Professional Documents
Culture Documents
Terompet
Terompet dalam penampilan musik marching band digunakan sebagai soprano,
umumnya memainkan melodi dalam musik. Meski demikian umumnya dalam
aransemen musik marching band fungsionalitas soprano dibagi menjadi dua atau tiga
kelompok untuk memainkan nada yang berbeda (biasanya mengisi rentang suara
sopran, dan mezzo-sopran). DiIndonesia umumnya grup-grup marching band
menggunakan terompet bernada dasar B♭, namun terdapat pula grup-grup marching
band yang menggunakan terompet bernada dasar G.
Mellophone
Mellophone merupakan instrumen musik tiup yang ditujukan sebagai pengisi suara alto-
soprano. Penggunaan mellophone dalam marching band umumnya lebih diminati
karena suara dan intonasi yang dihasilkannya lebih konsisten dibandingkan instrumen
musik sejenis seperti French Horn. Jenis mellphone yang paling banyak digunakan
umumnya bernada dasar F, namun banyak pula ditemukan instrumen bernada dasar G.
Biasanya sebuah instrumen mellophone memiliki kemampuan untuk dimainkan dengan
nada dasar G ataupun F dengan mengganti panjang pipa udara yang umumnya tersedia
sebagai bagian dalam kelengkapan instrumen tersebut.
Tenor Horn
Tenor horn dalam kategori ini merupakan jenis instrumen musik tiup logam dalam
keluarga trombone tenor yang telah didisain secara khusus untuk keperluan marching
band. Instrumen ini tidak menggunakan sistem geser melainkan menggunakan sistem
katup untuk memainkannya, dan panjang dari instrumen ini lebih pendek dari trombone
biasa dengan pipa suara yang menggunakan model lipat seperti yang terdapat pada
instrumen musik tiup lain: terompet, mellophone. Beberapa pabrikan kadang-kadang
memberi nama secara khusus untuk instrumen ini, misalnya: dynabone. Umumnya
instrumen tenor horn yang digunakan oleh grup marching band di Indonesia
menggunakan nada dasar B♭.
Baritone Horn/Euphonium
Meskipun memiliki fungsi yang sama dengan instrumen yang digunakan dalam
pertunjukan orkestra, bentuk baritone horn ataueuphonium yang digunakan dalam
penampilan marching band telah didisain secara khusus dengan corong menghadap ke
muka dan umumnya telah dilengkapi dengan sistem tiga katup. Sesuai dengan
namanya instrumen ini digunakan untuk mengisi suara dalam rentang nada baritone.
Umumnya instrumen yang digunakan dalam penampilan marching band menggunakan
nada dasar B♭.
Contra Bass/Tuba
Contra bass atau Tuba digunakan dalam penampilan musik marching band untuk
mengisi suara dalam rentang nada bass. Perbedaan antara contra bass dan tuba
terletak pada nada dasar yang digunakan pada instrumen tersebut. Jika nada dasar
yang digunakan pada instrumen tersebut adalah G maka disebut dengan contra bass,
sebaliknya bila menggunakan nada dasar B♭ maka dinamakan sebagai tuba. Seperti
umumnya instrumen musik tiup logam yang digunakan dalam penampilan marching
band, instrumen ini telah didisain pula untuk dimainkan sambil berjalan dengan corong
menghadap ke depan. Namun berbeda dengan instrumen musik lainnya, karena
ukurannya yang besar, untuk memainkan instrumen musik ini dilakukan dengan cara
dipanggul.
Snare drum
Ukuran marching snare drum biasanya lebih dalam dari ukuran yang biasanya
digunakan pada orkestra atau drumkit. Hal ini membuat suara yang dihasilkan menjadi
lebih keras, sesuai dengan kebutuhannya untuk penggunaan di lapangan terbuka.
Ukuran standar (diameter x kedalaman) adalah 13×11 dan 14×12 inci dengan berat
antara 16-45 lb. Ukuran yang lebih kecil (13×9) akhir-akhir ini menjadi populer
digunakan untuk kebutuhan penggunaan di lapangan tertutup. snare drum “high tension”
modern dikembangkan sebagai jawaban atas tensi membran yang lebih tinggi yang
dimungkinkan karena pemanfaatan serat fiber, atau kevlar. Drum tensi tinggi pertama
kali dikembangkan oleh Legato di Australia, dan menjadi lebih sempurna saat mulai
digunakan pada marching band.
Drum tenor
Marching band modern umumnya menggunakan multi-tenor, yang terdiri atas beberapa
tom-tom yang dimainkan oleh seorang drummer. Bagian bawah drum biasanya terbuka
dan dipotong menyiku untuk memproyeksikan suara ke arah depan. membran head
menggunakan double-ply PET film untuk meningkatkan kualitas proyeksi suara. Alat ini
umumnya dimainkan dengan menggunakan malet yang terbuat dari kayu atau
aluminimum dengan ujung berbentuk bundar terbuat dari nilon.
