You are on page 1of 52

Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 7 Penyambungan Material 01

1. Jelaskan mengenai definisi dari “Standar, Kode dan Spesifikasi” dan berilah
beberapa contoh untuk ke tiga istilah tersebut diatas.
Defenisi dari standard :
Standard adalah kumpulan dokumen-dokumen bersikan kode dan spesifikasi.
recommended practice, klasifikasi, dan petunjuk yang telah dipersiapkan oleh suatu
instusi organisasi dan disahkan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Contoh:
 ASME (American Society of Mechanical Engineers)
 EN (European Norm)
 ISO (International Standard Organization)

Defenisi dari Code:


Kode adalah suatu standar yang berisikan kondisi dan persyaratan yang berhubungan
dengan bidang khusus dan mengindikasikan bahwa prosedur yang digunakan telah sesuai
dengan persyaratannya. Kode ini harus diikuti karena menyangkut kepentingan umum
yang menunjuk kepada kebijakan otoritas pemerintah.
Contoh:
 Structural Welding Code-Steel (AWS D1.1)
 Boiler and Pressure Vessel Code (ASME)
 Welded Pipeline and Vessel (APD)

Defenisi dari Spesifikasi:


Spesifikasi adalah suatu standar yang berisikan penjelasan yang rinci dan akurat tentang
persyaratan teknis dari material, produk, sistem atau jasa.
Contoh:
 Filler Metal Specification (AWS A5.X)
 Material Consumable of Welding (ASME sec.IIC)

2. Sebutkan beberapa Standar yang mengatur tentang “Kualitas Pengelasan”


menurut Standar USA maupun Standar Eropa, serta sebutkan Jenis (type) dan
Batasan (restriction) yang ditetapkan dalam standar tersebut.
ASME (American Society of Mechanical Engineers)
a) ASME Sec IX (Qualification Standard for Welding and Brazing Procedure,
Welder, and Welding & Braze Operator).
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 7 Penyambungan Material 01

b) ASME Sec II C (Standard for Material and Consumable of Welding).

Basic Construction Code/Standards:


· ASME sec I, ASME B31.1, ASME
B31.3
· ASME sec VIII Div 1&2

Examination and Welding Personal and


Testing Quality of Welds Welding Procedure
· ASME V · ASME IX

Welding Material
· ASME IIC

EN (European Norm) / European Standard


a) EN 288 (Standard & Qualification Welding Procedure)
b) EN 287 (Standard & Qualification of Welder)
c) EN 1418 (Standard & Qualification of Welding Operator)

· Quality manual and


certificate EN ISO 9000
· Quality requirements for
welding EN 720
Examination and testing Welding Personal
· ISO 5817 · EN 237
· ISO 30042 · EN 1418
· EN 970 · EN 719

Quality of Welds

Safety in welding Welding procedure


· EN 60074 · EN 288
· EN 50078 · EN ISO 15607-5614
Materials
· Metal 10025
· Consumable EN
440, EN 449
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 7 Penyambungan Material 01

3. Sebutkan contoh aplikasi dilapangan (misalnya untuk Boiler & PV, dll) yang diatur
menurut standar USA dan Eropa, serta sebutkan Kode Nomor Standar yang
mengatur Prosedurnya maupun Juru lasnya (welder).

Application Application code / Welding standard


standard Procedure approval Welder approval
Pressure vessel BS 5500 BS EN 288 BS EN 287
ASME VIII ASME IX ASME IX
Process pipe- BS 2633 BS EN 288 (part 3) BS EN 287 (part 3)
work BS 4677 BS EN 288 (part 4) BS EB 287 (part 2)
ANSI/ASME B31.3 ASME IX ASME IX
BS 2971 ASME IX ASME IX
BS EN 288 (part 3) BS 4872/BS EN 287
Structural AWS D1.1 AWS D1.1 AWS D1.1
fabrication AWS D1.2 AWS D1.2 AWS D1.2
BS 5135 BS EN 288 (part 3) BS EN 287
BS 8118 BS EN 288 (part 4) BS EN 287
BS 4872
Storage tanks BS 2654 BS EN 288 (part 3 & 4) BS EN 287
BS 2594 BS EN 288 (part 3 & 4) BS EN 287
API 620/650 ASME IX ASME IX

4. Apa yang dimaksud WPS? Mengapa WPS harus dibuat dalam pengelasan? serta
sebutkan beberapa isi dari WPS.
WPS adalah alat komunikasi dan merupakan alat komunikasi utama untuk semua bagian
yang mencakup bagaimana melakukan proses pengelasan. WPS (Welding Procedure
Specification) digunakan untuk memberitahukan kombinasi variabel-variabel yang
digunakan untuk membuat lasan tertentu. Secara garis besar, WPS mengatur langkah-
langkah yang diperlukan dalam membuat lasan pada kondisi khusus.
Isi yang diatur dalam WPS:
 Proses (SMAW, FCAW)
 Spesifikasi elektroda (AWS A5.1, A5.20)
 Klasifikasi elektroda (E7018, E71T-1)
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 7 Penyambungan Material 01

 Diameter elektroda (1/8 in, 5/32 in)


 Karakteristik listrik yang digunakan (AC, DC+, D -)
 Spesifikasi logam dasar (A36, A572, Gr50)
 Temperatur minimum preheat dan interpass
 Arus pengelasan
 Kecepatan kawat umpan
 Tegangan busur listrik
 Kecepatan pengelasan
 Posisi pengelasan

5. Apa yang dimaksud dengan PQR? Mengapa PQR harus dibuat? dan sebutkan isi
dari dolumen PQR.
PQR adalah dokumen data pengelasan yang digunakan untuk mengelas coupon. PQR
(Procedure Qualification Record) berisi tentang rekam jejak dari parameter untuk
menguji TWPS (Temporary/Trial/Test Welding Procedure Specification). TWPS dapat
diartikan sebagai parameter yang belum diuji kebenarannya karena belum melawati
pengujian. Dalam PQR, semua nilai aktual pengujian yang digunakan dicatat dalam
dokumen ini. Ketika PQR telah melewati tes dengan berhasil, WPS dapat ditulis dari
PQR tersebut.
Isi yang diatur dalam PQR:
 Proses
 Spesifikasi elektroda
 Klasifikasi elektroda
 Diameter elektroda
 Karakteristik listrik yang digunakan
 Spesifikasi logam dasar
 Temperatur minimum preheat dan interpass
 Arus pengelasan
 Kecepatan kawat umpan
 Tegangan busur listrik
 Kecepatan pengelasan
 Posisi pengelasan
 Tipe gas pelindung dan kecepatan alir
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 7 Penyambungan Material 01

 Detail joint design


 Type and remove of line-up clamp
 Cleaning and/or grinding

6. Jelaskan 3 (tiga) variabel yang ada di WPS dan sebutkan contoh dari masing
variable-variabel tersebut.

1. Essential Variabel
Merupakan variabel-variabel dasar yang sangat mempengeruhi proses pengelasan.
QW-401.1 Essential variable (procedure)
Perubahan kondisi pengelasan akan mempengaruhi sifat-sifat mekanik (daripada
ketangguhan notch) dari weldment.
QW-401.2 Essential variable (performance)
Perubahan kondisi pengelasan akan mempengaruhi kemampuan welder untuk
mendeposit atau menempatkan weld metal.

2. Nonessential Variabel
Semua variabel yang apabila berubah dapat dibuat dalam WPS tanpa kualifikasi
ulang (QW-251.3)

3. Additional Variabel (Supplemental Essential Variable)


Merupakan variabel-variabel tambahan yang sifatnya mempengaruhi proses
pengelasan.

7. Jelaskan mengenai persyaratan Pengujian Impak hasil lasan di WPS. Kapan


variable tersebut masuk di “Essential Variabel” dan Kapan harus masuk di
“Additional Variable”.

Syarat dari pengujian impak hasil lasan :

· Temperatur yang digunakan.


· Engergy yang dikeluarkan
· Design yang sesuai standard
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 7 Penyambungan Material 01

Variabel tersebut dapat berubah dari additional variable masuk kedalam essential
variable ketika pada proses pengelasan mensyaratkan impact test atau notch-toughness
test. Begitu juga sebaliknya.
8. Apa yang dimaksud dengan F-Number, A-Number dan P-Number? Berapa P-
Number untuk baja austenitik 316 sesuai dengan standar USA.

P-Number adalah penandaan oleh ASME Boiler and Pressure Code untuk
mengkategorikan komposisi kimia dan kemampulasan dari logam yang digunakan untuk
fabrikasi dari barang penahan tekanan.

Spec Grade UNS P G KSI D1.1 group


A-167 Type 316-L S31603 S8 SG1 70 U
P-Number untuk Baja Austenitic 316:

F-Number adalah klasifikasi untuk logam pengisi.

9. Bandingkan pengkodean untuk posisi pengelasan berdasarkan standar USA dan


Eropa serta gambarkan skematis nya, menggambar gambar skematik

Pengkodean Posisi Las Eropa:


Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 7 Penyambungan Material 01

Pengkodean Posisi Las Amerika :

10. Buatlah RESUME (ringkasan) mengenai artikel “WHAT EVERY ENGINEER


SHOULD KNOW ABOUT WELDING PROCEDURES" written by Duane K.
Miller, Sc.D., P.E. Seperti terlampir dalam Folder Kuliah 08.

