You are on page 1of 12

ANALISIS BIAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BREAK EVEN POINT DALAM

MENCARI VOLUME-LABA PADA PT X

Komarudin dan Djok o Suprijatmono

Email: djokojte@istn.ac.id
Email: komarudin.mt@gmail.com

ABSTRACT

For companies whose activities sell goods, income is strongly influenced by the volume of
sales. The purpose of an enterprisein general is looking for profit, the size of the profit that will
beachieved will be the measure of success in the processing of management company, it required the
presence of a planning. Corporate planning can be done in various ways, including the program
budget containing the estimated income to be earned and the costs that will occur to those who earn
income eventually beachieved.
The program budget itself will be more beneficial to the management if accompanied by
planning techniques onother analysis, for example by using break-even analysis,because to know the
size of the breakeven necessary to make analysis of the relationship between cost, volume, selling
price and profit.Break-even can be interpreted a state where the company does not earn a
profit and does not suffer loss. Breakeven analysis is able to provide information to business
leaders on various levelsof sales, as well as its relationship with the possibility of obtaining
a profit according to the level of sales is concerned.With the break-even analysis of the leadership can
know how much income the production volume can cover the total cost. So companies canavoid
losses.
From the results of data collection and processing can be in the know break even point, the
selling price per unit, cost perunit in each year, as well as profit projections for future yearsusing
the method of smoothing (AVERAGE). Variable costs and sales volume annually.

Kata kunci : cost planning, profit, break event point analysis, the method of smoothing

Perencanaan perusahaan dapat di lakukan


Latar Belakang Masalah dengan berbagai cara, antara lain dengan program
anggaran (budget). Di mana sebagian besar
Perusahaan pada umumnya adalah program budget berisi taksiran penghasilan yang
mencari laba, besar kecilnya laba akan tercapai akan diperoleh dan biaya-biaya yang akan terjadi
merupakan ukuran kesuksesan dalam mengelola untuk memperoleh penghasilan tersebut yang
perusahaannya, untuk itu perlu suatu perencanaan akhirnya menunjukan laba yang akan dicapai.
(planning). Yang tepat salah satu fungsi Untuk mencapai laba yang di inginkan
manajemen adalah mengelola suatu perencanaan manajemen dapat dilakukan berbagai cara,
(planning), yang merupakan salah satu faktor misalnya :
yang sangat penting dalam suatu perusahaan a. Menekan biaya produksi maupun biaya
karena akan mempengaruhi secara langsung operasional serendah mungkin.
terhadap kelancaran maupun keberhasilan suatu b. Menentukan harga jual.
perusahaan dalam mencapai tujuannya. c. Meningkatkan volume penjualan
Seseorang manajer harus mampu membuat sedemikian rupa
rencana kegiatan dimasa yang akan datang, baik Ketiga langkah atau harga (biaya, harga
jangka pendek maupun jangka panjang. Agar jual, volume produksi) mempunyai hubungan
dapat merencanakan berbagai cara yang harus yang erat, yakni biaya akan menentukan harga
ditempuh untuk menghadapi kemungkinan dan jual, harga jual akan mempengaruhi volume
kesempatan dimasa yang akan datang tersebut. produksi dan volume produksi akan langsung
mempengaruhi biaya.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelayakan (feasibility) Kegunaan Analisa Break Even point
Kelayakan adalah suatu peluang usaha Analisa Break Even point selain berguna
baru atau modifikasi usaha untuk menjamin agar untuk membantu menetapkan sasaran atau tujuan
pengeluaran modal mencapai tujuan yang perusahaan juga mempunyai kegunaan lain yaitu
diharapkan, atau dengan kata lain suatu penelitian a. Sebagai dasar atau landasan merencanakan
tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis kegiatan operasional dalam usaha mencapai
yang biasanya merupakan proyek investasi itu laba tertentu. Jadi dapat digunakan untuk
dilaksanakan. Maksud layak atau tidak layak merencanakan laba atau ”profil planning”.
disini adalah prakiraan bahwa bisnis akan dapat b. Sebagai dasar inti mengendalikan kegiatan
atau tidak mendapatkan keuntungan yang layak operasional yang sedang berjalan, yaitu untuk
bila telah dioperasikan. Analisa yang dilakukan alat pencocokan antara realisasi dengan angka-
dalam studi bisnis mencakup banyak faktor yang angka dalam perhitungan Break Even point
dikerjakan secara menyeluruh, meliputi aspek- jadi sebagai alat pengendali atau “Controling”.
aspek teknis dan teknologi. c. Sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan harga jual, yaitu dalam setelah
Pengertian Analisa Biaya diketahui hasil-hasil perhitungannya menurut
Analsis Biaya adalah suatu analisa yang analisa Break Even point dan laba yang di
menggambarkan bagaimana perubahan biaya targetkan.
variabel, biaya tetap, harga jual, volume d. Sebagai bahan pertimbangan dalam
penjualan dan bauran penjualan akan mengambil keputusan yang harus dilakukan
mempengaruhi laba perusahaan. Analisis ini oleh seorang manager.
merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi Asumsi-asumsi Dalam Analisa Break Even
manajemen untuk pengambilan keputusan, misal point
dalam menetapkan harga jual produk dan proses 1. Biaya biaya yang terjadi di dalam perusahaan
informasi biaya yang akan direncanakan. yang bersangkutan dapat di identifikasikan
Break Even point dan analisa hubungan sebagai biaya variable, atau sebagai biaya
biaya-volume-laba merupakan teknik perecanaan tetap.
laba dalam jangka pendek dengan mendasarkan 2. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya tetap itu
analisanya pada variabilitas penghasilan akan tetap konstan, tidak mengalami
penjualan maupun biaya terhadap volume perubahan meskipun volume produksi
kegiatan sehingga teknik-teknik tersebut akan berubah.
dapat digunakan dengan baik sebagai alat 3. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya variable
perencanaan laba dalam jangka pendek. itu akan tetap sama jika dihitung per unit
produknya, berapapun kuantitas unit yang di
Klasifikasi Biaya produksikan, jika kegiatan produksi berubah,
Atas pengaruh perubahan Volume biaya variable itu berubah professional dalam
terhadap biaya, maka biaya dapat digolongkan jumlah seluruhnya, sehingga per unitnya akan
menjadi tiga, yaitu : tetap sama.
4. Bahwa harga jual per unitnya akan tetap sama
a. Biaya Tetap saja, berapapun banyaknya unit produk yang
b. Biaya Variable dijual. Harga jual per unit tidak akan turun
c. Biaya Semi Variable meskipun pembeli membeli banyak dan
sebaliknnya.
Analisa Break Even point
Pengertian Break Even point Teknik-teknik Analisa dan Perhitungan Break
Pengertian Break Even point menurut Even Point
Letricia (tahun 1999, hal 2) adalah : “Volume Untuk menentukan titik Break Even
penjualan yang tidak menimbulkan laba atau Point dapat dilakukan dengan dua cara sebagai
rugi”, sedangkan menurut mulyadi (tahun 1997, berikut :
hal 230) pengertian Break Even point adalah :
“Suatu keadaan di mana dalam operasi Secara Persamaan (Matematis)
perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak Sesuai dengan pengertian yang telah
menderita rugi (penghasilan)”. dikemukakan di atas, titik Break Even point ialah
keadaan pada saat penjualan di kurangi biaya-