Teknik permainan tenor drum umumnya berbeda dengan teknik yang digunakan untuk
bermain snare drum, lebih mirip seperti bermain timpani karena membran dipukul
biasanya lebih dekat pada sisi-sisinya dibandingkan bagian di tengah membran. Bentuk
pukulan seperti ini menghasilkan suara yang lebih nyaring.
Drum tenor umumnya terdiri dari tom-tom berukuran 10, 12,13, dan 14 inci yang diatur
membentuk busar, seringkali dengan tambahan satu atau dua buah tom yang lebih kecil
(berukuran 6 atau 8 inci) di sisi sebelah dalam.
Drum bass
Ukuran drum bass yang digunakan pada ensembel perkusi modern bervariasi, dengan
lebar universal 14 inci, dan diameter 14 inci dan bertambah setiap 2 inci. Membran drum
biasanya terbuat dari PET film lembut berwarna putih. Tidak seperti snare drum dan
drum tenor, drum bass dimainkan oleh drummer dari kedua sisinya. Umumnya sebuah
drum line menggunakan 4 hingga 6 jenis drum bass dengan ukuran yang berbeda-beda,
tiap satu drum bass dimainkan oleh seorang drummer.
Simbal
Simbal dalam marching band tidak dimainkan dengan tujuan yang sama seperti
orkestra. Ada perubahan pada grip simbal yang dibuat khusus untuk kebutuhan
marching band. Simbal marching band biasanya terdiri atas dua keping yang terpasang
pada ke dua tangan pemainnya. Untuk memainkan simbal marching band kedua
kepingan itu diadu satu dengan lainnya sehingga menghasilkan suara. Jumlah pemain
simbal tiap-tiap grup marching band bisa berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya.
Mayoret
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mayoret merupakan seseorang yang melakukan aksi tari, atau gerakan dalam suatu
penampilan parade drum band dengan menggunakan sebuah tongkat mayoret yang
disebut dengan baton. Biasanya mayoret diperankan oleh seorang wanita, namun pada
perkembangannya peran mayoret ini bisa pula dilakukan oleh laki-laki, umumnya
ditemukan pada grup drum band kemiliteran. Peran mayoret awalnya merupakan
asimilasi dari peranpemandu sorak yang diadaptasikan sedemikian rupa dalam
penampilan parade drum band untuk menyeimbangkan dinamisasi pertunjukan dari
kesan peran kaku pada barisan para pemain instrumen musik (termasuk di dalamnya
pemain instrumen musik tiup dan perkusi). Seorang mayoret dapat melakukan berbagai
macam aksi dalam penampilannya seperti memutar-mutar tongkat, bayonet, tongkat
bendera, ataupun melempar baton. Mayoret kadang-kadang pula melakukan beragam
atraksi sulap, ataupun atraksi tertentu untuk menarik perhatian seperti kombinasi
memainkan, memutar-mutarkan, serta melempar hingga empat baton secara
bersamaan.[1]
Di Indonesia, peran mayoret dalam sebuah grup drum band tidak hanya terbatas
fungsinya sebagai penari, mayoret lebih sering memerankan sebagai pemimpin,
pemandu barisan dalam membentuk suatu formasi dalam penampilan. Terkadang
seorang mayoret dapat pula menggantikan fungsi komandan lapangan (dalam bahasa
Inggris disebut Field Commander) pada saat-saat tertentu. Beberapa grup marching
band di Indonesia masih menggunakan mayoret sebagai salah satu bagian dalam
penampilannya, namun dalam perkembangannya keberadaan mayoret mulai
ditanggalkan.
Orkes barisan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Orkes barisan (Inggris: marching band) adalah sekelompok barisan orang yang
memainkan satu atau beberapa lagu dengan menggunakan sejumlah kombinasi alat
musik (tiup, perkusi, dan sejumlah instrumen pit) secara bersama-sama. Penampilan
orkes barisan merupakan kombinasi dari permainan musik (tiup, dan perkusi) serta aksi
baris-berbaris dari pemainnya. Umumnya, penampilan Orkes barisan dipimpin oleh satu
atau dua orang Komandan Lapangan dan dilakukan baik di lapangan terbuka maupun
lapangan tertutup dalam barisan yang membentuk formasi dengan pola yang senantiasa
berubah-ubah sesuai dengan alurkoreografi terhadap lagu yang dimainkan, dan diiringi
pula dengan aksi tarian yang dilakukan oleh sejumlah pemain bendera.
