilaian
pada setiap tanda kinis yang ditemukan oleh responden. Adapun penilaian tersebut
dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu:
:
- Normal
0
:
- Ringan
1
- 5: Berat
Setiap nilai yang terkumpul akan dijumlahkan maka diperoleh total keseluruhan nilai
dan disesuaikan dengan kriteria gangguan fungsi sendi, yang terbagi dalam 4 kriteria
gangguan. Adapun nilai untuk kriteria tersebut adalah:
- 0: Tidak ada gangguan
- 1-4 : Disfungsi sendi ringan
- 5-9 : Disfungsi sendi sedang
- 10-25 : Disfungsi sendi berat
Oleh karena itu, disimpulkan bahwa dengan nilai 1-25 maka responden dinyatakan
mengalami gangguan sendi temporomandibula.
10. Setelah data hasil wawancara dan pemeriksaan klinis dari semua responden
telah diperoleh, peneliti melakukan tabulasi data. Data diolah dengan bantuan komputer.

50
3.7 Analisis Data
Data pasien yang mengalami kehilangan gigi diperoleh dari kuesioner dan disajikan
dengan menghitung persentase distribusi, kemudian dilakukan uji signifikan dengan chi-
square untuk menguji hubungan dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan
antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya. Berdasarkan hasil uji chi-square
dapat ditentukan variabel yang menunjukkan hubungan signifikan (p < 0,05).

51
3.8 Kerangka Operasional

Observasi terhadap pasien di RSGMP FKG USU

Mengurus surat izin penelitian dari FKG USU dan


Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan

Menentukan subjek penelitian berdasarkan kriteria


inklusi dan eksklusi

Mendatangi subjek penelitian ke RSGMP FKG USU

Penjelasan kuesioner pada responden dan pemberian


lembar Informed Consent

Pemeriksaan klinis rongga mulut


- Jumlah gigi yang hilang
- Jumlah kuadran kehilangan gigi posterior
- Dukungan oklusal

Pencatatan hasil pemeriksaan

Wawancara dan pengisian kuesioner

Pemeriksaan sendi temporomandibula

Pengolahan data

Analisis data

Kesimpulan

52
BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Pasien Kehilangan Gigi Sebagian di RSGMP FKG USU


Pada penelitian ini, pasien RSGMP FKG USU yang kehilangan gigi sebagian
dikelompokkan kedalam tiga karakteristik, yaitu jumlah kehilangan gigi, jumlah kuadran
kehilangan gigi posterior dan dukungan oklusal. Berdasarkan jumlah kehilangan gigi, pasien
yang kehilangan sebagian gigi dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu kelompok kehilangan 1-5
gigi terdiri atas 54 orang (54%), kelompok kehilangan 6-10 gigi terdiri atas 15 orang (15%)
dan kelompok kehilangan lebih dari 10 gigi terdiri atas 31 orang (31%). Berdasarkan jumlah
kuadran kehilangan gigi, pasien dibagi kedalam empat kelompok yaitu pasien yang
kehilangan gigi pada 1 kuadran terdiri atas 20 orang (20%), kehilangan gigi pada 2 kuadran
terdiri atas 21 orang (21%), kehilangan gigi pada 3 kuadran terdiri atas 12 orang (12%) dan
kehilangan gigi pada 4 kuadran terdiri atas 47 orang (47%). Berdasarkan dukungan okusal
pasien dibagi kedalam enam kelompok yaitu kelompok dukungan oklusal kelas A terdiri atas
45 orang (45%), kelas B1 terdiri atas 7 orang (7%), kelas B2 terdiri atas 18 orang (18%), kelas
B3 terdiri atas 7 orang (7 %), kelas B4 terdiri atas 10 orang (10%) dan kelas C terdiri atas 13
orang (13%). (Tabel 3)

