You are on page 1of 13

MAKALAH

“Penaganan Stunting dan Rembuk Stunting”

Disusun Oleh:

SITI MARYAMAH

PO.71241220304

Dosen Pengampu : Dra Nenny Heryani, M.Kes

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN ALIH JENJANG

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga kani dapat menyelesaikan tugas makalah
“Penaganan Stunting dan Rembuk Tunting” tanpa mengalami suatu hambatan yang
berarti.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Demi pengembangan
kreatifitas kami dan kesempurnaan makalah ini, kami menunggu saran dari pembaca,
baik dari segi isi, istilah serta pemaparannya. Harapan kami semoga kami dapat
memperbaiki kekurangan tersebut.

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 1


DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ............................................................................................................. 3
B. Faktor – factor penyebab stunting......................................................................... 3
C. Dampak stunting ................................................................................................... 4
D. Mencegah stunting ................................................................................................ 5
E. Perbaiki asupan nutrisi .......................................................................................... 5
F. Lakukan pengobatan ............................................................................................. 6
G. Minimalisir kebiasaan buruk................................................................................. 6
H. Pemaksimalan keseimbangan ekonomi ................................................................ 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 7
B. Saran ..................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

II
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada
hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat se!agai suatu proses kurang asupan
makanan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa zat gizi tidak terpenuhi
atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar daripada yang
diperoleh ( manary dan solomons 2009 )

Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan di negara


berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International Children’s
Emergency Fund (UNICEF) satu dari tiga anak balita mengalami stunting. Sekitar
40% anak balita di daerah pedesaan mengalami pertumbuhan yang terhambat. Oleh
sebab itu, UNICEF mendukung sejumlah inisiasi untuk menciptakan lingkungan
nasional yang kondusif untuk gizi melalui peluncuran Gerakan Sadar Gizi Nasional
(Scaling Up Nutrition – SUN) di mana program ini mencangkup pencegahan stunting
(UNICEF, 2012).

Masalah kurang energi protein (KEP) merupakan salah satu masalah utama
gizi yang dapat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak. Kekurangan energi
dan protein dalam jangka panjang akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
balita (Hardinsyah, et al., 1992), Dan dalam penelitian Asrar, et al.,(2009) juga
menunjukkan bahwa balita dengan asupan energi yang kurang beresiko mengalami
stunting tiga kali lebih besar dibanding dengan balita yang asupan energinya cukup
dan asupan protein yang kurang beresiko mengalami stunting empat kali lebih besar
dibanding dengan balita yang asupan proteinnya cukup.

Menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke-lima jumlah


anak dengan kondisi stunting. Salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting
tertinggi adalah kabupaten Ogan Komering ilir. Angka stunting kabupaten Ogan
Komering Ilir (OKI) menurut Riskesdas mencapai 40,5% atau hampir setengah balita
di OKI mengalami stunting. Bahkan, angka ini di atas angka stunting nasional 37%.

1
Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di bawah usia lima
tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. (lifestyle.kompas.com /2017)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Untuk mengetahui apa itu stunting ?


2. Factor- factor yang mempengaruhi terjadinya stunting ?
3. Dampak yang terjadi setelah stunning ?
4. Bagaimana cara mencegah terjadinya stunting ?

C. TUJUAN

1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyebab kejadian stunting


sehingga dari informasi yang didapatkan dapat menimbulkan keinginan dari
masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang bertujuan untuk menurunkan
angka kejadian stunting.
2. Mengetahui dampak dampak yang terjadi pada anak pengidap stunning
3. Mengetahui cara mencegah terjadinya stunting

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai
kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat
anak berusia dua tahun.
Menurut WHO, 2012 Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan
anak yang terlalu rendah. Stuntingatau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi
badan yang berada di bawah minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi
WHO child growth standard
Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0
sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus
tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.
Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan
otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang
kurang, serta prestasi sekolah yang buruk. Stunting dan kondisi lain terkait kurang
gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan
kematian akibat infeksi.
B. Faktor - Faktor Penyebab Stunting

Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor. WHO (2013) membagi


penyebab terjadinya stunting pada anak menjadi 4 kategori besar yaitu faktor
keluarga dan rumah tangga, makanan tambahan / komplementer yang tidak
adekuat, menyusui, dan infeksi. Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi lagi
menjadi faktor maternal dan faktor lingkungan rumah.

