You are on page 1of 21

BAB III

FISIOLOGI HIDUNG

Fungsi Hidung diantaranya adalah:

1. Sebagai alat penciuman

2. Sebagai alat pernapasan

3. Resonansi suara.

3. 1 Sebagai alat penciuman

Reseptor penciuman terletak pada epitel olfaktorius dalam membrana mukosa,

pada manusia terletak pada atap dari cavurn nasi, konka superior dan 1/3 bagian atas

dari septum nasi. Membrana mukosa olfaktorius dilapisi oleh epitel silindris

bertingkat tidak bersilia yang terdiri dari tiga macam sel yaitu subtentaktuler cells (sel

penyokong), olfactorius cells (sel penciuman) dan basal cells.

Area olfactorius, besarnya tidak sama pada setiap spesimen, dimana pada

manusia luasnya lebih kurang 200 s/d 400 mm dengan kepadatan 5.104 sel/mm2.4,5

3.1.1 Mekanisme perjalanan syaraf penciuman

Serabut syaraf penciuman (n.olfactorius) yang keluar dari area olfactorius

jumlahnya sekitar 20 buah dan tidak bermyelin, kemudian berjalan menuju lamina

kribiformis os. ethmoidalis dan masuk ke bulbus olfactorius. Ujung syaraf olfactorius

membentuk sinaps yang kompleks dengan glomerulus olfactorius yang dihubungkan

28
dengan sel-sel mitral atau "tuffed cell". Tiap glomerulus menerima impuls dari

26.000 reseptor penciuman dan dihubungkan dengan 25 sel-sel mitral.

Dari bulbus olfactorius selanjutnya berjalan sepasang traktus olfactorius dan

stria olfactorius lateralis menuju pusat penciuman di otak, dimana akan berakhir di

"prepyriform frontal cortex" dan nukleus amigdaloid. Akson dari tuffed cells berjalan

melalul komisura anterior menuju bulbus olfactorius yang kontralateral dan juga ke

hypothalamus.

3. 1. 2. Beberapa teori mengenai timbulnya bau

 Struktur molekul (Moncrifeff 1967), menurutnya struktur dari molekul

menentukan jenis bau, tetapi dia tidak menunjukkannya.

 Reaksi elektrokimia (Bigg & Ducan 1962), bahwa terdapat beberapa sel yang

mengandung karotenoid seperti yang terdapat pada mata, dimana zat ini

bertanggung jawab terhadap terjadinya reaksi seperti reaksi fotokimia pada mata

 Pola stereospatial (Mozel 1970), bahwa terdapat reseptor - reseptor tertentu yang

mempunyai stereospatial berbentuk pasangan kunci dengan anak kunci.

 Sifat molekul (Lafort, Fatte & Etcmeto), merupakan modifikasi dari teori – teori

terdahulu bahwa setiap molekul ada titik didih, akt3itas proton dan polarisasi

lokal dalam molekul.

29
 Pola stimulus (Holley & Doving 1977), pola stimulus dalarn konfigurasi mukosa

sel - sel reseptor menentukan jenis bau. Teori ini pada dasarnya tergantung pada

tempat reseptor yang spesifik dan sebagian pada mukosa olfaktorius.

3.1.3 Efek penciuman tergantung dari

 Apakah bersifat volatil (zat cair yang mudah menguap).

 Konsentrasi zat dalam udara inspirasi.

 Kekuatan suatu zat menabrak mukosa olfaktorius (kecepatan gerak molekul dan

massa zat).

 Volume udara yang mencapai mukosa olfaktorius.

 Kelarutan lemak – air.

Keadaan mukosa olfaktorius.


 Integritas perjalanan syaraf olfaktorius

3. 1. 4 Stimulus/perangsangan

Bau-bauan spesifik diabsorbsi ke dalam cairan mukus dan lemak di sel

reseptor pada tempat yang spesifik. Rangsangan ini akan menyebabkan keluarnya ion

K dan Cl dari sel tersebut, sehingga timbul depolarisasi (Tagaki 1968). Setelah

periode laten (lebih darl 400 ms) timbul reaksi potensial, fase aktifnya tergantung

intensitas stimulasi dan fase pemulihan akan berlangsung antara 0,9-1,9 ms.

