You are on page 1of 12

Gizi Buruk Pada Anak Jember

Diajukan sebagai Ulangan Tengah Semester

Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat

Dosen Pengampu

Dr. Hadi Prayitno, M.Kes

Oleh:

Billah Muhammad Maulidi

(170910301033)

JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

2018.2
Daftar Isi

Daftar Isi ............................................................................................................................... i


BAB I Pendahuluan .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan ............................................................................................................. 3
2.1 Gizi Buruk dan Kemampuan Masyarakat Memenuhi Gizi ........................................ 3
2.2 Teori Tentang Indikator Gizi ...................................................................................... 4
2.3 Analisa Mendalam Tentang Gizi Buruk ..................................................................... 4
2.4 Peran Pekerja Sosial Dalam Kasus Gizi Buruk ........................................................... 7
BAB III Kesimpulan .............................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 9
Daftar Pustaka................................................................................................................... 10

Kesehatan Masyarakat | i
BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Membahas tentang gizi manusia, maka tentunya kita juga akan membahas
tentang nutrisi. Untuk memahami gizi maka kita juga diajak untuk mengerti nutrisi
yang ada pada tiap makanan dan minuman yang dikonsumsi tiap orang. Dalam hal
ini gizi dapat didefinisikan sebagai jumlah nutrisi yang masuk ke dalam tubuh per
makanan yang dikonsumsi. Jumlah nutrisi yang masuk ke dalam tubuh menjadi
penentu serta indikator gizi tiap individu. Di Indonesia sendiri, terkait gizi, maka
masyarakat akan familiar dengan istilah “Empat Sehat, Lima Sempurna” (ESLS)
yang kadang kita artikan sebagai makanan wajib tiap harinya. Disanalah embrio
pengetahuan masyarakat tentang Gizi dimulai.

Seiring berkembangnya zaman, perhatian terhadap gizi terutamanya pada anak-


anak selalu menjadi sorotan utama dalam perbincangan sehari-hari. Gizi dijadikan
bahan acuan sejauh mana sesorang menjalani kehidupannya secara sehat. Gizi juga
dijadikan berita-berita informasi, terkait perkembangan teknologi yang mendukung
perbaikan dalam gizi, dan bahkan permasalahan yang meliputi gizi di masyarakat
itu sendiri. Maka dari itu, gizi itu sendiri merupakan tolak ukur kesehatan dalam
masyarakat. Hal ini tentunya menjadi berita baik mengingat masyarakat nantinya
juga akan melek tentang pengetahuan gizi.

Namun, meskipun gizi menjadi perbincangan umum di khalayak, ternyata


masih banyak timbul permasalahan tentang gizi itu sendiri. Isu-isu yang menjadi
mainstream dalam gizi, ialah gizi buruk. Gizi buruk selalu berjalan konsekuen
dengan gizi itu sendiri. Memang pada dasarnya topik gizi buruk akan selalu menjadi
pembicaraan dalam gizi itu sendiri. Karena secara tidak langsung tujuan gizi adalah
mengurangi kurangnya gizi di masyarakat yang kita sebut tadi sebagai gizi buruk.

Di era millineal ini, gizi buruk masih saja terus menghantui masyarakat.
Utamanya bagi mereka yang memiliki penghasilan rendah. Kebanyakan
dampaknya pun jatuh pada anak-anak mereka, karena kemampuan finansial yang
rendah sehingga membuat ketidak mampuan orang tua untuk memenuhi gizi dari

Kesehatan Masyarakat | 1
anaknya. Hal ini cukup miris, karena di era yang serba modern ini, seharusnya gizi
dapat dikurangi atau bahkan ditekan ke titik ketiadaan gizi buruk, mengingat
teknologi yang semakin canggih dan mempermudah kehidupan manusia. Namun
faktor finansial pun pada akhirnya juga ikut andil besar dalam langgengnya kasus
gizi buruk di masyarakat.

Selain itu, penulisan makalah ini mengajak kita untuk mengetahui berapa
jumlah penyandang masalah gizi di Kabupaten Jember sendiri. Informasi ini sangat
diperlukan karena nantinya, kita sebagai masyarakat Jember mampu untuk bahu-
membahu mengurangi angka gizi buruk di Kabupaten Jember.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu gizi dan nutrisi serta permasalahan gizi buruk ?


