Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
oleh rakyat. Negara Indonesia yang besar dan luas dari segi georafis serta terdiri
dari beribu-ribu pulau yang dibatasi dengan laut, akan tidak mungkin dapat
perundang-undangan,maupun penyelenggaraan.
Lyman Tower Sargent, dalam kaitan ini menyatakan bahwa suatu Negara
1
(Lyman Tower Sargent, Contemporary Political Ideologies, (Chicago: The Dorsey Press, 1984), hlm. 32-
33. )
4.A system of representation (Adanya sistem perwakilan);
demokratis. 2
perwakilan yang digariskan oleh UUD. Kekuasaan negara yang lahir melalui
pemilu adalah kekuasaan negara yang lahir dari bawah menurut kehendak rakyat
dan dipergunakan sesuai dengan keinginan rakyat, oleh rakyat, menurut sistem
permusyawaratan perwakilan.3
Sebagai pelaksanaan Pasal 18 ayat (4) UUD NRI 1945 yang telah
2004 dinyatakan kepala daerah dipilih secara berpasangan dengan wakil kepala
bebas, rahasisa, jujur, dan adil. Sejak berlakunya UU No. 32 Tahun 2004,
2
( Inu Kencana Syafei, 2002, Sistem Pemerintahan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 85-86.)
3
( Dahlan Thaib, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2004 (Perspektif Hukum Tata Negara), Makalah
disampaikan dalam Workshop dan Pelatihan Pengawasan Jajaran Panwaslu se Daerah Istimewa Yogyakarta,
(Yogyakarta: 28-29 Mei 2004), hlm.1. )
dalam hal ini gubernur, bupati dan walikota dilaksanakan dengan pemilihan
peraturan perundang-undangan.
Indonesia dewasa ini diatur secara eksplisit dalam Pasal 22 E UUD Negara
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah
adalah perseorangan.
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.
berbagai UUD atau Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, karena pemilu
dalam pemilihan berkala yang jujur dan yang dilakukan menurut hak pilih yang
suara yang rahasia ataupun menurut cara yang juga menjamin kebebasan
mengeluarkan suara".4
pemerintahan secara tertib, teratur dan damai serta lahirnya masyarakat yang
dapat menghormati opini orang lain. Di samping itu lebih lanjut akan lahir suatu
masyarakat yang mempunyai tingkat kritisme yang tinggi, dalam arti bersifat
pilkada situasi dan kondisi politik seringkali akan diwarnai dengan berbagai
kelembagaan baru yang di suatu titik nanti dapat menodai demokrasi lokal. Selain
itu pilkada juga di jadikan alat pemecah belah terhadap budaya dan hubungan
tim sukses para kandidat calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk
memilih mereka dengan diberikan imbalan. Hal ini terjadi dalam pemilihan bupati
dan wakil bupati di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) antara pendukung
4
( Dalam rumusan UUDS 1950 terdapat sedikit perbedaan dengan rumusan Konstitusi RIS 1949, yaitu kata "
sedapat mungkin " yang diatur dalam Pasal 34 Konstitusi RIS 1949 dihilangkan. )
5
( Deddy Supriady Bratakusumah dan Dadang Solihin,2002,Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta, hal.1)
Abdullah Vanath dan Siti Umaria Suruwaky terjadi bentrokan berupa pembakaran
Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), kantor Camat Bula, rumah
ketua PKPI, rumah seorang warga dan rumah kepala bagian umum Pemda
nasional, maka ketahanan wilayah atau ketahanan daerah mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dituntut untuk bisa menghadapi dan mengatasi segala hambatan
dan tantangan yang ada, baik keadaan alam, letak geografi, demografi, maupun
TINJAUAN PUSTAKA
menyebutkan bahwa Sengketa Pemilu Kada adalah perselisihan antara dua pihak
atas undang-undang nomor 5 tahun 1986 tentang peradilan tata usaha ne gara
memberikan definisi sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang timbul
dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan
badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai
pada ayat (1) hanya berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang
Daerah Pasangan calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah yang
selanjutnya disebut pasangan calon adalah bakal pasangan calon yang telah
memenuhi persyaratan untuk dipilih sebagai kepala daerah dan wakil kepala
daerah.
adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
h.Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara
Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Presiden dan
Wakil Presiden, serta kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh
rakyat.
Definisi Demokrasi itu sendiri adalah Democracy, which derives from the Greek
tertinggi (kedaulatan) ada di tangan rakyat. Dalam iklim demokrasi, rakyat yang
Lincoln mengatakan democracy is government “of the people, by the people, and
ini wujud dari demokrasi yang menerapkan prinsip kedaulatan rakyat dapat
Pemilu yang bebas dan adil merupakan salah satu indikator pelaksanaan
6
Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 1
angka 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu).