53
Tabel 3. Karakteristik pasien yang kehilangan gigi sebagian di RSGMP FKG USU.
N
o Variabel n %
1
. Jumlah kehilangan gigi
1- 5
5 gigi 4 54
6- 1
10 gigi 5 15
> 3
10 gigi 1 31
1
JUMLAH 00 100

2 Ju kuadran g
. mlah kehilangan igi
po
sterior
2
1 0 20
2
2 1 21
1
3 2 12
4
4 7 47
1
JUMLAH 00 100

3
. Dukungan oklusal
4
A 5 45
B
1 7 7
B 1
2 8 18
B
3 7 7
B 1
4 0 10
1
C 3 13
1
JUMLAH 00 100

4.2 Prevalensi Kehilangan Gigi Sebagian yang Mengalami


Gangguan
Se Temporoman P P RSGMP FKG
ndi dibula ada asien USU
Berdasarkan Kuesioner dan Pemeriksaan Klinis
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan
kuesioner dan pemeriksaan klinis. Berdasarkan hasil pengumpulan data dari kuesioner yang
terdiri dari 10 pertanyaantanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula, menunjukkan
dari 100 orang yang diperiksa ditemukan 59 orang (59%)pasien yang mengalami gangguan
sendi temporomandibula dan sebanyak 41 orang (41%) yang tidak mengalami gangguan sendi
temporomandibula. (Tabel 4)
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang terdiri dari pemeriksaan pembukaan mulut
maksimal, pemeriksaan bunyi pada sendi temporomandibula dan pengukuran besar deviasi,
palpasi pada otot, palpasi pada sendi temporomandibula

54
dan palpasi padasaat pergerakan mandibula, ditemukan sebanyak 86 orang (86%)
yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan terdapat 14 orang (14%)
yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. (Tabel 4)

Tabel 4. Prevalensi kehilangan gigi sebagian dengan gangguan sendi


temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan kuesioner dan pemeriksaan
klinis
Pemeri
ksaan Ada Tidak Ada Jumlah

n % n % n %

Kue 5 1
sioner 9 59 41 41 100 00

Pemerik 8 1
saan 6 86 14 14 100 00
Klin
is

4.3 Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi


Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah Kehilangan
Gigi
Hasil penelitian ini menunjukkanpada kelompok kehilangan 1-5 gigi ditemukan 43
orang (79,6%) mengalami gangguan temporomandibula dan 11 orang (20,4%) tidak
mengalami gangguan temporomandibula. Pada kelompok kehilangan 6-10 gigi ditemukan 13
orang (86,7%) yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan 2 orang (13,3%) yang
tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. Pada kelompok kehilangan lebih dari 10
gigi ditemukan 30 orang (96,8%) yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan
terdapat 1 orang (3,2%) yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. (tabel 5)
Hasil penelitian ini menunjukkan persentase pasien yang mengalami gangguan
temporomandibula paling tinggi terdapat pada kelompok kehilangan lebih dari 10 gigi
(96,8%) dan paling rendah terdapat pada kasus kehilangan 1-5 gigi (79,6%). Data yang
diperoleh menunjukkan adanya peningkatan persentase responden yang mengalami gangguan
sendi temporomandibula seiring dengan peningkatan jumlah kehilangan gigi. Berdasarkan
hasil uji chi-square

55
menunjukkantidak ada hubungan antara jumlah kehilangan gigi dengan gangguan
sendi temporomandibula pada kehilangan gigi sebagian dengan nilai p= 0,09 (p>0,05). (Tabel
5)

Tabel 5. Hubungan kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi


temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan jumlah kehilangan gigi

Gang Jumlah
guan Kehilangan Gigi
1 6 >
STM -5 -10 10 p
n % n % n %
4 7 1 8 3 96
Ada 3 9,6 3 6,7 0 ,8
Tidak 1 2 1 3, 0
Ada 1 0,4 2 3,3 1 2 ,09
Juml 5 1 1 1 3 10
ah 4 00 5 00 1 0