Variabel-variabel yang terdapat pada Welding Procedure Specification (WPS):


 Proses (SMAW, FCAW)
 Spesifikasi elektroda (AWS A5.1, A5.20)
 Klasifikasi elektroda (E7018, E71T-1)
 Diameter elektroda (1/8 in, 5/32 in)
 Karakteristik listrik yang digunakan (AC, DC+, D -)
 Spesifikasi logam dasar (A36, A572, Gr50)
 Temperatur minimum preheat dan interpass
 Arus pengelasan
 Kecepatan kawat umpan
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 7 Penyambungan Material 01

 Tegangan busur listrik


 Kecepatan pengelasan
 Posisi pengelasan
 Tipe gas pelindung dan kecepatan alir
 Detail joint design

Pengaruh dari Variabel-variabel pada Pengelasan


WPS adalah penguraian langkah-langkah yang diperlukan untuk pengelasan dengan
menggunakan variabel tertentu dalam kondisi tertentu agar menghasilkan sesuai dengan
yang diinginkan

Pengaruh/efek dari pengelasan dari variabel tersebut bergantung kepada proses


pengelasan yang dilakukan, tetapi secara umum efek ini terjadi pada semua proses
pengelasan. Hal ini penting untuk membedakan antara sistem electric welding dengan
arus konstan (CC) dan tegangan konstan (CV). Pada CC welding dilakukan pertahanan
metal arc welding, sedangkan pada CV welding dilakukan bijih fluks welding dan gas
metal arc welding. Berikut adalah beberapa variabelnya:

1. Amper / Arus
Amper merupakan variabel utama dalam menentukan berapa heat yang ingin di
berikan.
· CC welding : Arus yang digunakan diatur pada mesin, perubahan arus
dipengaruhi perubahan panjang busur. Semakin meningkatnya panjang busur
maka akan mengurangi arusnya.
· CV welding : Arus dipengaruhi oleh meningkatnya kecepatan wire feed
2. Tegangan busur
Tegangan busur akan mempengaruhi panjang dari busur tersebut. Semakin
meningkatnya tegangan maka panjang busur juga akan semakin meningkat.
· CC welding : Tegangan ditentukan oleh panjang busur.
· CV welding : Tegangan ditentukan pada penganturan pada mesin yang
digunakan, sehingga di dapatkan panjang busur yang tetap pada prosesnya.
Tegangan pada welding circuit tidak konstan, tetapi terdapat tegangan yang hilang.
Cara yang paling akurat untuk menentukan tegangan adalah dengan mengukur
tegangan yang hilang antara ujung kontak dan benda yang digunakan.
3. Kecepatan
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 7 Penyambungan Material 01

Satuan dari kecepatan pada welding yaitu inchi per menit. Kecepatan adalah tingkat
dimana elektroda relatif berpindah ke ujung kontak.
· Kecepatan wire feed t : Menentukan tingkat elektroda yang melewati welding
gun dan berpindah ke busur.
4. Electroda extension / ESO
ESO adalah jarak antara ujung kontak dengan akhir dari elektroda dan hanya berlaku
pada proses wire feed. ESO digunakan untuk mendapatkan tingkat deposisi yang lebih
tinggi saat ada pemberian arus, ketika ESO meningkat tanpa adanya perubahan
kecepatan, arus akan berkurang.
5. Diameter Electroda
Elektroda dengan diameter yang besar akan memberikan arus yang lebih tinggi pada
proses pengelasan. Sedangkan, pada arus yang tetap penggunaan elektroda dengan
diameter yang kecil akan menghasilkan tingkat deposisi yang tinggi. Hal terebut
karena efek dari kepadatan arus yang terjadi.
6. Polaritas
Polaritas adalah arah arus.
· Polaritas positif, terjadi jika elektroda terhubung ke terminal positif yang biasa
disebut juga arus searah (DC).
· Polaritas negatif, terjadi jika elektroda terhubung ke terminal positif dan
mengalir ke arah terminal positif.

7. Medan magnet
· Medan magnet yang mengelilingi konduktor DC dapat menyebabkan
fenomena arc blow, dimana busur secara fisik akan di belokkan oleh medan
magnet.
· Pada konduktor AC tidak rentan terhadap arc blow bahkan terkadang
konduktor AC dapat digunakan untuk mengatasi fenomena tersebut.
8. Heat input
Heat input yang tinggi akan mempengaruhi daerah weld cross sectional yang juga
akan s
emakin besar dan juga heat affected zones yang semakin besar yang pada akhirnya
akan berpengaruh tidak baik pada sifat mekanik dari daerah tersebut.
9. Current Density
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 7 Penyambungan Material 01

Current density dapat ditentukan dengan cara membagi arus yang digunakan saat
pengelasan dengan luas penampang elektroda. Saat current densitynya meningkat,
deposisi dan penetrasi juga akan meningkat.
10. Preheat dan Suhu interpass
Biasanya digunakan untuk mengontrol kemungkinan terjadinya retak yang terdapat
pada dasar bahan yang digunakan.

Kualifikasi Awal WPS:

Prequalified WPS merupakan hal-hal yang dibuat oleh komite AWS D1 sebagai
acceptable performance dan tidak memasukkannya ke pengujian kualifikasi apa prosedur
pengelasan. Persyaratan kode yang dibebaskan oleh prequalifikasi adalah
nondestructuive testing dan mechanical testing. Agar WPS dapat diprekualifikasi, haru
dipenuhi kondisi berikut ini :
o Prosedur pengelasan yang harus diprekualifikasi hanya SMAW, SAW, GMAW
(kecuali GMAW-s) dan FCAW (D1.1-96, paragraph 3.2.1).
o Kombinasi dari base metal/filler metal harus diprekualifikasi sebagaimana pada
D1.1-96, paragraph 3.3, tabel 3.1
o Temperatur minimum preheat dan interpass harus sesuai dengan D1.1-96, paragraph
3.3, tabel 3.2
o Persyaratan khusus untuk setiap jenis pengelasan harus dikontrol. Pengelasan fillet
harus sesuai dengan D1.1-96, paragraph 3.9, pengelasan plug dan slot harus sesuai
dengan D1.1-96, paragraph 3.10, dan pengelasan groove harus sesuai dengan D1.1-
96, paragraph 3.11, 3.12 dan 3.13. Preparasi dari dimensi groove diatur pada D1.1-96,
gambar 3.3 dan 3.4.

Meskipun detail prekualifikasi sambungan telah ditentukan, prosedur pengelasan harus


dikualifikasi dengan pengujian apabila kondisi prekualifikasi tidak diperoleh. Misalnya
prekualifikasi yang digunakan untuk baja yang belum diketahui maka prosedur
pengelasan harus dikualifikasi dengan pengujian.

Status kualifikasi awal harus sesuai dengan parameter procedural sebagaimana terdapat
pada D1.1-96, tabel 3.7, dan termasuk diameter maksimum elektroda, arus maksimum,
root pass thickness maksimum, fill pass thickness maksimum, single-pass filler weld size
maksimum dan single pass weld layer maksimum (D1.1-96, table 3.3).
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 7 Penyambungan Material 01

Kontraktor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa parameter khusus dari


prekualifikasi WPS sesuai dengan aplikasi khusus. Misalnya WPS yang diajukan untuk
membuat ¼ inchi fillet weld pada 3/8 inchi A36 steel pada posisi mendatar. Jenis lasan
dan steel diprekualifikasi. Filler metal yang dipilih adalah F7 A2-EM12K, sesuai dengan
persyaratan pada D1.1-96, tabel 3.1. Tidak ada preheat khusus, diameter elektroda yang
dipilih 3/32 inch, spesifikasi maksimum ditentukan pada D1.1-96, tabel 3.2. Single pass
weld size maksimum tidak diatur pada D1.1-96, table 3.7 sehingga ¼ inchi ukuran fillet
bisa diprekualifikasi. Arus yang dipilih adalah 800A, yaitu lebih rendah dari kuat arus
maksimum yang ditentukan pada D1.1-96, tabel 3.7.

Panduan untuk Menyiapkan Kualifikasi Awal WPS

Langkah awal saat membuat prequalified WPSs adalah membuat welding parameter
yang sesuai untuk aplikasi umum. Ketebalan material yang digunakan menentukan
ukuran elektroda dan kuat arus. Filler metal spesifik yangdipilih akan menunjukan
persyaratan kekuatan dari sambungan. Bila parameter yang diharapkan telah diperoleh,
maka perlu dilakukan penilaian bedasarkan kode pada D1.1-96 yang mengandung
persyaratan-persyaratan bagi prekualifikasi. Apabila ada parameter yang menyimpang
dari persyaratan ini, seorang kontraktor dapat melakukan dua hal :
1) Prosedur persiapan disesuaikan dengan batasan pada prekualifikasi, atau
2) Melakukan pengujian kualifikasi terhadap WPS

Langkah selanjutnya adalah menulis dokumen dari syarat-syarat WPS yang telah
diprekualifikasi.

Pengujian Untuk Mengkualifikasi Prosedur Pengelasan

 Pelaksanaan pengujian kualifikasi.


 Prosedur pengelasan harus diuji karena dua alasan, pertama karena adanya kontrak
dan kedua karena pada kondisi tertentu dapat menyebabkan penyimpangan terhadap
kualifikasi awal. Langkah pertama dalam mengkualifikasikan prosedur pengelasan
adalah prosedur yang ingin diuji misalnya proses pengelasan, logam pengisi, kualitas
baja, jenis sambungan, ketebalan material, temperatur preheat, minimum interpass
temperature level, kuat arus, potensial dan kecepatan pengelasan. Parameter-
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 7 Penyambungan Material 01

parameter tersebut dicatat pada Prosedure Qualification Record (PQR). Jenis-jenis


pengujian kualifikasi terdapat pada D1.1-96, paragraph 4.4.