2) Mengapa terjadi gizi buruk di masyarakat utamanya pada anak-anak ?
3) Bagaimana proses pemecahan masalah gizi buruk pada anak-anak ?
4) Peran Peksos dalam membantu membantu menyelesaikan permasalahan
gizi buruk ?

Kesehatan Masyarakat | 2
BAB II Pembahasan

2.1 Gizi Buruk dan Kemampuan Masyarakat Memenuhi Gizi

Seperti yang telah kita bahas tadi, bahwa memang kekurangan finansial pada
keluarga pada akhirnya juga bermuara dan mempengaruhi gizi seseorang.
Ketidakmampuan memenuhi gizi inilah yang akhirnya menimbulkan masalah yaitu
kekurangan gizi atau biasa disebut dengan gizi buruk. Menurut Prof. Soekirman
(2000) gizi buruk diklasifikasikan sebagai gizi-makro yang berarti di dalamnya juga
termasuk kekurangan gizi. Perkembangan gizi pada akhir tahun 1990-an di dunia
lebih difokuksan pada permasalahan gizi-mikro yaitu kekurangan vitamin A,
kurang zat besi, kurang yodium, dan banyak lagi lainnya. Namun kali ini kita akan
fokus pada gizi-makro karena pada dasarnya gizi buruk merupakan salah satu
rumpun dalam gizi-makro.

Masalah gizi makro selalu menjadi perbincangan yang dialektis oleh para
Ahli gizi. Prof. Soekirman sendiri dalam bukunya menyatakan bahwa gizi-makro
adalah lebih terkait tentang kurangnya protein dan hal ini sering terjadi di negara-
negara berkembang. Maka pada akhir tahun 1980-an fokus memberikan perhatian
khusus pada makanan sumber protein utama seperti daging dan susu. Namun
setelah di teliti lebih dalam oleh para ahli, bahwa memang tidak serta merta
permasalahan ini hanya disebabkan oleh kurangnya protein saja, namun karena
memang kurangnya kemampuan individu dalam mengkombinasikan makanan
sehingga mencipatakn energi dan protein yang seimbang.

Kekurangan gizi direprentasikan dengan istilah KEP (Kurang Energi


Protein) yaitu pada orang dewasa dan pada balita. WHO banyak memberikan
pengertian tentang KEP mulai dari KEK (Kurang Energi Kronik), istilah kurus
(thinnes) yang terbagi menjadi tiga yaitu ringan (mild), sedang (moderate) dan berat
(severe) yaitu orang yang kurus sekali 1.

1
Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. 2000, hlm. 62

Kesehatan Masyarakat | 3
Di Jember sendiri dan di beberapa daerah di Jawa Timur, angka kekurangan
gizi dan gizi buruk masih relatif tinggi dibanding daerah lain di Jawa. Hal ini
mengindikasikan bahwa kepekaan dan kepedulian keluarga dalam mengatur gizi
keluarganya masih rendah. Perlu adanya rangsangan-rangsangan sehingga nantinya
permasalahan gizi utamanya gizi buruk tidak menjadi masalah berkepanjangan.

2.2 Teori Tentang Indikator Gizi

1. Teori Empat Sehat Lima Sempurna (ESLS) yang dikemukakan oleh


Dokter Poorwo Soedarmo. Yang menjadi dasar teori ini adalah: (1)
makanan pokok (sumber karbohidrat), (2) lauk pauk (sumber protein
dan lemak), (3) sayur, dam (4) buah-buahan (sumber zat gizi mikro :
vitamin dan mineral) 2. Akan menjadi sempurna jika tiap harinya
ditambah meminum segelas susu.
2. Teori Antropometrik, yaitu menggunakan ukuran-ukuran sebagai
3
indikator dan mengenali kekurangan gizi/ gizi buruk . Melalui
antropometrik dapat diukur dengan beberapa cara, terhadap berat badan
(BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala
(LK), tebal lemak (TL), dan lainnya. Indikator tersebut biasanya di bagi
menjadi beberapa rumus, yaitu “BB/U”, “TB/U”, dan “BB/TB” 4
3. Teori Penentu Kesehatan, dikemukakan oleh Tan Shot Yen (2009), yang
mendifinisikan dalam diagram bahwa sehat dipengaruhi oleh empat
unsur yaitu genetik, fasilitas kesehatan, lingkungan, dan perilaku.

