Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu :
1. Untuk mengetahui perbedaan antara mie mojang dan mie mobeta dalam
hal organoleptik sensoris (kekenyalan, elastisitas, warna, aroma, rasa, dan
keseluruhan)
2. Untuk mengetahui mie berbahan dasar mocaf yang paling disukai oleh
panelis
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mocaf
Mocaf adalah produk tepung dari ubi kayu yang diproses menggunakan
prinsip memodifikasi ubi kayu melalui proses fermentasi. Proses fermentasi ini
melibatkan berbagai mikroorganisme, yang paling dominan adalah bakteri asam
laktat. Mikroorganisme yang digunakan menghasilkan enzim pektinolitik dan
selulolitik yang dapat menghancurkan dinding sel ubi kayu. Dinding sel ubi kayu
yang hancur ini akan menyebabkan liberasi granula pati. Mikroorganisme yang
digunakan dalam fermentasi ubi kayu juga menghasilkan enzim-enzim yang dapat
menghidrolisis pati menjadi gula dan selanjutnya diubah menjadi asam-asam
organik. Asam organik yang dominan dihasilkan adalah asam laktat. Hal ini akan
menyebabkan perubahan karakteristik tepung meliputi perbaikan viskositas,
kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan larut. Selain itu, asam organik
yang dihasilkan akan memperbaiki cita rasa tepung yang dihasilkan menjadi netral
dengan menutupi cita rasa singkong sampai 70% (Subagio, 2008).
Pengolahan mocaf secara teknis sangat sederhana, mirip dengan cara
pengolahan tepung ubi kayu konvensional, namun disertai dengan proses
fermentasi. Proses produksi mocaf dimulai dengan pengupasan kulit ubi kayu,
pencucian sampai bersih, pengecilan ukuran, dilanjutkan dengan tahap fermentasi
selama 12-72 jam. Setelah fermentasi, ubi kayu tersebut dikeringkan dan
ditepungkan sehingga dihasilkan produk mocaf (Subagio, 2008). Selama proses
fermentasi terjadi pula penghilangan komponen penimbulan warna, seperti
pigmen (khususnya pada ketela kuning) dan protein yang dapat menyebabkan
warna coklat ketika pemanasan. Dampaknya adalah warna mocaf yang
dihasilkan lebih putih jika dibandingkan dengan warna tepung ubi kayu biasa.
Selain itu, proses ini akan menghasilkan tepung yang secara karakteristik dan
kualitas hampir menyerupai tepung terigu. Sehingga produk mocaf sangat cocok
untuk menggantikan bahan terigu untuk kebutuhan industri makanan.
Pada tahap perendaman I, perendaman dilakukan pada air yang telah
ditambah dengan senyawa aktif A dengan ketentuan 1 kubik air sawah dilakukan
penambahan senyawa aktif A sebanyak 1 sendok teh, dan untuk 1 kubik air
sumber/gunung dilakukan penambahan senyawa aktif A sebanyak 1 sendok
makan. Lalu setelah dipastikan bahan terendam semua, dilakukan penambahan
senyawa aktif B yang sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu. Senyawa aktif B
dibuat dengan cara merendam chips singkong segar sebanyak 1 ons dalam air
yang telah dicampur oleh enzim (1 sendok teh) dan kultur mikroba (1 sendok
makan), perendaman dilakukan selama 24-30 jam untuk menghasilkan senyawa
aktif B yang diinginkan. Senyawa aktif B yang dihasilkan dapat dipergunakan
semua untuk air sebanyak 1 meter kubik. Setelah dimasukkan semua, perendaman
dilakukan selama 12 – 72 jam, dimana tiap 24 jam air diganti dengan yang baru.
Penggantian ini penting untuk mencegah terlewatinya fase pertumbuhan tetap dari
bakteri asam laktat, dan bergantinya mikrobia menjadi bakteri pembusuk. Lama
perendaman mempengaruh mutu MOCAF yang dihasilkan (Subagio et al., 2008).