 Membuat WPS dari PQR yang baik


 Dari sebuah PQR yang baik dapat dibuat lebih dari satu macam WPS yang sesuai
dengan persyaratan pengujian. Perubahan yang cukup signifikan untuk menjamin
pengujian tambahan sebagai variabel esensial terdapat pada D1.1-96, tabel 4.5, 4.6
dan 4.7. Tabel 4.1 dalam D1.1-96 berisi tentang jenis-jenis dan posisi pengelasan
yang disyararkan untuk berbagai pengujian.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

1. Jelaskan definisi kemampulasan dan faktor apa saja yang mempengaruhi sifat
tersebut.
Kemampulasan (weldability) didefinisikan sebagai kemampuan material untuk dapat dilas di
bawah kondisi perakitan khusus sehingga sesuai dengan desain struktur dan dapat
menunjukkan performa yang memuaskan di lapangan. Dengan kemampulasan yang tinggi
material dapat dilas di bawah kondisi perakitan khusus sehingga dapat menghasilkan hasil
las sesuai dengan desain struktur dan dapat menunjukan performa maksimal di lapangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampulasan adalah:
 Desain dari lasan.
 Kondisi lapangan (services).
 Pemilihan proses pengelasan.
 Sifat-sifat material, antara lain: temperatur titik lebur dan titik uap, sifat listrik dan
panas, afinitas lasan terhadap O, N, dan H, keberadaaan lapisan film di permukaan
logam induk.
2. Jelaskan kemampulasan dari baja karbon. Jenis baja karbon yang mana yang
memiliki
kemampulasan terbaik.
Kemampulasan dari baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon yang terkandung
dalam baja karbon. Dimana berdasarkan kadar karbonnya, baja karbon terbagi menjadi:
- low carbon steel
- mild steel
- medium carbon steel
- high carbon steel
Dimana kemampulasan dari baja karbon tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

Untuk menentukan kemampulasan baja karbon, kita harus mempertimbangkan nilai CE


(Carbon Equivalent). Dimana untuk nilai CE < 0,4 maka weldability dari baja karbon
tersebut excellent.

3. Jelaskan hubungan antara komposisi logam yang akan dilas dengan sensitifitas retak.
Ukuran atau parameter apa yang dipakai untuk menentukan sensitifitas retak lasan.
Sebutkan beberapa rumusan yang saudara ketahui.
Hubungan antara komposisi logam yang akan dilas dengan sensitifitas retak  dengan
meningkatnya kadar karbon maka akan mempermudah terbentuknya martensit. Dengan
terbentuknya struktur martensite pada hasil las akan membuat hasil las menjadi getas.

Namun bila CE < 0.4 maka tidak terjadi adanya retak. Hal ini dapat terlihat pada diagram di
bawah:
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

Ukuran atau parameter yang dipakai untuk menentukan sensitifitas retak lasan ialah Carbon
Equivalent (CE) dan ketebalan (kedua faktor tersebut menentukan preheat diperlukan atau
tidak).
Beberapa rumusan yang diketahui :

4. Jelaskan hubungan antara peak temperature dengan cooling rate logam yang dilas
apabila material tsb hasil canai (rolling). Jelaskan juga daerah mana yang mengalami
degradasi properties (kekuatan, impak & keuletan).
Pada produk hasil canai, saat peak temperature, butir akan terekristalisasi pada daerah HAZ,
sehingga keuletan meningkat, namun jika panas ditahan lama maka akan terjadi grain
growth. Cooling rate yang cukup tinggi akan menahan terjadinya grain growth sehingga
butir yang didapatkan tetap kecil & material jadi ulet. Sementara based material karena tidak
terkena panas, tidak akan terjadi rekritalisasi sehingga sifatnya masih kuat dan keras,
dibanding hasil lasan & HAZ-nya.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

5. Jelaskan secara skematis weldability baja karbon medium yang dilakukan pengerasan
dengan perlakuan panas (heat treatment). Jelaskan juga daerah mana yang
mengalami degradasi properties (kekuatan, impak & keuletan).
Jawab:

Gambar di atas merupakan skema pengelasan material hasil heat treatment dan hubungannya
terhadap sifat mekanis hasil lasan. Grafik pada bagian bawah menunjukkan bahwa pada
daerah HAZ akan mengalami peningkatan kekuatan dan keuletan, namun kekuatan dan
keuletan tersebut akan menurun drastis pada batas daerah dekat fine grain (memasuki daerah
α + martensit).

Gambar di atas merupakan skema pengelasan material hasil heat treatment dan
hubungannya terhadap sifat mekanis hasil lasan. Grafik pada bagian bawah menunjukkan
bahwa pada daerah HAZ akan mengalami peningkatan kekuatan dan keuletan, namun
kekuatan dan keuletan tersebut akan menurun drastis pada batas daerah dekat fine grain
(memasuki daerah α + martensit).

6. Jelaskan hubungan antara besar butir di daerah HAZ dengan kekuatan impak
material yang di las. Daerah mana yang mengalami penurunan nilai impak khususnya
untuk baja karbon.
Kekuatan impak didasarkan pada nilai ketangguhan suatu material. Material dikatakan
tangguh jika dia memiliki kekuatan tinggi, namun tetap ulet, sehingga dapat menyerap
energi dengan baik tanpa terjadinya perpatahan. Butir pada daerah HAZ sebaiknya
merupakan gabungan antara yang coarse dan yang fine, seperti pada hasil lasan yang dianil,
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

dimana terdapat kesetimbangan antara kekuatannya dan keuletannya. Pada baja karbon
umumnya penurunan nilai impak terjadi pada daerah yang keuletannya rendah, yaitu pada
daerah HAZ.

7. Jelaskan fungsi t-8/5 dalam menentukan struktur mikro daerah HAZ dn diagram apa
yang saudara harus gunakan khususnya untuk baja karbon.
Siklus temperatur-waktu  hal penting untuk menentukan sifat mekanis dari sambungan
lasan setelah pengelasan. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk lasan, energi yang digunakan,
temperature preheat. Biasanya siklus temperatur-waktu selama pengelasan ditentukan oleh
t8/5 dimana waktu pendinginan terhitung pada temperature 800 hingga 500oC. Kekerasan
HAZ berkurang jika cooling time 800-500 besar. Namun meningkatkan cooling time akan
menurunkan ketangguhan dari HAZ, menurunkan nilai impak.

8. Jelaskan hubungan hardenability dengan weldability untuk baja karbon.


Hubungan antara Hardenability dan Weldability  semakin tinggi hardenability dari suatu
material (makin mudah terkeraskan karena terbentuknya martensit) maka weldability
material tersebut semakin buruk (kemampulasannya rendah). Hal ini terjadi karena dengan
semakin tinggi hardenability akan semakin mudah terbentuknya struktur martensite yang
keras tapi getas.
9. Pemanasan awal (preheating) dan pemanasan akhir (PWHT) merupakan suatu keharusan
pada pengelasan baja karbon tinggi untuk mencegah terjadinya retak las.

a. Jelaskan secara prinsip, tujuan utama ke dua treatment tersebut dalam mencegah
terjadinya retak las.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

Preheating

Prinsip  memanaskan benda las sebelum dilakukan pengelasan untuk mengurangi


kekerasan HAZ dan cacat-cacat lain yang bisa terjadi karena perbedaan temperature
solidifikasi.

Tujuan:

 memperkecil kecepatan pendinginan pada logam induk & logam lasan, sehingga
membuat lebih ulet dan tahan terhadap retakan.

 memperkecil kecepatan pendinginan untuk memberi kesempatan hydrogen keularm


sehingga memperkecil retakan.

 memperkecil tegangan sisa akibat penyusutan pada logam lasan yang berbatasan
dengan logam induk.

 meningkatkan ketahan terhadap kegetasan yang terjadi pada fabrikasi.

PWHT

Prinsip  perlakuan panas yang dilakukan setelah pengelasan untuk meningkatkan sifat
fisik lasan

Tujuan:

 mereduksi stress karena proses manufaktur.

 meningkatkan ketahanan terhadap brittle fracture.

 meminimalkan potensial hydrogen induced cracking.

b. Sebutkan parameter apa saja yang digunakan dalam menentukan besar kecilnya
pemanasan tersebut baik secara metalurgi maupun aturan kode pengelasan.
Parameter pemanasan:
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

Preheat  ditentukan berdasarkan nilai Carbon Equivalent.

Kemudian, nilai CE dicocokkan pada tabel, Sehingga didapatkan temperature preheat yang
dibutuhkan.

Preheating Requirement Based on CE

CE (%) Preheating Required

Up to 0.45 Preheat optional

0.45 to 0.60 Preheat to 93 – 205 deg C

Over 0.60 Preheat to 205 to 370 deg C

PWHT  hasil lasan dipanaskan pada temperature 600-650 C dan ditahan selama 1
jam/25mm.

10. Suatu baja konstruksi (carbon steel) dengan tipe A515 grade 70 untuk bejana tekan
(pressure vessel) memiliki komposisi kimia 0.35% C, 1.2% Mn, 0.4% Si, 0.25%Cr,
0.1%Ni, 0.2%Cu, 0.1%V. Hitunglah karbon ekivalen (CE) menurut IIW dan jelaskan
kemampulasan dari baja tersebut serta treatment apa saja yang menurut saudara
harus dilakukan pada pengelasan material tersebut. Gunakan data tabel dibawah
untuk analisa saudara.
Preheating Requirement Based on CE
CE (%) Preheating Required
Up to 0.45 Preheat optional
0.45 to 0.60 Preheat to 93 – 205 deg C
Over 0.60 Preheat to 205 to 370 deg C
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

( Mn ) (Cr  Mo  V ) ( Ni  Cu )
CE  C   
6 5 15
(1,2) (0.25  0  0.1) (0.1  0.2)
CE  0,35   
6 5 15
CE  0,64 %

Sehingga, preheat yang harus dilakukan adalah pada temperature 205-370oC. Berdasarkan
kandungan karbonnya, baja tersebut termasuk ke dalam kategori medium carbon steel
dimana dalam hal kemampulasannya diperlukan preheat dan postheat pada temperatur 205 -
3700C. Kemudian harus menggunakan elektroda yang rendah hidrogen, adanya
pengontrolan temperatur pada saaat perubahan antarfasa, dan dilakukan post weld heat
treatment setelahnya untuk menghilangkan tegangan.