Orkes barisan umumnya dikategorikan menurut fungsi, jumlah anggota, komposisi dan
jenis peralatan yang digunakan, serta gaya atau corak penampilannya. Pada awalnya
orkes barisan dikenal sebagai nama lain dari drum band. Penampilan orkes barisan
pada mulanya adalah sebagai pengiring parade perayaan ataupun festival yang
dilakukan di lapangan terbuka dalam bentuk barisan dengan pola yang tetap dan kaku,
serta memainkan lagu-lagu mars. Dinamika keseimbangan penampilan diperoleh
melalui atraksi individual yang dilakukan oleh mayoret, ataupun beberapa personel
pemain instrumen. Namun saat ini permainan musik orkes barisan dapat dilakukan baik
di lapangan terbuka ataupun tertutup sebagai sebagai pengisi acara dalam suatu
perayaan, ataupun kejuaraan.
Komposisi musik yang dimainkan orkes barisan umumnya bersifat lebih harmonis dan
tidak semata-mata memainkan lagu dalam bentuk mars, ragam peralatan yang
digunakan lebih kompleks, formasi barisan yang lebih dinamis, dan corak
penampilannya membuat orkes barisan merupakan kategori yang terpisah dan berbeda
dengan drum band yang umumnya memiliki komposisi penggunaan instrumen perkusi
yang lebih banyak dari instrumen musik tiup. Tipikal bentuk dan penampilan drum band
yang paling dikenal adalah drum band yang dimiliki oleh institusi kemiliteran ataupun
kepolisian. Adaptasi lebih lanjut dari penampilan orkes barisan di atas panggung adalah
dalam bentuk brass band.
Sejarah
Orkes barisan bermula dari tradisi purba sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
beberapa musisi yang bermain musik secara bersama-sama dan dilakukan sambil
berjalan untuk mengiringi suatu perayaan ataupun festival. Seiring dengan perjalananan
waktu, orkes barisan berevolusi menjadi lebih terstruktur dalam kemiliteran di masa-
masa awal era negara kota. Bentuk inilah yang menjadi dasar awal orkes militer yang
kemudian menjadi awal munculnya orkes barisan saat ini.[1][2]
Meskipun pola orkes barisan telah berkembang jauh, masih terdapat cukup banyak
tradisi militer yang bertahan dalam budaya orkes barisan, tradisi milter tersebut tampak
pada atribut-atribut seragam yang digunakan, tata cara berjalan, model pemberian
instruksi dalam latihan umumnya masih merupakan adaptasi dari tradisi militer yang
telah disesuaikan sedemikian rupa.
Di Indonesia, budaya orkes barisan merupakan pengembangan lebih lanjut atas
budayadrum band yang sebelumnya berada di bawah naungan organisasi PDBI
(singkatan dari “Persatuan Drum Band Seluruh Indonesia”) yang dibina oleh Menpora
(singkatan dari “Menteri pemuda dan olahraga”). Orkes barisan lahir sebagai kegiatan
yang memfokuskan penampilan pada permainan musik dan visual secara berimbang,
berbeda dengan drum band yang lebih memfokuskan sebagai kegiatan olahraga. Dalam
perkembangannya, orkes barisan di Indonesia banyak mengadaptasikan variasi teknik-
teknik permainan yang digunakan oleh grup-grup drum corps di Amerika, khususnya
pada instrumen perkusi. Hal ini membuat corak permainan dalam penampilan orkes
barisan menjadi lebih mudah dibedakan dari corak penampilan drum band.
Instrumen
Instrumen pit pada dasarnya merupakan instrumen musik perkusi yang bernada. Pada
penampilan orkes barisan, jenis instrumen ini bersifat statis, pemainnya tidak ikut dalam
barisan seperti kelompok instrumen lainnya melainkan memainkannya di bagian depan
lapangan yang digunakan dalam penampilan. Ragam jenis instrumen yang digunakan
orkes barisan umumnya lebih bervariatif dibandingkan drum band (orkes barisan
terdahulu). Beberapa grup orkes barisan bahkan kadang-kadang merakit sendiri
instrumen pit untuk menghasilkan suara-suara unik dalam musik yang dimainkan. Jenis-
jenis instrumen pit yang umumnya digunakan pada penampilan orkes barisan antara
lain:
Xylophone
Vibraphone
Marimba
Simbal
Gong cina
Timpani
Drum bass konser
Tubular bell
Instrumen bendera
Instrumen bendera tidak digunakan untuk bermain musik, melainkan dimanfaatkan oleh
pemainnya sebagai alat bantu aksi tarian untuk menghasilkan efek-efek visual tertentu
yang mendukung penampilan. Pada praktiknya, pemain instrumen ini tidak selalu
menggunakanbendera sebagai aksesori, namun bisa menggunakan peralatan-peralatan
lain seperti senapan kayu, selendang, panji-panji, atau bahkan sapu, tergantung pada
koreografinya untuk mendukung penampilan secara keseluruhan. Namun biasanya
instrumen dasar yang digunakan adalah; bendera, dan senapan kayu.