3. 1. 5 Ambang rangsang penciuman.

30
Ambang rangsang penciuman bervariasi, tergantung dari fungsi zat kimianya.

Ambang rangsang penciuman lebih rendah dari pada daya pengenalan bau, jadi bau

dapat dirasakan terlebih dahulu, baru kemudian dikenali. Bau tidak mempunyai

ambang rangsangan yang absolut, tetapi ambang rangsang tergantung dari aktifitas

inhibisi yang diatur oleh pusat yang lebih tinggi. Beberapa binatang terutama anjing

mempunyai ambang rangsang penciuman sangan rendah.

3. 1. 6 Faktor-faktor yang mengubah ambang rangsang :

Perubahan pada mukosa hidung dan pH akan mengubah ambang rangsang

penciuman. Pada manusia ambang rangsang penciuman meninggi dengan

bertambahnya usia dan pengaruh hormon, terutama hormon seks.

3. 1. 7 Diskriminasi

Dua atau lebih bau-bauan bercampur, biasanya resultante intensitasnya selalu

lebih rendah dari penjumlahan intensitas masing-masing bau tersebut dan bau yang

ditimbulkan terutama didominasi oleh bau yang lebih kuat.

3. 1. 8 Penciuman dan tingkah laku

Penciuman sangat penting dalam mengatur tingkah laku pada manusia dan

beberapa binatang (terutama serangga), tingkat perkembangan pengaturan ini

tergantung spesies masing-masing. Dengan penciuman binatang dapat mendeteksi

31
makanan, mengenal sesuatu, mengetabui daerah teritorial dan seks, sedangkan pada

manusia terutama berhubungan dengan sikap makan dan seks.

3.2 Sebagai alat pernafasan

Hidung sebagai alat pernafasan yaitu sebagai jalan masuknya oksigen ke

dalam paru-paru yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh, serta mengeluarkan

hidrat arang sebagal sisa-sisa metabolisme. Pertukaran ini kebanyakan terjadi di

alveoli paru-paru, fungsi hidung disini membuat tanpa merusak alveoli.

Perjalanan udara, setelah masuk kedalam rongga, hidung secara vertikal,

berbelok 80-90 derajat ke posterior sampai mencapai nasal vault. Aliran udara

kemudian melintang secara horizontal sampai membentur dinding posterior

nasofaring, kemudian membelok 80 - 90 derajat kebawah bersama sama aliran udara

sisi sebelahnya untuk masuk kedalam faring. Dua belokan tajam dari 80-90 derajat

dari aliran udara ini disebut impaction point. Impaction (benturan) terhadap adenoid

memungkinkan partikel partikel tersebut ditangkap didalam krypta dan menimbulkan

reaksi immunologi.

Sebagian aliran udara, mencapai area olfaktorius, menghirup udara (sniffing)

kemungkinan merupakan mekanisme untuk meniggalkan hantaran udara, ke area

olfaktorius. Umumnya udara ekspirasi merupakan aliran udara berputar (Eddy

current) karena adanya obstruksi relatif didaerah katup hidung anterior. Septum yang

bengkok atau obstruksi jalan nafas lainnya akan meningkatkan putaran arus ini. Pada

32
respirasi yang tenang putarannya arus akan berkurang dan akan meningkat bila

respirasi makin cepat.

Aliran udara cukup sempit dan tidak lebih dari 1-2 mm sedangkan permukaan

lateral rongga hidung berukuran besar, ini mengakibatkan kontak langsung antara

udara respirasi dengan permukaan mukosa.

Katup hidung bagian anterior atau ostium interna pada lumen nasi terletak 1,5 -

2 cm sebelah posterior dari nares anterior. Pada potongan melintang di daerah ini

berdiameter 1 - 40 mm persegi pada tiap sisi, sehingga merupakan bagian tersempit

dari jalan nafas.

Rongga hidung mempunyaj tahanan sebesar 50% dari jalan nafas keseluruhan.

