You are on page 1of 20

PROPOSAL SKRIPSI

PERENCANAAN MODUL ANTENA PARABOLA


UNTUK PENERIMAAN TELEVISI SATELIT

OLEH :
UMA RIZKY KARINA
161202019250299

TEKNIK ELEKTRO/FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG
2018
1. Latar Belakang.
Teknologi dibidang telekomunikasi berkembang cukup pesat, ini pun terjadi
pada teknologi komunikasi satelit. Secara tradisional, pengembangan
infrastruktur jaringan telekomunikasi selama ini menggunakan teknologi
terestrial, tanpa disadari bahwa penyebaran teknologi semacam itu
memerlukan biaya investasi yang sangat tinggi dan waktu pengembangan
yang lama. Dibanding teknologi terestrial, sistem komunikasi satelit memiliki
kelebihan di sisi luas wilayah cakupan layanan. Teknologi satelit dapat
memenuhi kebutuhan informasi untuk user di daerah yang belum terpasang
jaringan komunikasi terestrial [1, 2]. Satelit merupakan alat elektronik yang
mengorbit bumi yang mampu bertahan sendiri. Bisa diartikan sebagai
repeater yang berfungsi untuk menerima signal gelombang microwave dari
stasiun bumi, ditranslasikan frekuensinya, kemudian diperkuat untuk
dipancarkan kembali ke arah bumi sesuai dengan coverage yang merupakan
lokasi stasiun bumi tujuan atau penerima [3].

Salah satu sumber informasi yang banyak digunakan masyarakat adalah


televisi. Sinyal siaran televisi dapat ditangkap melalui antena parabola. Sinyal
siaran terbaik dapat diperoleh jika antena parabola diarahkan pada sudut
azimut dan elevasi sesuai posisi satelit [4]. Televisi merupakan media
informasi yang baik untuk menampilkan tayangan video berupa gambar dan
suara. Bahkan dalam berbagai hal, satelit juga mampu meningkatkan kualitas
kehidupan, yaitu dengan kemampuannya memenuhi tuntutan zaman yang
membutuhkan informasi lebih banyak dengan cara yang lebih cepat dan
akurat. Karena satelit berada di angkasa sejauh 36.000 km diatas bumi, jadi
lebih banyak user yang bisa dijangkau [5].

Penggunaan antena parabola dan koneksi satelit untuk menerima siaran dari
televisi satelit akan menghasilkan kualitas video dan kualitas audio yang lebih
baik. Bentuk antena parabola yang seperti piringan membuat transmisi lebih
mudah diterima, sangat cocok untuk menangkap gelombang di tempat-tempat
yang jauh dari pusat transmisi. Untuk televisi satelit, antena parabola sangat
memudahkan untuk menangkap siaran, bahkan di tempat-tempat yang jauh
dibandingkan menggunakan antena televisi biasa. Penggunaan motor
penggerak aktuator pada antena parabola mempunyai kelebihan yaitu terdapat
lebih banyak channel televisi yang dapat diterima [6]. Selain itu juga dapat
menangkap lebih dari 5 satellite transmitter dibandingkan tanpa
menggunakan aktuator yang mana antena parabola tersebut terpasang secara
permanen terhadap satellite transmitter atau biasa disebut dengan antena
parabola fixed.

Untuk memahami pentingnya mempelajari komunikasi satelit, Universitas


Widyagama Malang khususnya Teknik Elektro perlu mengantisipasi dan
mengikuti perkembangan teknologi di bidang Telekomunikasi yang semakin
berkembang dengan membuat perencanaan modul antena parabola pada
penerimaan televisi satelit untuk melengkapi media pembelajaran pada
praktikum antena. Dimana dalam skripsi ini akan dibahas mengenai
perangkat penerima satelit yaitu antena parabola beserta perencanaan
perhitungan yang meliputi perhitungan lebar parabola, frekuensi, focal length,
penguatan (gain), bandwidth, return loss, Voltage Standing Wave Ratio
(VSWR) dan pola radiasi..

2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah pada skripsi ini yaitu bagaimana merancang modul antena parabola
untuk penerimaan televisi satelit, yang mana parameter untuk kerja sistem
yang akan dibahas, adalah : lebar antena parabola, besar frekuensi, focal
length, penguatan (gain), bandwidth, return loss, VSWR dan pola radiasi.