Aspek-aspek penampilan
Perangkat lunak pembantu perancangan formasi barisan
Kompetisi
Kompetisi umumnya menjadi perangsang atas kemajuan orkes barisan di Indonesia.
Dengan adanya kompetisi ini, masing-masing orkes barisan umumnya berupaya untuk
mengembangkan, atau mengadaptasikan teknik-teknik permainan tertentu untuk
menunjukkan kemampuan grup orkes barisan tersebut, atau menciptakan satu keunikan
yang berbeda sehingga menjadi ciri khas penampilan suatu orkes barisan. Skala
kompetisi ini bisa mencakup tingkat daerah, provinsi, ataupun nasional. Di Indonesia
terdapat cukup banyak ajang kejuaraan tingkat nasional yang diselenggarakan, namun
yang umumnya frekuentif diselenggarakan secara konsisten adalah Grand Prix
Marching Band.
Drumline
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain dari drumline sebagai seksi perkusi dari marching band yang
dibahas pada artikel ini, lihat Drumline (film).
Drumline merupakan seksi perkusi yang umumnya bermain sebagai bagian dari suatu
penampilan ensembel musik yang dimainkan sambil berjalan.[1] Drumline biasanya
tergabung dalam suatu grup marching band, namun kadang-kadang dapat pula eksis
sebagai sebuah ensembel mandiri.[2] Istilah battery biasanya secara spesifik menunjuk
pada bagian dari drumline. battery merupakan sekelompok orang dalam drumline yang
melakukan beragam gerakan dan aksi manuver di lapangan. Instrumen-instrumen yang
digunakan dalam battery biasanya terdiri atas snare drum, drum tenor yang dikenal pula
sebagai quint-tom, drum bass, dan simbal.[2]Instrumen-instrumen lainnya yang
digunakan dalam penampilan drumline yang umumnya bersifat statis disebut sebagai
ensembel muka atau instrumen pit.[2] Instrumen pit tidak dimainkan dalam barisan
seperti halnya battery, melainkan umumnya diletakkan di sebelah depan lapangan yang
digunakan dalam penampilan.
Battery
Komandan Lapangan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Notasi musik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Notasi musik adalah sistem penulisan karya musik. Dalam notasi musik, nada
dilambangkan oleh not (walaupun kadang istilah nadadan not saling dipertukarkan
penggunaannya). Tulisan musik biasa disebut partitur.
Notasi musik standar saat ini adalah notasi balok, yang didasarkan pada paranada
dengan lambang untuk tiap nada menunjukkan durasi dan ketinggian nada tersebut.
Tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara
horisontal. Durasi nada ditunjukkan dalam ketukan.
Terdapat pula bentuk notasi lain, misalnya notasi angka yang juga digunakan di negara-
negara Asia, termasuk Indonesia, India, danTiongkok.
Notasi balok
Notasi Gregorian awal notasi balok
Notasi Gregorian, ditemukan oleh Paus Agung Gregori pada tahun 590, .[1] adalah awal
penulisan musik dengan not balok. Namun, Notasi Gregorian belum ada panjang nada
(dinyanyikan sesuai perasaan penyanyi) dan masih dengan balok not yang 4 baris.
Not balok yang sekarang ini telah sempurna sekali untuk musik dibandingkan Notasi
Gregorian.
[sunting]Unsur-unsur notasi balok
Interval not antarspasi (atau antargaris) adalah terts, sedangkan interval antara garis
dan spasi adalah sekunde.
Dalam notasi balok, sistem paranada bergaris lima digunakan sebagai dasar. Bersama
dengan keterangan mengenai tempo, ketukan, dinamika, dan instrumentasi yang
digunakan, not ditempatkan pada paranada dan dibaca dari kiri ke kanan. Durasi nada
dilambangkan dengan nilai not yang berbeda-beda, sedangkan tinggi nada
dilambangkan dalam posisi not secara vertikal pada paranada. Interval dua not yang
dipisahkan satu garis paranada (yaitu berada pada dua spasi yang bersebelahan)
seperti digambarkan pada ilustrasi di samping merupakan interval terts, sedangkan
interval antara not pada spasi dengan not pada garis adalah interval sekunde. Tanda
kunci pada awal paranada menunjukkan tinggi nada yang diwakili oleh garis dan spasi
pada paranada tersebut. Pada gambar di samping, kunci-Gdigunakan, menandakan
bahwa garis kedua dari bawah melambangkan nada g¹. Dengan demikian, interval terts
pada gambar di samping adalah pasangan nada a1–c2, sedangkan interval sekunde
merupakan pasangan nadaa1–b1. Not-not yang melambangkan tinggi nada di luar
jangkauan kelima garis paranada dapat digambarkan dengan menggunakangaris bantu
yang diletakkan di atas atau di bawah paranada.
