You are on page 1of 23

MAKALAH

KESEHATAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

“ PENYAKIT MUSKULOSKLETAL AKIBAT KERJA “

OLEH

RINDY HERFIONITA

DWI SUCI OKTAVIANDA

FERINA KHAIRUNISA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah mamberikan rahmat
dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kesehatan
Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja Tentang “ Penyakit Muskuloskletal Akibat Kerja “

Adapun tujuan disusunnya makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
tim dosen, selain itu untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis. Tak lupa pula
penulis ucapkan terimakasih kepada tim dosen yang telah membimbing dan membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik
dan saran dari para pembaca sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah kecil ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.

Padang, Januari 2016

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

2. Tujuan ...................................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN

1. Pengertian Gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDS).................... 2


2. Faktor penyebab gangguan Musculoskeletal disorders (MSDs) ............ 4
3. Gelaja Musculoskeletal disorders (MSDs) ............................................. 5
4. Jenis penyakit Musculoskeletal disorders (MSDs) ................................. 6
5. Pengendalian Musculoskeletal disorders (MSDs) .................................. 16
6. Pencegahan Musculoskeletal disorders (MSDs)..................................... 17

BAB III : PENUTUP

1. Kesimpulan ............................................................................................. 19

2. Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cumulative Trauma Disorders (CTDs) adalah sekumpulan gangguan atau kekacauan
pada sistem muskuloskeletal berupa cedera syaraf , otot, tendon, ligamen, tulang dan
persendian pada titik-titik ekstrim tubuh bagian atas (tangan, pergelangan, siku dan bahu),
tubuh bagian bawah (kaki, lutut dan pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher).
Biasanya CTDs mempengaruhi bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan. Tubuh bagian atas terutama punggung dan lengan adalah bagian yang
paling rentan terhadap resiko CTDs. Jenis pekerjaan seperti perakitan, pengolahan data
menggunakan keyboard komputer, pengepakan makanan dan penyolderan adalah
pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai siklus pengulangan pendek dan cepat sehingga
menyebabkan timbulnya CTDs.
Pekerjaan-pekerjaan dan sikap kerja yang statis sangat berpotensi mempercepat
timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat. Jika kondisi seperti ini
berlangsung setiap hari dan dalam waktu yang lama bisa menimbulkan sakit permanen dan
kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain.
Oleh karena itu perlu diketahui bahwa gangguan sistem muskuloskeletal pada saat
bekerja sangat berbahaya bagi para pekerja, apalagi bila kegiatan tersebut berulang secara
terus menerus. Maka perlu dilakukan metode atau identifikasi dalam penanganan
gangguan tersebut, agar dapat meminimalkan angka cedera, gangguan, atau sakit terhadap
pekerjaannya.

B. Tujuan
1. Umum

Dapat mengetahui ganguguan Musculoskeletal disorders (MSDs) akibat kerja

2. Tujuan Khusus
a. dapat mengetahui gangguan Musculoskeletal disorders (MSDs) ?
b. dapat mengetahui Faktor apa saja yang dapat menyebabkan gangguan
Musculoskeletal disorders (MSDs)?
c. Dapat mengetahui Bagaimana Gelaja Musculoskeletal disorders (MSDs)
d. Dapat mengetahui Apa saja Jenis penyakit Musculoskeletal disorders (MSDs) ?
e. Dapat mengetahui bagaimana pengendalian Musculoskeletal disorders (MSDs)
?
f. Dapat mengetahui bagaimana pencegahan Musculoskeletal disorders (MSDs) ?
g. Pembahasan jurnal yang berkaitan dengan penyakit Musculoskeletal
disorders (MSDs) akibat kerja.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDS)


Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan
pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan
pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan
pada tulang dapat berupa memar, mikro faktur, patah, atau terpelintir.
Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan pada bagian-bagian dari otot rangka yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan
keluhan berupa kerusakan pada sendi , ligamen atau tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah
yang biasanya diistilahkan dengan keluhan muskuloskeletal disorders (MSDs) atau cedera
pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996).
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
meneritoma beban statis, namun demikian keluhan tersebuta akan segera
hilang apabila pemberian beban dihentikan
b. Keluhan tetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pemberian beban kerja telah dihentikan , namun rasa sakit pada otot
tersebut terus berlanjut.

