You are on page 1of 78

Radiation of Transducers, Sound Sources Properties, and Advanced Loudspeakers

Gelombang bunyi di udara berbentuk gelombang longitudinal. Hal tersebut


menunjukkan bahwa osilasi dari gerakan gelombang berada pada arah rambatannya. Karakter
gelombang bunyi ditentukan oleh tekanan bunyi yaitu tekanan yang melebihi tekanan atmosfer,
dan kecepatan partikel yaitu kecepatan rata-rata partikel dari suatu molekul gas di volum yang
kecil. Kecepatan partikel adalah sebuah besaran vektor. Jarak sampai gelombang suara itu
terulang kembali disebut dengan panjang gelombang. Panjang gelombang tergantung pada
kecepatan dari suara saat melalui suatu medium dan frekuensi dari gelobang tersebut berosilasi.
Bunyi bisa dibangkitkan melalui medium gas maupun fluida lainnya oleh beberapa
mekanisme yaitu :
1. Pembangkitan getaran
2. Pembangkitan aliran
3. Pembangkitan ledakan
4. Pembangkitan kavitasi
5. Pembangkitan panas

Radiasi Sumber Bunyi

Radiasi sumber bunyi tentunya memiliki resistansi yang dapat didefinisikan baik untuk
akustik maupun untuk sistem mekanik. Adapun impedansi radiasi yang sring digunakan untuk
analogi elektroakustik dan elektro mekanik dalam mengetahui karakter dari radiasi melalui
anaolgi yang dipakai pada rangkaian listrik. Ketika belajar tentang radiasi bunyi pada suatu
permukaan yang datar yang bergerak dengan kecepatan yang sama dan fase yang melampaui
luasan radiasi bunyi impedansi dari radiasi ini sangat dibutuhkan. Misalnya pada diafragma
dan membran yang digunakan di loudspeaker dan mikrofon yang cenderung memiliki bentuk
kerucut dan setengah lingkaran. Selama kedalaman dari kerucut atau kubahnya lebih kecil
daripada panjang gelombang dari sumber bunyi yang dihasilkan maka teori untuk permukaan
yang datar masih berlaku. Radiasi sumber bunyi juga memiliki rasio dimana rasio ini
menunjukkan kemampuan radiasi lembaran yang membawa gelombang lentur. Rasio radiasi
biasanya tersaji dalam bentuk logaritma 10 log (s). Selain itu terdapat pula faktor kerugian dari
radiasi yang digunakan untuk mengkarakterisasi efek dari radiasi bunyi pada redaman
permukaan getar yang didefinisikan sebagai
𝑊𝑟𝑎𝑑
𝜂𝑟𝑎𝑑 =
𝐸𝑘𝜔
dimana Ek adalah total energi kinetik yang dibawa oleh suatu permukaan, ω adalah
frekuensi sudut, dan Wrad adalah total daya yang hilang dari radiasi bunyi.
Ada berbagai macam asal radiasi bunyi yaitu :
1. Radiasi bunyi oleh permukaan yang bergetar
2. Radiasi bunyi oleh piston atau membran yang bergetar
3. Radiasi bunyi oleh lembaran yang membawa gelombang lentur yang bergetar
Bunyi ini nanti akhirnya akan memancar ke arah-arah tertentu tergantung sifat sebarannya.
Berdasarkan arah radiasi dari sumber bunyinya terdapat 5 jenis sumber bunyi yaitu monopole,
dipole, bipole, quadrupole, dan omnidirectional. Monopole adalah sumber radiasi yang
sebarannya kecil dan memancar secara radial. Sumber monopole diasumsikan memiliki
kekuatan sumber yang tidak bergantung pada lingkungan akustiknya, dan getarannya konstan.
Gambar 1 Monopole Dispersion Pattern
Dipole adalah sebuah sumber bunyi yang terdiri dari 2 sumber bunyi monopole yang berosilasi
pada frekuensi dan kecepatan volume yang sama akan tetapi memiliki fase yang berbeda.
Sumber bunyi dipole meradiasikan bunyi dengan daya lebih rendah daripada monopole yang
memiliki kecepatan volume seperti dipole.

Gambar 2 Dipole Dispersion Pattern


Bipole adalah sebuah sumber bunyi yang terdiri dari 2 sumber bunyi monopole yang memiliki
fase yang sama.

Gambar 3 Bipole Dispersion Pattern


Quadrupole adalah sumber bunyi yang terdiri dari 4 sumber bunyi monopole yang memiliki 2
sumber bunyi sefase dan 2 sumber bunyi lainnya beda fase tetapi semua sumber bunyi.
Quadrupole sendiri terbagi menjadi dua yaitu lateral quadrapole dan linier quadrapole. Dalam
pengaturan quadrupole lateral kedua dipole tidak terletak pada garis yang sama.
Gambar 4 Lateral Quadrupole Dispersion Pattern
Sedangkan apabila dua dipole berlawanan fase terletak pada garis yang sama akan membentuk
linier quadrupole.

Gambar 5 Linier Quadrupole Dispersion Pattern


Apabila sumber bunyi monopole diatur dengan driver dodecahedron maka akan mendekati
karakteristik radiasi dari sumber suara omnidirectional. Omnidirectional memiliki sebaran
radiasi ke segala arah.

Gambar 6 Omnidirectional Dispersion Pattern


Directivity

Directivity adalah sifat yang digunakan untuk menggambarkan distribusi intensitas


sudut yang tidak rata untuk pemancar dan sensitivitas sudut yang tidak rata untuk penerima.
Directivity bisa jadi diperoleh dengan dua cara: dengan sifat geometris yang sesuai, distribusi
sumber / penerima, dan dengan perubahan fase getaran (atau kepekaan terhadap getaran) dan
amplitudo. Pemancar dapat terdiri dari beberapa radiator seperti driver loudspeaker, dan
receicer dari beberapa sensor seperti mikrofon. Fungsi directivity F (θ,φ) adalah cara untuk
mendeskripsikan sifat directional dari sebuah transduser kecuali monopole teoritis atau sensor
tekanan ideal, setiap transduser akan memiliki fungsi directivity terkait. Fungsi directivity
untuk setiap transduser praktis akan bergantung pada frekuensi. Untuk transduser pengirim,
fungsi directivity F (θ, φ) adalah hubungan antara tekanan suara di medan jauh pada sudut (θ,
φ) dibandingkan dengan tekanan suara pada a arah referensi, biasanya (θ, φ) = 0,0 untuk jarak
yang sama dengan pusat akustik transduser. Fungsi directivity (θ, φ) untuk receiver adalah
hubungan antara tegangan output listrik penerima di medan jauh pada sudut (θ, φ)
dibandingkan dengan output untuk suara masuk pada arah referensi, biasanya (θ, φ) = 0,0, dan
untuk yang sama Jarak ke pusat akustiknya. Dalam prakteknya, juga sulit mengukur fasa;
begitu F (θ, φ) = | F (θ, φ) | Umumnya diukur dan digunakan. Biasanya fungsi directivity adalah
dinormalisasi relatif terhadap arah sensitivitas maksimum sehingga 0 ≤ F (θ, φ) ≤ 1.

Gambar 7 Definisi dari sudut untuk fungsi directivity dari tranduser. Sebelah kiri adalah
tranduser penerima. Sebelah kanan adalah tranduser pengirim.
Plot directivity digunakan untuk menampilkan secara grafis properti terarah dari
transduser plot directivity yang menunjukkan D (θ, φ) biasanya didasarkan pada :
D(θ,φ) = 20 log (|F(θ,φ)|)
Ada tiga macam bentuk penyajian dari plot directivity yaitu
1. Traditional Polar Plot
2. Alternative Linear Plot

3. Directivity Balloon

Efisiensi dan Sensitifitas

Sensitivitas loudspeaker biasanya disajikan dalam bentuk tekanan bunyi pada jarak
tertentu dari loudspeaker untuk tegangan input tertentu, yaitu taraf tekanan bunyi on-axis pada
jarak 1m untuk tegangan input sebesar 2,83V pada lingkungan anechoic.
Ada beberapa cara untuk menggambarkan efisiensi dari sistem loudspeaker. Salah satu
caranya adalah dengan menggunakan rasio dari daya input listrik dan daya output akustik.
𝑊𝑎𝑐𝑜𝑢𝑠𝑡𝑖𝑐
𝜂=
𝑊𝑒𝑙𝑒𝑐𝑡𝑟𝑖𝑐
Frequensi Respon

Muatan radiasi oleh udara mempengaruhi sistem mekanis yaitu menambah massa dan
hambatan dalam persamaan gerak, dan karena daya terpancar bergantung pada kecepatan
vibrasi diafragma loudspeaker dan bagian sebenarnya dari muatan akustik pada diafragma,
menyebabkan desain dari driver loudspeaker harus didasarkan pada pengeras suara pengeras
suara harus memperhatikan hal tersebut.
Sebagian besar driver elektrodinamis berkualitas tinggi dirancang untuk beroperasi
terutama di wilayah dimana jari-jari diafragma, a, jauh lebih kecil dari panjang gelombang,
sehingga ka << 1-yaitu, muatan radiasi yang reaktif dan komponen resistifnya meningkat
secara proporsional dengan frekuensi kuadrat. Selama diafragma kecil dibandingkan dengan
panjang gelombang, beban massa akibat radiasi akan konstan.
Komponen massa dari muatan radiasi bisa jadi sebesar massa dari diafragma
loudspeaker itu sendiri. Ini akan memberikan keterbatasan dari bagaimana diafragma bisa
menjadi tipis. Jika diafragmanya tipis, itu dapat merusak muatan radiasinya. Ini akan menuntun
pada distorsi linier yang cukup besar.
Di daerah frekuensi ka << 1, intensitas suara, sebagai fungsi frekuensi, dalam arah radial pada
medan yang jauh adalah:

𝑝2 𝑝𝑜 𝑎4 𝜔 2
𝐼= = |𝐹(𝜃, 𝜑)|2 ( ) 𝑢2 𝐷
𝑍𝑜 8𝑐𝑜 𝑟
Selama besar dari fungsi directivity F(θ,φ) dekat dengan kesatuan, kecepatan getaran harus
dikurangi secara proporsional ke frekuensi untuk intensitas suara pada titik pendengaran
menjadi frekuensi-independen.

Tranduser

Transduser adalah alat yang mengubah suatu bentuk energi menjadi bentuk energi
lainnya. Transduser terbagi menjadi dua yaitu yang bersifat reversibel dan nonreversibel.
Transduser reversibel adalah transduser yang memungkinkan adanya transduksi di kedua arah
antara domain. Agar transduser menjadi reversibel, aksinya perlu didasarkan pada penggunaan
energi listrik atau magnetik yang tersimpan sebagai elektrostatis atau medan elektromagnetik.
Sedangkan pada transduser nonreversibel didasarkan pada penggunaan variabel tahanan.
Contoh dari transduser tersebut adalah mikrofon karbon, alat pengukur regangan, gelombang
elektromagnetik pada cahaya, dan lain-lain.
Ada dua jenis transduser yaitu transduser aktif dan transduser pasif. Transduser pasif
adalah transduser yang menggunakan energi sinyal dari sisi primer untuk memberi umpan sisi
sekunder. Contohnya adalah transduser elektroakustik seperti loudspeaker, earphone, dan
mikrofon. Sedangkan transduser aktif adalah transduser yang menggunakan energi luar untuk
membangkitkan sinyal listrik output. Cotoh dari transduser aktif adalah mikrofon resistansi
dimana bunyi akan memodulasi resistansi untuk mengubah arus di sirkuit listrik, selain itu ada
loudspeaker inofon yang secara elektrik dibangkitkan dan dimodulasi plasma untuk
membangkitkan bunyi.
Berdasarkan cara transduser mengonversi energi, transduser terbagi menjadi dua
yaitu konversi langsung dan konversi tak langsung. Transduser yang mengonversi secara
langsung adalah tranduser yang memperoleh sinyal output pada satu langkah sederhana dari
transduser seperti pada transduser pasif misalnya loudspeaker elektrodinamis dan mikrofon.
Sedangkan transduser konversi tak langsung adalah transduser yang diperoleh dari medan
variabel yang memodulasi sinyal sekunder. Contoh transduser konversi tak langsung adalah
sistem sensor yang menggunakan variabel domain utama untuk memodulasi sinyal pembawa
yang diikuti oleh demodulasi berikutnya dari sinyal pembawa untuk membangkitkan sinyal
sekunder. Prinsip ini digunakan pada mikrofon dan katrid gramofon.
Beberapa tranduser akustik seperti peluit atau alat musik, mengubah energi mekanik
menjadi suara tetapi pada pembahasan kali ini akan lebih terkonsentrasi pada tranduser
elektroakustik. Transduser elektroakustik ini terbagi menjadi dua yaitu yang mentransmisikan
kemudian mengonversi listrik menjadi suara, dan yang menerima kemudian mengubah energi
akustik menjadi sinyal listrik.

Loudspeaker

Loudspeaker adalah salah satu contoh dari alat elektroakustik yang mengonversi
sinyal listrik menjadi sinyal tekanan akustik yang mengontrol bentuk gelombang.
Keutamaan loudspeaker adalah digunakan untuk beberapa tujuan seperti :
a. Komunikasi Aural : Loudspeaker telah menjadi bagian utuh dari kehidupan kita
sehari-hari, yaitu Melayani tujuan sistem komunikasi aural, sistem konferensi dll,
oleh karena itu, mereka melakukan fungsi penyebarluasan informasi melalui tingkat
suara yang memadai ke khalayak / kelompok yang luas dengan cara yang mudah
dan aman.
b. Penguatan Bunyi : Di beberapa lokasi seperti auditoriums, amphitheatres dan lain-
lainnya. Bunyi yang dihasilkan dari suara tidak cukup keras untuk didengar atau
dipahami dengan puas, dengan demikian pada lokasi seperti itu dibutuhkan penguat
suara yang dapat memberikan keuntungan akustik untuk mengatasi masalah
tersebut dan menghasilkan suara pada tingkat yang memadai.
c. Produksi Bunyi : Pada beberapa tahap produksi musik, loudspeaker dapat
melengkapi rekaman bunyi berbagai jenis alat musik seperti gitar, bass, dan
keyboards, dan lain sebagainya.
d. Reproduksi Bunyi : Sistem reproduksi bunyi dibutuhkan saat merekam suara atau
musik yang harus dimainkan secara berulang. Misalnya, pada teater film, sistem
pengumuman pada stasiun kereta api, dan perekaman.

Pada dasarnya sebuah speaker terdiri atas dua bagian yaitu loudspeaker driver dan
loudspeaker box. Loudspeakers bisa dibedakan menjadi 3 berdasarkan bagaimana sisi
depan dari diafragma loudspeaker memancarakan bunyi ke lingkungan sekitar :
1. Direct radiator loudspeakers
Yaitu loudspeaker yang memiliki minimal satu sisi diafragma yang memancar secara
langsung
2. Horn loudspeakers
Yaitu loudspeaker yang diafragmanya memancarkan melalui filter akustik dalam
bentuk transformator akustik yaitu horn dari loudspeakers tersebut.
3. Nondirect radiating loudspeakers
Yaitu loudspeaker yang diafragmanya memancar dengan filter akustik yang biasa
disebut desain kotak bandpass.

Radiasi dari sisi kedua (sisi belakang dalam pengeras suara yang memancar langsung)
biasanya dicegah oleh kotak, baffle, atau konstruksi serupa untuk mencegah arus pendek
aerodinamis dari kecepatan volume yang dihasilkan oleh diafragma. Bentuk dan desain akustik
dari kotak loudspeaker berkontribusi pada bagaimana pengeras suara loudspeaker
memancarkan suara. Selain itu, biasanya ada radiasi suara oleh getaran dinding kotak. Ada
banyak jenis prinsip drive yang bisa digunakan untuk menghasilkan gaya yang dibutuhkan
untuk menggerakkan diafragma.
Loudspeaker tersusun dari beberapa komponen utama seperti diafragma, suspension,
coil, dan drive.

Gambar komponen loudspeaker


Pada bagian depan loudspeaker terdapat diafragma yang ditunjukkan oleh nomor 4.
Selanjutnya pada nomor 3 terdapat suspension. Nomor 2 adalah kumparan sedangkan nomor 1
adalah magnet. Pada dasarnya ketika arus listrik mengalir, sinyal listrik akan masuk kedalam
kumparan melalui kabel yang disambungkan ke kumparan, kemudian akan terjadi induksi
sehingga kumparan akan berubah menjadi magnet. Seiring naik turunnya arus listrik kumparan
akan menarik dan menolak magnet. Hal ini kemudian akan menggerakkan suspension naik
turun sehingga bagian cone yang terdapat diafragma akan bergerak naik turun pula sehingga
menghasilkan gelombang bunyi yang kemudian merambat melalui medium udara yang ada di
sekitar diafragma sehingga akan memproduksi bunyi. Jika power supply memiliki frekuensi
50 Hz maka akan bergetar 50 kali dalam 1 detik. Kemudian akan menghasilkan gelombang
longitudinal. Amplitude pada power supply akan menentukan amplitudo dari suara yang
dihasilkan dan juga keras tidaknya suara dari loudspeaker.

Sejarah dan Macam Loudspeaker

Loudspeaker dinamis di pertama kali pada tahun 1920-an dengan menggunakan medan
magnetik untuk menggerakan magnet yang disambungkan dengan diaphragm. Tetapi sebelum
ditemukan loudspeaker tersebut terdapat sistem amplification bernama Horns Speaker. Modern
speaker menggunakan elektromagnet untuk mengendalikan sinyal elektrik. The coil of copper
wire moves as the magnet energizes. Prinsip tersebut menggunakan induksi, dimana coil nanti
dihubungkan pada cardboard/paper/vinyl yang biasa disebut cone. Cone adalah diaphragm
yang bergetar bersamaan dengan coil. Dari segi desain, speaker modern disesuaikan sesuai
dengan frekuensi yang diperlukan dengan menggunakan material yang cocok. Berikut ini
merupakan beberapa macam Loudspeaker dan sedikit penjelasan tentangnya :
1. Horns
Horns merupakan loudspeaker pertama dan tidak
membutuhkan energi listrik dalam penggunaannya yang
dikembangkan oleh Thomas Edison, Magnavox dan Victrola
pada tahun 1880 hingga tahun 1920. Kekurangan dari horns
adalah speaker ini tidak bisa membesarkan frekuensi suara
dengan baik. Penggunaan horns ini dapat dilihat pada
gramaphones.
2. Piezoelectric Speakers
Piezoelectric Speakers merupakan speaker merupakan
speaker memiliki respon frekuensi terbatas dan kaena itu
speakers ini hanya digunakan pada Tweeters atau benda-benda
kecil seperti beepers pada jam. Selain itu speaker ini sendiri
merupakan speaker yang memiliki ketahananrids yang baik
dan dapat digunakan didalam air yang dapat dimanfaatkan
sebagai warfare kapal selam.