Sebelah posterior dari potongan melintang hidung ini pada daerah utama pasase

hidung bagian horizontal dimana aliran tetap sempit sehingga juga menyediakan

daerah permukaan yang luas kontak dengan aliran udara. Di daerah khoana posterior

pada potongan melintang juga tampak sempit, sehingga ini dapat menjelaskan adanya

variasi tekanan intranasal dari -5 atau 6 mm H20 sampai + 5 atau 6-0 pada waktu

inspirasi atau ekspirasi.

Terdapat perubahan siklus resistensi hidung (nasal resistance) antara satu

lubang hidung ke lubang hidung lainnya. Peningkatan resistensi hidung lama,

misalnya pada pembesaran adenoid atau nasal pack yang terlalu padat, dapat

menyebabkan cor pulmonale, kardiomegali dan edema paru-paru. Tahanan resistensi

hidung mengakibatkan bernafas melalui mulut sehingga terdapat fungsi hidung

sebagai pembersih dan air conditioning.

33
Terjadi peningkatan resistensi bronckhial bila membrana mukosa hidung dan

nasofaring terangsang misalnya oleh debu silika.

Kecepatan aliran udara (air speed) pada katup hidung anterior mencapai 3,3

m/detik pada tingkat aliran udara inspirasi 200 ml/detik dibandingkan dengan 1

m/detik dalam bronchus. Kecepatan aliran udara akan melambat walaupun pada

potongan melintang lebar dan aliran udara sempit, ini memungkinkan udara inspirasi

tetap kontak dengan bagian permukaan yang luas dalam jangka waktu yang lama.

Keadaan ini merupakan kondisi ideal untuk air conditioning dimana sekresi yang

tidak terkontarninasi dari sinus anterior memasuki rongga hidung.

Pengeluaran partikel-partikel berbahaya dengan ukuran 5-6 µm sekitar 85 -

90% dikeluarkan dari hidung dan nasofaring, sedangkan partikel yang lebih besar lagi

dapat ditangkap oleh vimbrissae. Partikel yang lebih kecil dapat masuk saluran nafas

bagian bawah dan diabsorbsi. Gabungan virus partikel yang berukuran melebihi 5 - 6

µm dapat bertahan dalam rongga hidung selama pernafasan hidung. Spray aerosol

tertahan dalam hidung dan tidak berpenetrasi kesaluran nafas bawah. Pengeluaran

partikel dan hidung dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kecepatan aliran udara

inspirasi pada 2 point impaction.

Air conditioning terjadi di daerah dimana udara inspirasi melintang dibagian

horizontal nasal airway. Disini udara dipanaskan atau didinginkan secara radiasi yang

dipancarkan dan mukosa pembuluh darah. Humidifikasi dari udara inspirasi terjadi

secara penguapan dari mucous blanket yang menyelimuti membrana mukosa, hal ini

merupakan mekanisme yang efisien yang dibuktikan dengan observasi bahwa udara

34
inspirasi mendekati suhu tubuh normal dan kelembaban relatif dalam nasofaring

hampir 100%.

Hidung sebagai organ yang mempersiapkan udara pernafasan punyai 3 fungsi, yaitu

1. Humidifikasi.

2. Pertukaran panas.

3. Filtrasi (proteksi dan pembersih)

3.2.1 Humidifikasi

3.2.1.1 Inspirasi

Saturasi udara inspirasi dengan cepat akan diikuti peninggian temperatur.

Energi diperlukan untuk 2 hal yaitu untuk peninggian temperatur udara inspirasi dan

panas laten untuk evaporasi, untuk itu diperlukan energi lebih kurang 2100 KJ/hari.

Pada orang dewasa kira-kira hanya seperlimanya digunakan untuk meninggikan

temperatur udara inspirasi, tetapi ini tergantung pula dari temperatur ambient dan

humidifikasi relatif udara inspirasi. Kurang lebih 10% dari panas tubuh dikeluarkan

melalui udara lewat hidung. Walaupun ada variasi daripada temperatur udara

inspirasi, tetapi udara pada nasofaring sekitar 31 derajat celcius, dengan kejenuhan

sekitar 95%.