Berdasarkan dari jurnal Riyadina Woro. Januari 2008 , “Keluhan Nyeri


Muskuloskeletal pada Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta”. Jurnal Maj
Kedokt Indon, Volum: 58. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja industri bagian produksi
mayoritas berumur 20-39 tahun (33,9%), laki-laki (68,1%), pendidikan SMU (65,7%), status kawin
(78,3%), suku Jawa (59,1%) dan memiliki aktivitas fisik sedang selama bekerja (71,7%), serta bekerja
dalam posisi berdiri (61,9%). Pekerja industri yang mengalami keluhan nyeri muskuloskeletal
sebanyak 502 orang (52,8%) dan terbanyak pada jenis industri garmen (65,2%), percetakan (63%) dan
konstruksi (60%). Bagian tubuh yang sering mengalami nyeri muskuloskeletal adalah kaki (22,7%),
pinggang (17,1%) dan bahu (9,5%). Keluhan nyeri berhubungan dengan faktor kondisi distres dengan
OR 1,62 kali (95% CI 1,25-2,11), anemia OR 1,56 kali (95% CI 1,07-2,28) dan posisi duduk berisiko
1,51 kali (95% CI: 1,15-1,96)”
Berdasarkan dari jurnal Ulfah Nur, dkk, Februari 2014, “Sikap Kerja dan Risiko
Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Laundry”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol. 8 “Kelainan otot rangka merupakan gangguan fungsi otot, tendon, saraf, pembuluh
darah, tulang dan ligamen yang biasa diderita oleh pekerja dengan aktivitas kerja
menggunakan kekuatan otot, seperti pekerja laundry. Penelitian ini bertujuan mengetahui
sikap kerja pekerja laundry dan hubungan dengan risiko musculoskeletal disorders di
Kecamatan Purwokerto Utara. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling dengan kriteria inklusi
responden bekerja hanya pada satu bagian kerja tertentu dari laundry, tidak memiliki
keterbatasan komunikasi dan kriteria eksklusi responden keluar dari pekerjaan dan tidak
bersedia dijadikan responden. Sampel sebanyak 150 orang dengan kuota masing-masing
bagian diambil sebagai sampel sebanyak 30 orang, meliputi bagian penimbangan, pencucian,
pengeringan, penyetrikaan dan pengemasan. Penelitian menemukan sikap kerja yang
berhubungan dengan risiko kelainan otot rangka adalah pada bagian pencucian (nilai p =
0,014, nilai p < 0,05). Sedangkan sikap kerja bagian penimbangan (nilai p = 0,77),
pengeringan (nilai p = 0,257), penyetrikaan (nilai p = 0,109) dan pengemasan (nilai p =0,370)
tidak berhubungan dengan risiko MSDs (nilai p > 0,05). Hanya sikap kerja pada bagian
pencucian yang berisiko menimbulkan MSDs”.

B. Faktor penyebab gangguan Musculoskeletal disorders (MSDs)

Menurut Peter Vi (2001), faktor penyebab Musculoskeletal disorders antara lain;


a. Peregangan otot yang berlebihan (overexxertion)
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya dikeluhkan oleh pekerja
dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan yang besar, seperti aktivitas
mengangkat, mendorong, menarik, menahan beban yang berat.
b. Aktivitas berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus.
Seperti mencangkul, membelah kayu, angkat-angkut dan sebagainya.
c. Sikap kerja tidak alamia
Sikap kerja tidak ilmiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi ilmiah, misalnya pergerakan tangan
terangkat, punggung terlalu membungkuk dan sebagainya.
d. Faktor penyebab sekunder
 Tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak.
 Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan kontraksi
otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah
tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul
rasa nyeri otot.
 Mikroklimat adalah paparan suhu dingin yang berlebihan dapat
menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga
pergerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak disertai dengan
menurunnya kekuatan otot.
e. Penyebab kombinasi
 Umur
Prevalensi sebagian besar gangguan tersebut meningkat dengan usia.
 Jenis kelamin
Prevalensi sebagian besar gangguan tersebut meningkat dan lebih
menonjol pada wanita dibandingkan pria (3:1).
 Kebiasaan merokok
Semakin lama dan semakin tinggi tingkat frekuensi merokok, semakin
tinggi pula keluhan otot yang dirasakan.
 Kesegaran jasmani
Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko
terjadinya keluhan otot.
 Kekuatan fisik
 Ukuran tubuh (antropometri)