2.3 Analisa Mendalam Tentang Gizi Buruk di Jember

Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru mulai dikenal sekitar tahun
1952 sampai 1955 sebagai terjemahan kata bahasa inggris nutrition 5. Berasal dari
bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Melalui pengertian-pengertian yang

2
Ibid, hlm.46
3
Ibid, hlm.66
4
Ari Sulistyawati. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. 2014, hlm.98
5
Ibid, hlm.4

Kesehatan Masyarakat | 4
di definisikan para ahli maka mulai dikenalah indikator pada gizi. Sejak indikator
itu ada, maka sejak itulah muncul permasalahan baru yaitu “gizi buruk”.

Banyak negara yang telah mengantisipasi kasus yang demikian dengan


usaha-usaha menyusun strategi pemenuhan gizi minimal, seperti pesan pedoman
gizi seimbang Amerika Serikat “Dietary Guidelines for The American” sebagai
usaha negara dalam memenuhi kebutuhan gizi warganya (USDA & DHHS: 1980).

Pada dasarnya pemenuhan terhadap gizi menggunakan indikator-indikator


untuk mengenali tercukupinya gizi pada tubuh bisa dilihat sejak seorang manusia
dilahirkan (sejak bayi). Misalnya yang dikemukakan pak Riyadi dan Sukarmin
tentang tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Sangat mudah bagi orang
tua untuk selalu mengamati pertumbuhan dan perkembangan fisik anaknya, karena
hal ini hampir setiap hari orang tua bisa melihatnya 6. Misalnya: (1) tumbuh
kembang infant/bayi umur 0-12 bulan; umur 1 bulan: umur 2-3 bulan; umur 4-5
bulan; umur 6-7 bulan; umur 8-9 bulan; umur 10 – 12 bulan yang terdiri dari fisik,
motorik, sensoris, dan sosialisasi; (2) tumbuh kembang toddler (BATITA); umur
15 bulan; umur 18 bulan; umur 24 bulan; umur 36 bulan yang terdiri dari, motorik
kasar dan motorik halus; (3) tumbuh kembang pra sekolah; umur 4 tahun dan umur
5 tahun yang terdiri dari motorik kasar, motorik halus, sosial emosional,
pertumbuhan fisik; (4) tumbuh kembang usia sekolah yang terdiri dari motorik,
sosial emosional, dan pertumbuhan fisik; serta (5) tumbuh kembang remaja
(adolesccent) yaitu pertumbuhan fisik dan sosial emosional.

Meskipun telah ada indikator-indikator yang dibuat untuk membuat


masyarakat sadar akan gizi dan mampu mengurangi kekurangan gizi, namun kasus
gizi buruk masih saja terus berlanjut atau bahkan malah bertambah besar di
beberapa daerah. Pada tahun 2016 seusai data yang disadur dari laporan Global
Nutrition bahwa Indonesia sendiri masih menduduki peringkat ke-108 di dunia dan
mayoritas di alami oleh anak-anak, ini mengindikasikan bahwa pemenuhan gizi
sejak dini di Indonesia masih sangat rendah. Menurut Dokter Spesialis gizi klinik

6
Riyadi, Sujono & Sukarmin. Asuhan Keperatawan Pada Anak. 2009, hlm 5

Kesehatan Masyarakat | 5
FKUI RSCM, Inge Permadhi, kekurangan gizi pada anak di awal kehidupan dapat
mempengaruhi metabolisme tubuh agar menyesuaikan dengan kondisi kekurangan
gizi 7. Dan juga diperkuat oleh Dr. dr. Ahmad Suryawan, Sp.A (K) sebagai dokter
pediatri sosial RS. Dr. Soetomo dalam suara.com menjelaskan bahwa anak yang
mengalami gizi buruk akan mengalami penurunan kecerdasar dari 31 poin menjadi
merosot ke 7 poin saja atau menurun lebih dari 300 persen.