biaya sama dengan nol. Atas dasar pengertian
tersebut dapat di susun rumus perhitungan Break
Even point, yaitu


PENJUALAN = BIAYA + LABA /

Sedangkan rumus untuk menghitung laba adalah :


LABA = PENJUALAN – BIAYA VARIABLE –
Dengan demikian titik Break Even point
BIAYA TETAP, atau L = XP – XVc-Fc,
dalam total rupiah penjualan adalah :
dimana X adalah kuantitas yang dijual. Karena
pada titik Break Even point laba = 0, maka
persamaan di atas akan menjadi :

0 = XP – XVe – Fe
XP = XVe + Fe
XP – Xve = Fe Atau
XP (P-Ve) = Fe

Rumus penjualan dalam unit pada laba yang



direncanakan :

XBE = Kuantitas yang di jual pada titik BEP


Atau
Atau dapat dinyatakan dengan rumus :



Dimana : BEP = Break Even Point Sedangkan rumus penjualan dalam rupiah pada
dalam kuantitas (Satuan Produk) laba yang direncanakan adalah:
Fc = Biaya Tetap
P = Harga jual per satuan
/
Vc = Biaya Variable
Atau dengan rumus
CM = Contribution Margin
Dengan demikian rumus untuk menghitung Break

Even point dalam satuan produk yang di jual
adalah :

Metode Perataan (Average)
Metode perataan ini terdapat beberapa

metode diantaranya :
Atau
Rata-rata Bergerak Tunggal (single moving
averages)

Rumus peramalan dengan metode rata-
Titik Break Even point di samping ditetapkan
rata bergerak tunggal (Eddy Herjanto 1999)6 :
dalam kuantitas penjualan dapat pula ditetapkan
Rata-rata bergerak ( Xt )
dalam jumlah rupiah penjualan, dengan cara
mengalikan rumus Break Even point dalam ⋯

satuan (kuantitas) yang dijual dengan harga jual
satuan (P), maka persamaan yang baru menjadi : Keterangan :
Xt = Rata-rata bergerak periode t
N = Jumlah deret waktu yang digunakan
Ft-1 = Ramalan periode Ke t+1
Rata-rata Bergerak Ganda (Double Moving Sedangkan untuk pengukuran ketepatan
Average) peramalan menggunakan
Metode ini merupakan peramalan/
prakiraan dengan menggunakan dua kali MSE (Mean Squared Error)
penghitungan seperti pada single moving Rumus yang digunakan yaitu (Makridakis, edisi
average, baru kemudian dilakukan peramalan. kedua)12 :
Rumus peramalan dengan metode rata-rata MSE = ∑
bergerak ganda (Makridakis, edisi kedua)7
Data Volume Penjualan Produk Boneka CV
" Sarah Toy’s Periode 2007 – 2010

" Jumlah (dalam ribuan)