C. Gelaja Musculoskeletal disorders (MSDs)

Gejala Musculoskeletal disorders (MSDs) dapat menyerang secara cepat maupun


lambat (berangsur-angsur), menurut Kromer (1989) ada 3 tahap terjadinya MSDs yang dapat
diidentifikasi yaitu:
a. Tahap 1 : Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini
biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh
padaperformance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat;
b. Tahap 2 : Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah
bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan berkurangnya
performance kerja;
c. Tahap 3 : Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika
bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan,
kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.
D. Jenis penyakit Musculoskeletal disorders (MSDs)
Jenis-jenis keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) antara lain :
1. Nyeri pinggang ( low back pain )
Nyeri pinggang ( low back pain ) adalah keluhan rasa nyeri, ketegangan otot, atau rasa
kaku didaerah pinggang yaitu di pinggir bawah iga sampai lipat atara bawah bokong
(plica glutea inferior), dengan atau dengan atau tanpa disertai penjalaran rasa nyeri ke
daerah tungkai (sciatica). Penyakit ini dapat terjadi akibat stress fisik yang berlebihan
pada sumsum tulang belakang abnormal. Nyeri pinggang yang dipicu oleh penyakit-
penyakit organik (spinal/nonspinal) biasanya dapat diidentifikasi dengan kelainan
gambaran radiologis tulang belakang. Pemyakit ini diklasifikasikan sebagai nyeri
pinggang spesifik. Hampir 90% kasus nyeri pinggang tidak dapat diidentifikasi
penyebabnya. Penyakit ini diklasifikasikan sebagai nyeri pinggang nonspesifik.
a. Etiologi
Nyeri pinggang nonspesifik merupakan penyakit yang sangat sering terjadi di
masyarakat umum, prevalensinya kedua terbanyak setelah penyakit influenza.
Umumnya nyeri pinggang nonspesifik disebabkan oleh maslah pekerjaan berat
yang berhubungan dengan manual material handling, seperti mengangkat,
menurunkan, mendorong, dan menarik beban yang kuat, juga berkaitan dengan
seringnya atau lamanya membongkokkan badan, membungkukkan, duduk, dan
berdiri terlalu lama atau postur tubuh lainnya yang janggal. Faktor psikososial
dilingkungan pekerjaan, faktor risiko individual seperti tinggi, dan berat badan
yang berlebih, laki-laki, usia tua, kurangnya olahraga, merokok, pengetahuan
sikap kerja yang kurang, tetapi diyakini bahwa stess biomekanik vertebra
lumbal akibat perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi
tubuh akan menimbulkan rasa nyeri. Ketegangan dan kerenggangan atau cedera
otot, ligamentum, permukaan sendi, medula spinalis, dan akar saraf, merupakan
salah satu penyebab timbulnya keluhan ini.
b. Jenis nyeri pinggang non spesifik.
 Low back strain ( nyeri torakumbal menahun)
Pencetus timbulnya low back strain yaitu rasa nyeri mendadak atau
mulai dengan nyeri pinggang ringan yang berangsur-angsur menjadi
berat, biasanya menetap pada salah satu sisi pinggang, nyeri tekan yang
jelas sekali di regio glutea dan atau paralumbal.
 Discogenic pain
Peregangan atau robeknya bagian luar annulus fibrosus dan atau
ligamentum longitudinalis posterior, serta proses degenerasi permukaan
sendi invetebrata, yang mengakibatkan terjadinya perangsangan serabut
halus saraf snesorik tanpa mielin yang terdapat di tempat-tempat
tersebut,yang dapat menibulkan rasa keluhan nyeri pinggang.
 Hernia nukleus pulposus
Mengangkat beban berat akan menciptakan stres kompresi dan stres
putaran pada cakram antar-ruas, akan mengakibatkan robeknya anulus
fibrosus sehingga menonjolnya nukleus pulposus dan akhirnya menekan
radiks N. Spinalis.
 Sindrom sakroiliaka
Pada sindrom ini pergeseran os sacrum ke muka mengakibatkan
regangan ligamentum pengikat os sacrum, yaitu lig. Sakroiskhiadikum
dan lig. Sakrotuberosum sehingga menimbulkam rasa nyeri yang
menyebar dari art. Sakroilika ke pinggang dan paha bagian belakang
secara mendadak.
 Face joint syndrome
Posisi art. Inintervetebralis yang membutk sudut 45o. Bila sering