3. Tujuan.
Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :
- Meningkatkan pemahaman mengenai antena parabola sebagai penerima
sinyal satelit
- Menghasilkan pemahaman mengenai cara merancang antena parabola
untuk penerimaan televisi satelit
4. Kontribusi.
Kontribusi penelitian skripsi ini yaitu modul antena parabola untuk
penerimaan televisi satelit sebagai media pembelajaran praktikum antena.

5. Tinjauan Pustaka.

Dalam perancangan pembuatan modul antena parabola untuk penerimaan


televisi satelit ini, agar memudahkan dalam memahami komponen pada alat,
maka diperlukan Tinjauan Pustaka untuk lebih mengenal pengertian serta
karakteristik antena parabola, sehingga perancangan dan prinsip kerja alat ini
secara umum dapat diperkirakan arah dan tujuannya.

5.1. Prinsip Sistem Komunikasi Satelit

Konfigurasi suatu sistem komunikasi satelit terbagi atas dua bagian, yaitu:
ruas bumi (ground segment) dan ruas angkasa (space segment). Ruas bumi
terdiri dari beberapa stasiun bumi yang berfungsi sebagai stasiun bumi
pengirim dan stasiun bumi penerima, sedangkan ruas angkasa berupa satelit
yang menerima sinyal yang dipancarkan dari stasiun bumi pengirim,
kemudian memperkuatnya dan mengirimkan sinyal tersebut ke stasiun bumi
penerima. Secara umum lintasan pada sistem komunikasi satelit dari arah
uplink yaitu sinyal dari stasiun bumi pemancar ke satelit. Hubungan dari
satelit ke stasiun bumi penerima yang disebut dengan downlink [8]. Berikut
gambar konfigurasi dari sistem komunikasi satelit.

Gambar 1. Sistem Komunikasi Satelit


Pada sistem komunikasi satelit yang menggunakan orbit geosinkron, jarak
yang harus ditempuh sangat jauh, yaitu sekitar 36.000 km. Hal ini
menyebabkan redaman lintasan menjadi sangat besar, sehingga level daya
terima sangat lemah. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan peralatan yang
mempunyai kehandalan tinggi, baik dari segmen angkasa maupun segmen
bumi. Sesuai dengan ketinggian orbitnya, sistem komunikasi satelit bergerak
terdiri dari tiga jenis orbit dan dapat dilihat pada tabel dibawah [10]:

Tabel 1. Macam macam Orbit Berdasarkan Ketinggian

5.2 Jenis Band Yang Terdapat Pada Satelit

Satelit tersebut terbagi atas lingkup frekuensi sehingga terdapat beberapa


jenis Band, Indonesia banyak menggunakan Band C untuk penggunaan siaran
(broadcast) televisi. Band C memakai frekuensi pancaran ke bumi (downlink)
antara 3,7-4,2 GHz dengan bandwidth 500 MHz. Berikut tabel frekuensi
satelit [5]:

Tabel 2. Frekuensi Satelit

Range Frekuensi (GHz) Nama


0.1 - 0.3 VHF
0.3 – 1.0 UHF
1.0 - 2.0 L
2.0 – 4.0 S
4.0 – 8.0 C
8.0 – 12.0 X
12.0 – 18.0 Ku
18.0 – 27.0 K
27.0 – 40.0 Ka
40.0 – 75.0 V
75.0 – 110.0 W
110.0 – 300.0 Mm
5.3 Antena Parabola
Antena adalah suatu tranducer (pengubah) yang dapat merubah besaran
listrik menjadi gelombang elektromagnetik untuk kemudian dipancarkan ke
angkasa, dan sebaliknya dengan pancaran sinyal akan dikonsentrasikan pada
titik tengah antena. Antena parabola biasanya didesain untuk Frekuensi Ultra
Tinggi (UHF), penerima siaran TV Satelit, dan transmisi gelombang mikro[6]

Gambar 2. Antena Parabola

5.3.1 Parameter Parabola

Kinerja suatu antena dapat dilihat dari nilai parameter yang dimiliki antena
tersebut. Beberapa dari parameter antena saling berkaitan satu sama lain.

