You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair
seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar
dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi.

Dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran ada beberapa sifat hujan yang
penting untuk diperhatikan, antara lain adalah intensitas hujan (I), lama waktu hujan (t),
kedalaman hujan (d), frekuensi (f) dan luas daerah pengaruh hujan (A). Komponen hujan
dengan sifat-sifatnya ini dapat dianalisis berupa hujan titik maupun hujan rata-rata yang
meliputi luas daerah tangkapan (chatment) yang kecil sampai yang besar.Analisis
hubungan dua parameter hujan yang penting berupa intensitas dan durasi dapat
dihubungkan secara statistik dengan suatu frekuensi kejadiannya (Soemarto, 1987).

Banjir merupakan salah satu contoh bencana alam yang sering terjadi di daerah-daerah
atau kota-kota besar di Indonesia saat musim penghujan, tak terkecuali pada Kota Sidoarjo.
Banjir adalah suatu kondisi di mana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang
(palung sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap
menggenangi daerah (dataran banjir) sekitarnya (Suripin, 2004). Beberapa penyebab banjir
adalah letak topografi, kegiatan manusia, sistem kelola tata ruang dan curah hujan yang
tinggi. Wilayah yang datarannya rendah akan mengakibatkan rawan banjir, karena luapan
air akan mengalir dari tempat yang datarannya tinggi ke tempat yang datarannya rendah.
Kegiatan manusia yang paling sering menyebabkan banjir adalah membuang sampah
sembarangan khususnya sungai yang dapat menyebabkan tersumbatnya aliran sungai.
Selain itu penebangan hutan liar yang menyebabkan hutan gundul dan akar pohon yang
berfungsi sebagai penyerap air juga hilang sehingga akan lebih mudah terjadi nya banjir
karena tidak ada perlindungan pohon untuk menahan serapan air. Adapun faktor drainase
yang diubah tanpa mengindahkan amdal yang terutama di lingkungan perkotaan. Daerah
hutan atau rawa yang seharusnya bisa membantu mengurangi banjir, dipakai untuk
mambangun mall atau lainnya yang menyebabkan merusak lapisan atmosfer sehingga akan
mudah terjadinya banjir.
Drainase memiliki arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.
Secara umum (Suripin, 2004). Pada umumnya saluran drainase jalan raya adalah saluran
terbuka dengan menggunakan gaya gravitasi untuk mengalirkan air menuju outlet.
Distribusi aliran dalam saluran drainase menuju outlet ini mengikuti kontur jalan raya,
sehingga air permukaan akan lebih mudah mengalir secara gravitasi. Suatu sistem drainase
yang baik haruslah mampu menampung dan mengalirkan air semaksimal mungkin,
sehingga tidak akan terjadi genangan air dan banjir saat hujan turun.

Tak dapat dipungkiri bahwa semakin berkembangnya suatu daerah, lahan kosong
untuk meresapkan air secara alami akan semakin berkurang. Permukaan tanah tertutup oleh
beton dan aspal, hal ini akan menambah kelebihan air yang tidak terbuang. Kelebihan air
ini jika tidak dapat dialirkan akan menyebabkan genangan. Dalam perencanaan saluran
drainase harus memperhatikan tata guna lahan daerah tangkapan air saluran drainase yang
bertujuan menjaga ruas jalan tetap kering walaupun terjadi kelebihan air, sehingga air
permukaan tetap terkontrol dan tidak mengganggu pengguna jalan.

Kecamatan Balongbedo merupakan suatu daerah yang sering kali tergenang oleh
banjir. Salah satu kecamatan dari Kota Sidoarjo ini nantinya akan menjadi lokasi yang akan
kami identifikasi. Kecatan ini memiliki 20 desa dan total luas wilayah sebesar 3140 Ha
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo).

1.2 Maksud & Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari perencanaan drainase perkotaan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui kondisi saluran drainase yang berada di Kecamatan Balongbedo


2. Mengetahui apakah kapasitas saluran drainase di Kecamatan Balongbedo dapat
menampung debit rencana atau tidak
3. Mengetahui kapasitas saluran drainase yang ideal untuk Kecamatan Balongbedo

4. Mengetahui penyebab terjadinya genangan atau tidak berfungsinya drainase secara


maksimal pada Kecamatan Balongbedo
1.3 Ruang Lingkup

Pada perencanaan drainase perkotaan ini terdapat beberapa ruang lingkup yang akan
dijadikan pedoman perencanaan. Adapun ruang lingkup tersebut meliputi:
1. Daerah perencanaan
2. Penentuan luas wilayah dan blok pelayanan
3. Penentuan luas limpasan air
4. Perhitungan curah hujan rata-rata
5. Perhitungan intensitas hujan
6. Penentuan nilai nd (koefisien hambatan)
7. Penentuan nilai C (koefisien pengaliran)
8. Penentuan debit rencana
9. Elevasi dan slope tanah
10. Dimensi saluran drainase

You might also like