3.2.1.2. Ekspirasi

Temperatur udara ekspirasi pada hidung sedikit di bawah temperatur tubuh,

ini akan menurun selama pasage udara sepanjang rongga hidung dan akan

35
membiarkan sejumlah air berkondensi ke dalam mukosa. Temperatur bagian anterior

hidung pada akhir ekspirasi sekitar 32 derajat Celcius, sedangkan pada akhir inspirasi

sekitar 30 derajat Celcius. Kira-kira sepertiga air di mukosa hidung dibutuhkan untuk

kelembaban udara inspirasi. Seseorang yang menarik nafas melalui hidung,

sedangkan pengeluaran nafasnya melalui mulut maka mukosa hidungnya akan kering.

3.2.1.3. Produksi air

Umumnya air yang digunakan untuk humidifikasi berasal dari kapiler-kapiler

pada permukaan mukosa hidung, kelenjar serosa pada seluruh mukosa hidung, duktus

nasolakrimalis dan cavum nasi. Selama. siklus hidung (nasal cycle) penurunan sekresi

terjadi pada daerah obstruksi, sedangkan air tambahan datang dari udara ekspirasi,

duktus nasolakrimalis dan rongga mulut.

3.2.1.4 Aliran udara

Aliran udara sangat berbeda pada keadaan istirahat dan latihan. Walaupun

bentuk hidung bervariasi, karakteristik aliran udara pada hidung umumnya sama.

Selama inspirasi aliran udara langsung ke atas dan ke belakang dari katup hidung

(nasal valve), menuju bagian anterior dari konkha infenior, ke bawah meatus media

kemudian masuk ke khoana posterior. Hanya sebagian kecil sebagian lain dari rongga

hidung.

Dengan rhinomanometri (rhinometry) tampak aliran udara, pada hidung ini

turbulen walaupun pada keadaan respirasi biasa, sedangkan pada waktu ekspirasi

36
tampak lebih turbulen lagi. Aliran udara. diukur dalam volume liter/menit terhadap

tekanan dan dilakukan pada respirasi tenang.

3.2.2 Pertukaran panas.

Temperatur pada udara inspirasi dapat bervariasi antara -50 s/d 50 derajat

celcius dan pada hidung temperatur udara ini dapat disesuaikan dengan temperature

pada paru-paru. Perubahan panas ini dapat terjadi secara konduksi, konversi dan

radiasi. Bila hanya terjadi konduksi maka tidak akan terjadi aliran udara dan panas

akan ditransfer dengan peningkatan pergerakan molekuler. Naik turunnya temperatur

udara dapat menyebabkan arus konversi yang akan mempengaruhi aliran udara dalam

rongga hidung dan timbulnya turbulensi. Radiasi tidak berpengaruh besar dalam

penghangatan udara inspirasi, tetapi mempengaruhi pada humidifikasi.

3.2.3. Filtrasi (proteksi dan pembersih)

Salah satu fungsi dari hidung yaitu mencegah masuknya partikel udara

inspirasi ke dalam saluran nafas bagian bawah, fungsi im dapat dilakukan secara

mekanik atau kamiawi. Partikel yang berdiameter antara 5-10 µ, dapat disaring oleh

bulu hidung 70% - 80% atau tertangkap oleh mukosa diatas glotis.

Partikel dengan diameter kurang dari itu tidak dapat ditahan dalam rongga

hidung. Kesanggupan hidung untuk memfiltrasi partikel-partikel tersebut disebabkan

karena morfologi hidung yang menentukan arah aliran udara maupun turbulensi

udara.

37
Benda asing, bakteri dan lain-lain yang tidak tertangkap oleh vimbrissae

biasanya ditangkap oleh suatu lapisan lendir yang disebut "mucous blanket".

3.2.3.1 Mucous blanket

Mucous blanket adalah suatu lapisan tipis, kental dan lekat. Dihasilkan oleh

sel-sel goblet dan kelenjar mucous atau serosa, yang pada orang sehat mempunyai pH

lebih kurang 7 atau sedikit asam dengan komposisi terdiri dari lendir mucin 2,5% s/d

3%, garam 1% s/d 2% dan air 95% s/d 97%, immunoglobulin A dan enzim lisosim

(muramidase) yaitu suatu enzim yang dapat melawan bakteri (Flemming, 1922),

demikian juga terhadap virus (Francis, 1940). Jadi mucous blanket sangat penting

sebagai alat pembersih dan pelindung terhadap pengeringan mukosa hidung. Mucous

blanket dapat ditemukan diseluruh mukosa hidung, sinus, tuba eustachius dan cabang

bronkhus, bahkan mungkin di alveoli dalam bentuk surfaktan. Dengan bantuan

aktifitas pergerakan dari pada silia maka. mucous blanket yang mengandung benda

asing akan didorong secara kontinyu mencapai esofagus bagian faringeal, sehingga

dapat tertelan atau termuntahkan.

