Professional Documents
Culture Documents
A. PENGERTIAN
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan
tempatnya yang normal melalui sebuah defek congenital atau yang
didapat (Long, Barbara. C, 1996). Hernia adalah suatu keadaan
menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, E, 2000).
Hernia adalah penonjolan isi perut dari normal melalui lubang
congenital atau didapat (Juraidi, Purnawan, 2000).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur
melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian
– bagian tersebut (Nettina, 2001). Hernia adalah protrusi atau
penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, R dan Jong, Wim de,
2004). Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hernia merupakan penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur
melalui defek congenital atau didapat.
TESTIS
EPIDIDIMIS
SCROTUM
VAS DEFERENS
VESICULA SEMINALIS
KELENJAR PROSTAT
PENIS
Penis terdiri jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ada dua
permukaan yaitu permukaan posterior penis teraba lunak (dekat
uretra) dan permukaan dorsal. Jaringan erektil penis tersusun dalam
tiga kolom longitudinal, yaitu sepasang korpus kavernosum dan
sebuah korpus spongiousum di bagian tengah. Ujung penis disebut
glans. Glands penis ini mengandung jaringan erektil dan berlanjut ke
korpus spongiosum. Glans dilapisi lapisan kulit tipis berlipat, yang
dapat ditarik ke proksimal disebut prepusium (kulit luar), prepusium
ini dibuang saat dilkukan pembedahaan (sirkumsisi). Penis berfungsi
sebagai penetrasi. Penetrasi pada wanita memungkinkan terjadinya
deposisi semen dekat serviks uterus.
RONGGA PELVIS
ISI PELVIS
4). Klitoris
5). Vestibulum
7). Perineum
C. ETIOLOGI
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Congenital;
2. Obesitas
3. Ibu hamil
4. Mengejan
5. Pengangkatan beban berat.
D. KLASIFIKASI
a. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi atas;
1) Inguinalis Hernia inguinalis terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Indirek/ lateralis Yaitu batang usus melewati cincin
abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk kedalam
kanalis inguinalis.
b) Direk/ medialis Yaitu batang usus melewati dinding
inguinalis bagian posterior.
2) Femoralis Hernia femoralis terjadi karena batang usus
melewati femoral kebawah, kedalam kanalis femoralis.
3) Umbilikalis Hernia umbilikalis terjadi karena batang usus
melewati cincin umbilical.
4) Incisional Hernia incisional terjadi karena batang usus atau
organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
b. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas:
1) Hernia bawaan/ congenital
2) Hernia dapatan/ akuisita.
E. PATOFISIOLOGI
Proses Penyakit
kelemahan otot
hernia
v
Usus keluar jka berdiri Perlengketan isi Isis Hernia terjepit oleh
atau mengejan kantong pada cincin Hernia
Usus masuk lagi jika peritoneum kantong
berbaring atau didorong hernia
masuk Gangguan
Isi Hernia tidak dapat vaskularisasi
dmasukan lagi
Nekrosis isi
abdomen
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Adanya benjolan pada lipatan paha
b. Nyeri di daerah benjolan
c. Bila batuk atau mengejan benjolan akan bertambah besar
d. Mual, muntah, kembung
e. Konstipasi
f. Anoreksi
g. Demam
h. Pucat dan gelisah
i. Dehidrasi.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam
usus/ obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan erum elektrolit dapat menunjukan
hemokonsentrasi (peningkatan Ht), peningkatan leukosit, dan
ketidakseimbangan elektrolit.
H. PENATALAKSANAAN
MEDIS
1. Terapi konservatif/ non bedah, meliputi:
a. Penggunaan alat penyangga yang bersifat sementara, seperti
pemakaian sabuk atau korset.
b. Pada hernia reponibel dilakukan tekanan secara terus menerus
pada daerah benjolan seperti dengan bantal pasir.
c. Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan hernia
inkarserata yang tidak menunjukan gejala sistemik.
d. Diberikan kompres untuk mengatasi pembengkakan.
e. Diet makanan cair.
2. Terapi pembedahan dilakukan untuk mengembalikan organ dan
menutup lubang hernia agar tidak terjadi kembali. Ada dua prinsip
pembedahan, yaitu:
a. Herniotomi, yaitu dengan memotong kantong hernia saja
kemudian diikat.
b. Herniografi, yaitu perbaikan defek dengan pemasangan
jaringan melalui operasi terbuka atau laparaskopi.
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat,
duduk, mengemudi dan waktu lama, membutuhkan papan/
matras yang keras saat tidur, penurunan rentang gerak daan
ekstremitas pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : atropi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan
dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkontinensia/ retensi urine.
c. Integritas ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah
pekerjaan, financial, atau keluarga.
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga.
d. Neurosensori
Gejala : kesemuttan, kekakuan, kelemahan dari tangan/ kaki.
Tanda : penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot,
hipotonia, nyeri tekan, penurunan persepsi nyeri.
e. Makanan/ cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna.
Tanda : membran mukosa kering, turgor kulit buruk, kering/
kulit bersisik
f. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/ batuk, merokok.
g. Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau yang semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada
hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/ lengan,
kaku pada leher.
Tanda : perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang
– pincang, nyeri palpasi.
3. Perencanaan
N DX NOC NIC
o
1 Nyeri b/d Pain level 1. Lakukan pengkajian
diskontuinitas Pain control nyeri secara
jaringan akibat Comfort level komprehensif,
tindakan operasi Kriteria hasil termasuk lokasi,
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaanya sudah berhasil
dicapai
Komponen evaluasi tindakan keperawatan ada 2:
a. Proses (formatif)
Focus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan
dan hasil kualitas tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
Sistem penulisan pada tahap ini bisa menggunakan sistem SOAP /
model dokumentasi lainnya.
b. Hasil (sumatif)
Focus evaluasi ini adalah perubahan prilaku / status kesehatan
klien pada akhir tindakan keperawatan klien
6. Dokumentasi
Perawat mendokumentasikan hasil yang telah / belum dicapai pada
medical record, untuk menghindari salah persepsi dan kejelasan
dalam menyusun tindakan perawatan lebih lanjut.
Daftar pustaka
Sjamsuhidajat, R dan Jong Wim De. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah
Edisi 2. Jakarta: EGC