Faktor maternal berupa nutrisi yang kurang pada saat prekonsepsi,


kehamilan, dan laktasi, tinggi badan ibu yang rendah, infeksi, kehamilah
pada usia remaja, kesehatan mental,Intrauterine growth restriction (IUGR) dan
kelahiran preterm, Jarak kehamilan yang pendek, dan hipertensi. Faktor
lingkungan rumah berupa stimulasi dan aktivitas anak yang tidak adekuat,
perawatan yang kurang, sanitasi dan pasukan air yang tidak adekuat, akses dan

3
ketersediaan pangan yang kurang, alokasi makanan dalam rumah tangga yang tidak
sesuai, edukasi pengasuh yang rendah.

Faktor kedua penyebab stunting adalah makanan komplementer yang tidak


adekuat yang dibagi lagi menjadi tiga, yaitu kualitas makanan yang rendah,
cara pemberian yang tidak adekuat, dan keamanan makanan dan minuman.
Kualitas makanan yang rendah dapat berupa kualitas mikronutrien yang rendah,
keragaman jenis makanan yang dikonsumsi dan sumber makanan hewani yang
rendah, makanan yang tidak mengandung nutrisi, dan makanan komplementer
yang mengandung energi rendah. Cara pemberian yang tidak adekuat berupa
frekuensi pemberian makanan yang rendah, pemberian makanan yang tidak aadekuat
ketika Sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang terlalu halus, pemberian
makan yang rendah dalam kuantitas. Keamanan makanan dan minuman dapat
berupa makanan dan minuman yang terkontaminasi, kebersihan yang
rendah penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak aman

Faktor ketiga yang dapat menyebabkan stunting adalah pemberian Air


Susu Ibu (ASI) yang salah bisa karena inisiasi yang terlambat, tidak ASI
eksklusif, penghentian menyusui yang terlalu cepat. Faktor keempat adalah
infeksi klinis dan subklinis seperti infeksi pada usus : diare, environmental
enteropathy infeksi cacing, infeksi pernafasa malaria, nafsu makan yang kurang
akibat infeksi, inflamasi

C. Dampak Stunting

Stunting dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup anak. WHO


(2013) membagi dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi dua yang terdiri dari
jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari stunting adalah di
bidang kesehatan yang dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, di
bidang perkembangan berupa penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan
bahasa, dan di bidang ekonomi berupa peningkatan pengeluaran untuk biaya
kesehatan.
Stunting juga dapat menyebabkan dampak jangka panjang di bidang kesehatan
berupa perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbidnya,
dan penurunan kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan berupa penurunan
prestasi dan kapasitas belajar, dan di bidang ekonomi berupa penurunan kemampuan

4
dan kapasitas kerja. Menurut penelitian Hoddinott et al.(2013) menunjukkan bahwa
stunting pada usia 2 tahun memberikan dampak yang buruk berupa nilai sekolah yang
lebih rendah, berhenti sekolah, akan memiliki tinggi badan yang lebih pendek, dan
berkurangnya kekuatan genggaman tangan sebesar 22%.
Stunting pada usia 2 tahun juga memberikan dampak ketika dewasa berupa
pendapatan perkapita yang rendah dan juga meningkatnya probabilitas untuk menjadi
miskin. Stunting juga berhubungan terhadap meningkatnya jumlah kehamilan dan
anak dikemudian hari, sehingga Hoddinott menyimpulan bahwa pertumbuhan yang
terhambat di kehidupan awal dapat memberikan dampak buruk terhadap kehidupan,
sosial, dan ekonomi seseorang.
Dampak stunting terhadap prestasi sekolah juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Perignon et al.(2014) terhadap anak usia 6 16 tahun di Kamboja.
Perignon menemukan bahwa anak yang mengalami stunting moderate dan severe
memiliki kecerdasan kognitif yang lebih rendah dibanding dengan anak yang normal.
Stunting juga dapat mempengaruhi kadar hemoglobin anak. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Mamiro (2005) terhadap anak di Tanzania menunjukkan bahwa
anak yang mengalami stunting memiliki kadar hemoglobin darah yang rendah.

D. Mencegah Stunting
Waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah selama kehamilan dan dua
tahun pertama kehidupan. Stunting di awal kehidupan akan berdampak buruk pada
kesehatan, kognitif, dan fungsional ketika dewasa.
1. Perbaiki asupan nutrisi
Penanganan bagi para penderita stunting yang paling utama yakni dengan
pemberian nutrisi secara layak dan mencukupi, mulai dari menu karbohidrat
layaknya dalam bentuk nasi dan roti, protein dalam segala jenis lauk pauk baik
dari nabati seperti tahu ataupun dari hewani layaknya menu olahan telur dan
seterusnya, perhatikan pula kandungan asupan vitamin yang bisa diperoleh dari
ragam jenis sayuran atau juga pada buah-buahan segar, pemberian susu yang kaya
akan nutrisi mencukupi juga layak dijadikan pilihan, yan pasti pemberian asupan
nutrisi mencukupi haruslah dilakukan secara berkala dan kontinyu, hal ini demi
memaksimalkan adaptasi tubuh dalam penyerapan nutrisi secara maksimal.
Perhatikan pula untuk pencegahan maka asupan nutrisi pada kalangan tertentu
semisal ibu hamil dan menyusui haruslah ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan
5
yang mencukupi demi terhindar dari hal yang tak diinginkan selanjutnya, karena
bagaimanapun dua kondisi ini pada umumnya membuat para wanita utamanya
memiliki beban yang memebihi dari waktu biasanya jadi perlu untuk diberikan
perhatian khusus lebih lanjut.