7
Democracy in Brief, Bureau of Information Program US Departments of State,
demokrasi di suatu negara. Bebas dan adil ini menjadi tujuan dari
menjadi asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Selain itu
perlindungan terhadap hak asasi manusia menjadi bagian yang penting dan tidak
dapat terpisahkan dari negara demokrasi. Selain Freedom House, IDEA juga
11.Pemungutan Suara;
hak asasi manusia dalam penyelenggaraan pemilu yang diatur di dalam kerangka
seperti yang telah diungkapkan diatas perlu adanya perlindungan Hak Asasi
jaminan hak asasi manusia dalam penyelenggaraan pemilu yang bukan hanya
Universal Hak Asasi Manusia menyatakan: (1) Everyone has the right to take part
representatives; (2) Everyone has the right to equal access to public service in his
country; (3) The will of the people shall be the basis of the authority of
shall be by universal and equal suffrage and shall be held by secret vote or by
Selain diatur di dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia, perlindungan HAM dalam
sipil dan politik atau yang lebih dikenal dengan nama ICCPR. ICCPR menyatakan
yang menyatakan bahwa “Every citizen shall have the right and opportunity,
secret ballot, guaranteeing the free expression of the will of the electors.”
pemenuhan jaminan hak asasi manusia dibidang sipil dan politik di Indonesia
Hak Asasi Manusia. 8Ketentuan dan pengaturan tentang jaminan Hak Asasi
under conditions which will ensure the free expression of the opinion of the
people in the.9
Hal yang serupa dengan Konvensi Hak Asasi Manusia negara-negara eropa,
juga di cantumkan pada Konvensi Hak Asasi Manusia Amerika tahun 1969 (San
Jose, Costa Rica), yang diratifikasi oleh seluruh negara-negara di benua Amerika
yang menyatakan “Every Citizen shall enjoy the following rights and
elections, which shall be by universal and equal suffrage and by secret ballot that
guarantees the free expression of the will of the voters; and c) to have access,
8
Article 21 Universal Declaration of Human Rights
9
Article 25 International Convenant on Civil and Politicial Rights (ICCPR) ) choice of the legislature”.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menghasilkan Resolusi
kesepakatan dasar yang disetujui 56 peserta yang menyatakan “Will hold elections
universal and equal suffrage to adult citizens; ensure that votes are cast they are
counted and recorded honestly with the official results made public; ensure that
law and public policy work to permit critical campaigns to be conducted in a fair
intimidation bars the parties and their candidates from freely presenting their view
and qualifications, or prevents the voters from learning and discussion or from
10
Article 23 Human Rights Convention on American
11
Resolusi majelis umum PBB ini penting bagi negara-negara anggota PBB termasuk dalam 47rticle 3 First
Protocol Human Rights Convention on European
Manusi.Perlindungan Hak Asasi Manusia untuk dipilih dan memilih diatur di
dalam Pasal 24D ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
diartikan sebagai suatu keadilan bagi setiap warga negara. Keadilan agar
berkompetisi melalui Pemilihan Umum, juga diatur di dalam Pasal 43 ayat (1)
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan
penting bagi penegakan hak asasi manusia dalam penyelenggaraan pemilu itu
sendiri. Hak memilih dan dipilih harus diperlakukan secara adil dan bebas
pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah terbagi atas dua hak yakni:
The right to be a candidate (hak untuk mencalonkan diri) dan The right to propose
dan wakil kepala daerah. Mahkamah Konstitusi memberikan definisi terhadap dua
ini sangat dibatasi sehingga hanya kalangan tertentu saja yang mempunyai akses
untuk ikut pencalonan maka hal demikian akan mengurangi nilai demokrasi
akses untuk menjadi calon kepala daerah tidak hanya terbuka bagi mereka yang
dicalonkan oleh partai politik tetapi juga melalui jalur independen yang
maksudnya membuka akses lebih luas kepada masyarakat untuk dapat menjadi
calon dan hal demikian tidak bertentangan dengan UUD 1945. 12Persyaratan calon
merupakan hal yang wajar asal syarat tersebut ditentukan secara proporsional dan
negara; 2)The right to propose a candidate atau hak untuk mengajukan calon
adalah hak yang sangat fundamental dalam proses demokrasi, karena hak tersebut
diberi hak untuk memilih dalam proses demokrasi namun apabila ternyata rakyat
tidak diberi hak untuk menentukan siapa yang akan dicalonkan melalui pranata
demokrasi yang tersedia maka akan terjadi faith a comply atas hak masyarakat
karena rakyat harus memilih calon yang telah disediakan dan apabila hal demikian
12
Mahkamah Konstitusi, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 29/PUU-VIII-2010 Permohonan Pengujian
pasal 58 huruf o Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, hal.64-65
terjadi maka pemilihan umum hanya berfungsi sebagai pemberi legitimasi belaka
aturan-aturan hukum. Hukum inilah yang menjadi koridor bagi perlindungan hak
manusia menjadi salah satu standar dari negara hukum sebagaimana diungkapkan
terhadap hak asasi manusia, Independan dan Imparsial dari sebuah lembaga
peradilan, Pemilu yang bebas dan adil, pengakuan terhadap hak mengemukakan
kewarganegaraan.