mengangkat beban berat, jarak antara kedua vertebra lumbalis kali
bergeser dan memudahkan timbulnya osteoatritis.
c. Pencegahan
Pengarahan yang bijaksan untuk mencegah timbulnya gejala penyakit ini
merupakan keharusan bagi seluruh pekerjaan manual material handling. Semua
pekerja yang melakukan tugas manual tanpa dilatih. Tentang biomedika tubuh,
metode, dan bahaya kerja mengangkat beban. Tes kekuatan pun perlu
dilaksanakan, terumata saat penerimaan pekerja baru. Selain itu, pekrja wajib
melaporkan setiap gangguan nyeri punggung yang mereka rasakan, agar
dilakukan tindakan evaluasi medis. Aktivitas pekerjaan pun harus dirancang
sedemikian rupa agar hanya dapat sedikit mungkin pekerjaan yang
dilakasanakan dengan cara duduk dan berdiri terlalu lama serta gerakan
membungkuk dan merotasikan batang tubuh decara berulang. Serta pekerja
yang pernah menderita neyri pinggang perlu dievaluasi dan dilksakan
bimbingan konseling yang memadai.
2. Occupational Overuse Syndrome
Rasa nyeri didaerah leher, bagian atas punggung, bahu, lengan, atau tanagn,
merupakan gejala yang sering sekali dirasakan oleh pekerja. Biasanya dimulai dari
suatu tempat tertentu yang dapat menyebar keseluruh bagian anggota tubuh bagian
atas, kadang-kadang diikuti gangguan sensibilitas. Gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh ancaman bahaya kerja ergonomi ini umumnya dikenal dengan
Occupational Overuse Syndrome (OOS).
a. Etiologi
Faktor penyebab yang dapat mengakibatkan berkembangnya penyakit ini antara
lain :
 Sikap kerja. Terutama pada pekrjaan yang mengharusutamakan
penggunaan otot untuk jangka waktu yang lama dalam mempertahankan
posisi kerja yang kurang nyaman, mengangkat/mendorong/menarik
beban, fleksio/ekstensio leher, lengan atau tanagan, mempertahankan
sikap lengan/ pergelangan tangan yang canggung atau jari-jari dalam
posisi menjepit/mencubit/memegang erat, dan menekan tombol dengan
1 jari.
 Sifat dasar pekerjaan. Perkerjaan yang menhrusutamakan bekerja
dengan posisi lengan atau tanga yang tidak lurus untuk jangka waktu
yang lama.
 Faktor psikologis. Adanya faktor psikologis dapat memberatkan ayau
mencetuskan timbulnya penyakit ini. Misalnya beban kerja yang
berlebihan, tekanan kecepatan pekerjaan.
b. Gambaran klinis
1) Gejala subjektif
 Timbuknya rasa nyeri yang hebat atau rasa menusuk atau terbakar yang
dicetuskan oleh gerakan lengan atau mulai dirasakan saat istirahat.
 Paraestesia yang sering diikuti diseastesis ( kesemutan, mati rasa ) serta
rasa dingin dibagian tertentu ekstremitas atas.
 Rasa nyeri tekan atau rasa kram dilokaliasasi timbul rasa nyeri
 Terhambatnya gerakan akibat rasa nyeri regional (bahu dan leher)
 Biasanya rasa nyeri bertmbah berat dengan stres mental, sebaliknya
berkurang pada saat liburan, tau istirahat panjang.
2) Gejala objektif
 Rasa nyeri tekan pada palpasi dilokalisasi timbulnya rasa nyeri
 Keterbatasan gerak/refleksi sendi
 Tes provakatif hasil positif
 Tes finkelstein menunjukkan hasil positif palsu pada terperangkpanya
komponen sensori n.radialis
 Fenomena vasomotor rasa dingin, sianosis/kepucatan didaerah rasa
nyeri
3) Klasifikasi rasa penyakit
 Derajat 1. Timbulnya gejala regional dalam bentuk rasa nyeri dan rasa
lelah yang hebat dirasakan selama bekerja, tetapi hilang pada saat tidur
malam atau saat libur.
 Derajat 2. Gejala seringkali timbul pada waktu malam dan sampai
mengganggu tidur malam.
 Derajat 3. Gejala timbul tiap waktu malam walaupun waktu
istirahat/libur.
c. Patogenesis dan diagnosis penyakit
1) Cedera otot (mialgia)
 Tension neck/stiff neck/myofacial pain syndrome rasa nyeri kaku pada
leher akibat spasme otot-otot leher akan menghambat gerak leher
(tidak bisa menoleh), kadang-kadang rasa tersebut menyerah kedaerah
bahu, punggung, lengan dan tangan.
 Pseudo-angina pektoris timbulnya rasa nyeri didinding dada sebelah
kiri yang menyebar ke lengan kiri, tudak semata-mata diakibatkan
oleh kasus insufisien koroner, tetapi dapat juga akibat kontraksi m.
