You are on page 1of 14

MAKALAH

FAMILY CENTER CARE


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Anak

Disusun oleh :
Nama : KAMTO SUSILO
NIM : 17608072160

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes HAJI MEDAN
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Profesi keperawatan merupakan ladang amal, ilmu dan kemanusiaan. Hal ini
dikarenakan bahwa perawat tidak hanya berfokus pada pelayanan yang diberikan
kepada pasien atau sering disebut sebagai Patient Centered Care (PCC) tapi juga
perawat memberikan pelayanan dengan melibatkan keluarga pasien atau sering
disebut Family Centered Care(FCC). Dalam kaitannya dengan PCC, perawat selalu
berada disisi pasien, menjaga pasien dan memberikan terapi atau tindakan
keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi medis kepada pasien.

Inti dari FCC adalah melibatkan keluarga dalam perawatan pasien di ICU.
FCC tidak hanya meningkatkan kepuasan keluarga, tetapi juga bagi perawat supaya
memandang bahwa pasien itu adalah bagian dari suatu sistem keluarga. Keluarga
harus berpartisipasi secara tepat dalam keterlibatannya merawat anggota keluarganya
yang sedang sakit. Keluarga tidak hanya terlibat tetapi juga membutuhkan informasi.
Informasi yang disediakan oleh tim medis dan keperawatan akan mengurangi
kecemasan yang dialami oleh keluarga. Perawat juga harus mampu memelihara
keutuhan dan dukungan keluarga selama fase stress yang dialami oleh keluarga
tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perspektif Keperawatan Pediatrik


1. Asuhan berpusat pada keluarga (Family Centered Care)
a. Pengertian
Family Centered Care (asuhan berpusat pada keluarga) FilosofiFamily Centered
Care keluarga bersifat konstan dalam hidup anak. Sistem pelayanan dan personel
harus mendukung, menghargai, mendorong, dan meningkatkan kekuatan dan
kompetensi keluarga melalui pemberdayaan pendekatan dan pemberian bantuan
efektif (Duns & Trivette, 1996).

Dua konsep dasar dalam family centered care adalah:


1) Memampukan keluarga dengan menciptakan kesempatan dan cara bagi semua
anggota keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan kompetensi terbaru mereka
dan untuk mendapatkan kemampuan dan kompetensi baru yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
2) Pemberdayaan menggambarkan interaksi profesional dengan keluarga dalam cara
tertentu sehingga keluarga mempertahankan dan mendapat kontrol atas kehidupan
mereka sendiri dan membuat perubahan positif yang dihasilkan dari perilaku
membantu yang mengembangkan kekuatan, kemampuan, dan tindakan mereka
sendiri (Duns & Trivette, 1996).

Kemitraan orang tua profesional adalah mekanisme yang sangat kuat unutk
memampukan dan memberdayakan keluarga. Orang tua berhak dihargai seperti
halnya profesional dan mereka mempunyai hak unutk memutuskan apa yang penting
bagi mereka sendiri dan keluarganya. Peran profesional adalah mendukung dan
menguatkan kemampuan keluarga untuk mengasuh dan meningkatkan perkembangan
anggota dalam cara yang memampukan dan memberdayakan. Profesional harus juga

3
bekerja sama sebagai suatu tim demi keuntungan anak dan keluarga mereka
(Patterson, 1996).
a. Manfaat Family Centered Care
Model asuhan family centered care, memberikan manfaat, seperti:
1) Keluarga memiliki kepercayaan dan kemampuan yang lebih besar dan tekanan yang
lebih kecil dalam merawat anak-anak mereka.
2) Ketergantungan keluarga pada pemberi keperawatan profesional berkurang.
3) Biaya perawatan berkurang.
4) Para profesional mengalammi kepuasan kerja yang lebih besar.
5) Kedua orang tua dan petugas kesehatan diberdayakan untuk mengembangkan
keahlian dan keterampilan yang baru.

b. Elemen Penting Family Centered Care, yaitu:


1) Keluarga bersifat konstan
2) Kolaborasi keluarga/profesional
3) Saling bertukar informasi yang lengkap dan jelas
4) Penghormatan terhadap keanekaragaman budaya, suku, ras, sosial, ekonomi, dll
5) Metode koping yang berbeda
6) Kerja sama keluarga-keluarga
7) Rumah, rumah sakit, pelayanan masyarakat dan sistem pendukung fleksibel, dapat
diakses, komprehensif
8) Menghargai keluarga sebagai keluarga, anak sebagai anak.

b. Asuhan Atraumatic (Atraumatic Care)


Pengertian
Asuhan atraumatik adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan, oleh
personel, dan melalui penggunaan intervensi yang mneghapuskan atau memperkecil
distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan keluarga mereka dalam
pelayanan kesehatan (Donna L. Wong, 2008).