3. Magnetostrictive Loudspeaker
Transduser magnetik menerapkan prinsip
magnetostriction ini telah banyak digunakan sebagai radiator
gelombang sonar ultrasonik, namun penggunaannya juga
menyebar ke sistem speaker audio. Driver speaker
Magnetostrictive memiliki beberapa kelebihan khusus: mereka
dapat memberi kekuatan lebih besar (dengan pesiar yang lebih
kecil) dibandingkan teknologi lainnya; Pesiar yang rendah
dapat menghindari distorsi dari perjalanan besar seperti pada
desain lainnya; Kumparan magnetisasi bersifat stasioner dan
oleh karena itu lebih mudah didinginkan; Mereka kuat karena
suspensi dan koil suara yang halus tidak diperlukan.

4. Electrostatic Flat Loudspeakers (EFL)


EFL ini menggunakan dua buah metal grid dengan
diaphgram yang terbuat dari lembaran plastik sheet. Sheet
tersebut dilapisi dengan grafit yang konduktif terhadap
listrik. Diagrapham tersebut mempunyai charge yang
konstan dan juga sinyal audio dengan tegangan tinggi yang
diciptakan grids yang terdiri dari electroda. Speaker ini
memiliki respon yang lemah terhadap bass tetapi jika di
kombinasikan dengan electrodynamic woofer dapat
membuat full sound system.

5. Ribbon Speaker
Ribbon speaker ini menggunakan batangan logam tipis dan
aluminium foil film (ribbon) yang nantinya disuspend dalam medan
magnetik. Sinyal elektrik tersebut nantinya akan mengapply ke ribbon
tersebut yang menyebabkan terciptanya suara. Dengan kata lain
speaker ini tidak memerlukan transformer diantara amplifier dan juga
speaker.
6. Bending Wave Loudspeaker
Bending wave loudspeaker menggunakan diafragma yang
sengaja fleksibel. Kekakuan bahan meningkat dari pusat ke luar. Panjang
gelombang yang pendek memancar terutama dari daerah dalam,
sementara gelombang yang lebih panjang mencapai tepi speaker. Untuk
mencegah refleksi dari belakang ke belakang, gelombang panjang
diserap oleh peredam di sekitarnya. Transduser semacam itu dapat
mencakup rentang frekuensi yang lebar (80 Hz sampai 35.000 Hz) dan
telah dipromosikan mendekati sumber suara ideal. Pendekatan yang
jarang ini hanya dilakukan oleh beberapa produsen saja, dalam
pengaturan yang sangat berbeda.

7. Multi-cell flat Diaphragm Speakers


Speaker ini hampir sama dengan electrodynamic
loudspeaker dimana speaker ini menggerakkan elemen
menggunakan medan magnet, hanya saja speaker ini
menggunakan bentuk yang berbeda. Speaker ini memiliki
gulungan yang langsung dipasang pada diaphragm.
Gulungan tembaga yang terikat disekitar base. Magnet
permanen yang panjang akan membentuk cells yang terpisah
dan semua diaphragm akhirnya bergerak secara bersamaan.
Tipe speaker ini memerlukan tranformer karena setiap cell
memiliki impedansi yang rendah dari speaker standar biasa.

8. Heil Air Motion Transduser


Oskar Heil menemukan transduser gerak udara di
tahun 1960an. Dalam pendekatan ini, diafragma lipit
dipasang di medan magnet dan dipaksa untuk menutup dan
membuka kendali sinyal musik. Udara dipaksa dari antara
lipatan sesuai dengan sinyal yang dipaksakan hingga
menghasilkan suara. Drivernya kurang rapuh dari pada pita
dan jauh lebih efisien (dan mampu menghasilkan tingkat
keluaran absolut yang lebih tinggi) daripada desain tweeter
magnetik pita, elektrostatik, atau planar.

9. Digital Speakers
Speaker digital telah menjadi subjek percobaan yang dilakukan
oleh Bell Labs sejauh tahun 1920an. Desainnya sederhana; Setiap bit
mengendalikan driver, yang sepenuhnya 'on' atau 'off'. Masalah dengan
desain ini membuat produsen mengabaikannya sebagai hal yang tidak
praktis untuk saat ini. Pertama, untuk jumlah bit yang masuk akal
(diperlukan untuk kualitas reproduksi suara yang memadai), ukuran fisik
sistem speaker menjadi sangat besar. Kedua, karena masalah konversi
digital analog yang melekat, efek aliasing tidak dapat dihindari, sehingga
output audio "tercermin" pada amplitudo yang sama dalam domain
frekuensi, di sisi lain frekuensi sampling, menyebabkan tingkat ultrasonik
yang tidak dapat diterima secara tinggi. Untuk mengiringi output yang diinginkan.
Tidak ada skema yang bisa diterapkan untuk menangani hal ini dengan memadai.

10. Plasma arc loudspeakers


Speaker ini menggunakan electric plasma sebagai
radiating element karena plasma merupakan material yang
respontif terhadap medan elektrik. Maka dari itu kita dapat
mengubah sinyal elektrik dari suara kedalam medan
elektrik yang memanipulasi plasma. Plasma tersebut
mempunya massa dan akan bergetar dan menimbulkan
efek yang sama dengan pergerakan diaphgram di udara
untuk menciptakan suara. Karena hal tesebut speaker ini
cukup menarik tetapi memiliki hasil keluaran yang linear
pada fekuensi yang begitu jauh dengan range audible

11. Transparent Ionic Counduction Speaker

Diperkenalkan pada tahun 2013 oleh team researchers dari Harvard School of
Engineering and Applied Sciences, transparent Ionic Counduction Speaker berkerja
dengan 2 layer konduktif gel yang transparan dan layer karet transparan yang mengapit
layer konduktif gel untuk menciptakan tegangan tinggi dan juga aktuasi kerja yang
tinggi untuk menciptakan kualitas suara yang baik. Speaker ini cocok dalam dunia
robotics, mobile computing dan juga adaptive optics field.

12. Thermo-acoustic Speaker


Speaker ini didasari dengan prinsip kerja mekanisme pada “thermo acoustic effect”.
Thermoacoustic speakers ini menciptakan gelombang suara dari fluktuasi yang cepat dari
perubahan heating dan cooling conducting material. Tidak seperti speaker konvensional,
thermoacoustic speaker tidak memerlukan vibrasi untuk memproduksi suaranya dan speaker
ini juga tidak memerlukan acoustic box sebagai tempat dari komponen mekanik. Speaker ini
juga memproduksi qualitas yang baik dalam pesebaran suara ke segala arah.
Intensitas
Pada dasarnya bila ada gelombang bunyi yang dapat diukur adalah amplitudo dari suara
tersebut. Amplitudo dari suara tersebut dapat diukur menggunakan 3 cara yaitu :
1. Mengukur maksimal perubahan posisi dari suatu partikel pada suatu medium
2. Mengukur maksimal perubahan densitas medium
3. Mengukur maksimal perubahan tekanan
Pengukuran dengan melihat perubahan posisi molekul sangat sulit dilakukan karena
masih belum ditemukan teknologi yang mampu tracking suatu molekul. Perubahan densitas
sangat kecil pula bahkan periode dari gelombang suaranya berukuran milisekon. Untuk
perubahan tekanan dari suatu gelombang suara lebih mudah diukur yaitu dengan
menggunakan microphone. Hasil dari pengukuran tersebut jarang sekali dilaporkan padahal
pengukuran amplitudo hampir selalu digunakan untuk raw data pada beberapa komputasi.
Hasil dari pengukuran yang diolah pada level meter berupa nilai yang disebut intensitas.
Sedangkan hasil pengukuran yang diolah otak kita berupa sensasi yang disebut kerasnya
suara.
Intensitas gelombang suara adalah kombinasi dari laju dan densitas transfer energinya.
Ini adalah perhitungan objektif secara kuantitatif yang terkait dengan gelombang. Loudness
adalah respons perseptual terhadap sifat fisik intensitas. Ini adalah perhitungan subjektif
secara kualitatif yang terkait dengan gelombang dan sedikit lebih kompleks. Sebagai aturan
umum semakin besar amplitudo, semakin besar intensitasnya, semakin keras suaranya.
Gelombang suara dengan amplitudo besar dikatakan "nyaring". Gelombang suara dengan
amplitudo kecil dikatakan "sepi" atau "lembut" sehingga untuk mengukur radiasi bunyi
𝑃
adalah mengukur intensitasnya. Rumus umum dari intensitas adalah 𝐼 = 𝐴 dengan satuan
yaitu W/m2 .
Intensitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Densitas dari medium rambat
Semakin padat medium, semakin kuat gelombang. Itu masuk akal. Media padat
mengepak lebih banyak massa ke dalam volume apapun daripada medium langka
dan energi kinetik berjalan dengan massa.
2. Frekuensi dari bunyi
Gelombang yang lebih sering bergetar bergetar, akan semakin kuat gelombangnya.
Gelombang dengan frekuensi yang rendah tidak akan membawa energi yang
banyak.
3. Kecepatan rambat gelombang
Semakin cepat gelombang bergerak, semakin cepat ia mentransmisikan energi.
Itulah mengapa intensitas tidak mengukur jumlah dari energi yang ditransferkan
melainkan mengukur laju dari energi yang ditransferkan.
4. Amplitudo dari perpindahan
Semakin besar perpindahan amplitudo semakin kuat pula gelombangnya.
Dengan adanya faktor-faktor tersebut dapat dibuat rumus-rumus turunan dari intensitas, antara
lain adalah :
No Amplitude Intensity
1 Displacement 𝐼 = 2𝜋 2 𝜚𝑓 2 𝑣∆𝑥 2
2 Velocity ∆𝑣 2
𝐼 = 𝜚𝑣
2
3 Acceleration ∆𝑎2
𝐼 = 𝜚𝑣 2 2
8𝜋 𝑓
4 Pressure ∆𝑃2
𝐼=
2𝜚𝑣
5 Density ∆𝜚 2 𝑣 3
𝐼=
2𝜚

Alat ukur dari intensitas sendiri ada bermacam-macam. Salah satunya adalah dengan
menggunakan sound level meter. Sound level meter ini merupakan sebuah alat yang
dilengkapi mikrofon dibagian ujungnya sebagai sensor penangkap bunyi yang ingin diukur.
Selain soundlevel meter dapat digunakan pula anechoic chamber untuk mengukur
intensitas dari suara dengan sensor mikrofon yang dipasang pada anechoic chamber.

Selain itu ada beberapa software baik untuk smartphone maupun PC. Software audacity
salah satunya merupakan software yang dapat digunakan untuk menganalisis bunyi.
Kemudian ada software decibel meter yang megukur taraf intensitas dari suara yang
ada disekitar PC. Pada layar akan ditunjukkan nilai rata-rata dari taraf intensitas kemudian
nilai minimal dan maksimal.

Untuk smartphone terdapat beberapa aplikasi salah satunya adalah sound meter, yang
menunjukkan grafik pengukuran dan hasil dari pengukuran.
Hasil Dsikusi

1. M Jati Yumni
Mengapa pengukuran pada white noise menunjukkan frekuensi yang sama padahal
pada titik yang berbeda?
White noise merujuk pada model statistik dari sinyal dan sumber sinyal daripada
suatu sinyal yang spesifik. Pada waktu diskrit, white noise adalah sinyal diskrit yang sampelnya
dianggap sebagai rangkaian variabel acak serempak tanpa korelasi dengan mean nol.
Bergantung pada konteksnya, orang mungkin juga mensyaratkan sampel tersebut independen
dan memiliki distribusi probabilitas yang sama adalah representasi paling sederhana dari white
noise.
2. Ruth Monica Siahaan
Apa keuntungan speaker yang bisa mengeluarkan suara ultrasonik dan apa
kegunaannya?
Speaker yang bisa mengeluarkan suara ultrasonik akan membantu dalam USG.
3. M Ghazian Rasis R
Bagaimana cara kerja loudspeaker?
Pada dasarnya ketika arus listrik mengalir, sinyal listrik akan masuk kedalam kumparan
melalui kabel yang disambungkan ke kumparan, kemudian akan terjadi induksi sehingga
kumparan akan berubah menjadi magnet. Seiring naik turunnya arus listrik kumparan akan
menarik dan menolak magnet. Hal ini kemudian akan menggerakkan suspension naik turun
sehingga bagian cone yang terdapat diafragma akan bergerak naik turun pula sehingga
menghasilkan gelombang bunyi yang kemudian merambat melalui medium udara yang ada di
sekitar diafragma sehingga akan memproduksi bunyi.

4. Ridho Aristu Illahi


Apakah loudspeaker DC mampu menghasilkan suara?
DC memiliki amplitudo yang konstan yang dapat overheat dan menghancurkan
kumparan suara dari speaker. Ini akan menghasilkan lebih banyak distorsi dan kualitas suara
buruk sehingga tidak dapat digunakan untuk menghasilkan suara.
5. Oasiska N.S
Speaker manakah yang paling bagus digunakan?
Loudspeaker memiliki spesifikasi sendiri-sendiri sehingga penggunaanya disesuaikan
dengan kebutuhan. Misalnya jika kita menginginkan loudspeaker yang masanya ringan dan
menghasilkan respon frekuensi tinggi yang baik maka dapat digunakan ribbon loudspeaker.

6. Maulana Sekar Timur


Apakah cara kerja horn loudspeaker sama dengan speaker lainnya?
Pada dasarnya semua speaker memiliki cara kerja yang sama tergantung dari drive nya
menghasilkan energi mekanik dengan cara-cara tertentu. Horn loudspeaker sendiri memiliki
drive yang berisi magnet dan coil yang akan menghasilkan energi mekanik sehingga kemudian
akan diubah menjadi energi akustik melalui proses yang sama seperti speaker pada umumnya.

Reference

- Russell, Daniel A. (2011). Sound Fields Radiated by Simple Sources.


http://www.acs.psu.edu/drussell/Demos/rad2/mdq.html
- Kleiner, Mendel. (2013). Electroacoustics. CRC Press.
- Kleiner, Mendel. (2012). Acoustics and Audio Technology. 3rd edition. J.Ross
Publishing.
- Elert, Glenn. The Physics Hypertextbooks : Waves and Optics. 1998.
http://physics.info/intensity/
- Pulsar Instrument PLC. Sound Levels Meter. Access on April 5th 2017.
https://pulsarinstruments.com/sound-level-meters/
- M.W. and S. Normandin. History and types of loudspeakers. Edison Tech Center,
2015. http://www.edisontechcenter.org/speakers.html
- Grey, M. Transparent gel speaker plays music through the magic of ionic conduction
(video). Engadget. 2013. https://www.engadget.com/2013/08/30/transparent-gel-
speaker-ionic-conduction/
- World Heritage Encyclopedia. Moving Coil Speaker. USA. World Heritage
Encyclopedia, 2002.
http://www.worldlibrary.org/articles/moving_coil_loudspeaker#Ribbon_and_planar_
magnetic_loudspeakers
- Mellor, Nyal. Speaker Off Axis: Omnidirectional Speakers. USA. Acoustic Frontiers,
2014. http://www.acousticfrontiers.com/201462speaker-off-axis-omnidirectional/
- Anonimous. A Guide to Bipolar, Dipolar, & Direct-Radiating Monopole Surround
Speakers. 2013. http://forum.blu-ray.com/showthread.php?t=66471.
- Massa, Donald P. An Overview Of Electroacoustic Transducers. USA. Massa
products Corporation, 2012.
KELOMPOK 1A
ABSORPTION COEFFICIENT

Koefisien absorpsi suara (𝛼) adalah kemampuan material untuk menyerap suara pada
rentang frekuensi tertentu, yang mana nilai 𝛼 adalah perbandingan antara energi suara terserap
dengan energi suara suara datang yang mengenai permukaan material.
𝐸𝑎
𝛼 = 𝐸𝑖
Koefisien absorpsi suara pada umumnya diukur dengan menggunakan metode tabung
impedansi dan ruang dengung. Tabung impedansi merupakan sebuah alat untuk mencari nilai
koefisien absorpsi suara. Dalam pengukuran nilai 𝛼 dengan menggunakan metode ini,
pengukuran mengacu pada dua standar operasional yaitu, ISO 10534-2:1998 dan ASTM
E1050-98. Prinsip dasar dari tabung impedansi adalah refleksi, transmisi dan absorpsi
gelombang bunyi oleh permukaan material di ruang tertutup.
Pengukuran nilai 𝛼 menggunakan tabung impedansi merupakan pengukuran dalam
kondisi terkontrol dengan menggunakan ukuran sampel yang kecil (biasanya berbentuk tabung
dengan diameter 3 cm – 10 cm). Tabung impedansi sendiri memiliki dua tipe yaitu standing
wave ratio dan transfer function method.

Gambar 1 Transfer Function Method Impedance Tube

Gambar 2 Standing Wave Ratio Impedance Tube


Sebuah speaker menghasilkan gelombang planar di dalam tabung impedansi, Standing
wave yang dihasilkan bergantung pada sifat akustik sampel yang sedang diuji. Dalam kasus
standing wave method,, mikrofon yang dapat diatur jaraknya digunakan untuk menentukan
rasio (SWR) tekanan maksimum dan minimum, dari rasio ini maka akan menghasilkan
koefisien refleksi (R) dan dapat diturunkan untuk mencari nilai 𝛼.
Koefisien absorpsi sampel dari suatu material diperlukan untuk mengukur kinerja
akustik yang diharapkan dari material tersebut dalam penggunaan dan lingkungan aktualnya.
Standar ASTM C423-09a dan ISO 354, "Metode Uji Standar untuk Penyerapan Suara dan
Koefisien Penyerapan Suara dengan Metode Ruang Dengung" sering digunakan untuk
mengukur koefisien penyerapan uji material. Metode ini berbasis pada dalam formula Sabine.

Hasil Diskusi

1. Muhammad Hafiezd
Ketika melakukan pengujian dengan tabung impedansi, apakah material dari tabung
impedansi tidak ikut memberikan pengaruh terhadap hasil pengukuran ?
Tidak, material yang digunakan untuk membuat tabung impedansi tidak akan menyerap
bunyi dan mempengaruhi hasil pengukuran karena material yang digunakan adalah material
khusus dan sudah terstandarisasi, terdapat beberapa aturan dan standar didalam ISO yang
harus ditaati oleh pabrik pembuat tabung impedansi agar dapat menghasilkan tabung
impedansi yang baik.
2. Gde Ketut P M
Seberapa besarkah ukuran ruang dengung yang ideal untuk melakukan pengujian
menggunakan ruang dengung ?
Begitu pula dengan ukuran ruang dengung, hal ini telah diatur dalam ISO, Berdasarkan ISO
354, volume ruangan yang digunakan apabila akan dilakukan pengujian adalah minimal 150
m3. Namun, volume ruangan yang disarankan adalah 200 m3, ketika volume ruangan lebih
besar lagi mencapai 500 m3 sangat tidak disarankan karena data yang dihasilkan akan
terganggu oleh absorpsi udara.