No Uraian
2007 2008 2009 2010
1 Penjualan
" " Bersih
Rp.2.840.000 Rp.3.840.000 Rp.4.940.000 Rp.6.440.000
2 Volume
Penjualan 142 192 247 322
" (Pcs)
3 Harga jual
Rp.20 Rp.20 Rp.20 Rp.20
per Pcs
Rumus Ketepatan Hasil Peramalan
Berikut ini adalah beberapa rumus Tabel 3.1 menunjukkan bahwa volume
tentang ketepatan hasil peramalan penjualan CV Sarah Toy’s periode 2007 – 2010
Rumus ketepatan Hasil Peramalan mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2007 volume penjualan
Pengukuran Tipe Rumus mencapai 142 ribu Pcs, Tahun 2008 meningkat
Error menjadi 192 ribu Pcs. Kondisi yang sama terjadi
Mean Deviation MAE = pada tahun 2009 dimana volume penjualan
Absolute ∑ Ŷ mencapai 247 ribu Pcs atau meningkat sebanyak
55 Pcs dari tahun 2008. Pada tahun 2010 volume
Error
(MAE) penjualan telah mencapai 322 ribu Pcs.
Mean Deviation MSE = Meskipun harga jual konstan pada angka Rp
Square ∑ Ŷ ² 20.000 per Pcs dalam empat tahun terakhir,
Error namun dengan peningkatan volume penjualan
(MSE) secara konsisten dari tahun ke tahun, tentu tetap
Standard Deviation S² = akan meningkatkan nilai penjualan perusahaan
r
Deviation Of ∑ Ý ² tersebut. Pada Tahun 2007 nilai penjualan
Regression mencapai Rp 2.840,000.000,-, meningkat
(Sr) signifikan menjadi Rp.3.840.000.000,- pada
Mean MAPE = Tahun 2008. Hingga Tahun 2010 nilai penjualan
Absolute Deviation ∑ Ý / Sarah Toys telah mencapai Rp.6.440.000.000.
Percent
Error Data Permintaan Penjualan Boneka
(MAPE) Volume penjualan boneka CV Sarah
Mean Error Bias ME = Toy’s yang mengalami peningkatan signifikan
(ME) ∑ Ŷ dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh tingginya
permintaan boneka tiap bulannya setiap
Mean Bias MPE = tahunnya. Meskipun terjadi fluktuasi permintaan,
Percent ∑ Ŷ / namun relative konsisten rata-rata di atas 11 ribu
Error Pcs per bulan pada tahun 2007, kemudian
(MAPE) mencapai rata-rata 16 ribu Pcs per bulan pada
Tracking Bias TS = Tahun 2008. Volume tersebut terus meningkat
Signal (TS) ∑ Ŷ
hingga mencapai rata-rata 19 ribu Pcs per bulan
pada Tahun 2009, dan selanjutnya mencapai rata-
rata 26 ribu Pcs pada tahun 2010. Uraian lebih
detail ditunjukkan pada Tabel 3.2 berikut.
Data Permintaan Penjualan Boneka CV Perhitungan :
Sarah Toy’s Per Bulan Periode 2007 – 2011
BEP =
No Bulan Periode Permintaan (Pcs) (Xt)
(t)
BEP = 465.320.000,-
2007 2008 2009 2010
Break Even Tahun 2007 Dalam Pcs
1 Januari 1 10.000 15.000 12.000 25.000
2 Februari 2 12.000 12.000 14.000 28.000 Perhitungan :
3 Maret 3 8.000 10.000 25.000 30.000
4 April 4 15.000 20.000 18.000 15.000
5 Mei 5 11.000 10.000 20.000 22.000 BEP =
6 Juni 6 13.000 22.000 25.000 33.000
7 Juli 7 13.000 12.000 13.000 25.000
8 Agustus 8 9.000 15.000 26.000 20.000 BEP = 23.226 Pcs
9 September 9 15.000 14.000 13.000 29.000
10 Oktober 10 10.000 15.000 28.000 37.000
11 Nopember 11 11.000 22.000 25.000 21.000
12 Desember 12 15.000 25.000 18.000 37.000 Maka titik impas produk boneka tercapai pada
Jumlah 142.000 192.000 243.700 332.000
penjualan sebesar 23.226 Pcs
Perhitungan Break Even Point Tahun 2008
Laporan Laba-Rugi Dari data yang terdapat sebelumnya
Dari laporan laba-rugi perusahaan dapat Biaya yang terdapat pada laporan Laba-Rugi
diketahui dua aspek penting yaitu: pertama nilai tahun 2008, maka dapat dibuat perhitungan Break
contribusi margin yang menunjukkan selisih Even untuk tahun 2008 sebagai berikut :
penjualan bersih dengan biaya variabel, kedua
laba sebelum pajak yang menunjukkan sisa dari a. Break Even Tahun 2008 Dalam Rupiah
contribusi margin setelah dikurangin dengan Perhitungan :
biaya tetap. Laporan laba-rugi CV Sarah Toy’s
tahun 2007 hingga tahun 2010 disajikan secara BEP =
berturut-turut sebagai berikut.