dan merdeka dalam negara hukum harus bertujuan untuk melindungi hak asasi
manusia.
Dalam mengenal negara hukum, tidak bisa dilepaskan dari sistem hukum
suatu negara. Sistem hukum yang ada terbagi atas 2 (dua) sistem hukum yakni
13
Suny sebagaimana dikutip dari Todung Mulya Lubis, Disertasi Doktor Ilmu Hukum Universitas
Kalifornia, Berkeley, dengan judul In Search of Human Rights: Legal-Political Dilemmas of Indonesia’s New
Order, 1966-1990. (Berkeley: University of California, 1990), hal.170-17
common law dan anglo saxon. Perbedaan 2 (dua) sistem hukum ini
-institusi hukum yang ada beserta aparatnya, mencakupi antara lain kepolisian
dengan para polisinya, kejaksaan dengan para jaksanya, pengadilan dengan para
b.Substansi, yaitu keseluruhan aturan hukum, norma hukum dan asas hukum,
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan;
keyakinan) kebiasaan-kebiasaan, cara berpikir, dan cara bertindak, baik dari para
penegak hukum maupun dari warga masyarakat, tentang hukum dan berbagai
menambahkan dua unsur sistem hokum selain apa yang diungkapkan oleh
penegakan hukum, tanpa profesionalisme dan kepimpinan yang baik maka akan
sangat sulit untuk bisa mematuhi hukum, khususnya untuk bisa mematuhi hukum
positif.14
empat elemen yakni command, sanction, duty, and sovereignty. Pendapat Austin
But, being a command, every law properly so called flows from a determinate
wish that another shall do or forbear; and the latter is obnoxious to an evil which
the former intends to inflict in case the wish be disregarded... Every Sanction
Austin mendefinisikan hukum sendiri sebagai “rule laid down for the
mengatur satu dan yang lain, berasal dari penguasa, dan kekuatan mengikatnya
14
Lawrence M.Friedman sebagaimana dikutip dari Prof Ahmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory)
dan Teori Peradilan (Judicialprudence) termasuk interpretasi undang-undang (Legisprudence)Vol.1, (Jakarta:
Kencana Media Group, 2009), hal. 204
berasal dari negara. Lebih lengkap mengenai rule of law menurut Jellinek sebagai
berikut:
(1)They are norms for the external conduct of men towards one another;
dan berasal dari kesadaran hukum atau keyakninan kesusilaan kita yang
pada perasaan yang hidup pada setiap orang; Lectures on on Jurisprudence, Vol.1,
Quest for Certainty and Security Analytical Positivism, (London: Steven & Sons
W.Friedmann, Legal Theory: Chapter 15 The Quest for Certainty and Security
Analytical Positivism, (London: Steven & Sons Linited, 1953), hal 151
Theory: Chapter 15 The Quest for Certainty and Security Analytical Positivism,
(London: Steven & Sons Linited, 1953), hal 159 3.merupakan pikiran-pikiran
yang memberikan arah/pimpinan, menjadi dasar kepada tata hukum yang ada;
4.dapat diketemukan dengan menunjukkan hal-hal yang sama dari peraturan yang
5.merupakan sesuatu yang diaati oleh setiap orang, apabila mereka ikut serta
penyelenggara ketertiban:
menghubungkan antara pasal 1 ayat (2) dan pasal 1 ayat (3) tersebut maka
1)Undang-Undang Dasar 1945 berasal dari kedaulatan yang ada ditangan rakyat
(kedaulatan rakyat) 15
receive habitual obedience from the bulk of a given society, that determinate
society political and independent. Dari definisi Austin tersebut, Austin ingin
menurut Austin bergantung pada sanksi yang dijatuhkan apabila hukum itu
dilanggar.
