Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.1 Penyadapan
Pertama akan dihabas mengenai penyadapan yang dilakukan di PTPN (PT.
Perkebunan Nusantara) XII, penyadapan yang dilakukan disana dimulai dari
pukul tiga atau empat pagi hingga sebelum jam 7. Menurut penjelasan di PTPN
XII hal ini dilakukan agar mendapatkan produksi getah yang banyak, dikarenakan
pada jam-jam tersebut tekanan turgornya masih sangat cepat sehingga getah akan
deras keluar, alasan kedua yaitu pada jam-jam tersebut matahari belum terlalu
nampak sehingga lateks tidak mengalami prakoagulasi/mengeras yang
diakibatkan oleh penguapan, alasan ketiga yaitu pohon karet belum mengalami
fotosintesis sehingga energinya masih dikhususkan untuk tekanan turgor yang
menyebabkan tekanan turgornya cepat apabila telah tejadi fotosintesis maka
tekanan turgornya akan melemah dikarenakan energinya telah dipakai untuk foto
sintesis. Pada saat proses penyadapan juga harus memperhatikan arah sadapan,
ketebalan, dan kedalaman sadap. Arah sadapan yang benar yaitu dari kiri atas ke
kanan, hal ini dikarenakan aliran turgor terdapat dari kanan atas ke kiri bawah
apabila arah sadapan dari kiri atas ke kanan bawah maka akan memotong aliran
turgor sehingga getah karet(lateks) yang didapatkan akan lebih optimal. Untuk
kedalaman sadapan yang dianjurkan yaitu 1-1,5 mm sedangkan ketebalan irisan
sadapannya yaitu antara 1,5-2 mm. Kedalaman dan ketebalan sadap ini dapat
mempengaruhi kecepatan regenerasi kulit pohon karet dan seberapa lama phon
karet dapat disadap apabila prosesnya benar dan tidak mengenai kambium maka
pohon dapat disadap selama 25-30 tahun .Pernyataan ini telah sesuai dengan
literatur, yaitu menurut Untung dan Kuswanhadi (2010) penyadapan dilakukan
sebelum matahari terbit atau sebelum jam 7, hal ini agar mendapatkan getah lateks
yang lebih optimal dikarenakan tekanan turgor yang masih cepat sedangkan untuk
arah sadapnya dari kiri atas ke kanan bawah. Kedalaman sadap yang dianjurkan
yaitu 1-1,5 mm dan ketebalan sadapnya 1,5-2 mm, hal ini dilakukan agar pohon
dapat disadap selama 25-30 tahun. Sedangkan saat musin hujan sering didapatkan
lateks yang rusak, menurut pemateri di PTPN XII hal ini dapat diantisipasi dengan
tiga cara yaitu pertama mangkok untuk menampung lateks terlebih dahulu disiram
bagian dalamnya memakai amonia dengan konsentrasi 1-2,5 %, cara kedua dapat
dengan menyemprotkan amonia 1-2,5 % sebanyak 5cc/liter ke dalam mangkok
untuk menampung lateks, cara ketiga dengan menambahkan abu gadung pisang
ke dalam mangkok tetapi penambahannya jangan sampai terlalu banyak hanya
untuk melapisi bagian dalam mangkoknya saja.
2.2 Penerimaan Bahan Baku
Pembahasan kedua tentang proses penerimaan. Proses penerimaan
merupakan proses pemindahan lateks dari petani karet(lateks) ke pabrik
pengolahan dan juga dilakukan penghitungan banyaknya volume lateks dalam
setiap timba/drum dengan cara mencelupkan penggaris ukur ke dalam bak yang
sudah dikonversikan ke dalam cm dengan perhitungan 1 cm = 28 liter
(Djumarti,2011). Pada tahap penerimaan, lateks segar akan dibagi menjadi dua
yaitu superior dan inferior. Superior merupakan lateks yang warnanya putih
seperti susu, bersih, bebas dari lump, dan ketika disaring tidak perlu dipaksa
(digosok) sedangkan inferior merupakan lateks yang telah mengalami
prakoagulasi, terdapat lump mangkok, dan lump tanah. Lump mangkok
merupakan lateks yang mengalami pembekuan pada mangkok sadap, dan lump
tanah merupakan lateks yang terjatuh ke tanah dan mengalami pembekuan. Cara
melakukan uji kualitas lateks segar yaitu dengan cara mencelupkan tangan ke
dalam drum/timba. Apabila lateks segar terdapat gumpalan atau menjadi bintik-
bintik cairan saat di tangan itu berarti lateks tersebut telah rusak dan akan
dimasukkan ke kualitas inferior. Sedangkan lateks segar yang tidak terdapat
gumpalan atau tanda-tanda prakoagulasi akan dimasukkan ke superior. Proses
untuk penentuan kualitas lateks telah sesuai dengan literatur, menurut Djumarti
(2011) lateks dibedakan menjadi dua yaitu superior dan inferior. Cara
membedakan lateks stabil dan labil yaitu sebagai berikut, lateks stabil apabila
lateks yang menempel di telapak tangan tidak terdapat gumpalan baik itu kecil
maupun besar sedangkan lateks labil yaitu apabila di telapak tangan terdapat
bintik-bintik gumpalan lateks dalam jumlah banyak.