Perhitungan laba-rugi CV Sarah Toy’s Tahun BEP = Rp.519.060.000,-


2007
Maka titik impas (Break Even) Produk Boneka
Pengolahan Data BEP untuk tahun 2008 tercapai pada penjualan Rp.
Berdasarkan tahapan penilitian yang 519.060.000,-
digunakan, setelah pengumpulan data maka
dilakukan pengolahan data BEP. Pengolahan data b. Break Even Tahun 2008 Dalam Pcs
BEP dimasukan untuk mengetahui berapa nilai
dan volume penjualan yg diperlukan perusahaan Perhitungan :
untuk mencapai BEP. Dari laporan laba-rugi
perusahaan yang menunjukkan nilai contribusi BEP =
margin dan laba sebelum pajak, selanjutnya
dihitung BEP. Laporan laba-rugi CV Sarah Toy’s
tahun 2007 hingga tahun 2010 disajikan secara BEP = 25.953 Pcs
berturut-turut sebagai berikut.
Maka titik impas Produk Boneka tercapai pada
Perhitungan Break Even Point Tahun 2007 penjualan sebesar 25.953 Pcs
Dari yang terdapat sebelumnya Biaya
yang terdapat pada laporan Laba-rugi tahun 2007, Perhitungan Break Even Point Tahun 2009
maka dapat dibuat perhitungan Break Even untuk Dari data yang terdapat sebelumnya
tahun 2007 sebagai berikut : Biaya yang terdapat pada Laporan Laba-Rugi
tahun 2009, maka dapat dibuat perhitungan Break
Even untuk tahun 2009 sebagai berikut :
Break Even Tahun 2007 Dalam Rupiah
Break Even Tahun 2009 Dalam Rupiah
Perhitungan : Target Laba maksimal
Dalam pengolahan data ini akan
BEP = dikemukakan tentang nilai target laba maksimal
untuk 3 tahun kedepan. Sebelum kita dapat
menentukan nilai laba maksimal terlebih dahulu
BEP = Rp. 570.100.000,- akan diperhitungkan mengenai pejualan produk.
Data akan digunakan metode peramalan untuk
Maka titik impas (Break Even point) produk hal tersebut. Metode peramalan yang dipilih
boneka untuk tahun 2009 tercapai pada penjualan adalah metode double moving average.
Rp. 570.100.000,- Peramalan Mengunakan Double Moving
Average
a. Break Even Point Tahun 2009 Dalam Pcs Berikut ini adalah hasil peramalan
dengan nilai n=2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan 5
Perhitungan : bulan, 6 bulan, 7 bulan, 8 bulan, untuk horison
peramalan selamat 3 tahun. Yang di sajikan
BEP = secara berurutan dalam bentuk tabel 3.3 -3.9
sebagai berikut.
BEP = 28.505 Pcs Dengan n=7 bulan
Maka titik impas produk boneka tercapai pada Data peramalan n=7 bulan
penjualan sebesar 28.505 Pcs. Dari perhitungan periode Tahun Hasil
diatas maka dapat dibuat pembuktian sebagai Peramalan
berikut : 49 28.857
50 29.571
3.3.4 Perhitungan Break Even Point Tahun
2010 51 30.286
Dari data yang terdapat sebelumnya 52 31.000
Biaya yang terdapat pada Laporan Laba-Rugi 53 31.714
Tahun 2010, maka dapat dibuat perhitungan 54 32.429
Break Even Point untuk tahun 2010 sebagai 55 Tahun 33.143
berikut : 56 2010 33.857
57 34.571
Break Even Point Tahun 2010 Dalam Rupiah 58 35.286
Perhitungan : 59 36.000
60 36.714
BEP = 61 37.429
62 38.143
63 38.857
BEP = Rp. 605.640.000,- 64 39.571
65 Tahun 40.286
Maka titik impas (Break Even Point) Produk 66 2011 41.000
Boneka untuk tahun 2010 tercapai pada penjualan 67 41.714
Rp. 605.640.000,- 68 42.429
69 43.143
a. Break Even Point Tahun 2010 Dalam Pcs.
70 43.857
Perhitungan : 71 44.571
72 45.286
BEP = 73 46.000
74 46.714
BEP = 30.283 Pcs 75 47.429
76 48.143
Maka titik impas Produk Boneka tercapai pada 77 48.857
penjualan sebesar 30.283 Pcs 78 49.571
79 50.286
80 Tahun 51.000 Laba Maksimal Yang Dapat Dicapai
81 2012 51.714 Yang dimaksud dengan laba maksimum
82 52.429 adalah bahwa apabila perusahaan dapat menjual
83 53.143 seluruh produk yang dihasilkan. Itu berarti bahwa
84 53.857 apabila perusahaan dapat menghasilkan dan
1.488.857 menjual barang yang telah diramalkan
sebelumnya, maka perusahaan akan dapat
Rumus Yang akan dipakai dalam menghasilkan laba maksimum yang diharapkan.
peramalan ini adalah MAE (Mean Dengan demikian dapat diketahui bahwa target
Absolute Error). Maka MAE hasil laba maksimal yang dapat dicapai adalah :
peramalannya dapat dilihat dalam tabel Laba Maksimal=(Hasil Ramalan x Harga Jual)-
3.10 berikut ini. Biaya Operasional
a. Hasil Ramalan. Dapat diartikan sebagai
Data Hasil Peramalan MAE (Mean jumlah penjualan maksimal. Berdasarkan hasil
Absolute Error) perhitungan peramalan bahwa peramalan yang
n MAE dipilih adalah yang menggunakan nilai=7
2 11.977 bulan, maka jumlah penjualan maksimal
3 7.021 adalah jumlah peramalan yang sebesar
4 5.890 1.488.857 Pcs
5 5.990 b. Harga Jual. Berdasarkan ketetapan perusahaan
6 5.767 bahwa harga jual produk yang dihasilkan
7 5.607 sebesar Rp. 20.000 /pcs
8 5.627 c. Nilai penjualan maksimal yang bisa
didapatkan adalah sebesar :
Hasil peramalan MAE (Mean Absolute 1.488.857 x 20,000 = Rp.29.777.140.000
Error) untuk lebih jelasnya digambarkan
dalam bentuk grafik berikut: d. Biaya Operasinal
Asumsi-asumsi yang akan dipakai sebagai
Berikut adalah gambar grafik nilai MAE berikut:
1. Pembelian barang diasumsikan selamat 3
14000
Grafik MAE tahun kedepan tidak terjadi kenaikan harga
Error (MAE)

