Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
UMA RIZKY KARINA
161202019250299
Penggunaan antena parabola dan koneksi satelit untuk menerima siaran dari
televisi satelit akan menghasilkan kualitas video dan kualitas audio yang lebih
baik. Bentuk antena parabola yang seperti piringan membuat transmisi lebih
mudah diterima, sangat cocok untuk menangkap gelombang di tempat-tempat
yang jauh dari pusat transmisi. Untuk televisi satelit, antena parabola sangat
memudahkan untuk menangkap siaran, bahkan di tempat-tempat yang jauh
dibandingkan menggunakan antena televisi biasa. Penggunaan motor
penggerak aktuator pada antena parabola mempunyai kelebihan yaitu terdapat
lebih banyak channel televisi yang dapat diterima [6]. Selain itu juga dapat
menangkap lebih dari 5 satellite transmitter dibandingkan tanpa
menggunakan aktuator yang mana antena parabola tersebut terpasang secara
permanen terhadap satellite transmitter atau biasa disebut dengan antena
parabola fixed.
2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah pada skripsi ini yaitu bagaimana merancang modul antena parabola
untuk penerimaan televisi satelit, yang mana parameter untuk kerja sistem
yang akan dibahas, adalah : lebar antena parabola, besar frekuensi, focal
length, penguatan (gain), bandwidth, return loss, VSWR dan pola radiasi.
3. Tujuan.
Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :
- Meningkatkan pemahaman mengenai antena parabola sebagai penerima
sinyal satelit
- Menghasilkan pemahaman mengenai cara merancang antena parabola
untuk penerimaan televisi satelit
4. Kontribusi.
Kontribusi penelitian skripsi ini yaitu modul antena parabola untuk
penerimaan televisi satelit sebagai media pembelajaran praktikum antena.
5. Tinjauan Pustaka.
Konfigurasi suatu sistem komunikasi satelit terbagi atas dua bagian, yaitu:
ruas bumi (ground segment) dan ruas angkasa (space segment). Ruas bumi
terdiri dari beberapa stasiun bumi yang berfungsi sebagai stasiun bumi
pengirim dan stasiun bumi penerima, sedangkan ruas angkasa berupa satelit
yang menerima sinyal yang dipancarkan dari stasiun bumi pengirim,
kemudian memperkuatnya dan mengirimkan sinyal tersebut ke stasiun bumi
penerima. Secara umum lintasan pada sistem komunikasi satelit dari arah
uplink yaitu sinyal dari stasiun bumi pemancar ke satelit. Hubungan dari
satelit ke stasiun bumi penerima yang disebut dengan downlink [8]. Berikut
gambar konfigurasi dari sistem komunikasi satelit.
Kinerja suatu antena dapat dilihat dari nilai parameter yang dimiliki antena
tersebut. Beberapa dari parameter antena saling berkaitan satu sama lain.
Kemampuan sebuah antena untuk menangkap energi yang berasal dari sebuah
gelombang datang dengan kerapatan daya sebesar Si (W/m2), dan
mengubahnya menjadi daya terima Pint (W) untuk disalurkan melalui beban
sesuai (match), dinyatakan sebagai area efektif (effective area).
Persamaannya adalah sebagai berikut [6]:
𝜋D 2
A= ……………….…..……………………………………………(1)
4
Dimana:
A = luas efektif
D = diameter parabola (m)
𝜋= 3,14
5.3.1.2 Focal Length
D2
f= …………………………………………..…………………….(2)
16d
Dimana:
f = focal length
D = diameter reflector
d = kedalaman reflector
5.3.1.4 Gain
Besarnya Beam Width antena parabola dihitung dari puncak main lobe
sampai 3 dB di bawah puncak tersebut. Beam width menyatakan sudut pada
main lobe pada batas-batas ke kiri dan ke kanan pada titik 3 dB down dan
puncak main lobe. Besarnya beam width antena parabola dipersamaankan
sebagai berikut [13]:
21,1
Bw = derajat .………………………………………………...……(6)
f.D
Dimana :
Bw = 3 dB beam width
D = diameter antena
f = frekuensi perasi yang digunakan dalam GHz
Untuk lebih jelasnya lihat gambar 4:
5.3.1.6 Directivity
Impedansi input adalah impedansi yang diukur pada titik catu pada terminal
antena yang merupakan perbandingan tegangan dan arus pada titik tersebut.
Impedansi input selain ditentukan oleh letak titik catu antena, juga
dipengaruhi oleh antena lain atau benda-benda yang berada disekitar antena
serta frekuensi kerjanya. Impedansi input antena dinyatakan dalam bentuk
kompleks yang memiliki bagian real dan bagian imajiner. Bagian real
merupakan resistansi (tahanan) masukan yang menyatakan daya yang
diradiasikan oleh antena pada medan jauh [14]. Sedangkan bagian imajiner
merupakan reaktansi masukan yang menyatakan daya yang tersimpan pada
medan dekat antena, atau dapat ditulis dengan :
Zin = Rin + j Xin ……………………………………………………….….(9)
Impedansi input dapat juga dihitung dengan persamaan :
Zin = V/I …………………………………………………..……………..(10)
Dimana:
Zin = impedansi input (Ohm)
V = tegangan terminal input (Volt)
I = arus terminal input (A)
Impedansi antena penting untuk pemindahan daya dari pemancar ke antena
dan dari antena ke penerima. Sebagai contoh untuk memaksimumkan
perpindahan daya dari antena ke penerima, impedansi antena harus conjugate
match. Jika ini tidak dipenuhi maka akan terjadi pemantulan energi yang
dipancarkan atau diterima.