15
Prof.Dr.Muladi, S.H. Makalah Pemrasaran Komisi Nasional Hak Asasi Manusai : Penegakan Hak Asasi
Manusia Dalam Hukum Positif di Indonesia dalam Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Budaya Indonesia:
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, (Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Ut ama, 1997), hal.85-86
tentang pemilihan umum diatur dengan undang- undang. untuk itulah dalam hal
kepala daerah dan wakil kepala daerah mengingat Undang-Undang Dasar tidak
memberikan ketentuan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah harus dipilih
melalui pemilihan umum. Pasal 18 ayat (4) hanya memberikan ketentuan bahwa
Legal Theory: Chapter 15 The Quest for Certainty and Security Analytical
Positivism, (London: Steven & Sons Linited, 1953), hal 153 yang efektif dengan
kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang memenuhi persyaratan.
Setiap warga negara yang memenuhi persyaratan sebagai pasangan calon harus
diloloskan sebagai pasangan calon, dan bakal pasangan calon yang memenuhi
syarat tidak diloloskan sebagai pasangan calon. Perlakuan diskriminatif dan tidak
Tata Usaha Negara. Sengketa administrasi di Peradilan Tata Usaha Negara bukan
negara hukum menurut Stahl, salah satunya ditandai dengan keberadaan peradilan
tata usaha negara. Konsep negara hukum yang disebut dengan istilah “rechstaat”
17
Ibid.hal.108, Prof.Jimly Asshidiqie menjelaskan yang dimaksud dengan Supremasi Hukum (Supremacy of
Law) yakni Adanya pengakuan normatif dan empiris terhadap prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua
masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi. Pengakuan normatif mengenai supremasi
hukum terwujud dalam pembentukan norma hukum secara hierarkis yang berpuncak pada supremasi
konstitusi.Sedangkan secara empiris terwujud dalam perilaku pemerintahan dan masyarakat yang
mendasarkan diri pada aturan hukum, sebagaimana dikutip dari Prof.DR.Jimly Asshiddiqie, S.H., Menuju
Negara Hukum Yang Demokratis, (Jakarta:PT.Bhuana Ilmu Populer, 2009), hal.108-10
2.Pembagian Kekuasaan;
4.Peradilan Tata Usaha Negara.Dari empat elemen yang diungkapkan oleh Stahl,
Usaha Negara juga tidak bisa dilupakan dikarenakan Peradilan Tata Usaha Negara
elemen penting negara hukum yang diungkapkan Stahl di atas, Prof Jimly
4.Pembatasan Kekuasaan
18
Ibid. hal.109. Prof.Jimly Asshidiqie menjelaskan yang dimaksud dengan Persamaan dalam Hukum yakni
Setiap orang adalah sama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan. Segala sikap dan tindakan
ada dan berlaku terlebih dulu atau mendahului perbuatan yang dilakukan. Dengan
demikian, setiap perbuatan administratif harus didasarkan atas aturan atau rules
and procedures. Agar hal ini tidak menjadikan birokrasi terlalu kaku, maka diakui
mengembangkan dan menetapkan sendiri beleid regels atau policy rules yang
berlaku internal dalam rangka menjalankan tugas yang dibebankan oleh peraturan
Penunjang yang Independen yakni Sebagai upaya pembatasan kekuasaan, saat ini
diskriminatif adalan sikap dan tindakan terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan
sementara untuk mendorong mempercepat kelompok tertentu (affirmative action) , sebagaimana dikutip dari
Prof.DR.Jimly Asshiddiqie, S.H., Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, (Jakarta:PT.Bhuana Ilmu
Populer, 2009), hal.109
Selain itu, ada pula lembaga-lembaga baru seperti Komisi Nasional Hak Asasi
2009), hal.109-110
dan Tidak Memihak yakni Peradilan bebas dan tidak memihak (independent and
boleh memihak kecuali kepada kebenaran dan keadilan, serta tidak boleh
Peradilan Tata Usaha Negara yakni Meskipun peradilan tata usaha negara adalah
bagian dari peradilan secara luas yang harus bebas dan tidak memihak, namun
keberadaannya perlu disebutkan secara khusus. Dalam setiap negara hukum, harus
peradilan ini menjamin hak-hak warga negara yang dilanggar oleh keputusan-
peradilan tata usaha negara harus diikuti dengan jaminan bahwa keputusan
2009), hal.110
Konstitusi sebagai upaya memperkuat sistem checks and balances antara cabang-
kekuasaan negara tidak boleh mengurangi arti dan makna kebebasan dasar dan
HAM. Maka jika di suatu negara hak asasi manusia terabaikan atau pelanggaran
HAM tidak dapat diatasi secara adil, negara ini tidak dapat disebut sebagai negara
diterapkan secara sepihak oleh dan/atau hanya kepentingan penguasa. Hal ini
diungkapkan
Prof.Jimly di atas, diketahui bahwa Peradilan Tata Usaha Negara dan
