Professional Documents
Culture Documents
FISIOLOGI HIDUNG
3. Resonansi suara.
pada manusia terletak pada atap dari cavurn nasi, konka superior dan 1/3 bagian atas
dari septum nasi. Membrana mukosa olfaktorius dilapisi oleh epitel silindris
bertingkat tidak bersilia yang terdiri dari tiga macam sel yaitu subtentaktuler cells (sel
Area olfactorius, besarnya tidak sama pada setiap spesimen, dimana pada
manusia luasnya lebih kurang 200 s/d 400 mm dengan kepadatan 5.104 sel/mm2.4,5
jumlahnya sekitar 20 buah dan tidak bermyelin, kemudian berjalan menuju lamina
kribiformis os. ethmoidalis dan masuk ke bulbus olfactorius. Ujung syaraf olfactorius
28
dengan sel-sel mitral atau "tuffed cell". Tiap glomerulus menerima impuls dari
stria olfactorius lateralis menuju pusat penciuman di otak, dimana akan berakhir di
"prepyriform frontal cortex" dan nukleus amigdaloid. Akson dari tuffed cells berjalan
melalul komisura anterior menuju bulbus olfactorius yang kontralateral dan juga ke
hypothalamus.
Reaksi elektrokimia (Bigg & Ducan 1962), bahwa terdapat beberapa sel yang
mengandung karotenoid seperti yang terdapat pada mata, dimana zat ini
bertanggung jawab terhadap terjadinya reaksi seperti reaksi fotokimia pada mata
Pola stereospatial (Mozel 1970), bahwa terdapat reseptor - reseptor tertentu yang
Sifat molekul (Lafort, Fatte & Etcmeto), merupakan modifikasi dari teori – teori
terdahulu bahwa setiap molekul ada titik didih, akt3itas proton dan polarisasi
29
Pola stimulus (Holley & Doving 1977), pola stimulus dalarn konfigurasi mukosa
sel - sel reseptor menentukan jenis bau. Teori ini pada dasarnya tergantung pada
Kekuatan suatu zat menabrak mukosa olfaktorius (kecepatan gerak molekul dan
massa zat).
3. 1. 4 Stimulus/perangsangan
reseptor pada tempat yang spesifik. Rangsangan ini akan menyebabkan keluarnya ion
K dan Cl dari sel tersebut, sehingga timbul depolarisasi (Tagaki 1968). Setelah
periode laten (lebih darl 400 ms) timbul reaksi potensial, fase aktifnya tergantung
intensitas stimulasi dan fase pemulihan akan berlangsung antara 0,9-1,9 ms.
30
Ambang rangsang penciuman bervariasi, tergantung dari fungsi zat kimianya.
Ambang rangsang penciuman lebih rendah dari pada daya pengenalan bau, jadi bau
dapat dirasakan terlebih dahulu, baru kemudian dikenali. Bau tidak mempunyai
ambang rangsangan yang absolut, tetapi ambang rangsang tergantung dari aktifitas
inhibisi yang diatur oleh pusat yang lebih tinggi. Beberapa binatang terutama anjing
3. 1. 7 Diskriminasi
lebih rendah dari penjumlahan intensitas masing-masing bau tersebut dan bau yang
Penciuman sangat penting dalam mengatur tingkah laku pada manusia dan
31
makanan, mengenal sesuatu, mengetabui daerah teritorial dan seks, sedangkan pada
berbelok 80-90 derajat ke posterior sampai mencapai nasal vault. Aliran udara
sisi sebelahnya untuk masuk kedalam faring. Dua belokan tajam dari 80-90 derajat
dari aliran udara ini disebut impaction point. Impaction (benturan) terhadap adenoid
reaksi immunologi.
current) karena adanya obstruksi relatif didaerah katup hidung anterior. Septum yang
bengkok atau obstruksi jalan nafas lainnya akan meningkatkan putaran arus ini. Pada
32
respirasi yang tenang putarannya arus akan berkurang dan akan meningkat bila
Aliran udara cukup sempit dan tidak lebih dari 1-2 mm sedangkan permukaan
lateral rongga hidung berukuran besar, ini mengakibatkan kontak langsung antara
Katup hidung bagian anterior atau ostium interna pada lumen nasi terletak 1,5 -
2 cm sebelah posterior dari nares anterior. Pada potongan melintang di daerah ini
Rongga hidung mempunyaj tahanan sebesar 50% dari jalan nafas keseluruhan.