Dibagian ujung anterior konkha inferior mucous bergerak ke anterior atau

didorong ke posterior ke daerah yang bersilia. Di 2/3 posterior rongga hidung aliran

mucous dari meatus media terutama sepanjang bagian dalam meatus akan muncul di

bawah ujung posterior konkha dan menurun ke anterior menuju tuba eustachius. Dari

meatus superior aliran mucous terbagi ke arah anterior dan posterior menuju torus

tubarius dan bergabung kembali di bawahnya. Material dari sinus sphenoid mengalir

38
ke dinding lateral faring atau ke bagian posterior septum. Mucous dari sinus-sinus

anterior dikeluarkan ke dalam meatus. Lumen dari sinus-sinus tadi relatif bersih dari

material-material yang berbahaya (uncontaminated).

Fungsi dari sinus paranasal masih belum jelas, kemungkinan berfungsi

memasok mucous yang segar sehingga tidak terkontaminasi secara kontinyu ke dalam

meatus media sehingga transport mukosiliar dapat terpelihara. Mucous yang segar

tersebut dapat mencairkan kontaminan yang terhirup. Lapisan mucous blanket terdiri

dari 2 lapisan, yaitu:

 Lapisan perisiliar terdalam yang tipis dan sedikit kental melapisi batang dari

silia.

 Lapisan mucous lebih kental yang terdapat disebelah atasnya, dimana ujung

distal dari batang silia menembus kedalamnya.

Partikel-partikel berbahaya yang tidak larut ternyata ditangkap di lapisan

paling atas dari mucous dan dikeluarkan oleh silia. Material yang larut seperti

droplets, dan formaldehid, mencapai cairan perisiliar dan dievakuasi sepanjang

tempat tersebut. Secara kolektif dua lapisan tersebut dinamakan mucous blanket.

Kelornpok anterior dari sinus paranasal mengeluarkan mukusnya ke dalam meatus

media dimana bagian terbesar dari air conditioning timbul.

3.2.3.2 Sekresi hidung dan komposisinya

Sekret hidung atau mukus terdiri dari komposisi glikoprotein dan cairan yang

mengandung beberapa jenis protein dan ion. Glikoprotein terutama dihasilkan oleh

39
kelenjar mukus sedangkan cairan terutama dihasilkan oleh kelenjar serosa dan secara

tidak langsung juga dihasilkan dari transudasi kapiler submukosa hidung.

Lapisan lendir hidung terdiri dari 2 lapisan yaitu, lapisan kental gel yang

terletak di atas atau di ujung silia dan lapisan yang lebih cair di bawahnya atau pada

badan silia. Pada cairan lendir terdapat pula zat-zat antiprotease, lemak, ion-ion,

komplemen-komplemen dan immunoglobulin yaitu Ig A dan Ig E. Jumlah Ig A lebih

kurang 70% dari seluruh protein sekret hidung dan berperan sebagai imunitas selaput

lendir, sedangkan Ig E berperan dalam. proses alerginya. Bila mukosa hidung rusak

maka Ig M dan Ig G menjadi aktif

3.2.3.3 Aktifitas silia

Pada manusia, silia terdapat disepanjang permukaan sel traktus respiratorius,

kecuali dibagian anterior hidung, dinding posterior orofaring, bagian dari laring, dan

bagian terminal dari percabangan bronchus. Juga terdapat di tuba eustachius,

sebagian besar telinga tengah dan sinus paranasalis terutama dekat ostium sinus. Silia

berfungsi untuk menggerakkan mukus kebelakang dari rongga hidung ke nasofaring.