Mahkamah Konstitusi menjadi dua ciri dari keberadaan Indonesia sebagai negara
There are two broad tasks that the courts perform within administrative law. The
first (which we may call judicial review) arises when an individual seeks to
tribunals, and the court must in exercise of the supervisory jurisdiction decide
whether to uphold or set aside the decison. The second task (“public liability)
arises when individuals seek compesation in the form of damages for loss caused
Indonesia, gagasan negara hukum yang demokratis adalah untuk mencapai tujuan
Adanya transparansi dan kontrol sosial terhadap setiap proses pembuatan dan
Dari ruang lingkup fungsi tersebut, bisa dikatakan bahwa fungsi peradilan
keputusan tersebut. Selain itu fungsi peradilan menurut hukum administrasi juga
muncul ketika individu warga negara mencari keadilan dalam bentuk kompensasi
atas kerugian yang dialami, dimana kerugian tersebut disebabkan Oleh tindakan
penyelenggaraan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah, fungsi dari
Mahkamah Konstitusi adalah untuk menilai legalitas dari suatu keputusan Komisi
apakah menyimpang dari ketentuan hukum atau tidak. Baik Peradilan Tata Usaha
kepala daerah, juga untuk mengembalikan kerugian yang dialami indvidu warga
ditolak maka keputusan Komisi Pemilihan Umum tersebut tetap berlaku, legal,
dan absah. Tentu saja keputusan Komisi Pemilihan Umum tersebut semakin kuat
sangat kuat dalam memberikan jaminan perlindungan hak asasi manusia. Hal
tersebut senada dengan pendapat Prof. M. Ryaas Rasyid, M.A., Ph.D yang
mengatakan “ada banyak kalangan yang terus menerus menyemai optimisme dan
”meretas asa”, dan bahkan menebar upaya, mendorong gerakan sosial untuk
terhadap hukum. Hukum akan tegak apabila hukum tersebut ditaati. Menurut
enforced rule. Power of the influencing agent is based on means control and as a
2.Identification, yaitu acceptance of a rule not because of its intrinsic value and
relationship with the agent. The source of power is the attractiveness of the
relation which the persons enjoy with the group or agent, and his conformity with
with a person’s values either because it has been so from the start of the
memiliki paksaan dari luar dari masyarakat yang mematuhinya, seperti sanksi
yang akan dikenakan oleh kepolisian apabila melakukan kejahatan dalam ketaatan
yang bersifat compliancedan sanksi moral dan sosial dari masyarakat apabila
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, hal57. Ahmad Ali ,
Internalization of a rule of behavior does not necessarily mean that such a rule is
always maintained in actual behavior. There are situations in which the individual
either breaks the rule in the spur of the moment, without much thinking, or he
sadar hukum tetapi juga mempunyai keinginan dari diri pribadi untuk mentaati
jenis ketaatan yang paling mendasar sehingga seseorang mentaati atau tidak
mentaati hukum, adalah karena adanya kepentingan. Jadi Prof.Ahmad Ahli
maupun Leopold Pospisil sebelumnya lebih tepat jika kita namakan jenis-jenis
kepentingan.
dikarenakan adanya kepentingan yang berasal dari dalam diri sendiri untuk
mentaati hukum. Jadi dalam konsep negara hukum akan sangat baik apabila warga
prof.Ahmad Ali, sebagai berikut: “Laws direct a set of people, those dwelling
certain actions. Invariably, the personin question, call them the citizens, through
some noncitizens are often among those directed, might sometimes prefer not to
do or to refrain as the law directs them. With that in mind, the law normally
correct description for the set of occasions on which the citizen (morally) ought to
comply with the law? A second question arises; are these occasions on which
the citizen positively ought not obey the law, when is it his “duty” to disobey,
considerably. Here are what we may take to be the three basic options regarding
1. at one extreme, we have the view that citizen’s moral duty is to do his best to
always to comply with the law, except only ini cases where the law is
2. Between that and the next view, we have the proposal that there is a prima facie
obligation to obey the law. This means that the fact that x is required by law is
justified in not doing x; and where doing x conflict with a very strong moral
obligation to the country, one would then be duty bound to disobey this law. This
middle view is probably theprevalent one among today’s moral and legal
philosophers.
