Professional Documents
Culture Documents
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien PUSKESMAS Lubuk Buaya
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
3.3.3 Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu :
1. Semua pasien PUSKESMAS Lubuk Buaya Padang yang berusia diatas 18 tahun
dengan kehilangan gigi sebagian.
2. Pasien yang bersikap koperatif untuk mengikuti kegiatan penelitian
3. Pasien yang sehat jasmani dan rohani
2. Kriteria Eksklusi
digunakan pada kasus ini sebesar 59% dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05.67
n= Z2 1 - α / 2 P(1-P)
d2
Keterangan
n = besar sampel minimum
2
= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (96% Z α score =1,96)
p = proporsi dari penelitian yang telah ada (bila tidak ada dianggap 50% atau (0,5)
d = kesalahan yang dapat ditolerir(10%)
= 92,929
Jadi jumlah sampel minimal adalah 93 orang pasien yang kehilangan gigi sebagian.
Untuk menghindari terjadinya drop out sampel penelitian maka jumlahsampel ditambahkan
sebesar ±10% dari sampel yang ditentukan. Oleh karena itu jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 100 orang.
3 Hi s a
. langnya atu tau - - -
be g p
berapa igi osterior
d s k p
i etiap uadran ada
le r y
ngkung ahang aitu
berjumlah 1
kuadran, 2
kuadran, 3
kuadran dan
4
kuadran.
4 Du K A a
. kungan elas : terdiritas 4 - - -
Ok z d o
lusal ona ukungan klusal
y k g
aitu ontak igi
pr d m
emolar an olar
d g
engan igi
antag p
onisnya ada
set
iap sisi.
K B t
elas 1: erdapat 3
z d o
ona ukungan klusal
y k g
aitu ontak igi
pr a m
emolar tau olar
d g
engan igi
antago
nisnya.
k B y t
elas 2: ang erdiri
d z d
ari 2 ona ukungan
ok
lusal.
K B h
elas 3: anya
ter z
dapat 1ona
dukungan
oklusal.
kelas B4: tidak
terdapat
du o
kungan klusal
n m te
amun asih rdapat
g a y
igi nterior ang
be ant
rkontak agonis.
K C t
elas : idak
dite g y
mukan igi ang
be a
rkontak ntagonis
b g a
aik igi nterior
maupun gigi
posterior.
42
Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat
N Definisi S
o. Variabel Operasional Cara Hasil kala
Penguk Penguk Peng
uran uran ukuran
1 Ganggu Sekumpulan 1 Kuesio 0-15 : N
. an gejala dan . ner Ada ominal
t yang 2 Pemeri ganggua
sendi anda melibatkan . ksan n
temporo o mastikasi, 20-100:
man- tot sendi klinis tidak
temporomandibu ada
dibula la dan gangguan
struktur terkait.
3.5
44
Setiap nilai yang terkumpul dari pilihan jawaban dalam pertanyaan tersebut dilakukan
penjumlahan, sehingga setiap lembar kuisioner yang dijawab oleh sampel akan menghasilkan
kriteria gangguan, yang dibagi dalam 4 kriteria gangguan. Adapun nilai untuk kritria kelainan
menurut Fonseca’s Questionnaire, sebagai berikut:
- Tidak ada gangguan sendi temporomandibula : 0−15
- Gangguan sendi temporomandibula ringan : 20−40
- Gangguan sendi temporomandibula sedang : 45−65
- Gangguan sendi temporomandibula berat : 70−100
Oleh karena itu, pada penelitian ini disimpulkan dengan total nilai 0–15 responden
dinyatakan tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. Namun, apabila ditemukan
total nilai 20–100 maka responden dinyatakan mengalami gangguan sendi temporomandibula.
8. Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah
disediakan untuk memperoleh data yang diperlukan.
9. Peneliti melakukan pemeriksaan klinis pada sendi temporomandibula dengan
menggunakan dysfunction index yaitu berdasarkan hasil evaluasi lima tanda klinis gangguan
fungsi sendi dan modifiedmobilityindex (Helkimo 1974) yang terdiri dari:66
a. Pengukuran jarak pembukaan mulut maksimal
Penentuan batas pembukaan mulut maksimal dalam penelitian ini menggunakan
modifiedmobilityindex yaitu pembukaan mulut diukur dari tepi insisal rahang atas ke tepi
insisal rahang bawah. Pada keadaan yang normal jarak pembukaan maksimal adalah maksimal
≥40 mm. (Gambar 7)
45
Gambar 7. Pengukuran batas pembukaan
mulut maksimal
46
Gambar 9. Pengukuran jarak deviasi saat membuka atau menutup mulut
c. Nyeri Otot
Pemeriksaan pada otot mastikasi di sekitar wajah dengan palpasi otot maseter
(gambar 10) dan otot temporal (gambar 11).