3. Arum Nafi
Ketika melakukan pengujian dengan ruang dengung, sebaiknya posisi dari mikrofon
diletakkan pada posisi yang bagaimana ?
Dalam melakukan sebuah pengujian, tentunya ada standar standar yang harus dipenuhi,
seperti layaknya jenis dan penempatan mikrofon. Standar ASTM C423-09a dan ISO 354,
"Metode Uji Standar untuk Penyerapan Suara dan Koefisien Penyerapan Suara dengan Metode
Ruang Dengung" sering digunakan untuk mengukur koefisien penyerapan uji material. Jenis
mikrofon yang digunakan adalah omnidirectional dengan posisi mikrofon setidaknya berada
1,5 m dari sumber suara dan 1 m dari permukaan lantai dan material uji.

Referensi
[1] Y. Wang, C. Zhang, L. Ren, M. Ichchou, M.-A. Galland, and O. Bareille, “Influences of
rice hull in polyurethane foam on its sound absorption characteristics,” Polym. Compos., vol.
34, no. 11, pp. 1847–1855, Nov. 2013.
[2] J. G. Gwon, S. K. Kim, and J. H. Kim, “Sound absorption behavior of flexible
polyurethane foams with distinct cellular structures,” Mater. Des., vol. 89, pp. 448–454, Jan.
2016.
[3] WHO, “Guidelines dor Comumunity Noise.” World Health Organization, 2000.
[4] L. Peng, B. Song, J. Wang, and D. Wang, “Mechanic and Acoustic Properties of the
Sound-Absorbing Material Made from Natural Fiber and Polyester,” Adv. Mater. Sci. Eng.,
vol. 2015, pp. 1–5, 2015.
[5] Cox, Trevor J. D’Antonio Peter (2009). Acoustic Absorbers and Diffusers Theory, Design
and Application. New York: Taylor & Francis
[6] L. Ismail, “Sound Absorption of Arenga Pinnata Natural Fiber,” World Acad. Sci. Eng.
Technol., vol. 4, No: 7, 2010.
[7] Hughes, W.O., “Examination of the Measurement of Absorption Using Reverberant
Room Method for Highly Absorptive Acoustic Foam”
[8] Beranek L., Sleeper H. (1946), The Design and Construction of Anechoic Sound
Chambers, The Journal of the Acoustical Society of America.
[9] Blanco M., Herráez M (1993). Calificación de la cámara semi-anecoica del laboratorio de
acústica y vibraciones de la ETS de Valladolid. SEATecniAcústica. p. 167-170.
KELOMPOK 1B
ANECHOIC CHAMBER

Ruang tanpa dengung atau Anechoic chamber merupakan suatu ruangan yang didesain
untuk menyerap gelombang suara serta gelombang elektromagnetik secara menyeluruh.
Ruangan ini sengaja didesain dengan material – material khusus yang dapat membuat ruangan
ini memiliki nilai refleksi hampir 0. Sehingga, Ruang tanpa dengung memiliki insulasi akustik
yang tinggi dari lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan fungsinya Ruang tanpa dengung dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
1. Full Anechoic Chamber, merupakan suatu ruang yang benar-benar keseluruhannya
mulai dari tembok, lantai, hingga bagian atas diberikan absorber yang mana mampu
menyerap sekitar 99-100% bunyi yang melewatinya, bahan yang digunakan juga
mampu untuk mengurangi bising dari lingkungan.

Gambar 1 Full Anechoic Chamber


2. Hemi-anechoic Chamber, merupakan suatu ruang yang memiliki acoustic treatment di
dinding dan langit – langitnya saja. Bagian lantai dibiarkan tanpa mendapatkan acoustic
treatment untuk mendapatkan permukaan yang reflektif. Ruangan ini biasa digunakan
untuk menguji peralatan besar dan berat seperti mobil, peralatan konstruksi, kemari es,
mesin cuci, mesin pengering. Sehingga, memerlukan permukaan lantai yang padat dan
keras.
Gambar 2 Hemi Anechoic Chamber

Prinsip kerja anechoic chamber mengandalkan pada peredaman dengan pemantulan


berulang-ulang pada dinding atau atap dan lantai hingga akhirnya gelombang suara teredam
sepenuhnya sehingga tidak ada gelombang yang terpantulkan kembali. Anechoic chamber
dicirikan dengan celah pemantulan berbentuk segitiga yang disebut wedges dimana wedges
tersebut akan mengakibatkan gelombang terus terpantul diantaranya hingga akhirnya teredam
secara sempurna dan tidak dipantulkan kembali lagi.
Pada proses pemilihan/fabrikasi wedges terdapat beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan, diantaranya: absorption cutt-off, material, dimensi dan bentuk. Sudut dari
wedge merupakan salah satu faktor yang penting. Sudut kecil dapat mengarah ke gradien
akustik yang lebih baik, namun sudut yang lebih besar pula dapat menyederhanakan pembuatan
(menekan produksi). Sehingga gabuangan dari keduanya akan sangat penting.
Mengenai dimensi hal yang paling penting adalah tinggi dari wedge, karena berkolerasi
langsung dengan frekuensi cut-off bawah (frekuensi cut-off adalah nilai frekuensi saat dayanya
turun menjadi setengah daya inputnya) [9]. Frekuensi dapat dicari menggunakan persamaan
𝑐
𝑓𝑐=4ℎ
Di mana c adalah kecepatan suara di chamber, sedangkan h adalah tinggi dari wedges.
Penempatan posisi mikrofon dalam anechoic chamber tergantung pada jenis
anechoic chamber. Untuk ruangan full anechoic, maka sensor atau mikrofon diletakkan pada
tengah ruangan dengan asumsi ruangan berbentuk sferis. Dan untuk ruangan semi/hemi
anechoic, sensor atau mikrofon diletakkan di tengah lantai ruangan dengan asumsi ruangan
berbentuk setengah bola. Pengujian di ruangan dilakukan dengan mengukur penurunan tekanan
suara yang dihasilkan oleh sumber terhadap jarak.
MODEL MATEMATIS
Pada pemodelan matematis untuk anechoic chamber itu sendiri lebih dipertimbangkan kearah
struktur wedge, ukuran wedge, bahan wedge, dan bagaimana design ruangan itu sendiri.
Sesehingga yang pada akhirnya dapat ditentukan scattering factor yang merupakan factor yang
menunjukkan besarnya peredaman yang disebabkan oleh penyebaran pantulan gelombang
tersebut. Parameter untuk desain wedge itu sendiri ada 4, yaitu length, base length, gap,and
width wedge.
Untuk desain dimensi wedge :
𝐷
≥ 0.25
𝜆
D : jarak dari ujung shape wedge hingga ujung dinding (m)
𝜆 : panjang gelombang (m)
Kemudian, persamaan untuk factor penyebaran atau scattering factor adalah :
𝛼𝑠𝑝𝑒𝑐 − 𝛼𝑠 𝐸𝑠
𝑠= =1−
1 − 𝛼𝑠 𝐸total

Dengan koefisien penyerapan pada bidang stasioner :


𝑉 1 1 4𝑉
𝑎𝑠 = 55.3 ( − )− (𝑚2 − 𝑚1 )
𝑆 𝑐2 𝑇2 𝑐1 𝑇1 𝑆

Dan koefisien penyerapan pada bidang yang berotasi :


𝑉 1 1 4𝑉
𝑎𝑠𝑝𝑒𝑐 = 55.3 ( − )− (𝑚4 − 𝑚3 )
𝑆 𝑐4 𝑇4 𝑐3 𝑇3 𝑆

Anechoic Chamber dapat digunakan untuk menciptakan free-space bagi


gelombang suara maupun gelombang elektromagnetik
Hasil Diskusi

1. Zulfi Aulia R
Menurut anda untuk mendapatkan ruang tanpa gema yang bagus, anda memilih untuk
merekayasa bentuk wedges atau material wedges?
Material wedges yang digunakan adalah material yang bersifat absorber, yang dapat
mengabsorb gelombang suara sedangkan bentuk wedges mampu meredam suara yang jatuh di
permukaan wedges. Keduanya saling melengkapi untuk mampu didapati ruang tanpa gema
yang optimum. Sehingga apabila kita memiliki material absorber yang tidak terlalu mampu
mengabsorb dengan baik, kita dapat merekayasa bentuk geometri wedgesnya, dan sebaliknya.

2. Evannela Setyarani
Apa faktor yang membuat bentuk wedges seperti piramid, kira-kira disesuaikan dengan
apa?
Untuk wedges yang runcing seperti piramid berkaitan dengan tujuan anechoic chamber untuk
meredam intensitas gelombang akustik yang ada pada ruangan.

3. Gde Ketut P M
Anechoic Chamber kan prinsipnya membuat ruangan yang tanpa gema, nah kira-kira
bagaimana membuat ruangan sereflektif mungkin?
Membuat ruangan sereflektif mungkin dapat dilakukan dengan menggunakan material dinding
yang reverberant, yaitu material yang memiliki tingkat absorbsi rendah sehingga bersifat
reflektif. Ruangannya disebut dengan Reverberant chamber, seperti yang dibahas di kelompok
1A.
4. Septian Eka Prayogi
Anechoic Chamber juga bisa mengeblok / menguji medan elektromagnetik dari
perangkat elektronik, kira-kira seperti apa rincian cara mengujinya?
Prinsip metode pengukurannya pada umumnya sama yaitu ada sumber/ objek yang mau
diukur yaitu perangkat elektronik yang memancarkan gelombang elektromagnetika, dan ada
penerima gelombang yaitu penerima sinyal Elektromagnetik. Selanjutnya sinyal tersebut akan
dilakukan pengolahan dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan
kesesuaian dengan kriteria standar Anechoic Chamber

REFERENSI
- https://www.itb.ac.id/news/read/5135/home/anechoic-chamber-itb-ruangan-
tanpagemapertama-di-indonesia [Accessed June 4th, 2017]
- Ressl, M. & Wundes, P., 2010. Design of an acoustic anechoic chamber for
application in hearing aid research. Proceedings of the 11th WSEAS international,
pp.18–23. Available at: http://www.wseas.us/e-library/conferences/2010/Iasi/AM
TA/AMTA-02.pdf
- Standard, I., 2003. Iso 3745,
- Anon, The Anechoic Chamber | Meyer Sound. Available at: http://www.meyersou
nd.com/products/technology/chamber.htm [Accessed March 29th, 2017]
- Anon, Precision Acoustic Testing - Full Anechoic Chambers | IAC Acoustics UK.
Available at: http://www.iac-acoustics.com/uk/test-facilities/education-
acousticsresearch/fullyanechoic-chambers/ [Accessed March 29th, 2017]
- Anon, Full/Hemi Anechoic Chambers. Available at: http://www.eckel.ca/products/
testchambers/anechoic-chambers.html [Accessed March 29th, 2017]
- https://lotusproactive.files.wordpress.com/2012/11/nvh-anechoic-chamber-
exiges12_09_12_71pb.jpg [Accessed March 29th, 2017] 8.
http://www.f16.net/g3/var/resizes/f-35-photos/album551/album560/AF-
03_001conflict1855150313.jpeg?m=1371914820 [Accessed March 29th, 2017]
KELOMPOK 2B
MICROPHONE

KELOMPOK 3A
Waktu reverberasi merupakan parameter untuk mengkalkulasi deskripsi objektif
akustik suatu ruangan hal tersebut dikarenakan waktu reverberasi berhubungan erat dengan
penilaian subjektif akustik ruangan. [prediction of the reverberation time in rectangular rooms
with non-uniformly distributed sound absorption by R. Neubauer and B. Kostek]. Jadi dapat
disimpulkan bahwa reverberation time adalah parameter dasar akustik yang digunakan untuk
menentukan karakteristik ruangan. Karakteristik itu dapat berupa volume ruang, dan jarak
pendengar dari sumber suara sebagai parameter, kita dapat memprediksi 5 aspek kuantitas
akustik, yaitu sound level, reverberance, clarity, ASW (Apparent Source Width), dan LEV
(Listener Envelopment) [Reverberation Time – Mother of All Room Acoustical Parameters by
Magne Skalevik 10 May 2012 Norway]. Menurut definisi klasik waktu reverberasi adalah
waktu yang diperlukan untuk energy suara berkurang 60 dB dari tingkat original setelah sumber
bunyi dimatikan. Menurut penemuan Eyring, waktu reverberasi bergantung pada bentuk
ruangan, maka dari itu dalam perhitungan asusmsi bentuk ruangan sungguh sangat penting
dalam perhitungan.
Asumsi pada reverberation time
Propagasi energi suara dikonsiderasikan, bukan tekanan suara atau kecepatan partikel,
sehingga efek fase dapat diabaikan. Basisnya berasal dari Schroeder cut-off frequency. Dimana
frekuensi cut-off ini merupakan batas bawah saat perlakuan statistik dari superimposed modes
normal diijinkan. Berikut ini merupakan frekuensi cut-off puncak resonansi akan menjadi
sangat padat dan tidak mampu dianalisa secara statistik.
1) Sabine
Sesuai pada ruangan live. Asumsi homogen dan isotropic, sehingga hanya memerlukan
satu nilai koefisien absorpsi.
0,161 𝑉
𝑅𝑇 =
𝐴

Pada saat berpropagasi bebas didpatkan bentuk formula Sabine yang lengkap, yaitu
0,161 𝑉
𝑅𝑇 =
𝑆 . 𝑎 + 4𝑚𝑉

2) Eyring-Norris
Suara dari sumber dalam ruangan direfleksikan secara suksesi dengan batas yang
memiliki koefisien absorpsi rata-rata.
0,161 𝑉
𝑅𝑇 =
−𝑆 ln(1 − 𝑎)

3) Millington-Sette
Asumsi serupa dengan Eyring namun berbeda pada bagian mer’rata-rata’kan absorpsi
koefisien pada dinding. Dengan batas semua koefisien absorpsi i jauh lebih kecil dari
satu, sehingga menjadi Sabine eq.
0,161 𝑉
𝑅𝑇 =
𝛴 − 𝑠𝑖 ln(1 − 𝛼𝑖 )

4) Fitzroy
Mempertimbangan aspek geometris, tidak hanya fisis, dari medan suara pada ruang
tertutup. Sehingga pada ruangan rectangular terdapat tiga dimensi yang diperhitungkan.
0,16 𝑉 −𝑥 −𝑦 −𝑧
𝑅𝑇 = 2
[ + + ]
𝑆 ln(1 − 𝛼𝑥 ) ln(1 − 𝛼𝑦 ) ln(1 − 𝛼𝑧 )

5) Tohyama-Suzuki
Menyatakan teori medan terdifusi ‘hampir dua dimensi’ yang diaplikasikan pada
keadaan ruang dengan satu dimensi sebagai absorbent, semisal pada ruang konser
dengan dinding yang tegak lurus pada lantai dengan absorpsi tinggi.
- Mengabaikan dimensi z
0,128 𝑆
𝑅𝑇 =
−𝐿 ln(1 − ̅̅̅̅̅)
𝑎𝑥𝑦

- Dimensi z dianggap terdiri dari gelombang tangensial, oblique, dan menyerupai


tangensial.
0,128 𝑆
𝑅𝑇𝐴𝐿−𝑥𝑦 =
−𝐿𝑥𝑦 ln(1 − 𝑎
̅̅̅̅̅̅̅̅̅)
𝐴𝐿−𝑥𝑦

6) Arau
Mengenalkan model perhitungan reverberation time pada keadaan distribusi absorpsi
yang asimetris, dengan mengasumsikan peluruhan reverberation sebagai proses
hiperbolik [H. Arau-Puchades, An Improved Reverberation Formula, Acoustica 65,
163-180(1988)]. Peluruhan ini merupakan superposisi dari tiga faktor; peluruhan awal,
porsi linear pertama dan kedua dari peluruhan, dan posisi ketiga linear dari peluruhan.
Koefisien absorpsi pada formula ini adalah absorptivitas rata-rata tiap pasang dinding
yang saling berhadapan.
𝑆𝑥 𝑆𝑦 𝑆𝑧
0,16 𝑉 𝑆 0,16 𝑉 𝑆 0,16 𝑉 𝑆
𝑅𝑇 = [−𝑆 ln(1−𝑎 )+4𝑚𝑉] . [−𝑆 ln(1−𝑎 ] . [−𝑆 ln(1−𝑎 )+4𝑚𝑉]
𝑥 𝑦 )+4𝑚𝑉 𝑧

7) Kuttruff correction
Model dibuat berdasarkan kasus dimana medan dalam ruang hanya terdifusi secara
parsial, dan mengenalkan konsep koefisien refleksi ρ = 1-α, dengan asumsi α tidak
dipengaruhi sudut, menggunakan Hukum Lambert tentang difusi refleksi. Dibawah
asumsi bahwa hukum eksponensial, yang sesuai pada ruang rectangular.
0,161 𝑉
𝑅𝑇 =
𝑆[− ln(1 − ̅̅̅)]
𝑎𝑒 + ∆ + 4𝑚𝑉

8) Neubauer-Kostek Modification on Fitzroy


Perbaikan ini didapatkan untuk mendapat aproksimasi yang lebih akurat pada kasus
dimana absorpsi utama terdapat pada lantai dan langit-langit, atau pada kasus dimana
absorpsi suara dinding yang berseberangan jauh lebih tinggi dari bagian ruang lain.
0,32 𝑉 ℎ(𝑤 + 𝑙) 𝑙𝑤
𝑅𝑇 = ( 2 ) . ( ∗ + ∗ )
𝑆 𝑎̅ 𝑤𝑤 𝑎̅ 𝑐𝑓

Dalam asumsi tersebut variabel RT sebagai reverberation time, V sebagai hall volume
ataau volume ruangan, A sebagai total area absorption a, S sebagai surface area, 𝑎̅ sebagai rata-
rata dari absorbtion, m sebagai attenuation constant atau konstanta dalam peredaman, x-y-z
sebagai area total dari daerah yang berlawanan, dan L sebagai panjang total dari ruang dua
dimensi.

Reception of Sound
Suara
Suara adalah fenomena yang dirasakan dari sebuah getaran yang merambat di udara
bebas. Informasi di sebuah suara ditransmisikan dengan amplitude dan frekuensi getar tertentu,
dengan amplitude yang mempengaruhi kekerasan suara dan frekuensi yang menentukan pitch
suara.