4.4 Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi


Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah Kuadran
Kehilangan Gigi Posterior
Berdasarkan hasil penelitian ini, pada kelompok kehilangan gigi posterior pada satu
kuadran ditemukan sebanyak 13 (65,0%) orang yang mengalami gangguan sendi
temporomandibula dan terdapat 7 orang (35,0%) yang tidak mengalami gangguan sendi
temporomandibula. Pada kelompok dua kuadran terdapat 18 orang (85,7%) yang mengalami
gangguan sendi temporomandibula dan terdapat 3 orang (14,3%) yang tidak mengalami
gangguan sendi temporomandibula. Pada kelompok tiga kuadran terdapat 10 orang (83,3%)
yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan terdapat 2 (16,7%) orang yang tidak
mengalami gangguan sendi temporomandibula. Pada kelompok empat kuadran terdapat 45
orang (95,7%) yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan terdapat 2 orang
(4,3%) yang tidak mengalami ganguan sendi temporomandibula. (Tabel 6)

56
Berdasarkan jumlah kuadran kehilangan gigi posteriordiperoleh frekuensi pasien yang
mengalami gangguan temporomandibula paling tinggi terdapat pada kelompok kehilangan
gigi posterior yang berjumlah empat kuadran (95,7%) sedangkan frekuensi yang paling rendah
pada satu kuadran kehilangan gigi posterior (65,0%). Uji chi-square menunjukkan ada
hubungan antara jumlah kuadran kehilangan gigi posterior terhadap gangguan sendi
temporomandibula pada kehilangan gigi sebagian dengan nilai p= 0,011 (p<0,05). (Tabel 6)

Tabel 6. Hubungan kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi


temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan jumlah kuadran kehilangan
gigi posterior
Gang Jumlah Kuadran Kehilangan Gigi
guan Posterior
STM 1 2 3 4 p
n % n % N % n %
1 6 1 8 1 83 4 9
Ada 3 5 8 5,7 0 ,3 5 5,7
Tida 3 1 16 4, 0,
k Ada 7 5 3 4,3 2 ,7 2 3 011*
Juml 2 1 2 1 1 10 4 1
ah 0 00 1 00 2 0 7 00
Keterangan: *hubungan signifikan

4.5 Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi


Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Dukungan Oklusal
Berdasarkan hasil penelitian ini, pada kelompok dukungan oklusal kelas A ditemukan
sebanyak 35 orang (77,78%) dan sebanyak 10 orang (22,22%) yang tidak mengalami
gangguan sendi temporomandibula. Semua responden pada kelompok kelas B1 yaitu
sebanyak 7 orang (100%) mengalami gangguan sendi temporomandibula. Pada kelompok
kelas B2 terdapat 14 orang (77,78%) yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan
terdapat 4 orang (22,22%) yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. Semua
responden pada kelompok kelas B3 diperoleh sebanyak 7 orang (100%) yang mengalami
gangguan

57
sendi temporomandibula. Hal yang sama juga ditemukan pada kelompok kelas B4
dimana semua responden pada kelas ini yaitu sebanyak 10 orang (100%) mengalami
gangguan sendi temporomandibula. Pada kelompok kelas C juga ditemukan semua responden
mengalami gangguan sendi temporomandibula yaitu sebanyak 13 orang (100%).
Pada tabel terlihat bahwa frekuensi pasien yang mengalami gangguan sendi
temporomandibula yang paling tinggi terjadi pada kelompok dukungan oklusal kelas B1, B3,
B4 dan C (100%) dan frekuensi paling rendah pada kelompok dukugan oklusal kelas A dan
B2 (77,78%). Berdasarkan hasil uji chi-squaretidak ada hubungan antara kehilangan gigi
sebagian terhadap gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal yang
ditunjukkan dengan nilai p= 0,089 (p>0,05). (Tabel 7)