Silia mempunyai panjang lebih kurang 6 mµ dan lebar 3mµ. Setiap, sel mengandung

sekitar 200 silia. Hilding (1932) menyatakan bahwa 1/3 bagian depan dari hidung

relatif kurang aktif dalam pergerakan silia dan. memberikan drainase secara lambat,

sedangkan 2/3 bagian belakang merupakan bagian yang aktif dalam pergerakan silia

dan memberikan drainase ke arah nasofaring secara cepat. Gerakan silia pada sinus

40
maksilaris menuju ostium, pada rongga hidung menuju nasofaring sedangkan pada

trakhea dan bronkhus, menuju laring.

Diantara silia. terdapat mikrovili dan setiap sel mengandung lebih kurang 200

sampai 250 silia dan 150 mikrovili. Silia ini pada temperatur tubuh akan bergerak

dengan frekwensi antara 10 sampai dengan 20 Hz dan dalarn 1 menit sekitar 70

sampai 1000 kali gerakan.

Lendir dan sinus paranasal yang keluar dari ostiumnya pada dinding lateral

hidung akan bergabung dengan lendir yang berasal dari hidung kemudian dialirkan ke

arah nasofaring terutama lewat sekitar muara. tuba eustachius dan akhirnya tertelan

ke arah lambung. Gerakan lendir selain oleh gerakan silia juga diakibatkan oleh

adanya gaya grafitasi dan gerakan menelan.

Gambar 13: Mucocilliary clearance4

41
Perubahan suasana rongga hidung dapat mempengaruhi aktifitas silia, suasana

kering seperti bernapas dalam udara kering yang lama, sekresi yang tidak sekuat dari

kelenjar dan kaliper, deviasi aliran udara. inspirasi seperti oleh deviasi septum, spurs

polip dan lain lain dapat menggangu aktivitas silia. Suhu optimum antara 18 - 35

derajat celcius, sedangkan suhu normal dalam rongga hidung lebih kurang 32 derajat

celcius. Peninggian atau penurunan dari suhu optimum dapat menyebabkan

penekanan dari gerakan silia.

Larutan NaCl 0,95% dapat memelihara fungsi silia sedangkan larutan yang

hipotonis atau hipertonis dapat menekan aktifitas silia.

Keasaman sekret hidung antara 5,5-6,5 bila suhu naik maka pH akan turun

dan bila suhu menurun maka pH akan naik. Pada radang akut karena virus, bakteri

atau alergi pH akan naik menjadi lebih kurang 3,0.

Obat-obatan seperti adrenalin 1:10.000 pada. pemberian selama 20 menit

dapat menyebabkan penekanan aktifitas silia tetapi masih bersifat reversibel,

sedangkan pemberian adrenalin 1:1000 dapat mematikan sel. Efedrin sulfat 0,5%

tidak mengganggu aktifitas silia, juga pada konsentrasi 2% tidak terlalu menekan

aktifitas silia. Pemakaian kokain dalam-larutan 2,5% selama 1 jam gerakan silia akan

terhenti, sedangkan kokain 10 % akan langsung menghentikan gerakan silia. Atropin

peroral menimbulkan kekeringan dan menghentikan gerakan silia. Kortikosteroid

dapat mengurangi gerakan silia. Amfetamin dalam inhalasi yang digunakan sebagal.

volatile vasokonstriktor tidak mengganggu aktifitas silia, sedangkan neurotransmiter

asetilkholin dapat menambah aktifitas gerakan silia.

42
3.3 Ultra struktur

Di dalam silia terdapat berkas filamen atau fibril disebut axoneme, dibawah

axoneme terdapat badan basal berbentuk silindris dan bagian bawah fibril axoneme

meluas ke dalarn apeks sitoplasma disebut roolets. Roolets tersebut merupakan akar

dari silia dan mungkin berfungsi menyampaikan impuls syaraf dari silia didekatnya

secara metachronous.

Silia terdiri dari 9 pasang mikrotubuli luar tersusun seperti susunan roda yang

terletak sepanjang bagian perifer axoneme dan sepasang mikrotubuli dalam. Tiap

mikrotubuli terdiri dari dua buah badan juxta yaitu subfiber A yang terletak agak

sentral dan subfiber B yang lebih pendek terletak lebih perifer.