Gelombang Suara
Gelombang suara adalah gelombang longitudinal yang terdiri atas regangan dan rapatan
dimana molekul udara bergerak maju mundur secara paralel ke arah pusat gerak gelombang,
tanpa menghasilkan pergerakan jaringan dari molekul. Saat gelombang tersebut menabrak
sebuah objek, hal tersebut menyebabkan objek tersebut bergetar dengan menghasilkan gaya di
dalamnya.

Sifat Gelombang Suara


Sifat dari gelombang suara di pengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut:
 Amplitudo dan volume
 Frekuensi dan nada
 Panjang gelombang dan nada

Advanced Microphone
Mikrofon ialah salah satu dari transduser (alat yang mengonversi energi ke dalam
bentuk lain) yang mengubah energi akustik (gelombang suara) menjadi energi listrik (sinyal
audio). Mikrofon terdiri dari dua bagian yaitu Diaphgram yang merupakan membran yang
bergerak disebabkan oleh gelombang suara dan Generating Element yaitu perangkat
elektromekanik yang merubah gerakan diaphgram menjadi tegangan dan arus listrik.

Jenis Mikrofon
 Mikrofon Dinamik (Dynamic Microphone)
Prinsip kerja mikrofon ini yaitu suara
menggerakkan cone dan gulungan kawat yang akan
bergerak di suatu medan magnet. Efek generator akan
menghasilkan hasil yang "menampilkan" variasi
tekanan suara - yang ditandai sebagai tekanan mikrofon.
Keuntungan mikrofon ini ialah relatif murah dan mudah
diproduksi, namun juga memiliki kekurangan yaitu
keseragaman respons terhadap frekuensi yang berbeda
tidak sebaik mikrofon pita atau kondensor.

Gambar 2B.1 Contoh Mikrofon Dinamik

 Mikrofon Pita (Ribbon Microphone)


Pada mikrofon ini, gelombang suara
akan melewati pita besi yang berada di daerah
medan magnet sehingga akan terjadi induksi
listrik dari pergerakan pita besi yang sebanding
dengan kecepatan dari pita yang disebut juga
kecepatan mikrofon. Keuntungan dari mikrofon
ini antara lain lebih lembut pada nada dengan
memberi aksen pada posisi rendah saat mikrofon
dekat dan dapat digunakan untuk membedakan
noise dengan frekuensi rendah. Tetapi, pada Gambar 2B.2 Mikrofon Pita
mikrofon ini juga mempunyai kekurangan yaitu
peka terhadap angin sehingga sangat sulit
mengatasi gangguan angin dan nada bass yg lebih tinggi.

 Mikrofon Kondenser
Pada mikrofon ini tekanan suara
mengubah jarak antara selaput metalik tipis dan
pelat belakang. Diafragma merupakan kapasitor
sehingga ketika diberi gelombang suara, maka
kapasitor yang bermuatan akan bergetar sehingga
terjadi peruahan jarak pada kapasitor dan besar
nilai kapasitor akan berubah. Perubahan kapasitor
akan mengubah besar tegangan yang akan
menjadi keluaran sinyal elektrik.

Gambar 2B.3 Mikrofon Kondenser

 Mikrofon Piezoelektris
Mikrofon piezoelektris ialah mikrofon
yang menggunakan kristal aktif sebagai sumber
tegangan sehingga tidak memerlukan pencatuan
daya dari luar. Kristal aktif ini bila mendapat
tekanan akan berubah bentuk (deform), akan
terjadi perpindahan muatan sesaat di dalam
susunan kristal aktif tersebut, sehingga akan
menghasilkan beda potensial di antara kedua pelat
lempengan. Kristal aktif ini dapat langsung Gambar 2B.4 Mikrofon Piezoelektris
menerima gelombang suara tanpa harus dibentuk
menjadi diafragma. Respon terhadap frekuensi
sangat baik, namun tegangan keluarannya cukup rendah yaitu kurang dari 1 mV.

Aplikasi Mikrofon
Aplikasi pada penggunaan mikrofon antara lain:
 Mendeteksi keretakan pada struktur logam
 Aeroakustik (prinsip akustrik pada penerbangan)
 Mendeteksi dan mengkarakterisasi sedimen dasar laut.
 Mengukur ketebalan pada plat logam
 CRT (Cathoda Ray Tube) / Ultrasonografi.

Directivity
Directivity atau arah menggambarkan sensitivitas mikrofon terhadap suara dari arah
yang berbeda-beda.
 Omnidrectional
Adalah kemampuan untuk menangkap suara dari segala arah dengan kualitas
sama. Karena kemampuannya ini biasanya digunakan untuk menangkap kebisingan
ambien, menangkap suara yang berasal dari segala arah, atau untuk situasi di mana
mikrofon dibuat statis sementara sumber-sumber suara yang bergerak. Kelemahannya
yaitu kurang fokus untuk menangkap suara yang datangnya satu arah karena kebisingan
di sekitarnya juga ikut tertangkap.

 Bidirectional

Gambar 2B.5 Omnidirectional

Mikorofon bidirectional merupakan mikrofon yang mangkap sinyal suara hanya


dua arah. Mikrofon tersebut sagat berguna dalam merekam kebalikan pantulan suara.
Terdiri dari polaritas umum mikrofon ribbon (gradien tekanan). Dan memiliki
proximity effect (efek arus listrik yang mengalir pada sebuah konduktor, mengakibatkan
adanya tambahan arus disekitar konduktor).

Gambar 2B.6 Bidirectional

 Unidirectional
Kemampuan untuk menangkap suara yang lebih dominan pada satu arah
tertentu. Berguna dalam memfokuskan perekaman sumber bunyi secara singular dan

memiliki proximity effect.

Gambar 2B.7 Unidirectional

Respon Frekuensi
Respon frekuensi adalah keluaran elektrik yang berasal dari mikrofon di jangkauan
frekuensi tertentu. Jangkauan frekuensi itu mirip dengan pendengaran manusia yaitu antara
20Hz – 20 kHz.
 Flat Response
Flat response adalah respon mikrofon yang uniform pada setiap frekuensi
audio. Respon frekuensi ini direpresentasikan dalam kurva sebagai sebuah garis lurus (
mendekati garis lurus ), artinya mikrofon menghasilkan respon dalam rentang
frekuensinya dengan variasi yang sangat kecil dari suara aslinya.

Gambar 2B.8 Flat Response

 Tailored Response
Tailored response biasanya dirancang untuk meningkatkan sumber suara dalam
aplikasi tertentu. Misalnya, mikrofon mungkin memiliki puncak dalam kisaran 2-8 kHz
untuk meningkatkan kejelasan vokal.

Gambar 2B.9 Tailored Response

Uji Performansi Mikrofon


Ada beberapa aspek yang harus di uji dalam uji performansi mikrofon antara lain:
 Uji dalam mendeteksi Electrical Noise
 Uji dalam mendeteksi Electromagnetic Noise
 Uji untuk mengetahui degradasi pada respon frekuensi
 Uji daya tahan dengan uji fleksibilitas
 Uji level air

Kalibrasi Mikrofon
Agar mendapat hasil yang diinginkan mikrofon perlu dikalibrasi terlebih dahulu. Terdapat
beberapa cara untuk mengalibrasi mikrofon, yaitu :
 Primary Calibration
Kalibrasi dengan cara ini membutuhkan instrumen akustik khusus dan
membutuhkan waktu yang cukup lama. Primary calibration didasarkan pada bentuk
fisik, satuan listrik, dan geometris.
 Secondary Calibration
Kalibrasi dengan cara ini membutuhkan mikrofon standar yang
kesensitivitasannya sudah diketahui sehingga digunakan sebagai referensi. Selain itu
dapat pula digunakan kalibrator sound-level yang diketahui sound pressure level (SPL)-
nya. Prosesnya sederhana dan cukup cepat.
 Pressure Calibration
Kalibrasi dengan cara ini menggunakan diafragma yang sudah terkalibrasi yang
ditempatkan sangat dekat dengan diafragma dari sensor yang akan diuji.

Advanced Microphone
 Hydrophone
Hidrofon adalah sejenis mikrofon yang dirancang khusus untuk digunakan di
bawah air. Hidrofon bergantung pada transduser piezoelektrik untuk mendeteksi
gelombang suara dan gelombang tekanan lainnya yang berasal dari kendaraan bawah
laut, hewan, dan struktur alami.
Prinsip kerja hidrofon bergantung pada transduser piezoelektrik untuk
mendeteksi getaran bawah air dan perbedaan tekanan. Transduser piezoelektrik adalah
alat yang menghasilkan arus listrik saat gaya mekanik diberikan padanya. Ini karena
bahan piezoelektrik dapat mengubah bentuknya, seperti kisi, dan mengubah energi
mekanik yang tersisa menjadi energi listrik. Karena suara adalah bentuk gelombang
tekanan yang secara fisik menggerakkan partikel, ia menghasilkan kekuatan mekanis
saat bersentuhan dengan hidrofon.
Hidrofon memiliki beragam aplikasi dan tetap sangat berguna saat ini, meski
secara teknis sudah hampir 100 tahun yang lalu. Hidrofon dulunya digunakan untuk
mendeteksi kendaraan bawah air sebelum penemuan sonar dan sekarang banyak

Gambar 2B.10 Hydrophone


digunakan untuk mendengarkan suara kehidupan bawah laut dan fenomena alam seperti
gempa bumi, gelombang, dan letusan gunung berapi bawah laut. Hidrofon juga bisa
digunakan untuk navigasi, pemetaan bawah air, dan komunikasi.
Hasil Diskusi
1. M. Ghazian Rasis
Apa hubungan antara jenis jenis microphone dengan omnidirectional,
unidirectional, bidirectional?
Jenis microphone dibedakan berdasarkan material nya, sedangkan omnidirectional,
unidirectional, bidirectional merupakan cara microphone untuk menangkap suara.
Sehingga semua jenis microphone bisa dibuat menjadi omnidirectional, unidirecrtional,
maupun bidirectional.
2. Agnesningtyas
Apa saja yang diuji dalam uji performansi mikrofon? Apa input dan outputnya?
Yang diuji adalah spesifikasi mikrofon yang terdiri dari sensitifitas, linearitas,
directivity, noise, dan respon frekuensi. Input nya suara output nya adalah sinyal listrik
yang akan diolah melalui aplikasi tertentu tergantung pada spesifikasi mikrofon yang
ingin diuji.
3. Az-Zakira Fitri Firdaussy
Kalibrasi mikrofon secara akustik dengan metode kalibrasi primer itu seperti
apa?
Kalibrasi primer berasaskan pada round-robin interlaboratory test yang merupakan
teknik analisis sistem pengukuran menggunakan anova untuk mengolah data pada
kalibrasi primer. Akan tetapi, hal ini sangat jarang digunakan dan tidak dibahas pada
laporan ini karena membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang sangat lama.

Referensi
61094-4, Specifications for Working Standard Microphones, International Electrotechnical
Commission, (1995)
2 61094-5, Methods for pressure calibration of working standard microphones by comparison,
International Electrotechnical Commission, (2001)
3 61094-8, Methods for determining the free-field sensitivity of working standard microphones
by
comparison, International Electrotechnical Commission, (2012)
4 Bjor, O.H., Calibration of microphones by comparisons, Internoise, (2013)
David A. Dick, M. C. (2016). A Comparison of Measured Room Acoustics Metrics using a
Spherical.
Applied Acoustics, 12.
Eargle, J. (2005). The Microphone Book. Burlington: Focal Press.
Tripton, R. (2009). DIY Microphone Calibration. Tube, Solid State, Loudspeaker Technology,
4.
KELOMPOK 3A
SISTEM PENDENGARAN MANUSIA
Anatomi

Seperti yang terlihat pada gambar diatas organ pendengaran manusia, terdiri dari tiga bagian,
outer part, inner part, dan middle part.

Di bagian outerpart terdapat daun telinga


(pinna),acoustics canal, dan gendang telinga. Daun
telinga berfungsi untuk menangkap suara dari
lingkungan, lalu acoustics canal adalah suatu bagian
yang berbentuk seperti pipa berdiameter sekitar 0.8
cm dan panjang 2.8 cm di mana bagian akhirnya
tertutup oleh membrane telinga (eardrum).

Bagian tengah telinga terdiri dari suatu ruang berisi


udara 2 cm^3 dan 3 tulang (Acoustics ossicles) yaitu
maleus, incus, dan stapes, dimana stapes¸terhubung
langsung dengan bagian dalam telinga, yaitu oval
window.
Bagian dalam telinga, terdiri dari oval window,
circular window, semicircular canal, chochlea, dan
vestibule. Lalu terdapat saraf yaitu vestibular nerve
dan cochlear nerve yang mentrasferkan informasi ke
otak manusia.

Cara kerja telinga


Cara kerja telinga yaitu suara masuk melalui daun telinga setelah itu diteruskan melalui
acoustics canal dan dilanjutkan ke gendang telinga, gendang telinga akan bervibrasi sesuai
dengan frekuensi dari suara yang ditangkap. Vibrasi ini akan menyebabkan ketiga tulang di
bagian tengah telinga ikut bervibrasi, dimana stapes yang terikat langsung dengan oval window
bagian dalam, akan ikut mebuat bagian dalam telinga bergetar, sehingga fluid yang ada di
dalam choclea (perilymph) akan terdorong kearah pusat lalu kembali lagi menuju circular
window, mengapa tidak kembali ke oval? Karena di antaranya terdapat organ of coti dimana
sebenarnya terdapat membrane-membran yaitu Basilar membrane dan Tectorial membrane
yang isinya terdapat hair cell yang berbentuk seperti shark fin, dimana terdiri dari hair bundle
yang merupakan kumpulan dari Kinocilium yang disambungkan dengan tip link yang
menempel pada suatu “opening” yang jika dimana terbuka, hair cell tersebut terdapat liquid
bernama endolymph yang kaya akan potassium (K+) akan masuk. Bagian bawah juga terdapat
opening tapi untuk Ca2+. K+ dan Ca 2+ ini akan beraksi menghasilkan potensial, atau secara
sederhananya menstimulasi saraf atau ditangkap oleh sensor syaraf tubuh dan dikirimkan ke
otak sebagai suatu suara. Pada bagian chochlea juga terdapat bagian yang sensitif terhadap
frekuensi secara spesifik, sehingga saat misalkan suara rendah masuk ke chochlea, maka suatu
bagian dari chochlea akan sensitive terhadap frekuensi tersebut, bagian itu yang akan terjadi
potensial listrik lalu dikirimkan ke otak. DI otak pun terdapat bagian-bagian khusus untuk
frekuensi tertentu. Sudah dibedakan untuk bagian otak 1 untuk frekuensi satu, sehingga dengan
demikian manusia dapat membedakan frekuensi dari suara yang masuk.
Kerusakan pendengaran manusia
Manusia akan kehilangan kemampuan untuk mendengarnya sesuai dengan bertambahnya
umur mereka, terutama untuk frekuensi tinggi. Secara umum, suara yang terlalu keras dapat
merusak saraf pendengaran yang ada di chochlea baik sementara maupun permanen.
Kerusakan dapat terjadi di 2 bagian, yaitu Stereocilia dan hair cell. Kerusakan stereocilia
bersifat temporal karena memiliki kemampuan untuk regenerasi untuk menggantikan yang
rusak, namun kerusakan pada hair cell bersifat permanen karena tidak dapat beregenerasi,
sehingga kerusakan hair cell yang menyebabkan seseorang menjadi tuli. Faktor yang
menyebabkan kerusakan pada hair cell adalah stimulasi yang berlebih pada biasanya yang
disebabkan oleh suara yang terlalu keras seperti suara ledakan.
Sound Localization (Lokalisasi Bunyi)
Menurut Mc Kinley, Sound Localization adalah kemampuan indra pendengaran manusia untuk
mengidentifikasi asal dari letak dan arah datangnya bunyi.
3 isyarat atau tanda dalam menentukan lokalisasi pendengaran adalah:
1. Interaural time difference (ITD)
Interaural time difference (ITD) adalah penentuan perbedaan waktu bunyi mencapai
telinga. Jika jarak sumber bunyi ke kedua telinga sama, maka waktu yang dibuthkan
untuk mencapai telinga akan sama. Begitu pula sebaliknya jika jarak sumber bunyi ke
telinga kanan dan kiri berbeda, maka waktu yang ditempuh pun akan berbeda. Seperti
pada gambar.

Berikut tingkat ITD dari berbagai orientasi arah:


Hasil Diskusi
1. Muhammad Fahriza
Bagaimana mekanisme dari alat bantu pendengaran?
Cara kerja alat bantu dengar : konsep kerjanya adalah seperti penggabungan mikrofon dan
speaker, dimana rangsang suara yang diterima dari luar akan diperkuat, barulah diteruskan ke
bagian telinga dalam. Sekarang juga sedang dikembangkan alat bantu dengar yang bisa
menspesifikasi suara suara tertentu, misalnya suara percakapan.
2. Ardian Alvin Fahrezi
Apakah rasa sakit atau tidak nyaman yang dirasakan pada telinga saat berada
di suatu ketinggian, misalkan dalam pesawat, termasuk suatu kerusakan
pendengaran?
Tidak. Kondisi itu disebut dengan Oklusi Tuba dimana terjadi sumbatan pada
Eustachian tube. Hal ini terjadi karena fungsi dari Eustachian tube itu sendiri adalah untuk
menyeimbangkan tekanan di telinga bagian tengah dengan tekanan di luar dengan mekanisme
membuka dan menutup. Untuk mengatasi rasa tidak nyaman, biasanya pramugari
memberikan permen kepada penumpang dengan tujuan agar menelan air liur terus menerus
yang dapat membantu saluran tersebut terbuka sementara.
3. Faustine Kachina
Apakah saat suatu suara dengan frekuensi n hanya akan merangsang hair cell
yang sensitive pada frekuensi n?
Ya, seperti yang telah dijelaskan, masing-masing hair cell sensitive terhadap
frekuensi tertentu, hair cell pada bagian ujung cochlea sensitive untuk rentang frekuensi
rendah dan hair cell pada bagian awal cochlea sensitive terhadap rentang frekuensi tinggi.