Tabel 7. Hubungan kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi


temporomandibula pada pasien RSGMP FKG USU berdasarkan dukungan oklusal.
Gan Dukungan
gguan Oklusal
ST B B B B
M A 1 2 3 4 C p
n % n % n % n % n % n %
3 7 1 1 7 1 1 1 1 1
Ada 5 7,78 007 4 7,78 007 0 00 3 00
Tid 1 2 2 0
ak Ada 0 2,22 0 0 2,22
4 0 0 0 0 0 0 ,089
Jum 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1
lah 5 00 007 8 00 007 0 00 3 00

58
BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Pasien Kehilangan Gigi Sebagian di RSGMP FKG USU


Pada penelitian ini pengelompokan pasien sebagai responden berdasarkan jumlah
kehilangan gigi ditemukan persentase tertinggi pada kelompok yang kehilangan 1-5 gigi
(54%). Hal ini sesuai dengan data hasil Riskesdas tahun 2013 yang melaporkan prevalensi
nasional indeks DMFT 4,6. Data ini menjelaskan bahwa rata-rata masyarakat mengalami
kerusakan 5 gigi per orang.30 Dalam penelitian ini pasien sebagai responden yang berusia 18-
35 tahun sebesar 47%, 35-44 tahun sebesar 11%, 45-54 tahun sebesar 21%, 55-64 tahun
sebesar 18% dan pasien yang berumur diatas 65 tahun sebesar 3%. Data ini menunjukkan
bahwa pasien sebagai responden lebih banyak pada usia yang lebih muda dimana keadaan ini
mengakibatkan persentase jumlah kehilangan 1-5 gigi lebih tinggi dibandingkan pada
kelompok dengan jumlah kehilangan gigi yang lebih banyak. Keadaan ini disebabkan oleh
usia sebagai faktor sosiodemografi yang turut memengaruhi terjadinya kehilangan gigi. 32,33
Hal ini dikarenakan semakin lama gigi berada di dalam rongga mulut maka semakin tinggi
resiko terjadinya kerusakan gigi yang pada akhirnya menyebabkan hilangnya gigi. 25,33,34 Hal
ini didukung oleh data Riskesdas yang menunjukkan peningkatan indeks DMFT seiring
bertambahnya umur.30 Disamping itu, berdasarkan data Oral Health US (2002) juga

menunjukkan meningkatnya prevalensi kehilangan gigi seiring peningkatan usia.26


Pada pengelompokan pasien sebagai responden berdasarkan jumlah kuadran
kehilangan gigi, persentase terbesar ditemukan pada kelompok yang kehilangan gigi pada
empat kuadran gigi (47%). Dalam penelitian ini pasien sebagai responden mengalami rata rata
mengalami kerusakan gigi molar pertama di keempat kuadran gigi. Hal ini dikarenakan gigi
molar pertama merupakan gigi yang paling sering mengalami kerusakan karena karies dan
juga gigi yang paling sering direstorasi, bahkan sebanyak 70% gigi molar pertama permanen
yang terkena karies harus

59
dicabut.68 Hal ini juga terlihat pada penelitian Wang dkk (2009) yang menunjukkan
kehilangan gigi pada semua kuadran lebih banyak.11
Pada penelitian ini pengelompokkan pasien sebagai responden berdasarkan dukungan
oklusal menggunakan klasifikasi eichner yakni berdasarkan kontak oklusal gigi geligi yang
berantagonis pada maksila dan mandibula.14 Berdasarkan data yang diperoleh, persentase
tertinggi terdapat pada kelompok dukungan oklusal kelas A yang terdiri atas 4 zona dukungan
oklusal dimana hal ini berarti minimal terdapat 1 gigi dari kedua gigi premolar dan molar yang
berkontak antagonis pada setiap sisinya. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada penelitian ini
ditemukan jumlah kehilangan gigi terbanyak pada responden penelitian adalah 1-5 gigi dan
jumlah kuadran kehilangan gigi tertinggi pada keempat kuadran. Keadaan ini dapat
menjelaskan bahwa rata-rata responden kehilangan 1 gigi di setiap kuadran sehingga masih
ada gigi premolar maupun molar yang berkontak pada setiap sisinya dimana ini berarti
memiliki 4 zona dukungan oklusal.