5.3.1.1 Luas Efektif / Luas Aperture

Kemampuan sebuah antena untuk menangkap energi yang berasal dari sebuah
gelombang datang dengan kerapatan daya sebesar Si (W/m2), dan
mengubahnya menjadi daya terima Pint (W) untuk disalurkan melalui beban
sesuai (match), dinyatakan sebagai area efektif (effective area).
Persamaannya adalah sebagai berikut [6]:

𝜋D 2
A= ……………….…..……………………………………………(1)
4
Dimana:
A = luas efektif
D = diameter parabola (m)

𝜋= 3,14
5.3.1.2 Focal Length

Parabola didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik P(x, y) pada


bidang kartesius, sedemikian hingga terdapat titik itu berjarak sama dari suatu
titik tertentu yang disebut fokus dan garis tertentu yang tidak memuat fokus
dan disebut direktrik. Untuk menentukan persamaan parabola, pertama
ditinjau parabola dengan fokus berada pada sumbu-x dan dengan direktrik
tegak lurus sumbu-x. Sedangkan sumbu-y diletakkan di tengah-tengah
segmen garis hubung dari titik fokus F ke garis direktrik D.

Gambar 3. Kurva Parabola

Berikut persamaan focal length reflektor parabola:

D2
f= …………………………………………..…………………….(2)
16d
Dimana:
f = focal length
D = diameter reflector
d = kedalaman reflector

5.3.1.3 Panjang Gelombang

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang mempunyai sifat listrik


dan sifat magnet secara bersamaan. Gelombang radio merupakan bagian dari
gelombang elektromagnetik pada spektrum frekuensi radio. Gelombang
dikarakteristikkan oleh panjang gelombang dan frekuensi. Panjang
gelombang (λ) memiliki hubungan dengan frekuensi (ƒ) dan kecepatan (ν)
yang ditunjukkan pada persamaan :
𝑐
λ= ………………………………………………………………………(3)
𝑓
Kecepatan (ν) bergantung pada medium. Ketika medium rambat adalah
hampa udara (free space), maka :
v = c = 3 x 108 m/s ........................................................................................(4)

5.3.1.4 Gain

Gain secara umum didefinisikan sebagai suatu kekuatan dalam


menggandakan (multiplier) sesuatu. Gain antena merupakan salah satu
perameter penting dalam system komunikasi satelit, sebab hal ini akan
berpengaruh secara langsung dalam perhitungan EIRP yang telah ditentukan
[13].
Secara matematis gain antena parabola dapat ditulis sebagai berikut :
4πA πD2
G = 10 log10 ( ƞ ) dimana A = …………………….………….(5)
λ2 4
Dimana:
G = gain antena ( dB )
ƞ = efisiensi antena (ƞ < 1 )
λ = panjang gelombang
A = luas aperture antena ( m2 ) untuk antena parabola.
A = π ( D / 2 )2
D = diameter antena (m)

5.3.1.5 Beam Width Antena

Besarnya Beam Width antena parabola dihitung dari puncak main lobe
sampai 3 dB di bawah puncak tersebut. Beam width menyatakan sudut pada
main lobe pada batas-batas ke kiri dan ke kanan pada titik 3 dB down dan
puncak main lobe. Besarnya beam width antena parabola dipersamaankan
sebagai berikut [13]:
21,1
Bw = derajat .………………………………………………...……(6)
f.D
Dimana :
Bw = 3 dB beam width
D = diameter antena
f = frekuensi perasi yang digunakan dalam GHz
Untuk lebih jelasnya lihat gambar 4:

Gambar 4. Beamwidth antena

5.3.1.6 Directivity

Directivity suatu antena dapat diperkirakan dengan menggunakan pola radiasi


yang dihasilkan pada pengukuran pola radiasi bidang E dan bidang H [14].
Secara matematis dapat dituliskan :

D= ....……….…….……………………………………………..(7)
(θH .θE )
Dimana:
Hθ = sudut pada titik setengah daya bidang H (radian)
Eθ = sudut pada titik setengah daya bidang E (radian)
Jika sudut terukur dalam bentuk derajat maka kita juga dapat menggunakan
persamaan:
41000
D= .….…………………………………………….…………….(8)
(θH .θE )