REFERENSI
• • R. J. McQuillin, J. I. (1962). Automated Psychoacoustics Laboratory. In the Journal
of the Acoustical Society of America (p. 1999). Acoustical Society of America.
• • Smith, M. S. (1968). Mobile Psychoacoustics Laboratory. In the Journal of the
Acoustical Society of America (p. 384). Acoustical Society of America.
• • Zannin, P. H., & Marcon, C. R. (n.d.). Objective and subjective evaluation of the
acoustic. In Applied Ergonomics (pp. 675-680). Elsevier.
KELOMPOK 3B
PSYCHOACOUSTIC

Psychoacoustics adalah suatu ilmu studi tentang persepsi kita dalam mendengarkan
bunyi. Ilmu ini tidak bisa terlepas dari psikologi dan fisiologi manusia.Tentu saja dalam hal ini
yang paling berpengaruh yaitu telinga, karena telinga merupakan oragan pertama yang
terangsang jika ada getaran atau bunyi maka sensitivitas telinga sangat mempengaruhi
pendengaran. Psychoacoustics adalah suatu ilmu studi tentang persepsi kita dalam
mendengarkan bunyi. Ilmu ini tidak bisa terlepas dari psikologi dan fisiologi manusia.
Pendengaran manusia memiliki batas sensitivitas, berikut klasifikasinya :

a. Frequency Range
Manusia sensitif terhadap stimulus bunyi dengan rentang frekuensi 20Hz –
20000Hz. Untuk tahu tingkat sensitivitas prndengaranmu dapat dicek melalui
b. Dynamic Range
Rentang kekuatan sensitifitas dari pendengaran manusia dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu threshold of hearing dan the threshold of pain.

Dari klasifikasi batasan tadi dapat dua factor yang mempengaruhi kekuatan sensitifitas
dari pendengaran manusia yaitu threshold of hearing dan the threshold of pain. Bunyi paling
lemah yang dapat didengar oleh manusia pada 1kHz disebut Threshold Of Hearing. Bunyi
paling kuat yang dapat didengar manusia dan mulai menyebabkan rasa sakit pada 1kHz disebut
Threshold Of Pain. Karena manusia paling sensitif pada range antara 1 hinnga beberapa kHz.
Selain itu eksperimen yang pertamakali meneliti equal-loudness contour menggunakan
referensi pada 1kHz yang akhirnya diadopsi menjadi standar. Seperti bunyi dengan taraf
intensitas 80 dB dengan frekuensi 1 kHz tidak akan terdengar sekeras bunyi 80 dB dengan
frekuensi 10 kHz
Semakin tinggi sensitivitas pendengaran seseorang, maka akan semakin mudah ia
menentukan sound localization dari sumber bunyi tersebut. Sementara itu sound localization
adalah kemampuan pendengar untuk mengidentifikasikan lokasi atau tempat dari bunyi yang

terdeteksi di berbagai arah dan jarak. Sound localization bekerja dengan cara :

1. HRTF(Head Related Transfer Function)


Respon yang menunjukkan bagaimana telinga menerima bunyi dari suatu titik di
suatu tempat. Bunyi yang didengar dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran kepala,
telinga, bentuk dan ukuran lubang mulut.
2. 2.ILD(Interaural Level Difference)
ILD adalah perbedaan kuatnya dan frekuesi penyebaran bunyi di 2 telinga.
Misalkan ketika ada suatu sumber bunyi yang di sebelah kanan telinga kita, maka
telinga kanan akan lebih jelas dalam merasakan bunyinya dibandingkan telinga kiri
karena intensitas bunyi di telinga kanan lebih tinggi
3. ITD(Interaural Time difference)
ITD adalah suatu keadaan ketika perbedaan waktu datangnya bunyi antara 2
telinga. Jika bunyi tiba di kepala dari satu sisi, bunyi menempuh lebih jauh untuk
mencapai telinga yang jauh dibandingkan telinga yang dekat. Ini berpengaruh
dalam perbedaan waktu dari datangnya bunyi di telinga yang terdeteksi dan
membantu proses identifikasi arah dari sumber bunyi.

Sound localization memiliki akurasi untuk beberapa sumber bunyi :

a. Untuk sumber bunyi yang berada di depan kepala: sekitar 2o


b. Untuk sumber bunyi di salah satu sisi telinga : sekitar 7o
c. Untuk sumber bunyi yang berada di atas kepala : sekitar 14o - 20o
Acoustic subjective evaluation adalah bentuk prosedur pengambilan data uji coba
psikoakustik untuk fenomena - fenomena akustika pada beberapa subjek (Manusia).
Sedangkan itu fenomena akustik yang sering di evaluasi yaitu :

1. Tingkat kenyaringan dan kenyaringan


2. Sound Level
3. Tingkat suara rata - rata
4. Polusi suara dan lalu lintas indeks tingkat kebisingan
5. Tingkat kebisingan yang dirasakan

Kumpulan Pertanyaan dan Jawaban


1. Cyrillus Yodha
Mengapa Brownote dengan 5 Hz, 120 dB bisa membuat kita mual dan mulas?
Karena brown note itu berada di bawah frekuensi batas pendengaran namun di stimuli
dengan dB yang tinggi ehingga sistem pendengaran menafsirkan brown note sebagai
"noise" sehingga bagi sebagian orang menimbulkan rasa mual, mengganggu, dsb.

2. Habibah Auni
Interaural Time Difference mencapai pada puncak pada saat berapa?
Suara alpha, gamma, beta dipakai pada kapan?
ITD akan mencapai puncaknya saat suara dengan sudut telinga membentuk sudut 900.
Sebenarnya alpha,beta, gamma bukanlah suara melainkan bentuk gelombang saat suara
diolah di sistem pendengaran pada saraf pendengaran. Gelombang Gamma cenderung
merupakan yang terendah dalam amplitudo dan gelombang paling cepat. Gelombang
Gamma adalah gelombang otak (Brainwave) yang terjadi pada saat seseorang
mengalami aktifitas mental yang sangat tinggi, misalnya sedang berada di arena
pertandingan, perebutan kejuaraan, tampil dimuka umum, sangat panik, ketakutan,
kondisi ini dalam kesadaran penuh. Gelombang Beta merupakan gelombang otak
(Brainwave) yang terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang terjaga
penuh. Anda berada dalam kondisi ini ketika Anda melakukan kegiatan Anda sehari-
hari dan berinteraksi dengan orang lain di sekitar Anda. Gelombang Alpha adalah
gelombang otak (Brainwave) yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami
relaksaksi atau mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup atau mulai
mengantuk. Anda menghasilkan gelombang alpha setiap akan tidur, tepatnya masa
peralihan antara sadar dan tidak sadar.

3. Muhammad Jati Yumni


Bagaimana bisa belajar sambal mendengar musik?
Setiap orang punya kesukaan jenis musik sendiri-sendiri, tak bergantung apakah musik
metal cenderung mengganggu terus musik yang mellow bisa menenangkan, tergantung
pada kesukaan jenis musik orang itu sendiri sehingga dia bisa fokus dengan dengerin
jenis music yang dia suka.

REFERENSI
• • Fastl, H. (2013). Basics and applications of psychoacoustics. Proceedings of
Meetings on Acoustics, 032002.
• • Galiana, M., Llinares, C., & Page, Á. (2012). Subjective evaluation of music hall
acoustics: Response of expert and non-expert. In Building and Environment (pp. 1-13).
Elsevier.
• • Hartmann, W. M. (2001). Psychoacoustics: Facts and Models. In Physics Today (p.
64). American Institute of Physics. Hartmann, W. M. (2009). The relevance of theory in
psychoacoustics. Proceedings of Meetings on Acoustics, 050003.
• • Martin, F. F. (1960). Psychoacoustics Applied to Music Listening and Music
Appreciation. In the Journal of the Acoustical Society of America (p. 1494). Acoustical
Society of America.
KELOMPOK 4
SOUNDSCAPE

Apa itu Soundscape?


Menurut seorang Komposer yang bernama R. Murray Schafer pada tahun 1969, bahwa
Soundscape itu adalah teknik pemisahan/pembagian suara dari sumbernya. Lalu pada pasca
perang dunia II, ada seorang komposer music elektronik bernama Pauline Oliveros, beliau
mengemukakan bahwa Soundscape dapat dikaji dalam 3 bagian yaitu:
 Keynote Sounds: Tidak selalu berhubungan dengan musik, namun bisa juga
dianggap sebagai bunyi yang tercipta oleh alam, contohnya: angin, air, gesekan
daun, serangga, dan bahkan suara lalu lintas.
 Sound Signals: contoh: bell, peluit, klakson, sirene
 Soundmark: suara-suara yang cenderung menjadi ‘identitas’ tempat tersebut.
Contoh: suara ombak mencerminkan suasana pantai

Fungsi Soundscape
Fungsi Soundscape tergantung
pada tujuan yang ingin dicapai, tetapi
secara umumnya adalah:
 Studi soundscape bukan hanya
memiliki fungsi untuk
menghilangkan suara-suara
yang tidak diinginkan untuk
didengar.
 Dapat juga merestorasi ulang
suara-suara yang ingin
dihadirkan namun tertutup oleh Gambar 4.1 Soundscape instrument untuk Electronic
Music Reproduction
suara-suara yang tidak
diinginkan.
Pemanfaatan fungsi Soundscape biasanya digunakan untuk music reproduction (khususnya
untuk electronic music), mengurangi polusi suara, dll.

Ekologi Soundscape
Psychoacoustics adalah studi
tentang “kumpulan suara yang terjalin
dengan lingkungan buatan” dan itu muncul
secara alami karena aktivitas khas yang
terjadi di area publik. Karena sifat akustik
dari Daerah perkotaan mempengaruhi
kualitas hidup penghuninya, penelitian
soundscape perkotaan sering diperluas
untuk mencakup perencanaan kota.
Bioakustik memiliki sejarah yang
kaya. Fokus interdisiplinernya
mengintegrasikan perilaku hewan,
Gambar 4.2 Soundscape Ecology
mekanisme produksi suara oleh hewan,
fitur komunikasi dan habitat, fisiologi dan anatomi hewan, dan waktu vokalisasi. Namun secara
umum, bioakustik berfokus terutama pada spesies individu.
Acoustic ecology juga dapat membantu ahli ekologi dalam memikirkan soundscapes.
Sebagai contoh, Schafer (1977), Truax (1978, 1987), dan Guastavino (2007), memperkenalkan
istilah dan taksonomi yang berguna untuk menggambarkan berbagai tipe suara dan soundscape.

Sumber Suara Soundscape


Geophonies
Dilihat dari namanya, berarti dapat dipresentasikan oleh semua suara yang dihasilkan
oleh alam seperti angin, gunung berapi, ombak, air yang mengalir, hujan, badai, petir, longsor,
gempa bumi, dan banjir. Tiap wilayah memiliki perambatan suara yang berbeda – beda
sehingga berpengaruh terhadap degradasi suara.

Biophonies
Dapat didefinisikan sebagai suara yang dihasilkan oleh makhluk hidup non-manusia.
Tiap lingkungan yang berbeda tentunya menghasilkan biophonie yang berbeda pula, seperti
pada wilayah tropis dominan suara katak, diikuti dengan suara kicauan burung yang
menggema.

Antrophonies (Suara Buatan)


Suara yang dihasilkan oleh gerakan dari benda buatan seperti mobil, kereta, pesawat,
mesin industri, dan bel. Komponen ini menjadi intrusif dan dominan di bumi, apabila
dihubungkan dengan urbanisasi dan globalisasi. Suara buatan adalah sumber polusi suara
terbesar, sebuah fenomena yang menunjukkan dampak yang sangat berbahaya bagi semua
organisme dan kesehatan manusia.

Cara Memproduksi Soundscape


1. Menentukan wilayah dan waktu yang ingin diambil data Soundscapenya.
2. Mempersiapkan alat – alat pengambilan data.
3. Berangkat ke tempat tujuan dan dekati sumber data.
4. Melakukan pengambilan data dengan merekam audio, video 360, serta
pengambilan gambar wilayah tersebut.

Pengambilan Data
Ada tiga cara dalam pengambilan data Soundscape, yang pertama adalah dengan
melakukan survey, metode sound walking, dan dengan melakukan metode recording. Namun,
masing – masing memiliki kelemahan, jika “Metode Survey” kelemahannya adalah
pendengaran tiap orang yang berbeda – beda sehingga tidak akan mendapatkan data pasti, dan
“Metode Sound Walking & Recording” perlu menyiapkan alat recording (microphone) dan
kualitas microphone sangatlah berpengaruh.

Penggunaan Recorder
“Undirectional “microphone biasanya digunakan untuk pengambilan vokal dan
instrumen dengan menggunakan sistem PA. Lalu “Omnidirectional” microphone hanya
digunakan ketika mengambil suara vokal dan instrument dari segala arah. Penggunaan ketiga
metode tersebut tergantung pada fokus yang ingin direkam.

Skema Posisi Recorder


Hanya perlu diperhatikan posisi peletakan recorder
tergantung pada jenis suara yang ingin direkam. Tingkat
sensitifitas suatu microphone mempengaruhi kualitas suara
yang direkam pula. Sehingga jika microphone diatur dengan
tingkat sensitifitas yang tinggi, maka jarak antar microphone
harus semakin jauh. Lalu mode mono atau stereo hanya
mempengaruhi panning.

Gambar 4.3 Skema posisi recorder


Metode Soundscape
Metode analisis soundscape terdiri dari 2 metode:
• Kuantitatif : Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat
Sound Level Meter (SLM). Melalui sound walking (berjalan melalui lintasan yang
telah ditentukan) dan recording (merekam suara dengan recorder dan micophone).
Hasilnya berupa nilai desibel sebagai data yang digunakan untuk analistis tingkat
kebisingan.
• Kualitatif: Melalui kuisioner terhadap orang-orang disekitar area, menentukan
desirable dan undesirable sounds.
Ada dua data untuk mengukur kebisingan, yaitu La (Tingkat kebisingan aktual) dan Leq
(Tingkat kebisingan ekuivalen). Apabila Sound Level Meter tidak bisa mengonversi La ke Leq,
dapat menggunakan rumus:
120
1
𝐿𝐴𝑒𝑞,𝑇 (10𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 10 log10 [ ∑ 10𝐿𝑝𝐴𝑖/10 ]
120
𝑖=1
dan,
1
𝐿𝑒𝑞 = 10 log [ (𝑇1. 10𝐿𝐴𝑒𝑔1/10 + ⋯ + ⋯ 𝑇4. 10𝐿𝐴𝑒𝑞1/10 )]
16
Dimana Laeq,T adalah tingkat tekanan bunyi sinambung dalam waktu 10 menit dan LpAi
adalah tingkat tekanan bunyi sesaat rata-rata dalam interval 5 detik. Data kuantitatif yang
berupa tingkat kebisingan (Leq) kemudian dapat
dibandingkan dengan data tabel standar yang ada.
Data kualitatif yang diambil dapat berupa
identifikasi suara-suara yang didengar kemudian
meminta responden untuk memberikan rating pada
setiap suara yang mereka dengar. Pada umumnya,
rating scale yang diberikan berkisar dari −4 (extremely
undesirable) to +4 (extremely desirable). Dengan
menggabungkan data kualitatif dan kuantitatif, data
disamping menunjukkan bahwa semakin bising suatu
Gambar 4.4 Contoh grafik data
suara, cenderung tidak diinginkan oleh orang-orang.
Contoh Wilayah Soundscape
• Urban Sounscape
Pada urban Soundscape, suara dominan adalah suara mobil yang sedang dikendarai,
diikuti dengan suara klakson mobil.

• Underwater Soundscape
Pada underwater Soundscape, suara dominan adalah suara gelembung air, diikuti
dengan suara ikan – ikan seperti ikan paus.

Contoh Data Soundscape


Data disamping diambil dengan menggunakan
aplikasi gratis yang bernama “Audacity”.
Aplikasi lain yang bisa digunakan untuk
mengolah data Soundscape adalah “Edison”
pada “Fruity Loop”. Untuk melihat
gelombang yang dihasilkan pada suatu suara,
dapat menggunakan alat bantu yang bernama
“Oscilloscope”.
Gambar 4.5 Audacity

Gambar 4.6 Edison pada Fruity Loop (kiri) dan Oscilloscope (kanan)
Aplikasi Soundscape
Contoh penerapan metodologi soundscape: studi kasus Deiva Marina. Dengan melakukan
perekaman, akan terbentuk output dari soundscape berupa resolusi grain yang sangat kecil.
Data diatas merupakan contoh output dari soundscape burung yang dilaporkan untuk bulan
Maret 2011 (d), dan Mei 2011 (e) yang menunjukkan bahwa dinamika spasial isyarat akustik
burung merespons kompleksitas lingkungan pada resolusi butir yang sangat kecil.

Gambar 4.7 Studi kasus Deiva Marina

Aplikasi lain dari Soundscape antara lain:


• Virtual Reality
• Deep Sea Research
• Soundscape buatan
• Controllable urban soundscape

Referensi
Aletta, Fransisco, Jian Kang, and Östen
Axelsson. 2016. "Soundscape Descriptors And
A Conceptual
Framework For Developing Predictive
Soundscape Models". Landscape And Urban
Planning
149. doi:10.1016/j.landurbplan.2016.02.001.
Aletta, Francesco, and Jian Kang. 2016. "Descriptors And Indicators For Soundscape Design:
Vibrancy
As An Example". Journal of Marine and Island Cultures
Almo Farina, Nadia Pieretti. 2012.“The soundscape ecology: A new frontier of landscape
research and
its application to islands and coastal systems” Journal of Marine and Island Cultures
Almo Farina. 2014. “Soundscape Ecology: Principles, Patterns, Methods and Applications”
doi:10.1007/978-94-007-7374-5
Bryan C. Pijanowski, Almo Farina, Stuart H. Gage, Sarah L. Dumyahn, Bernie L. Krause.
2011. “What is
soundscape ecology? An introduction and overview of an emerging new science”
Springer
Science+Business Media B.V.
Miller, Nicholas, Harris Miller Miller, and S Bedford St. 2013. “Understanding
Soundscapes,” 728–38. doi:10.3390/buildings3040728.
Suriandho, Hendrik S; Tondobala, Linda. 2013. “Response to the Standard Noise with
Emphasis on Soundscapes in the Center Town . A Case Study of the Area of TKB
in Manado .” Media Matrasain 10 (1): 36–49.
Hasil Diskusi
1. Yaumil Akbar
Apa perbedaan dari metode pengukuran Single, Set, Array? Lalu, jelaskan
maksud dari gambar 4.7.
Perbedaan pada metode pengukuran single, set, dan array adalah peletakan microphone
dan data yang diperoleh dari tiap metode.
Apabila menggunakan satu microphone, maka akan menghasilkan suara dari berbagai
arah. Apabila menggunakan 3 microphone, maka dari data yang diperoleh kita dapat
menentukan posisi sumber suara. Apabila kita menggunakan deretan / banyak
microphone maka akan dapat menentukan saturasi / distribusi suara dalam cakupan area
microphone-microphone tersebut. contohnya ada di gambar abcde.
Untuk gambar abcde.
Gambar a dan b menunjukkan lokasi pengambilan data di (44 13'31''N, 9 30'22''E)
menggunakan deretan recorder sebanyak 20, berjarak 25 meter antar recorder. serta
menunjukkan distribusi vegetasi dan kontur pada lansekap. Gambar c d e menunjukkan
distriibusi soundscape meter yang digunakan untuk pemrosesan data menggunakan
algoritma ACI yang memonitor suara burung yang dilaporkan pada Maret 2011 dan
Mei 2011. Data menunjukkan bagaimana pengaruh lingkungan dan iklim terhadap
dinamika perpindahan spesies burung.
2. Nugraha Setyawan
Pertimbangan apa saja yang harus dipikirkan untuk menggunakan metode
penyusunan microphone array?
Jawab: Tentunya dalam recording soundscape menggunakan metode array akan
melibatkan transfer data dan melibatkan unsur jarak. adapun yang harus
dipertimbangkan dalam penggunaan metode array adalah seberapa luas daerah yang
ingin direkam, berapa densitas suara yang diinginkan terhadap luas daerah, kemudian
biaya pemasangan serta perawatan, serta akses ke lapangan menuju basecamp.
3. Ruth Monica Siahaan
Sebenarnya, apa itu spectral analysis? masuk ke metode kualitatif atau
kuantitatif?
Metode spectral analysis merupakan metode kuantitatif yang melibatkan pengolahan
sinyal temporal dan sinyal spectral. Variabel matematis diperoleh dari visualisasi data
dari grafik ampitudo dan spectrograph. Spectral analysis dapat menunjukkan rasio
antara sumber suara misal biophony : Anthrophony, serta seberapa kompleks dan
seberapa rich suatu data akustik.
4. Wisnunandar
Ketika kita membagikan kuisioner, pasti ada responden yang pendengarannya
kurang peka, itu bagaimana?
Kuisioner yang dibagikan pasti banyak sehingga terdapat responden yang bermacam-
macam, memang tujuan memberikan kuisioner itu kepada orang banyak, jadi kita
mengetahui berbagai kriteria pendengaran orang itu bagaimana.
5. Bella Nur Syahputri
Bagaimana kriteria soundscape yang baik pada umumnya sedangkan tingkat
kenyamanan pendengaran seseorang itu berbeda-beda?
Soundscape itu biasanya menurut pribadi masing-masing, jadi kriteria soundscape itu
berbeda-beda untuk masing-masing individu.