11. Jelaskan Baja Paduan Rendah (Low Alloy Steel) dan jenis baja mana yang memiliki
kemampulasan yang baik serta faktor apa saja yang digunakan untuk menentukan
weldability baja tsb. Sebutkan penggunaan baja tsb (aplikasinya) di lapangan!
Baja paduan rendah biasanya digunakan untuk mencapai hardenability lebih baik, yang pada
gilirannya akan meningkatkan sifat mekanis lainnya. Mereka juga digunakan untuk
meningkatkan ketahanan korosi dalam kondisi lingkungan tertentu. Dengan menengah ke
tingkat karbon tinggi, baja paduan rendah sulit untuk las. Menurunkan kandungan karbon
pada kisaran 0,10% menjadi 0,30%, bersama dengan beberapa pengurangan elemen paduan,
meningkatkan weldability dan sifat mampu bentuk baja dengan tetap menjaga kekuatannya.
Seperti logam digolongkan sebagai baja paduan rendah kekuatan tinggi.
Faktor yang mempengaruhi kemampulasan suatu baja adalah unsur paduan yang
dikandungnya, semakin banyak unsur paduan khususnya karbon maka akan semakin
menurun kemampulasan suatu baja.
Baja HSLA pada saat ini banyak banyak digunakan dalam perencanaan konstruksi las, oleh
karena itu perlu diketahui ketangguhan yang dimiliki sambungan las pada baja HSLA.

12. Jelaskan Klasifikasi Baja menurut standard Jepang (JIS). Berikan penjelasan jenis
jenis baja apa saja yang dapat di las menurut kode tsb.
Dalam klasifikasi JIS baja dibagi berdasarkan klasifikasi berikut:
o Berdasarkan penggunaan
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

o Baja struktural: seri SS


o Struktur yang di las: seri SM
o Baja konstruksi bagunan: seri SN
o High strength steel, yaitu baja dengan tensile strength > 490Mpa: HT, HW, SPV
o Baja untuk aplikasi pada tempratur rendah: SLA-series, Al, Ni, Austenite stainless
steel
o Baja untuk aplikasi pada tempratur tinggi: SB-series
o Baja dengan ketahanan korosi atmosfir: SMA

13. Jelaskan secara singkat beberapa penguatan baja paduan rendah. Jelaskan
peran/fungsi paduan rendah (low alloys) dalam penguatan baja tsb.
Secara umum terdapat lima metode penguatan baja, yaitu :
 Solid solution strengthening, yaitu penguatan baja dengan penambahan unsur
paduan seperti Mn, Ni, dll.
 Grain size/grain refinement strengthening, yaitu penguatan baja dengan
menghaluskan ukuran butir baja tersebut.
 Strain hardening/pengerasan kerja, yaitu penguatan dengan melakukan pengerjaan
dingin pada baja sehingga dicapai dislocation interlocking.
 Quench/age hardening, yaitu dengan menghasilkan fase martensite atau tamper
martensite.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

Secara umum baja dikeraskan dengan cara meningkatkan kandungan karbon, namun
peningkatan kandungan karbon akan menurunkan weldability dari baja, dengan
menggunakan paduan rendah dan melakukan pengerasan melalui metode-metode yang
disebutkan diatas dapat dicapai baja dengan kekuatan yang tinggi namun kandungan karbon
yang rendah.

14. Pada proses TMCP pada baja, faktor apa saja yang dikontrol diproses tsb agar
diperoleh baja dengan kekuatan yang tinggi.
Faktor-faktor yang harus dalam proses TMCP antara lain adalah sebagai berikut:
o Tempratur proses.
o Laju pendinginan.
o Proses pencanaian
o Tekanan yang diberikan.
o Kecepatan proses pencanaian.

15. Jelaskan metoda pendekatan (approach) apa yang dilakukan dalam mengurangi cacat
(problem) “Cold Cracking” pada baja paduan rendah, Beri contohnya
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencegah cold craking antara lain adalah
:
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

 Mengurangi kadar hidrogen, dengan cara sebagai berikut


 Menggunakan elektroda rendah hidrogen
 Pemanggangan elektroda
 Melakukan pengelasan tanpa flux
 Melakukan preheating
 Modifikasi mikrostruktur, dengan cara :
 Melakukan preheating
 Memvariasikan parameter pengelasan
 Menjalankan rule of thumb berikut :
 Lakukan preheating jika carbon equivalent < 0.4 ketebalan <0.3mm.
 Material menjadi tidak rentang terhadap HAC/cold cracking jika kekerasan
HAZ < 350 VHN.

16. Jelaskan metoda pendekatan (approach) apa yang dilakukan dalam mengurangi cacat
(problem) “Reheat Cracking” pada baja paduan rendah. Beri contohnya.
Reheat cracking merupakan jenis retak yang terjadi pada baja HSLA. Hal ini desebabkan
oleh sifat logam yang cendrung getas dari HAZ. Metode yang dapat dilakukan untuk
mencegah reheat cracking antara lain adalah :
 Pemilihan material dengan kandungan pengotor yang rendah
 Mengurangi CGHAZ dengan teknik pengelasan berikut
 Buttering
 Temper-bead technique
 Two stage PWHT

17. Jelaskan penyebab terjadinya ”temper embrittlement” pada lasan baja paduan
rendah.
Temper embrittlement terjadi akibat adanya impurity yang mengalami segregasi pada batas
butir pada range tempratur 350-600oC hal ini mengkaibatkan baja kehilangan
ketangguhannya dan mudah mengalami perpatahan.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

18. Jelaskan weldability baja Cr-Mo Steel, probelem apa saja yang terjadi dan cara
mengatasinya.
Baja Cr-Mo umumnya mengandung 1-12%Cr dan 0.5-1%Mo. Dengan melihat relatif
tingginya kandungan unsur paduan baja jenis ini, kemampulasan dari baja ini cukup rendah
namun masih dapat dilas dengan pretreatment dan posttreatment yang sesuai. Masalah yang
umumnya terjadi pada baja jenis ini adalah cold cracking dan reheat cracking, untuk
mencegah hal tersebut perlu dilauukan PWHT pada tempratur antara 650-760oC.

19. Jelaskan weldability baja HSLA dan probelem yang terjadi dan jelaskan cara
mengatasinya.
Baja HSLA memiliki kandungan karbon dan elemen paduan yang rendah sehingga memiliki
kemampulasan yang baik. Hal yang menjadi masalah adalah sebagai berikut:
o Paduan seperti niobium, titanium, vanadium, dll dapat mengalami dilusi dari logam
dasar ketika pengelasan terjadi.
o Rentan terhadap grain growth pada area CGHAZ
o Pelunakan pada HAZ.
o Rentan mengalami HAC.
Pencegah permasalahan pada pengelasan umumnya dilakukan cara berikut ini:
o Preheat dan dilakukan pengaturan interpass temperature.
o Perhitungan kebutuhan preheat dan interpass didasarkan pada sucepptibility index,
carbon equivalent, dan compositional parameter.

20. Jelaskan weldability baja galvanis (Galvanized Steels) , probelem apa saja yang terjadi
dan cara mengatasinya.
Umumnya baja galvanis sulit untuk dilas dan membutuhkan perlakuan khusus dalam
pengelasannya, hal ini umumnya disebabkan oleh lapisan zink yang menjadi pelasi dari inti
baja. Masalah utama yang sering terjadi pada pengelasan baja galvanis adalah zinc
penetration cracking yaitu retak akibat adanya intergranular penetration zink kedalam
logam las. Penetrasi ini terjadi aibat rendahnya temperatur lebur dari seng sehingga seng cair
dapat menyerang llogam las baja disepanjang batas butir dan menghasilkan senyawa yang
berisfat rapuh. Untuk mencegah atau mengurangi retak ini dapat dilakukan metode single
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 8 Penyambungan Material 01

atau double bavel¸ menghilangkan lapisan dan menjaga root opening yang sesuai, dan
menggunakan elekroda SMAW E6012, E6013, dan E7016
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

1. Jelaskan Jenis baja tahan karat dan perbedaan masing-masing. Tunjukkan lokasi
baja tersebut di dalam diagram Schaefler.
Baja (steel) merupakan material yang sering digunakan dan dijumpai pada kehidupan kita
sehari-hari. Kandungan utama dalam baja adalah ferrous atau iron. Selain ferrous, ada
kandungan lain yang selalu ada pada baja. Kandungan lain yang selalu ada dalam baja
adalah karbon dan manganese
Berdasarkan jenis fasa baja dibagi menjadi ferritik, austenitik, martensitik, dan duplex.
Perbedaaan pada kandungan unsur tambahan yang digunakan.
a. Ferritik
SS 430 (16-18% Cr) dan 407 (10-12% Cr)
Masalah yang dapat terjadi :
 Pengkasaran butir dan ketangguhan HAZ rendah karena laju difusi Fe tinggi
sehingga menyebabkan HI rendah
 Kemungkinan terbentuk martensit dari austenit (keras dan getas)
 Sensitasi : pembentukan endapan karbida atau nitrida akibat proses pemanasan

b. Austenitik(Ni>7%)
Paling mudah dilas dan yang paling umum dipakai SS304, cacat yang mungkin
terjadi adalah solidification cracking, weld decay, liquation cracking.

c. Ferritik-Austenitik (duplex)
Terdiri dari dua fasa yaitu ferrit dan austenit. Perbandingan fasa idealnya 50:50.
Masalah yang dapat terjadi :
 Low arc energy menyebabkan kandungan ferrit meningkat sedang sebaliknya
akan terbentuk fasa sigma.
 Sulit mendapat austenit 50% sehingga perlu ditambahkan nickel (over matching).
 Kemungkinan pertumbuhan butir (grain growth) dari full-ferrit pada HAZ
menyebabkan ketangguhan menurun, sehingga masukan panas perlu dikontrol.

d. Martensitik (Hi Carbon)


Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

 Martensitik SS (AISI 400/UNS S 40000 series) paling sulit dilas


 Aplikasinya adalah untuk material tahan aus
 Masalah yang sering muncul adalah retak las yang dapat dihindari dengan
melakukan preheating.