Pektoralis mayor kiri yang terlalu kuat untuk jangka lam. Penyakit ini
sering terjadi pada pekerja yang menggenggam dengan kuat bagian
tempat kerja dengan tangan kiri untuk mempertahankan posisi
tubuhnya, sedangkan tangan kanannya melaknsanakan pekerjaan
dengan menggunakan peralatan kerja, misalnya pada saat memutar
skrup yang keras.
2) Inflamasi sarung tendo (tenosinovitis/tenovaginitis)
Tenisinovits adalah proses peradangan sarung tendi serta jaringan-
jaringan disekitarnya, sedangkan tendonya sendiri relatif tidak
berpengaruh. Pada tenisivitis, sering kali cairan eksudat menyusup
kedalam sarung tendo, sehingga mudah terjadi fibrosis dan pelekatan.
Biasanya akibat pekerjaan yang memerlukan gerakan lengan dan jari
secara berulang-ulang yang disertai posisi menggenggam kuat, atau
mempertahankan posisi deviasi pergelangan tangan yang lama. Misalnya
pekerja perakitan produk-produk industri, operator pemasok data
komputer , pengrajin kerajinan tangan, tukang daging, pekerjaan ibu
rumah tangga seperti mengepel,memasak, dan merajut pakaian.
3) Inflamasi tendo ( tenditis )
Tendiits dan peritenditis adalah proses peradangan jaringan tendo dan
sekitarnya yang akhirnya akan menimbulkan proses penebalan tendo.
Proses ini biasanya akan menimbulkan situasi penguncian gerakan sendi
sekitar tendo tersebut, sehingga dapat menimbulkan gejala rasa nyeri,
penghambatan gerakan, rasa nteri tekan pada tempat penebalan tendo
tersebut. Misalnya terjadi pada pekerjaan seperti memutar obeng karena
membutuhkan gerakan memutar pada lengan yang kuat, dan pekerjaan
memukul npaku, serta memasang batu bata.
4) Inflamasi bursa ( bursitis)
Bursa adalah kantong berisi cairan yang terletak diantara otot/tendo
dengan tonjolan tulang tempat melekatnya tendo, gunanya untuk
mencegah gesekan pada saat kontraksi otot. Gerakan yang berulang-
ulang akan menyebabkan terjadinya peradangan bursa yang
mengakibatkan timbulnya pembengkakan dan disebut bursitis.
5) Inflamasi kapsula sendi
Shoulder capsulitis/ frozen shouder/perikapsulitis adalah peradangan
difus pada kapsula glenohumeral, sehingga terjadi pelekatan pada tulang
dan jaringan sekitarnya. Timbul rasa nyeri pada bahu dan hambatan pada
gerak aktif dan pasif ke semua arah dan gerakan di sendi ini, dengan pola
kapsuler ( rotasi eksterna>abduksi>rotasi interna)
6) Terperangkap sarad tepi/penyumbatan pembuluh darah
 Kompresi n ulnaris. N. Ulnaris yang berjalan di sulkus n ulnaris
bagian belakang epikondilus medialis, dapat terjadi karena
terjadinya konstruksi aponeurosis m fleksor carpi ulnaris. Biasanya
terjadi pada para pekerja yang meletakkan sikunya pada meja yang
keras terutama bila disertai fleksi sendi siku untuk jangak waktu
yang lama. Sering disebut cubital tunnel sydrome, menimbulkan
rasa nyeri dan kesemutan yang menyebarr dari sisi medial lengan
bawah sampai ke ujung jari.
 Thoracis outlet syndrome. Terjadi dikompresi a. Subklavia dan
radiks pleksus brakialis ( terutama diradiks C8 dan T1) didaerah
leher. Sindrom ini dapat terjadi di 3 lokasi ini yaitu pada saat lakuna
skaleni posterioe ( celah diantara m. Skalenus anterior dan m.
Skalenus medius), celah yang terletak antara sisi posteriror kalvikula
dan iga I, atau celah sempit yang terletak pada bagian belakang
insersio m.pektoralis minor dan processus korakoides. Misalnya
pada tukang cat plafon, perakitan produk-produk industri, casir
pasar swalayan yang harus mengambil benda-benda yang jauh
dibelakang/disamping tubuhnya. Sering terjadi pada wanita dan
hampir selalu pada tangan kanan.
 Hypothenar hammer syndrome. Tekanan yang berulang untuk
jangka waktu yang lama karena ujung pegangan palu pada bawah
daerah hipotenar tangan, mengakibatkan cedera a. Ulnaris
diterowongan guyon, hal ini menyebabkan terjadinya trombus
sehingga aliran darah terhambat dan membengkak. Pembengkakan
ini terjadi dapat menekan n. Ulnaris didekatnya. Sindrim ini
menimbulkan gejala iskemia dan penekanan saraf, seperti rasa nyeri,
pucat, tidak tahan dingin, kesemutan, dan rasa baal paa jari-jari
tangan.
d. Pengobatan