REFERENSI
- Schafer, R. Murray. n.d. The soundscape : our sonic environment and the tuning of
the world. Rochester: Destiny Books.

- Schulte-Fortkamp, B. n.d. The Quality of Acoustic Environments and the Meaning of


Soundscapes. Oldenburg, Germany: University of Oldenburg, Department of Physics
and Acoustics.

- Aletta, Francesco, and Jian Kang. 2016. "Descriptors And Indicators For Soundscape
Design: Vibrancy As An Example".

- Miller, Nicholas, Harris Miller Miller, and S Bedford St. 2013. “Understanding
Soundscapes,” 728–38. doi:10.3390/buildings3040728.

- Suriandho, Hendrik S; Tondobala, Linda. 2013. “Response to the Standard Noise with
Emphasis on Soundscapes in the Center Town . A Case Study of the Area of TKB in
Manado .” Media Matrasain 10 (1): 36–49.
KELOMPOK 5A
REVERBRATION TIME

Waktu reverberasi merupakan parameter untuk mengkalkulasi deskripsi objektif


akustik suatu ruangan hal tersebut dikarenakan waktu reverberasi berhubungan erat dengan
penilaian subjektif akustik ruangan. [prediction of the reverberation time in rectangular rooms
with non-uniformly distributed sound absorption by R. Neubauer and B. Kostek]. Jadi dapat
disimpulkan bahwa reverberation time adalah parameter dasar akustik yang digunakan untuk
menentukan karakteristik ruangan. Karakteristik itu dapat berupa volume ruang, dan jarak
pendengar dari sumber suara sebagai parameter, kita dapat memprediksi 5 aspek kuantitas
akustik, yaitu sound level, reverberance, clarity, ASW (Apparent Source Width), dan LEV
(Listener Envelopment) [Reverberation Time – Mother of All Room Acoustical Parameters by
Magne Skalevik 10 May 2012 Norway]. Menurut definisi klasik waktu reverberasi adalah
waktu yang diperlukan untuk energy suara berkurang 60 dB dari tingkat original setelah sumber
bunyi dimatikan. Menurut penemuan Eyring, waktu reverberasi bergantung pada bentuk
ruangan, maka dari itu dalam perhitungan asusmsi bentuk ruangan sungguh sangat penting
dalam perhitungan.
Asumsi pada reverberation time
Propagasi energi suara dikonsiderasikan, bukan tekanan suara atau kecepatan partikel,
sehingga efek fase dapat diabaikan. Basisnya berasal dari Schroeder cut-off frequency. Dimana
frekuensi cut-off ini merupakan batas bawah saat perlakuan statistik dari superimposed modes
normal diijinkan. Berikut ini merupakan frekuensi cut-off puncak resonansi akan menjadi
sangat padat dan tidak mampu dianalisa secara statistik.
9) Sabine
Sesuai pada ruangan live. Asumsi homogen dan isotropic, sehingga hanya memerlukan
satu nilai koefisien absorpsi.
0,161 𝑉
𝑅𝑇 =
𝐴

Pada saat berpropagasi bebas didpatkan bentuk formula Sabine yang lengkap, yaitu
0,161 𝑉
𝑅𝑇 =
𝑆 . 𝑎 + 4𝑚𝑉

10) Eyring-Norris
Suara dari sumber dalam ruangan direfleksikan secara suksesi dengan batas yang
memiliki koefisien absorpsi rata-rata.
0,161 𝑉
𝑅𝑇 =
−𝑆 ln(1 − 𝑎)

11) Millington-Sette
Asumsi serupa dengan Eyring namun berbeda pada bagian mer’rata-rata’kan absorpsi
koefisien pada dinding. Dengan batas semua koefisien absorpsi i jauh lebih kecil dari
satu, sehingga menjadi Sabine eq.
0,161 𝑉
𝑅𝑇 =
𝛴 − 𝑠𝑖 ln(1 − 𝛼𝑖 )
12) Fitzroy
Mempertimbangan aspek geometris, tidak hanya fisis, dari medan suara pada ruang
tertutup. Sehingga pada ruangan rectangular terdapat tiga dimensi yang diperhitungkan.
0,16 𝑉 −𝑥 −𝑦 −𝑧
𝑅𝑇 = [ + + ]
𝑆 2 ln(1 − 𝛼𝑥 ) ln(1 − 𝛼𝑦 ) ln(1 − 𝛼𝑧 )

13) Tohyama-Suzuki
Menyatakan teori medan terdifusi ‘hampir dua dimensi’ yang diaplikasikan pada
keadaan ruang dengan satu dimensi sebagai absorbent, semisal pada ruang konser
dengan dinding yang tegak lurus pada lantai dengan absorpsi tinggi.
- Mengabaikan dimensi z
0,128 𝑆
𝑅𝑇 =
−𝐿 ln(1 − ̅̅̅̅̅)
𝑎𝑥𝑦

- Dimensi z dianggap terdiri dari gelombang tangensial, oblique, dan menyerupai


tangensial.
0,128 𝑆
𝑅𝑇𝐴𝐿−𝑥𝑦 =
−𝐿𝑥𝑦 ln(1 − 𝑎
̅̅̅̅̅̅̅̅̅)
𝐴𝐿−𝑥𝑦

14) Arau
Mengenalkan model perhitungan reverberation time pada keadaan distribusi absorpsi
yang asimetris, dengan mengasumsikan peluruhan reverberation sebagai proses
hiperbolik [H. Arau-Puchades, An Improved Reverberation Formula, Acoustica 65,
163-180(1988)]. Peluruhan ini merupakan superposisi dari tiga faktor; peluruhan awal,
porsi linear pertama dan kedua dari peluruhan, dan posisi ketiga linear dari peluruhan.
Koefisien absorpsi pada formula ini adalah absorptivitas rata-rata tiap pasang dinding
yang saling berhadapan.
𝑆𝑥 𝑆𝑦 𝑆𝑧
0,16 𝑉 𝑆 0,16 𝑉 𝑆 0,16 𝑉 𝑆
𝑅𝑇 = [−𝑆 ln(1−𝑎 )+4𝑚𝑉] . [−𝑆 ln(1−𝑎 ] . [−𝑆 ln(1−𝑎 ]
𝑥 𝑦 )+4𝑚𝑉 𝑧 )+4𝑚𝑉

15) Kuttruff correction


Model dibuat berdasarkan kasus dimana medan dalam ruang hanya terdifusi secara
parsial, dan mengenalkan konsep koefisien refleksi ρ = 1-α, dengan asumsi α tidak
dipengaruhi sudut, menggunakan Hukum Lambert tentang difusi refleksi. Dibawah
asumsi bahwa hukum eksponensial, yang sesuai pada ruang rectangular.
0,161 𝑉
𝑅𝑇 =
𝑆[− ln(1 − ̅̅̅)]
𝑎𝑒 + ∆ + 4𝑚𝑉

16) Neubauer-Kostek Modification on Fitzroy


Perbaikan ini didapatkan untuk mendapat aproksimasi yang lebih akurat pada kasus
dimana absorpsi utama terdapat pada lantai dan langit-langit, atau pada kasus dimana
absorpsi suara dinding yang berseberangan jauh lebih tinggi dari bagian ruang lain.
0,32 𝑉 ℎ(𝑤 + 𝑙) 𝑙𝑤
𝑅𝑇 = ( 2 ) . ( ∗ + ∗ )
𝑆 𝑎̅ 𝑤𝑤 𝑎̅ 𝑐𝑓

Dalam asumsi tersebut variabel RT sebagai reverberation time, V sebagai hall volume
ataau volume ruangan, A sebagai total area absorption a, S sebagai surface area, 𝑎̅ sebagai rata-
rata dari absorbtion, m sebagai attenuation constant atau konstanta dalam peredaman, x-y-z
sebagai area total dari daerah yang berlawanan, dan L sebagai panjang total dari ruang dua
dimensi.
Hasil Diskusi
1. Muhammad Jati
Perbandingan intensitas dan energi dari direct sound dan reverberat sound
Apabil ditinjau dari satu waktu tertentu maka intensitas dari direct sound akan lebih
besar daripada reverberant sound, intensitas ini sebanding dengan energi sehingga
energi yang dihasilkan juga lebih besar. Sedangkan jika ditinjau dari selang waktu
tertentu maka intensitas reverberant sound akan lebih besar daripada direct sound. Hal
ini karena reverberant sound akan terus menerus beranglangsung sampai suara sumber
hilang sedangkan direct sound hanya terjadi sekali sehingga total intensitas dan energi
dalam selang waktu tertentu lebih besar reverberant sound daripada direct sound.
2. Tobias Aditya
Mengapa saat sumber suara dekat dinding justru efek reverberant semakin
sedikit?
Karena saat sumber suara dekat dengan dinding, efek pantulan suara yang didapatkan
hanya secara langsung dari dinding di depannya, sedangkan saat sumber suara jauh dari
dinding efek pantulan yang didapat akan semakin banyak, bahkan tidak hanya dari
dinding tetapi juga dari atap, lantai, dll. Semakin banyak efek pantulan maka akan
semakin memperbesar efek reverberant sound
3. Ruth Monica Siahaan
Reverberant sound merupakan suatu noise, bagaimana cara
menghilangkannya?
Meskipun bersifat sebagai noise, reverberant sound juga dapat memberikan sensasi
dikelilingi oleh suara-suara (perception of spaciousness). Oleh karena itu suatu ruangan
harus memiliki reverberation time yang tepat sehingga efek reverberant sound tidak
lagi menjadi noise tapi malah menjadi desirable sound. Misalnya pada ruang konser
membutuhkan reverberation time yang cukup tinggi, sedangkan pada ruang kelas
membutuhkan waktu reverberasi yang rendah
REFERENSI
- Doelle, Leslie L.1999. Environmental Acoustics. Mc Graw Hill Company.
- Jensen, Paul dkk. Industrial Noise Kontrol manual.
- Field, N., & Field, F. (2008). Acoustics of Rooms and Enclosures, 1–19.
- Note, T. A., Processor, R., Bz, M., Sound, K., & Source, P. (n.d.). No Title.
- Ginn, K. B. (1978). Architectural Acoustics, 172.
- Kinsler, Austin R. Frey, Alan B. Coppens, J. V. S. (2000). Fundamental of
Acoustics (4th edition). New York: John Wiley & Sons, Inc.
KELOMPOK 5B
Environmental Acoustic
Weighted Sound Level

Sound level merupakan suatu klasifikasi yang diciptakan oleh manusia untuk
mengelompokkan tekanan suara berdasarkan batasan-batasan suara yang telah diberi
kelasnya masing-masing berdasarkan satuan tekanan suara yaitu desibel atau sering
disingkat dB.

Tabel 1.2.1 : Tingkatan suara menurut sumber bunyinya. Diambil dari : Kinsler, Lawrence E.
2000. Fundamentals of Acoustic Fourth Edition. John Wiley & Sons, Inc: USA. Halaman
361, Figur 13.2.1.

Tabel 1.2.2 : Rentang tingkatan suara dari sumbernya. Diambil dari 3]Kinsler, Lawrence E.
2000. Fundamentals of Acoustic Fourth Edition. John Wiley & Sons, Inc: USA. Halaman
369, Figur 13.6.
Frequency Weighting

Desibel merupakan satuan pengukuran untuk tekanan suara yang biasa


disangkat menjadi dB. Dalam desibel sendiri masih terdapat klasifikasi pembebanan
frekuensinya yang dikelompokkan menjadi desibel A (dB A), desibel B (dB B)
,desibel C (dB C) dan desibel D (dB D). Desibel A (dBA) merupakan besar tekanan
suara ketika diberikan pembebanan Frekuensi A. Pembebanan Frekuensi A ini
disesuaikan dengan kepekaan pendengaran manusia terhadap frekuensi yang berbeda
beda. Manusia mempunyai kepekaan telinga dimana tekanan sebesar 40dB sama
dengan 40 phon. Sehingga diberi pembebanan seperti grafik diatas dari dB sesuai
dengan kelasnya baik dBA maupun dBC. Kelas sound level yang paling sering
digunakan adalah kelas dBAdan dBC, dimana dBA biasa digunakan untuk penilaian
kepekaan telinga manusia sedangkan dBC digunakan untuk pengontrolan pada suatu
sumber bunyi yang biasanya digunakan untuk mengetahui kerusakan mesin. Selain itu
terdapat pula dBB dan dBD, dimana dBB digunakan pada level yang lebih tinggi dari
dBC sedangkan dBD digunakan pada pesawat.

Grafik 1.3.1 diambil dari http://www.nti-audio.com/en/support/faq/frequency-


weightings-for-sound-level-measurements.aspx

Noise Rating
Noise Rating atau tingkat kebisingan adalah standar kebisingan yang dibuat
oleh International Organization for Standardization (ISO) pada tahun 1973 untuk
menentukan tingkat kebisingan dari kegiatan manusia di suatu lingkungan. Lingkungan
tersebut nantinya akan dikaji dan ditentukan pada tingkatan berapa tingkat noise yang
baik pada lingkungan tersebut. Tingkat kebisingan ini ditunjukkan dengan grafik dBA
dan frekuensi, lantas dibentuk kurva kebisingannya untuk menentukan NR atau
peringkat kebisingannya.
Tabel Tabel diatas 1.4.5, 1.4.6, 1.4.7(Berlawanan arah jarum jam), memberikan
rentang suara untuk kelayakan aktifitas dalam sebuah ruangan atau lokasi sesuai
dengan ISO. Diambil dari Kinsler, Lawrence E. 2000. Fundamentals of Acoustic
Fourth Edition. John Wiley & Sons, Inc: USA. Halaman 366, Figur 13.5.1 dan
http://www.aco-on.co.uk/assets/Uploads/Data_Sheets_PDF/TECH-REF-NR2.pdf.
Halaman 2.
Untuk mengukur tingkat kebisingan dalam suatu lokasi dapat dilakukan dengan
cara mencari titik tertinggi dari besar tekanan suara yang didapatkan. Misal dari grafik
1.4.8 dibawah didapatkan titik tekanan suara tertinggi pada sebuah kantor di 58 dB,
maka tingkatan kebisingannya berada pada peringkat 58.
Grafik diatas diambil dari

[11]
http://www.acousticcomfort.co.uk/uploads/Noise%20Ratings.pdf
Highway Noise

Highway Noise merupakan salah satu contoh dalam noise rating di jalan raya.
Metode perhitungan yang digunakan untuk mengukur sound level tergantung pada
jenis kendaraan yang digunakan. Untuk pengukuran sound level di kendaraan berupa
mobil, truk, atau bus digunakan rumus.
𝒗
𝑳𝑨 = 𝟕𝟏 + 𝟑𝟐𝒍𝒐𝒈( )
𝟖𝟖
Untuk mengukur kebisingan di jalan raya untuk kendaraan yang lewat berupa motor
digunakan rumus.
𝒗
𝑳𝑨 = 𝟕𝟖 + 𝟐𝟓𝒍𝒐𝒈( )
𝟖𝟖
Untuk mengukur kebisingan di jalan raya untuk kendaraan yang lewat hanya truk
𝒗
𝑳𝑨 = 𝟖𝟒 + 𝟐𝟎𝒍𝒐𝒈 ( ) 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒗 ≤ 𝟒𝟖 𝒌𝒎⁄𝒉
𝟖𝟖
𝒗
𝑳𝑨 = 𝟖𝟖 + 𝟐𝟎𝒍𝒐𝒈 ( ) 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒗 > 𝟒𝟖 𝒌𝒎⁄𝒉
𝟖𝟖
Sedangkan untuk mencari sound level di jalan raya apabila kendaraan yang lewat
bermacam-macam. Dengan v adalah kecepatan rata-rata dari semua kendaraan
𝑳𝒆𝒒 = 𝟑𝟗 + 𝟏𝟎𝒍𝒐𝒈𝑸 + 𝟐𝟐𝒍𝒐𝒈(𝒗⁄𝟖𝟖) + ∆𝑳
𝑑 𝑑2
Dimana, ∆𝐿 = 0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑑 ≤ 15𝑚 sedangkan ∆𝐿 = −𝑎𝑙𝑜𝑔 [15 + 15 ] untuk d ≥
15m L A= A –weighted sound level
v = Velocity
L EQ = Equivalent A-weighted sound level
Q = Vehicles flow rate (per hour)
d = Distance

Aircraft Noise
𝑁𝐸𝐹𝑖𝑗 = 𝐿𝐸𝑃𝑁𝑖𝑗 + 10 log(𝑁𝑑 + 17𝑁𝑛 ) − 88
𝑁𝐸𝐹𝑖𝑗
𝑁𝐸𝐹 = 10log[∑ 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔( )]
10
𝑖𝑗
Rumus dibawah digunakan untuk mencari kebisingan didaerah badara dengan rata-
rata setiap jamnya.
𝐿ℎ 𝐿ℎ 𝐿ℎ
1 10 𝑃.𝑀
𝐶𝑁𝐸𝐿 = 10log[24 (∑77 𝑃.𝑀 7𝐴.𝑀
𝐴.𝑀 10 10 + 3 ∑7 𝑃.𝑀 10 10 + 10 ∑10 𝑃.𝑀 10 10 )]