Setelah dilakukan perendaman I maka dilanjutkan dengan perendaman II.
Pada perendaman II, bahan direndam pada larutan senyawa aktif C (1 sendok
makan dalam 1 kubik air) selama 10 menit. Tujuan dari proses perendaman ini
adalah untuk mencuci protein dari ubi yang dapat menyebabkan warna coklat
ketika proses pengeringan. Selain itu juga akan menghentikan pertumbuhan lebih
lanjut dari mikrobia (Subagio et al., 2008).
Pada perendaman I, senyawa A adalah senyawa yang mengandung enzim
pektinolitik atau selulotik yang dapat memecah dinding sel singkong sehingga
granula pati keluar. Pada pembuatan senyawa B ditambahkan enzim dan kultur
mikroba. Enzim ini merupakan enzim α-amilase yang digunakan untuk
menghidrolisis pati menjadi suatu produk yang larut dalam air serta mempunyai
berat molekul rendah yaitu glukosa (Salim, 2011). Sedangkan mikroba yang
ditambahkan merupakan bakteri asam laktat yaitu bakteri dari famili
Lactobacillaceae yang mempunyai kemampuan untuk mengubah gula menjadi
asam laktat (Salim, 2011). Senyawa C adalah senyawa yang mengandung enzim
protease yang merupakan enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel
kemudian dilepaskan keluar dari sel. Sehingga dalam hal ini protein yang dipecah
akan larut dalam air rendaman. Proses fermentasi ubi kayu dilakukan dengan
merendam ubi kayu dalam air selama 3-4 hari. Hasil dari fermentasi adalah umbi
menjadi lembut dan mudah hancur jika digenggam. Proses fermentasi terjadi
sebagai akibat reaksi antara mikroorganisme dengan lingkungan. Pengontrolan
perlu dilakukan agar tidak muncul mikroba lain yang mengganggu proses
fermentasi dan menimbulkan bau yang tidak enak (Achi dan Akomas, 2006).
Menurut Subagio et al. (2008), komposisi kimia MOCAF tidak jauh
berbeda dengan tepung singkong, tetapi MOCAF mempunyai karakteristik
organoleptik yang spesifik. Komposisi kimia dan karakteristik organoleptik antara
MOCAF dan tepung singkong dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Secara
organoleptik warna MOCAF yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan
dengan warna tepung singkong biasa. Hal ini disebabkan karena kandungan
protein MOCAF yang lebih rendah dibandingkan dengan tepung singkong.
Kandungan protein dapat menyebabkan warna coklat ketika pengeringan atau
pemanasan.
Tabel 2.1. Perbedaan komposisi kimia MOCAF dengan tepung singkong
Penirisan
Penirisan
Pengecilan ukuran/penggilingan
Pengayakan
Penggilingan sera
Pengayakan
Penghitungan randemen
Pada praktikum pertama dilakukan pembuatan tepung mocaf. Pembuatan
tepung mocaf diawali dengan menyiapkan singkong sebanyak 2 kg. singkong
yang digunakan sebaiknya jenis singkong dengan rasa yang pahit, namun dapat
juga digantikan jenis singkong lainnya tetapi hasil yang didapat tidak sebaik
singkong pahit. kemudian dilakukan pengupasan kulit, pengupasan bertujuan
untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit singkong dan
menghilangkan asam sianidanya (HCN). Singkong yang sudah dikuliti kemudian
dicuci hingga bersih, pada saat pencucian ini dilakukan pengerokan kulit ari untuk
menghilangkan lendir pada singkong. Setelah singkong bersih dan tidak berlendir,
dilanjutkan dengan pemotongan singkong hingga berbentuk chip menggunakan
pisau atau chip slicer. Pemotongan ini bertujuan agar mempercepat proses
pengeringan dikarenakan kandungan air dalam chip lebih mudah menguap. Fungsi
lain dari dibentuknya chip ini yaitu untuk mengoptimalkan proses fermentasi
karena senyawa nya lebih mudah menyerap ke dalam chip. Setelah didapat bentuk
chip dilanjutkan dengan perendaman chip singkong menggunakan senyawa A
dengan konsentrasi 0.01% selama 10 menit. Perendaman menggunakan senyawa
A ini bertujuan untuk memberi atau menambah nutrisi pada dingkong dan
mengatur pH chip singkong yang akan di fermentasi. Setelah perendaman selesai,
chip singkong ditiriskan dan dilanjutkan dengan fermentasi. Fermentasi singkong
menggunakan starter Mocaf dan air dengan perbandingan 1:10 selama 24 jam.