Sebelah posterior dari potongan melintang hidung ini pada daerah utama pasase
hidung bagian horizontal dimana aliran tetap sempit sehingga juga menyediakan
daerah permukaan yang luas kontak dengan aliran udara. Di daerah khoana posterior
pada potongan melintang juga tampak sempit, sehingga ini dapat menjelaskan adanya
variasi tekanan intranasal dari -5 atau 6 mm H20 sampai + 5 atau 6-0 pada waktu
misalnya pada pembesaran adenoid atau nasal pack yang terlalu padat, dapat
33
Terjadi peningkatan resistensi bronckhial bila membrana mukosa hidung dan
Kecepatan aliran udara (air speed) pada katup hidung anterior mencapai 3,3
m/detik pada tingkat aliran udara inspirasi 200 ml/detik dibandingkan dengan 1
m/detik dalam bronchus. Kecepatan aliran udara akan melambat walaupun pada
potongan melintang lebar dan aliran udara sempit, ini memungkinkan udara inspirasi
tetap kontak dengan bagian permukaan yang luas dalam jangka waktu yang lama.
Keadaan ini merupakan kondisi ideal untuk air conditioning dimana sekresi yang
90% dikeluarkan dari hidung dan nasofaring, sedangkan partikel yang lebih besar lagi
dapat ditangkap oleh vimbrissae. Partikel yang lebih kecil dapat masuk saluran nafas
bagian bawah dan diabsorbsi. Gabungan virus partikel yang berukuran melebihi 5 - 6
µm dapat bertahan dalam rongga hidung selama pernafasan hidung. Spray aerosol
tertahan dalam hidung dan tidak berpenetrasi kesaluran nafas bawah. Pengeluaran
partikel dan hidung dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kecepatan aliran udara
horizontal nasal airway. Disini udara dipanaskan atau didinginkan secara radiasi yang
dipancarkan dan mukosa pembuluh darah. Humidifikasi dari udara inspirasi terjadi
secara penguapan dari mucous blanket yang menyelimuti membrana mukosa, hal ini
merupakan mekanisme yang efisien yang dibuktikan dengan observasi bahwa udara
34
inspirasi mendekati suhu tubuh normal dan kelembaban relatif dalam nasofaring
hampir 100%.
Hidung sebagai organ yang mempersiapkan udara pernafasan punyai 3 fungsi, yaitu
1. Humidifikasi.
2. Pertukaran panas.
3.2.1 Humidifikasi
3.2.1.1 Inspirasi
Energi diperlukan untuk 2 hal yaitu untuk peninggian temperatur udara inspirasi dan
panas laten untuk evaporasi, untuk itu diperlukan energi lebih kurang 2100 KJ/hari.
temperatur udara inspirasi, tetapi ini tergantung pula dari temperatur ambient dan
humidifikasi relatif udara inspirasi. Kurang lebih 10% dari panas tubuh dikeluarkan
melalui udara lewat hidung. Walaupun ada variasi daripada temperatur udara
inspirasi, tetapi udara pada nasofaring sekitar 31 derajat celcius, dengan kejenuhan
sekitar 95%.
3.2.1.2. Ekspirasi
ini akan menurun selama pasage udara sepanjang rongga hidung dan akan
35
membiarkan sejumlah air berkondensi ke dalam mukosa. Temperatur bagian anterior
hidung pada akhir ekspirasi sekitar 32 derajat Celcius, sedangkan pada akhir inspirasi
sekitar 30 derajat Celcius. Kira-kira sepertiga air di mukosa hidung dibutuhkan untuk
sedangkan pengeluaran nafasnya melalui mulut maka mukosa hidungnya akan kering.
pada permukaan mukosa hidung, kelenjar serosa pada seluruh mukosa hidung, duktus
nasolakrimalis dan cavum nasi. Selama. siklus hidung (nasal cycle) penurunan sekresi
terjadi pada daerah obstruksi, sedangkan air tambahan datang dari udara ekspirasi,
Aliran udara sangat berbeda pada keadaan istirahat dan latihan. Walaupun
bentuk hidung bervariasi, karakteristik aliran udara pada hidung umumnya sama.