Notasi Angka
Dalam notasi angka, not ditentukan dengan angka 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6
(la) dan 7 (si). Nada 1 tanpa titik merupakan nada C natural di notasi balok. Tanda satu
titik di atas not, menunjukkan bahwa not tersebut naik satu birama dari nada asli,
sedangkan tanda satu titik di bawah not menunjukkan bahwa not tersebut turun satu
birama dari nada asli.
Membaca Notasi Angka
Sering kali ketika saya melakukan penjurian di berbagai daerah, terutama untuk Music
Analysis Hornline caption, saya terkadang memberikan masukan dalam memperbaiki
aransemen di alat tiup, baik itu horn maupun pianika. Banyak hal yang sepertinya harus
diperbaiki dalam teknik mengaransi ini, karena yang terjadi di lapangan terkadang membuat
saya ‘gregetan’ untuk membetulkannya. Di artikel sebelumnya, saya menjelaskan mengenai
‘benang merah’ saat pelatih
ingin membuat suatu paket penampilan marching band. Disini akan dijelaskan secara
sederhana bagaimana aransemen yang efektif dan enak didengar.
Teori dasar
• Linear Balance
Saya memakai panduan yang diberikan oleh Prof. Gary Corcoran, seorang profesor musik
dari Plymouth State University, Amerika, yang mengatakan bahwa dalam sebuah musik,
terdapat 4 bagian utama berdasarkan fungsinya (Whaley, 2005):
Istilah diatas sebaiknya diperkenalkan juga kepada pemain, agar nantinya setiap progresi
melodi dan lagu, mereka mengetahui bagian apa yang sedang mereka mainkan.
Efek dinamik, interpretasi dan volume suara akan sangat membantu apabila mereka mengerti
hal-hal ini.
• Teknik Doublings (Penebalan)
Teknik
ini juga disebut teknik penebalan nada, artinya nada
yang sama dimainkan oleh 2 atau lebih alat tiup atau
pukul. Berfungsi untuk menguatkan melodi dan atau
harmoni. Doublings biasanya melihat banyaknya alat,
variasi alat dan kemampuan pemain (Bailey, 1994).
Tidak ada gunanya memainkan melodi untuk 40
pemain sekaligus karena akan berdampak kerasnya
melodi tanpa adanya harmonisasi. Teknik ini akan
dipakai untuk aransemen pianika maupun hornline.
Dari gambar disamping bisa dilihat bahwa suara oboe
1 dan violin 2 sama, sehingga oboe men-dobel violin
2. Satu hal yang harus diperhatikan dalam teknik
doublings ini adalah, apabila hendak men-dobel suara dari tipe alat yang berbeda, tuning alat
tersebut harus bagus, sehingga output suara menjadi satu. Sedangkan suara Basson dan Low
string berfungsi sebagai SHM, dan violin 1 sebagai harmoni pendukung
MM.
• Aransemen Pianika
Sebelum memulai aransi, ada baiknya melihat dulu kekuatan dan kemampuan pemain pianika
unit anda. Sifat dan karakter alat musik ini adalah homogen, velositas (kekuatan) suara kecil,
dan mudah ditiup/dimainkan oleh pelajar. Sebagai gambaran ideal jumlah pianika, biasanya
terdiri dari minimal 30-40 pemain. Apabila jumlah yang dipakai, maka aransi yang bisa
dilakukan adalah 2 suara sopran.
1. Sopran 1
Suara sopran 1 biasanya mereka yang memainkan MM. Namun ada baiknya mereka juga
mencoba untuk bermain CM, supaya bisa berbagi dan tidak mendominasi mereka yang
bermain sopran 2.
2. Sopran 2
Mereka yang bermain disini adalah bagian SHM yang mengiringi melodi, atau bisa juga MM
pembentuk harmonisasi MM. Bisa beralih fungsi dengan sopran 1, menjadi melodi utama.
3. Pit Percussion
Disini terkadang letak permasalahan. Sering kali unit yang saya nilai memakai teknik
doubling sopran 1 dengan bells, sepanjang lagu. Ini menyebabkan suara bells terlalu
mendominasi semua lagu, apalagi jika memiliki 6-8 bells, bermain
bersamaan. Saran saya dengan bells yang cukup banyak, jadikanlah mereka sebagai RHM
atau CM agar terdapat variasi melodi dan ritmitik yang indah, seperti arpeggio, chord, dll.
Disarankan juga untuk menyesuaikan volume bells dengan pianika, agar tidak terlalu
memekakkan telinga.
4. Perkusi / Batterie
Perkusi mempunyai andil besar terhadap tempo dan ritme dalam sebuah lagu. Sebagian besar
fungsinya adalah di RHM. Perlu diperhatikan volume suara perkusi, agar tidak terlalu
dominan saat pianika bermain melodi. Biasanya sang arranger perkusi akan menyesuaikan
pola dan aransemen yang mendukung melodi tersebut.