Untuk kasus akut, satu-satunya pengobatan yang terbaik adalah dengan


mengurangi aktivitas fisik paa anggota tubuh bagian atas yang sakit, sedangkan
untuk kasus yang menahun, diperlukan terapi dengan cara menggerakkan
lengan yang sakit tanpa dengan beban dengan meningkatkan kecepatan dan
durasi secara perlahan-lahan, terapi ini harus berada pada pengawasan petugas
medis.

e. Tindakan pencegahan
 Memperbaiki lingkungan kerja, perlatan, dan organisasi tugas kerja
menurut prinsip-prinsip ergonomi, seperti perubahan tinggi meja kerja =,
tempat duduk, desain mesin dan perlatan kerja, banyaknya frekuensi dan
variasi gerakan yang dilakukan agar sesuai dengan kapasitas fisik dan
mentalmpara pekerja.
 Memberikan variasi untuk tugas-tugas yang berisiko menimbulkan
penyakit ini, sedapat mungkin, dalam setiap pekerjaan harus terdapat
kombinasi abtara pekerjaan dengan gerakan berulang/posisi tugas yang
kurang nyaman dengan pekrjaan yang lain yang dapat memberikan
istirahat bagi otot-otot yang mengalami kelelahan.
3. Hand Arm Vibration Syndrome
Hand arm vibration syndrome adalah gangguan kesehatan akibat kerja karena
penggunaan alat bantu genggam yang menimbulkan vibratsi dalam jangka waktu yang
lam, seprti gergaji listrik, gerinda, bor tenaga listrik atau tekanan udara, palu pemecah
batu, dll. Hand arm vibration syndrome merupan fenomena yang komlek dan
patofisologinya masih belum banyak diketahui secar pasti, umumnya disuga terjadi
kerusakan saraf tepi dan lapisa otot-otot halus pembuluh darah tangan.
Bebarapa faktor yang mempengaruhi terjadinya/bertambah beratnya HAVS
perlu diperhatikan pada pelaksanaan tindakan pencegahan yaitu :
4. tingkatkan vibrasi atau intensitas dan frekuensinya. Frekuensi yang berhabaya
adalah 30-300 Hz.
5. Lamanya pajanan
6. Vibrasi yang terus menerus akan mempercepat timbulnya HAVS. Perlu
diberikan waktu istirajat 10menit setiap pajanan vibrasi yang terus menerus
7. Bertambah kerasnya kekuatan untuk menggenggam alat, maka semakin banyak
energi yang ditransfer ketangan dengan risisko kerusakan pada artei, nervus,
persendian, dan otot
8. Penguranagn berat dari alat-alat yang menimbulkan vibrasi, akan mengurangi
kerja yang berlebihan pada persendian (siku dan bahu), tetapi energi yang
ditransfer ketangan akan bertambah
9. Sarung tangan berguna sebagai pelindung terhadap bahaya kerja vibrasi, tetapi
kurang kuat untuk memegang peralatan
10. Kerentetan individu
Pengendalian dan pengobatan terhadap HVAS dititikberatkan pada desain alat