47
Gambar 11. Palpasi otot temporalis
48
Gambar 13. Palpasi STM bagian posterior
49
Gambar 15.Pergerakan mandibula ke
lateral kiri
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang dilakukan, peneliti akan memberi penilaian
pada setiap tanda kinis yang ditemukan oleh responden. Adapun penilaian tersebut
dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu:
:
- Normal
0
:
- Ringan
1
- 5: Berat
Setiap nilai yang terkumpul akan dijumlahkan maka diperoleh total keseluruhan nilai
dan disesuaikan dengan kriteria gangguan fungsi sendi, yang terbagi dalam 4 kriteria
gangguan. Adapun nilai untuk kriteria tersebut adalah:
- 0: Tidak ada gangguan
- 1-4 : Disfungsi sendi ringan
- 5-9 : Disfungsi sendi sedang
- 10-25 : Disfungsi sendi berat
Oleh karena itu, disimpulkan bahwa dengan nilai 1-25 maka responden dinyatakan
mengalami gangguan sendi temporomandibula.
10. Setelah data hasil wawancara dan pemeriksaan klinis dari semua responden
telah diperoleh, peneliti melakukan tabulasi data. Data diolah dengan bantuan komputer.
50
3.7 Analisis Data
Data pasien yang mengalami kehilangan gigi diperoleh dari kuesioner dan disajikan
dengan menghitung persentase distribusi, kemudian dilakukan uji signifikan dengan chi-
square untuk menguji hubungan dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan
antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya. Berdasarkan hasil uji chi-square
dapat ditentukan variabel yang menunjukkan hubungan signifikan (p < 0,05).
51
3.8 Kerangka Operasional
Pengolahan data
Analisis data
Kesimpulan
52
BAB 4
HASIL PENELITIAN
53
Tabel 3. Karakteristik pasien yang kehilangan gigi sebagian di RSGMP FKG USU.
N
o Variabel n %
1
. Jumlah kehilangan gigi
1- 5
5 gigi 4 54
6- 1
10 gigi 5 15
> 3
10 gigi 1 31
1
JUMLAH 00 100
2 Ju kuadran g
. mlah kehilangan igi
po
sterior
2
1 0 20
2
2 1 21
1
3 2 12
4
4 7 47
1
JUMLAH 00 100
3
. Dukungan oklusal
4
A 5 45
B
1 7 7
B 1
2 8 18
B
3 7 7
B 1
4 0 10
1
C 3 13
1
JUMLAH 00 100
54
dan palpasi padasaat pergerakan mandibula, ditemukan sebanyak 86 orang (86%)
yang mengalami gangguan sendi temporomandibula dan terdapat 14 orang (14%)
yang tidak mengalami gangguan sendi temporomandibula. (Tabel 4)
n % n % n %
Kue 5 1
sioner 9 59 41 41 100 00
Pemerik 8 1
saan 6 86 14 14 100 00
Klin
is
55
menunjukkantidak ada hubungan antara jumlah kehilangan gigi dengan gangguan
sendi temporomandibula pada kehilangan gigi sebagian dengan nilai p= 0,09 (p>0,05). (Tabel
5)
Gang Jumlah
guan Kehilangan Gigi
1 6 >
STM -5 -10 10 p
n % n % n %
4 7 1 8 3 96
Ada 3 9,6 3 6,7 0 ,8
Tidak 1 2 1 3, 0
Ada 1 0,4 2 3,3 1 2 ,09
Juml 5 1 1 1 3 10
ah 4 00 5 00 1 0
56
Berdasarkan jumlah kuadran kehilangan gigi posteriordiperoleh frekuensi pasien yang
mengalami gangguan temporomandibula paling tinggi terdapat pada kelompok kehilangan
gigi posterior yang berjumlah empat kuadran (95,7%) sedangkan frekuensi yang paling rendah
pada satu kuadran kehilangan gigi posterior (65,0%). Uji chi-square menunjukkan ada
hubungan antara jumlah kuadran kehilangan gigi posterior terhadap gangguan sendi
temporomandibula pada kehilangan gigi sebagian dengan nilai p= 0,011 (p<0,05). (Tabel 6)
57
sendi temporomandibula. Hal yang sama juga ditemukan pada kelompok kelas B4
dimana semua responden pada kelas ini yaitu sebanyak 10 orang (100%) mengalami
gangguan sendi temporomandibula. Pada kelompok kelas C juga ditemukan semua responden
mengalami gangguan sendi temporomandibula yaitu sebanyak 13 orang (100%).