I = Kelas pesawat, j= jalur terbang


NEF = Noise Exposure Forecast
LEPN = Effective perceived noise level
CNEL= Community noise equivalent level
Lh = measured hourly average A-weighted sound levels

Rumus diatas didapat dari Kinsler, Lawrence E. 2000. Fundamentals of Acoustic


Fourth Edition. John Wiley & Sons, Inc: USA. Halaman 373, Persamaan 13.9.1 –
13.9.3

Noise-induced hearing loss


Dari tabel dibalik dapat dijelaskan pengaruh kebisingan terhadap pendengaran manusia
dan waktu yang diperbolehkan untuk manusia untuk berada di area dengan tingkat
kebisingannya. Untuk dibawah, menunjukkan aturan mengenai batasan waktu yang
diperbolahkan bagi manusia untuk mendengar suara dengan tingkatan-tingkatannya.
Untuk 90dBA diperbolehkan kurang dari 8 jam per hari agar pendengaran tidak rusak dan
hanya kurang dari 15 menit apabila mendengar tingkatan suara 115dBA per hari.
Specification and Measurement of Noise Isolation
Berikut rumus-rumus untuk menentukan besar tekanan suara yang ingin
diterapkan :
TL=10log("Π" _i/"Π" _t )
NR=10 log⁡(I_1/I_2 )=〖SPL〗_1-〖SPL〗_2
TL=NR=10log⁡(S/A)
T_(〖II〗_i )=antilog⁡(-〖TL〗_i/10)
T_"Π" (eff)=-1/s ∑▒T_("Π" _i ) S_i
PR=L_C-L_A+10log⁡(〖2T〗_2)
TL = Transmission Loss
Πi = Total power incident on the source side of partition
Πt = Total power transmitted through the partition
NR = Noise Rating ; I 1 & I 2 = Intensity
SPL 1 & SPL2 = Sound Pressure Level in the source and receiver rooms
S & A = Area of power incident and area of power transmitted partition
T Πeff = Transmission Loss Effective ; S = wall area
PR = Privacy Rating
Setelah didapat nilai Transmission Loss yang diinginkan maka dapat mencari rincian
material pembuatan tembok bangunan yang diinginkan sesuai dengan STC-nya
Hasil Diskusi

1. Az Zakira Fitri Firdaussy


Apakah yang dimaksud dengan frequency weighting?
Frequency weighting itu sebuah alat (filter) yang digunakan saat mengukur instrumen yang
telah disesuaikan dengan telinga kita yang peka pada 500Hz-600Hz
2. M. Iqbal Jurist
Kenapa klasifikasi berdasarkan jumlah roda?
Sebenarnya klasifikasi berdasarkan roda itu cuma untuk mempermudah karena biasanya
untuk kendaraan bermotor roda 2 punya cc <1000, sedangkan untuk kendaraan bermotor roda
4 punya cc >1000
3. Muhammad Jati
Apa yang menyebabkan MRT tidak berisik?
karena MRT menggunakan mesin listrik, bukan mesin diesel sehingga suara yang dihasilkan
lebih halus dan tidak menimbulkan polusi suara

Referensi

 Hardani, Hilarius Wibi. 2005. Akustika Bangunan: Prinsip-prinsip dan


Penerapannya di Indonesia. Penerbit Erlangga: Jakarta. 2. Kinsler, Lawrence E.
2000. Fundamentals of Acoustic Fourth Edition. John Wiley & Sons, Inc: USA.
 Madan, Mehta. 1999. Architectural Acoustics. John Wiley & Sons, Inc: USA. 4.
http://www.engineeringtoolbox.com/nr-noise-rating-d_60.html
 https://www.fceia.unr.edu.ar/acustica/comite/soundlev.htm
 http://www.acousticcomfort.co.uk/uploads/Noise%20Ratings.pdf
 http://www.acoustic-glossary.co.uk/frequency-weighting.htm
 http://www.nti-audio.com/en/support/faq/frequency-weightings-for-
soundlevelmeasurements.aspx
 http://www.aco-on.co.uk/assets/Uploads/Data_Sheets_PDF/TECH-REF-NR2.pdf
 http://www.cirrusresearch.co.uk/blog/2011/08/what-are-a-c-z-frequency-
weightings/
 Read, Oliver.1952.The Recording and Reproduction of Sound.Howard W. Sams
and Co., Inc.Indianapolis
KELOMPOK 6A
Sound Reproduction

Sound reproduction menurut Bahasa sound yang berarti gejala perambatan gelombang
bunyi pada seperti udara atau medium lain yang dapat dilewati oleh gelombang bunyi.
Sedangkan reproduction berarti Membuat tiruan yang sangat mirip, membuat representasi,
gambaran, atau mencopy dari sesuatu. Sehingga sound reproduction memiliki pengertian yaitu
membuat atau meniru suatu bunyi agar bunyi tersebut dapat didengar kembali. Atau secara
mudahnya adalah proses perekaman ulang dari suatu bunyi agar dapat diplayback.

Dalam sound reproduction terdapat metode dalam perekaman yaitu dengan metode analog
dan dengan metode digital. Dalam perekaman metode analog dibagi lagi menjadi dua yaitu
dengan menggunakan kaset atau disk dan dengan menggunakan tape atau pita.

1. Tape atau pita


Metode perekaman melalui pita berfokus pada 3 head yang dimiliki yaitu erase head,
record head, dan play head. Cara kerja dari tape adalah tape plastik yang dilapisi
dengan partikel-partikel magnet bergerak melintasi head perekam magnet dengan
kecepatan yang konstan untuk merekam dan memutar ulang.

Selalu ada sebuah head penghapus, pada jalur tape, untuk menghapus dan mengatur
kembali partikel-partikel sebelum menyentuh head rekam. Pada mesin dua head
terdapat satu head untuk merekam maupun playback. Disain tiga head mempunyai
satu head untuk merekam, sinkronisasi (sync head) dan yang lain untuk playback.
Mesin-mesin profesional mempunyai tiga head. Namun pada prakteknya penggunaan
recorder tape memiliki beberapa kekurangan yaitu disaat merekam suara dengan
frekuensi tinggi sekitar 100 KHz dan selebihnya yang tidak mampu didengarkan oleh
manusia akan dianggap sebagai sebuah noise di dalam recoder dari sebuah tape.
2. Disk atau kaset
Metode perekaman dengan kaset atau disk digunakan oleh para musisi dengan
menggunakan fonograf

Fonograf bekerja menggunakan 3 alat penting yaitu coil, magnet, flexible shaft, dan
stylus. Pada saat disk berputar stylus akan bergerak mengikuti putaran dari kaset
tersebut sehingga menimbulkan goresan-goresan pada kaset yang akan menghasilkan
arus pada coil. Goresan yang ada pada kaset merupakan data yang dihasilkan dari hasil
perekaman.

Dan adapun metode perekaman secara digital. Metode perekaman secara digital lebih diminati
karena hasil yang telah direkam dapat dilakukan editing.

Adapun prinsip kerja dari perekaman dengan metode digital adalah suara dari sumber
suara masuk ke microphone, lalu didalam ADC sinyal dari microphone diubah menjadi data
berupa bilangan biner lalu bilangan data yang berupa bilangan biner disimpan dalam hardware.
Setelah disimpan pada hardware data akan di kirimkan kembali lewat DAC dan akan di
keluarkan oleh speaker ataupun earphone.

Sinyal dari metode perekaman analog bersifat kontinyu sehingga karakter dari sinyal
pada metode perekaman analog sama seperti sinyal yang dimiliki suara manusia. Sedangkan
sinyal yang di dapatkan pada perekaman digital adalah dsikit berupa grafik tangga naik turun
dan berbeda dengan sinyal yang diberikan oleh manusia sehingga memungkinkan
tertangkapnya beberapa noise. Jika dilakukan pengambilan data yang terus menerus daya tahan
dari metode analog maka akan terjadi kerusakan baik pada disk dan pada tape. Karena jika
pada disk akan ada goresan pada piringan jika dilakukan perekaman berkali-kali akibat
penyimpanan data. Dan pada Tape lapisan magnet yang terdapat pada pita tape akan ikut
terkikis seiring dengan pengambilan data berulang. Sedangkan pada metide digital tidak ada
kerusakan yang akan didapatkan dari pengambilan data secara berulang karena data yang
didapatkanpun berupa data digital yang sudah berbentuk angka yaitu bilangan biner.

Dalam dunia akustika pengolahan sinyal yang didapatkan dari metode perekaman sangatlah
penting oleh karena itu perlu dilakukan rekayasa dalam pengolahan sinyal akustik yaitu metode
signal engineering. Sinyal adalah merubah suatu listrik menjadi suatu informasi. Bentuk sinyal
secara umumnya dibagi menjadi dua yaitu

1. Manusia
Sinyal yang digunakan adalah suara yang dihasilkan dari mulut. Adapun konsep yang
didapatkan adalah suara yang dihasilkan oleh manusia akan dipantulkan. Lalu setelah
suara pertama dikeluarkkan maka akan ada dua buah sumber suara yang dihasilkan.
Sumber suara yang dihasilkan dan sumber suara yang terpantul. Sumber suara yang
terpantul akan menguatkan jika time delay yang dimiliki tidak terlalu jauh maka akan
menghasilkan suara yang dapat direkayasakan. Namun jikalau time delay yang
dihasilkan besar maka kan terjadi fenomena gaung atau gema.
2. Teknologi
Sinyal digital atau sinyal teknologi seperti menyamakan parameter panjang gelombang
dari sinyal digital dan sinyal analog sehingga tidak ada cacat dalam perhitungan
kuantitas dan kualitas

Dalam mekakukan signal engineering perlu digunakan software signal editing salah
satunya adalah Audacity. Didalam audacity terdapat beberapa parameter yang dapat diatur
yaitu bass, pitch, tempo, echo. Dalam pengaturan bass dapat mengatur kerendahan suara yang
berkisar sekitar 12Hz-500Hz. Dalam pengaturan pitch, pengaturan tingkat ketinggian suara.
Pengaturan tempo dilakukan untuk nengatur kecepatan dari suatu input audio entah untuk
mempercepat atau memperlambat tempo yang dihasilkan. Dan Echo digunakan untuk
memberikan efek gema pada suara. Dan masih banyak lagi parameter yang dapat diubah dalam
audacity.
Di dalam pengambilan data akustik terdapat dua buah prinsip pengambilan data akustik
yaitu secara optik dan magnetik. Pada dasarnya kedua buah prinsip ini dibedakan dari jenis
gelombang yang digunakan. Pada saat menggunakan prinsip pengambilan data akustik secara
optik jenis gelombang yang digunakan adalah gelombang cahaya dan pada prinsip
pengambilan data akustik secara magnetik adalah dengan menggunakan gelombang
elektromagnetik.

a. Pengambilan data optik


Metode pengambilan data optik dalam film negatif dibedakan menjadi dua metode.
Yaitu variable density dimana track suara yang dihasilkan memiliki lebar pada satu
ujung yang sama sepanjang film. Dan metode yang kedua variable area type adalah
menghasilkan trek suara dengan lebar yang berbeda dengan densitas yang sama.

Prinsip kerja dari pengambilan data optik adalah cahaya datang dari exciter lamp. Lalu
difokuskan kedalam pita duraluminium yang di tegangkan diantara dua magnet.
Kemudian cahaya itu di teruskan dan difokuskan kembali dan difokuskan kembali oleh
lensa kedua ke sensitive film. Lalu frekuensi dari suara yang ditangkap oleh sensitive
film dipengaruhi oleh suara yang datang yang mengganggu medan magnetik pada
magnet. Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode pengambilan data optik adalah.
Kelebihan:
1. Resolusi lebih baik
2. Tidak ada kontak langsung
3. Mudah di duplikat

Kekurangan

1. Butuh dikembangkan untuk placback


2. Mahal
3. Tidak dapat dimonitor langsung
4. Metode perlakuan yang rumit
b. Metode pengambilan secara magnet
Metode pengambilan data secara magnet memiliki prinsip kerja yaitu dengan
menggunakan stylus yang dikaitkan dengan angker yang dililit oleh coil. Lalu coil
tersebut melewati sebuah magnet dan saat arus suara datang medan magnet pada
magnet akan terganggu dan akan menggerakan stylus sesuai dengan alur suara.
Semakin tinggi nada yang dihasilkan maka semakin kecil goresan yang didapatkan
begitu pula sebaliknya. Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode pengambilan
secara magnet.
Kelebihan
1. Sederhana dan murah
2. Dapat dimonitor langsung
3. Dapat diedit

Kekurangan

1. Objek suara kontak langsung dengan film


2. Data magnet tidak akan lebih baik dari data optik
yang telah dikembangkan

Pertanyaan :

1. M. Hafiedz
Apa fungsi click removal pada audiacity?
untuk menghilangkan bunyi ketukan (click) yang dihasilkan pada saat pembuatan
vinyl record
2. Ridho Aristu Ilahi
Optical recording membutuhkan jenis cahaya seperti apa dan apa butuh
frekuensi tertentu?
cahaya yang digunakan berasal dari exciter lamp (memiliki arus) dan sepertinya
untuk mendapatkan hasil yang konstan dibutuhkan frekuensi tertentue, hal itu
berpengaruh kan karena jika lambda dari cahaya semakin kecil maka dapat
ditangkap sistem, kalo semakin besar susah ditangkap
3. Annisa Auliya
Optical recording menggunakan sumber cahaya, bisa buat suara?
Bisa karena untuk menggambarkan frekuensi suara yang dihasilkan dibutuhkan
perubahan magnetic field yang dihasilkan oleh magnet dan terpengaruh dari
datangnya suara
4. Fauni Ambarsari
penjelasan dari gambar yang ada pada presentasi slide ke.... merupakan bentuk-
bentuk atau metode-metode microphone dalam perekaman suara. posisi dan jenis
dari tiap microphone dapat mempengaruhi hasil rekaman yang di hasilkan
5. Muhammad Jati
kualitas rekaman sinyal digital dapat menyaingi kualitas rekaman sinyal analog
ketika bit sinyal digital yang digunakan besar. semakin besar bit yang digunakan,
maka sinyal digital yang lada dasarnya diskrit dapat dianggap mendekati sifat sinyal
analog yaitu kontinyu
Referensi

• Read, Oliver.1952.The Recording and Reproduction of Sound.Howard W. Sams


and Co., Inc.Indianapolis
• http://artsites.ucsc.edu/EMS/music/tech_background/te-19/teces_19.html
• http://www.klipsch.com/blog/digital-vs-analog-audio
• https://ehomerecordingstudio.com/stereo-microphone-techniques/
• Toole Floyd.2013.Sound Reproduction: The Acoustic and Psychoacoustics of
Loudspeakers and Rooms.Second Edition.Taylor & Francis.U
KELOMPOK 6B
Sound Reproduction
Reproduksi bunyi berawal dari kekurangan saat perekaman sehingga terjadi bunyi yang
dihasilkan dari loudspeaker. Sehingga dibuat sistem untuk mengatur segala penyesuaian
terhadap bunyi (sound processing) yang dikenal dengan reproduksi bunyi. Reproduksi bunyi
adalah peristiwa mengedit suatu sinyal menjadi sinyal baru. Sejak zaman dulu reproduksi bunyi
digunakan pada pentas orcestra, perfilman dll.

Perkembangan sound effect sekarang adalah pada musik seperti pada simphonic
orcestra, yang menggambungkan suara dari instrumen perkusi seperti drum, simbal, dan
sebagainya yang memiliki pitch sound yang rumit (complicated).

Sound processing ialah proses memanipulasi suara dan membuat suara yang
dihasilkan agar menjadi lebih menarik. Ada beberapa cara memproses suara secara digital
(Digital Sound Processing) yang terpapar pada tabel dibawah ini.

DSP Technique Sound Effect


Basic filtering LPF, Noise removal and sound feature
HPF,BPF extraction
Equalizers Bass and Treble effect
Time-varying filtering Wah-wah effect
Delays Echoes and reverberations
Modulators Tremolo
Non-Linear Processing Distortions, exciters, limiters
Dalam matematika , transformasi Fourier diskrit ( DFT ) mengubah urutan terbatas dari
sekumpulan sampel yang sama dari suatu fungsi menjadi sekuens panjang sekuens dari sampel
dengan jarak sama dari transformasi Fourier diskrit-waktu (DTFT), yang merupakan nilai
kompleks Fungsi frekuensi Interval di mana DTFT adalah sampel adalah timbal balik dari
durasi urutan masukan. DFT terbalik adalah deret Fourier , menggunakan sampel DTFT
sebagai koefisien sinusoid kompleks pada frekuensi DTFT yang sesuai.

DFT adalah transformasi diskrit yang paling penting, digunakan untuk melakukan
analisis Fourier dalam banyak aplikasi praktis. [1] Dalam pemrosesan sinyal digital , fungsinya
adalah setiap kuantitas atau sinyal yang bervariasi dari waktu ke waktu, seperti tekanan
gelombang suara , sinyal radio , atau pembacaan suhu harian, yang diambil sampel selama
interval waktu yang terbatas
Pada DFT proses pengolahan sinyal dalam bentuk diskret. Perhitungan algoritma DFT
menggunakan metode FFT (Fast Fourier Transformation), berikut bentuknya :

Efek ini melibatkan modifikasi intensitas suara secara berkala dengan sinyal sinusoidal
frekuensi rendah (nada tunggal). Hal ini dapat dicapai dengan amplitudo-memodulasi sinyal
suara dengan nada tunggal berfrekuensi rendah untuk menghasilkan suara seperti gemetaran,
oleh karena itu namanya 'tremolo'. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 2.2 dimana, sebagai kasus
khusus, suara digambarkan sebagai nada tunggal frekuensi tinggi itu sendiri, yang jelas tidak

selalu demikian.

Proses Sintesis Suara


Sintesis suara dengan menghasilkan suara dari nol menggunakan matematika dan
implementasi perangkat lunak / perangkat keras. Aspek ini memiliki berbagai aplikasi seperti
menghasilkan musik elektronik, pertunjukan interaktif dalam permainan komputer, generasi
nada dering dan nada untuk perangkat seluler, dan lain-lain. Sintesis suara dampak sangat
diminati. Dalam menyajikan sebuah model untuk sintesis suara dampak berdasarkan respons
dari bahan yang berbeda saat dipukul. Saat sebuah logam dipukul, cincin itu berdering. Namun,
saat kayu dipukul justru menghasilkan suara berdebar. Untuk sintesis suara dampak agar
berhasil, harus didasarkan pada percakapan, yaitu analisis suara. Menganalisis suara hanya
mengambil spektrum untuk menemukan frekuensi penyusunnya. Maka dimungkinkan untuk
menghasilkan suara yang berbeda dengan memodifikasi amplitudo, fasa dan frekuensi
komponen trigonometri yang sesuai.