Diagram Schauffer

2. Jelaskan weldability dari baja tahan karat. Dan urutan tertinggi hingga terendah
dalam hal kemampulasannya.
Weldability adalah kekampuan baja tahan karat untuk dilakukan proses pengelasan atau
tidak. Semakin tinggi weldability baja tahan karat, kemampuan untuk dilasnya semakin
mudah. Weldability baja tahan karat tergantung kadar karbon. Makin tinggi kadar karbon
makin sulit dilas.
Urutannya dari yang paling mudah dilas (weldabilitynya tinggi) :
1. Austenitic SS
2. Ferritic SS
3. Duplex SS
4. Martensitic SS
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

3. Jelaskan mekanisme terjadinya weld decay (korosi batas butir) dan cara
pencegahannya.
Mekanisme terjadinya weld decay berawal dari baja tahan karat yang mengalami
pengelasan pada suhu 500oC – 800oC. Pada suhu ini, akan terjadi endapan karbida Cr23C6
pada batas butir. Endapan ini membuat ada daerah yang miskin oleh kromium sehingga
daerah yang miskin kromium ini menjadi mudah terkorosi.

Cara pencegahannya :
 Menambahkan unsur Ti dan Nb yang berfungsi sebagai stabilizer
 Penghilangan endapan karbida dengan metode solution treatment pada suhu
1050oC lalu diikuti pendinginan cepat.
 Menggunakan SS yang kandungan karbonnya rendah

4. Jelaskan mekanisme terjadinya solidification cracking dan cara pencegahannya.


Solidification cracking terjadi jika logam las membeku sebagai fasa tunggal gamma (γ),
full austenit, dimana cenderung untuk mengalami segregasi dengan unsur-unsur yang
rendah titik leburnya seperti sulfur dan fosfor.
Terjadinya retak tersebut tergantung pada :
 Geometri sambungan dan rigiditasnya yang menentukan derajat restraint sebagai
faktor penentu level tegangan yang ditimbulkan.
 Rentang suhu material
 Komposisi kimia

Pencegahannya :
o Menciptakan 5-10% δ-ferrite pada logam las melalui pemilihan kawat las yang
tepat.
o Memastikan SS yang dilas tidak mengandung pengotor serta menggunakan fluks
saat mengelas untuk melindungi SS dari impurities.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

5. Jelaskan problem yang umumnya terjadi pada pengelasan baja tahan karat feritik.
Masalah yang sering terjadi :
 Pengkasaran butir dan ketangguhan HAZ yang rendah. Hal ini disebabkan oleh
laju difusi Fe yang tinggi
 Kemungkinan terbentuknya fasa selain ferrite, seperti : martensite dari austenite
yang bersifat sangat kers dan getas
 Terjadinya sensitasi, dimana terbentuknya endapan karbida atau nitrida akibat dari
proses pemanasan pada suhu 500oC – 800oC

6. Jelaskan problem yang umumnya terjadi pada pengelasan baja tahan karat
dupleks.
Masalah yang sering terjadi :
 Sulit mendapatkan fasa austenite 50% sehingga perlu ditambahkan nikel yang
akan menyebabkan over-matching
 Kemungkinan pertumbuhn butir dari full-ferrite pada daerah HAZ yang
menyebabkan ketangguhan menurun, sehingga memasukkan panas perlu
dikontrol
 Energi busur rendah menyebabkan kandungan ferrite meningkat sedangkan jiga
energi terlalu tinggi akan terbentu fasa sigma yang sangat keras.

7. Jelaskan problem yang umumnya terjadi pada pengelasan baja tahan karat
martensitik.
Masalah yang sering terjadi :
 Keretakan las akibat struktur yang sangat keras dan getas didaerah HAZ
 Diperlukan Post Weld Heat Treatment untuk meningkatkan sifat mekanis dan
mengurangi tegangan sisa pada struktur martensite
 Kandungan hidrogen harus rendah dan pakai austenitic filler metal.

8. Proses finishing yang dilakukan pada pengelasan baja tahan karat austenitic dan
apa yang terjadi bila hal tersebut tidak dilakukan.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

 Proses pickling : dengan larutan asam atau pasta untuk mencegah atau menghilangkan
besi oksida, untuk menghilangkan tanda terbakar (heat tint) maupun scale yang
terbentuk akibat pemanasan pada temperatur tinggi.
 Proses pasivasi : untuk menghilangkan tanda terbakar dan menghilangkan besi pada
permukaan SS agar tidak terjadi korosi pitting. Degreasing merupakan proses
penghilangan lemak, minyak, oli dari permukaan SS. Jika proses degreasing tidak
dilakukan maka akan menimbulkan korosi pada daerah las (misalnya Stress Corrosion
Cracking karena adanya tegangan yang diakibatkan oleh adanya tegangan yang
ditimbulkan oleh karbon yang terkandung dalam minyak), bila tidak dilakukan maka
akan terjadi korosi.

9. Jelaskan metoda pengelasan ”dissimilar metal” antara baja karbon dan baja tahan
karat austenitik. Jelaskan pengaruh kawat las bila :
a) Kawat las tidak diberikan (tanpa filler metal/autogeneous)
b) Bila kawat las diberikan dengan menggunakan ER390. Gambar secara skematis
di diagram schaeffler.

Untuk melakukan pengelasan beda logam antara baja karbon dengan baja tahan austenitik
maka digunakan proses pengelasan SMAW dengan arus sebesar 60 amper. Masukan
panas dijaga rendah untuk menghindari crack atau embrittlement. Elektroda yang dapat
digunakan antara lain (tergantung jenis baja) E 304 and R 990.
a) Kawat Las Tidak Diberikan Filler Metal
Penggunaan kawat las akan berpengaruh terhadap besarnya daerah dilusi. Dilusi
adalah perbandingan daerah base metal yang berfusi dibagi seluruh daerah kampuh
las. Berikut merupakan diagram Schaeffler untuk pengelasan dissimiliar baja tahan
karat austenitik dengan baja karbon tanpa filler.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

b) Kawat Las E309


Berikut merupakan diagram Schaeffler untuk pengelasan dissimilar baja tahan karat
austenitik dengan baja karbon menggunakan kawat las E309 :

10. Apa yang dimaksud dengan dillution dalam pengelasan dissimilar metal dan sarat-
sarat dalam mengelas dissimilar metal agar dicapai struktur mikro dan kekuatan
yang baik. Ambil kasus 9 b diatas.
Dilusi ialah perbandingan daerah base metal yang berfusi dibagi dengan seluruh
daerah kampuh las. Dilusi pada dissimilar metal adalah perbandingan daerah base metal
yang berfusi dibagi dengan seluruh daerah kampuh las.
Syarat-syarat dalam mengelas dissimilar metal agar dicapai struktur mikro dan
kekuatan yang baik antara lain:
 Pemilihan Jenis filler elektroda yang tepat
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

Analisis diagram Schaffler menunjukkan bahwa penggunaan elektroda jenis E 308


sudah memenuhi syarat untuk menyambung bahan dissimilar metal antara baja
stainless SUS 304 dengan baja karbon rendah.
 Heat input yang tepat
Masukan panas dijaga rendah untuk menghindari crack atau
embrittlement

11. Jelaskan sifat (properties) dasar aluminium yang sangat berpengaruh dalam
pengelasan melalui metoda las fusi (fusion welding).

Sifat aluminium:

 Tahan korosi
 Ringan
 Kekuatan tinggi
 Kemampulasan baik
 Beberapa paduan Al memiliki kekuatan yang sama dengan baja

Syarat agar kualitas las terpenuhi yaitu:

1. Harus dihindari terbentuknya retak las (forming cracks).


2. Harus memenuhi kekuatan sesuai standar.
3. Kemampuan untuk dideformasi
4. Ketahanan korosinya harus baik
5. Kesamaan warna setelah di anodizing
6. Cacat porositas maupun inklusi seminimum mungkin dan sesuai dengan standar
penerimaan (acceptance criteria)

Sehingga selama proses pengelasan pengaruh pada material aluminium perlu


diperhatikan sbb:

Saat pembekuan banyak unsur yang terbakar (burn-off) sehingga perlu dieliminir
dengan menggunakan logam pengisi (filler metal). Akibat proses pemanasan dan
pendinginan selama pengelasan, akan terjadi pelunakan/pelemahan (weakening) di
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

daerah HAZ. Untuk itu perlu diatur masukan panas (heat input) las agar hal tsb
terhindari (sebagai akibat solution heat treatment, recrystallisation, ageing atau
recovery annealing).