ZL -Z0
Γ= ……………………………………………….……………(12)
ZL +Z0
Harga koefisien refleksi ini dapat bervariasi antara 0 (tanpa pantulan / match)
sampai 1, yang berarti sinyal yang datang ke beban seluruhnya dipantulkan
kembali ke sumbernya semula.
1+ |Γ |
VSWR = ……………………………………….………………(13)
1- |Γ |
Antena yang baik adalah ketika VSWR bernilai 1 yang berarti tidak ada
refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini
pada prakteknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR
yang diizinkan untuk pabrikasi antena adalah VSWR ≤ 1,5.
Received Signal Level (RSL) adalah level daya yang diterima oleh piranti
pengolah decoding. Nilai RSL dipengaruhi oleh rugi-rugi pada sisi antena
penerima dan gain antena penerima. Untuk dapat menemukan besar dari nilai
RSL dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
RSL = IRL + GRX - LRX …….…………………………………………...(14)
Dimana:
IRL = Isotropic Received Level (dBm)
GRX = Gain antena (dBi)
LRX = Receiver Loss (dB)
5.3.1.11 Bandwidth
Pola radiasi antena atau pola antena didefinisikan sebagai fungsi matematik
atau representasi grafik dari sifat radiasi antena sebagai fungsi dari koordinat.
Pola radiasi antena parabola penerima televisi satelit yaitu unidirectional
yang arah pancarnya diarahkan pada suatu tempat saja. Gambar merupakan
pola radiasi unidirektional [14].
Televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar objek yang bergerak yang
disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan
menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara)
menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya
yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran
pertunjukan, berita, dan sebagainya [15].
Televisi satelit adalah broadcasting sinyal televisi melalui satelit ke pemirsa
yang memiliki perangkat yang dapat menerima sinyal satelit.
Direct Broadcast Satellite adalah satelit yang memiliki jangkauan dan daya
yang cukup sehingga dapat diterima oleh antena piringan kecil untuk
penggunaan di rumahan. DBS dapat diterima di rumah-rumah, atau suatu
komunitas dengan menggunakan transmisi ulang oleh sistem stasiun televisi
kecil atau sistem televisi kabel. Sistem DBS menyediakan gambar kualitas
digital dan berpotensi menawarkan layanan interaktif kecepatan tinggi.
Dengan menggunakan teknologi kompresi digital, sistem DBS dapat
menawarkan jumlah kanal yang lebih banyak daripada sistem kabel analog.
Sistem DBS dapat juga diatur untuk menyediakan layanan unik untuk video
on demand (VOD), near video-on-demand (NVOD) dan kanal pay-per-view
interaktif [3].
Televisi satelit menggunakan tipe khusus dari file video yang distandardisasi
oleh Moving Picture Experts Group (MPEG) yaitu menggunakan
pengompres MPEG-4 yang menghasilkan gambar detail dalam keadaan
bergerak cepat yang objeknya secara terus-menerus dan berpindah tempat,
seperti pertandingan bola basket.
MPEG-4 dapat mengcodekan data lebih efisien dan meyediakan bandwidth
yang lebih lebar dibandingkan dengan MPEG-2. MPEG-2 masih digunakan
untuk pengompresan televisi digital yang resmi, MPEG-2 lebih baik untuk
menganalisa gambar statik, seperti saat kamu melihat acara bincang-bincang
atau berita, dibandingkan dengan gambar bergerak dinamis. MPEG-4 dapat
menghasilkan gambar yang lebih baik pada gambar yang bergerak dinamis
melalui pengompresan ruang dan tempo (waktu) [12].
6. Metode Penelitian
1. Persiapan
2. Studi Literatur
Dish
Feed Horn
Actuator
LNB
Antenna
Positioner
Receiver
Televisi
Untuk menentukan posisi dish parabola agar mengarah ke sinyal satelit yang
satelit yang dikirim ke bumi ditangkap oleh dish parabola, dimana selanjutnya
titik fokus atau feed horn. Kemudian feed horn menangkap dan
gelombang radio menjadi sinyal listrik. Karena sinyal satelit yang diterima
menurunkanya menjadi frekuensi yang lebih rendah, dan juga LNB bertugas
menyaring sinyal radio yang berkumpul di sekitar parabola dari sinyal radio
dari LNB dan memilah-milah sinyal dasar (base band) menjadi sinyal
campuran (composite) dari sinyal gambar (video) dan sinyal suara (audio).
(a)
(b) (c)
Gambar 8. (a) Desain Antena Parabola Tampak Samping (b) Desain Antena
Parabola Tampak Depan (c) Desain Antena Parabola Tampak Belakang
Gambar di atas merupakan gambar desain modul antena parabola.