4
Asuhan atraumatik mencakup pencegahan, diagnosis, penanganan, atau
penyembuhan kondisi akut atau kronis. Lingkungan mengacu pada setiap tempat
yang memberikan perlindungan seperti rumah, rumah sakit, atau disetiap tempat
pemberian pelayanan kesehatan.personal meliputi orang yang secara langsung terlibat
dalam memberikan asuhan terapeutik. Intervensi berkisar dari pendekatan psikologis,
sepertika menyiapkan anak-anak untuk prosedur pemeriksaan, sampai pada intervensi
fisik, seperti menyediakan ruang untuk orang tua tinggal bersama anak dalam satu
kamar (Donna L. Wong, 2008).

Tanda-tanda Trauma/ Distress psikologis dan fisik (Donna L. Wong, 2008).


Trauma/ Distress psikologis, meliputi:
1) Kecemasan
2) ketakutan,
3) kemarahan,
4) kekecewaan
5) kesedihan
6) malu
7) atau rasa bersalah.
Trauma/ Distress fisik, meliputi:
1) Kesulitan tidur
2) Imobilisasi sampai pengalaman stimulas sensori yang mengganggu seperti rasa
sakit, temperatur ekstrem, cahaya yang menyilaukan atau kegelapan (Donna L.
Wong, 2008).

Tujuan utama perawatan atraumatik adalah:


1) Mencegah atau meminimalkan pemisahan anak dari keluarga
2) Meningkatkan rasa kendali
3) Mencegah atau meminimalkan nyeri dan cedera bagi tubuh

Contoh pemberian asuhan atraumatik meliputi:

5
1) Pengembangan hubungan orang tua-anak selama dirawat di rumah sakit.
2) Menyiapkan anak sebelum pelaksanaan terapi dan prosedur yang tidak dikenalinya.
3) Mengendalikan perasaan sakit.
4) Memberikan privasi pada anak.
5) Memberikan kativitas bermain untuk mengungkapkan ketakutan dan permusuhan.
6) Menyediakan pilihan untuk anak-anak.
7) Menghormati perbedaan budaya.

Walaupun kemajuan yang luar biasa telah dicapai dalam keperawatan anak,
banyak perubahan yang telah menyembuhkan penyakit dan memperpanjang
kehidupan merupakan hal yang bersifat traumatis, menyakitkan, merepotkan, dan
menakutkan. Sayangnya, upaya memperkecil trauma akibat intervensi medis tidak
mengiringi kemajuan teknologi dengan mengetahui stresor yang dihadapi oleh anak
sakit dan keluarganya dan dengan intervensi yang efektif dan aman dalam
menghilangkan dan mengurangi ini, para profesional kesehatan harus mengarahkan
perhatian mereka untuk memberikan pelayanan atraumatik.

B. Peran Perawat Pediatrik


1. Hubungan terapeutik
Penetapan hubungan terapeutik merupakan pondasi penting untuk
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Perawat anak perlu berhubungan
dengan anak-anak dan keluarganya dan harus dapat memisahkan antara perasaan dan
kebutuhan mereka. Dalam hubungan terapeutik, caring, batasan yang didefinisikan
dengan baik, memisahkan perawat dari anak dan keluarga. Batasan ini bersifat positif
dan profesional dan akan meningkatkan kendali keluarga atas perawatan kesehatan
anak (Rushton, McEnhill dan Amstrong, 1996, Barnsteiner dan Gillis Donovans,
1990 dalam Wong, 2008, p. 14). Keduanya, baik perawat maupun keluarga
diberdayakan, dan komunikasi yang terbuka dipertahankan. Dalam hubungan yang
tidak terapeutik, batasan ini tidak terlihat dengan jelas, dan banyak tindakan perawat
yang dapat memenuhi kebutuhan pribadi, seperti kebutuhan untuk dilibatkan dan

6
merasa diperlukan, dibandingkan hanya memenuhi kebutuhan keluarga (Wong, 2008,
p. 14).
Walaupun relavan dalam semua tatanan, pendekatan asuhan berpusat-
keluarga dalam praktik perawatan paling jelas dilakukan pada perawatan di rumah
(home-care). Bagaimanapun, tatanan perawatan di rumah memberikan tantangan
terbesar bagi perawat dalam menentukan batasan hubungan kolaboratif dengan
keluarga dan menjadi bagian dalam sistem keluarga. Beberapa faktor menghambat
pemeliharaan batasan yang jelas tentang: lingkungan rumah yang bersifat informal,
percakapan sosial yang bisa terjadi antara anggota keluarga sepanjang hari,
keikutsertaan anggota keluarga dalam perawatan anak, dan upaya beberapa keluarga
untuk mengurangi stres karena kehadiran orang asing di rumah dengan memasukkan
perawat sebagai anggota keluarga (Wong, 2008, p. 14).