Setelah menerapkan pembagian fungsi suara seperti diatas, usahakan pemain mengerti fungsi
masing-masing bagian. Apabila sopran 1 bertindak sebagai MM, maka volume sopran 2
sebaiknya tidak menonjol, begitu pun sebaliknya. Disini diharapkan agar keseimbangan suara
dapat terjadi. Dengan diberlakukannya ‘tugas & tanggung jawab’ dari sang arranger, maka
pemain dapat menjalankan ‘kewajibannya’ memainkan lagu sesuai dengan aransemen,
dengan baik dan benar. Sebagai gambaran, dibawah ini adalah contoh variasi pembagian
fungsi suara untuk kelompok pianika:
Sopran
SHM MM CM MM SHM MM CM
1
Sopran
MMH SHM MM MMH SHM MMH MMH
2
Selamat mencoba…!!
Salam,
Marbo
* Penulis adalah Staff pengajar Binus Business School & Endorser Jupiter Indonesia.
Referensi:
Bailey, Wayne, The Complete Marching Band Resource Manual, University of Pennsylvania
Press, 1994
Banoe, Pono, Pengantar Pengetahuan Harmoni, Penerbit Kanisius, 2003 Whaley, Garwood.,
The Music Director’s Cookbook: Creative Recipes for a Successful Program, Meredith
Music Publication, 1st ed, USA, 2005
ndahnya sebuah pemanasan…(Part 1)
Saat field commander atau komandan alat menyuruh, “Buat setengah lingkaran, dari trumpet
sampai tuba…, rapikan barisan, jaga jarak! Kita mulai pemanasan…!”, apa yang kira-kira
terlintas dalam benak para pemain tiup? Barangkali kebanyakan berisi:
Susah rasanya untuk menyebut lebih dari 10% pemain tiup sangat antusias
untuk mengikuti latihan pemanasan alat. Dan yang terjadi adalah pemanasan
tersebut hanya berupa sebuah ‘ritual formal’ yang harus dijalankan tanpa
membuahkan suatu hasil apapun, selain ‘keringat dan pegal’.
Biasanya pemanasan dimulai dari nada panjang skala do, berdurasi 4 sampai 8 ketuk setiap
nadanya, dilanjutkan staccato skala do, dan lip slur. Mari kita telaah satu per satu pemanasan
tersebut.
Long tones
Disebut juga nada panjang. Nada panjang bukan saja berarti pencapaian nada harus sesuai
dengan ketukan yang dituju (4 atau 8 ketuk), namun juga pengaturan nafas yang sedemikian
rupa sehingga kualitas dan intensitas suara merata sepanjang ketukan itu. Kebiasaan yang
terjadi di beberapa brass section adalah, ketika nada pertama ‘do’ dibunyikan, maka tidak
semua alat membunyikan secara serentak, terkadang ½ ketuk setelah dimulai, dan bahkan
nadanya juga bukan nada ‘do’. Mengapa demikian?
Kondisi paru-paru, tenggorokan, diafragma, dan bibir belum fleksibel untuk memulai
meniup. Lakukan pemanasan nafas terlebih dahulu. John Ericson (2002) mempunyai tips
yang cukup efektif dalam melatih pernafasan. Dia mengatakan kemampuan diafragma untuk
menampung udara hanya 75% saja, dan untuk memaksimalkannya membutuhkan latihan otot
diafragma dan otot-otot disekitar tulang iga untuk berkembang.
Dr. Bradley Ulrich dalam buku “Building a Better Trumpet Section” (2001) dari Jupiter
Music menambah latihan nafas menjadi:
– Exercise No. 1
– 4 ambil nafas, 4 buang nafas (ulangi)
– 2 ambil nafas, 2 buang nafas (ulangi)
– 1 ambil nafas, 1 buang nafas (ulangi)
– rest
– Exercise No 2
– 4 ambil nafas, 4 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
– 4 ambil nafas, 8 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
– 4 ambil nafas, 12 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
– rest
– 2 ambil nafas, 4 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
– 2 ambil nafas, 8 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
– 2 ambil nafas, 12 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
– rest
– 1 ambil nafas, 4 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
– 1 ambil nafas, 8 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
– 1 ambil nafas, 12 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
Fokus perhatian:
– Perhatikan postur tubuh, jangan biarkan bahu pemain terangkat saat mengambil nafas. Ini
berarti dia masih menggunakan nafas ‘paru-paru’.
– Dalam keadaan berdiri tegap, suruh tiap pemain memegang perut. Saat mengambil nafas,
rasakan perut mereka kembang/kempis.
– Pada saat mengeluarkan nafas, jangan biarkan leher dan bibir tegang, agar jalur udara
benar-benar keluar seutuhnya dari paru-paru.