Pada tabel terlihat bahwa frekuensi pasien yang mengalami gangguan sendi
temporomandibula yang paling tinggi terjadi pada kelompok dukungan oklusal kelas B1, B3,
B4 dan C (100%) dan frekuensi paling rendah pada kelompok dukugan oklusal kelas A dan
B2 (77,78%). Berdasarkan hasil uji chi-squaretidak ada hubungan antara kehilangan gigi
sebagian terhadap gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal yang
ditunjukkan dengan nilai p= 0,089 (p>0,05). (Tabel 7)
58
BAB 5
PEMBAHASAN
59
dicabut.68 Hal ini juga terlihat pada penelitian Wang dkk (2009) yang menunjukkan
kehilangan gigi pada semua kuadran lebih banyak.11
Pada penelitian ini pengelompokkan pasien sebagai responden berdasarkan dukungan
oklusal menggunakan klasifikasi eichner yakni berdasarkan kontak oklusal gigi geligi yang
berantagonis pada maksila dan mandibula.14 Berdasarkan data yang diperoleh, persentase
tertinggi terdapat pada kelompok dukungan oklusal kelas A yang terdiri atas 4 zona dukungan
oklusal dimana hal ini berarti minimal terdapat 1 gigi dari kedua gigi premolar dan molar yang
berkontak antagonis pada setiap sisinya. Hal ini kemungkinan dikarenakan pada penelitian ini
ditemukan jumlah kehilangan gigi terbanyak pada responden penelitian adalah 1-5 gigi dan
jumlah kuadran kehilangan gigi tertinggi pada keempat kuadran. Keadaan ini dapat
menjelaskan bahwa rata-rata responden kehilangan 1 gigi di setiap kuadran sehingga masih
ada gigi premolar maupun molar yang berkontak pada setiap sisinya dimana ini berarti
memiliki 4 zona dukungan oklusal.
60
diantaranya sakit kepala, nyeri di sekitar leher, nyeri pada wajah dan sakit pada telinga
sehingga sering dianggap bukan berasal dari keadaan gigi geligi dan sendi. Oleh karena itu,
pasien sering tidak menyadari adanya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula
seperti deviasi dan krepitasi sendi.7,8,18,19 Hal ini menyebabkan gangguan sendi
temporomandibula lebih banyak ditemukan pada pemeriksaan klinis dibandingkan kuesioner.
Selain itu berdasarkan penelitian Gaphor dan Hameed (2010) menyatakan bahwa individu
malu untuk mengakui adanya gangguan dikarenakan lingkungan saat menanyakan keluhan
tanpa privasi.18
Berdasarkan adanya faktor-faktor yang menyebabkan ketidakakuratan pasien sebagai
responden dalam menjawab pertanyaan kuesioner, oleh karena itu pemeriksaan klinis
dianggap sebagai metode yang lebih objektif dalam mendiagnosis tanda dan gejala sendi
temporomandibula. Oleh karena itu, hasil pemeriksaan klinis yang digunakan untuk melihat
hubungan gangguan sendi temporomandibula dengan kehilangan gigi sebagian berdasarkan
jumlah kehilangan gigi, jumlah kuadran kehilangan gigi posterior dan dukungan oklusal.