5.3.1.7 Impedansi Input

Impedansi input adalah impedansi yang diukur pada titik catu pada terminal
antena yang merupakan perbandingan tegangan dan arus pada titik tersebut.
Impedansi input selain ditentukan oleh letak titik catu antena, juga
dipengaruhi oleh antena lain atau benda-benda yang berada disekitar antena
serta frekuensi kerjanya. Impedansi input antena dinyatakan dalam bentuk
kompleks yang memiliki bagian real dan bagian imajiner. Bagian real
merupakan resistansi (tahanan) masukan yang menyatakan daya yang
diradiasikan oleh antena pada medan jauh [14]. Sedangkan bagian imajiner
merupakan reaktansi masukan yang menyatakan daya yang tersimpan pada
medan dekat antena, atau dapat ditulis dengan :
Zin = Rin + j Xin ……………………………………………………….….(9)
Impedansi input dapat juga dihitung dengan persamaan :
Zin = V/I …………………………………………………..……………..(10)
Dimana:
Zin = impedansi input (Ohm)
V = tegangan terminal input (Volt)
I = arus terminal input (A)
Impedansi antena penting untuk pemindahan daya dari pemancar ke antena
dan dari antena ke penerima. Sebagai contoh untuk memaksimumkan
perpindahan daya dari antena ke penerima, impedansi antena harus conjugate
match. Jika ini tidak dipenuhi maka akan terjadi pemantulan energi yang
dipancarkan atau diterima.

5.3.1.8 Return Loss


Return loss merupakan perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang
direfleksikan terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan. Return loss
juga menjadi salah satu acuan untuk melihat apakah suatu antena sudah dapat
bekerja pada frekuensi yang diharapkan. Antena yang baik memiliki nilai
return loss≤-9,54 dB dimana nilai gelombang yang direfleksikan lebih kecil
dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan saluran transmisi, sehingga
saluran transmisi telah matching dengan antena [16].
Return loss terjadi karena missmatch antara saluran transmisi dengan
impedansi masukan antena, besarnya return loss bervariasi bergantung pada
frekuensi yang digunakan dan dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
Return Loss (dB) = -20 log |Γ| ………………………………...…..…….(11)

Dimana Γ = koefisien refleksi


5.3.1.9 Voltage Standing Wave Ratio VSWR

VSWR merupakan kemampuan suatu antena untuk bekerja pada frekuensi


yang diinginkan. VSWR sangat dipengaruhi oleh impedansi input. Impedansi
antena penting untuk pemindahan daya dari pemancar ke antena dan dari
antena ke penerima. Sebagai contoh untuk memaksimumkan perpindahan
daya dari antena ke penerima, impedansi antena harus conjugate match [14].
Jika ini tidak dipenuhi maka akan terjadi pemantulan energi yang dipancarkan
atau diterima. Hubungan antara koefisien refleksi, impedansi karakteristik
saluran (Zo) dan impedansi beban/ antena (Zl) dapat ditulis:

ZL -Z0
Γ= ……………………………………………….……………(12)
ZL +Z0
Harga koefisien refleksi ini dapat bervariasi antara 0 (tanpa pantulan / match)
sampai 1, yang berarti sinyal yang datang ke beban seluruhnya dipantulkan
kembali ke sumbernya semula.
1+ |Γ |
VSWR = ……………………………………….………………(13)
1- |Γ |
Antena yang baik adalah ketika VSWR bernilai 1 yang berarti tidak ada
refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini
pada prakteknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR
yang diizinkan untuk pabrikasi antena adalah VSWR ≤ 1,5.

5.3.1.10 Received Signal Level (RSL)

Received Signal Level (RSL) adalah level daya yang diterima oleh piranti
pengolah decoding. Nilai RSL dipengaruhi oleh rugi-rugi pada sisi antena
penerima dan gain antena penerima. Untuk dapat menemukan besar dari nilai
RSL dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
RSL = IRL + GRX - LRX …….…………………………………………...(14)
Dimana:
IRL = Isotropic Received Level (dBm)
GRX = Gain antena (dBi)
LRX = Receiver Loss (dB)
5.3.1.11 Bandwidth

Bandwidth antena didefinisikan sebagai interval frekuensi, di dalamnya


antena bekerja sesuai dengan yang ditetapkan oleh spesifikasi yang diberikan.
Atau daerah/range frekuensi. Untuk mencari besarnya bandwidth,
ditunjukkan persamaan berikut.
BW = fu - f1 ..….………………………………………………...….……(15)
Sedangkan bandwidth dalam persen menggunakan persamaan berikut.
fu −f1
BW = .100% ……………….………………………………….….(16)
f0
Dimana:
BW = Bandwidth
fu = frekuensi atas
fl = frekuensi bawah
f0 = frekuensi tengah