Filosofi latihan:
– Terangkan kepada mereka, dengan latihan sepertinya ini akan terbiasa menggunakan nafas
‘perut’ dalam meniup, ketimbang nafas ‘paru-paru’. Dan tenaga untuk meniup semakin kuat.
– Atur nafas agar semakin panjang nafas yang dikeluarkan, kekuatan atau intensitas nafas
sama sepanjang ketukan.
Teknik latihan:
– Bila suara ‘twa’ timbul di nada ‘do’, jangan lanjut ke nada ‘re’. Ulangi lagi nada ‘do’ 4
ketuk, sampai semuanya tidak ada kesan ‘twa’ saat meniup.
– Lakukan teknik ‘baps’ (Ericson, 2002), dimana pemain akan bermain nada pendek dulu,
seperti aksen, kemudian baru diikuti nada panjang. (DO’…… Dooooooo)
Fokus perhatian:
– Terkadang saya menggunakan artikulasi ‘Ta’ setiap tiupan pertama,
agar ketukan setiap pemain sama, namun sebisa mungkin jangan ada unsur ‘aksen’
dalam nada itu.
– Tambah nafas perut lagi agar, suara ‘twa’ tidak timbul
Filosofi latihan:
– Terangkan kepada mereka, suara ‘twa’ akan merusak ketukan pertama, lagu, dan kejernihan
suara. Ubah suara ini sedini mungkin sejak latihan pemanasan.
Kesimpulan
Beberapa hal yang harus diperhatikan selama latihan pemanasan bagi seorang pelatih adalah:
a. Ubah persepsi ‘ritual formal’ yang membosankan menjadi suatu latihan detail yang
berpengaruh pada aplikasi lagu.
b. Temani atau ikuti perkembangan pemanasan. Jangan tinggalkan field commander saat
mereka sedang pemanasan. Justru saat ini dipergunakan pelatih untuk membenarkan detail
bermain setiap pemain.
c. Jangan biasakan meniup skala ‘do’ sampai habis saat pemain mulai kehilangan konsentrasi,
dalam arti ‘twa’ semakin banyak, pemain melirit kanan kiri, posisi hornline yang semakin
tidak terarah. Berhenti saat itu juga dan ulangi skala ‘do’ lagi, sampai semuanya bisa fokus.
So, ini baru bagian pertama dalam sebuah pemanasan awal, dan masih banyak hal yang bisa
membuat pemanasan ini terasa ‘indah’.
Search in s
Berhubungan dengan episode sebelumnya mengenai pemanasan alat tiup, marilah kita
lanjutkan pembicaraan berikutnya. Latihan selanjutnya adalah memperhatikan nada pendek
dan nada stakato.
SHORT NOTES
Biasanya latihan ini merupakan rangkaian pemanasan setelah Long Tones. Pemanasan ini
bertujuan untuk memperkuat nada stakato, aksentuasi dan tekanan nada. Berawal dari nada
‘do’ ditiup sebanyak 4 atau 8 ketuk, dilanjutkan ke skala
berikutnya.
Nah, untuk yang ini barangkali lebih banyak detail yang harus diperhatikan, mengingat
pemain merasa ‘gampang’ untuk dimainkan (tidak perlu nafas banyak, pendek pula notnya).
Namun jangan salah kaprah, justru kebanyakan persoalan artikulasi lagu berawal dari cara
pemain meniupkan alatnya.
Tanpa melihat secara teori yang benar dan referensi yang akurat, pasti anda yang biasa
mendengar suara stakato pada alat tiup, akan terasa perbedaannya di setiap pemain. Tiupan
berlafal “Ta”, “Tat”, “Da”, “Du”, “Di” mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama
lainnya. Tergantung dari tanda baca dalam not, anda sebagai pelatih mempunyai
preferensi tersendiri untuk mengekplorasi tipe suara yang dihasilkan oleh artikulasi tersebut.
Namun, yang terpenting adalah, artikulasi dan lafal tiupan di setiap pemain HARUS sama
untuk satu tanda baca not !! Dan semua itu berawal dari pemanasan stakato yang
‘membosankan’ bagi pemain, tapi penting sekali untuk menyeragamkan bentuk dan karakter
suara brass.
MEMBOSANKAN
Nah, ini dia yang menjadi kendala di hampir semua pemain!! Bukannya apa-apa, saat
pemanasan dimulai, apakah semua senior yang sudah ‘jago-jago’ dan sudah bertanding di
GPMB berkali-kali itu akan mengikutinya? Saya jamin
mungkin sedikit, bahkan tidak ada yang ikut. Mengapa? Sebagian besar senior ini akan
berpikir, “Ah, pemanasan seperti itu bosan, ga ada efek tambahan bagi saya.”
