You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis (Amin dan Hardhi, 2015). Hemoroid juga
merupakan salah satu penyakit yang menyerang sistem pencernaan dan sering disebut
oleh masyarakat dengan wasir atau ambeien.
Hemoroid bisa menyerang siapa saja, wanita dan pria, serta muda dan tua
(Isselbacher, dkk, 2000 dalam Agus, 2009). Kejadian hemoroid cenderung meningkat
seiring dengan bertambahnya usia seseorang, dimana puncaknya adalah 45-65 tahun
(Vinay, 2007 dalam Sunarto, 2016). Sedangkan Sarosi (2012) dalam Sunarto (2016)
mengemukakan bahwa hemoroid dapat ditemukan pada 50% manusia diatas usia 50
tahun.
Menurut WHO dalam Sunarto (2016), angka kejadian penyakit hemoroid dengan
persentasi 54% terjadi di seluruh Negara atau sekitar 230 juta orang. Hemoroid
merupakan penyakit di daerah anus yang cukup banyak ditemukan. Di Amerika, 500.000
orang didiagnosis menderita hemoroid setiap tahunnya (Afifah, dkk, 2015). Di Amerika
Serikat terdapat 10 juta orang yang mengeluh menderita hemoroid. Prevalensi hemoroid
yang dilaporkan di Amerika Serikat ialah 4,4%, dengan usia antara 45-65 tahun yang
menjadi pucak kejadian. Sedangkan penyakit hemoroid jarang terjadi pada usia dibawah
20 tahun (National Center for Health Statistics (NCHS) dalam Indri dan Vivi, 2015).
Prevalensi hemorrhoid di Indonesia juga tergolong cukup tinggi. Berdasarkan
data dari Kementerian Kesehatan yang diperoleh dari rumah sakit di 33 provinsi terdapat
355 rata-rata kasus penyakit hemoroid, baik hemoroid eksternal maupun hemoroid
internal (Kemenkes, 2009 dalam Sunarto, 2016). Sedangkan menurut data di Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang (RSMP), terdapat
Banyak faktor yang dapat menyebabkan penyakit hemoroid ini, seperti yang
diketahui masyarakat duduk terlalu lama dapat menyebabkan hemoroid atau wasir. Selain
itu, menurut Ulima (2012) dalam Sunarto (2016) mengatakan bahwa faktor risiko
terjadinya hemoroid antara lain kurangnya menkonsumsi makanan berserat, konstipasi,
usia, keturunan, tumor abdomen, pola buang air besar yang salah, kurang minum air
putih, aktifitas fisik dan kehamilan.
Menurut Indri dan Vivi (2015) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan meningkatnya angka kejadian hemoroid yaitu: mengedan pada saat buang
air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih sering menggunakan jamban
duduk, terlalu lama duduk di jamban), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor,
kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua,
konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seksual
peranal, kurang minum air, kurang makan makanan yang mengandung serat seperti sayur
dan buah, kurang olahraga/imobilisasi. Meskipun hemoroid tidak mengancam jiwa, tetapi
penyakit ini sangat berpotensi mengurangi kualitas hidup seseorang. Sedangkan menurut
Danang, dkk (2017), obesitas juga merupakan faktor penyebab terjadinya hemoroid.
Masuknya pengaruh budaya barat juga memegang peranan dalam kejadian
hemoroid di Indonesia seperti pemakaian jamban duduk. Serta perubahan pola makan
yang cenderung lebih menyukai makanan siap saji (junk food) yang tinggi lemak, garam,
dan rendah serat juga berperan dalam terjadinya penyakit hemoroid (Ulima, 2012).
Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli tersebut bahwa penyebab hemoroid
antara lain kurangnya mengkonsumsi makanan berserat yang bisa menyebabkan susah
buang air besar, sehingga untuk mengeluarkan feses kita harus mengejan. Hal ini dapat
menyebabkan pembuluh darah di daerah anus, yaitu pleksus hemorrhoidalis akan
merenggang, membesar karena adanya tekanan yang tinggi dari dalam dan menimbulkan
hemoroid. Kurang air minum juga dapat menyebabkan feses menjadi keras (Suprijono,
2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sunarto (2016), seseorang yang terkena
hemoroid bisa mengenai mereka yang mempunyai aktifitas baik ringan maupun sampai
dengan yang berat bahkan hemoroid juga bisa mengenai pada orang yang sangat kurang
beraktifitas. Selain itu, usia, tumor abdomen, keturunan, kehamilan, dan obesitas juga
merupakan penyebab terjadinya hemoroid.
Dengan banyaknya faktor penyebab hemoroid tersebut, peran perawat sangat
dibutuhkan baik sebagai pemberi pelayanan kesehatan serta memberikan informasi
mengenai kesehatan. Seseorang yang mengalami hemoroid yang cukup parah biasanya
akan dilakukan tindakan pembedahan (operasi), sehingga memberikan efek rasa
ketidaknyamanan yaitu nyeri pada daerah anus. Tindakan pembedahan (operasi) akan
mengalami nyeri hebat (Yuwono, 2010 dalam Tri Joko 2013). Seperti dalam jurnal yang
menjelaskan bahwa nyeri pada klien post operasi hemoroid menjadi masalah besar, dan
perlu mendapat pengelolaan yang lebih baik (Medina-Gallardo et al., 2017 dalam
Kristanti, 2017).
Nyeri adalah respons subjektif terhadap stresor fisik dan psikologis (LeMone,
dkk, 2015). Semua individu mengalami nyeri pada beberapa tempat selama kehidupan
mereka. Diperkirakan terdapat 50 juta penduduk Amerika yang hidup dengan nyeri kronis
yaitu nyeri pinggang bawah (low back pain, LBP). Sebanyak 25 juta penduduk lainnya
mengalami nyeri akut yang berhubungan dengan pembedahan atau trauma (American
Academy of Pain Management, 2009 dan Center for Disease Control and Prevention
(CDC), 2006 dalam LeMone 2015).
International Assoociaton for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri
sebagai suatu sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah
kerusakan (LeMone, 2015).
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, kebutuhan dasar
manusia dibagi menjadi lima tingkatan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman
dan keselamatan, kebutuhan memiliki dan dimiliki, kebutuhan akan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Terbebas dari nyeri merupakan kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi (Hidayat, 2012 dalam Tri Joko, 2013).
Maka dari itu, perawat berperan penting dalam proses penyembuhan pasien, harus
menyediakan edukasi yang diperlukan, mampu bertindak sebagai advokat pasien, dan
mendorong perilaku yang meningkatkan kesehatan serta perawat harus memberikan
asuhan keperawatan secara holistik yaitu bio-psiko-sosial-spiritual (Diguilio, 2014 dalam
Rima, 2017).
Sehingga berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul
“Implementasi Keperawatan Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Operasi Hemoroid
dengan Masalah Nyeri di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2018.”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui implementasi
asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi hemoroid dengan masalah nyeri,
dengan merumuskan masalah “Bagaimanakah implementasi asuhan keperawatan pada
pasien dengan post operasi dengan masalah nyeri di Rumah Sakit Muhammdiyah
Palembang tahun 2018”.
1.3 Tujuan Studi Kasus
a. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
post operasi hemoroid dengan masalah nyeri di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang tahun 2018.

b. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan post operasi hemoroid dengan
masalah nyeri di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2018.
2) Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan post operasi
hemoroid dengan masalah nyeri di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
tahun 2018.
3) Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan post operasi
hemoroid dengan masalah nyeri di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
tahun 2018.
4) Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan post operasi
hemoroid dengan masalah nyeri di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
tahun 2018.
5) Mampu melaksanakan evaluasi keberhasilan yang dilakukan pada pasien dengan
post operasi hemoroid dengan masalah nyeri di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang tahun 2018.

1.4 Manfaat Studi Kasus


a. Manfaat Teoritis
Penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapat saat perkuliahan, menambah
pengetahuan penulis, memberikan pengalaman dalam bidang pembelajaran mengenai
implementasi asuhan keperawatan pada pasien post operasi hemoroid dengan masalah
keperawatan nyeri.

b. Manfaat metodelogis
Menerapkan teori-teori yang ada dalam asuhan keperawatan medikal bedah
secara sistematis pada pasien dengan post operasi hemoroid dalam kasus nyata dan
meningkatkan ilmu keperawatan melalui peningkatan kualitas praktik keperawatan.
c. Manfaat Aplikatif
Menjalin kerja sama dengan petugas kesehatan di Rumah Sakit dalam upaya
memberi asuhan keperawatan medikal bedah yang berkualitas pada pasien dengan
perawatan yang holistik dan memberi informasi serta pelaksanaan implemetasi
keperawatan asuhan keperawatan pada pasien post operasi hemoroid dengan masalah
nyeri di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2018.

You might also like