5.2 Prevalensi Kehilangan Gigi Sebagian yang Mengalami Gangguan


Sendi Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU
Pada penelitian ini, berdasarkan kuesioner diperoleh prevalensi pasien dengan
kehilangan gigi yang mengalami tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula adalah
sebesar 59%. Sedangkan berdasarkan pemeriksaan klinis pada penelitian ini diperoleh
prevalensi sebesar 86%. Hasil pengumpulan data menunjukkan adanya perbedaan hasil
kuesioner dengan pemeriksaan klinis pada pasien sebagai responden karena tingkat
keakuratan responden dalam menjawab kuesioner merupakan faktor yang tidak dapat
dikendalikan oleh peneliti.
Gangguan sendi temporomandibula merupakan sekumpulan tanda dan gejala yang
melibatkan otot mastikasi, sendi temporomandibula dan struktur terkait yang digambarkan
dengan adanya nyeri pada area preauricular, nyeri pada sendi temporomandibula, nyeri pada
otot-otot pengunyahan, keterbatasan atau deviasi pada pergerakan mandibula dan bunyi pada
sendi selama mandibula berfungsi. Pada umumnya keluhan pasien yang mengalami gangguan
sendi temporomandibula

60
diantaranya sakit kepala, nyeri di sekitar leher, nyeri pada wajah dan sakit pada telinga
sehingga sering dianggap bukan berasal dari keadaan gigi geligi dan sendi. Oleh karena itu,
pasien sering tidak menyadari adanya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula
seperti deviasi dan krepitasi sendi.7,8,18,19 Hal ini menyebabkan gangguan sendi
temporomandibula lebih banyak ditemukan pada pemeriksaan klinis dibandingkan kuesioner.
Selain itu berdasarkan penelitian Gaphor dan Hameed (2010) menyatakan bahwa individu
malu untuk mengakui adanya gangguan dikarenakan lingkungan saat menanyakan keluhan
tanpa privasi.18
Berdasarkan adanya faktor-faktor yang menyebabkan ketidakakuratan pasien sebagai
responden dalam menjawab pertanyaan kuesioner, oleh karena itu pemeriksaan klinis
dianggap sebagai metode yang lebih objektif dalam mendiagnosis tanda dan gejala sendi
temporomandibula. Oleh karena itu, hasil pemeriksaan klinis yang digunakan untuk melihat
hubungan gangguan sendi temporomandibula dengan kehilangan gigi sebagian berdasarkan
jumlah kehilangan gigi, jumlah kuadran kehilangan gigi posterior dan dukungan oklusal.

5.3 Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi


Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah Kehilangan
Gigi
Pada penelitian ini, persentase pasien yang memiliki tanda dan gejala gangguan sendi
temporomandibula paling banyak pada kelompok kehilangan lebih dari 10 gigi (96,8%). Hasil
penelitian ini menunjukkan peningkatan jumlah kehilangan gigi diikuti peningkatan frekuensi
pasien yang memiliki tanda dan gejala sendi temporomandibula. Berdasarkan hasil uji chi-
square diperoleh nilai p= 0,09 (p> 0,05) yang menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara jumlah kehilangan gigi terhadap gangguan sendi temporomandibula.
Hilangnya sejumlah besar gigi menyebabkan beban oklusal yang diterima oleh gigi yang
masih tinggal semakin berat.6 Keadaan ini pada akhirnya akan mengakibatkan beban berlebih
pada sendi temporomandibula sehingga dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya
perubahan