sendi.4,10,48
61
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Himawan (2007) yang juga
menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi terhadap gangguan
sendi temporomandibula meskipun frekuensi distribusi data yang diperoleh menunjukkan
kehilangan lebih dari 13 gigi memiliki peranan terhadap timbulnya tanda dan gejala gangguan
sendi temporomandibula.6 Menurut Okeson inklinasi gigi anterior memiliki fungsi yang
berbeda dari gigi geligi posterior. Fungsi utama gigi posterior adalah untuk membantu
pemecahan makanan selama proses pengunyahan berlangsung serta berguna untuk
mempertahankan dimensi vertikal oklusi. Kontak oklusal gigi geligi posterior berfungsi untuk
menjaga stabilitas mandibula secara maksimal dan meminimalkan tekanan pada masing
masing gigi sehingga memungkinkan rahang mampu menerima beban yang berat tanpa
mengganggu gigi dan struktur pendukungnya. Berbeda halnya dengan gigi anterior yang
tujuan utamanya bukanlah untuk mempertahankan dimensi vetikal melainkan berperan
sebagai penuntun mandibula pada saat pergerakan anterior mandibula.48 Hal ini menjelaskan
bahwa kehilangan gigi posterior lebih berpengaruh dibandingkan dengan kehilangan gigi
anterior terhadap terjadinya gangguan sendi temporomandibula. Namun pada penelitian ini
jumlah kehilangan gigi tidak dibedakan berdasarkan lokasinya yaitu kehilangan gigi anterior
atau posterior.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Wang dkk (2009) yang menyatakan
bahwa jumlah kehilangan gigi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap timbulnya
tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh
emosional yang turut berpengaruh terhadap sensitifitas nyeri sebagai salah satu tanda dan
gejala timbulnya gangguan sendi temporomandibula.9 Keadaan ini terjadi karena pada saat
beban emosi yang berat terjadi perubahan sirkulasi pada otot pengunyahan yaitu peningkatan
cairan pada jaringan otot yang mengakibatkan adanya tekanan pada reseptor nyeri. 53 Namun
hal ini tidak sejalan dengan penelitian Uhac dkk (2002) yang menyatakan bahwa resiko tanda
dan gejala gangguan sendi temporomandibula memiliki hubungan yang signifikan pada
individu yang kehilangan gigi lebih banyak.20
62
5.4Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi
Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Jumlah Kuadran
Kehilangan Gigi Posterior
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok yang mengalami gangguan sendi
temporomandibula paling banyak pada kelompok yang kehilangan gigi posterior di semua
kuadran gigi (95,7%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p= 0,011 (p< 0,05)
yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi sebagian terhadap
gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal. Keadaan ini dikarenakan
kehilangan gigi posterior akan diikuti dengan hilangnya kontak oklusal yang mengakibatkan
ketidakseimbangan oklusi sehingga mengganggu kestabilan lengkung gigi. Dalam keadaan ini
struktur sendi akan menerima beban yang tidak merata dan apabila terjadi terus menerus dapat
mengganggu sendi temporomandibula.2-4,11-13,48 Selain itu, pada kehilangan gigi posterior
pada satu regio dapat menyebabkan overclosure yang mengakibatkan deviasi kondilus dari
posisi sentrik normal sehingga menyebabkan pergeseran sendi temporomandibula.12 Keadaan
ini mengakibatkan ketidakseimbangan posisi mandibula sehingga sendi temporomandibula
tidak dapat berfungsi secara efektif dan jika pada keadaan ini gigi atau sendi mendapat
tekanan yang besar maka dapat memicu kerusakan sendi, gigi dan struktur pendukungnya.48
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Shet RGK (2010) yang menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara jumlah kuadran kehilangan gigi dengan gangguan
sendi temporomandibula.17 Hal ini juga didukung oleh penelitian Wang dkk (2009) yang
menyatakan bahwa jumlah kuadran kehilangan gigi lebih berpengaruh terhadap terjadinya
gangguan sendi temporomandibula dibandingkan dengan jumlah kehilangan gigi dimana
semakin besar jumlah kuadran kehilangan gigi maka insiden terjadinya gangguan sendi
temporomandibula akan meningkat. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa resiko
lebih rendah pada individu yang mengalami kehilangan gigi posterior hanya pada satu
kuadran dibandingkan dengan kehilangan gigi posterior pada kuadran yang berbeda.9
63
5.5Hubungan Kehilangan Gigi Sebagian Terhadap Gangguan Sendi
Temporomandibula Pada Pasien RSGMP FKG USU Berdasarkan Dukungan Oklusal
Dalampenelitian ini, pada kehilangan gigi sebagian keberadaan dukungan oklusal
diklasifikasikan dengan menggunakan eichner index.14 Klasifikasi eichner ini berdasarkan daerah
kontak oklusal gigi geligi yang berantagonis pada maksila dan mandibula. Klasifikasi ini membagi
dukungan oklusal kedalam 3 kelas yaitu, kelas A, kelas B dan kelas C.Kelas A terdiri atas 4 zona
dukungan oklusal yaitu kontak gigi premolar dengan gigi antagonisnya pada setiap sisi. Kelas B
dibagi kedalam 4 kelompok yaitu B1, B2, B3 dan B4. Kelas B1 terdapat 3 zona dukungan oklusal,
kelas B2 yang terdiri dari 2 zona dukungan oklusal dan kelas B3 yang hanya memiliki 1 zona
dukungan oklusal serta kelas B4 yang mana dukungan hanya berada pada daerah gigi anterior
sedangkan pada kelas C adalah tidak ditemukan gigi yang berkontak antagonis baik anterior
maupun posterior.14,61 Kehilangan gigi posterior akan disertai dengan hilangnya dataran oklusal,
yang mana akan memengaruhi keseimbangan oklusi dan mengganggu fungsi. 7,12,13Pada
penelitian ini seluruh sampel pada kelas B1, B3, B4 dan C (100%) mengalami ganguan sendi
temporomandibula. Pada kelompok kelas B2 diperoleh hasil yang berbeda yaitu sebesar 77,78%
yang mengalami gangguan sendi temporomandibula. Hal ini dikarenakan hilangnya dukungan
oklusal akibat kehilangan gigi bukan merupakan satu satunya faktor yang dapat mengakibatkan
timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Beberapa faktor lain yang turut
berpengaruh dalam menimbulkan gangguan sendi temporomandibula diantaranya usia, jenis
kelamin, keadaan emosional dan faktor sistemik pasien namun, dalam penelitian ini faktor-faktor
tersebut tidak diperhatikan.
