Professional Documents
Culture Documents
Email: djokojte@istn.ac.id
Email: komarudin.mt@gmail.com
ABSTRACT
For companies whose activities sell goods, income is strongly influenced by the volume of
sales. The purpose of an enterprisein general is looking for profit, the size of the profit that will
beachieved will be the measure of success in the processing of management company, it required the
presence of a planning. Corporate planning can be done in various ways, including the program
budget containing the estimated income to be earned and the costs that will occur to those who earn
income eventually beachieved.
The program budget itself will be more beneficial to the management if accompanied by
planning techniques onother analysis, for example by using break-even analysis,because to know the
size of the breakeven necessary to make analysis of the relationship between cost, volume, selling
price and profit.Break-even can be interpreted a state where the company does not earn a
profit and does not suffer loss. Breakeven analysis is able to provide information to business
leaders on various levelsof sales, as well as its relationship with the possibility of obtaining
a profit according to the level of sales is concerned.With the break-even analysis of the leadership can
know how much income the production volume can cover the total cost. So companies canavoid
losses.
From the results of data collection and processing can be in the know break even point, the
selling price per unit, cost perunit in each year, as well as profit projections for future yearsusing
the method of smoothing (AVERAGE). Variable costs and sales volume annually.
Kata kunci : cost planning, profit, break event point analysis, the method of smoothing
Biaya Tetap
Tahun 2012
Biaya Operasional Tahun 2012 Biaya Gaji 120.000.000
Direktur (naik 12
Uraian Tahun 2012 juta pertahun)
Demand Jumlah Biaya Gaji Staff 116.000.000
Biaya Variabel (naik 4 juta
Biaya pokok 496.286 4.962.860.000 pertahun)
penjualan @ Rp. Biaya Gaji 86.000.000
20.000/Pcs pegawai (naik 4
Biaya Transportasi 74.000.000 juta pertahun)
(naik 8 juta Biaya Sewa 34.000.000
pertahun) Gedung (tiap 2
Biaya Bonus (naik 58.000.000 tahun sekali naik 8
8 juta pertahun) juta)
Biaya Listrik (tiap 12.000.000
Biaya Tetap tahun bertambah
Biaya Gaji 108.000.000 kenaikan 400 ribu)
Direktur (naik 12 Biaya Telpon 8.950.000
juta pertahun) (naik setiap tahun
Biaya Gaji Staff 112.000.000 500 ribu)
(naik 4 juta
pertahun) Jumlah 6.516.380.000
Biaya Gaji 82.000.000
Hasil dari jumlah total ongkos produksi selamat 3 ANALISA DAN PEMBAHASAN
tahun yang telah dihitung dengan cara Analisa Break Even Point
memperhatikan laporan keuangan yang telah Dalam melakukan analisa break even
berjalan sebelumnya dapat kita lihat dalam point, dilakukan secara pertahun, selama empat
bentuk tabel 3.14 sebagai berikut. tahun dari tahun 2007 sampai 2010 sehingga
didapatkan hasil apakah perusahaan mendapatkan
Ongkos produksi selamat 3 tahun : keuntungan atau tidak.
Tahun Ongkos Produksi a. Tahun 2007
Didapatkan hasil bahwa perusahaan
2011 4.373.840.000 mendapat break even point pada penjualan
2012 5.440.910.000 Rp. 463.320.000 atau sama dengan penjualan
2013 6.516.380.000 produk 23.226 Pcs
Jumlah 16.331.130.000 b. Tahun 2008
Didapatkan hasil bahwa perusahaan
Maka keuntungan maksimal perusahaan mendapat break even point pada penjualan
pertahun, selamat 3 tahun kedepan, mulai dari Rp. 519.060.000 atau sama dengan penjualan
tahun 2011 – 2013 ditampilkan dalam bentuk produk 25.953 Pcs
tabel sebagai berikut : c. Tahun 2009
Didapatkan hasil bahwa perusahaan
Tahun 2011 mendapat break even point pada penjualan
Laba maksimal 2011 Rp. 570.100.000 atau sama dengan
Uraian Jumlah penjualan produk 25.505 Pcs
d. Tahun 2010
Penjualan (dalam 7.868.580.000 Didapatkan hasil bahwa perusahaan
Rupiah) mendapat break even point pada penjualan
Ongkos (dalam 4.373.840.000 Rp. 606.640.000 atau sama dengan
Rupiah) penjualan produk 30.283 Pcs
Laba Maksimal 3.494.740.000 Setelah melihat hasil diatas tampak
(dalam Rupiah) bahwa setiap tahunnya perusahaan mengalami
break even point. Hal ini menandakan bahwa
Tahun 2012 dalam setiap tahunnya perusahaan mendapat
Laba maksimal tahun 2012 keuntungan.