sendi.4,10,48

61
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Himawan (2007) yang juga
menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi terhadap gangguan
sendi temporomandibula meskipun frekuensi distribusi data yang diperoleh menunjukkan
kehilangan lebih dari 13 gigi memiliki peranan terhadap timbulnya tanda dan gejala gangguan
sendi temporomandibula.6 Menurut Okeson inklinasi gigi anterior memiliki fungsi yang
berbeda dari gigi geligi posterior. Fungsi utama gigi posterior adalah untuk membantu
pemecahan makanan selama proses pengunyahan berlangsung serta berguna untuk
mempertahankan dimensi vertikal oklusi. Kontak oklusal gigi geligi posterior berfungsi untuk
menjaga stabilitas mandibula secara maksimal dan meminimalkan tekanan pada masing
masing gigi sehingga memungkinkan rahang mampu menerima beban yang berat tanpa
mengganggu gigi dan struktur pendukungnya. Berbeda halnya dengan gigi anterior yang
tujuan utamanya bukanlah untuk mempertahankan dimensi vetikal melainkan berperan
sebagai penuntun mandibula pada saat pergerakan anterior mandibula.48 Hal ini menjelaskan
bahwa kehilangan gigi posterior lebih berpengaruh dibandingkan dengan kehilangan gigi
anterior terhadap terjadinya gangguan sendi temporomandibula. Namun pada penelitian ini
jumlah kehilangan gigi tidak dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu kehilangan gigi anterior
atau posterior.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Wang dkk (2009) yang menyatakan
bahwa jumlah kehilangan gigi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap timbulnya
tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh
emosional yang turut berpengaruh terhadap sensitifitas nyeri sebagai salah satu tanda dan
gejala timbulnya gangguan sendi temporomandibula.9 Keadaan ini terjadi karena pada saat
beban emosi yang berat terjadi perubahan sirkulasi pada otot pengunyahan yaitu peningkatan
cairan pada jaringan otot yang mengakibatkan adanya tekanan pada reseptor nyeri. 53 Namun
hal ini tidak sejalan dengan penelitian Uhac dkk (2002) yang menyatakan bahwa resiko tanda
dan gejala gangguan sendi temporomandibula memiliki hubungan yang signifikan pada
individu yang kehilangan gigi lebih banyak.20

62
5.4Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi
Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah Kuadran
Kehilangan Gigi Posterior
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok yang mengalami gangguan sendi
temporomandibula paling banyak pada kelompok yang kehilangan gigi posterior di semua
kuadran gigi (95,7%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p= 0,011 (p< 0,05)
yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi sebagian terhadap
gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal. Keadaan ini dikarenakan
kehilangan gigi posterior akan diikuti dengan hilangnya kontak oklusal yang mengakibatkan
ketidakseimbangan oklusi sehingga mengganggu kestabilan lengkung gigi. Dalam keadaan ini
struktur sendi akan menerima beban yang tidak merata dan apabila terjadi terus menerus dapat
mengganggu sendi temporomandibula.2-4,11-13,48 Selain itu, pada kehilangan gigi posterior
pada satu regio dapat menyebabkan overclosure yang mengakibatkan deviasi kondilus dari
posisi sentrik normal sehingga menyebabkan pergeseran sendi temporomandibula.12 Keadaan
ini mengakibatkan ketidakseimbangan posisi mandibula sehingga sendi temporomandibula
tidak dapat berfungsi secara efektif dan jika pada keadaan ini gigi atau sendi mendapat
tekanan yang besar maka dapat memicu kerusakan sendi, gigi dan struktur pendukungnya.48
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Shet RGK (2010) yang menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara jumlah kuadran kehilangan gigi dengan gangguan
sendi temporomandibula.17 Hal ini juga didukung oleh penelitian Wang dkk (2009) yang
menyatakan bahwa jumlah kuadran kehilangan gigi lebih berpengaruh terhadap terjadinya
gangguan sendi temporomandibula dibandingkan dengan jumlah kehilangan gigi dimana
semakin besar jumlah kuadran kehilangan gigi maka insiden terjadinya gangguan sendi
temporomandibula akan meningkat. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa resiko
lebih rendah pada individu yang mengalami kehilangan gigi posterior hanya pada satu
kuadran dibandingkan dengan kehilangan gigi posterior pada kuadran yang berbeda.9