bantu genggam dan eleminasi vibrasi. Sampai saat ini, belum ditemukan metode
pengbatan HVAS yang tepat. Pengobatan terutama bersifat paliatif fisiterapi dalam
bentuk termoterapi, “paraffin bath“ , inframerah, dan terapi frekuensi rendah sering
digunakan dijepang. Tindakan pembedahan dalam bentuk simpatektomi blokade
ganglion cervical dan pembebasan saraf tepi terjepit. Medikamentosa dengan
menggunakan preparat kalsium antagonis sebagai vasodilatator, kemotrapi untuk
mengurangi adhesi dan agregasi sel-sel pembeku (trombosit) serta dengan preparat
untuk mengurangi viskositas darah dan pembentukan emboli.
Pada kasus HVAS stadium 1 dan awal stadium 2 sebaiknya dilakukan tindakan
palidatif, yaitu disarankan menghindari tempat0tempat yang dingin dan pajanan rasa
dingin secara langsung ditanga yang sakit, berolah raga untuk menimbulkan aliran
darah, serta mengurangi pajanan vibrasi yang memenuhi standar NBL. Pada HVAS
stadium 2 pajanan vibrasi harus benar-benar dihindarkan. Jika penderita terpaksa tidak
dapat menghindari pajanan vibrasi, perlu pertimbangan lagi untuk memberikan
vasolidator secara terbatas, seprti Nifedipine. Oleh karena stadium awal dari HVAS
bersifat sementar, maka pemantaun medis yang rutin terhadap populasi yang terpajan
vibrasi suatu tempat kerja harus senantiasa dilaksanakan, sehingga tanda-tanda dini dari
kelainan ini dapat didetekso.
E. Pengendalian Musculoskeletal disorders (MSDs)
Controlling atau pengendalian terhadap MSDs dapat dilakukan dengan melakukan
evaluasi terhadap faktor-faktor yang telah ditemukan. Selain itu juga dapat dilakukan
perubahan metode kerja, menata ulang peralatan dan area kerja untuk mengurangi resiko
MSDs, libatkan karyawan untuk memberikan ide-ide agar sistem kerja menjadi lebih baik
sehingga produktivitas kerja dapat meningkat.
Mengendalian pada umumnya terbagi menjadi tiga (Cohen et al,1997) :
1. Mengurangi atau mengeliminasi kondisi yang berpotensi bahayamenggunakan
pengendalian teknik
2. Mengubah dalam praktek kerja dan kebijakan manajemen yang seringdisebut
pengendalian administratif
3. Menggunakan alat pelindung diri agar tidak mengalami risiko MSDspada saat
melakukan pekerjaan, maka ada beberapa hal yang harus dihindari. Hal tersebut
adalah:
 Jangan memutar atau membungkukkan badan ke samping
 Jangan menggerakkan, mendorong atau menarik secara sembarangan,karena
dapat meningkatkan risiko cidera
 Jangan ragu meminta tolong pada orang
 Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan barang.