2. Advokasi/ Caring Keluarga


Walaupun perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, dan
institusi tempat bekerja, tanggung jawab utama mereka adalah memberikan asuhan
keperawatan kepada konsumen yaitu anak dan keluarganya. Perawat harus bekerja
sama dengan anggota keluarga, mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, dan
merencanakan intervensi yang paling dapat mengatasi masalah. Sebagai advokat
(pembela), perawat membantu anak-anak dan keluarga mereka dalam menentukan
berbagai pilihan yang diberitahukan dan bertindak dalam memberikan yang terbaik
kepada anak. Advokasi itu meliputi jaminan bahwa keluarga akan mengetahui semua
pelayanan kesehatan yang tersedia, diinformasikan secara tepat tentang pengobatan
dan prosedurnya, dilibatkan dalam perawatan anak, dan didorong untuk berubah atau
mendukung praktik pelayanan kesehatan yang ada (Wong, 2008, p. 15).

Saat perawat merawat anak dan keluarganya, perawat harus mampu


menunjukkan caring, menunjukkan rasa kasih dan empati terhadap orang lain. Aspek
caring dapat berwujud konsep tentang asuhan atraumatik dan pengembangan
hubungan terapeutik dengan klien. Orang tua menjelaskan bahwa caring merupakan

7
tanda asuhan keperawatan yang berkualitas, yang sering dipusatkan pada kebutuhan
non-teksis anak dan keluarga. Orang tua menjelaskan bahwa pelayanan yang
“bersahaja” merupakan tindakan yang menjadi tanggungjawab perawat, termasuk
mengetahui kehadiran orang tua, mendengarkan, membuat perasaan orang tua
nyaman terhadap lingkungan rumah sakit, menyertakan anak dan orang tua di dalam
perawatan kesehatan, menunjukkan minat dan perhatian untuk kesejahteraan mereka,
memperlihatkan kasih sayang dan kepekaan kepada orang tua dan anak,
memberitahukan mereka dan memberikan asuhan keperawatan secara individual.
Orang tua merasa asuhan keperawatan yang “bersahaja” merupakan bagian integral
dalam membangun hubungan yang positif (Wong, 2008, p. 15).

3. Pencegahan Penyakit/Promosi Kesehatan


Tren pelayanan kesehatan masa depan adalah ke arah pencegahan penyakit
dan pemeliharaan kesehatan, bukan perawatan penyakit atau
ketidakmampan. Keperawatan telah menyesuaikan perubahan ini, terutama dalam
lingkungan kesehatan anak. Tahun 1965 program pediatrik nurse practitioner (PNP)
mulai dikembangkan dan telah memicu terbentuknya beberapa peran keperawatan
primer atau ambulasi khusus bagi perawat. Daya dorong dari program ini adalah
mendidik perawat lebih dari tahap persiapan dasar di area pemeliharaan kesehatan
anak sehingga semua anak-anak dapat menerima perawatan yang berkualitas tinggi.
Program praktisi sudah meluas untuk mempersiapkan PNP spesialis seperti praktisi
perawat anak onkologi. Walaupun kurikulumnya bervariasi, isi kursus biasanya
meliputi pengkajian riwayat, diagnosis fisik, pertumbuhan dan perkembangan,
pendidikan kesehatan, farmakologi, konseling, masalah umum di masa kanak-kanak,
dan rencana asuhan untuk individu dan kelompok. Program ini kini merupakan
bagian dari pendidikan keperawatan tingkat sarjana (Wong, 2008, p. 16).

4. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari advokasi dan prevensi
keluarga. Penyuluhan kesehatan mungkin suatu tujuan langsung dari perawat, seperti

8
selama kelas menjadi orang tua, atau mungkin tidak langsung seperti membantu
orang tua dan anak memahami suatu diagnosis atau pengobatan medis, mendorong
anak untuk mengajukan pertanyaan tentang tubuh mereka, merujuk keluarga ke
profesional kesehatan atau kelompok pendukung, menyuplai pasien dengan literatur
yang tepat, dan memberi pedoman antisipasi (Wong, 2008, p. 16).