2. Lakukan pengobatan
Prosedur yang satu ini harus dilakukan secara spesifik apabila memang ditemukan
gejala penyakit yang memang melatarbelakangi munculnya kekurangan gizi
tersebut, semisal pengobatan secara intensif pada diare lantaran infeksi maupun
permasalahan pencernakan lain yang berhubungan langsung dengan sistem serap
nutrisi pada tubuh yang umumnya terletak pada saluran usus, fokus terapi untuk
penyakit pemicu ini akan semakin dapat memaksimalkan pula penanganan pada
gejala stunting secara sekaligus.

3. Minimalisir kebiasaan buruk


Beberapa kebiasaan kurang sehat layaknya salah diet ketat ataupun merokok harus
diminimalisir secara ketat, lantaran kegiatan seperti ini sama sekali tidak
membawa manfaat baik bagi tubuh dan justru sangat membahayakan, baiknya
lakukan kegiatan yang lebih positif dampaknya bagi tubuh karena jika dibiarkan
terus berlanjut tak ayal maka ragam masalah kesehatan pun akan mengintai di
kemudian harinya jadi cobalah untuk senantiasa bijak dalam memilah gaya hidup
anda demi kesehatan anda sampai hari mendatang

4. Pemaksimalan keseimbangan ekonomi


Hendaklah untuk yang satu ini pemerintah sebagai pemegang kekuasaan yang
utama dan luas juga ikut andil secara nyata demi menjaga keseimbangan supaya
perbaikan ekonomi juga dapat dirasakan oleh masyarakat kelas bawah, dan juga
kebiasaan untuk menggalakkan empati pada sesama layak juga untuk dijadikan
alternatif demi memperhatikan sesama kita yang berada pada ujung kemiskinan,
bantuan sembako dan bahan pangan secara tepat sasaran semoga dapat menjadi
langkah nyata yang dapat mengurangi merebaknya wabah stunting di kalangan
bawah

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak
sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru
terlihat saat anak berusia dua tahun
Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor. WHO (2013)
membagi penyebab terjadinya stunting pada anak menjadi 4 kategori besar
yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, makanan tambahan /
komplementer yang tidak adekuat, menyusui, dan infeksi. Faktor keluarga
dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal dan faktor
lingkungan rumah.
Dampak stunting dapat dibagi menjadi 2 yaitu dampa pendek dan
dampak panjang Dampak jangka pendek dari stunting adalah di bidang
kesehatan yang dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, di
bidang perkembangan berupa penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan
bahasa, dan di bidang ekonomi berupa peningkatan pengeluaran untuk biaya
kesehatan sedangkan dampak panjang di bidang kesehatan berupa perawakan
yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbidnya, dan
penurunan kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan berupa penurunan
prestasi dan kapasitas belajar, dan di bidang ekonomi berupa penurunan
kemampuan dan kapasitas kerja.
Cara mencegah stunting dapat dilakukan dengan cara Perbaiki asupan
nutrisi Lakukan pengobatan Minimalisir kebiasaan buruk dan Pemaksimalan
keseimbangan ekonomi
B. Saran
Makalah yang kami buat ini pastinya masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Makalah yang mungkin masih jauh dari kesempurnaan ini belum
dapat memberikan penjelasan maupun pemaparan yang sangat mendetail,
untuk itu kami menyarankan kepada pembaca agar tidak hanya terpaku pada

7
makalah ini saja dan mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah
ini.terima kasih

8
Daftar pustaka

www.wikipedia.com
www.lifestyle.kompas.com /2017
WHO. 2010.
Monitoring and Evaluation of Health Systems Strengthening: An Operational
Framework. Geneva, WHO. 2014
http://www.who.int/ healthinfo/HSS_ManE_framework_Oct_2010. pdf (sitasi
12 Agustus 2014)
www.gizigizi.com/artikel/detail/kekurangan-asupan-zinc-dan-protein-dapat-
menyebabkan-Stunting-Pendek-pada-ana

9
10

You might also like