12000 2. Harga jual diasumsikan selamat 3 tahun


kedepan tidak ada kenaikan harga.
10000
M 3. Sewa gedung per dua tahun
8000
A
6000 Berikut ini adalah biaya operasional untuk 3
E
4000 tahun kedepan:
2000 Untuk biaya operasional perusahaan selamat 3
0 tahun kedepan, mulai dari tahun 2011 – 2013
1 2 3 4 5 6 7 8 dapat kita lihat dalam bentuk tabel, yang
ditampilkan secara berturut-turut mulai dari tabel
3.11 – 3.13 sebagai berikut:
Pemilihan Hasil Peramalan
Hasil peramalan dipilih berdasarkan
Tahun 2011
tingkat error yang dihasilkan berdasarkan
pengolahan data peramalan. Dengan Biaya Operasional Tahun 2011
menggunakan metode double moving average Uraian Tahun 2011
dengan menggunakan perataan n= 2 s/d 8 bulan Demand Jumlah
dapat dilihat nilai error yang dihasilkan. Biaya Variabel
Berdasarkan tabel nilai MAE diatas, Biaya pokok 393.429 3.934.290.000
terlihat bahwa dengan menggunakan nilai penjualan @ Rp.
perataan n=7 bulan didapatkan nilai error MAE 20.000/Pcs
yang terkecil sebesar 5.607. Oleh karena itu, Biaya 66.000.000
peramalan n=7 bulan ini akan dipakai dalam Transportasi
pengolahan data selanjutnya. (naik 8 juta
pertahun) pegawai (naik 4
Biaya Bonus 50.000.000 juta pertahun)
(naik 8 juta Biaya Sewa 26.000.000
pertahun) Gedung (tiap 2
tahun sekali naik 8
Biaya Tetap juta)
Biaya Gaji 96.000.000 Biaya Listrik (tiap 9.600.000
Direktur (naik 12 tahun bertambah
juta pertahun) kenaikan 400 ribu)
Biaya Gaji Staff 108.000.000 Biaya Telpon 8.450.000
(naik 4 juta (naik setiap tahun
pertahun) 500 ribu)
Biaya Gaji 78.0000.000 5.440.910.000
pegawai (naik 4 Jumlah 4.962.860.000
juta pertahun)
Biaya Sewa 26.000.000
Tahun 2013
Gedung (tiap 2
Biaya Operasional Tahun 2013
tahun sekali naik
8 juta) Uraian Tahun 2013
Biaya Listrik 7.600.000 Demand Jumlah
(tiap tahun Biaya Variabel
bertambah Biaya pokok 599.143 5.991.430.000
kenaikan 400 penjualan @ Rp.
ribu) 20.000/Pcs
Biaya Telpon 7.950.000 Biaya Transportasi 82.000.000
(naik setiap tahun (naik 8 juta
500 ribu) pertahun)
Biaya Bonus (naik 66.000.000
Jumlah 4.373.840.000 8 juta pertahun)