5.3.1.12 Pola Radiasi

Pola radiasi antena atau pola antena didefinisikan sebagai fungsi matematik
atau representasi grafik dari sifat radiasi antena sebagai fungsi dari koordinat.
Pola radiasi antena parabola penerima televisi satelit yaitu unidirectional
yang arah pancarnya diarahkan pada suatu tempat saja. Gambar merupakan
pola radiasi unidirektional [14].

Gambar 5. Pola Radiasi Unidirectional


5.3.1.12 Software Simulasi Ansoft HFSS

Gambar 6. Software Ansoft HFSS

Ansoft HFSS adalah suatu simulator medan elektromagnetika untuk


pemodelan 3 dimensi perangkat pasif berstruktur frekuensi tinggi yang
memiliki kelebihan sangat mudah dan interaktif digunakan pada sistem
operasi microsoft windows grafical user interface. Dalam simulatornya
terintegrasi visualisasi, pemodelan volumetrik dan kemudahan dalam
interaktif dimana solusi permasalahan pemodelan 3 dimensi bisa cepat dan
akurat didapatkan. Ansoft HFSS dapat digunakan untuk mengkalkulasi
beberapa parameter diantaranya parameter S, frekuensi resonandan medan
elektromagnetika.

HFSS kependekan dari High Frequency Structure Simulator adalah pelopor


penggunaan metode elemen terbatas (Finite Elemen Method) untuk simulator
gelombang EM yang mengimplementasikan teknologi tangetial vector finite
elements, Adaptive meshing dan Adaptive Lanczos – Pade Sweep (ALPS).
5.4 Televisi

Televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar objek yang bergerak yang
disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara)
menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya
yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran
pertunjukan, berita, dan sebagainya [15].
Televisi satelit adalah broadcasting sinyal televisi melalui satelit ke pemirsa
yang memiliki perangkat yang dapat menerima sinyal satelit.

5.4.1 Direct Broadcast Satellite (DBS)

Direct Broadcast Satellite adalah satelit yang memiliki jangkauan dan daya
yang cukup sehingga dapat diterima oleh antena piringan kecil untuk
penggunaan di rumahan. DBS dapat diterima di rumah-rumah, atau suatu
komunitas dengan menggunakan transmisi ulang oleh sistem stasiun televisi
kecil atau sistem televisi kabel. Sistem DBS menyediakan gambar kualitas
digital dan berpotensi menawarkan layanan interaktif kecepatan tinggi.
Dengan menggunakan teknologi kompresi digital, sistem DBS dapat
menawarkan jumlah kanal yang lebih banyak daripada sistem kabel analog.
Sistem DBS dapat juga diatur untuk menyediakan layanan unik untuk video
on demand (VOD), near video-on-demand (NVOD) dan kanal pay-per-view
interaktif [3].

5.4.2 Standar Pengompresan

Televisi satelit menggunakan tipe khusus dari file video yang distandardisasi
oleh Moving Picture Experts Group (MPEG) yaitu menggunakan
pengompres MPEG-4 yang menghasilkan gambar detail dalam keadaan
bergerak cepat yang objeknya secara terus-menerus dan berpindah tempat,
seperti pertandingan bola basket.
MPEG-4 dapat mengcodekan data lebih efisien dan meyediakan bandwidth
yang lebih lebar dibandingkan dengan MPEG-2. MPEG-2 masih digunakan
untuk pengompresan televisi digital yang resmi, MPEG-2 lebih baik untuk
menganalisa gambar statik, seperti saat kamu melihat acara bincang-bincang
atau berita, dibandingkan dengan gambar bergerak dinamis. MPEG-4 dapat
menghasilkan gambar yang lebih baik pada gambar yang bergerak dinamis
melalui pengompresan ruang dan tempo (waktu) [12].

6. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut :

1. Persiapan

Persiapan dilakukan untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan guna


terlaksananya penelitian. Persiapan meliputi teknis dan non-teknis. Persiapan
teknis meliputi penyiapan perangkat, schedule dan koordinasi. Sedangkan
persiapan non-teknis meliputi kesiapan konsep dan materi dari penelitian.
Peralatan yang digunakan untuk penelitian adalah 1 unit komputer, antena
parabola 6 ft yang meliputi 1 unit Dish, 1 unit Receiver Digital, 1 LNB,
Actuator dan Positioner.

2. Studi Literatur

Studi literatur dilaksanakan guna memperdalam secara konsep dan keilmuan


dari materi penelitian. Literatur yang diperdalam adalah tentang sistem Bahan
penelitian, antara lain : sistem komunikasi satelit, tv satelit, antena parabola,
perhitungan yang meliputi lebar parabola, frekuensi, focal length, penguatan
(gain), beam width.
Studi literatur didapat dari buku, jurnal, majalah, e-book, e-jurnal dan sumber
lain dari internet.
3. Perancangan Modul Parabola untuk Penerimaan Televisi Satelit

Dish

Feed Horn

Actuator

LNB

Antenna
Positioner
Receiver

Televisi

Gambar 7. Blok Diagram Perencanaan

Untuk menentukan posisi dish parabola agar mengarah ke sinyal satelit yang

dikehendaki, maka digunakan antena positioner. Antena positioner

memberikan sumber tenaga pada actuator agar actuator mampu bergerak

untuk mencari poisisi satelit yang dikehendaki tersebut. Kemudian sinyal

satelit yang dikirim ke bumi ditangkap oleh dish parabola, dimana selanjutnya

dish parabola yang berfungsi sebagai reflector, memantulkan sinyal satelit ke

titik fokus atau feed horn. Kemudian feed horn menangkap dan

mengumpulkan seluruh sinyal satelit yang telah dipantulkan. Low Noise

Block (LNB) mengubah sinyal dari gelombang elektromagnetik atau

gelombang radio menjadi sinyal listrik. Karena sinyal satelit yang diterima

berkisar pada rentang frekuensi C-band atau Ku-band, maka LNB

menurunkanya menjadi frekuensi yang lebih rendah, dan juga LNB bertugas

menyaring sinyal radio yang berkumpul di sekitar parabola dari sinyal radio

yang tidak berisi siaran, kemudian menyalurkannya ke receiver satelit di


dalam rumah pengguna. Receiver berfungsi sebagai penerima sinyal satelit

dari LNB dan memilah-milah sinyal dasar (base band) menjadi sinyal

campuran (composite) dari sinyal gambar (video) dan sinyal suara (audio).

Receiver menangkap sinyal digital MPEG-2 atau MPEG-4 dan mengubahnya

menjadi sebuah format analog yang dapat dikenali oleh televisi.

4. Desain Antena Parabola

(a)

(b) (c)
Gambar 8. (a) Desain Antena Parabola Tampak Samping (b) Desain Antena
Parabola Tampak Depan (c) Desain Antena Parabola Tampak Belakang
Gambar di atas merupakan gambar desain modul antena parabola.
Berdasarkan Gambar tersebut, pada perencanaan modul antena parabola
dibutuhkan parameter:

1. Luas Efektif
𝜋D 2
A=
4
2. Gain
4πA πD2
G =10 log10 ( ƞ ) dimana A =
λ2 4

3. Panjang Gelombang
c
λ=
f
4. Focal Length dari Reflektor Parabola
D2
f=
16 d

5. Pengujian dan Analisis Hasil

Pengujian parameter yang dilakukan untuk mengetahui alat bekerja dengan


baik sesuai dengan perencanaan komponen - komponen yang diuji. Setelah
dilakukan uji parameter dan mendapatkan hasil, selanjutnya dianalisis untuk
mengetahui dan mendapatkan perencanaan yang sesuai untuk modul antena
parabola yang meliputi penguatan (gain), bandwidth, return loss, VSWR dan
pola radiasi

6. Kesimpulan

Dari hasil analisis pengujian dan analisis hasil tersebut selanjutnya dibuat
kesimpulan tentang hasil perhitungan parameter unjuk kerja modul antena
parabola yang meliputi lebar antena parabola, besar frekuensi, focal length,
penguatan (gain), bandwidth, return loss, VSWR..