Dynein arms dibentuk dari keduanya meluas dari subfiber A ke subfiber B

disebelahnya dan mengandung ATPase.

Nexin, merupakan penghubung antara mikrotubuli-mikrotubuli, dan antara

mikrotubuli luar dengan yang dalam berbentuk seperti jari-jari.

3.4 Proteksi secara immunologis

Akibat dari perubahan arah dan kecepatan udara dari inspirasi adalah

terjadinya deposit partikel pada epitel permukaan. Mukus merupakan berier tetapi

mukosa pernafasan tidak seefektif kulit dalam hal proteksi terhadap invasi partikel-

partikel yang berbahaya. Mukus mengandung komposisi bahan yang menetralkan

43
antigen berupa imunoglobulin IgA dan Ig E aktif di permukaan mukosa, sedangkan

IgM dan IgG baru aktif bila mukosa cedera.

Limfosit terdiri dari 2 tipe yaitu tipe B dan T. Limfosit tipe T terdiri dari

suppresor, helper dan killer cells. Limfosit T berinteraksi dengan macrophage.

Makrophag mempunyai sifat-sifat imunologi spesifik dan non spesifik

Sistem limfatik terdiri dari dua tipe tergantung jenis imunoglobulin yang

dihasilkan. Tipe yang unencapsulated antara lain tonsil, adenoid dan Peyer's patches.

Plasma cells terutama menghasilkan Ig A dan Ig disebut GALT (Gut Associated

Lymphoid Tissue), dan MALT (Mucosal Lymphoid Tissue). Bila sistim ini yang

berperan pada hidung, maka sistem yang aktif adalah yang encapsulated yang

terdapat pada nodus limfatikus dan menghasilkan IgG dan Ig M. Beberapa penyakit

saluran nafas akan mempengaruhi timbulnya tipe sel limposit, virus menyebabkan

mononukleosis infeksiosa mempengaruhi limphosit tipe B dan dapat menyebabkan

hipertrophi tonsil limphadenopati dan splenomegali.

Immunitas non spesifik, laktoferin, lisosim, komplemen, antiprotease dan

makro molekul lainnya berinteraksi dengan sejumlah bakteri yang tidak berkapsel

dan menimbulkan innate immunity. PMN dan Makrophag mengadakan fagositosis

dan destruksi benda asing.

3.5 Immunitas didapat

Immunitas didapat dihasilkan oleh immunoglobulin dan interferon. IgG juga

akan mengaktifkan komplemen dan menimbulkan lisis sel serta Fagositosis. Virus

44
dan mikrobakterium memulai timbulnya immunitas cell mediated. Hidung

mempunyai dua tipe reaksi sel yang didapat sebagai benteng pertahanan pertama.

yaitu :

-Produksi IgA, menghasilkan kompleks tidak larut dalam. mukus.

-Sel permukaan aktif bersifat immunologis, yang bersifat fagositosis.

-IgA ditemukan dalam sekret hidung, IgE menghasilkan reaksi allergi.

3.5.1 Imunoglobulin A

IgA terdiri dari IgA-l dan IgA-2. IgA-l lebih banyak dalam serum, sedangkan

IgA-2 lebih banyak dalam sekret hidung. IgA merupakan lebih dari 70% protein total

dalam sekret hidung. IgA-2 mengadakan transfer pasif melalui cairan interstitiel dan

aktif di dalam kelenjar seromucin dan epitel permukaan. Dalam epitel, bagian

sekretorinya dilengkapi dengan IgA-2 sehingga selalu ada dalam mukus. Bila

mengadakan reaksi dengan antigen maka akan mengadakan kompleks yang tidak

larut sehingga akan tertelan dan dihancurkan oleh asam lambung.

3.5.2 Immunoglobulin E

Merupakan immunoglobulin utama dalam reaksi alergi. Terutama dihasilkan

dalam jaringan limfoid seperti tonsil, adenoid serta di dalam lapisan submukosa. IgE

selalu terdapat dalam set mast dan basofil, dan dua molekul IgE yang spesifik

terhadap alergen berkedudukan dekat tempat reseptor mast cell untuk menghasilkan

degranulasi. IgE juga ditemukan dalam sekret, interaksi antara alergen dan IgE di sel

membran akan melepas mediator seperti histamin, PGD2, leukotrien dan kinin, hal ini

45
akan menimbulkan peningkatan permeabilitas vaskuler, edem lokal dan sekresi

eosinofil.