Berdasarkan dari jurnal Riyadina Woro. Januari 2008 , “Keluhan Nyeri


Muskuloskeletal pada Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta”. Jurnal Maj
Kedokt Indon, Volum: 58. “Proporsi keluhan nyeri muskuloskeletal pada pekerja industri di
bagian produksi di kawasan industri Pulo Gadung masih cukup tinggi. Perlu disusun model
intervensi yang tepat untuk mengurangi dan menghilangkan keluhan nyeri muskuloskeletal
melalui perbaikan kesehatan jiwa dan mental pekerja, perbaikan gizi dan ergonomi. Proporsi
keluhan nyeri pada pekerja industri di bagian produksi di kawasan industri Pulo Gadung
masih cukup tinggi. Untuk itu perlu disusun model intervensi yang tepat untuk mengurangi
dan menghilangkan keluhan nyeri muskuloskeletal melalui perbaikan kesehatan jiwa dan
mental pekerja, perbaikan gizi dan ergonomi. Langkah selanjutnya perlu dilakukan
pemeriksaan lebih detail keluhan nyeri muskuloskeletal tersebut sehingga dapat diketahui
penyebab yang pasti dan dapat dilakukan upaya perbaikan dan pengendalian terhadap faktor
risikonya” .
F. Pencegahan Musculoskeletal disorders (MSDs)

Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health Administration (OSHA)


dalam Tarwakal , et al (2004), tindakan ergonomik untuk mencegah adanya sumber penyakit
adalah memalui dua cara yaitu Rekayasa Teknik ( desain stasiun dan alat kerja) dan Rekayasa
Menejemen ( kriteria dan organisasi kerja) :

1. Rekayasa Teknik
Rekayasa Teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alteralitf,
meliputi :
a. Eliminasi,yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang
dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerja yang mengharuskan untuk
menggunakan peralatan yang ada
b. Substitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan baru
yang aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur
penggunaan peralatan
c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja
d. Ventilasi, menamah ventilasi untk mengurangi risiko sakit.
2. Rekayasa Menejemen
Rekayasa Menejemen dapat dilakukan melalui tindakan berikut :
a. Pendidikan dan pelatihan agar pekerja lebih memahami lingkungan dan alat
kerja sehingga diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan inovatif dalam
melakukan upaya pencegahan terhadap risiko sakit akibat kerja
b. Pengaruh waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan
dengan kondisi lingkungan kerja dan karakterisktik pekerjaan, sehingga dapat
mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber bahaya
c. Pengawasan yang intensif, agar dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini
terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit akibat kerja
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Faktor
Penyebab Keluhan Pada Gangguan Muskuloskeletal: peregangan otot yang berlebihan,
aktivitas berulang, sikap kerja tidak alamiah, faktor penyebab sekunder
(tekanan,getaran,mikroklimat) dan penyebab kombinasi (umur, jenis kelamin, kebiasaan
merokok, kesegaran jasmani, kekuatan fisik, ukuran tubuh (antropometri)). Langkah
Mengatasi Keluhan Sistem Muskuloskeletal adalah dengan Rekayasa Teknik dan Rekayasa
Manajemen.
DAFTAR PUSTAKA

Riyadina Woro, dkk, Januari 2008, “Keluhan Nyeri Muskuloskeletal pada Pekerja
Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta”. Jurnal Maj Kedokt Indon, Volum: 58.

Harrianto Ridwan, Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : ECG,2009

file:///I:/normarinda_%20PENCEGAHAN%20DAN%20PENGENDALIAN%20GAN
GGUAN%20OTOT%20RANGKA%20%28%20Musculoskeletal%20Discorders_MSDs%29.
html, diakses 27 Januari 2016

file:///I:/normarinda_%20PENCEGAHAN%20DAN%20PENGENDALIAN%20GAN
GGUAN%20OTOT%20RANGKA%20%28%20Musculoskeletal%20Discorders_MSDs%29.
html, diakses 27 Januari 2016

file:///I:/sang%20penyamun_%20KELAINAN%20MUSKULOSKELETAL%20AKIB
AT%20KERJA%20%28WMSD%29.html, diakses 27 Januari 2016

You might also like