3. at what would widely be regarde as the other extreme, it is ponted out that
people ought always to do what is morally right, whether or not this coincides
with the law; where the law is in the right, we are morally bound bound to obey;
where it is wrong, however, we are not so bound, and in an important class of
Dari apa yang diungkapkan diatas ketaatan hukum sangat bergantung pada
moral dari masing-masing warga negara untuk mematuhi hukum. Baik hukum
yang disadari oleh masyarakat maupun hukum yang membebani kewajiban dan
sanksi.
dijelaskan sebelumnya bahwa ketaatan bergantung pada akibat yang timbul dari
ketaatan itu sendiri. Apabila masyarakat yang taat hukum menjadi dirugikan
akibat ketaatan terhadap hukum, maka masyarakat akan melawan terhadap aturan
itu sendiri.
Oleh karena itu apabila karena metaati hukum menyebabkan kerugian maka
Ibid., hal 371-373. S.Clark (ed.), yaitu: “Encyclopedia of Law & Society;
sebagai berikut:
practice. The dilemma under which people should disobey law has many
all branches of government, including the legislature and the judiciary. Should not
One normative scenario contends that disobedience is permissible one there is not
to laws, however, since most people will never occur on what is a necessity,
normative and practical scope, and the question is what should be its boundaries?
Is disobedience to secular state law justified once a religious law permits the
conduct? Since invariably in all democracies positive state law prevails over
religious law, in some matters, at least, the option of religious disobedience may
law in the context in which it severely infringes basic needs and human rights.
Thus, higher taxes imposed on deprived people, a preventive war for aggressive
calculated within a broader perspective of various options for well being and
dependent on the gravity of the damage that it attempts to evade, while no other
basic human needs and rights is unrecoverable through any foreseeable made of
willingness and ability not only to enforce obligations, but also to be responsive to
made lawfull”.
Kepatuhan terhadap hukum itu sendiri bergantung dari tujuan hukum itu
sendiri. Seperti yang diungkapkan Philip Nonet dan Philip Seznick bahwa ada
masyarakat merupakan tantangan dari hukum itu sendiri. Suatu hukum yang
Represif menurut Philip Nonet dan Philip Seznick memiliki tujuan untuk
officialdom. In the official perspective that ensues, the benefit of the doubt
centers of power; they are isolated from moderating social contexts and
5. The criminal code mirrors the dominant mores; legal moralisme prevail. Dari
masyarakat, apabila ada yang melanggar maka negara akan menekankan pada
pengenaan sanksi. Polisi menjada alat utama dari organ kekuasaan untuk menekan
kelompok yang memiliki otoritas politik yang tidak sejalan. Hukum Pidana
menciptakan ukuran moral yang pada akhirnya menjadi moral hukum yang harus
dipatuhi. Hukum yang represive menciptakan pemerintahan yang otoriter Ibid.,
hal 367-369.
menurut Philipe Nonet dan Philipe Selznick dapat digambarkan sebagai berikut:
2. The legal order espouses the model of rules. A focus on rules helps
enforce a measure of official accountability; at the same time, it limits both the
creativity of legal institutions and the risk of their instrusion into political domain;
3. Procedure is the heart of law. Regularity and fairness, not substantive justice,
are the first ends the main competence of the legal order;
hukum otonom memisahkan antara hukum dan politik. Hukum sebagai sesuatu
hukum ditujukan terbatas pada kepatuhan terhadap aturan hukum positif Apabila
reasoning;
2.Purpose makes legal obligation more problematic, thereby relaxing law’s claim
to obedience and opening the possibility of a less rigid and more civil conception
of public order;
3.As law gains openness and flexibility, legal advocacy takes on a political
dimension, generating forces that help correct and change legal institutions but
the integrity of the legal order depend on the design of more competent
legal institutions.