2.5 Pembekuan
Pembekuan merupakan proses penambahan asam sebagai zat koagulasi,
agar lateks segar dapat memadat. Pembekuan bertujuan untuk
mempersatukan/merapatkan butir-butir karet yang terdapat dalam cairan lateks,
supaya menjadi satu gumpalan atau koagulum hal ini dapat terjadi dikarenakan
terdapat titik isoelektrik yang terjadi diakibatkan ion H+ dalam asam bereaksi
dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan
listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks. Asam yang ditambahkan saat di
PTPN XII yaitu asam format 4,5-55cc/kg karet kering dengan konsentrasi 90%.
Setelah lateks disaring dan diencerkan, lateks tadi akan ditempatkan disebuah bak
untuk ditambahkan cairan asam format. Penambahan lateks dari ujung ke ujung
dengan arah yang berlawanan agar lateks tersebar merata. Kemudian dilakukan
pengadukan sebanyak kurang lebih 6 kali tanpa terlalu menggerakkan permukaan
lateks. Apabila di atas lateks terdapat buih-buih maka harus dihilangkan buih-buih
tersebut untuk mengoptimalkan proses pembekuan. Selanjutnya bak tersebut akan
diberi sekat-sekat untuk membuat lateks berbentuk seperti lembaran. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan dalam proses pengambilannya. Setelah itu bak
koagulum ditutup dengan plastik. Penjelasan yang terdapat di PTPN XII telah
sesuai dengan liteartur, yaitu yang menyatakan sebelum dicampur dengan asam
semut(asam format) lateks dimasukkan ke dalam bak koagulum secara merata dari
ujung ke ujung dengan arah yang berlawanan. Lakukan pengadukan sebanyak 6
kali (3 kali tarik 3 kali dorog) tanpa terlalu menggerakkan permukaan. Kemudian
buang busa dengan hati-hati dipermukaan lateks dengan cara menggunakan alat
pengumpul busa dan saput busa yang diikuti dengan pemasangan tussen schott.
Kemudian bak koagulum ditutup dengan plastik untuk mencegah kontaminasi
debu atau serangga.
2.6 Penggilingan
Proses penggilangan merupakan proses pempipihan lateks yang telah
mengalami pembekuan menggunakan alat penggiling. Tujuan dari proses ini yaitu
untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, memberi
garis(motif), membentuk lembaran tipis untuk memperluas permukaan sheet yang
berguna untuk mempercepat proses pengasapan Proses penggilingan dilakukan
dengan cara mengambil lateks yang telah dibekukan selama dua-tiga hari dan
dipipihkan menggunakan alat penggiling hingga tebalnya sekitar 2 mm. Menurut
Tim penulis PS (2008) sebelum proses penggilingan dilakukan penambahan air ke
dalam bak koagulasi sampai terendam dengna tujuan mempercepat proses
pengerutan sehingga hasil bekuan tidak melekat pada saat dikeluarkan serta
mencegah oksidasi. Kemudian tussen schoot dibuka untuk kemudian hasil
pembekuan digiling. Lateks yang beku tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
sheet mangel secara teratur dan dijaga agar slab dari rol ke rol tidak rusak.
Pemasukan bekuan (slab) ke dalam sheet mangel rol pertama harus menipiskan
bagian ujung depan slab secara merata. Berikut tabel proses penggilingan
Rol Ke-1 6,4 mm 42 rpm
Rol Ke-2 3,2 mm 48 rpm
Rol Ke-3 1,8 mm 53 rpm
Rol Ke-4 1,3 mm 57 rpm
Rol Ke-5 0,8 mm 63 rpm
Rol Ke-6 0,3 mm 63 rpm
Slab yang keluar dari mangel langsung dimasukkan ke bak air dengan maksut
membersihkan sisa asam, sisa serum, dan kotoran yang menempel selama
penggilingan. Usahakan slab yang keluar dari mesin mangel six in one tidak
ditarik agar slab tidak pecah atau rusak. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa proses penggilingan di PTPN XII tidak sesuai dengan literatur
yang ada dikarenakan ukuran sheet yang terdapat di literatur 0,3 mm sedangkan
yang berada di lapangan 2 mm, hal ini dapat mempengaruhi proses pengasapan.
Apabila lebar sheet semakin kecil maka semakin optimal proses pengasapannya
akan tetapi apabila sangat tipis maka sheet akan mudah rusak/rapuh.
2.7 Penirisan
2.9 Sortasi
2.10 Pengemasan
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1 Saran
1. Pada saat berkunjung diharapkan mahasiswa tidak bergurau dan mendengarkan
intruksi dengan baik.
2. Diharapkan pada saat bertanya gunakan etika dan tidak berbicara kasar.