12. Jelaskan mengapa pada pengelasan Aluminium dengan las TIG lebih disukai
menggunakan arus AC dengan frekuensi tinggi dibandingkan dengan arus DCEN
(DCSP) maupun DCEP DCRP).

Pengelasan Al dengan metode pengelasan TIG lebih disukai menggunakan arus AC


dengan frekuensi tinggi, hal ini disebabkan karena dengan menggunakan arus AC
berfrekuensi tinggi, akan didapatkan heat balance pada busur yaitu 50% pada benda kerja
dan 50% pada elektroda. Sehingga dihasilkan pembersihan terhadap permukaan benda
kerja (alumunium mudah membentuk lapisan oksida Al2O3), selain itu elektroda juga
tidak cepat habis digunakan. Penetrasi yang dihasilkan juga cukup baik

13. Jelaskan faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kawat las yang dipakai untuk
menghindari terjadinya solidification cracking maupun liquation cracking dalam
mengelas aluminium dan paduannya. Beri contoh untuk pelat AA6061 dan A5052.

• Solidification cracking, terjadi didaerah leburan (weld metal) dan tergantung dari
karakteristik pembekuan.

• Liquation cracking, umumnya terjadi didaerah HAZ dan disebabkan saat peleburan oleh
adanya fasa eutektik unsur pengotor yang memiliki titik lebur rendah dengan dibarengi
oleh adanya tegangan termal.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kawat las:

a. Komposisi kimia dari logam induk.

b. Weldability dari logam induk.

c. Syarat kekuatan, keuletan, dan sifat mekanis lainnya.

d. Ketahanan terhadap korosi.


Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

e. Anodic coating untuk kesamaan warna.

f. Kebutuhan sesuai aplikasi terutama untuk mencegah solidificatian cracking.

Solidification cracking (kiri) dan liquation cracking (kanan)

Contoh :

1. Pelat AA6061

Pengelasan alumunium dengan paduan Mg < 3% seperti EN AW-5052 dengan logam


pengisi sejenis akan menyebabkan solidification cracking. Sesuai dengan gambar
diatas yang ditunjukan dengan example 1, logam pengisi yang dibutuhkan adalah
logam pengisi dengan kandung Mg tinggi sesuai gambar, yaitu ER 5556 (AlMg5Mn)
sehingga pengelasan dapat dilakukan secara efisien.

2. Pelat Al 6061
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

Pengelasan pada alumunium seri 6061 dapat menyebabkan liquation cracking jika
menggunakan kawat las sejenis. Seperti gambar diatas yang ditunjukan dengan
example 2, kawat las yang dibutuhkan adalah mengandung silicon (Si) untuk
menghindari retakan di Heat Affected Zone (HAZ) seperti ER 4043 (AlSi5).

14. Jelaskan penyebab utama terjadinya cacat porositas pada aluminium dan
paduannya dan cara penanggulangannya.

Penyebab utama terjadinya cacat porositas pada alumunium dan paduannya adalah karena
adanya gas hidrogen yang larut di leburan alumuniun. Adanya gas yang terperangkap
selama proses pembekuan oleh akibat pelindung gas yang terkontaminasi oleh udara luar
yang terakumulasi didaerah leburan. Berikut adalah cara penanggulangannya adalah:

a. Logam induk dan logam pengisi harus dihindari dari sumber-sumber hidrogen dan
gas pelindungnya harus murni.
b. Adanya oli atau gemuk dipermukaan material harus dihilangkan sebelum
pengelasan.

Skema cacat porositas


Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

15. Jelaskan mengapa kekuatan las di HAZ maupun Weld metal di lasan Aluminium
paduan, baik yang Heat-treatable maupun Non-Heat-treatable, mengalami
penurunan yang sangat signifikan akibat proses lasan Fusi.

Pada pengelasan paduan aluminium non-heat treatable dan telah di cold deforming maka
akan terjadi pelunakan (softening) sebagai akibat dari penggunaan masukan panas (heat
input) selama las sehingga terjadi recrystallisation dan recovery. Selain itu terjadi pula
pembesaran butir (coarse grain). Oleh sebab itu, pengelasan dalam kondisi O-temper
akan lebih kecil pengaruh pelunakannya selama pengelasan.

Pada pengelasan paduan aluminium heat treatable akan terjadi kehilangan / penurunan
kekuatan akibat pertumbuhan dan kelarutan presipitat (growing or dissolving of phase
precipitations). Untuk meminimalisir perlu dikontrol proses pendinginan khususnya
masalah “the quenching sensitivity of the material” agar proses aging terjadi sewaktu
pendinginan setelah las.

16. Jelaskan proses pengelasan aluminium dan paduannya saat ini banyak digunakan
Friction Stir Welding (FSW). Skematis gambarnya dan keuntungan serta kerugian
dari proses tsb dibandingkan dengan pengelasan TIG atau MIG.

Prinsip kerja friction stir welding:


a. Pin diputar dengan kecepatan 3000-4000 rpm dan diletakkan pada material yang
akan disambungkan
b. Material dipanaskan karena adanya friksi
c. Material yang telah dipanaskan akan mencapai temperatur plastisasi (800 F untuk
material aluminium)
d. Material yang telah ter-plastisasi tersampir kembali ke pin
e. Material tersebut mengalami pendinginan dengan terbentuknya butir-butir yang lebih
halus (efek rekristalisasi) dibandingkan dengan material induknya.

Skema gambar FSW:


Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

Material logam yang digunakan untuk aplikasi FSW:


a. Aluminium dan aluminium paduan
b. Magnesium
c. Copper
d. Zinc
e. Lead, dll

Keuntungan dari proses FSW:

a. Hasil sambungan yang diperoleh lebih kuat dan lebih bersih bila dibandingkan
dengan fusion welds
b. Memiliki keuletan tinggi pada las
c. Energi efisiensi yang baik
d. Simpel dan bersih (no fume, arcs, spatter)
e. Tidak diperlukan treatment lanjut dan stengthening lanjut
f. Low distortion and shringkage
g. Tidak ada porosity, lack of fusion, perubaan komposisi pada material

17. Jelaskan jenis besi tuang dan perbedaan masing-masing dan Jelaskan weldability
dari besi tuang (cast iron) serta Jenis yang paling buruk weldability-nya.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

Besi tuang dalah paduan besi (Fe) dengan kandungan karbon (C)1.7 s/d 4.5% dan silikon
(Si) 0.5 s/d 3%. Memiliki titik lebur yang rendah dan fluiditas yang baik dibandingkan
dengan baja (better castability). Selain itu besi tuang merupakan material yang cukup
murah dan umumnya diproduksi dengan cetakan pasir (sand casting). Besi tuang dapat
dibedakan berdasarkan komposisi kimia, perilaku pendinginan, serta perlakuan panas
yang diberikan.

Jenis-jenis besi tuang:


a. Besi Tuang Putih

Besi tuang ini didapatkan dengan cara pendinginan cepat pada saat proses pengecoran,
sehingga tidak terbentuk grafit bebas namun masih berupa fasa cementite (Fe3C). Besi
tuang jenis ini tidak dapat dilakukan pengelasan karena sangat getas.

Gambar 1. Mikrostruktur besi tuang putih

b. Besi Tuang Kelabu


Besi tuang kelabu didapatkan dengan cara pendinginan lambat hingga sedang pada
saat pengecoran, sehingga didapatkan grafit berbentuk flakes (seperti cacing).

Gambar 2. Mikrostruktur besi tuang kelabu

c. Besi Tuang Malleable


Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

Besi tuang malleable memiliki grafit berbentuk kapas/aggregate atau bisa disebut
dengan rosette.Besi tuang ini didapatkan dengan cara perlakuan temper besi tuang
putih kira-kira 50 jam. Fe3C  3Fe + C grafit pada 9500C. Temper grafit hasil cor
(merubah struktur Fe3C menjadi temper grafit).

Gambar 3.Mikrostruktur besi tuang malleable

d. Besi Tuang Nodular


Besi tuang nodular didapatkan dengan cara menambahkan unsur pembulat
grafit/nodulizer berupa Mg, atau Ce sebanyak 0,04-0,08 % sehingga grafit yang
terbentuk menjadi bulat. Namun hal tersebut harus dibarengi dengan pengurangan
kadar sulfur dengan cara desulfurisasi. Jika tidak dilakukan maka grafit akan tetap
berbentuk flakes namun menebal (compacted graphite).

Gambar 4. Mikrostruktur besi tuang nodular

e. Austempered Ductile Iron


Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

Besi tuang ini didapatkan dengan cara melakukan proses austempering pada besi tuang
nodular sehingga didapatkan matrisk berupa aussferrite yaitu austenite dengan acicular
ferrite dan ditambah dengan grafit bebas berbentuk nodule. Sehingga besi tuang jenis
ini memiliki kekuatan yang paling tinggi dan dapat menggantikan baja cor/tempa pada
aplikasi tertentu.

Gambar 5. Mikrostruktur ADI (Perbesaran 500X)

f. Compacted Graphite Cast Iron


Besi tuang ini didapatkan jika pada proses pembuatan besi tuang nodular tidak
dilakukan desulfurisasi terlebih dahulu sehingga menghasilkan grafit dengan bentuk
pita pendek yang tebal dan tak teratur (seperti cacing). Sifat mekanis besi tuang ini
yaitu antara besi tuang kelabu dan besi tuang nodular.

Gambar 6. Mikrostruktur compacted graphite cast iron


Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

Besi tuang nodular merupakan besi tuang yang paling mudah dilas dari seluruh jenis besi
tuang yang ada. Makin rendah kekuatan tariknya, maka semakin mudah dilas. Sedangkan
besi tuang putih dinyatakan sebagai jenis besi tuang yang tidak dapat dilas dengan
metode pengelasan konvensional, artinya weldability-nya buruk. Hal tersebut
dikarenakan adanya struktur cementite (karbida) yang amat keras pada besi tuang putih.