Dari hasil uji analisis chi-square didapati tidak ada hubungan kehilangan gigi sebagian
dengan gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan oklusal dengan nilai p=
0,089 (p>0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hiltunen K (2004) yang juga
menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan oklusal berdasarkan eichner
index dengan gangguan sendi temporomandibula. Hal ini disebabkan kehilangan gigi tidak
selalu dapat
64
menggambarkan efektifitas fungsi sistem mastikasi namun dapat dijadikan indikator
kesehatan gigi dan mulut.61 Namun dalam penelitian Mund T (2005) ditemukan adanya
hubungan yangsignifikan antara hubungan dukungan oklusal dengan gangguan sendi
temporomandibula pada pria sedangkan pada wanita tidak ditemukan hubungan yang
signifikan. Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh interaksi antara jenis kelamin dan dukungan
oklusal yang saling memengaruhi terhadap timbulnya tanda dan gejala gangguan sendi
temporomandibula.14
Hal ini disebabkan oleh karena etiologi gangguan sendi temporomandibula merupakan
multifaktorial yakni banyak faktor resiko yang sering dikaitkan terhadap timbulnya tanda dan
gejala gangguan sendi temporomandibula. Faktor yang sering dikaitkan diantaranya adalah
jenis kelamin dan usia. Perbedaan level hormon estrogen merupakan hal yang penting dalam
gangguan sendi temporomandibula berdasarkan jenis kelamin. Hal ini dikarenakan hormon
estrogen merupakan faktor penting dalam perjalanan timbulnya nyeri sebagai salah satu tanda
dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Selain itu, juga terdapat perbedaan batas
kemampuan dalam menerima stress antara pria dan wanita.3,10,16,48,55 Disamping itu usia
merupakan faktor predisposisi terjadinya gangguan sendi temporomandibula karena frekuensi
dan tingkat keparahan suatu penyakit meningkat seiring dengan pertambahan usia.57 Selain
itu, dalam penelitian ini kelas A dan kelas C tidak dibedakan berdasarkan subkelasnya yang
mana hal ini juga akan mempengaruhi migrasi gigi geligi yang tinggal ke daerah tidak bergigi
untuk mencapai kontak.
Pada penelitian ini, pasien sebagai responden tidak dibedakan berdasarkan usia dan
jenis kelamin serta faktor-faktor lain yang turut berpengaruh dalam menimbulkan terjadinya
gangguan sendi temporomandibula. Selain itu, jumlah sampel yang diperoleh tidak merata
sehingga data yang diperoleh tidak cukup adekuat untuk digunakan dalam menganalisis
hubungan kehilangan gigi terhadap gangguan sendi temporomandibula berdasarkan dukungan
oklusal.
65
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
66
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menggunakan sampel yang
lebih representatif dan distribusi lebih merata untuk setiap kelompok variabel.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui frekuensi
distribusi setiap tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula sehingga dapat diketahui
tanda dan gejala yang paling banyak dialami pasien yang mengalami gangguan sendi
temporomandibula.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai tingkat keparahan
gangguan sendi temporomandibula berdasarkan tanda dan gejala yang dimiliki responden.
4. Etiologi terjadinya gangguan sendi temporomandibula adalah
multifaktorial sehingga pada penelitian yang lebih lanjut diharapkan peneliti memperhatikan
faktor – faktor resiko lain yang turut berpengaruh terhadap timbulnya tanda dan gejala sendi
temporomandibula seperti usia, jenis kelamin dan keadaan psikologi responden agar hasil
yang diperoleh secara akurat mampu menunjukkan ada tidaknya hubungan kehilangan gigi
terhadap gangguan sendi temporomandibula.
67