Pada proses fermentasi ini mikroba pada starter Mocaf yang tumbuh pada ubi
kayu akan menghasilkan enzim pektinolitik dan selulolitik yang dapat
menghancurkan dinding sel ubi kayu sedemikian rupa sehingga terjadi
pembebasan granula pati. Setelah dilakukan fermentasi selama 24 jam,
selanjutnya chip singkong ditiriskan kembali dan ditambahkan senyawa C dengan
konsentrasi 0.01% selama 10 menit. Perendaman dengan senyawa C ini berfungsi
untuk menghentikan proses fermentasi. Setelah proses fermentasi berakhir
kemudian chip diperas hingga agak kesat dan dilanjutkan proses penjemuran
dibawah sinar matahari hingga kering. Hasil chip kering digiling menggunakan
gilingan komersil sebanyak dua kali penggilingan. Hal ini dilakukan agar
didapatkan hasil gilingan yang hasul dan sesuai dengan standar tepung pada
umumnya. Hasil penggilingan yang didapat kemudian diayak menggunakan
ayakan 100 mesh. Hasil sera yang tidak lolos ayakan digiling ulang dengan
blender dan diayak kembali. Setelah dilakukan pengayakan kemudian dilakukan
perhitungan randemen hasil dari berat bahan mentah.
3.2.2 Skema Kerja Pembuatan Mie Mojang
Pencampuran Pencampuran
Pendinginan
Penambahan
kuning telur
Pencampuran
Pencetakan
Hasil Rendemen(%)
34.3
34.2
34.1
Mie Mojang Mie Mobeta
Rata-Rata dL
4.5 4.24
3.92 3.96
4 3.64 3.68
3.4 3.4 3.52 3.36 3.52
3.28
3.5 3.08
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Kekenyalan Elastisitas Warna Aroma Rasa Keseluruhan
Rata-Rata UjiOrganoleptik
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum pembuatan mie
mojang dan mie mobeta yaitu
1. Mie Mojang memiliki Tekstur adonan yang kuat, elastis, dan tidak mudah
patah dengan warna yang lebih muncul/lebih berwarna dari pada mie
mobeta sedangkan mie mobeta memiliki kekenyalan yang lebih kuat,
kemudian aroma dan rasanya lebih disukai oleh panelis dikarenakan bau
amisnya sudah menghilang
2. Panelis lebih menyukai mie mobeta dikarenakan elastis, rasa dan
aromanya tidak muncul amis.
5.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan penulis yaitu
1. sebaiknya dalam pembuatan mie mojang diperhatikan dalam pengukusan
karena akan mempengaruhi hasil akhir
2. Sebaiknya saat pencampuran diperhatikan adonannya agar semua
bahannya lebih dicampur sehingga adonan mie yang dihasilkan akan
elastis, tidak mudah patah, dan kenyal.
DAFTAR PUSTAKA
Hou, G., Kruk. M., Petrusich, J and Colletto K. 2007.Relationship Between Flour
Properties and Chinese Instant Fried Noodle Quality for Selected US Wheat
Flours and Chinese Commercial Noodle Flour in Chinese ). Beijing:
Chinese Cereal and Oil Assoc.