Keuntungan dari sintesis suara impak menjadi nyata saat mempertimbangkan anggaran
memori audio terbatas dari konsol game misalnya. Klip pra-rekaman memberikan kualitas
tinggi dan tidak memerlukan perhitungan, namun perlu berada di memori karena latensi
streaming dari disk terlalu tinggi. Oleh karena itu, sintesis suara muncul sebagai solusi menarik
untuk masalah suara

Untuk meringkas, motivasi utama sintesis suara meliputi:


1. Untuk mereproduksi suara yang ada.
2. Untuk mereproduksi proses fisik generasi suara.
3. Untuk menghasilkan suara baru yang menyenangkan atau berguna.
4. Untuk mengendalikan / mengeksplorasi timbre.
Sintesis Subtraktif

Apakah teknik linier lain didasarkan pada gagasan bahwa suara dapat dihasilkan dari
penguraian (penyaringan) komponen dari sinyal yang sangat kaya (misalnya kebisingan,
gelombang persegi) seperti pada Gambar 3.3

Ide ini juga digambarkan pada Gambar 3.2 yang menunjukkan kumpulan elemen dasar
kandidat untuk sintesis suara. Tidak semua blok pada Gambar 3.2 diwajibkan dalam sintesis
suara. Misalnya, untuk sintesis suara dampak yang dijelaskan pada Bagian 3.2, masukan
vibrato tidak diperlukan.

Desain matematika untuk sintesis suara

Model untuk sintesis suara dapat digambarkan dengan persamaan berikut yang
menggabungkan berbagai variabel yang dapat disesuaikan untuk menghasilkan suara benturan
yang berbeda.

Dimana 𝐴𝑚 (𝑡) adalah amplitudo waktu yang bervariasi, 𝑓𝑚 (𝑡) adalah frekuensi time-
varying yang mungkin, ∅𝑚 adalah fase dan 𝑔𝑚 konstan, semuanya terkait dengan komponen
sinusoidal m, dan akhirnya 𝑟(𝑡) adalah komponen noise.

𝑋(𝑡) akan mereka menjadi suara dampak (ketika sebuah benda dipukul misalnya). Kita
mengatakan bahwa kita menggunakan sintesis aditif untuk menghasilkan suara benturan.
Sintesis aditif mengacu pada sejumlah teknik sintesis terkait, semuanya didasarkan pada
gagasan bahwa nada kompleks dapat diciptakan oleh penjumlahan atau penambahan yang
sederhana. Hal ini dimungkinkan untuk memecah suara yang rumit menjadi sejumlah nada
sederhana, biasanya dalam bentuk gelombang sinus (Fourier).

Dalam sintesis aditif, kita menggunakan teori ini secara terbalik. Sintesis aditif
menggunakan kombinasi harmonisa atau partial untuk menciptakan warna nada dasar atau
'timbres' dan pada sistem yang lebih canggih, beberapa timbres ini dapat dikombinasikan untuk
membuat suara keseluruhan.

Faktor peluruhan penting untuk menghasilkan suara natural-ending yang realistis, dan
bukan penghentian sementara dari aksi benturan.

Pertanyaan dan Jawaban :

1. Afif Nurwahid
Pada zaman dahulu, menurut kalian, bagaimana orang dapat mengolah sinyal?
Jawab:
 Pengolahan sinyal digital pertama kali terpikirkan dan tercetuskan sejak pertama
kali Maxwell menemukan fenomena elektromagnetika. Dimana terdapat listrik dan
medan magnet, maka akan timbul lah cahaya atau gelombang elektromagnetik. Hal
ini mengawali perkembangan teknologi-teknologi canggih, seperti metode
pengolahan-pengolahan sinyal.
 Sinyal merupakan suatu representasi dari sandi-sandi dalam konteks gelombang
yang dapat diterima oleh suatu penerima gelombang (receiver). Sinyal yang
diterima pada zaman dahulu pertama kali adalah gelombang mekanik (suara).
Secara tidak sadar, pengolahan sinyal yang paling sederhana yang telah dilakukan
zaman dahulu adalah pada telepon yang menggunakan tali yang ditegangkan.
Telepon yang digunakan adalah dari sebuah wadah, dan permukaan dalamnya
diikatkan dengan tali yang ditegangkan dengan wadah lain. Secara tidak lansung,
hal tersebut merupakan representasi dari pengolahan sinyal, dimana suara asli kita
merambat melalui benang tersebut, dan akan terdengar tidak seperti aslinya.
2. Zulfi Auliya R.
Pada saat proses signal filtering, apakah bandwith, dan faktor lain dalam sinyal
tersebut ikut berubah?
Jawab:
 Kemungkinan akan mempengaruhi bandwithnya dikarenakan proses filtering
menghilangakan beberapa bandwith yang ingin dihilangin sepertiLPF, HPF, BPF
low pass filter, band pass filter, high pass filter.
3. M. Hafiedz Sidqy
Ketika dalam proses sintesis sinyal, Suara yang asli setelah di sintesis akan
berbeda dengan sebelumya. Idealnya, seperti apa suara tersebut? Dan apakah ada
semacam Faktor Koreksi dalam mensintesis?
 Idealnya, suara yang diproduksi tergantung keinginan pihak yang memproduksi.
Apakah reverberation nya ingin dihilangkan, atau gema nya, tergantung
permintaan dan tujuan akan seperti apa hasil yang akan diproduksi.
 Kalau dilihat dari setiap step-stepnya, hampir setiap step yang terlibat dalam
mensintesis sinyal merupakan suatu metode yang harus dikalibrasi. Sehingga,
menurut kami, pastinya banyak faktor koreksi yang terlibat dalam pembuatan
sistem untuk mereproduksi suara.
4. Agnesningtyas
Sound reproduction terdiri dari beberapa tahap dimulai dari recordingnya,
sound processingnya hingga metode mengolah sinyal menggunakan fourier
transform, dan pasti tiap masing langkahnya bisa saja ditemukan noise yg
menimbulkan adanya corection factor dari data aslinya dan dari data outputnya.
Menurut kelompok kalian, pada langkah mana yang perlu dimaksimalkan agar
diperoleh hasil yang maksimal dan langkah yang kalian lakukan lebih efisien?
Jawab:
 Metode yang efektif keduanya, dikarenakan sistem recording berfungsi
menghilangkan noise yang sudah direkam saat perekaman, jadi perekaman juga
dimaksimalkan. Ruangan saat perekaman juga mempengaruhi kualitas suara,
dimana dapat diatasi dengung yang tidak dibutuhkan
REFERENSI

o Alwan, Nuha A. S.,. (2015). Signal Processing and Sound Effects. Baghdad:
University of Baghdad
o Floyd, E. Toole. (2008). Sound Reproduction: Loudspeakers and Rooms. USA:
Elsevier Ltd.
o Yin-Tzu-Lin, et al. (2014). Bridging Music via Sound Effects. Taiwan, Taipei:
National Taiwan University, 978-0-7695-5437-2/14.
o Qianqian Fang, et al. (2015). Equalization of Sound Reproduction System Based
on The Human Preception Characteristics. China, Beijing, Beisihuan Xilu:
Institute of Acoustics.978-0-76955668-0/15.
KELOMPOK 7
Musical Instruments and Characteristics

Alat music (Musical Instruments) merupakan suatu instrumen yang dibuat atau dimodifikasi
untuk tujuan menghasilkan musik. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang memproduksi suara,
dan dengan cara tertentu bisa diatur oleh musisi, dapat disebut sebagai alat musik.
Karakterisitik Frekuensi (Frequency Character) adalah jenis suara yang dihasilkan dari
suatu instrumen tergantung dari string atau membrane yang dimiliki oleh instrumen tersebur.
Resonansi (Resonant) adalah kemampuan dari suatu instrumen untuk menggetarkan string atau
membrane lain yang terletak disekitarnya.

Piano
Frequency Character
Frequency character dari sebuah
piano biasa di asumsikan sebagai sebuah
harmonic hanya bila dilakukan tinajauan
pada nada rendah. Namun setelah dilakukan
beberapa penelitian, frekuensi character
dari sebuah piano juga dianggap sebuah
overtunes. Hal yang menjadi tinjauan dari Gambar 7.1 Skema tuts piano
pengukuran nilai suatu frekuensi adalah
tingkat kekakuan atau stiffness. Frekuensi range dari piano berkisar dari A0 (27.5 Hz) – C8
(4186 Hz).
Nilai dari frekuensi piano ditentukan dari tension masing-masing senar. Namun
frekuensi tersebut juga akan meningkat seiring dengan kecepatan yang di berikan pada setiap
tuts atau keys.

Resonansi
Resonansi dari sebuah piano di tentukan dari tegangan talinya. Semakin besar
tegangan tali dari suatu senar maka saat key atau tuts ditekan dan bergetar maka yang
memiliki tegangan tali atau tension lebih besar mampu untuk meresonansi senar yang ada
disebelahnya.
Semakin tinggi tinggi nadanya maka semakin tinggi juga nilai dari amplitudonya.
Dikarenakan semakin tinggi nadanya maka semakin besar tension pada senarnya.

Properti
Pada piano, yang menentukan tingkat kekerasan bunyi adalah gaya yang di berikan
pada tuts atau keys dengan hubungan dari hammer dan strings. Pernyataan diatas mengikuti
persamaan di bawah ini.

2(𝐾 − 𝐾𝑠 )𝑠 1
𝑉𝑠 = [ ]2
𝑀𝑎
dan,
2𝑀𝑎 𝑠 1
𝑇1 = [ ]2
𝐾 − 𝐾𝑠
Dimana Ks adalah gaya statik yang berikan pada tuts, Vs adalah kecepatan palu memukul
string, dan Ma adalah massa saat bersentuhan. Kecepatan palu memiliki kisaran antara 0.8 – 8
m/s dan gaya yang diberikan pada tiap kunci atau tuts berkisar antara 0.8 N – 40 N.

Interaksi dari hammer-string dipengaruhi oleh beberapa


hal yaitu:
• Waktu kontak antara hammer-string
• Kontak yang tiba-tiba hilang antara hammer
dan string.
Dan yang mempengaruhi properti dari karakter suara
piano adalah penggunaan sustain. Sustain pada
umumnya di setiap piano berjumlah 3. yaitu:
• Soft sustain
• Middle sustain (biasa juga di sebut sustain
misteri) Gambar 7.2 Sustain pada piano
• Top sustain

Angklung
Frequency Character
Frequency character dari angklung adalah
overtunes dan dapat pula harmonic karena angklung dapat
memiliki frekuensi tinggi jika panjang dan diameter lubang
angklung kecil.
Angklung standar biasanya bernada C5-C6.
Frekuensi dari angklung dipengaruhi lebar lubang dan
panjang rattle.

Gambar 7.3 Bagian-bagian


angklung

Resonansi
Resonansi dari sebuah angklung adalah bertipe forced resonant karena tiap angklung
hanya mewakili satu buah nilai nada ( 1 2 3 4 5 6 7 ) sehingga tiap angklung tidak akan saling
me-resonansi-kan. Untuk menghasilkan sebuah nada padu perlu 3 buah angklung yang
berbunyi. Misal ingin didapat nada C, maka angklung 1 3 5 digoyangkan.

Frekuensi sebuah angklung dipengaruhi oleh panjang dan lebar diameter rattle dan mengikuti
persamaan berikut ini.
𝑛𝑣
𝑓=
4(𝐿 + 𝐶𝑡 𝑑)
dan,
𝑣 − 4 𝑓5 𝐿
(𝐶𝑡 )𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 =
4 𝑓5
Dimana n adalah nomor harmonik (untuk nada dasar n=1), v adalah kecepatan suara, L adalah
panjang rattle, d adalah lebar diameter rattle, dan f5 adalah frekuensi di C5.

Gambar 7.4 Ukuran rattle pada angklung dan nilai frekuensinya

Suling
Suling atau flute merupakan jenis alat musik woodwinds yang reedless. Secara umum,
pada woodwind instrument, nada nada dapat divariasikan seiring dengan pengubahan panjang
kolom udara. Dalam kasus suling, yakni dengan menutup lubang lubang pada alat sehingga
mendapat nada yang diinginkan.

Frequency Character
Frequency character dari suling
merupakan overtones, dikarenakan suling
tidak memiliki kemampuan memainkan
nada-nada rendah, dengan range nada
suling hanya berkisar 1 hingga 2 oktaf.
Frekuensi suling dapat dihitung dengan
persamaan yang sama dengan pipa
organa karena memiliki bentuk yang
sama.
Gambar 7.5 Frekuensi pada suling
(𝑛 + 1)
𝑓𝑛 = 𝑣
2𝑙
𝑣 = 331.4 + 0.6 𝑇𝑐

Properti
Suara yang dihasilkan oleh alat musik suling bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
 Posisi jari
Perbedaan peletakkan jari menyebabkan perbedaan nada yang dihasilkan.
 Kecepatan aliran udara yang
ditiup Gambar 7.6 Posisi jari pada suling
Saat meniup suling, maka udara
yang keluar dari mulut tidak serta
merta memasuki kolom udara
melainkan “menabrak” ujung
lancip pada suling. Udara
memantul sehingga terjadi
“vortex” yang memiliki
kecepatan kira kira 2/5 dari Gambar 7.7 Pengaruh kecepatan udara
kecepatan alir udara.
 Posisi bibir
Pesuling dapat mengatur posisi
bibir sedemikian rupa sehingga
suara dapat berubah dengan
melakukan beberapa hal berikut.
o Untuk merendahkan
nada, pesuling dapat
menegakkan dagu atau
mendekat pada
Gambar 7.8 Posisi bibir pada suling
embrochure.
o Dengan menutup sebagian luas area lubang tiup atau mengecilkan solid angle
sehingga gelombang yang diradiasikan lebih besar.
o Mengecilkan panjang suling atau mengubah sudut tiup.

Biola
Biola adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola
modern muncul pada abad ke-16, tepatnya di negara Italita. Pemain biola (violinis) memainkan
biola dengan empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain. Salah satu deskripsi
terawal tentang biola, termasuk cara penyetelannya, ada di dalam Epitome musical karya
Jambe de Fer, yang diterbitkan di Lyon pada 1556. Lalu mulai sempurna bentuknya pada abad
18.

Frequency Character
Frequency character dari biola adalah
fundamental atau harmonics. Di antara keluarga
biola, yaitu biola. alto, cello dan double bass, maka
biola lah memiliki nada yang tertinggi. Kertas musik
untuk biola hampir selalu menggunakan atau ditulis
pada kunci G. Posisi jari pada fret biola sangat
mempengaruhi bunyi yang dihasilkan biola. Biola Gambar 7.9 Keempat nada biola
memiliki empat senar yaitu G, D, A, dan E. Keempat senar tersebut beurutan dari nada yang
terendah (G) ke tertinggi (E).

Resonansi
1
Resonansi yang timbul pada biola terjadi mulai pada 2 𝜆 dan seterusnya. Jika panjang
sebuah tali atau biasanya disebut dawai (𝑙), maka resonansi yang pertama dapat ditulis :
𝜆 = 2𝑙
Sehingga didapat persamaan untuk panjang dawainya terhadap
resonansi:
1
𝑙 = 𝑟𝑒𝑠𝑜𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 × 𝜆
2
Resonansi dari sebuah biola di tentukan dari tegangan dawainya.
Semakin besar tegangan dawai dari suatu senar maka saat key atau
tuts ditekan dan bergetar maka yang memiliki tegangan dawai
lebih besar mampu untuk meresonansi senar yang ada
disebelahnya.
Gambar 7.10 Bentuk gelombang
bunyi pada biola yang beresonansi
Properti
Ada beberapa aspek yang mempengaruhi karakteristik
suatu biola, diantaranya adalah sebagai berikut.
 Bahan material pembuatannya (badan biola, leher
biola, jembatan biola, papan jari, dan senar) sangat
penting pada bunyi biola.
 Tingkat kekerasan dari suatu biola adalah gesekan
yang diberikan pada dawai dengan alat penggesek
(bow).
 Penyetelan biola dengan pasak mempengaruhi
langsung bunyinya. Jika pasak tidak kuat, maka bunyi
biola yang bagus tidak bertahan lama sehingga harus
disetel ulang.
 Bow atau busur biola yang digunakan juga sangat penting. Biasanya bow yang
digunakan terbuat dari kayu pernambuco (Brazil) dan Gambar 7.11 Bagian-bagian biola
rambut ekor kuda putih jantan.
 Desain pada biola seperti ukuran dan lekukan sesuai standar. Ukuran biola terdiri dari
1/32, 1/16, 1/8, 1/4, 1/2, 3/4, 4/4.
 Berat biola tidak mempengaruhi kualitas akustik, tetapi berpengaruh pada kenyaman
pengguna atau violis.
 Sebuah peredam suara dipasangkan pada jembatan biola untuk menghasilkan nada
yang lebih pelan.

Hasil Diskusi
1. Afif Nurwahid
Pada piano, seberapat penting penggunaan suatu sustain? Dan apa yang terjadi
jika tidak ada sustain pada piano?
Penggunaan sustain penting bagi piano yaitu untuk menciptakan efek resonansi pada
piano, jika tidak ada sustain maka tidak ada yang menahan damper agar tetap naik
sehingga pianis perlu melakukan pengulangan penekanan dalam memainkan chord.
2. Ridho Aristu
Pada Suling dan angklung dipilih bambu sebagai material pembuatannya, apakah
ada pengaruh frekuensi yang dihasilkan apabila sembarang material yang
digunakan?
Tentu ada karena material itu pengaruh ke suara yang dihasilkan. Suling dan angklung
dipilih dari bambu karena memiliki nilai kerapatan yang tinggi sehingga dapat
beresonansi secara maksimal dan tidak ada suara yang di serap oleh material.
REFERENSI

- Fletcher, Harvey. “Normal Vibration” Frequencies of Stiff String Piano”.


Acoustics.36(1964):1-7
- Suzuki, Hideo. “Acoustics of Piano”. Acoustics. 30 (1990): 147-205
- Subagio, J.F. Hutasoit, D. Afriyanto, “Karakteristik Biola yang Terbuat dari Kayu
Indonesia”. Jurnal DTMI FT UGM (2005), Vol. 2, No. 2
- Waluyo Adi Siswanto, Lina Tam, Md Zainorin Kasron. “Sound characteristic and
sound prediction of traditional musical instrument the tree-rattle angklung”.
International Journal of Acoustic (2002), Vol. 7, Number 3

You might also like