Uraian Jumlah Keuntungan itu tentu saja didapatkan dari
tingginya harga jual produk dibandingkan dengan
Penjualan (dalam 9.925.720.000 harga beli produk yang mencapai 100%, tentunya
Rupiah) keuntungan yang 100% tersebut memberikan
Ongkos (dalam 5.440.910.000 nilai tambah bagi perusahaan sehingga dimasa
Rupiah) yang akan datang sangat berpotensi untuk dapat
Laba Maksimal 4.484.810.000 dikembangkan.
(dalam Rupiah)
Analisa Ketepatan Peramalan
Tahun 2013 Hasil dari ketepatan ramalan berdasarkan
Laba maksimal tahun 2013 pengolahan data ditampilkan dalam bentuk tabel
Uraian Jumlah 4.1 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Peramalan MAE
Penjualan (dalam 11.982.860.000 (Mean Absolute Error)
Rupiah) n MAE
Ongkos (dalam 6.516.380.000 2 11.977
Rupiah) 3 7.021
Laba Maksimal 5.466.480.000 4 5.890
(dalam Rupiah) 5 5.990
6 5.767
7 5.607
8 5.627
Analisa Grafik MAE (Mean Absolute Error) 63 38.857
Berikut adalah gambar grafik nilai MAE 64 39.571
65 Tahun 40.286
Grafik MAE 66 2011 41.000
14000
67 41.714
12000
Error (MAE)
68 42.429
10000 69 43.143
8000 MAE 70 43.857
6000 n 71 44.571
72 45.286
4000
73 46.000
2000 74 46.714
0 75 47.429
1 2 3 4 5 6 7 8 76 48.143
77 Tahun 48.857
78 2012 49.571
Berdasarkan data pada grafik
79 50.286
menunjukan hasil pengolahan peramalan. Dengan
80 51.000
menggunakan metode double moving average
dengan menggunakan perataan n=2 s/d 8 bulan 81 51.714
dapat dilihat nilai error yang dihasilkan. Dimana 82 52.429
pada bulan perataan (n) menunjukan pada bulan 2 83 53.143
atau n=2 tingkat errornya yang paling tinggi, dan 84 53.857
error yang paling terkecil terjadi pada bulan 7
atau n=7 bulan didapatkan nilai error MAE yang
terkcil sebesar 5.067. oleh karena itu, hasil Analisa Laba Maksimal
peramalan n=7 bulan yang di gunakan dalam Hasil peramalan yang telah dilakukan
pengolahan data. sebelumnya menjadi begitu penting untuk
Dari data diatas sudah terlihat dengan dilakukan pengolahan data tentang laba maksimal
jelas bahwa peramalan yang memiliki tingkat yang dapat dicapai. Karena horison peramalan
error terkecil adalah peramalan dengan nilai yang digunakan adalah 3 tahun, maka analisa
perataan n=7 bulan. Maka nilai peramalan inilah laba maksimal juga dilakukan selama 3 tahun
yang akan dipakai. Maka peramalan akan Hasil peramalan dianggap sebagai rencana
digunakan hasilnya yang disajikan dalam bentuk penjualan perusahaan secara maksimal 3 tahun
tabel 4.2 sebagai berikut: yang akan datang. Karena perusahaan boleh
Data Peramalan n=7 yang memiliki tingkat percaya bahwa dengan peramalan yang telah
kesalahan terkecil dilakukan dengan nilai error yang kecil akan
tidak jauh berbeda dengan apa yang akan terjadi
periode Tahun Hasil dimasa yang akan datang.