dibentuk melalui proses advokasi dari masyarat untuk mengkoreksi dan merubah
efektifitas suatu kaedah hukum secara sosiologis, dapat dilihat dari dua pandangan
teori yakni:
berpendapat, bahwa:“...command and power imply only a Will and a Can, so they
may call forth at most a must but not an ought on the part of the addressee,posibly
obedience but never a duty to obey. Just as a worthless paper (...) aquires no
validity by one with a pistol in his hand forcing it upon someone else for payment,
so an imperative does nit become valid against him who, gnashing his
teeth, is forced to submit to it, and still less against him who sneers at it, knowing
how to evade it. For if the law is valid only because it is backed by power, it
didasarkan pada penerimaan atau pengakuan oleh mereka kepada siapa kaedah
hukum tadi tertuju. Menurut Radbruch, teori ini mendapat kecaman, oleh
karena “...it destroys the legal bond by making it dependent upon the plesure
of those who are to be bound...”; Hal itu ditolaknya, oleh karena pengakuan
merupakan “a function not of the will but of feeling, belonging in the field not
Hukum yang efektif tentu saja tidak semata-mata hanya berlandaskan pada
kepastian hukum tetapi juga asas kemanfaatan dan keadilan Masyarakat. Gustav
towards the idea of law, which is justice. But justice as an idea as already Aristotle
found out can say no more than that equals shall be treated equally, unequals
unequally. To fill this ideal ofjustice with concrete content, we must turn to utility
as a second component of the idea of law. The question of what is utility can only
third component of the idea of law. It demands positivity of law. The law must be
certain. The demands of Justice and of positivity are invariable parts of the idea of
law, they stand above conflict of political opinion. Utility provides the element of
relativity. But not only utility itself is relative, the relation between the three
components of the idea of law is relative too. How far utility should prevail over
Between these three pillars of the idea of law there is bound to be tension. Justice
Thus the executive tends to make decision in accordance with the individual
t the expense of justice or the consideration of the individual case. Even patiently
history the authoritarian police state tends to make utility the dominant element;
the natural law period emphasizes the element of justice and tries to give it
substance; legal positivism considers nothing but certainty of the law and neglects
both justice and utility. But freer judicial interpretation advocated by modern
Hukum dapat diartikan sebagai suatu gejala masyarakat (social feit) yang
mempunyai segi ganda, yakni kaidah/norma dan perilaku (yang ajeg atau
unik/khas). Namun, dari sisi keilmuan, hukum merupakan objek penyelidikan dan
hukum memiliki karakter yang khas yang direfleksikan dalam sifat normatifnya.
Fokus perhatian ilmu hukum normatif sebagai ilmu praktis adalah mengubah
konkret maupun potensial. Sebagai ilmu praktis normologis, ilmu hukum normatif
berhubungan langsung dengan praktik hukum yang menyangkut dua aspek utama,
adalah tentang intepretasi hukum, kekosongan hukum, antinomy, dan norma yang
aturan yang diberlakukan oleh Negara dan komentar yang menjelaskan atau
sebagai berikut:
“…Legal research is the process of finding the law that governs activities in
human society, it involves locating both the rules which are enforced by the states
hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Meski demikian, tetap terdapat
garis pemisah antara penelitian yang dilakukan pada umumnya dengan penelitian
hukum. Bacon menyatakan bahwa peneliti tidak hanya berangka dari observasi,
namun juga dari membangun hipotesa. Hipotesa mengandung variabel bebas dan
variabel terkait. Variabel bebas adalah faktor yang diduga menyebabkan tejadinya
gejala yang merupakan variabel terkait. Hal ini memang dapat dipahami untuk
adanya gejala tertentu disebabkan oleh faktor tertentu. Oleh karena secara
membuktikan kebenaran hipotesis diperlukan data. Data itu dapat saja berupa
semua populasi atau mungkin hanya sampelnya saja dan sampel ini pun apakah
diperoleh secara random atau purposive atau stratified hal itu bergantung dari
keadaan yang diteliti. Setelah dikoleksi, lalu data dianalisis. Analisis dapat
dengan statistik dan statistik pun ada yang bersifat parametrik dan non-parametrik.
Hasilnya adalah diterima atau ditolaknya hipotesis tersebut. Oleh karena di dalam
juga tidak dikenal istilah data. Begitu pula istilah analisis kualitatif dan kuantitatif
bukan merupakan istilah yang lazim di dalam penelitian hukum. Dengan kata lain
deskriptif bukan merupakan prosedur dalam penelitian hukum. Oleh karena itulah
karena metode itu adalah untuk ilmu-ilmu sosial. Dengan demikian, langkah-
langkah dan prosedur yang terdapat di dalam penelitian sosial tidak berlaku untuk
penelitian hukum.
FOKUS PENELITIAN
menggunakan studi kasus hukum. Dalam hal ini, kasus hukum dikonsepkan
sebagai peristiwa hukum dan produk hukum. Lebih lanjut penjelasan mengenai
atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap
orang. Sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada inventarisasi hukum
sejarah hukum.
implementasi ketentuan hukum positif dan kontrak secara faktual pada setiap
peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyakarat guna mencapai tujuan
ii. Tahap kedua adalah penerapan pada persitiwa in concreto guna mencapai
telah dijalankan secara patut atau tidak. Karena penggunaan kedua tahapan
sebagai perilaku nyata (actual behavior) sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak
Sumber data penelitian hukum empiris tidak bertolak pada hukum postif tertulis,
dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-
hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang
tepat terhadap masalah tersebut. Definisi dari Hillway ini cocok untuk penelitian
masalah hukum. Penelitian hukum normatif sering disebut studi hukum dalam
balik antara hukum dan lembaga-lembaga sosial lain, jadi merupakan studi sosial
sociolegal research.