Biaya Tetap
Tahun 2012
Biaya Operasional Tahun 2012 Biaya Gaji 120.000.000
Direktur (naik 12
Uraian Tahun 2012 juta pertahun)
Demand Jumlah Biaya Gaji Staff 116.000.000
Biaya Variabel (naik 4 juta
Biaya pokok 496.286 4.962.860.000 pertahun)
penjualan @ Rp. Biaya Gaji 86.000.000
20.000/Pcs pegawai (naik 4
Biaya Transportasi 74.000.000 juta pertahun)
(naik 8 juta Biaya Sewa 34.000.000
pertahun) Gedung (tiap 2
Biaya Bonus (naik 58.000.000 tahun sekali naik 8
8 juta pertahun) juta)
Biaya Listrik (tiap 12.000.000
Biaya Tetap tahun bertambah
Biaya Gaji 108.000.000 kenaikan 400 ribu)
Direktur (naik 12 Biaya Telpon 8.950.000
juta pertahun) (naik setiap tahun
Biaya Gaji Staff 112.000.000 500 ribu)
(naik 4 juta
pertahun) Jumlah 6.516.380.000
Biaya Gaji 82.000.000
Hasil dari jumlah total ongkos produksi selamat 3 ANALISA DAN PEMBAHASAN
tahun yang telah dihitung dengan cara Analisa Break Even Point
memperhatikan laporan keuangan yang telah Dalam melakukan analisa break even
berjalan sebelumnya dapat kita lihat dalam point, dilakukan secara pertahun, selama empat
bentuk tabel 3.14 sebagai berikut. tahun dari tahun 2007 sampai 2010 sehingga
didapatkan hasil apakah perusahaan mendapatkan
Ongkos produksi selamat 3 tahun : keuntungan atau tidak.
Tahun Ongkos Produksi a. Tahun 2007
Didapatkan hasil bahwa perusahaan
2011 4.373.840.000 mendapat break even point pada penjualan
2012 5.440.910.000 Rp. 463.320.000 atau sama dengan penjualan
2013 6.516.380.000 produk 23.226 Pcs
Jumlah 16.331.130.000 b. Tahun 2008
Didapatkan hasil bahwa perusahaan
Maka keuntungan maksimal perusahaan mendapat break even point pada penjualan
pertahun, selamat 3 tahun kedepan, mulai dari Rp. 519.060.000 atau sama dengan penjualan
tahun 2011 – 2013 ditampilkan dalam bentuk produk 25.953 Pcs
tabel sebagai berikut : c. Tahun 2009
Didapatkan hasil bahwa perusahaan
Tahun 2011 mendapat break even point pada penjualan
Laba maksimal 2011 Rp. 570.100.000 atau sama dengan
Uraian Jumlah penjualan produk 25.505 Pcs
d. Tahun 2010
Penjualan (dalam 7.868.580.000 Didapatkan hasil bahwa perusahaan
Rupiah) mendapat break even point pada penjualan
Ongkos (dalam 4.373.840.000 Rp. 606.640.000 atau sama dengan
Rupiah) penjualan produk 30.283 Pcs
Laba Maksimal 3.494.740.000 Setelah melihat hasil diatas tampak
(dalam Rupiah) bahwa setiap tahunnya perusahaan mengalami
break even point. Hal ini menandakan bahwa
Tahun 2012 dalam setiap tahunnya perusahaan mendapat
Laba maksimal tahun 2012 keuntungan.
Uraian Jumlah Keuntungan itu tentu saja didapatkan dari
tingginya harga jual produk dibandingkan dengan
Penjualan (dalam 9.925.720.000 harga beli produk yang mencapai 100%, tentunya
Rupiah) keuntungan yang 100% tersebut memberikan
Ongkos (dalam 5.440.910.000 nilai tambah bagi perusahaan sehingga dimasa
Rupiah) yang akan datang sangat berpotensi untuk dapat
Laba Maksimal 4.484.810.000 dikembangkan.
(dalam Rupiah)
Analisa Ketepatan Peramalan
Tahun 2013 Hasil dari ketepatan ramalan berdasarkan
Laba maksimal tahun 2013 pengolahan data ditampilkan dalam bentuk tabel
Uraian Jumlah 4.1 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Peramalan MAE
Penjualan (dalam 11.982.860.000 (Mean Absolute Error)
Rupiah) n MAE
Ongkos (dalam 6.516.380.000 2 11.977
Rupiah) 3 7.021
Laba Maksimal 5.466.480.000 4 5.890
(dalam Rupiah) 5 5.990
6 5.767
7 5.607
8 5.627
Analisa Grafik MAE (Mean Absolute Error) 63 38.857
Berikut adalah gambar grafik nilai MAE 64 39.571
65 Tahun 40.286
Grafik MAE 66 2011 41.000
14000
67 41.714
12000
Error (MAE)