Selama inspirasi aliran udara langsung ke atas dan ke belakang dari katup hidung
(nasal valve), menuju bagian anterior dari konkha infenior, ke bawah meatus media
kemudian masuk ke khoana posterior. Hanya sebagian kecil sebagian lain dari rongga
hidung.
turbulen walaupun pada keadaan respirasi biasa, sedangkan pada waktu ekspirasi
36
tampak lebih turbulen lagi. Aliran udara. diukur dalam volume liter/menit terhadap
Temperatur pada udara inspirasi dapat bervariasi antara -50 s/d 50 derajat
celcius dan pada hidung temperatur udara ini dapat disesuaikan dengan temperature
pada paru-paru. Perubahan panas ini dapat terjadi secara konduksi, konversi dan
radiasi. Bila hanya terjadi konduksi maka tidak akan terjadi aliran udara dan panas
udara dapat menyebabkan arus konversi yang akan mempengaruhi aliran udara dalam
rongga hidung dan timbulnya turbulensi. Radiasi tidak berpengaruh besar dalam
Salah satu fungsi dari hidung yaitu mencegah masuknya partikel udara
inspirasi ke dalam saluran nafas bagian bawah, fungsi im dapat dilakukan secara
mekanik atau kamiawi. Partikel yang berdiameter antara 5-10 µ, dapat disaring oleh
bulu hidung 70% - 80% atau tertangkap oleh mukosa diatas glotis.
Partikel dengan diameter kurang dari itu tidak dapat ditahan dalam rongga
karena morfologi hidung yang menentukan arah aliran udara maupun turbulensi
udara.
37
Benda asing, bakteri dan lain-lain yang tidak tertangkap oleh vimbrissae
biasanya ditangkap oleh suatu lapisan lendir yang disebut "mucous blanket".
Mucous blanket adalah suatu lapisan tipis, kental dan lekat. Dihasilkan oleh
sel-sel goblet dan kelenjar mucous atau serosa, yang pada orang sehat mempunyai pH
lebih kurang 7 atau sedikit asam dengan komposisi terdiri dari lendir mucin 2,5% s/d
3%, garam 1% s/d 2% dan air 95% s/d 97%, immunoglobulin A dan enzim lisosim
(muramidase) yaitu suatu enzim yang dapat melawan bakteri (Flemming, 1922),
demikian juga terhadap virus (Francis, 1940). Jadi mucous blanket sangat penting
sebagai alat pembersih dan pelindung terhadap pengeringan mukosa hidung. Mucous
blanket dapat ditemukan diseluruh mukosa hidung, sinus, tuba eustachius dan cabang
aktifitas pergerakan dari pada silia maka. mucous blanket yang mengandung benda
asing akan didorong secara kontinyu mencapai esofagus bagian faringeal, sehingga
didorong ke posterior ke daerah yang bersilia. Di 2/3 posterior rongga hidung aliran
mucous dari meatus media terutama sepanjang bagian dalam meatus akan muncul di
bawah ujung posterior konkha dan menurun ke anterior menuju tuba eustachius. Dari
meatus superior aliran mucous terbagi ke arah anterior dan posterior menuju torus
tubarius dan bergabung kembali di bawahnya. Material dari sinus sphenoid mengalir
38
ke dinding lateral faring atau ke bagian posterior septum. Mucous dari sinus-sinus
anterior dikeluarkan ke dalam meatus. Lumen dari sinus-sinus tadi relatif bersih dari
memasok mucous yang segar sehingga tidak terkontaminasi secara kontinyu ke dalam
meatus media sehingga transport mukosiliar dapat terpelihara. Mucous yang segar
tersebut dapat mencairkan kontaminan yang terhirup. Lapisan mucous blanket terdiri
Lapisan perisiliar terdalam yang tipis dan sedikit kental melapisi batang dari
silia.
Lapisan mucous lebih kental yang terdapat disebelah atasnya, dimana ujung
paling atas dari mucous dan dikeluarkan oleh silia. Material yang larut seperti
tempat tersebut. Secara kolektif dua lapisan tersebut dinamakan mucous blanket.