Peramalan Jadi laba maksimal merupakan laba yang
49 28.857 diperoleh perusahaan dimana dianggap bahwa
50 29.571 jumlah barang yang akan dijual sama dengan
51 30.286 nilai peramalan yang telah dibuat. Dan itu dapat
52 31.000 digambarkan dengan rumus.
53 31.714 Laba Maksimal = (unit terjual x harga jual) –
54 32.429 biaya operasional
Setelah diambil nilai peramalan dengan nilai n =
55 Tahun 33.143
7 bulan maka dapat ditentukan berapakah nilai
56 2010 33.857
peramalan tersebut yang akan dijadikan acuan
57 34.571
penjualan perusahaan. Hasilnya adalah bahwa
58 35.286
tahun 2011 nilai keuntungan perusahaan sebesar
59 36.000 Rp. 2.926.550.000 dan nilai keuntungan tahun
60 36.714 2012 sebesar Rp. 3.494.735.714 dan nilai
61 37.429 keuntungan 2013 sebesar Rp. 5.466.478.571 ini
62 38.143 berarti keuntungan perusahaan yang cukup baik.
Pembahasan Break Even Point peramalan yang mengandung paling sedikit error
Pada pembahasan break even point ini didalamnya.
telah diperlihatkan sebelumnya bahwa setiap Nilai MAE didapatkan dari mencari nilai error
tahunnya perusahaan mengalami nilai break even dimana nilai error merupakan beda antara
point. Hal ini menandakan bahwa perusahaan demand dengan peramalannya. Kemudian error
memiliki arus kas yang positif atau tersebut dibuat nilai absolute baru kemudian
menguntungkan setiap tahunnya. Dengan dirata-ratakan. Mengapa memilih MAE dari pada
investasi yang terbatas namun bisa memberikan MSE ? Karena dengan MAE nilainya lebih kecil
keuntungan yang maksimal tentunya hal ini daripada dari pada MSE sehingga lebih mudah
sangatlah baik. untuk dibaca.
Dilihat dari analisa break even point diatas Hasi dari pengolahan data didapatkan bahwa
misalnya pada tahun 2007, terlihat bahwa peramalan dengan nilai perataan n=7 bulan yang
penjualan terjadi sebanyak 142.000 pcs dengan mengandung nilai MAE terkecil sehingga
nilai transaksi sebesar Rp. 2.840.000 dan dipercaya bahwa dengan nilai MAE yang terkecil
menghabiskan dana operasional sebanyak Rp. tersebut akan dapat terealisasi dimasa yang akan
1.696.600.000 dan masih menyisakan dana datang.
sebesar 1.143.400.000 ini menandakan bahwa
pada tahun pertama saja telah mengalami Pembahasan Laba Maksimal
keuntungan karena telah mencapai break even Setelah didapatkan nilai peramalan, maka untuk
point. Begitupun hal ini terjadi pada tahun 2008, mendapatkan nilai laba maksimal digunakan
2009 dan 2010. Kesemuanya mengalami break rumus :
even point ditahun yang sama pula.
Sehingga jika saja pada tahun pertama banyak Laba Maksimal = (unit terjual x harga jual) –
mengeluarkan dana untuk investasi dan telah biaya operasional
mendapatkan break even point, maka
sesungguhnya pada tahun pertama saja modal Bila nilai penjualan sifatnya telah pasti, maka lain
usaha telah kembali. Dan begitupun terjadi pada halnya dengan biaya operasional. Biaya
tahun-tahun berikutnya. Sehingga dapat operasional sendiri dihitung dengan cara
dikatakan bahwa secara bisnis perusahaan ini memperhatikan laporan keuangan yang telah
sangat layak untuk dilaksanakan. berjalan sebelumnya untuk dapat memperkirakan
nilai biaya operasional.