63
5.5Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi
Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Dukungan Oklusal
Dalampenelitian ini, pada kehilangan gigi sebagian keberadaan dukungan oklusal

diklasifikasikan dengan menggunakan eichner index.14 Klasifikasi eichner ini berdasarkan daerah
kontak oklusal gigi geligi yang berantagonis pada maksila dan mandibula. Klasifikasi ini membagi
dukungan oklusal kedalam 3 kelas yaitu, kelas A, kelas B dan kelas C.Kelas A terdiri atas 4 zona
dukungan oklusal yaitu kontak gigi premolar dengan gigi antagonisnya pada setiap sisi. Kelas B
dibagi kedalam 4 kelompok yaitu B1, B2, B3 dan B4. Kelas B1 terdapat 3 zona dukungan oklusal,
kelas B2 yang terdiri dari 2 zona dukungan oklusal dan kelas B3 yang hanya memiliki 1 zona
dukungan oklusal serta kelas B4 yang mana dukungan hanya berada pada daerah gigi anterior
sedangkan pada kelas C adalah tidak ditemukan gigi yang berkontak antagonis baik anterior

maupun posterior.14,61 Kehilangan gigi posterior akan disertai dengan hilangnya dataran oklusal,

yang mana akan memengaruhi keseimbangan oklusi dan mengganggu fungsi. 7,12,13Pada
penelitian ini seluruh sampel pada kelas B1, B3, B4 dan C (100%) mengalami ganguan sendi
temporomandibula. Pada kelompok kelas B2 diperoleh hasil yang berbeda yaitu sebesar 77,78%
yang mengalami gangguan sendi temporomandibula. Hal ini dikarenakan hilangnya dukungan
oklusal akibat kehilangan gigi bukan merupakan satu satunya faktor yang dapat mengakibatkan
timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Beberapa faktor lain yang turut
berpengaruh dalam menimbulkan gangguan sendi temporomandibula diantaranya usia, jenis
kelamin, keadaan emosional dan faktor sistemik pasien namun, dalam penelitian ini faktor-faktor
tersebut tidak diperhatikan.
Dari hasil uji analisis chi-square didapati tidak ada hubungan kehilangan gigi sebagian
dengan gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal dengan nilai p=
0,089 (p>0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hiltunen K (2004) yang juga
menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan oklusal berdasarkan eichner
index dengan gangguan sendi temporomandibula. Hal ini disebabkan kehilangan gigi tidak
selalu dapat

64
menggambarkan efektifitas fungsi sistem mastikasi namun dapat dijadikan indikator
kesehatan gigi dan mulut.61 Namun dalam penelitian Mund T (2005) ditemukan adanya
hubungan yangsignifikan antara hubungan dukungan oklusal dengan gangguan sendi
temporomandibula pada pria sedangkan pada wanita tidak ditemukan hubungan yang
signifikan. Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh interaksi antara jenis kelamin dan dukungan
oklusal yang saling memengaruhi terhadap timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi
temporomandibula.14
Hal ini disebabkan oleh karena etiologi gangguan sendi temporomandibula merupakan
multifaktorial yakni banyak faktor resiko yang sering dikaitkan terhadap timbulnya tanda dan
gejala gangguan sendi temporomandibula. Faktor yang sering dikaitkan diantaranya adalah
jenis kelamin dan usia. Perbedaan level hormon estrogen merupakan hal yang penting dalam
gangguan sendi temporomandibula berdasarkan jenis kelamin. Hal ini dikarenakan hormon
estrogen merupakan faktor penting dalam perjalanan timbulnya nyeri sebagai salah satu tanda
dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Selain itu, juga terdapat perbedaan batas
kemampuan dalam menerima stress antara pria dan wanita.3,10,16,48,55 Disamping itu usia
merupakan faktor predisposisi terjadinya gangguan sendi temporomandibula karena frekuensi
dan tingkat keparahan suatu penyakit meningkat seiring dengan pertambahan usia.57 Selain
itu, dalam penelitian ini kelas A dan kelas C tidak dibedakan berdasarkan subkelasnya yang
mana hal ini juga akan mempengaruhi migrasi gigi geligi yang tinggal ke daerah tidak bergigi
untuk mencapai kontak.