7. Pembuatan Laporan
Setelah proses penelitian dilakukan selanjutnya dibuat laporan berupa laporan
Skripsi sesuai dengan format yang telah ditentukan.
7. Rencana sistematika Bahasan
Rencana sistematika bahasan pada penulisan hasil penelitian skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, persamaanan masalah,
tujuan, konstribusi dan sistematika bahasan
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang uraian pustaka yang menjadi dasar bagi
pelaksanaan penelitian
3. BAB III PERENCANAAN SIMULASI
Bab ini menguraikan metodologi pelaksanaan simulasi beserta parameter
yang diteliti
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil-hasil simulasi yang telah dilakukan beserta
analisis hasil
5. BAB V PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang
mungkin dilakukan ke depan

8. Jadwal Pelaksanaan

Adapun rincian dari kegiatan yang akan dilaksanakan dijelaskan sebagaimana


tabel berikut :

Minggu
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Studi literature dari alat dan √
1. √
bahan yang di gunakan
2. Melakukan perencanaan modul √ √
3. Melakukan pengujian sistem √ √ √
Melakukan analisis data dari hasil √ √
4.
pengujian
5. Membuat laporan √ √ √ √
9. Daftar Pustaka
[1] Mulyadi, Yadi. 2006. “Perencanaan Jaringan Digital Tv-Broadcast Via
Satelit pada Frekuensi Ku-Band untuk Wilayah Indonesia”.
Universitas Telkom. Bandung
[2] Ahmad, Rois. 2009. “Kendali Arah Antena Televisi Terhadap Posisi
Pemancar Berdasarkan Kuat Sinyal yang Diterima”. Universitas
Muhammadiyah. Yogyakarta
[3] Aldyani, Wibby, 2011. “Televisi Satelit”, Institut Teknologi Bandung
[4] Wahyuni, Iskandar, Syahrir. “Desain Tracker Antena Parabola
Berbasis Mikrokontroler”. Universitas Negeri Gorontalo.
[5] Matalangi. 2017. “Pengendalian Parabola Bergerak Menggunakan
Mikrokontroler”. ILKOM Jurnal Ilmiah, Vol.9 No.1, April 2017, pp.
78 - 85
[6] Miswardi, Sedianingsih, Pony, Tjahja Neilcy. 2015. “Rancang Bangun
Motor Penggerak Aktuator pada Antena Parabola”. Universitas
Tanjungpura
[7] Nugraha, Lucia, Arsyad. 2013. “Perancangan dan Implementasi
Reflector Antena Wifi dengan Frekuensi 2,4 GHz”. Jurnal Reka
Elkomika. Vol.1 No.3, Februari 2013, pp. 233 - 244
[8] Ifandi, Maksum. 2014. “Analisa Perbandingan Diameter Antena
Penerima Terhadap Kinerja Sinyal pada Frekuensi Ku Band”. Jurnal
SINGUDA ENSIKOM. Vol.6 No.3, Maret 2014, pp. 145 - 150
[9] Vivin, Eko, Gamantyo, 2013, “ Desain Antena Helix Quadrifilar pada
Frekuensi 2,4 GHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano”,
JURNAL TEKNIK POMITS. Vol.1 No.1, pp. 1 - 6
[10] Rusdi, Putu, 2010, “Dasar Sistem Komunikasi”, Universitas Udayana.
Bali
[11] Mohammad Arif, Agung R, Gumilar, Roy C, Rahmadi. 2011.
“Antena Parabola”, Institut Teknologi Telkom Bandung
[12] Wibowo, Arya Wahyu, 2012. “Makalah Televisi Satelit”, Politeknik
Negeri Jakarta
[13] Pamungkas, Wahyu., Effendi, Rachmat. “Diktat Kuliah Sistem
Komunikasi Satelit”, Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra,
Purwokerto. Agustus 2006
[14] Adiyanto, Molin.,2008. “Pembuatan Antena Wajanbolic”, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
[15] Saichun, Muhamad, 2007, “Iklan Televisi Ditinjau Dari Perspektif
Hukum Islam (Study Kasus Iklan Vaseline Intensive Care & Fit
Moisturizing Body Lotion Di RCTI)”, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
[16] Pandapotan, Rafael., Sidabutar, 2016, “Rancang Bangun Antena
Mikrostrip Patch Segiempat Dengan Tipe Polarisasi Melingkar
Menggunakan Metode Slot Diagonal”, Universitas Sumatra Utara

You might also like