dan penulisan thesis ini dilatari kesesuaian teori dengan metode penelitian yang
Terdapat dua jenis data dalam penelitian ilmiah, yaitu data primer dan data
sekunder. Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan data dasar
mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut : a. Data sekunder pada umumnya ada
dalam keadaan siap (ready-made); b. Bentuk dan isi data sekunder telah dibentuk
dan diisi oleh penelitipeneliti terdahulu; c. Data sekunder dapat diperoleh tanpa
Secara singkat, data primer adalah data yang harus diperoleh peneliti melalui
jenis data penelitian dengan bahan hukum. Pada penjelasan selanjutnya akan dapat
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian hukum normatif atau penelitian
hukum doktrinal yang condong bersifat kualitatif berdasarkan data sekunder dan
penelitian hukum sosiologis atau non-doktrinal yang condong bersifat kuantitatif
Selain ketiga metode tersebut, dikenal tiga jenis metode pengumpulan data
dengan pencatatan, pemotretan, dan perekaman mengenai situasi dan kondisi serta
dan perkiraan data yang diperlukan. ii. Observasi berupa kegiatan pengumpulan
data di lokasi penelitian dengan berpedoman pada alat pengumpul data yang
proposal penelitian.
perlakuan, tindakan, dan pendapat responden mengenai gejala yang ada atau
peristiwa hukum yang terjadi; ii. Subjek pelaku dan objek perbuatan dalam
peristiwa hukum yang terjadi; iii. Proses terjadi dan berakhirnya suatu peristiwa
hukum; iv. Solusi yang dilakukan oleh pihak-pihak, baik tanpa konflik, maupun
dalam hal terjadi konflik; v. Akibat yang timbul dari peristiwa hukum yang
terjadi. Hingga kini metode wawancara dianggap sebagai metode yang paling
pendapat atau persepsi serta saran responden dan fakta yang terjadi di lokasi
Dalam konteks studi kasus hukum, metode analisis yang banyak digunakan adalah
hukum atau produk hukum secara rinci guna memudahkan interpretasi dalam
menitiberatkan pada penggunaan data primer yang bersumber dari para intelektual
metode analisis yuridis sebagai metode penguraian materi peristiwa hukum yang
diteliti dan ditulis dalam skripsi ini atas dasar pertimbangan penitiberatan
Pada tahap analisis data, secara nyata kemampuan metodologi peneliti diuji
karena pada tahap ini ketelitian dan pencurahan daya piker diperlukan secara
optimal . Terdapat dua jenis analisis, yaitu analisis kuantitatif dan analisis
dipaparkan berikut:
didalamnya;
permasalahan;
dikembangkan;
dilakukan oleh seorang sarjana hukum hanya dengan berdasarkan penguasan dan
4. Pengujian hipotesis, yang dilakukan dan disampaikan penulis dalam Bab IV;
V;
4. Jadwal Penelitian
2017 (10:00-
Dosen Metpen
15:00)
Hukum) MH
2017 (10:00-
15:00)
2017 & II
2017 IV)
Desember & II
2017
& II
& II
I-II 2018
2018 BAAK
2018 MH
III-IV 2018 MH
Daftar Pustaka
Inu Kencana Syafei, 2002, Sistem Pemerintahan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hal.
85-86.)
Dahlan Thaib, 2004, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2004 (Perspektif Hukum Tata
Lyman Tower Sargent, Contemporary Political Ideologies, (Chicago: The Dorsey Press,
Dalam rumusan UUDS 1950 terdapat sedikit perbedaan dengan rumusan Konstitusi RIS
1949, yaitu kata " sedapat mungkin " yang diatur dalam Pasal 34 Konstitusi RIS 1949
dihilangkan
Deddy Supriady Bratakusumah dan Dadang Solihin, 2002,Otonomi Penyelenggaraan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 1 angka 1 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, hal57. Ahmad Ali ,
Christopher Berry Gray, Volume I, 1999:138-140 yang dikutip dari buku prof.Ahmad
Ali,
Encyclopedia of Law & Society; American and Global Perspectives” Jilid 2, 2007:1080
Prof.Purnadi Purbacaraka, S.H. dan Prof.Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A, Perihal
W.Friedman, Legal Theory Third Edition, (London: Steven & Sons Limited,1953), hal
126-127.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Johannes Supranto, “Metode Penelitian Hukum dan Statistik”, Cet. 1 (Jakarta : Penerbit