Pada penelitian ini, pasien sebagai responden tidak dibedakan berdasarkan usia dan
jenis kelamin serta faktor-faktor lain yang turut berpengaruh dalam menimbulkan terjadinya
gangguan sendi temporomandibula. Selain itu, jumlah sampel yang diperoleh tidak merata
sehingga data yang diperoleh tidak cukup adekuat untuk digunakan dalam menganalisis
hubungan kehilangan gigi terhadap gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan
oklusal.

65
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik pasien di RSGMP FKG USU berdasarkan jumlah kehilangan


gigi pada kehilangan 1-5 gigi sebesar 54%, kehilangan 6-10 gigi sebesar 15%, kehilangan >10
gigi sebesar 31%. Berdasarkan jumlah kuadran kehilangan gigi posterior berjumlah satu
kuadran sebesar 20%, berjumlah dua kuadran sebesar 21%, berjumlah tiga kuadran 12%,
berjumlah empat kuadran 47%. Berdasarkan dukungan oklusal eichner index ditemukan pada
kelas A sebanyak 45%, kelas B1 sebanyak 7%, kelas B2 sebanyak 18%, kelas B3 sebanyak
7%, kelas B4 sebanyak 10%, kelas C sebanyak 13%.
2. Prevalensi pasien kehilangan gigi sebagian yang mengalami gangguan
sendi temporomandibula di RSGMPFKG USU berdasarkan kuesioner sebesar 59% sedangkan
berdasarkan pemeriksaan klinis sebesar 86%.
3. Tidak ada hubungan kehilangan gigi sebagian terhadapgangguan sendi
temporomandibula berdasarkan jumlah kehilangan gigi dengan nilai p= 0,09, namun terdapat
peningkatan terjadinya gangguan sendi temporomandibula seiring dengan peningkatan jumlah
kehilangan gigi.
4. Ada hubungan yang signifikan kehilangan gigi sebagian terhadapgangguan
sendi temporomandibula berdasarkan jumlah kuadran kehilangan gigi posterior dengan nilai
p= 0,011.
5. Tidak ada hubungan kehilangan gigi sebagian terhadap gangguan sendi
temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal dengan nilai p= 0,089.

66
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menggunakan sampel yang
lebih representatif dan distribusi lebih merata untuk setiap kelompok variabel.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui frekuensi
distribusi setiap tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula sehingga dapat diketahui
tanda dan gejala yang paling banyak dialami pasien yang mengalami gangguan sendi
temporomandibula.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai tingkat keparahan
gangguan sendi temporomandibula berdasarkan tanda dan gejala yang dimiliki responden.
4. Etiologi terjadinya gangguan sendi temporomandibula adalah
multifaktorial sehingga pada penelitian yang lebih lanjut diharapkan peneliti memperhatikan
faktor – faktor resiko lain yang turut berpengaruh terhadap timbulnya tanda dan gejala sendi
temporomandibula seperti usia, jenis kelamin dan keadaan psikologi responden agar hasil
yang diperoleh secara akurat mampu menunjukkan ada tidaknya hubungan kehilangan gigi
terhadap gangguan sendi temporomandibula.

67

You might also like