Pemahasan Peramalan Dikarenakan laporan keuangan pada periode
Pada awal pengolahan peramalan, sebelumnya berubah-ubah, maka untuk
direncanakan bahwa nilai perataan yang akan menentukan fixed cost dan variabel cost
dipakai hanya nilai n=2 bulan, 3 bulan, 4 bulan digunakan analisa trial error. Contohnya pada gaji
dan 5 bulan. Setelah melihat hasilnya dicobakan direktur, dimana dengan melihat laporan
nilai perataan n=6 bulan, 7 bulan dan 8 bulan. keuangan terlihat bahwa gaji direktur setiap
Hal ini dilakukan karena melihat bahwa semakin tahunnya naik 12 juta rupiah, jadi kenaikan gaji
besar nilai perataan yang dipakai, maka nilai terjadi setiap bulannya adalah Rp. 1 juta
perataannya semakin kecil, untuk itu dilakukan perbulan.
pengecekan dengan penambahan n = 6 bulan Lain halnya dengan biaya sewa gedung. Melihat
sampai 8 bulan untuk melihat hasilnya sampai laporan sebelumnya, terlihat bahwa setiap 2 tahun
diketemukan nilai error yang terkecil, akhirnya pemilik gedung menaikkan harga sewa gedung
didapatkan nilai MAE yang terkecil yaitu nilai yang dipakai sebanyak Rp. 8 juta. Hal ini
peramalan dengan nilai perataan n=7 bulan. tentunya tidak teratur seperti gaji direktur diatas.
Oleh karena itu penentuan nilai yang akan
Pembahasan Ketepatan Ramalan dipakai menggunakan pula kecenderungan data
Ketepatan ramalan merupakan hal yang masa lalu.
penting untuk dilakukan karena disinilah akan Berdasarkan perhitungan keuntungan diatas,
ditentukannya peramalan mana yang dipercaya dapat diketahui bahwa keuntungan total
yang mengandung paling sedikit nilai kesalahan. perusahaan dalam 3 tahun adalah Rp 11.
Tentunya semakin besar nilai kesalahan, maka 887.764.000.
semakin besar pula nilai peramalan tersebut
diragukan keampuhannya. Oleh karena itu
peramalan yang akan digunakan adalah
SIMPULAN Biaya . Edisi keenam. Erlangga. Jakarta.
1997.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan
analisa yang telah dilakukan disimpulkan : Mulyadi. Akuntansi Biaya : Penentuan Harga
Pokok. Edisi kelima. Sekolah Tinggi Ilmu
a. Hasil break even point pada tahun 2007.
Ekonomi YKPN. Yogyakarta. 1993
Perusahaan mendapatkan break even point
pada penjualan Rp. 463.320.000 atau sama Munawir. Analisa Laporan Keuangan.
dengan penjualan produk 23.226 pcs. Dan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 1986.
tahun 2008 break even point Rp.
RenderBarry, Heizer Jay. Prinsip-Prinsip
519.060.000 kalau dengan produk 25.953
Manajemen Operasi. Edisi bahasa Indonesia.
pcs. Dan tahun 2009 break even point Rp.
Salemba Empat. Jakarta. 2001
570.100.000 kalau produk 28.505 pcs. Tahun
2010 break even point Rp. 605.640.000 Sofjan Assauri. Manajemen Produksi dan
produk 30.283 pcs. Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Indonesia. 2008
b. Dilihat dari analisa break even point diatas Spyros Makridakis. Steven C. Whellwright.
misalnya pada tahun 2007, terlihat bahwa Victor E. Megee disalin oleh Untung Sus
penjualan terjadi sebanyak 142.000 pcs Andriyanto. Abdul Basiht. Metode dan
dengan nilai transaksi sebesar Rp. 2.840.000 Aplikasi Peramalan Edisi kedua. Jilid 1.
dan menghabiskan dana operasional
sebanyak Rp. 1.696.600.000 dan masih
menyisakan dana sebesar 1.143.400.000 ini
menandakan bahwa pada tahun pertama saja
telah mengalami keuntungan karena telah
mencapai break even point. Begitu apun hal
ini terjadi pada tahun 2008, 2009 dan 2010.
Kesemuanya mengalami break even point
ditahun yang sama pula.
Daftar Pustaka :
Bambang Riyanto. Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan. Edisi keempat. BPFE.
Yogyakarta. 1997.
Herjanto Eddy. Manajemen Produksi dan
Operasi. Edisi kedua. Grasindo. Jakarta.
1999
Letricia B.R. Akuntansi Biaya : Dengan
Menggunakan Pendekatan Manajemen