Sekret hidung atau mukus terdiri dari komposisi glikoprotein dan cairan yang
mengandung beberapa jenis protein dan ion. Glikoprotein terutama dihasilkan oleh
39
kelenjar mukus sedangkan cairan terutama dihasilkan oleh kelenjar serosa dan secara
Lapisan lendir hidung terdiri dari 2 lapisan yaitu, lapisan kental gel yang
terletak di atas atau di ujung silia dan lapisan yang lebih cair di bawahnya atau pada
badan silia. Pada cairan lendir terdapat pula zat-zat antiprotease, lemak, ion-ion,
kurang 70% dari seluruh protein sekret hidung dan berperan sebagai imunitas selaput
lendir, sedangkan Ig E berperan dalam. proses alerginya. Bila mukosa hidung rusak
kecuali dibagian anterior hidung, dinding posterior orofaring, bagian dari laring, dan
sebagian besar telinga tengah dan sinus paranasalis terutama dekat ostium sinus. Silia
Silia mempunyai panjang lebih kurang 6 mµ dan lebar 3mµ. Setiap, sel mengandung
sekitar 200 silia. Hilding (1932) menyatakan bahwa 1/3 bagian depan dari hidung
relatif kurang aktif dalam pergerakan silia dan. memberikan drainase secara lambat,
sedangkan 2/3 bagian belakang merupakan bagian yang aktif dalam pergerakan silia
dan memberikan drainase ke arah nasofaring secara cepat. Gerakan silia pada sinus
40
maksilaris menuju ostium, pada rongga hidung menuju nasofaring sedangkan pada
Diantara silia. terdapat mikrovili dan setiap sel mengandung lebih kurang 200
sampai 250 silia dan 150 mikrovili. Silia ini pada temperatur tubuh akan bergerak
Lendir dan sinus paranasal yang keluar dari ostiumnya pada dinding lateral
hidung akan bergabung dengan lendir yang berasal dari hidung kemudian dialirkan ke
arah nasofaring terutama lewat sekitar muara. tuba eustachius dan akhirnya tertelan
ke arah lambung. Gerakan lendir selain oleh gerakan silia juga diakibatkan oleh
41
Perubahan suasana rongga hidung dapat mempengaruhi aktifitas silia, suasana
kering seperti bernapas dalam udara kering yang lama, sekresi yang tidak sekuat dari
kelenjar dan kaliper, deviasi aliran udara. inspirasi seperti oleh deviasi septum, spurs
polip dan lain lain dapat menggangu aktivitas silia. Suhu optimum antara 18 - 35
derajat celcius, sedangkan suhu normal dalam rongga hidung lebih kurang 32 derajat
Larutan NaCl 0,95% dapat memelihara fungsi silia sedangkan larutan yang
Keasaman sekret hidung antara 5,5-6,5 bila suhu naik maka pH akan turun
dan bila suhu menurun maka pH akan naik. Pada radang akut karena virus, bakteri
sedangkan pemberian adrenalin 1:1000 dapat mematikan sel. Efedrin sulfat 0,5%
tidak mengganggu aktifitas silia, juga pada konsentrasi 2% tidak terlalu menekan
aktifitas silia. Pemakaian kokain dalam-larutan 2,5% selama 1 jam gerakan silia akan
dapat mengurangi gerakan silia. Amfetamin dalam inhalasi yang digunakan sebagal.
42
3.3 Ultra struktur
Di dalam silia terdapat berkas filamen atau fibril disebut axoneme, dibawah
axoneme terdapat badan basal berbentuk silindris dan bagian bawah fibril axoneme
meluas ke dalarn apeks sitoplasma disebut roolets. Roolets tersebut merupakan akar
dari silia dan mungkin berfungsi menyampaikan impuls syaraf dari silia didekatnya
secara metachronous.
Silia terdiri dari 9 pasang mikrotubuli luar tersusun seperti susunan roda yang
terletak sepanjang bagian perifer axoneme dan sepasang mikrotubuli dalam. Tiap
mikrotubuli terdiri dari dua buah badan juxta yaitu subfiber A yang terletak agak
Akibat dari perubahan arah dan kecepatan udara dari inspirasi adalah
terjadinya deposit partikel pada epitel permukaan. Mukus merupakan berier tetapi
mukosa pernafasan tidak seefektif kulit dalam hal proteksi terhadap invasi partikel-
43
antigen berupa imunoglobulin IgA dan Ig E aktif di permukaan mukosa, sedangkan
Limfosit terdiri dari 2 tipe yaitu tipe B dan T. Limfosit tipe T terdiri dari
Sistem limfatik terdiri dari dua tipe tergantung jenis imunoglobulin yang
dihasilkan. Tipe yang unencapsulated antara lain tonsil, adenoid dan Peyer's patches.