68 42.429
10000 69 43.143
8000 MAE 70 43.857
6000 n 71 44.571
72 45.286
4000
73 46.000
2000 74 46.714
0 75 47.429
1 2 3 4 5 6 7 8 76 48.143
77 Tahun 48.857
78 2012 49.571
Berdasarkan data pada grafik
79 50.286
menunjukan hasil pengolahan peramalan. Dengan
80 51.000
menggunakan metode double moving average
dengan menggunakan perataan n=2 s/d 8 bulan 81 51.714
dapat dilihat nilai error yang dihasilkan. Dimana 82 52.429
pada bulan perataan (n) menunjukan pada bulan 2 83 53.143
atau n=2 tingkat errornya yang paling tinggi, dan 84 53.857
error yang paling terkecil terjadi pada bulan 7
atau n=7 bulan didapatkan nilai error MAE yang
terkcil sebesar 5.067. oleh karena itu, hasil Analisa Laba Maksimal
peramalan n=7 bulan yang di gunakan dalam Hasil peramalan yang telah dilakukan
pengolahan data. sebelumnya menjadi begitu penting untuk
Dari data diatas sudah terlihat dengan dilakukan pengolahan data tentang laba maksimal
jelas bahwa peramalan yang memiliki tingkat yang dapat dicapai. Karena horison peramalan
error terkecil adalah peramalan dengan nilai yang digunakan adalah 3 tahun, maka analisa
perataan n=7 bulan. Maka nilai peramalan inilah laba maksimal juga dilakukan selama 3 tahun
yang akan dipakai. Maka peramalan akan Hasil peramalan dianggap sebagai rencana
digunakan hasilnya yang disajikan dalam bentuk penjualan perusahaan secara maksimal 3 tahun
tabel 4.2 sebagai berikut: yang akan datang. Karena perusahaan boleh
Data Peramalan n=7 yang memiliki tingkat percaya bahwa dengan peramalan yang telah
kesalahan terkecil dilakukan dengan nilai error yang kecil akan
tidak jauh berbeda dengan apa yang akan terjadi
periode Tahun Hasil dimasa yang akan datang.
Peramalan Jadi laba maksimal merupakan laba yang
49 28.857 diperoleh perusahaan dimana dianggap bahwa
50 29.571 jumlah barang yang akan dijual sama dengan
51 30.286 nilai peramalan yang telah dibuat. Dan itu dapat
52 31.000 digambarkan dengan rumus.
53 31.714 Laba Maksimal = (unit terjual x harga jual) –
54 32.429 biaya operasional
Setelah diambil nilai peramalan dengan nilai n =
55 Tahun 33.143
7 bulan maka dapat ditentukan berapakah nilai
56 2010 33.857
peramalan tersebut yang akan dijadikan acuan
57 34.571
penjualan perusahaan. Hasilnya adalah bahwa
58 35.286
tahun 2011 nilai keuntungan perusahaan sebesar
59 36.000 Rp. 2.926.550.000 dan nilai keuntungan tahun
60 36.714 2012 sebesar Rp. 3.494.735.714 dan nilai
61 37.429 keuntungan 2013 sebesar Rp. 5.466.478.571 ini
62 38.143 berarti keuntungan perusahaan yang cukup baik.
Pembahasan Break Even Point peramalan yang mengandung paling sedikit error
Pada pembahasan break even point ini didalamnya.
telah diperlihatkan sebelumnya bahwa setiap Nilai MAE didapatkan dari mencari nilai error
tahunnya perusahaan mengalami nilai break even dimana nilai error merupakan beda antara
point. Hal ini menandakan bahwa perusahaan demand dengan peramalannya. Kemudian error
memiliki arus kas yang positif atau tersebut dibuat nilai absolute baru kemudian
menguntungkan setiap tahunnya. Dengan dirata-ratakan. Mengapa memilih MAE dari pada
investasi yang terbatas namun bisa memberikan MSE ? Karena dengan MAE nilainya lebih kecil
keuntungan yang maksimal tentunya hal ini daripada dari pada MSE sehingga lebih mudah
sangatlah baik. untuk dibaca.
Dilihat dari analisa break even point diatas Hasi dari pengolahan data didapatkan bahwa
misalnya pada tahun 2007, terlihat bahwa peramalan dengan nilai perataan n=7 bulan yang
penjualan terjadi sebanyak 142.000 pcs dengan mengandung nilai MAE terkecil sehingga
nilai transaksi sebesar Rp. 2.840.000 dan dipercaya bahwa dengan nilai MAE yang terkecil
menghabiskan dana operasional sebanyak Rp. tersebut akan dapat terealisasi dimasa yang akan
1.696.600.000 dan masih menyisakan dana datang.
sebesar 1.143.400.000 ini menandakan bahwa
pada tahun pertama saja telah mengalami Pembahasan Laba Maksimal
keuntungan karena telah mencapai break even Setelah didapatkan nilai peramalan, maka untuk
point. Begitupun hal ini terjadi pada tahun 2008, mendapatkan nilai laba maksimal digunakan
2009 dan 2010. Kesemuanya mengalami break rumus :
even point ditahun yang sama pula.
Sehingga jika saja pada tahun pertama banyak Laba Maksimal = (unit terjual x harga jual) –
mengeluarkan dana untuk investasi dan telah biaya operasional
mendapatkan break even point, maka
sesungguhnya pada tahun pertama saja modal Bila nilai penjualan sifatnya telah pasti, maka lain
usaha telah kembali. Dan begitupun terjadi pada halnya dengan biaya operasional. Biaya