Hal-hal ini kemungkinan berdampak buruk pada kekompakan tim, terutama hubungan antara
senior dengan juniornya. Secara psikologis, mereka akan membuat kesenjangan antar
pemain, yang akan berakibat pada semangat dan kekompakan tim. Bailey (1995)
menyebutkan, “Tujuan sebuah latihan adalah lebih kepada tujuan psikologis
daripada musikalnya.” Disisi teknis, ketidakhadiran senior ini akan berdampak teknik tiupan
akan cenderung berbeda antar pemain senior dan junior, dan akan berakibat pula pada
perbedaan artikulasi tiupan.
Jadi, bagaimana mengantisipasi ‘kebosanan’ ini? Adalah tugas seorang pelatih dan pemberi
materi untuk memikirkan hal ini. Kebanyakan mereka lebih terkonsentrasi pada pemberian
materi lagu paket, memoles dan memperbaiki (drill)
lagu tersebut. Bagi saya pribadi, saya lebih menyenangi untuk memoles pemanasan dasar dan
menguliknya menjadi sebuah lagu atau kord sederhana, namun menunjang ke teknis lagu
tersebut. Sedikit saran tentang pemanasan dasar dan bervariasi antara lain:
a. Untuk pemanasan nada panjang skala do, dibuat 3 suara (do, me, sol), trumpet dan mello
mulai dengan do 8 ketuk, saat high brass meniup me, trombone baritone eup baru mulai
dengan ‘do’, begitu seterusnya, sehingga tercipta 2 – 3 suara yang berbeda.
b. Untuk pemanasan nada pendek juga dapat dilakukan bervariasi, buatlah kord sederhana
yang mewakili teknik tiupan stakato.
c. Pemanasan campuran, yang menggabungkan antara kord nada panjang dengan nada
pendek (tonguing technique), maka tercipta lagu sederhana sebagai penunjang lagu proyek.
Ketika saya melatih sebuah unit di Jakarta, saya memakai lagu pemanasan untuk menunjang
lagu proyek, dan ini terbukti sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan pemain. (contoh
lagu dapat di download).
Fokus
perhatian:
a. Saat ketukan pertama dibunyikan, apabila tidak
sama nadanya atau ketukan lebih cepat, maka
pemanasan diulangi dari awal. Biasakan seperti
itu, agar pemain lebih fokus dan konsentrasi.
b. Saat kord dimainkan, suruh para pemain untuk
mendengarkan suara rekan yang mempunyai nada
yang berbeda dengan nada yang ditiupnya. Ini
mengajarkan kepada mereka untuk mendengar
dan menikmati kord sebuah lagu, agar mereka
peka terhadap not yang lain. Manfaat lain adalah pemain dapat belajar ‘sound-balanced’ antar
sesamanya.
c. Artikulasi setiap pemain mulai dibenahi di setiap pemain, dan kemampuan antara junior
dengan senior disamakan. Ajak para senior untuk melatih juniornya dan beri target kepada
mereka agar kemampuan junior dapat menyamai seniornya. Dan untuk senior, jangan biarkan
mereka tidak latihan pemanasan. Beri mereka teknik yang lebih tinggi dan menantang lagi.
KESIMPULAN (dari part 1 dan 2)
Seberapa kreatifnya dan jelinya sang pelatih menjadi faktor utama efektifnya sebuah
pemanasan. Kurangnya perhatian yang baik tentang pemanasan menyebabkan
ketidakefektifan pemanasan itu sendiri, dan hal ini sudah menghabiskan waktu yang
seharusnya dapat meningkatkan teknik dan kemampuan para pemain. Beberapa saran para
ahli yang kiranya dapat membantu secara psikologis antara lain:
a. Barry Ward: Penampilan band bagus berawal dari pemanasan yang tersusun rapi dan
kreatif (Whaley, 2005). Sebuah part pemanasan dapat diimprovisasi sedemikian rupa agar
dapat mendukung pemanasan dasar itu sendiri. Beri judul yang menarik untuk setiap
pemanasan baru, seperti “Not Neraka”, “Longest Not Ever…”, “Lidah Kejepit”, yang dapat
menarik perhatian pemain.
b. Wayne Bailey: Pemanasan terdiri dari teknik nafas, flexibility exercise, long tones, dan
power buildings. Latihan nafas merupakan latihan yang SANGAT PENTING untuk
membangun kekuatan dan kontrol nafas. Latihan ini juga mempengaruhi kualitas suara (tone
quality) dari setiap pemain (Bailey, 1995). Sekali lagi, pelatih HARUS berada di setiap
pemanasan untuk mengontrol jalannya latihan ini.
Selamat berlatih,
Marbo
Reference:
Ward. B, “Time have changed: How about your warm-up”
article on Garwood Whaley, The Music Director’s Cookbok: Creative Recipes
for a Successful Program, Meredith Music Publication, 2005