Penyuluhan kesehatan sering merupakan satu bidang yang perlu disiapkan dan
dipraktikkan oleh perawat dengan model peran kompeten, karena penyuluhan ini
melibatkan transmisi informasi pada tingkat pemahaman anak dan keluarga dan
kebutuhan mereka terhadap informasi. Sebagai pendidik yang efektif, perawat
berfokus pada pemberian penyuluhan kesehatan yang tepat dengan umpan balik dan
evaluasi yang tulus untuk meningkatkan pembelajaran (Wong, 2008, p. 16).

5. Dukungan/Konseling
Perhatian pada kebutuhan emosi memerlukan dukungan dan kadang-kadang
konseling. Peran advokat anak atau guru kesehatan bersifat mendukung melalui
pendekatan individual yang sangat alamiah. Dukungan dapat diberikan dengan cara
berikut: mendengar, menyentuh, dan kehadiran fisik. Sentuhan dan kehadiran fisik
paling menolong anak-anak karena cara ini memudahkan komunikasi nonverbal
(Wong, 2008, p. 16).

Konseling melibatkan pertukaran pendapat dan ide yang memberi dasar untuk
pemecahan masalah bersama. Konseling melibatkan dukungan, penyuluhan, teknik
untuk mendorong ekspresi perasaan dan pikiran dan pendekatan untuk membantu
keluarga mengatasi stres. Secara optimal, konseling tidak hanya membantu mengatasi
krisis atau masalah tetapi juga memampukan keluarga untuk mendapatkan tingkat
fungsi lebih tinggi, harga diri lebih tinggi, dan hubungan yang lebih dekat. Meskipun
konseling sering menjadi peran perawat dalam bidang yang lebih spesialis, teknik
konseling dibahas dalam buku ini untuk membantu peserta didik dan perawat

9
mengatasi krisis yang dihadapi dan merujuk keluarga untuk mendapat bantuan
profesional tambahan (Wong, 2008, p. 17).

6. Peran Restoratif
Peran paling dasar dari semua peran keperawatan adalah restorasi kesehatan
melalui aktivitas pemberian asuhan. Perawat secara langsung terlibat dalam
pemenuhan kebutuhan fisik dan emosi anak, termasuk makan, mandi, toileting,
berpakaian, keamanan dan sosialisasi. Meskipun mereka bertanggung jawab untuk
melakukan program dokter, perawat juga bertanggung gugat atas tindakan dan
penilaian mereka sendiri tanpa memperhatikan program tertulis dari dokter (Wong,
2008, p. 17).

Aspek penting dari restorasi kesehatan adalah pengkajian dan evaluasi status
fisik yang berkesinambungan. Fokus utama seluruh buku ini pada pengkajian fisik,
patofisiologi, dan rasional ilmiah atas terapi yang dilakukan membantu perawat
membuat keputusan mengenai status kesehatan. Perawat harus mengetahui temuan
normal untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan penyimpangan. Selain itu,
perawat pediatrik tidak boleh kehilangan kesadaran tentang kebutuhan emosi dan
perkembangan individu anak, yang dapat sangat memengaruhi perjalanan proses
penyakit (Wong, 2008, p. 17).

7. Koordinasi/Kolaborasi
Perawat, sebagai anggota tim kesehatan, berkolaborasi dan mengoordinasi
pelayanan keperawatan dengan aktivitas profesional lain. Bekerja sendirian tidak
memberikan hal yang terbaik untuk anak. Konsep “Asuhan Holistik” hanya dapat
direalisasi melalui penyatuan pendekatan interdisiplin. Menyadari kontribusi dan
keterbatasan individu pada perawatan anak, perawat harus berkolaborasi dengan
spesialis lain yang berhubungan pelayanan kesehatan berkualitas tinggi. Kegagalan
mengenali keterbatasan dapat menjadi non-terapeutik dan mungkin destruktif.
Misalnya, perawat yang merasa kompeten dalam konseling tetapi tidak benar-benar

10
cocok dalam bidang ini mungkin tidak hanya mencegah anak dari menghadapi krisis
tetapi mungkin juga mengancam keberhasilan profesional yang berkualitas nantinya
(Wong, 2008, p. 17).
8. Pengambilan Keputusan Etis
Dilema etis muncul ketika pertentangan dan pertimbangan moral mendasari
berbagai alternatif. Orang tua, dokter, perawat dan anggota tim pelayanan kesehatan
dapat memperoleh keputusan berbeda tetapi dapat dibenarkan secara moral dengan
menempatkan pertimbangan berbeda pada nilai moral yang menentangnya.
Pertentangan nilai moral ini meliputi:
a. autonomi (hak-hak pasien untuk mengatur dirinya sendiri)
b. nonmaleficence (kewajiban untuk memperkecil atau mencegah bahaya)
c. beneficence (kewajiban untuk mempromosikan kesejahteraan pasien, dan
d. Keadilan (konsep persamaan)