Republika.com juka memaparkan data dari kabupaten Jember tahun 2017


bahwa penderita gizi buruk di Jember berjumlah 8000-an individu. Berdasarkan
data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
menyebutkan bahwa ada enam kabupaten di Jawa Timur yang kronis masalah gizi
yaitu Jember sebanyak 8.035 balita, Probolinggo 4.647 balita, Lamongan 4.403
balita, Sampang 3.537 balita, Sumenep 3.319 balita, dan Bangkalan sebanyak 3.247
balita. Hal ini memberikan fakta jumlah penyandang kronis gizi dan gizi buruk di
Jember masih yang tertinggi di Jawa Timur. Namun jika dilihat dalam hitungan
persentase kelahiran bayi, maka Jember masih rendah di Jawa Timur, total angka
8000-an tadi, hanya 300 balita saja yang benar-benar mengalami gizi buruk. Maka
dari itu meskipun angka gizi buruk tidak terlalu besar namun masih banyak angka
kekurangan gizi yang berpeluang mengalami gizi buruk serupa.

Maka dari itu perlu adanya usaha-usaha yang dilakukan akar nantinya kasus
gizi buruk dan potensi menuju gizi buruk dapat ditekan ketitik terkecil. Banyak cara
yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka gizi buruk tersebut.

Ada beberapa solusi yang di tawarkan oleh para ahli. Pertama jika melihat
kerangka promosi kesahatan maka ada beberapa tahap yang diperlukan (Emilia,
2008) 8. Yang pertama adalah fokus sasaran yaitu individu dan kelompok,
kemudian strategi pemecahan dengan pendidikan motivasi organisasi yang
berkaitan dengan kesehatan, dan nantinya akan memberikan dampak adaptasi

7
Ririn Indriani. Kasus Gizi Buruk, Indonesia Urutan ke-108 terbanyak di Dunia. Suara.com
(14/7/17)
8
Siti Fathonah. Gizi dan Kesehatan Untuk Ibu Hamil, Kajian Teori dan Aplikasinya. 2016, hlm. 2

Kesehatan Masyarakat | 6
perilaku dan lingkungan. Keluaran yang dikemukakan Emilia adalah kesehatan
lebih baik yang pada akhirnya bermuara pada kualitas hidup yang lebih baik lagi.

Pada kasus epidemi kolera di London, belajar dari pengalaman itu maka
John Snow membuat beberapa alternatif solusi yang ia dasarkan pada
pengalamannya di London 9. Solusi yang ia kemukakan disebut dengan “promosi
kesehatan”. Kemudian ia membagi menjadi tiga cara mengatasi permasalahan
kesehatan: (1) pencegahan primer, yaitu promosi kesehatan (health promotion) dan
perlindungan khusus (specific protection) yang dilakukan pada masa individu
sebelum sakit atau dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan preventif; (2)
pencegahan sekunder, yaitu diagnosis dini (early diagnosis) dan pengobatan segera
(prompt treatment), pembatas kecacatan (disability limitation) yang dilakukan pada
masa individu mulai sakit; (3) pencegahan tersier, yaitu rehabilitasi sehingga cacat
yang di derita individu tidak menghambat dan mempengaruhi fisik, mental, dan
sosial.

Solusi yang diberikan Snow diperkuat oleh Tan Shot Yen (2009) yang
menyebutkan bahwa fungsi pelayanan kesehatan yang promotif dan preventif
dalam masyarakat yang maju maupun masyarakat yang mendapat pemberdayaan
akan membuat derajat kesehatan meningkat, karena sifat lingkungan komunitas
yang menunjang dan perilaku sehat dari masing-masing pribadi10

2.4 Peran Pekerja Sosial Dalam Kasus Gizi Buruk

Selain itu peran Peksos juga sangat berperan penting dalam membantu
pengentasan kekurangan gizi utamanya gizi buruk melalui pendidikan gizi.
Pendidikan gizi merupakan kegiataan pembinaan gizi dan pemberdayaan
masyarakat. Kegiatan semacam ini mampu memberikan pengetahuan, pemahaman,
dan keterampilan dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan utamanya gizi.
Budianto dkk (1998) dalam Siti Fathonah berpendapat bahwa pendidikan kesehatan
merupakan konsep yang ideal dan memperkuat konsep ini dengan ‘pola konsumsi

9
Ibid
10
Ibid, hlm.3

Kesehatan Masyarakat | 7
gizi seimbang yang di tuangkan dalam bentuk gambar, pesan, khususnya bagi yang
bisa baca tulisan agar khalayak berpilaku gizi yang benar.