Lymphoid Tissue), dan MALT (Mucosal Lymphoid Tissue). Bila sistim ini yang
berperan pada hidung, maka sistem yang aktif adalah yang encapsulated yang
terdapat pada nodus limfatikus dan menghasilkan IgG dan Ig M. Beberapa penyakit
saluran nafas akan mempengaruhi timbulnya tipe sel limposit, virus menyebabkan
makro molekul lainnya berinteraksi dengan sejumlah bakteri yang tidak berkapsel
akan mengaktifkan komplemen dan menimbulkan lisis sel serta Fagositosis. Virus
44
dan mikrobakterium memulai timbulnya immunitas cell mediated. Hidung
mempunyai dua tipe reaksi sel yang didapat sebagai benteng pertahanan pertama.
yaitu :
3.5.1 Imunoglobulin A
IgA terdiri dari IgA-l dan IgA-2. IgA-l lebih banyak dalam serum, sedangkan
IgA-2 lebih banyak dalam sekret hidung. IgA merupakan lebih dari 70% protein total
dalam sekret hidung. IgA-2 mengadakan transfer pasif melalui cairan interstitiel dan
aktif di dalam kelenjar seromucin dan epitel permukaan. Dalam epitel, bagian
sekretorinya dilengkapi dengan IgA-2 sehingga selalu ada dalam mukus. Bila
mengadakan reaksi dengan antigen maka akan mengadakan kompleks yang tidak
3.5.2 Immunoglobulin E
dalam jaringan limfoid seperti tonsil, adenoid serta di dalam lapisan submukosa. IgE
selalu terdapat dalam set mast dan basofil, dan dua molekul IgE yang spesifik
terhadap alergen berkedudukan dekat tempat reseptor mast cell untuk menghasilkan
degranulasi. IgE juga ditemukan dalam sekret, interaksi antara alergen dan IgE di sel
membran akan melepas mediator seperti histamin, PGD2, leukotrien dan kinin, hal ini
45
akan menimbulkan peningkatan permeabilitas vaskuler, edem lokal dan sekresi
eosinofil.
Komponen sel dalam mukus terdiri dari sel epitel, lekosit, basofil, eosinofil,
mast cell dan makrophag. Lekosit dan makrophag penting dalam fagositosis di
Histamin merupakan mediator terpenting pada suatu reaksi alergi yang akut.
Histamin ditemukan dalam sel basofil dan mastosit, disimpan dalam lisosom dan
dilepas melalui granulasi atau eksositosis. Histamin yang dilepas akan menunjukkan
efeknya segera dalam 1-5 menit sampai 30 menit. Histamin bekerja terhadap berbagai
alat tubuh melalui reseptor HI dan H2. Pada tahap awal pelepasan cepat mediator
terutama histamin dari mastosit di epitel atau ditemukan bebas di permukaan sel
jalan membuka epithel tight junction sehingga permukaan mukosa berlubang, yang
memungkinkan alergen mencapai mastosit yang lebih dalam. Dengan mekanisme ini
46
Efek histamin pada HI dan H2 reseptor menghasilkan dilatasi sebagian
pembuluh darah, sebagian lainnya kontraksi dan edem. Histamin berefek lemah
mencapai pembuluh darah hidung dan epitel kelenjar. Kontrol terhadap aliran
pembuluh darah dilakukan baik oleh sistem syaraf otonom maupun oleh reaksi
intestinal polypeptide (VIP) terdapat pada serabut post ganglion. Reseptor spesifiknya
terdapat dalam pembuluh darah, tetapi tidak dalam epital kelenjar. Asetilkholin
bekerja pada pembuluh darah dan jaringan sekretoris menyebabkan vasodilatasi dan
47
konstriksi arteri, arteriol dan vena, neuropeptida Y (NPY) hanya kontriksi sedangkan
didalam keadaan waktu menderita influenza, dimana mukosa hidung pada saat ini
sedang mengalami edema. Suara dihasilkan dengan mengubah getaran udara dari
laring. Frekwensi suara tinggi yang menimbulkan suara konsonan dibantu juga oleh
faring, lidah dan gigi. Hidung menambah kualitas suara dengan cara membiarkan
48