Weldability dari besi tuang umumnya rendah dan bergantung pada tipe material,
ketebalan, kompleksitas casting,dan permesinan. Weldability besi cor dapat dilihat dari
gambar dibawah ini:

Sehingga dapat disimpulkan yang paling buruk weldability-nya adalah besi tuang putih
(white cast iron)

18. Jelaskan mengapa unsur nikel umumnya dipakai untuk pengelasan besi tuang.

Unsur nikel biasanya dipakai untuk pengelasan besi tuang sebagai elektroda karena
elektroda dengan unsur nikel tidak berikatan dengan karbon. Hal tersebut dapat mencegah
terbentuknya logam las yang keras dan getas hasil dilusi logam induk apabila memakai
elektroda baja. Nikel mempunyai karakteristik yaitu:

a. Meningkatkan kekuatan fasa pearlite


b. Meningkatkan hardenability (2,5-4,5 % Ni-hard irons)
c. Mencegah pembentukan karbida (promotes graphite)
d. Penstabil austenite
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 09 Penyambungan Material

19. Jelaskan hubungan antara morfologi grafit dan struktur mikro besi tuang dengan
kemampulasannya.

Hubungan antara morfologi grafit besi tuang dengan kemampulasannya adalah sebagai
berikut:

a. Bentuk serpih (flake) pada besi tuang kelabu menciptakan takikan tajam yang
kontinyu disekeliling setiap serpih. Hal ini dapat menurunkan plastisitas material
secara drastis.
b. Bentuk rosette memiliki plastisitas dengan elongasi sebesar 10%. Bentuk ini dimiliki
oleh besi tuang malleable yang terbentuk dengan presipitasi dan aglomerisasi grafit
dari besi tuang putih (sementit).
c. Bentuk grafit yang memberikan nilai plastisitas yang paling baik, juga mampu las
yang paling baik adalah bentuk bulat seperti pada besi tuang nodular karena
memberikan efek takik minimal.
d. Kandungan karbon pada besi tuang dalam bentuk grafit mempengaruhi kemampu
lasannya. Semakin tinggi, maka semakin sulit dilakukan pengelasan (weldability-nya
rendah/buruk). Sebaliknya, semakin rendah kuat tariknya, maka weldability semakin
baik.

20. Jelaskan bagaimana cara menentukan besarnya preheating & post heating pada
pengelasan besi tuang.
Siklus termal pada pengelasan besi tuang menghasilkan struktur mikro yang tidak
diinginkan seperti terbentuknya karbida pada logam las dan martensit dengan kadar
karbon yang tinggi pada HAZ. Oleh sebab itu, pre-heat sebaiknya dilakukan terhadap
seluruh komponen yang akan dilas, merupakan prosedur yang disarankan dalam
mengelas besi tuang yang bertujuan untuk menurunkan laju pendinginannya. Sehingga
kemungkinan retak pada HAZ dapat dihindari.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 10 Penyambungan Material

1. Jelaskan meknisme terjadinya tegangan sisa pada pengelasan dan resiko dari adanya
tegangan sisa tersebut.
Jawab :
Tegangan sisa merupakan tegangan yang muncul pada struktur akibat adanya
pelakuan panas atau mekanik atau keduanya. Proses pemanasan yang tidak merata,
menyebabkan terjadinya ekspansi panas yang terbatas. Pada akhir siklus panas, akan terjadi
distorsi atau terjadi restrain yang menyebabkan munculnya tegangan sisa pada daerah
tersebut. Resiko yang muncul akibat adanya tegangan sisa ini adalah terjadinya distorsi dan
kegagalan prematur pada daerah lasan.

2. Jelaskan beberapa metoda untuk mengurangi tegangan sisa pada pengelasan.


Jawab:
a. PWHT Post Weld Heat Treatment
Dengan pemanasan kembali setelah pengelasan
b. Penempaan
Logam las dan daerah disekitarnya ditempa atau dipukul selama atau setelah
pengelasan
c. Peregangan
Sambungan ditarik sampai terjadi perubaha nbentuk plastic
d. Getaran
Kepada konstruksi diberikan getaran yang dapat memberikan resonansi
frekuensi rendah. Karena getaran ini, akan terjadi perubahan bentuk plastic
setempat
e. Anil
Lasan dari jenis baja ferit dipanaskan samapai 600 atau 7000C dan yang dari
jenis austenite sampai 9000 C. Setelah ditahan beberapa waktu pada suhu ini
kemudian didinginkan pelan – pelan.
f. Anil suhu tinggi
Lasan dari jenis baja konstruksi umum dipanaskan sampai 900 atau 9500C.
Setelah ditahan beberapa lama pada suhu ini kemudian didinginkan pelan –
pelan.
g. Pembebasan tegangan pada suhu rendah
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 10 Penyambungan Material

Kedua permukaan daerah lasan selebar 60 sampai 130 mm dipanaskan sampai 150 atau
2000°C, yang diikuti dengan pendinginan dengan air.

3. Jelaskan mekanisme terjadinya Hydrogen Induced Cracking (HIC) pada pengelasan


dan persyaratan untuk terjadinya HIC. Sumber Hydrogen & metoda untuk
mengurangi larutnya H2 pada pengelasan.
Jawab :
Hidrogen Induce Cracking terjadi karena pada saat pengelasan, logam cair melarutkan
hidrogen dalam jumlah yang tinggi sehingga ketika pendinginan, kelarutan hidrogen turun
dan dilepaskan dengan cara difusi. Akibatnya, terjadi retakan akibat tekanan hidrogen yang
ingin keluar. HIC terjadi di daerah terpengaruh panas.

Persyaratan terjadinya HIC antara lain adalah :

a. Adanya hidrogen ketika proses pengelasan


b. Adanya struktur yang rentan terhadap retak dan memiliki kekerasan tinggi seperti
martensit, dan
c. Adanya tegangan sisa

Beberapa sumber hidrogen pada pengelasan antara lain adalah :

a. Fluks yang mengandung air dan zat organik


b. Atmosfer yang lembab
c. Minyak, zat organik, dan air yang melekat pada rongga – rongga dan permukaan
pelat atau kawat las

Metode untuk mengurangi larutnya H2 pada pengelasan :


a. Penggunaan fluks yang mengandung karbonat, karena akan menghasilkan gas CO2
yang menurunkan tekanan uap
b. Dilakukan penurunan kecepatan pendinginan dengan memberikan pemanasan mula
pada temperature antara 50 sampai 3000°C atau memberikan pemanasan kemudian
pada temperature antara 2000°C sampai 3000°C
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 10 Penyambungan Material

4. Jelaskan mekanisme terjadinya Solidification Cracking (Hot Crack) pada pengelasan


dan persyaratan apa saja untuk terjadinya Hot Cracking. Sumber penyebab hot
cracking & metoda untuk menguranginya pada pengelasan Baja.
Jawab :
Solidification cracking terjadi dengan pembentukan shrinkage saat pendinginan metal
setelah pengelasan. Cracking terjadi saat logam yang mencair tidak mengisi bagian yang
kosong antara solidifying metal yang terbuka oleh regangan shrinkage. Alasan terbentuknya
cracking karena :
 Regangan pada weld pool terlalu tinggi
 Logam cair tidak mempu mengisi bagian yang kosong pada pengelasan

Cara mencegah terjadinya solidification cracking adalah :


 Mengatur komposisil ogam las
 Mengatur regangan yang terjadi
 Mengatur arah pendinginan

5. Jelaskan mekanisme terjadinya Lamelar Tearing pada pengelasan dan penyebab


utama Lamelar Tearing & metoda untuk menguranginya pada pengelasan.
Jawab :
Lamelar tearing terjadi karena inklusi MnS yang berbentuk flat akibat proses rolling atau
jenis inklusilainnya yang kemudian mengalami perpatahan pada antar muka antara matriks
dengan inklusi. Pertumbuhan retak terjadi pada arah vertikal ataupun bersudut, ductile
tearing terjadi pada arah parallel pada celah antara matriks dan inklusi mengakibatkan
terbentuknya retak yang menyerupai anak tangga.

Penyebab utama lamelar tearing adalah:

a. Pelat baja yang memiliki keuletan yang rendah pada arah tebal atau vertikal
b. Batas lebur yang mendekati sejajar dengan permukaan pelat
c. Level tegangan sisa yang tinggi

Metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi lamelar tearing pada pengelasan :

a. Pengurangan kadar sulfur


b. Penambahan Ce dan Ca yang menghasilkan butir bukan logam yang berbentuk bulat
sehingga mengurangi kepekaan terhadap lamellar tearing.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 10 Penyambungan Material

6. Jelaskan faktor apa saja yang harus saudara (i) perhatikan bila terjadi kekerasan
yang tinggi di HAZ.
Jawab :
 Ketangguhan batas las
 Komposisi kimia logam induk
 Kecepatan pendinginan

7. Jelaskan metoda (cara-cara) untuk mengurangi kekerasan yang tinggi di HAZ.


Jawab :
 Penggunaan baja yang kurang peka terhadap penggetasan HAZ  Bertujuan untuk
mengurangi kadar paduan dan karbon dalam baja dan mempertinggi kadar nikel.
 Pembatasan masukan panas
 Penurunan penggetasan melalui cara pengelasan Bertujuan untuk memperbaiki
struktur mikro yang terjadi dengan cara pemanasan kembali melalui panas las,
menghindari terjadinya retak dan distorsi , mengurangi tegangan sisa dsb yang dapat
diusahakan dengan cara – cara pengelasan.