tahun-tahun berikutnya. Sehingga dapat operasional sendiri dihitung dengan cara
dikatakan bahwa secara bisnis perusahaan ini memperhatikan laporan keuangan yang telah
sangat layak untuk dilaksanakan. berjalan sebelumnya untuk dapat memperkirakan
nilai biaya operasional.
Pemahasan Peramalan Dikarenakan laporan keuangan pada periode
Pada awal pengolahan peramalan, sebelumnya berubah-ubah, maka untuk
direncanakan bahwa nilai perataan yang akan menentukan fixed cost dan variabel cost
dipakai hanya nilai n=2 bulan, 3 bulan, 4 bulan digunakan analisa trial error. Contohnya pada gaji
dan 5 bulan. Setelah melihat hasilnya dicobakan direktur, dimana dengan melihat laporan
nilai perataan n=6 bulan, 7 bulan dan 8 bulan. keuangan terlihat bahwa gaji direktur setiap
Hal ini dilakukan karena melihat bahwa semakin tahunnya naik 12 juta rupiah, jadi kenaikan gaji
besar nilai perataan yang dipakai, maka nilai terjadi setiap bulannya adalah Rp. 1 juta
perataannya semakin kecil, untuk itu dilakukan perbulan.
pengecekan dengan penambahan n = 6 bulan Lain halnya dengan biaya sewa gedung. Melihat
sampai 8 bulan untuk melihat hasilnya sampai laporan sebelumnya, terlihat bahwa setiap 2 tahun
diketemukan nilai error yang terkecil, akhirnya pemilik gedung menaikkan harga sewa gedung
didapatkan nilai MAE yang terkecil yaitu nilai yang dipakai sebanyak Rp. 8 juta. Hal ini
peramalan dengan nilai perataan n=7 bulan. tentunya tidak teratur seperti gaji direktur diatas.
Oleh karena itu penentuan nilai yang akan
Pembahasan Ketepatan Ramalan dipakai menggunakan pula kecenderungan data
Ketepatan ramalan merupakan hal yang masa lalu.
penting untuk dilakukan karena disinilah akan Berdasarkan perhitungan keuntungan diatas,
ditentukannya peramalan mana yang dipercaya dapat diketahui bahwa keuntungan total
yang mengandung paling sedikit nilai kesalahan. perusahaan dalam 3 tahun adalah Rp 11.
Tentunya semakin besar nilai kesalahan, maka 887.764.000.
semakin besar pula nilai peramalan tersebut
diragukan keampuhannya. Oleh karena itu
peramalan yang akan digunakan adalah
SIMPULAN Biaya . Edisi keenam. Erlangga. Jakarta.
1997.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan
analisa yang telah dilakukan disimpulkan : Mulyadi. Akuntansi Biaya : Penentuan Harga
Pokok. Edisi kelima. Sekolah Tinggi Ilmu
a. Hasil break even point pada tahun 2007.
Ekonomi YKPN. Yogyakarta. 1993
Perusahaan mendapatkan break even point
pada penjualan Rp. 463.320.000 atau sama Munawir. Analisa Laporan Keuangan.
dengan penjualan produk 23.226 pcs. Dan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 1986.
tahun 2008 break even point Rp.
RenderBarry, Heizer Jay. Prinsip-Prinsip
519.060.000 kalau dengan produk 25.953
Manajemen Operasi. Edisi bahasa Indonesia.
pcs. Dan tahun 2009 break even point Rp.
Salemba Empat. Jakarta. 2001
570.100.000 kalau produk 28.505 pcs. Tahun
2010 break even point Rp. 605.640.000 Sofjan Assauri. Manajemen Produksi dan
produk 30.283 pcs. Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Indonesia. 2008
b. Dilihat dari analisa break even point diatas Spyros Makridakis. Steven C. Whellwright.
misalnya pada tahun 2007, terlihat bahwa Victor E. Megee disalin oleh Untung Sus
penjualan terjadi sebanyak 142.000 pcs Andriyanto. Abdul Basiht. Metode dan
dengan nilai transaksi sebesar Rp. 2.840.000 Aplikasi Peramalan Edisi kedua. Jilid 1.
dan menghabiskan dana operasional
sebanyak Rp. 1.696.600.000 dan masih
menyisakan dana sebesar 1.143.400.000 ini
menandakan bahwa pada tahun pertama saja
telah mengalami keuntungan karena telah
mencapai break even point. Begitu apun hal
ini terjadi pada tahun 2008, 2009 dan 2010.
Kesemuanya mengalami break even point
ditahun yang sama pula.

c. Setelah diambil nilai peramalan dengan nilai


n = 7 bulan maka perusahaan mendapatkan
penghasilan pada target laba untuk 3 tahun
kedepan yaitu, pada tahun 2011 nilai
keuntungan perusahaan sebesar Rp.
2.926.550.000 dan nilai keuntungan tahun
2012 sebesar Rp. 3.494.735.714 dan nilai
keuntungan 2013 sebesar Rp. 5.466.478.571
ini berarti keuntungan perusahaan yang
cukup baik.

d. Berdasarkan perhitungan keuntungan


perusahaan, dapat diketahui bahwa
keuntungan total perusahaan dalam 3 tahun
adalah Rp. 13.446.030.000.

Daftar Pustaka :
Bambang Riyanto. Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan. Edisi keempat. BPFE.
Yogyakarta. 1997.
Herjanto Eddy. Manajemen Produksi dan
Operasi. Edisi kedua. Grasindo. Jakarta.
1999
Letricia B.R. Akuntansi Biaya : Dengan
Menggunakan Pendekatan Manajemen

You might also like