Perawat harus menentukan tindakan yang paling menguntungkan atau paling


sedikit bahayanya dalam kerangka kerja masyarakat, standar praktik profesional,
hukum, peraturan lembaga, tradisi religius, sistem nilai keluarga, dan nilai pribadi
perawat (Wong, 2008, p. 17).

Peran perawat sebagai anggota tim pelayanan kesehatan memastikan


keikutsertaan mereka di dalam pengambilan keputusan etis kolaboratif. Perawat
secara rutin menggunakan metode pemecahan masalah sistematis yang dikenal
sebagai proses keperawatan, untuk memecahkan masalah klinis. Masing-masing
keputusan menuntut perawat untuk mengumpulkan data fisiologis dan psikososial,
mengkaji nilai relevan yang diyakini keluarga dan pasien, dan menggabungkan data
tersebut ke dalam suatu rencana asuhan. Masing-masing aktivitas ini adalah suatu
komponen penting dalam pengambilan keputusan etis (Wong, 2008, p. 17).

11
9. Riset
Perawat pelaksana harus berperan pada riset karena mereka adalah individu yang
mengamati respons manusia terhadap kesehatan dan kesakitan. Sayangnya, sedikit
perawat yang secara sistematis mencatat atau menganalisis pengamatan ini. Sebagai
contoh, perawat kesehatan anak menggunakan metode inovatif untuk mendorong
anak-anak mematuhi pengobatan. Jika intervensi ini secara klinis dievaluasi dan
disebarluaskan pada perawat lain dalam publikasi riset, praktik keperawatan dapat
didasarkan terutama pada ilmiah, bukan tradisi atau coba-coba (Wong, 2008, p. 18).

10. Perencanaan Pelayanan Kesehatan


Beberapa tahun terakhir peran perawat telah meluas hingga ke luar dari keluarga
inti hingga mencakup komunitas (Kerfoot, 1996 dalam Wong, 2008, p. 18). Secara
tradisional perawat telah terlibat dalam pelayanan kesehatan masyarakat, baik secara
kontinu atau episodik. Namun, jarang sekali perawat dilibatkan dalam perencanaan
pelayanan kesehatan, terutama pada tingkatan legislatif atau politis (Wong, 2008, p.
18).

Sebagai profesi pelayanan kesehatan yang paling besar, keperawatan harus


mempunyai suara, terutama sebagai advokat keluarga/konsumen. Untuk itu perawat
harus memiliki pengetahuan dan mengetahui tentang kebutuhan masyarakat, tertarik
dalam perumusan biaya oleh pemerintah, mendukung politisi untuk menjamin
dikeluarkannya (atau ditolaknya) legislasi yang signifikan, dan terlibat aktif dalam
kelompok yang ditujukan untuk kesejahteraan anak (mis, kelompok keperawatan
profesional, organisasi orang tua-guru, kelompok pendukung orang tua, organisasi
religius, dan organisasi sukarelawan) (Wong, 2008, p. 19).

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Family Centered Care (asuhan berpusat pada keluarga) FilosofiFamily
Centered Care keluarga bersifat konstan dalam hidup anak. Sistem pelayanan
dan personel harus mendukung, menghargai, mendorong, dan meningkatkan
kekuatan dan kompetensi keluarga melalui pemberdayaan pendekatan dan
pemberian bantuan efektif (Duns & Trivette, 1996).

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ilmukesehatan.online/2017/08/family-centered-care.html

Cannon, S. 2011. Family Centered Care in the Critical Care Setting. Dimens Crit Care Nurs.
30(5):241/245

Gavaghan SR & Carroll DL. 2009. Families of Critically Ill Patients and the Effect of
Nursing Interventions. Dimens Crit Care Nurs. 29(3):28-33.

Morrison M. 1997. Body-Guarded: The Social Aesthetics of Critical Care. In: deRase M,
Grace VM, eds. Bodily Boundaries, Sexualized Genders and Medical Discourse.
Palmerston North, New Zealand: The Dunmore Press Ltd.

Van Horn E, Kautz D. 2007. Promotion of Family Integrity in the Acute Care Setting.Dimens
Crit Care Nurs. 26(3):101-107.

14

You might also like