8. Jelaskan tujuan pemanasan awal (preheating) dan pemanasan akhir (PWHT) pada
proses pengelasan.
Jawab :
 Tujuan pemanasan awal ( preheating ) adalah memperlambat laju pendinginan
sehingga mencegah terjadinya retak tumit (toe crack) dan retak manik (underbead
crack) pada baja yang memiliki hardenability yang tinggi (mengandung paduan).
 Tujuan pemanasan akhir ( PWHT ) adalah untuk menghilangkan tegangan sisa
sehingga dapat mencegah terjadnya distorsi pada logam las.

9. Bila ada cacat dibawah ini, analisa menurut saudara apakah cacat tsb diterima
(accept) atau ditolak (reject) dengan merefer ke ISO 5817 dengan Quality level C.
Jawab :
Retak sepanjang 2 mm di weld metal ( Tidak Diterima)
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 10 Penyambungan Material

Lack of side wall sepanjang 5 mm ( Tidak Diterima)


Surface porosity diameter 1,5 mm (Diterima)

10. Jelaskan cacat las (weld defect) di bawah ini serta sebutkan penyebabnya serta
penanggulangannya.
Jawab :
a. Cacat yang terjadi pada gambar (a) adalah cacat inklusi slag, yakni slag yang
terperangkap dalam logam hasil lasan.

Cacat inklusi slag diakibatkan karena:


 Shielding gas yang inadequate
 Elektroda yang kotor
 Parent metal yang kotor
 Oksida atau air yang menempel pada parent metal

Cara penanggulangan cacat adalah:


 Meningkatkan gas flow
 Mengganti gas nozzle yang berbahaya
 Memperkecil sudut gun
 Membersihkan permukaan sebelum mengelas
b. Cacat yang terjadi pada gambar (b) adalah cacat porositas. Cacat ini berupa lubang
halus yang terjadi akibat adanya udara atau gas yang terperangkap dalam deposit las.
Penyebab porositas antara lain adalah elemen pengotor, kelembaban atmosfir dan
kontaminasi bahan lain seperti minyak, pelumas atau kotoran lain.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 10 Penyambungan Material

Cara penanggulangannya adalah:


 Menggunakan fluks yang mengandung banyak karbonat. Dengan fluks ini akan
dihasilkan gas karbondioksida yang dapat menurunkan tekanan parsial hidrogen
didalam busur listrik dengan sendirinya akan mengurangi difusi hidrogen.
 Dilakukan penurunan kecepatan pendinginan dengan memberikan pemanasan
mula pada temperatur antara 50 sampai 3000C atau memberikan pemanasan
kemudian pada temperatur antara 2000C sampai 3000C.
 Sebelum mengelas, pada daerah di sekitar kampuh dibersihkan dari air, karat,
debu, minyak dan zat organik yang dapat menjadi sumber hidrogen.
 Menggunakan elektroda dengan fluks yang mempunyai kadar hidrogen rendah.
 Penggunaan CO2 sebagai gas pelindung.
 Menghindari pengelasan pada waktu hujan atau di tempat di mana daerah las
dapat basah

11. Jelaskan beberapa tahapan dalam melakukan inspeksi pada pengelasan dan tujuan
masing-masing.
Jawab :
a) Kepastian dari standar yang digunakan: jika dalam standar yang dipilih ada hal yang
kurang pasti, harus ditentukan terlebih dahulu.

b) Kepastian tentang jadwal dan lingkungan pemeriksaannya: harus diperhitungkan


kemungkinan adanya pekerjaan yang tidak memenuhi syarat yang akan memerlukan
waktu tambahan untuk perbaikannya.

c) Pemilihan inspektor dan alat yang digunakan harus sesuai standar yang ada.

d) Persiapan pemeriksaan konstruksi las dan hasil las.


Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 10 Penyambungan Material

e) Pembicaraan yang mendalam antara pembeli dan pembuat atau wakil-wakil yang
berhubungan dengan konstruksi dan penggunaannya. Dilakukan agar pengambilan
keputusan untuk pre-inspection, bentuk dari laporan dan hal-hal lainnya menjadi
lebih baik.

12. Jelaskan dengan skematis klasifikasi pengujian hasil lasan.


Uji Tarik

Uji Tekuk

Uji mekanik Uji kekerasan

Analisa Uji Impak


kimia
Pengujian Merusak
Pengujian makro
Metalografi
Pengujian mikro

Uji Busur

Getaran tegak
Uji amatan
Getaran miring
Getaran datar
Uji Getaranredam
Ultasonik
Getaran permukaan
Radiografi langsung
Uji
radiografi Fluoroskopi
Pengujian Tak Merusak
Cara dengan garpu magnet
Uji serbuk
Cara dengan magnet lurus
magnet
Cara aliran listrik
Cara lilitan kumparan
Pemancara
n suara Cara uliran fluks

Cairan fluorescense Teremulsi sendiri


Uji cairan Teremulsi kemudian
penembus Cairan berwarna
Dengan pelarut
Pengukuran
regangan

13. Jelaskan tujuan pengujian merusak (DT) dan jenis pengujian yang dilakukan pada
produk lasan.
Jawab:
Tujuannya untuk dapat melihat struktur mikro benda, antara logam induk dengan
logam pada dearah lasan yang mungkin mempengaruhi cacat yang terbentuk.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 10 Penyambungan Material

Pengujiannya antara lain: uji mekanik meliputi uji tarik, uji tekuk, uji kekerasan, uji retak,
uji impak; uji metalografi secara makroskopis dan mikroskopis; uji komposisi kimia.

14. Jelaskan tujuan pengujian tidak merusak (NDT) dan jenis pengujian yang
dilakukan pada produk lasan.
Jawab:
Tujuannya untuk mengetahui cacat-cacat yang terbentuk pada permukaan dan sub-
permukaan benda. Pengujiannya antara lain: uji radiografi, uji ultrasonik, uji partikel
magnetik, uji dye penetrant, uji elektromagnetik, pengamatan kasat mata, uji pancaran
suara.

15. Sebutkan beberapa metoda uji yang digunakan untuk melihat cacat pada bagian
dalam (internal defect).
Jawab :
a. Ultrasonic testing

b. Radiografi

16. Sebutkan beberapa metoda uji yang digunakan untuk melihat cacat pada bagian
permukaan (surface defects).
Jawab:
a. Uji kasat mata,

b. Magnetic particle testing

c. Dye penetrant testing.

17. Jelaskan prinsip pengujian penetrant test (PT) pada lasan.


Jawab :
Cairan disemprotkan ke permukaan benda kerja, biasanya cairan ini berwarna
terang sehingga dapat mudah diamati. Setelah itu, tunggu beberapa saat agar cairan dapat
mengalir sesuai dengan sifat kapilaritasnya, masuk ke bagian cacat dari benda kerja
tersebut. Kemudian, dibersihkan dengan air dan cacat-cacat seperti voids dan cracks dapat
jelas terlihat.
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 10 Penyambungan Material

18. Jelaskan prinsip pengujian tekuk (bending) pada hasil lasan dan tujuannya.
Jawab :
Sampel diletakan pada mesin bending, kemudian sampel ditekuk hingga melebihi
yield-nya. Hasil lasan dinilai baik jika perpatahan terjadi bukan pada daerah lasannya.

19. Untuk pengujian dengan NDT methods, jelaskan secara singkat.


Jawab :
a. Untuk pengujian MT dan PT, jelaskan secara singkat karaktetistik dalam mendeteksi
cacat (detectability) untuk cacat las permukaan (surface weld defect).
Cacat yang terdeteksi pada dye penetrant testing adalah dengan melihat bekas cairan
yang ada pada permukaan benda. Bekas cairan yang ada itu menunjukan bahwa cacat
seperti cracks atau voids ada pada daerah itu. Sedangkan untuk magnetic particle
testing, serbuk magnet yang berkumpul pada suatu titik menunjukan cacat seperti
voids dan cracks ada pada daerah tersebut.

b. Untuk pengujian RT dan UT, jelaskan secara singkat karaktetistik dalam mendeteksi
cacat (detectability) untuk cacat las dalam (internal weld defect).
Pada radiografi dan ultrasonic testing, cacat dapat terdeteksi jika gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan tidak terhantarkan sampai ke bagian pengamatan,
pada bagian pengamatan akan terbentuk relief seperti cacat (diskontinuitas) yang
terlewati oleh gelombang elektromagnetik tersebut. Bedanya, pada ultrasonic testing
biasanya yang terdeteksi adanya gelombang yang terpantulkan kembali dengan sudut
pantul yang berbeda.

20. Untuk proses Inspection dan testing, sebelum, selama dan setelah pengelasandi
spesifikasikan dalam ISO 3834-Part2. Pilihlah item yang ada di [Group] dan isikan
huruf alfabetnya (a s/d i) kedalam pertanyaan yang tersedia di dalam kurung ( )
dibawah ini.
(1) Sebelum Las ( .........................................................................)
Shiva Frida Vincia / 1406532772 / Tugas 10 Penyambungan Material

(2) Selama Las ( ...........................................................................)


(3) Setelah Las (...........................................................................)

[Group]
(a) back gouging
(b) visual inspection
(c) form, shape and dimensions of the construction
(d) identify of welding consumables
(e) essential welding parameters(e.g. welding current, arc voltage and welding speed)
(f) suitability of welding procedure specification
(g) control of distortion
(h) results and records of PWHT
(i) joint preparation

Jawab :
a. Sebelum las: d, i, f, e, c, a)

b. Selama Las : g

c. Setelah Las : h, b

You might also like