3.5.2. Sel permukaan

Komponen sel dalam mukus terdiri dari sel epitel, lekosit, basofil, eosinofil,

mast cell dan makrophag. Lekosit dan makrophag penting dalam fagositosis di

permukaan dan dapat membantu mencegah invasi bakteri atau virus.

3.6 Peran histamin

Histamin merupakan mediator terpenting pada suatu reaksi alergi yang akut.

Histamin ditemukan dalam sel basofil dan mastosit, disimpan dalam lisosom dan

dilepas melalui granulasi atau eksositosis. Histamin yang dilepas akan menunjukkan

efeknya segera dalam 1-5 menit sampai 30 menit. Histamin bekerja terhadap berbagai

alat tubuh melalui reseptor HI dan H2. Pada tahap awal pelepasan cepat mediator

terutama histamin dari mastosit di epitel atau ditemukan bebas di permukaan sel

mukosa hidung, ini akan menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa dengan

jalan membuka epithel tight junction sehingga permukaan mukosa berlubang, yang

memungkinkan alergen mencapai mastosit yang lebih dalam. Dengan mekanisme ini

dapat diterangkan akibat peristiwa kontaknya alergen ke mukosa hidung tersebut

dalam satu menit dapat menimbulkan gejala bersin-bersin.

46
Efek histamin pada HI dan H2 reseptor menghasilkan dilatasi sebagian

pembuluh darah, sebagian lainnya kontraksi dan edem. Histamin berefek lemah

terhadap H2 reseptor di kelenjar mukus dan menimbulkan peningkatan glikoprotein

dalam mukus tanpa meningkatkan volume sekresi hidungnya.

3.7 Pengaturan otonom

Baik serabut parasimpatis yang bersifat sekremotor (n.petrosus superfisialis

mayor) maupun serabut simpatis yang bersifat vasokonstriktor (n.petrosus profunda)

mencapai pembuluh darah hidung dan epitel kelenjar. Kontrol terhadap aliran

pembuluh darah dilakukan baik oleh sistem syaraf otonom maupun oleh reaksi

peradangan lokal. Pengaturan sensoris dilakukan oleh n.ophtalmika dan n.maksilaris

yang merupakan percabangan n.trigeminus.

Transmiter utama sistim Parasimpatis adalah asetikholin tetapi vasoact3e

intestinal polypeptide (VIP) terdapat pada serabut post ganglion. Reseptor spesifiknya

terdapat dalam pembuluh darah, tetapi tidak dalam epital kelenjar. Asetilkholin

bekerja pada pembuluh darah dan jaringan sekretoris menyebabkan vasodilatasi dan

meningkatkan akt3itas kelenjar. Asetilkholin bersifat sekremotor hanya untuk

jaringan kelenjar, sedangkan VIP mempunyai efek terhadap pembuluh darah di

dekatnya dan meningkatkan sekresi secara tidak langsung.

Transmiter utama pada sistem. simpatis adalah noradrenalin di bagian post

sinapsis sedangkan dibagian post ganglionnya adalah asetilkholin. Selain adrenalin

terdapat neuropeptida Y dan polipeptida pankreatik. Noradrenalin mengakibatkan

47
konstriksi arteri, arteriol dan vena, neuropeptida Y (NPY) hanya kontriksi sedangkan

polipeptida pankreatik menyebabkan vasodilatasi arteriola.

3.8 Peran dalam resonansi suara

Suara yang ditimbulkan seseorang dalam. keadaan sehat akan berbeda

didalam keadaan waktu menderita influenza, dimana mukosa hidung pada saat ini

sedang mengalami edema. Suara dihasilkan dengan mengubah getaran udara dari

laring. Frekwensi suara tinggi yang menimbulkan suara konsonan dibantu juga oleh

faring, lidah dan gigi. Hidung menambah kualitas suara dengan cara membiarkan

sebagian udara keluar.

48

You might also like