Berdasarkan Gambar tersebut, pada perencanaan modul antena parabola
dibutuhkan parameter:
1. Luas Efektif
𝜋D 2
A=
4
2. Gain
4πA πD2
G =10 log10 ( ƞ ) dimana A =
λ2 4
3. Panjang Gelombang
c
λ=
f
4. Focal Length dari Reflektor Parabola
D2
f=
16 d
6. Kesimpulan
Dari hasil analisis pengujian dan analisis hasil tersebut selanjutnya dibuat
kesimpulan tentang hasil perhitungan parameter unjuk kerja modul antena
parabola yang meliputi lebar antena parabola, besar frekuensi, focal length,
penguatan (gain), bandwidth, return loss, VSWR..
7. Pembuatan Laporan
Setelah proses penelitian dilakukan selanjutnya dibuat laporan berupa laporan
Skripsi sesuai dengan format yang telah ditentukan.
7. Rencana sistematika Bahasan
Rencana sistematika bahasan pada penulisan hasil penelitian skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, persamaanan masalah,
tujuan, konstribusi dan sistematika bahasan
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang uraian pustaka yang menjadi dasar bagi
pelaksanaan penelitian
3. BAB III PERENCANAAN SIMULASI
Bab ini menguraikan metodologi pelaksanaan simulasi beserta parameter
yang diteliti
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil-hasil simulasi yang telah dilakukan beserta
analisis hasil
5. BAB V PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang
mungkin dilakukan ke depan
8. Jadwal Pelaksanaan
Minggu
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Studi literature dari alat dan √
1. √
bahan yang di gunakan
2. Melakukan perencanaan modul √ √
3. Melakukan pengujian sistem √ √ √
Melakukan analisis data dari hasil √ √
4.
pengujian
5. Membuat laporan √ √ √ √
9. Daftar Pustaka
[1] Mulyadi, Yadi. 2006. “Perencanaan Jaringan Digital Tv-Broadcast Via
Satelit pada Frekuensi Ku-Band untuk Wilayah Indonesia”.
Universitas Telkom. Bandung
[2] Ahmad, Rois. 2009. “Kendali Arah Antena Televisi Terhadap Posisi
Pemancar Berdasarkan Kuat Sinyal yang Diterima”. Universitas
Muhammadiyah. Yogyakarta
[3] Aldyani, Wibby, 2011. “Televisi Satelit”, Institut Teknologi Bandung
[4] Wahyuni, Iskandar, Syahrir. “Desain Tracker Antena Parabola
Berbasis Mikrokontroler”. Universitas Negeri Gorontalo.
[5] Matalangi. 2017. “Pengendalian Parabola Bergerak Menggunakan
Mikrokontroler”. ILKOM Jurnal Ilmiah, Vol.9 No.1, April 2017, pp.
78 - 85
[6] Miswardi, Sedianingsih, Pony, Tjahja Neilcy. 2015. “Rancang Bangun
Motor Penggerak Aktuator pada Antena Parabola”. Universitas
Tanjungpura
[7] Nugraha, Lucia, Arsyad. 2013. “Perancangan dan Implementasi
Reflector Antena Wifi dengan Frekuensi 2,4 GHz”. Jurnal Reka
Elkomika. Vol.1 No.3, Februari 2013, pp. 233 - 244
[8] Ifandi, Maksum. 2014. “Analisa Perbandingan Diameter Antena
Penerima Terhadap Kinerja Sinyal pada Frekuensi Ku Band”. Jurnal
SINGUDA ENSIKOM. Vol.6 No.3, Maret 2014, pp. 145 - 150
[9] Vivin, Eko, Gamantyo, 2013, “ Desain Antena Helix Quadrifilar pada
Frekuensi 2,4 GHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano”,
JURNAL TEKNIK POMITS. Vol.1 No.1, pp. 1 - 6
[10] Rusdi, Putu, 2010, “Dasar Sistem Komunikasi”, Universitas Udayana.
Bali
[11] Mohammad Arif, Agung R, Gumilar, Roy C, Rahmadi. 2011.
“Antena Parabola”, Institut Teknologi Telkom Bandung
[12] Wibowo, Arya Wahyu, 2012. “Makalah Televisi Satelit”, Politeknik
Negeri Jakarta
[13] Pamungkas, Wahyu., Effendi, Rachmat. “Diktat Kuliah Sistem
Komunikasi Satelit”, Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra,
Purwokerto. Agustus 2006
[14] Adiyanto, Molin.,2008. “Pembuatan Antena Wajanbolic”, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
[15] Saichun, Muhamad, 2007, “Iklan Televisi Ditinjau Dari Perspektif
Hukum Islam (Study Kasus Iklan Vaseline Intensive Care & Fit
Moisturizing Body Lotion Di RCTI)”, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
[16] Pandapotan, Rafael., Sidabutar, 2016, “Rancang Bangun Antena
Mikrostrip Patch Segiempat Dengan Tipe Polarisasi Melingkar
Menggunakan Metode Slot Diagonal”, Universitas Sumatra Utara