Menurut Purwowibhowo (2018) pekerja sosial memiliki peran ecological


perspektif, yaitu membantu masyarakat melalui intervensi dengan pendekatan
ekologi dan lingkungan. Diharapkan pemenuhan gizi utamanya kesehatan
masyarakat mampu dilihat secara meluas tidak hanya dari makannya saja,
melainkan dari lingkungan di sekitarnya.

Dalam proses intervensi pekerja sosial, ada proses assesment yang di mana
peksos berusaha mencari akar permasalahan serta kebutuhan masyarakat itu.
Community Need Assesment dapat menjadi langkah awal agar peksos mampu
mengetahui kebutuhan masyarakat sebenarnya untuk mengurangi angka
kekurangan gizi tersebut. Setelah itu bisa dilakukan Focus Group Discussion
dengan masyarakat setempat untuk menentukan arah yang akan dicapai masyarakat
bersama peksos dalam rangka perbaikan dan pemenuhan gizi anak.

Adanya pekerja sosial medis juga tentunya sangat membantu untuk


mengawal dan mengurangi kasus gizi buruk sendiri. Pada saat ini sudah seharusnya
pekerja sosial mampu menjamah pada permasalahan kesehatan utamanya isu-isu
dalam masyarakat. Peran ini sangatlah diperlukan mengingat kesejahteraan sosial
di dalamnya juga termasuk kesehatan sebagai tolak ukur sejahtera atau tidaknya
masyarakat. Maka dari itu peranan peksos haruslah dimasifkan akar keberfungsian
masyarakat kembali menjadi normal kesejahteraan masyarakat tercapai.

Kesehatan Masyarakat | 8
BAB III Kesimpulan

3.1 Kesimpulan

Kasus gizi buruk di Indonesia merupakan kasus yang selalu dijumpai di


kehidupan masyarakat. Hal ini dipicu oleh kurangnya pemenuhan gizi masyarakat
tiap harinya. Kurangnya gizi membuat gizi kronis bertranformasi menjadi gizi
buruk. Namun dibalik semua itu ada alasan kausatif sehingga membuat gizi buruk
menjadi penyakit yang terus menghantui. Kita juga tidak bisa menyalahkan
masyarakat, karena memang seperti data yang di paparkan di atas bahwa gizi buruk
didorong oleh ketidakmampuan finansial keluarga untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi tiap harinya. Maka dari itu perlu adanya sinergi seluruh elemen untuk saling
menciptakan solusi yang efektif dan inovatif sehingga angka gizi buruk mampu
ditekan ke titik terendah. Seperti pemaksimalan progmram ESLS, promosi
kesehatan, PUGS, kemudian pemberdayaan masyarakat tentang pendidikan gizi
yang diawasi langsung oleh pekerja sosial sehingga program-program tersebut
mampu berjalan secara berkelanjutan (sustainbility). Pemaksimalan peran pekerja
sosial jugalah harus dimanfaatkan secara meluas sehingga kesehatan serta
kesejahteraan di masyarakat mampu diwujudkan secara nyata.

Kesehatan Masyarakat | 9
Daftar Pustaka

Adi, Isbandi Rukminto. 2015. Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Rajawali Press.

Fathonah, Siti. 2016. Gizi & Kesehatan untuk Ibu Hamil. Jakarta: Erlangga.

Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya, untuk Keluarga dan Masyarakat.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Sulistyawati, Ari. 2014. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Salemba


Medika.

Dr. Purwowibhowo. 2018. Metode Pekerjaan Sosial Dengan Kelompok. Mata


Kuliah Metode Intervensi Keluarga dan Kelompok, Unej.

Indriani, Ririn & Firs’ta Nodia. Kasus Gizi Buruk, Indonesia Urutan Ke-108
Terbanyak di Dunia.
https://www.suara.com/amp/health/2017/07/20/155336/kasus-gizi-buruk-
indonesia-urutan-ke-108-terbanyak-di-dunia, diakses tanggal 22 Desember 2017
pukul 01.14 WIB

______________. Kasus Gizi Buruk di Jember Capai 8.000 Anak.


https://www.republika.com/amp_version/ot38ou384 , diakses tanggal 22 Desember
2017 pukul 01.24 WIB

Kesehatan Masyarakat | 10

You might also like